BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi tahun 2017

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bermaksud untuk memahami penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan implikasinya dengan kejadian kecelakaan kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dimaksud dalam hal ini adalah penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, peninjauan dan peningkatan kinerja K3.

Pelaksanaan penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. (Creswell, 2010).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Jl. Prof.H. M. Yamin No.1 Desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan dari lokasi ini adalah:

1. PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi merupakan perusahaan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2. Selama penerapan SMK3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi ini

juga sering terjadi kasus kecelakaan kerja.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan

penelitian diperusahaan tersebut.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 – Maret 2017.

3.4. Informan

Pada penelitian kualitatif, banyaknya jumlah sampel bukan menjadi prioritas utama, untuk menjamin tingginya akurasi, validitas dan keberhasilan dalam penelitian (Afrizal, 2016).

Informan dalam penelitian ini merupakan individu-individu yang akan menjadi fokus yang diamati dari suatu penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yaitu penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Manajemen perusahaan dalam hal ini adalah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang merupakan objek yang terkait langsung dalam penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti, berjumlah 10 orang informan yang terdiri dari masinis kepala, sekretaris perusahaan (AK3 Umum), wakil sekretaris perusahaan (AK3 Umum), Krani SMK3, 2 orang bidang evaluasi, 1 orang bidang kesehatan, 1 orang bidang penyuluhan/pelatihan dan 2 orang perwakilan tenaga kerja. Adapun masing-masing karakteristik dari setiap informan dalam penelitian ini akan dibuat dalam bentuk tabel yang berisi informasi terkait jenis kelamin, pendidikan dan jabatan yang dimilikinya.

Karakteristik dari masing-masing informan dalam penelitian ini dapat dilihat Pada tabel berikut : Tabel 3.1 Karakteristik Informan

No Urutan

Jabatan Informan

Jenis Kelamin

S1-Teknik

Maskep Perusahaan (Wakil Ketua)

2 Informan 2

Laki-laki

S1-Pertanian Sekretaris P2K3/Ahli K3 Umum

3 Informan 3

Laki-laki

S1-Ekonomi

Wakil Sekretaris/Ahli K3 Umum

4 Informan 4

Laki-laki

S1-Teknik

Bidang Evaluasi

5 Informan 5

Laki-laki

S1-Teknik

Bidang Evaluasi

6 Informan 6

Laki-laki

S1-Teknik

Bidang Pelatihan/Penyuluh

7 Informan 7

Laki-laki

S1-Ekonomi

Bidang Investigasi Kecelakaan Kerja/ Krani SMK3

8 Informan 8

Perempuan

D3-Bidan

Bidang Kesehatan

Perwakilan Tenaga Kerja

Perwakilan Tenaga Kerja

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (Indeepth Interview ) kepada pihak manajemen perusahaan dalam hal ini Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dengan menggunakan panduan wawancara yang disiapkan oleh peneliti.

2. Data Sekunder Data skunder diperoleh dari pihak manajemen PKS Kebun Rambutan PTPN-

III yaitu P2K3, berupa data profil perusahaan, jumlah tenaga kerja, struktur pengorganisasian P2K3 dan hasil produksi perusahaan.

3.6. Definisi Operasional

1. Penetapan Kebijakan K3 adalah keputusan atau tata aturan, pernyataan tertulis pengusaha atau pengurus yang meliputi visi dan misi perusahaan, tujuan dan sasaran serta komitmen dan tekad dalam pelaksanaan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi.

2. Perencanaan K3 adalah : penyusunan suatu rencana K3 untuk mencapai keberhasilan penerapan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur melalui identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi.

3. Pelaksanaan rencana K3 adalah Implementasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana K3 dengan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten, penyediaan sarana prasarana di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 adalah sistem pemeriksaan, pengujian yang dilakukan untuk mengontrol dan menilai penerapan SMK3 meliputi inspeksi dan audit internal SMK3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 adalah : melakukan pengamatan atau tinjuan kembali dari pelaksanaan K3 untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi

6. Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur dan menimbulkan kerugian fisik dan kerugian materi.

3.7. Metode Analisa Data

Metode Analisa Data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian dilapangan. Menurut Milles dan Hubberman dalam Sugiyono (2012) langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian kualitatif, dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut ini :

1. Reduksi Data Proses reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data 1. Reduksi Data Proses reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

2. Menyajikan Data Penyajian data disajikan dalm bentuk narasi yang menyajikan uraian singkat hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi dapat terorganisir dan mudah dipahami.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan dan alur sebab akibat, kesimpulan bersifat kausal dan berdasarkan informsi yang terus berkembang dari informan serta penelusuran kepustakaan. Verifikasi ini dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan sebelumnya untuk meyakinkan peneliti dalam menarik kesimpulan.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan PTPN-III

4.1.1. Sejarah Singkat

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan dibangun pada Tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku tandan buah segar (TBS) berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari (Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Para). PKS Kebun Rambutan juga merupakan salah satu Pabrik dari 12 PKS yang dimiliki PT.Perkebunan Nusantara III , yang terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 80 km ke arah Tenggara kota Medan. Secara keseluruhan Pabrik ini terdiri atas :

a. Bangunan Pabrik.

b. Instalasi.

c. Pembangkit Tenaga Listrik.

d. Bangunan Bengkel.

e. Gudang.

f. Kantor.

g. Perumahan Staff dan Karyawan.

PKS Kebun Rambutan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang bergerak dibidang usaha perkebunan (plantation) dan pengolahan hasil perkebunan, sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Bidang Usaha PKS Kebun Rambutan menghasilkan dua produk yaitu Minyak Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit atau Kernel Palm Oil (KPO) . Untuk hasil sampingan pengolahan (ampas) digunakan sebagai bahan bakar boiler dalam memproduksi uap. Untuk penjualan produk tersebut dilakukan oleh bagian pemasaran pada kantor pusat (Head Office), pihak pabrik hanya melakukan proses pengolahan saja.

2. Uraian Proses Pengolahan Hasil Perkebunan Secara ringkas proses pengolahan kelapa sawit di PKS Kebun Rambutan terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berasal dari daging buah, sedangkan inti sawit untuk memperoleh inti dari biji (Nut).

b. Pengolahan inti Sawit Proses pengolahan inti sawit terdiri dari beberapa tahap proses, yaitu :

1. Pemisahan Sabuk dari Biji Pengepresan masa adukan menghasilkan 2 bagian besar, yaitu minyak dan bungkil (press cake). Press Cake adalah terdiri dari sabut (Fiber) dan inti (Nut).

Bungkil yang sudah terurai ke Separating Columb, oleh fan diisap dan masuk ke Conveyor bahan bakar ketel uap melalui Fibre Cyclone, sedangkan biji jatuh dan masuk ke Polishing Drum, proses pemisahan sabut disebut Depericarper.

2. Pemisahan Inti dan Cangkang Selama biji berada di dalam Nut Silo diberi panas untuk menurunkan kadar air biji dengan tujuan agar inti lepas dari cangkangnya. Setelah biji keluar dari Nut Silo, dipecahkan melalui mesin pemecah biji (Nut Craker), misalnya Sludge Grading Nut Craker , Ripple Mill dan sejenisnya. Pecahan biji (Cracker Mixer) diteruskan ke pneumatic system menggunakan conveyor dan elevator. Pneumatic system berfungsi untuk memisahkan inti (Kernel) dari Craker Mixer. Alat pemisah inti ini ada juga yang menggunakan Hydrocyclone.

3. Pengeringan Inti Sawit Inti sawit yang sudah terpisah, oleh conveyor dan elevator dibawa dan dimasukkan ke dalam Kernel Silo, cangkang dan kotoran lainnya diisap oleh fan dan masuk ke konveyor bahan bakar ketel uap melalui Shell Cyclone dan Shell Transport Fan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan janjangan yang dibuang dengan truck dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman Kelapa Sawit (Sumber : Data PKS Kebun Rambutan, 2017)

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

PKS Kebun Rambutan memiliki visi dan misi yang bersifat korporate dimana visi dan misi dijadikan sebagai dasar didalam menetapkan tujuan dalam suatu kegiatan yang ada di perusahaan.

1. Visi Perusahaan Menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

2. Misi Perusahaan Adapun misi perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan Karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “timbal-hasil” terbaik bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi Karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam Pengembangan Komunitas, danMelaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan (Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan, 2017).

4.1.3. Kebijakan Sistem Manajemen Perusahaan

Untuk menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik, maka direksi beserta seluruh karyawan secara konsisten menerapkan Sistem Manajemen PT. Nusantara III (SM-PN3) yang meliputi

1. Pemenuhan dan peningkatan kepuasan serta harapan pelanggan adalah suatu keharusan dengan melaksanakan seluruh aktivitas yang berorientasi pada standard 1. Pemenuhan dan peningkatan kepuasan serta harapan pelanggan adalah suatu keharusan dengan melaksanakan seluruh aktivitas yang berorientasi pada standard

2. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui peningkatan efisiensi, efektifitas dan sadar untuk tetap taat azas.

3. Pengembangan dan implementasi manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja.

4. Pencegahan pencemaran lingkungan dan pemeliharaan estetika.

5. Penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

6. Pemenuhan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja pada lokasi kerja yang berpotensi bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

7. Pemenuhan Peraturan dan Perundangan dan persyaratan lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

8. Penyempurnaan program transformasi bisnis dan Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (SMM, SML, dan SMK3) secara berkelanjutan. (Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan, 2017).

4.1.4. Tujuan Sistem Manajemen Perusahaan

Adapun tujuan dari Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (SM- PN3) adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

2. Mencegah Pencemaran udara, tanah dan air serta meningkatkan nilai estetika.

3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

4. Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lingkungan, dan keselamatan dan kesehatan kerja. PKS Kebun Rambutan telah menerapkan beberapa peraturan perundang- undangan salah satu diantaranya adalah PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). (Sumber : Data Perusahaan/ PKS Kebun Rambutan, 2017).

4.2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja (KK) dan penyakit Akibat Kerja (PAK). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai 5 prinsip yaitu :

1. Penetapan kebijakan K3.

2. Perencanaan K3.

3. Pelaksanaan rencana K3.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3. (Sumber : PP No. 50 Tahun 2012).

Kelima prinsip tersebut terbagi kedalam 12 elemen 44 Sub elemen dan 166 kriteria, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut:

No

ELEMEN

SUB ELEMEN KRITERIA

1 Pembangunan dan Pemeliharaan

4 26 Komitmen

2 Strategi Pendokumentasian

2 8 (Design) dan kontrak

3 Peninjauan ulang dan Perancangan

4 Pengendalian Dokumen

5 Pembelian

6 Keamanan Bekerja Berdasarkan

9 41 SMK3

7 Standar Pemantauan

8 Pelaporan dan Perbaikan

4 9 Kekurangan

9 Pengelolaan Material dan

3 12 Perpindahannya

10 Pengumpulan dan Penggunaan

2 6 Data

11 Audit SMK3

12 Pengembangan Keterampilan dan

(Sumber : PP No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3).

Berikut adalah pembagian 12 elemen yang termasuk kedalam 5 prinsip dalam SMK3 sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012, yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:

5 Elemen 1 Sub Elemen 1.1

4.3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi.

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) PKS Kebun Rambutan telah menerapkan SMK3 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). PKS Kebun Rambutan secara umum telah menerapkan SMK3 disetiap bagian di perusahaan baik di kantor maupun di semua areal kerja yang bearada dibawah kendali perusahaan. Perusahaan didalam menerapkan sistem manajemen memiliki konsistensi dan komitmen untuk pemenuhannya dengan telah memiliki sistem dokumentasi yang memudahkan pengguna/pelaksana sistem manajemen, yang mencakup persyaratan dokumen berupa manual sampai dengan formulir, yang juga mencakup rekaman pelaksanaan SMK3. PKS Kebun Rambutan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) atas rekomendasi PT.Sucofindo memperoleh “SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS”.

PKS Kebun rambutan juga telah mendapatkan piagam penghargaan “ZERO ACCIDENT AWARD” di tahun 2013 dan tahun 2016. Didalam menerapkan SMK3 PKS Kebun Rambutan juga telah menerapkan ke lima prinsip SMK3 yaitu penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi K3, peninjauan dan peningkatan kinerja K3, kelima prinsip tersebut harus dilakukan dengan optimal sehingga dapat meminimalisir atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan dapat menciptakan tempat kerja yang aman bagi tenaga kerja, sehingga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat terlaksana.

4.3.1. Penetapan Kebijakan K3

kebijakan K3 adalah perwujudan dari komitmen manajemen puncak yang sangat penting didalam SMK3 dan menjadi landasan utama yang diharapkan mampu menggerakkan semua personil yang ada dalam suatu organisasi sehingga program- program K3 dapat terlaksana dengan baik dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja dapat dicegah ataupun diminimalisir, dalam penetapan kebijakan K3 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan K3, bagaimana komitmen dan mekanisme penetapan kebijakan tersebut, bagaimana perusahaan mengkomunikasikan kebijakan tersebut kepada seluruh tenaga kerja, dan siapa yang bertanggungjawab dalam penetapan kebijakan tersebut.

1. Visi, Misi, Tujuan dan sasaran K3

Visi, misi, tujuan dan sasaran K3 merupakan salah satu perwujudan dari penetapan kebijakan K3 yang harus ada didalam suatu perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan, disyahkan dan ditandatangani oleh pemimpin dari suatu perusahaan dan merupakan landasan utama didalam mendirikan suatu perusahaan yang mencerminkan imej dan menunjukkan identitas perusahaan tersebut.

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 pada PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Ya ada, PKS Kebun Rambutan tentu sudah mempunyai visi, misi, tujuan, dan sasaran K3, kalau mengenai kebijakan tersebut kita

lengkap semua, dokumennya juga ada dek”. (Informan I)

“Ada, kita punya yang namanya visi dan misi dan itu sifatnya corporate, artinya setiap atau seluruh pabrik yang dibawah naungan PTPN-III misalnya, tentu sudah memiliki visi, misi yang sama dan berlaku untuk semua pabrik yang termasuk kedalam PTPN-III, kalau tujuan dan sasaran K3 juga kita punya, karena memang hal ini penting dalam suatu perusahaan, selain itu PKS Kebun Rambutan juga punya yang namanya kebijakan khusus ”. (Informan II )

Berdasarkan uraian informasi yang disampaikan oleh informan kedua terkait dengan kebijakan khusus yang dimiliki oleh perusahaan, peneliti selanjutnya menanyakan lebih dalam kebijakan khusus seperti apa yang dimaksud, dan apakah kebijakan khusus itu harus ada bagi setiap perusahaan yang menerapkan SMK3, berikut adalah hasil wawancara mendalam yang diperoleh dari informan kedua.

“Kebijakan khusus itu, merupakan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk jenis pekerjaan yang berisiko dan memeiliki potensi bahaya yang cukup tinggi atau memang sudah pernah terjadi kecelakaan kerja sebelumnya, untuk PKS Kebun Rambutan sendiri kita ada yang namanya kebijakan khusus bagi tenaga kerja pemanen kelapa sawit yang berada dibawah jalur listrik, pekerjaan ini risikonya sangat besar dan memang pernah terjadi kecelakaan kerja yang cukup serius. Kebijakan khusus tidak wajib ada disetiap perusahaan, tergantung kepada kebutuhan masing-masing

perusahaan.” (Informan II).

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara dengan wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 pada PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Terkait dengan kebijakan ataupun komitmen K3, perusahaan sudah sangat-sangat memperhatikannya, hal itu dapat dilihat dari visi, misi, tujuan, sasaran K3, dokumennya juga kita ada bu, bisa ibu lihat di dinding seperti itu, karena memang untuk visi, misi, tujuan dan sasaran K3 itu harus diketahui oleh seluruh tenaga kerja bahkan orang yang berkunjung ke PKS. Artinya itu juga merupakan identitas perusahaan dan lewat visi misi ini lah dapat menjelaskan sebenarnya perusahaan ini bergerak dibidang apa, dan apa yang menjadi tujuan

dan sasarannya “. (Informan III)

“Kita lengkap semua kalau untuk visi, misi, tujuan, sasaran K3 kita semua ada dan semua hal itu selalu ditinjau ulang untuk melihat kesesuaian dengan hal-hal atau kejadian yang terjadi dilapangan,kalau ada yang kurang kita tinjau lagi nah seperti ini dia, visi, misi yang dimiliki perusahaan, kalau tujuan dan sasaran K3 kita juga sudah punya, jelas dia poin- poinnya apa saja “. (Informan IV)

“Ada dan lengkap semua dek. Perusahaan Sudah punya visi, misi, tujuan, sasaran bahkan kebijakan khusus juga sudah punya karena memang perusahaan punya komitmen dan itu bisa dilihat dibeberapa areal kerja yang ada di PKS Kebun Rambutan ini “. (informan V)

Informasi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki komitmen dan tekad yang kuat dalam hal pemenuhan K3 ditempat kerja, berikut adalah visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 serta kebijakan khusus seperti yang disebutkan oleh informan dari hasil wawancara, dan selanjutnya peneliti melakukan observasi ataupun penelusuran untuk menemukan bukti otentik dari setiap dokumen yang disebutkan oleh informan, sebagai berikut:

A. Visi Perusahaan

Visi perusahaan adalah Menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

B. Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.

2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan Karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “timbal-hasil” terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi Karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam Pengembangan Komunitas, danMelaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan (Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan 2017).

C. Tujuan dan Sasaran K3

Adapun tujuan dan sasaran K3 pada PKS Kebun Rambutan adalah sebagai berikut: Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PKS Kebun Rambutan.

1. Menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

2. Mencegah Pencemaran udara, tanah dan air serta meningkatkan nilai estetika.

3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PKS Kebun Rambutan.

1. Pemakaian SDA seperti : air, lisstrik, pelumas, bahan kimia tanaman dan pabrik sesuai norma sampai dengan Desember 2017.

2. Mengendalikan limbah padat, cair, limbah B3 dan menghindari terjadinya tumpahan, ceceran serta mengendalikan tata letak penyimpanana barang/bahan ditempat penyimpanan sementara sampai dengan 2017.

3. Mengendalikan sampah rumah tangga, sampah domestik di perkantoran dan dirumah karyawan s/d Desember 2017.

4. Menurunkan angka kecelakaan kerja 30% dari tahun 2016 s/d Desember 2017.

5. Tercapainya Zerro Accident (nihil kecelakaan) seperty fatality dan cacat permanen s/d Desember 2017.

6. Mematuhi peraturan perundangan lingkungan dan K3 s/d Desember 2017 antara lain: - Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. - Undang-undang No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan. - Undang-undang No. 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah dan B3. - Undang-undang No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. - PP RI No. 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan

sejenis sampah rumah tangga. - PP RI No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3. Tujuan dan sasaran K3 yang ada di PKS Kebun Rambutan tersebut berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti memang terbukti telah di tempelkan dalam frame foto dan diletakkan didinding, berikut adalah foto dokumentasi dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. (Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.1. Tujuan dan Sasaran K3

(sumber : Hasil Observasi Peneliti)

D. Kebijakan Khusus

PKS Kebun Rambutan juga memiliki kebijakan K3 khusus, yang dibuat sesuai dengan kondisi tingkat risiko pekerjaan atau terkait dengan lintas departemen (tidak wajib harus ada), kebijakan khusus biasanya ditetapkan ketika risiko dari suatu pekerjaan tersebut memiliki potensi bahaya yang cukup berat dan pernah terjadi kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh jenis pekerjaan tersebut, contoh kebijakan khusus yang diterapkan di PKS Kebun Rambutan adalah kebijakan khusus untuk tenaga kerja pemanen kelapa sawit yang bekerja dibawah/samping jalur listrik.

Kebijakan khusus ini ditetapkan untuk jenis pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Pada tahun 2016 terjadi kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat permanen pada tenga kerja dimana salah satu tangan tenaga kerja tersebut harus diamputasi akibat tersetrum listrik pada saat bekerja memanen sawit dibawah jalur listrik.

Berikut adalah kebijakan khusus bagi tenaga kerja pemanen kelapa sawit yang ditemukan oleh peneliti dari dokumen PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.2. Kebijakan Khusus Bagi Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Perusahaan juga boleh menetapkan lebih dari satu kebijakan khusus di tempat kerja hal ini karena kebijakan khusus dibuat sesuai dengan potensi bahaya dan risiko yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan. Kebijakan K3 dan Kebijakan Khusus ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan dalam peraturan perundangan.

Mekanisme untuk meninjau ulang isi kebijakan secara berkala dilakukan melalui management review meeting (rapat tinjauan manajemen) tahunan, karena kebijakan K3 merupakan kebijakan lama yang ditetapkan untuk digunakan kembali. Sebagai pemastian semua orang yang bekerja di areal kerja memahami kebijakan tersebut dilakukan beberapa pendekatan seperti menempelkan salinan kebijakan K3 tersebut pada areal-areal yang terdapat tenaga kerja, tamu dan kontraktor yang akan bekerja/beraktifitas di areal kerja perusahaan.

2. Komitmen Perusahaan dalam Penetapan Kebijakan K3

Penetapan kebijakan K3 yang diwujudkan dalam bentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen pihak perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen yaitu pihak P2K3. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang bagaimana komitmen perusahaan dalam hal penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Perusahaan sudah sangat-sangat berkomitmen dalam hal penetapan Kebijakan K3 ditempat kerja dan sudah sangat-sangat memperhatikannya, hal itu dapat dilihat dari visi, misi, tujuan,sasaran K3, kebijakan-kebijakan K3 baik itu sifatnya kebijakan khusus tentang pekerjaan yang berisiko, komitmen yang lain juga ditunjukkan oleh perusahaan dalam hal pemenuhan kebutuhan K3 nya sendiri, yaah, memfasilitasi kebutuhan karyawan dan juga terkait dengan kebutuhan fasilitas kesehatan, sampai ke bathiniyah, bathiniyah itu anak karyawan, hmm sampai situ juga sudah difikirkan perusahaan, itulah indikasinya bahwa perusahaan memiliki komitmen dan kebijakan K3 yang cukup kuat, nah komitmen dan kebijakan itu sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh pimpinan perusahaan ”. (Informan I)

“PKS Kebun Rambutan ini perusahaan besar, dan sudah berdiri sejak lama yaitu sejak tahun 1983, dan bisa beroperasi sampai sekarang, itu karena perusahaan memang memiliki kebijakan dan komitmen yang cukup kuat dalam hal pemenuhan K3 ditempat kerja, komitmen dan kebijakan K3 (aturan tertulis) tersebut bisa dilihat dan diminta kepada bagian personalia, atau dapat dilihat diberbagai area tempat kerja di PKS Kebun Rambutan contohnya seperti ini, selain itu kita juga memiliki Ahli K3 Umum dan orang2 yang punya kemampuan dan kompetensi”. (Informan II)

“Indikasinya bahwa kita benar2 sudah memiliki komitmen dan kebijakan K3 selain dalam bentuk peraturan tertulis yang digantung “Indikasinya bahwa kita benar2 sudah memiliki komitmen dan kebijakan K3 selain dalam bentuk peraturan tertulis yang digantung

“PKS Kebun Rambutan sepanjang yang saya tau, selalu berusaha memenuhi peraturan perundang-undangan seperti penerapan K3

ditempat kerja itu tidak asal-asalan dibuat, tapi ada acuannya ada peraturannya seperti UU No.1 Tahun 1970 dan kalau untuk SMK3 PP NO.50 tahun 2012, nah dari sini sudah terlihat bagaimana kami (PKS Kebun Rambutan) memiliki komitmen yang kuat terhadap penetapan Kebijakan K3 berlandaskan undang-undang, kita juga punya yang namanya evaluasi peraturan perundangan.ada dokumennya semua lengakap”. (Informan IV)

“Menurut saya perusahaan khususnya pimpinan sudah menunjukkan komitmennya dalam penetapan kebijakan K3 yah, karena semua kebijakan itu dipantau dan di evaluasi terus perkembangannya, dalam rapat, istilahnya rapat tinjauan manajamen dek. Nah inikan sebenarnya menunjukkan bahwa perusahaan memang memperhatikan kebijakan K3 yang ada sesuai atau tidak dilapangan, sampai segitunyalah perhatian perusahaan terhadap komitmen dan kebijakan K3”. (Informan V)

Berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan mempunyai komitmen dan kebijakan K3 yang ditanda tangani oleh pimpinan perusahaan, dan selalu berupaya untuk konsisten didalam menerapkan komitmen dan kebijakan tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan penelusuran ataupun observasi terkait bukti otentik untuk setiap pernyataan yang disebutkan oleh informan. Berikut adalah komitmen dan kebijakan K3 yang terdapat di PKS Kebun Rambutan dan dibuat dalam frame foto yang diletakkan di dinding.

Gambar 4.3. Komitmen dan Kebijakan K3 PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Komitmen perusahaan dalam penetapan kebijakan K3 sudah terlaksana dengan baik, indikasinya bahwa perusahaan sudah memiliki komitmen dalam hal penetapan kebijakan K3 dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

A. SDM yang Kompeten

PKS Kebun Rambutan memiliki komitmen yang kuat dalam hal penetapan kebijakan K3 tidak hanya dari peraturan tertulis yang dibuat seperti visi, misi, tujuan, sasaran, dan kebijakan khusus saja, tapi sampai pada SDM yang terlibat dalam penetapan kebijakan K3 pun sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan-perundangan.

Berikut adalah hasil observasi yang dilakukan peneliti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan. Menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan memiliki SDM yang kompeten, salah satunya adalah penunjukkan Ahli K3 untuk Berikut adalah hasil observasi yang dilakukan peneliti dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan. Menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan memiliki SDM yang kompeten, salah satunya adalah penunjukkan Ahli K3 untuk

Gambar 4.3. Sertifikat Ahli K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

PKS Kebun Rambutan didalam menunjuk penanggungjawab K3 juga telah menyesuaikan dengan peraturan perundangan sebagai berikut :

1. Sekretaris P2K3/Ahli K3–Permenaker No.Per.04/MEN/187

2. Auditor Internal SMK3 - Permenaker No. Per.18/MEN/XI/2008

3. Operator Ketel Uap – Permenaker No. Per.01/MEN/1988

4. Operator Pesawat Angkat Angkut -Permenaker No.Per.09/MEN/VII/ 2010

5. Petugas P3K- Permenakertrans No.Per.15/MEN/VII/2008

6. Petugas kebakaran-Permenaker No.Per.186/MEN/1999

B. Penghargaan yang dimiliki Oleh Perusahaan

Salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pihak perusahaan memiliki komitmen dalam penetapan kebijakan K3 adalah dengan berbagai penghargaan yang Salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pihak perusahaan memiliki komitmen dalam penetapan kebijakan K3 adalah dengan berbagai penghargaan yang

Gambar 4.4 Penghargaan PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

3.Aturan Tertulis dan Tidak Tertulis

Perusahan dalam menetapkan kebijakan K3 juga telah memiliki aturan tertulis didalam mengurangi terjadinya kasus kecelakaan kerja. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang aturan tertulis ataupun tidak tertulis dalam mencegah terjadinya kasus kecelakaan kerja.

“ ya perusahaan memiliki aturan tertulis untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ada aturan tentang sistem pengamanan, tanggungjawab keselamatan ”.(Informan I)

Ada dan sudah diletakkan dibeberapa areal kerja yang bisa dilihat oleh semua orang baik tenaga kerja/ pengunjung”. (Informan II)

Ada, dan itu juga kita tempelkan di dinding untuk aturan tertulis, kalau aturan tidak tertulis sih biasanya paling disosilisasikan saja, seperti pemakaian APD disosilisasikan”. (Informan III)

Ada dek, itu bisa adek minta ke bagian personalia kita sudah punya dan memang telah dibuat untuk aturan tertulis tersebut”.

(Informan IV)

Ada dan sudah lengkap dibeberapa areal kerja seingat saya ada ditempelkan didinding yah, karena kan memang penting itu supaya pekerja selamat dalam bekerja”. (Informan V)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan perusahaan sudah memiliki aturan tertulis, dan berikut adalah aturan tertulis yang dimiliki oleh perusahaan berdasarkan hasil observasi peneliti.

Gambar 4.5 Aturan tertulis PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

4.Proses Penetapan Kebijakan K3

Proses penetapan Kebijakan K3 disuatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, adapun mekanisme proses penetapan kebijakan K3 yang terdapat diperusahaan, dapat dilihat dari pernyataan pihak manajemen (P2K3). Berikut adalah Proses penetapan Kebijakan K3 disuatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting, adapun mekanisme proses penetapan kebijakan K3 yang terdapat diperusahaan, dapat dilihat dari pernyataan pihak manajemen (P2K3). Berikut adalah

“Mekanisme proses penetapan kebijakan K3 dan prosedur atau istilahnya instruksi kerja itu tidak dapat dipublish secara detail, tapi dalam penetapan kebijakan K3 biasanya dilakukan melalui rapat

tinjauan manajemen atau rapat bulanan P2K3”, (Informan I)

“Proses penetapan kebijakan K3 dilakukan dengan mekanisme rapat, dan untuk perumusan isi kebijakan K3 juga selalau ditinjau melalui rapat tinjauan manajemen dan ada notulensinya ”. (Informan II)

“Melalui rapat yang dihadiri oleh seluruh pihak manajemen, ada manajer dan sekretaris perusahaan, ahli K3 dan perwakilan dari tiap- tiap unti tenaga kerja”. (Informan III)

“Biasanya kita melakukan rapat, dan itu harus dihadiri oleh perwakilan dari setiap unit, nanti masing-masing pimpinan unit memberikan masukan, intinya se macam diskusi bersamalah”. (Informasi IV)

“Rapat biasanya dek, dan dari rapat itu setiap ketua yah, nanti disampaikan ke anak buah atau pekerjalah bahasanya apa isi kebijakan itu, jadi biar semua orang tau, meratalah informasinya, jangan sampe ada yang gak tau”. (Informasi V).

Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan dalam menetapkan perumusan isi kebijakan K3 dilakukan dengan rapat yang dihadiri oleh seluruh pihak manajemen dan perwakilan dari masing-masing unit kerja, meskipun mekanisme rapat secara detail tidak dapat ditunjukkan mengingat hal ini merupakan kebijakan dari perusahaan untuk tidak dipublish. Berdasarkan informasi yang diperoleh, berikut adalah bukti yang menunjukkan keterangan yang Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan dalam menetapkan perumusan isi kebijakan K3 dilakukan dengan rapat yang dihadiri oleh seluruh pihak manajemen dan perwakilan dari masing-masing unit kerja, meskipun mekanisme rapat secara detail tidak dapat ditunjukkan mengingat hal ini merupakan kebijakan dari perusahaan untuk tidak dipublish. Berdasarkan informasi yang diperoleh, berikut adalah bukti yang menunjukkan keterangan yang

Gambar 4.6.Rapat terkait perumusan isi kebijakan K3 yang dihadiri oleh Pihak Manajemen dan perwakilan pekerja dari setiap unit.

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.7. Notulensi dan Absensi Rapat P2K3

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

5.Perusahaan Mengkomunikasikan Kebijakan K3

Perumusan isi kebijakan yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan K3 baik yang bersifat khusus selanjutnya disebarluaskan dan dikomunikasikan kepada seluruh orang yang berada ditempat kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang bagaimana perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 tersebut kepada seuruh tenaga kerja, tamu/ pengunjung, kontraktor, pelanggan, pemasok.

“Informasi terkait perumusan isi kebijakan disebarluaskan melalui penempelan poster, pembacaan saat briefing pagi”. (Informan I)

“Informasi disebarluaskan kepada tenaga kerja dapat melalui papan pengumuman di pintu masuk, bisa juga melalui pelatihan pengenalan (induction training)”. (Informan II)

“melalui briefing biasanya atau apel pagi yang setiap hari rutin kita laksanakan”. (Informan III)

Informasinya bisa disebarluaskan melalui lisan ataupun tulisan yah, kalau lisan ya seperti apel pagi sebelum bekerja, tulisan dari kebijakan-kebijakan yang ditempel didinding dan bisa dilihat

dibeberapa area lokasi PKS”. (Informan IV)

Oh, biasanya itu disebarluaskan melalui papan pengumuman dan informasinya juga disampaikan kepada siapa saja yang ada di PKS Kebun Rambutan, baik itu kepada tamu dan mahasiswa-mahasiswa

PKL atau penelitian juga diberi tahu”. (Informan V)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa dalam menyebarluaskan atau mengkomunikasikan kebijakan K3, PKS Kebun Rambutan telah melakukan Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa dalam menyebarluaskan atau mengkomunikasikan kebijakan K3, PKS Kebun Rambutan telah melakukan

Gambar 4.8 briefing pagi yang dilakukan setiap harinya.

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Penetapan kebijakan K3 dan perumusan kebijakan K3 juga ditinjau ulang dalam rapat tinjauan manajemen dan PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakan hal ini, berikut adalah rapat tinjauan manajemen

Gambar 4.9. Rapat Tinjauan Manajemen terkait efektivitas Kebijakan K3

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Dalam prinsip penetapan kebijakan K3 terdapat 1 elemen, 3 sub elemen, 23 kriteria dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. PKS Kebun Rambutan telah memenuhi seluruh kriteria (23 kriteria) dalam prinsip penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan telah terlaksana dengan optimal.

4.3.2. Perencanaan K3

Perencanaan K3 merupakan hal yang sangat penting sebab pada perencanaan dilakukan tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko lalu kemudian menyusun program-program K3 dan melaksanakan program tersebut serta memantau, mengevaluasi dan meninjau peningkatan kinerja dari suatu program yang telah disusun pada saat perencanaan, perencanaan yang tidak matang tentu akan berimplikasi terhadap kejadian kecelakaan kerja, oleh karena itu didalam menyusun perencanaan harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan mendapatkan dukungan dari semua pihak, serta didalam melakukan perencanaan tentu menggunakan teknik identifikasi, sehingga perencanaan yang disusun dapat tepat sasaran dan mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan K3 meliputi apakah perusahaan memiliki perencanaan K3, bagaimana proses penyusuna rencana K3 tersebut, apakah perencanaan tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundang- undangan, siapa SDM yang terlibat dalam proses penyusunan rencana K3 tersebut, apa yang menjadi indikator pencapaian dalam perencanaan tersebut, bagaimana Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan K3 meliputi apakah perusahaan memiliki perencanaan K3, bagaimana proses penyusuna rencana K3 tersebut, apakah perencanaan tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundang- undangan, siapa SDM yang terlibat dalam proses penyusunan rencana K3 tersebut, apa yang menjadi indikator pencapaian dalam perencanaan tersebut, bagaimana

1.Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Perencanaan K3 merupakan hal yang sangat penting, dan merupakan dasar ataupun landasan pertama didalam melakukan tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Setiap perusahaan harus memiliki perencanaan yang baik, karena perencanaan yang baik dan optimal tentu akan berimplikasi pada kasus kecelakaan kerja yang dapat dicegah ataupun diminimalisir.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3, krani SMK3 tentang apakah perusahaan sudah memiliki perencanaan K3 didapatkan informasi sebagai berikut:

“ Perusahaan tentu mempunyai Perencanaan K3, dan sudah lengkap bisa diminta untuk dilihat kepada bagian personalia. ” ( Informan II)

“Ada, kita sudah punya perencanaan K3, karena hal itu sangat penting, perencanaan itulah dasar suatu perusahaan didalam menetapkan program apa yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerj a.” (Informan III)

“Ada, dan najah bisa lihat di dokumen yang kita punya, perencanaan yang kita punya itu sudah lengkap mulai dari identifikasi potensi bahaya dari setiap pekerjaan yang ada, penilaian risiko pekerjaan tersebut sampai pada tahap pengendalian risik o.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan sudah mempunyai dan memiliki perencanaan K3, yang dapat dilihat pada Lampiran III (Perencanaan K3).

2.Proses Penyusunan Rencana K3

Proses penyusunan rencana K3 merupakan hal yang sangat penting, kesalahan dalam penyusunan rencana K3 tentu akan berdampak pada implementasi program K3 yang tidak terlaksana dengan optimal sehinggga kecelakaan kerja masih akan terjadi meski sudah dilakukan perencanaan K3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang bagaimana proses penyusunan rencana K3 berdasarkan tinjauan awal, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian ,didapatkan informasi sebagai berikut:

“PTPN III khususnya Kebun Rambutan sudah sangat menerapkan SMK3 diawali identifikasi, ISBPR (identifikasi sumber bahaya dan pengendalian risiko), nah dari ISBPR ini dari situlah bisa kita nilai mana yang sangat ekstrim, mana yang medium, mana yang low, jadi itu sesuai dengana pengalaman masa lalu dan potensi yang ada jadi kalau sesuai hasil identifikasi yang sudah kita kerjakan, kita lihat identifikasi bahaya nya apa, contoh salah satu Afdeling VIII, di afdeling VIII itu ada banyak kegiatan contoh masalah pemupukan di TU, bahaya apa yang bisa terjadi disana, disana bisa terjadi bahaya waktu membongkar itu terkilir, waktu memupuk terhirup, waktu berjalan tersandung jadi ini semua harus kita identifikasi, lalu programnya apa? Sosialisasi bekerja dengan aman, lalu kegiatan yang dibutuhkan apa yaitu pemenuhan APD dan memberikan pelatihan manajemen harus turun langsung dalam memberikan sosialisasi, sedangkan jika potensi bahaya bersifat Low atau Medium hanya dilakukan sosialisasi tanpa pelatihan. ” (Informan II)

“Proses penyusunan rencana K3 dilakukan dengan menggunakan teknik identifikasi potensi bahaya yang mengacu pada PP NO.50 Tahun 2012 yaitu HIRARC nah, karena kita sudah mengacu pada PP No.50 tahun 2012 tentu didalam melakukan perencanaan harus melalui beberapa proses yang pertama proses identifikasi, kedua proses penilaian risiko, dan ketiga proses pengendalian risiko setalah ini semua dilakukan maka baru kemudian dapat ditentukan langkah

ataupun program selanjutnya.” (Informan III)

“Proses penyusunan rencana di PKS Kebun Rambutan itu istilahnya ISBPR, nah ini dia dokumennya, inilah yang namanya penyusunan rencana K3, ISBPR itu dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan yang ada di PKS Kebun Rambutan, seperti ini contohnya bagian Pengolahan punya ISBPR khusus pengolahan, bagian laboratorium juga sama punya ISBPR sendiri, dan sudah lengkap semua disini kita buat. (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas, menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan didalam menyusun rencana K3 mengacu pada PP No. 50 Tahun 2012 dengan menggunakan teknik identifikasi “Hazard identification Risk Assesment and Risk Control” (HIRARC), proses pertama dilakukan dengan identifikasi potensi bahaya, proses kedua dengan melakukan penilaian risiko dan proses terakhir adalah dengan melakukan pengendalian risiko, kemudian peneliti melakukan penelusuran untuk menemukan bukti yang otentik dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh informan, terkait dengan teknik identifikasi yang dilakukan di PKS Kebun Rambutan, dapat dilihat pada Lampiran III (Perencanaan K3).

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan tentang perencanaan K3, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Masih terdapat prosedur di dalam ISBPR yang di tetapkan di PKS Kebun Rambutan tidak berdasarkan pada tahap hirarki pengendalian seperti dilakukan pengendalian mengunakan APD seperti sarung tangan, helmet & sepatu baru kemudian pengendalian kalibrasi alat ukur untuk potensi bahaya tersembur steam panas dari aktifitas pengoperasian perebusan, dimana seharusnya penetapan pengendalian adalah kalibrasi alat ukur baru APD seperti sarung tangan, helmet & sepatu. Pemahaman akan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian 1. Masih terdapat prosedur di dalam ISBPR yang di tetapkan di PKS Kebun Rambutan tidak berdasarkan pada tahap hirarki pengendalian seperti dilakukan pengendalian mengunakan APD seperti sarung tangan, helmet & sepatu baru kemudian pengendalian kalibrasi alat ukur untuk potensi bahaya tersembur steam panas dari aktifitas pengoperasian perebusan, dimana seharusnya penetapan pengendalian adalah kalibrasi alat ukur baru APD seperti sarung tangan, helmet & sepatu. Pemahaman akan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian

2. Nilai risiko yang ditetapkan terhadap hasil review tahun sebelumnya (tahun 2015) yang sudah dilakukan pengendalian, masih sama tidak terjadi perubahan penurunan dari nilai risiko sebelum dilakukan pengendalian, selain itu terdapat nilai risiko yang meningkat setelah dilakukan pengendalian selama 1 (satu) tahun seperti nilai resiko dari terjepit lori & terjepit pintu rebusan pada kegiatan pengoperasian rebusan yang pada tahun 2015 bernilai L (low) pada tahun 2016 setelah dilakukan pengendalian bernilai M (medium), dimana seharusnya setelah dilakukan review terhadap nilai risiko yang sudah dikendalikan pada tahun sebelumnya dapat menjadi turun.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24