Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi.

3.Perencanaan K3 disesuaikan dengan Peraturan Perundang-Undangan

Penyusunan rencana K3 harus disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan dalam hal ini pihak PKS Kebun Rambutan juga telah menyesuaikan perencanaan K3 tersebut dengan peraturan perundangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang apakah proses penyusunan rencana K3 disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Ya, memang harus disesuaikan karena kita menerapkan SMK3 mengacu pada PP No. 50 tahun 2012, sehingga teknik identifikasi yang dilakukan adalah HIRARC.” (Informan II)

“tentu disesuaikan dengan peraturan perundangan kita mengacu pada PP No.50 tentang bagaimana penyusunan rencana K3 tersebut.”(Informan III)

Ya, ini buktinya dapat dilihat, bahwa penyusunan perencanaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, dan PKS Kebun Rambutan mengacu pada PP No. 50, seperti ini dia.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas PKS Kebun Rambutan sudah melakukan penyusunan rencana K3 yang juga telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini adalah PP NO.50 Tahun 2012, selanjutnay peneliti melakukan penelusuran untuk menemukan bukti otentik untuk setiap Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas PKS Kebun Rambutan sudah melakukan penyusunan rencana K3 yang juga telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini adalah PP NO.50 Tahun 2012, selanjutnay peneliti melakukan penelusuran untuk menemukan bukti otentik untuk setiap

Gambar 4.10 Gambar peraturan perundangan yang menjadi

acuan dalam penyusunan renana K3

(Sumber : Data/dokumen PKS Kebun Rambutan)

4.SDM dalam Penyusunan Rencana K3

PKS Kebun Rambutan dalam menyusun perencanaan K3 bekerjasama dan menunjuk pihak-pihak yang berkompeten yaitu ahli k3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). PKS Kebun Rambutan juga memiliki dokumen yang menjelaskan tanggung jawab dan wewenang seseorang yang di sahkan oleh manajemen perusahaan seperti dalam hal ini penunjukan Ahli K3 untuk mengambil tindakan dan melaporkan mengenai k3.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang SDM yang terlibat dalam proses penyusunan rencana K3, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Dalam penyusunan rencana K3 SDM yang terlibat adalah pihak manajemen baik itu manajer perusahaan, ahli K3, P2K3, dan perwakilan dari setiap unit kerja.” (Informan II)

“Pihak manajemen dan P2K3 serta beberapa orang perwakilan dari tenaga kerja dan SDM ada juga yang sudah mendapatkan pelatihan

dan bersertifikasi Ahli K3.” (Informan III)

Seluruh pihak manajemen atau P2K3nya, dan juga dihadiri oleh manajer perusahaan artinya SDM dalam penyusunan rencana K3 harus juga disesuaikan dengan peraturan perundangan.” (Informan VII)

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya kepada informan II, III, VII:

“Untuk P2K3 yang sudah dibentuk oleh perusahaan apakah berlandaskan pada peraruran perundang-undangan pak?(Peneliti)

“ya, dan itu diatur dalam PERMENAKER NO.4 tahun 1987 untuk P2K3nya.”(Informan II)

Memang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, ada dia khusus peratur an tentang P2K3.” (Informan III)

“ya tentu jah, untuk P2K3 itu sendiri kan sudah jelas peraturan perundangannya PERMENAKER No. 4 Tahun 1987,siapa ketua, sekeretarisnya juga kan harus ahli K3, tim-timnya dan P2K3 yang sudah dibentuk juga harus diketahui oleh dinas tenaga kerja setempat, kalau kita DISNAKER tebing tinggi, dan kita juga sudah menyesuaikan, ini dia contohnya struktur organisasi P2K3 dan jobd escnya.” (Informan VII)

Untuk kegiatan P2K3 itu sendiri seperti apa pak?

“P2K3 itu kan organisasi yang dibentuk untuk mengurusi semua hal yang berkaitan dengan K3, jadi kegiatannya itu mulai dari penyusunan rencana K3, pelaksanaan rencana K3,evalusasi, pemantauan, dan P2K3 itu harus melaporkan kegiatan setiap

bulannya, namanya laporan bulanan P2K3.”(Informan VII)

Dilaporkan ke siapa pak?

“Dilaporkan ke dinas tenaga kerja, sebagai pengawas K3 untuk eksternal dan itu kita laksanakan sebagaimana yang terdapat dalam

peraturan PERMENAKER No.4 jah.” (Informan VII)

Berdasarkan data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa pimpinan dari setiap unit kerja dalam PKS Kebun Rambutan yang tergabung didalam struktur P2K3 memiliki tanggungjawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya, hal ini ditunjukkan melalui keterlibatan pimpinan unit tersebut dalam penilaian kinerja K3 unit, keterlibatan dalam inspeksi K3, keterlibatan dalam rapat K3 dan memantau pencapaian kinerja unit di bidang K3. Perusahaan atau pihak manajemen bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin terlaksananya perencanaan dalam SMK3.

PKS Kebun Rambutan dalam menyusun rencana-rencana K3 juga mendapatkan saran-saran yang diberikan dari ahli yang berasal dari dalam dapat berupa: laporan auditor internal K3, laporan inspeksi ahli K3, dan laporan studi banding/bench marking. Dari luar dapat berupa: laporan kinerja K3 dari Consultant independen , nota pemeriksaan dari pegawai pengawas Disnaker setempat, dan hal ini juga sudah dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan didperoleh informasi bahwa dalam menyusun rencana K3 PKS Kebun Rambutan telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan didperoleh informasi bahwa dalam menyusun rencana K3 PKS Kebun Rambutan telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai

1. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak perusahaan, sesuai dengan Pemenaker No.Per.04/ MEN/1987 pasal 3 ayat (1), dan telah diterapkan di PKS Kebun Rambutan. 2.Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan

Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 sesuai dengan Permanaker No.Per.04/MEN/1987 pasal 3 ayat (2) dan lihat pada surat penunjukan ahli K3 dan sertifikat pelatihan (ahli K3 umum).

3. P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko. Kegiatan-kegiatan yang dilakukakn oleh P2K3 dapat dilihat pada program- program K3 yang direncanakan atau sedang dilaksanakan oleh P2K3 selama ini, apakah ada program mengenai pengembangan atau peninjauan kebijakan dan perbaikan/pengembangan prosedur terkait dengan pengendalian risiko dan temuan dari hasil penilaian risiko (notulen rapat) sesuai dengan tugas dan fungsi P2K3 yang tecantum dalam Permenaker No.Per.04/MEN/1987, dan dapat dilihat pada Lampiran III.

4. Susunan pengurus P2K3 di dokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja. Susunan pengurus P2K3 Dapat dilihat dari mekanisme pemberitahuan/ pengumuman berkaitan dengan informasi K3. P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan di tempat kerja. (Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Pertemuan P2K3 minimal dilakukan 1 kali dalam sebulan atau sesuai ketentuan dalam prosedur mengenai P2K3. PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakan rapat bulanan P2K3 yang dilakukan setaip bulan, hal ini dapat dilihat dari notulen ataupun laporan rapat bulanan P2K3, sebagai berikut:

Gambar 4.11. Laporan Bulanan P2K3

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

5. P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan Sesuai Permanaker No: Per. 04/MEN/1987 tiap 3 bulan sekali kegiatan P2K3 harus dilaporkan ke Disnaker setempat minimal menggunakan format pelaporan yang 5. P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan Sesuai Permanaker No: Per. 04/MEN/1987 tiap 3 bulan sekali kegiatan P2K3 harus dilaporkan ke Disnaker setempat minimal menggunakan format pelaporan yang

6. Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih wakil-wakil tenaga kerja yang Ditunjuk sebagai penanggung jawab atas K3 di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan yang sesuai dengan bidangnya.

PKS Kebun Rambutan juga telah membentuk kelompok kerja dalam struktur organisasi P2K3, yang disesuaikan dengan kondisi di dalam perusahaan terkait dengan efektifitas penerapan SMK3 itu sendiri, adapun kelompok-kelompok kerja didalam struktur organisasi P2K3 terdiri dari tim identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, tim investigasi kecelakaan kerja, tim identifikasi aspek dan dampak lingkungan dan tim tanggap darurat di setiap unit kerja/departemen.

Setiap tim yang telah dibentuk memiliki tugas dan tanggungjawabnya masing- masing, dan setiap pengurus didalam tim adalah orang yang diharapkan memiliki kemampuan dan berkompeten dibidangnya, oleh karena itu PKS Kebun Rambutan juga telah memberikan pelatihan kepada setiap tim dalam struktur organisasi P2K3 baik itu berupa sosialisasi ataupun simulasi terkait dengan kegiatan kelompok masing-masing, pembagian masing-masing kelompok kerja dapat dilihat pada Lampiran III (perencanaan K3).

PKS Kebun Rambutan di dalam melakukan identifikasi potensi bahaya sudah membentuk tim identifikasi potensi bahaya yang bertanggungjawab dalam melakukan manajemen risiko di tempat kerja. Adapau tim identifikasi potensi bahaya adalah PKS Kebun Rambutan di dalam melakukan identifikasi potensi bahaya sudah membentuk tim identifikasi potensi bahaya yang bertanggungjawab dalam melakukan manajemen risiko di tempat kerja. Adapau tim identifikasi potensi bahaya adalah

Anggaran yang dimiliki oleh Perusahaan hanya mampu memberikan pelatihan kepada ketua tim dan beberapa orang dari masing-masing tim, dengan harapan ketua tim tersebut bisa menginformasikan hasil pelatihan yang diperolehnya kepada anggota yang lain, namun faktanya hal tersebut belum berjalan dengan baik, pada saat dilakukan wawancara masih terdapat beberapa anggota yang belum mengetahui tanggungjawabnya sebagai tim identifikasi bahaya, dan tentu hal ini dapat berimplikasi dengan terjadinya kasus kecelakaan kerja, dimana tim identifikasi bahaya yang seharusnya melakukan identifikasi bahaya untuk melakukan penilaian dan pengendalian risiko yang tepat belum mengetahui apa yang harus dikerjakannya, jika hal ini terjadi maka sumber atau penyebab terjadinya kasus kecelakaan kerja tidak dapat diketahui, sehingga kasus kecelakaan kerja akan terjadi dan terulang kembali. Tim identifikasi bahaya beserta tugas dan tanggungjawabnya dapat dilihat pada Lampiran III.

Berikut adalah dokumentasi kegiatan simulasi yang sudah dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.12. Simulasi Kebakaran

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.13 Simulasi Bencana Alam

(Sumber : Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Simulasi kebakaran dan simulasi bencana alam merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh tim tanggap darurat dengan tujuan agar seluruh tenaga kerja yang berada di tempat kerja memiliki kemampuan ketika dihadapkan pada kondisi darurat yang bisa terjadi kapan saja sehingga dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kerugian-kerugian yang jauh lebih besar, baik itu kerugian berupa materi Simulasi kebakaran dan simulasi bencana alam merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh tim tanggap darurat dengan tujuan agar seluruh tenaga kerja yang berada di tempat kerja memiliki kemampuan ketika dihadapkan pada kondisi darurat yang bisa terjadi kapan saja sehingga dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kerugian-kerugian yang jauh lebih besar, baik itu kerugian berupa materi

Gambar 4.14 Simulasi Keadaan Darurat bagi Petugas Kesehatan

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

PKS Kebun Rambutan juga memberikan simulasi menghadapi massa hal ini juga merupakan hal yang sangat penting agar setiap pihak yang berada ditempat kerja memiliki kemampuan ketika berhadapan dengan massa yang berasal dari masyrakat yang berada disekitar areal tempat kerja.

Gambar 4.15 Simulasi Menghadapi Massa

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Susunan kelompok-kelompok kerja P2K3 yang telah terbentuk di diidokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja. Hal ini penting agar seluruh orang ditempat kerja mengetahui siapa saja pengurus P2K3 dan apa saja tanggungjawabnya sehingga ketika terjadi masalah tentang keselamatan dan kesehatan kerja, tenaga kerja tau harus melapor kepada siapa, Informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk disebarluaskan sehingga kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja dapat dicegah atau diminimalisir.

Berikut adalah struktur organisasi P2K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi yang didapatkan peneliti dari data/dokumen PKS Kebun Rambutan.

Ketua Manajer

Sekretaris P2K3

Wakil Ketua

(AK3 Umum)

(Maskep)

Wakil Sekretaris (Krani SMK3)

Bidang Kelompok Kerja Evaluasi

Bidang

Bidang

1. Tim Identifikasi

Kesehatan Kecelakaan Kerja

Penyuluhan/Pelatihan

3. Tim ISBPR

4. Tim Tanggap Darurat Sumber : Data/Dokumen PKS

Kebun Rambutan

5.Indikator Pencapaian Perencanaan K3

Indikator pencapaian perencanaanK3 adalah kinerja K3 disuatu perusahaan dapat dilihat dari angka kecelakaan kerja (FR/SR), jumlah klaim kecelakaan, prestasi/penghargaan K3, berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bagaimana kinerja perusahaan, jika frekuensi terjadinya kecelakaan kerja relatif tinggi maka perusahaan harus meningkatkan kinerjanya di tahun berikutnya, kinerja yang efektif dari suatu perusahaan dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kasus kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang apa yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Indikator yang menjadi penentu apakah perusahaan sudah mencapai perencanaan K3 yang optimal adalah dengan kinerja K3, kalau kecelakaan kerja mengalami penurunan hal ini menunjukkan bahwa kinerja K3 sudah optimal didalm menurunkan angka kecelakaan kerja sehingga inilah yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3.” (Informan II)

“Kalau menurut saya yang menjadi indikator dalam pencapaian rencana K3 adalah persamaan persepsi terkait dengan konsep bahaya, itu dulu yang harus disamakan, sehingga kalau itu sudah sepakat maka untuk menetukan program selanjutnya dapat lebih

optimal.” (Informan III)

“Indikatornya adalah jika kecelakaan kerja dapat dicegah atau minimal setidaknya berkurang, maka disitulah baru bisa dikatakan bahwa pencapaian rencana K3 berhasil, karena perencanaan

merupakan dasar dalam mencegah kecelakaan kerja.”(Informan VII)

Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa 2 informan memberikan pernyataan bahwa indikator pencapaian perencanaan K3 adalah kinerja K3 yang ditunjukkan melalui angka kecelakaan kerja (FR/SR), jumlah klaim kecelakaan, prestasi/penghargaan K3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PKS Kebun Rambutan, selama 3 tahun terakhir pada tahun 2014 terdapat 20 kasus kecelakaan kerja, tahun 2015 terdapat 14 kasus kecelakaan kerja, dan tahun 2016 terdapat 23 kasus kecelakaan kerja dan 2 kasus kecelakaan kerja tipe berat yang mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat permanen. jika mengacu pada pernyaan informan tersebut maka perencanaan K3 di PKS Kebun Rambutan belum sepenuhnya terlaksana dengan optimal. Selain hal itu yang menjadi indikator dalam pencapaian penerapan SMK3 sebagaimana yang disebutkan oleh informan III menyatakan bahwa “konsep bahaya” merupakan hal juga krusial didalam pencapaian rencana K3.

6.Indikator Pencapaian Perencanaan K3 dalam Mencegah Kecelakaan Kerja

Indikator dalam pencapaian rencana K3 yang telah disebutkan oleh informan yang meliputi kinerja K3, Konsep bahaya tentu akan memiliki pengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang bagaimana indikator pencapaian perencanaan K3 tersebut dapat mengurangi kecelakaan kerja, didapatkan informasi sebagai berikut:

“kalau frekuensi terjadinya kecelakaan kerja relatif tinggi maka perusahaan harus meningkatkan kinerjanya di tahun berikutnya, kinerja yang efektif dari suatu perusahaan dapat mencegah atau “kalau frekuensi terjadinya kecelakaan kerja relatif tinggi maka perusahaan harus meningkatkan kinerjanya di tahun berikutnya, kinerja yang efektif dari suatu perusahaan dapat mencegah atau

“Konsep bahaya itu penting, kalau semua sudah sepakat dan setuju akan konsep bahaya pasti lebih gampang buat kita melakukan identifikasi bahaya, karna sudah tahu bahaya pastinya ini, maka barulah dengan mudah dilakukan identifikasi bahaya, dan pengendalian yang paling sesuai .” (Informan III)

“Kalau kinerja perusahaan dari semua aspek sudah optimal dan baik outputnya adalah kecelakaan kerja dapat diminimalisir, tapi kalau kinerjanya belum optimal maka punya potensi untuk terjadi

kecelakaan kerja.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada dua hal yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3, yaitu kinerja K3 dan konsep bahaya yang berbeda. Dalam prinsip perencanaan K3 juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut:

A.Pembuatan Dan Pendokumentasian Rencana K3

Perencanaan K3 mempunyai prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Dalam menyusun rencana K3 harus dilakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari suatu pekerjaan. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko merupakan hal yang sangat mendasar untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

PKS Kebun Rambutan dalam menyusun perencanaan K3 berdasarkan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko selanjutnya menetapkan program K3 yang akan di lakukan, dan disesuaikan dengan peraturan PKS Kebun Rambutan dalam menyusun perencanaan K3 berdasarkan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko selanjutnya menetapkan program K3 yang akan di lakukan, dan disesuaikan dengan peraturan

B. Program K3

PKS Kebun Rambutan sudah menetapkan program kerja SMK3 secara komprehensif yang disesuaikan dengan risiko terhadap potensi bahaya yang sudah teridentifikasi didalam form ISBPPR, terhadap program kerja yang ada sudah mengkorelasikan kepada fungsi penanggung jawab dari pelaksanaan program kerja tersebut baik yang berada distruktur organisasi perusahaan maupun struktur P2K3 yang ada. Selain program yang terkorelasikan dengan pengendalian risiko yang ada PKS juga sudah menetapkan program kerja terkait untuk pencapaian semua sasaran yang sudah ditetapkan, program kerja tersebut adalah program kerja PRBTN pertahun. Adapun program kerja K3 pada tahun 2017 adalah: a.Rapat bulanan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang meliputi :

1. Penysunan program kerja penerapan SMK3.

2. Penetapan tujuan dan sasaran K3.

3. Identifikasi kebutuhan pelatihan.

4. Check list pemeriksaan APAR.

5. Sosialisasi komunikasi K3

6. Pendokumentasian

7. Revisi Dokumen 7. Revisi Dokumen

1. Sosialisasi/komunikasi/pertemuan bulanan.

2. Pelatihan-pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

3. Dasar-dasar K3 dan peraturan perundangan.

4. Pelatihan Ahli K3 bagi sekretaris P2K3.

5. Simulasi tanggap darurat.

6. Pelatihan/sertifikat bagi operator. (Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

C.Komunikasi dan konsultasi

Perencanaan K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya, tujuan, sasaran dan program K3 selanjutnya dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, terhadap pelaksanaan komunikasi digunakan prosedur kerja komunikasi, partisipasi dan konsultasi. didalam prosedur tersebut sudah menjabarkan mekanisme dan media-media yang akan digunakan untuk pelaksanaan komunikasi. Prosedur tersebut bersifat korporate untuk menjamin bahwa PKS Kebun Rambutan menerima, mencatat dan selanjutnya menanggapi informasi dan permintaan yang relelvan dari pihak yang berkepentingan serta menjamin komunikasi internal dan kesadaran pekerja dalam hal penerapan SMPTPN3. Pelaksanaan komunikasi sudah berjalan dengan effektif, baik yang dilakukan untuk internal maupun eksternal dengan media-media yang digunakan seperti email, poster, rambu- rambu dan papan pengumuman.

Pelaksanaan konsultasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan komunikasi yaitu komunikasi, partisipasi dan konsultasi. Sekertaris P2K3 diharuskan membuat jadwal konsultasi dan memimpin pelaksanaan konsultasi tersebut. Terkait dengan kegiatan konsultasi di lingkup perusahaan, dilaksanakan dengan media rapat yang hasilnya didokumentasikan dalam form Komunikasi K3. Komunikasi internal dapat dilakukan melalui jalur manajerial, surat menyurat, kotak saran, rambu dan peringatan bahaya. Komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan cara surat menyurat. Perusahaan melibatkan tenaga kerja dalam kegiatan komunikasi. Implementasinya terdapat beberapa rekaman komunikasi, konsultasi seperti notulensi rapat P2K3 bulanan, dan rekaman komunikasi kebijakan K3 yang berisi komunikasi mengenai penggunaan APD, penggunaan alat kerja, tujuan dan sasaran K3 serta komitmen dan kebijakan K3.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pihak manajemen telah berusaha mengkomunikasikan setiap informasi terkait kebijakan dan perencanaan K3 kepada seluruh tenaga kerja, hanya saja didalam pelaksanaanya masih terdapat tenaga kerja yang mengabaikan informasi tersebut seperti bekerja dengan kondisi yang tidak aman, tidak mengetahui prosedur kerja yang dilakukannya, dalam hal ini pihak manajemen harus lebih berusaha semaksimal mungkin dalam hal mensosialisasikan K3 ditempat kerja, dengan sosialisasi yang terus menerus dan melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang ada, dan memberikan ruang kepada tenaga kerja untuk memberikan masukan terkait kendala di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bukti dan kesesuaian dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh informan berupa notulensi rapat terkait komunikasi dan konsultasi K3 sebagai berikut:

Gambar 4.16 Notulensi dan Absensi Rapat terkait Komunikasi Kebijakan K3

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

D. Manual SMK3

PKS Kebun Rambutan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sudah membuat dokumen secara korporate sesuai dengan tingkatan hirarkinya yang disebut Manual SMK3. Manual SMK3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur K3, instruksi kerja, formulir, catatan dan tanggung jawab serta wewenang dan tanggung jawab K3 untuk semua tingkatan dalam perusahaan. Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan produk, proses, atau tempat kerja tertentu. Akan tetapi untuk manual SMK3 perusahaan tidak dapat memberikan atau mempublishnya kepada pihak lain mengingat hal ini termasuk data rahasia perusahan, dan ini adalah kebijakan dari perusahaan.

Dokumen dalam bentuk manual khusus/SOP/WI contohnya seperti manual untuk pengelolaan bahan kimia, limbah, penanganan bahan peledak. Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan sesuai kebutuhan. Manual disimpan pada lokasi yang mudah diakses oleh personil perusahaan. PKS Kebun Rambutan memiliki peraturan tertulis, terkait manual SMK3 yang meliputi (instruksi kerja dan prosedur kerja) tidak semua data tersebut dapat dipublikasikan. Dalam manual SMK3 juga terdapat prosedur pengendalian dokumen, prosedur pengendalian dokumen digunakan oleh perusahaan untuk mengatur semua dokumen-dokumen yang digunakan dalam SMK3, didalam prosedur tersebut sudah diatur mengenai mekanisme hirarki pengesahan sebuah dokumen, distribusi, penarikan dokumen, pembuatan identifikasi dokumen (penomoran dokumen) dan perubahan dokumen.

PKS Kebun Rambutan juga sudah menetapkan pembuatan daftar induk dokumen yang informatif dan simple sesuai dengan daftar induk dokumen bagian teknologi/informasi. Semua dokumen dirangkum dalam daftar induk yang komprehensif, dimana sudah mencantumkan identitas dokumen seperti nomor, nama dan nomor revisi dokumen.

Dokumentasi sangat pentig dalam setiap sistem manajemen, sistem dokumentasi yang baik memeberikan manfaat antara lain:

1. Memudahkan dalam mencari dokumen jika diperlukan.

2. Memberikan kesan baik kepada seluruh pihak seperti pekerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pejabat instansi pemerintah dan lainnya.

Banyak aspek K3 yang perlu di dokumentasikan seperti prosedur yang dijalankan dalam pengembangan SMK3. Berbeda dengan sistem manajemen lainnya, dalam bidang K3, banyak dokumen yang bersifat long life misalnya data atau kasus- kasus kecelakaan kerja. Dokumen ini perlu disimpan dengan baik, karena diperlukan di masa depan untuk membuat analisa kecelakaan atau menyusun program pencegahan kecelakaan. Suatu saat dokumen mengenai peristiwa kecelakaan atau inspeksi suatu peralatan akan diperlukan ketika melakukan penyelidikan kecelakaan atau modifikasi peralatan dan sistem. Oleh karena itu perlu sistem dokumentasi yang baik, dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan dengan baik sehingga mudah diperoleh untuk digunakan kembali.

Sistem dokumentasi K3 menggunakan hirarki sebagai berikut. Dokumen level pertama adalah manual SMK3 yang merupakan payung dari seluruh elemen manajemen. Dokumen berikutnya adalah prosedur-prosedur yang berkaitan dengan sistem manajemen K3, misalnya prosedur dokumentasi, keadaan darurat, atau pelatihan.

PKS Kebun Rambutan juga telah mengatur untuk versi dokumen yang sudah tidak sesuai lagi dan masih ada di area kerja akan diklasifikasikan sebagai dokumen usang. Apabila masih dibutuhkan maka dokumen tersebut akan disimpan dan akan diberi penandaan “KADALUARSA” dengan masa simpan yang mengacu pada

pedoman pengelolaan arsip PTPN III, dan jika akan dimusnahkan maka harus mendahului mekanisme menggunakan forma penarikan dokumen kadaluarsa.

E. Peraturan dan Persyaratan Lain di bidang K3

Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk mengidentifikasi, memperoleh, memelihara dan memahami peraturan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan yang relevan dibidang K3 untuk seluruh tenaga kerja di perusahaan untuk memudahkan bagi setiap tenaga kerja guna menerapkan dalam pekerjaannya.

Penanggungjawab untuk memelihara dan Mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain untuk sampai kepada setiap tenaga kerja yang memerlukannya, dilakukan oleh personil yang ditunjuk dan dalam hal ini PKS Kebun Rambutan telah menujuk P2K3 didalam memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru kepada seluruh tenaga kerja. Persyaratan pada peraturan, standar, pedoman teknis, dan persayaratan lain yang relevan dibidang K3 dimasukkan pada prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.

Pemenuhan akan peraturan perundang-undangan merupakan hal yang wajib harus dilakukan oleh suatu perusahaan, karena peraturan perundang-undangan merupakan kekuatan hukum bagi perusahaan untuk menjalankan produksinya. PKS Kebun Rambutan juga sudah memperhatikan kelengkapan daftar peraturan yang terdapat di PKS dengan mengupdate dan melengkapi dengan peraturan atau perundangan K3 terbaru yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah serta dengan melengkapi perundangan yang baru seperti PERMENAKER yang diterbitkan diatas tahun 2008, sehingga semua peraturan dan persyaratan K3 dapat teradministrasi dengan baik.

Gambar 4.16 Peraturan Perundang-undangan PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

F. Informasi K3

Informasi yang dibutuhan mengenai kegiatan K3 disebarluaskan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok. Bentuknya dapat berupa tulisan, lisan, tanda papan pengumuman, foto-foto, poster, label, verbal dalam rapat, briefing/apel, dan email. PKS Kebun Rambutan juga sudah menerapkan hal-hal tersebut sebagai upaya untuk memberitahukan informasi K3 kepada setiap orang ditempat kerja.

Informasi K3 merupakan hal yang sangat penting, dengan adanya informasi K3 semua pihak yang berada ditempat kerja dapat mengetahui peraturan-peraruran, kebijakan K3 dan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Gambar 4.17. Pemberitahuan informasi K3 pada tamu yang berkunjung

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Informasi K3 tidak hanya dalam bentuk lisan seperti sosialisasi ataupun briefing , informasi K3 juga dapat diberikan melalui tulisan berupa tanda papan pengumuman, poster ataupun foto-foto terkait potensi bahaya yang ditimbulkan dari suatu jenis pekerjaan ataupun bahaya dari lingkungan kerja itu sendiri. Berikut adalah informasi K3 dalam bentuk tulisan yang terdapat di PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.18. Informasi K3 di Areal PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Gambar 4.18. Informasi K3 di Areal PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Dalam prinsip perencanaan K3 terdapat 3 elemen, 8 sub elemen, 29 kriteria, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 4 temuan minor sehingga dari 29 kriteria, yang terpenuhi adalah sebanyak 25 krieria

4.3.3. Pelaksanaan Rencana K3

Perusahaan dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, Sumber daya manusia tersebut harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut:

a. SDM memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan internal/eksternal.

b. SDM memiliki kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang. Penerapan SMK3 di suatu perusahaan atau tempat kerja sering sekali tidak dapat terlaksana dengan optimal disebabkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, baik itu dari pihak manajemen b. SDM memiliki kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang. Penerapan SMK3 di suatu perusahaan atau tempat kerja sering sekali tidak dapat terlaksana dengan optimal disebabkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, baik itu dari pihak manajemen

Demikian halnya dengan kasus kecelakaan kerja yang masih terjadi di PKS Kebun Rambutan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2014-2016) dimana trend kasus kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan salah satunya disebabkan karena pelaksanaan K3 yang belum optimal seperti tidak bekerja sesuai SOP, tidak menggunakan APD, serta pengawasan dari pihak manajemen yang belum optimal.

Berikut adalah trend kasus kecelakaan kerja yang terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir di PKS Kebun Rambutan.

Grafik Kasus Kecelakaan Kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi Periode 2014-2016

Ju 2016 ec

Gambar 4.19 Grafik Kasus Kecelakaan Kerja.

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

1. Sumber Daya Manusia a.SDM yang Berkompeten

Sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas yang mempunyai kompetensi dan kemampuan serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dari Sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas yang mempunyai kompetensi dan kemampuan serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dari

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang apakah perusahaan/ PKS Kebun Rambutan memiliki SDM yang memiliki kompetensi yang ditandai dengan sertifikat, didapatkan informasi sebagai berikut:

“ ya kami PKS Kebun Rambutan tentu sudah memiliki SDM yang berkompeten yang ditandai dengan sertifikat pelatihan, dan PKS Kebun Rambutan juga sudah memberikan pelatihan kepada tenaga

kerja, baik itu sifatnya pelatihan internal/eksternal”. (informan II)

Selanjutnya peneliti kembali mengajukan pertanyaan berikutnya “tadi bapak menyebutkan soal pelatihan internal/eksternal, seperti

apa pak pelatihan tersebut, dan pelatihan-pelatihan apa saja yang sudah dilakukan di PKS Kebun Rambutan ini pak?(Peneliti)

“Baik yah, kalau pelatihan internal itu maksudnya pelatihan kita yang buat, karena kita kan juga sudah punya Ahli K3 Umum, nah contoh pelatihan internal yang sudah kita lakukam, pelatihan tentang SMK3, P2K3, P3K, dan masih ada beberapa lainnya, nah kalau untuk eksternalnya, itu contohnya pelatihan yang diberikan dan diadakan oleh KANDIR PTPN III, contohnya itu pelatihan untuk operator pesawat uap, untuk operator turbin, housting crane, bisa dilihat, dan kita ada dokumennya, dan juga ada pelatihan oleh lembaga lain seperti Ahli K3 Umum.”(Informan II)

“Kemudian pak, apakah pelatihan tersebut diberikan kepada seluruh tenaga kerja secara merata pak? (Peneliti)

“Kalau untuk itu, memang belum, pelatihan memang masih lebih banyak diikuti oleh karyawanan pimpinan saja, karena hal ini menyangkut safety budget atau anggaran yang dimiliki perusahaan .” (Informan II)

“Lalu pak, bagaimana dengan tenaga kerja yang belum mendapatkan pelatihan, karena mengingat sebenarnya merekalah yang paling membutuhkan dan kontak langsung dengan pekerjaan yang ada? (Peneliti)

“Kalau mengenai hal itu, itu adalah tanggungjawab karyawan pimpinan yang sudah mendapatkan pelatihan untuk kemudian menyampaikannya pada unitnya masing-masing. ” (Informan II)

“Kemudian pak, ada berapa banyak pak karyawan yang sudah mendapatkan pelatihan K3 ini pak?

“Untuk jumlahnya saya tidak ingat, tapi kita ada dokumennya berapa yang sudah ikut, ada rekapitulasinya atau pusdiklat namanya dan adek bisa lihat pada bagian personalia .” (informan II)

“Kemudian pak, untuk pelatihan yang sudah diberikan bagaimana melihat efektifitas keberhasilan pelatihan tersebut, sehingga pelatihan yang diberikan tidak sia-sia pak? (Peneliti)

“Kalau untuk itu, kita ada pengawas merekalah yang melakukan pengawasan dan evaluasi dari setiap kegiatan yang dilakukan minimal 3 bulan setelah pelatihan, nanti adek bisa berkoordinasi

dengan mereka.” (Informan II)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan telah memberikan pelatihan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang dipersyaratkan dalam SMK3, Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan K3 ini menjadi Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan telah memberikan pelatihan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang dipersyaratkan dalam SMK3, Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan K3 ini menjadi

Pelatihan merupakan hal yang penting dengan pelatihan yang dilakukan diharapkan seluruh pihak akhirnya menjadi tahu, mau, dan mampu didalam menerapkan K3 dalam kesehariannya sehingga budaya K3 dapat terlaksana ditempat kerja, selain itu juga perusahaan harus dapat memastikan mempunyai mekanisme evaluasi untuk pemastian effektifitas keikutsertaan seorang pegawai dalam sebuah pelatihan dengan mengunakan form evaluasi tertentu, agar diketahui efektifitas keikutsertaanya pada sebuah pelatihan, baik evaluasi oleh atasannya langsung maupun oleh Bagian Pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam penerapannya PKS Kebun Rambutan belum membuat kebutuhan pelatihan untuk tenaga kerja secara terjadwal, perencanaan pelatihan (training) hanya dibuat untuk pelatihan internal seperti dalam bentuk pelatihan penangganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam bentuk program kerja pelatihan untuk setiap satu tahun. Seharusnya perusahaan dapat membuat pelatihan ekternal dengan membuat perencanaannya dan mengajukan ke kantor direksi PTPN III.

Penetapan program pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja seharunya dapat dipastikan sudah didasarkan atas analisa kebutuhan pelatihan yang disiapkan oleh masing-masing bagian didalam setiap unit dengan Penetapan program pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja seharunya dapat dipastikan sudah didasarkan atas analisa kebutuhan pelatihan yang disiapkan oleh masing-masing bagian didalam setiap unit dengan

Pada tahun 2016 perusahaan sudah memiliki program tersendiri yang meliputi pelatihan terhadap pemenuhan untuk kompetensi seperti :

a. Peltihan penerapan SMK3

b. Pelatihan P2K3

c. Pelatihan P3K

d. Pelatihan BKB

e. Pelatihan atau simulasi keadaan darurat dan kebakaran Rekapitulasi pelatihan yang disebutkan oleh informan dapat dilihat pada Lampiran IV (pelaksanaan rencana K3). Terkait dengan permintaan pelatihan diluar jadwal yang sudah ditentukan, perusahaan juga sudah membuat mekanisme pengisian form pelaksanaan program pelatihan. Namun dalam implementasinya, pelaksanaan ini hanya dilakukan untuk karyawan pimpinan padahal seharusnya pelatihan tidak hanya diberikan kepada karyawan pimpinan saja tapi juga kepada tenaga kerja.

Evaluasi terhadap pelatihan dilakukan oleh pengawas untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan dan sudah dilaksanakan oleh atasan terhadap karyawan yang sudah mengikuti pelatihan minimal 3 bulan setelah pelaksanaan. Hasil evaluasi dirangkum dalam form Evaluasi Pasca Diklat yang dapat dilihat pada Lampiran IV (Pelaksanaan Rencana K3).

Pelatihan yang tidak dilakukan pada kantor pusat perusahaan, perusahaan bisa memberikan pengajuan dengan disetujui Manajer kemudian SDM distrik dapat melaksanakan pelatihan intern, dengan kata lain perusahaan diberi wewenang untuk mengadakan langsung pelatihan dalam bentuk inhouse dan pelatihan yang berada diluar induk perusahaan.

Gambar 4.20 Pelatihan tentang Keadaan Darurat

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.20 Pelatihan tentang SMK3

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Sertifikat pelatihan atau lisensi karyawan yang sudah mendapatkan pelatihan juga dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 4.21 Sertifikat Pelatihan dan Lisensi K3 Karyawan

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

b.Surat Izin Kerja/ Surat Izin Operasi

Sumber daya manusia juga harus memiliki surat izin kerja atau surat izin operasi, hal ini dimaksudkan bahwa untuk beberapa jenis pekerjaan dengan tingkat risiko bahaya yang tinggi, maka harus dilakukan oleh tenaga kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan mendapatkan izin dari pihak perusahaan, mengingat tentu tidak semua tenaga kerja memiliki keterampilan atau kemampuan mengahadapi beberpa jenis pekerjaan dengan risiko tinggi.

PKS Kebun Rambutan juga sudah menerapkan surat izin kerja (SIK) dan surat izin operasi (SIO) pada tenaga kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang apakah perusahaan sudah menetapkan SIO dan SIK pada tenaga kerjanya, didapatkan informasi sebagai berikut :

“Ada, kita punya namanya SIO dan SIK untuk beberapa jenis pekerjaan dan pada tenaga kerja tertent u.” (Informan II)

“Maaf pak sebelumnya, kalau saya boleh tau, jenis pekerjaan apa saja pak yang harus memiliki SIK/SIO? (Peneliti)

“Pekerjaan pada PLTBS, stasiun loading ramp,kernel, stasiun sterelisasi, thressing seperti itu tapi untuk berapa jumlah karyawannya saya lupa, tapi semuanya sudah terdokumentasi ”. (Informan II)

“Untuk datanya apakah bisa dilihat pak?“(Peneliti)

“Boleh, datanya bisa dilihat dan diminta pada bagian personalia yah.” (Informan II)

Berdasarkan informasi diatas PKS Kebun Rambutan sudah mempunyai dan menerapkan SIK/SIO di tempat kerja, PKS Kebun Rambutan juga menetapkan ijin kerja (work permit) pada jenis-jenis pekerjaan yang berisiko. izin kerja pada pekerjaan yang berisiko bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan karena ketidakmampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan yang berisiko tinggi, sehingga ijin kerja hanya diberikan pada tenaga kerja tertentu. Bila ada pengembangan dan atau perubahan terhadap prosedur kerja/ instruksi kerja maka harus mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan, standar atau Berdasarkan informasi diatas PKS Kebun Rambutan sudah mempunyai dan menerapkan SIK/SIO di tempat kerja, PKS Kebun Rambutan juga menetapkan ijin kerja (work permit) pada jenis-jenis pekerjaan yang berisiko. izin kerja pada pekerjaan yang berisiko bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan karena ketidakmampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan yang berisiko tinggi, sehingga ijin kerja hanya diberikan pada tenaga kerja tertentu. Bila ada pengembangan dan atau perubahan terhadap prosedur kerja/ instruksi kerja maka harus mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan, standar atau

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk pekerjaan pengelasan pada cerobong sterilizer, terhadap 2 (dua) pekerjaan dengan potensi tinggi yang dikerjakan oleh pihak eksternal hanya diterbitkan 1 (satu) ijin kerja khusus yaitu ijin kerja khusus untuk pengelasannya, sedangkan ijin kerja terkait ketinggiannya belum ditetapkan sehingga informasi terkait peralatan bantu kerja seperti tangga atau perancah tidak diinformasikan serta terhadap semua informasi APD yang digunakan belum terinformasikan kekhususan APD terhadap aktifitas pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti menemukan adanya bukti berupa data/dokumen SIK/SIO yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan, sebagai berikut:

Gambar 4.22. SIK karyawan PKS Kebun Rambutan

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

2. Sarana dan Prasarana K3

PKS Kebun Rambutan dalam melaksanakan rencana K3 memiliki fasilitas dan layanan di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Fasilitas dalam hal ini yaitu kamar mandi, loker/ruangan ganti, mushola, poliklinik, alat bantu kerja seperti tangga, lantai dan transportasi, selain didukung oleh sarana prasarana dibidang K3, dan juga memperhatikan hal-hal berikut:

a.Struktur Organisasi Pelaksanaan Rencana K3

Struktur organisasi dalam pelaksanaan rencana K3 adalah komponen yang sangat penting, untuk mengatur dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan K3 dan disesuaikan dengan tanggungjawab yang dimilikinya, struktur organisasi ini juga harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang bagaimana struktur organisasi dalam rencana K3, didapatkan informasi sebagai berikut :

“Pelaksaan rencana K3 tentu tidak akan berjalan tanpa ada organisasi, makanya kita bentuk dulu timnya contoh kita sudah membentuk dan punya yang namanya P2K3 sesuai Permen No.4 tahun 1987,ada surat keputusan dari manajer (SK) nah didalam P2K3 itu ada tim-timnya, ada tim identifikasi bahaya, investigasi kecelakaak kerja, tim tanggap darurat dan beberapa tim lainnya, mereka inilah yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencna k3 .” (Informan II)

“Kemudian pak, apakah struktur organisasi tersebut juga sudah memiliki dan mengetahui tugas dan tanggungjawabnya Pak? (Peneliti)

“ya tentu saja ada, dan harus ada memang, namanya jobdescription tapi memang untuk instruksi kerja atau jobdescription tidak bisa adek “ya tentu saja ada, dan harus ada memang, namanya jobdescription tapi memang untuk instruksi kerja atau jobdescription tidak bisa adek

Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas, menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan sudah memiliki struktur organisasi dari masing-masing tim yang sudah dibentuk, struktur organisasinya dan surat keputusan manajer yang disampaikan oleh informan juga sudah peneliti dapatkan dan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan dan dapat dilihat pada Lampiran III (pelaksanaan rencana K3).

b. Anggaran Perusahaan

Anggaran dalam suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting didalam mendukung sarana, prasarana serta pelaksanaan suatu program ataupun kegiatan K3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang anggaran K3 (Budget Safety) PKS Kebun Rambutan didapatkan informasi sebagai berikut :

“Untuk anggaran perusahaan tidak bisa saya berikan informasinya, karena selain manual SMK3, instruksi kerja yang tidak dapat dipublish anggaran K3 (Budget safety) juga termasuk kedalam salah satu data yang tidak bisa dibagikan sesuai dengan surat edaran yang

ada”. (Informan II)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa terkait anggaran perusahaan tidak banyak informasi yang didapat oleh peneliti, seperti yang sudah dijelaskan oleh informan bahwa anggaran perusahaan termasuk kedalam data perusahaan yang tidak dapat dipublikasikan, dan memang benar karena peneliti telah Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa terkait anggaran perusahaan tidak banyak informasi yang didapat oleh peneliti, seperti yang sudah dijelaskan oleh informan bahwa anggaran perusahaan termasuk kedalam data perusahaan yang tidak dapat dipublikasikan, dan memang benar karena peneliti telah

C. Standard Operational Procedure (SOP)

Standard Operating Procedur (SOP) adalah langkah-langkah kerja tertulis yang terfokus kepada pelaksanaan pekerjaan untuk mengurangi risiko kerugian dan mempertahankan keamanan . Dalam Standard Operating Procedure (SOP) biasanya terdapat batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. Secara garis besar ketentuan-ketentuan yang ada dalam Standard Operating Procedure meliputi : SOP harus spesifik untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan, SOP dapat menggambarkan semua risiko pekerjaan yang akan dilaksanakan, Identifikasi semua risiko keselamatan, bahaya lingkungan, dan ergonomi yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang bagaimana prosedur operasi kerja, informasi dan pelaporan serta pendokumentasian didalam pelaksanaan rencana K3, didapatkan informasi sebagai berikut :

“PKS sudah punya SOP untuk semua jenis pekerjaan yang ada di PKS Kebun Rambutan, tapi ini juga sama tidak bisa ditampilkan atau dilampirkan sesuai dengan surat edaran yang sudah dibuat PKS, kalau adek mau melihat benar ada atau tidak sama kayak tadi, bisa dilihat, dan ada pada bagian personalia .” (Informan II)

Informasi diatas menunjukkan bahwa memang PKS Kebun Rambutan mempunyai prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh pihak yang berwenang di perusahaan. Prosedur kerja atau Standard Operational Procedure (SOP) sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di PKS Kebun Rambutan.

3.Gambaran Pelaksanaan Rencana K3

Pelaksanaan rencana K3 merupakan hal yang paling penting dan menjadi tolak ukur keberhasilan K3 ditempat kerja, jika pelaksanaan K3 berjalan dengan optimal tentu akan berimplikasi terhadap penurunan angka kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), Bidang Evaluasi, perwakilan tenaga kerja tentang bagaimana pelaksanaan PKS Kebun Rambutan didapatkan informasi sebagai berikut :

“Pelaksanaan rencana K3 merupakan lanjutan dari perencanaan K3 yang telah disususn, nah saya menyadari bahwa terdapat ketidaksesuaian dilapangan seperti dalam hal pemakaian APD yang belum terlaksana dengan baik sebagai contoh masih adanya petugas boile r tidak memakai APD ini dirajia.” (informan II)

“Selanjutnya pak, mengenai temuan yang ditemukan tersebut, langkah apa yang dilakukan oleh pihak manajemen pak?(Peneliti)

“Setelah ditemukan, hal ini harus dikasih tahu dan disurati kepada pimpinan kerjanya dan harus tidak terjadi lagi, dan harus dilakukan pemantauan bulanan, jika dari pelaksanaan terjadi kecelakaan kerja maka hal itu masuk kedalam rapat tinjauan manajemen (RTM) yang dilaksanakan setiap tahun nya.” (Informan II)

“Sebenarnya pak, apa yang menjadi tujuan atau harapan terlaksananya rencana K3 di tempat kerja pak? (Peneliti)

“Dalam pelaksanaan K3 terkait dengan kecelakaan kerja diharapkan kecelakaan kerja dapat diturunkan 30% dari kecelakaan sebelumnya, contoh kecelakaan kerja kita tahun 2016 ada 23 kasus maka kita mengharapkan kecelakaan kerja harus nol “zerro accident” tapi itu tidak mungkin terjadi karena kita pekerjaan padat karya semua pekerjaan berisiko, nah inilah yang menjadi tanggungjawab bersama. Dan jika kecelakaan kerja terjadi yang terpenting adalah upaya penan ganan apa yang perlu dilakukan.” (Informan II)

Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara kepada Bidang Evaluasi, perwakilan tenaga kerja tentang bagaimana pelaksanaan rencan K3 di PKS Kebun Rambutan, didapatkan informasi sebagai berikut :

“kalau menurut saya, memang belum terlaksana dengan optimal, karena memang masih terdapat beberapa hal yang belum sesuai

dengan apa yang diharapkan.” (Informan IV)

“Pelaksanaan K3 belum semuanyalah sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh pimpinan.” (Informan IX)

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa dalam pelaksanaan rencana K3 belum terlaksana dengan optimal dan tentu hal ini akan berpotensi menyebabkan terjadinya kasus kecelakaan kerja.

4.Kendala dalam Pelaksanaan Rencana K3

Pelaksanaan rencana K3 yang belum terlaksana dengan optimal tentu disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yang terjadi dilapangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum),

Bidang Evaluasi, perwakilan tenaga kerja tentang bagaimana pelaksanaan PKS Kebun Rambutan didapatkan informasi sebagai berikut:

“Pelaksanaan K3 belum sepenuhnya berjalan dengan baik, oleh karena faktor manusia tentunya seperti kesadaran akan K3 yang kurang baik.kesadaran dalam memakai APD, bekerja tidak sesuai SOP contoh pada tahun 2014 ada 20 kasus kecelakaan kerja tipe ringan, tahun 2015 ada 14 kasus kecelakaan kerja tipe ringan, nah di tahun 2016 ada 23 kasus kecelakaan kerja ringan tapi memang 2 diantaranya kecelakaan kerja berat yang menyebabkan fatality, dan memang tahun 2016 kalau berbicara K3 adalah tahun yang sangat kelam buat kita .” (Informan II)

“Sulit rasanya kalau ingin mencapai pelaksanaan K3 yang optimal karena memang karakter orang-orang kita seperti bekerja hanya ketika diawasi, kalau pengawas gak ada ya balik lagi tidak patuh, jadi memang budaya K3 ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, akibatnya kecelakaan kerja masih terjadi disebabkan oleh faktor manusia bisa karena sikap tidak aman, dan tidak peduli sehingga meskipun manajemen udah maksimal tapi respon dari tenaga kerja nya tidak baik ya sulit memang, contoh sering yang menjadi alasan adalah karena tidak memakai APD .” (Informan IV)

Informasi diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan rencana K3 belum berjalan dengan baik karena masih ditemukannya tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai SOP dan tidak memakai APD akibatnya frekuensi terjadinya kasus kecelakaan kerja masih sering terjadi. Kasus kecelakaan kerja yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja semata akan tetapi juga merupakan tanggungjawab manajemen, kasus kecelakaan kerja tersebut bisa saja terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pihak manajemen, pelatihan yang belum terlaksana secara optimal Informasi diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan rencana K3 belum berjalan dengan baik karena masih ditemukannya tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai SOP dan tidak memakai APD akibatnya frekuensi terjadinya kasus kecelakaan kerja masih sering terjadi. Kasus kecelakaan kerja yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja semata akan tetapi juga merupakan tanggungjawab manajemen, kasus kecelakaan kerja tersebut bisa saja terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pihak manajemen, pelatihan yang belum terlaksana secara optimal

Wawancara juga dilakukan kepada tenaga kerja terkait alasan tenaga kerja tersebut tidak mau menggunakan atau memakai APD, serta bekerja tidak sesuai dengan SOP, berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang tenaga kerja.

”Yang penting bekerja dengan baik saja, APD tujuannya baik mba, kalau gak pake APD kan gapapa yang penting jangan celaka, terus

kalau masalah cara kerja kan yang penting itu mba, hasilnya dapat atau tidak kalau prosesnya yang penting jangan celaka aja. Kadang ya kita lupa, kadang ya kita cape, udah gak mikir mba, tapi selama ini aman-aman saja kok mba, kalau p un terjadi ya mungkin lagi apes” (Informan X)

Informasi diatas menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran tenaga kerja didalam menggunakan APD sehingga tentu hal ini akan berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, tenaga kerja mengetahui bahwa APD memiliki manfaat dan tujuan yang baik, hanya saja masih terdapat tenaga kerja yang tidak mau menggunakan APD. Selain itu wawancara juga dilakukan kepada tenaga kerja lainnya dengan mengajukan pertanyaan yang sama, berikut hasil wawancaranya.

“Saya merasa kurang nyaman mba, sama APD yang dikasih makanya saya kadang gak pake APD, contoh mba yah kayak misalnya helm ini kalau saya narik tali lori helmnya jatuh, kan gak kerjaan saya mbak tiap jatuh saya ambil yang ada makin memperlambat kerjaan saya, nah kalau ditaliin ke leher ngerasa gak nyaman aja mba, ya saya lepas saja APD nya. ” (Informan IX)

Informasi diatas menunjukkan bahwa alasan tenaga kerja tidak menggunakan APD adalah disebabkan karena rasa tidak nyaman dengan APD yang disediakan oleh Informasi diatas menunjukkan bahwa alasan tenaga kerja tidak menggunakan APD adalah disebabkan karena rasa tidak nyaman dengan APD yang disediakan oleh

“Sering memang yang menjadi alasan adalah karena tidak memakai APD karena gak nyaman sama APD nya padahal perusahaan dalam menyediakan APD juga sudah disesuaikan dengan SNI, dan dilakukan dulu seperti di uji, kira2 APD nya nyaman tidak dipakai kerja, perusahaan tidak mungkin asal2an dalam penyediaan APD, karena selain cepat rusak tentu kan habisin anggaran perusahaan namanya,ya sama saja kan bu, makanya bicara K3 ini hal yang kompleks dan jika ada tenaga kerja yang mengatakan tidak nyaman itu bisa dikatakan sebagai alasan yang dibuat-buat saja untuk tidak patuh. ” (Informan IV)

Informasi diatas menunjukkan bahwa perlu kerjasama yang baik antara pihak manajemen dan seluruh tenaga kerja yang berada di tempat kerja, selain itu mengubah karakter seseorang memang sulit dan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat oleh karena itu perlu adanya berbagai upaya dan tindakan yang diwujudkan dalam bentuk program-program K3, seperti sosialisasi yang dilakukan secara terus menerus, menyediakan pelatihan bagi seluruh karyawan yang berada dilingkungan PKS Kebun Rambutan dan menerapkannya dalam keseharian sehingga budaya K3 dapat diterapkan.

Prinsip pelaksanaan rencana K3 terdiri dari 6 elemen, 27 sub elemen, 91 kriteria, 1 elemen diantaranya tidak dapat dipublikasikan karena elemen tersebut Prinsip pelaksanaan rencana K3 terdiri dari 6 elemen, 27 sub elemen, 91 kriteria, 1 elemen diantaranya tidak dapat dipublikasikan karena elemen tersebut

A. Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3

Dalam pelaksanaan rencana K3, keamanan bekerja berdasarkan SMK3 merupakan hal yang sangat penting. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan masih banyak tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai dengan SOP dan terkesan mengabaikan petunjuk kerja yang sudah dipampangkan di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran dan kepatuhan tenaga kerja untuk bekerja secara aman masih sangat kurang, sikap kerja yang tidak aman berpotensi untuk mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi di PKS Kebun Rambutan disebabkan karena bekerja tidak sesuai dengan SOP.

Gambar 4.23. Tenaga Kerja yang Bekerja Tidak Sesuai SOP pada Stasiun Perebusan yang sedang beroperasi. (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Gambar diatas menunjukkan tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai SOP, tenaga kerja tersebut masuk kedalam lubang yang dekat dengan pintu penutup bejana yang sedang beroperasi dengan posisi membelakangi bejana tersebut. Seharusnya tenaga kerja tersebut mempunyai jarak yang tidak terlalu dekat dengan penutup bejana dan seharusnya tidak masuk kedalam lubang tersebut.

Kecelakaan kerja yang disebabkan karena bekerja tidak sesuai dengan SOP juga pernah terjadi di PKS Kebun Rambutan pada tanggal 31 juli 2016, pada tenaga kerja pemanen kelapa sawit. Kejadian kecelakaan tersebut berawal pada saat tenaga kerja tersebut akan mendodos kelapa sawit namun alat pendodos yang terbuat dari besi tersebut mengenai listrik sehingga mengakibatkan tenaga kerja tersebut tersetrum listrik dan mengakibatkan fatality yaitu salah satu tangan tenaga kerja tersebut harus diamputasi.

Gambar 4.24. Tenaga Kerja bagian Pemanen Kelapa Sawit.

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

PKS Kebun Rambutan pada dasarnya telah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, seperti melakukan sosialisasi ataupun briefing yang dilakukan pada saat sebelum bekerja.

Gambar 4.25 sosialisasi/ breifing rutin sebelum bekerja

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

B. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat.

Dengan seluruh jenis APD yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, dan warna. Berikut adalah prinsip umum yang harus diperhatikan dalam pemilihan APD meliputi : sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya, tidak mengganggu kerja Dengan seluruh jenis APD yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan perlindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, dan warna. Berikut adalah prinsip umum yang harus diperhatikan dalam pemilihan APD meliputi : sesuai dengan bahaya yang dihadapi, terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut, cocok bagi orang yang akan menggunakannya, tidak mengganggu kerja

“PKS Kebun Rambutan sangat memperhatikan APD bagi tenaga kerja, dan perusahaan selalu melengkapi kebutuhan APD, dan kita juga ada pengecekan terhadap pemakaian AP D.” (Informan III)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan memberikan perhatian yang cukup besar terhadap APD, dengan menyediakan APD kepada seluruh karyawan, melakukan pengecekan pemakaian APD pada tenaga kerja, melakukan pengecekan kebutuhan APD, hal ini dapat ditunjukkan dari daftar kebutuhan APD yang diajukan dan dilakukan dalam kurun waktu tertentu, misalnya pengadaan safety gloves diadakan sekali dua bulan, dan untuk pengadaan safety shoes diadakan sekali setahun, untuk helmed diadakan sekali dalam setahun, dan untuk sarung tangan diajukan sesuai dengan kebutuhan dan laporan yang diajukan oleh tiap unit produksi dan selanjutnya ditindak lanjuti oleh pihak manjemen perusahaan. Untuk supplier APD PKS Kebun Rambutan telah bekerjasama dengan pihak ketiga yang ditunjuk oleh Kantor Direksi PTPN III.

Peneliti melakukan penelusuran untuk melihat kesesuaian informasi yang diperoleh dengan bukti yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan berupa data atau dokumen terkait APD di PKS Kebun Rambutan, maka peneliti menemukan beberapa data seperti data/dokumen terkai jenis APD dan daftar kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) di PKS Kebun Rambutan untuk tahun 2017 sebagai berikut.

Gambar 4.26. Jenis APD dan Daftar Kebutuhan APD

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

APD merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam pengedalian risiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi masalah APD merupakan hal yang selalu dikaitkan dengan terjadinya kecelakaan kerja dan temuan terkait APD di tempat kerja hingga kini masih sering terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemakaian APD oleh tenaga kerja di PKS Kebun Rambutan, masih banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja dengan alasan karena merasa kurang nyaman terhadap kualitas APD, menganggap APD justru menghambat pekerjaan, sehingga memilih untuk tidak menggunakan APD APD merupakan langkah terakhir yang dilakukan dalam pengedalian risiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Akan tetapi masalah APD merupakan hal yang selalu dikaitkan dengan terjadinya kecelakaan kerja dan temuan terkait APD di tempat kerja hingga kini masih sering terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemakaian APD oleh tenaga kerja di PKS Kebun Rambutan, masih banyak tenaga kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja dengan alasan karena merasa kurang nyaman terhadap kualitas APD, menganggap APD justru menghambat pekerjaan, sehingga memilih untuk tidak menggunakan APD

Gambar 4.27. Kondisi APD yang kotor dan tidak dirawat dengan baik.

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Gambar 4.28. APD tidak dipakai pada saat bekerja dan diletakkan

ditempat kerja. (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Masalah-masalah K3 terkait sumber daya manusia yang tidak berkompeten, bekerja tidak sesuai dengan SOP dan bekerja tidak memakai APD merupakan hal yang sangat perlu untuk diperhatikan, karena ketiga hal tersebut berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, dalam hal ini peran penting manajemen sangat diperlukan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana K3 ditempat kerja.

C. Pengawasan

Pengawasan diperlukan untuk untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. PKS Kebun Rambutan juga melakukan kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan di tempat kerja. Pengawasan yang dilakukan menjadi tanggung jawab supervisor atau seseorang yang telah ditunjuk oleh pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PKS Kebun Rambutan pengawasan yang dilakukan belum efektif hal ini terlihat dari masih banyaknya tenaga kerja yang tidak menggunakan APD, bekerja tidak sesuai dengan SOP, bekerja tidak disiplin seperti merokok pada saat bekerja, tertidur pada saat bekerja, tindakan- tindakan ini akan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja jika tidak segera diatasi, oleh karena itu dalam hal ini pengawas memiliki peran yang sangat penting untuk mengawasi setiap tindakan dari tenaga kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa tenaga kerja mematuhi peraturan hanya pada saat dilakukan pengawasan, kurangnya kesadaran dari tenaga kerja dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manejemen Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa tenaga kerja mematuhi peraturan hanya pada saat dilakukan pengawasan, kurangnya kesadaran dari tenaga kerja dan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manejemen

Gambar 4.29 Bekerja tidak sesuai SOP dan tidak menggunakan APD

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Gambar 4.30. Tindakan tidak disiplin dari tenaga kerja seperti merokok pada saat bekerja dan tidak menggunakan APD

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Pengawas tidak hanya bertanggungjawab melakukan pengawasan ditempat kerja tetapi juga ikut didalam melakukan identifikasi potensi bahaya dan membuat upaya pengendalian, hal ini dikarenakan pengawas dapat memberikan masukan berdasarkan hasil pengawasan ataupun temuan yang ditemukan di lapangan. Pengawas/penyelia juga diikutsertakan dalam melakukan penyelidikan dan pembuatan laporan terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengusaha atau pengurus.

Pengawas terlibat dalam kegiatan pelaporan dan penyelidikan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini bertujuan agar pengawas dapat lebih meningkatkan kegiatan pengawasan yang dilakukannya sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, keterlibatan pengawas dapat dilihat pada dokumen pelaporan dan hasil penyelidikan kecelakan yang pernah terjadi.

Pengawasan yang dilakukan tidak hanya semata-mata mengawasi tingkat kepatuhan tenaga kerja dalam bekerja secara aman dan kepatuhan tenaga kerja akan peraturan yang telah ditetapkan, akan tetapi pengawas juga sebaiknya memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk berkonsultasi terkait masalah-masalah yang ada ditempat kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pengawasan di PKS Kebun Rambutan belum berjalan dengan efektif hal ini ditunjukkan dengan masih banyak ditemukan tenaga kerja yang tidak bekerja sesuai dengan SOP dan tidak memakai APD.

D. Pemeriksaan Kesehatan

Kesehatan merupakan aset bagi setiap orang untuk dapat bekerja secara produktif. PKS Kebun Rambutan menetapkan syarat kesehatan dalam penerimaan pekerja. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada saat rekrutmen, pemeriksaan kesehatan secara berkala, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan tenaga kerja dan mencegah tenaga kerja dari penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jenis pekerjaannya, Pada PKS Kebun Rambutan terdapat beberapa potensi penyakit akibat kerja seperti ketulian pada tenaga kerja bagian pengolahan yang disebabkan oleh bising di tempat kerja, gangguan pernafasan yang disebabkan karena terpajan bahan kimia bagi pekerja di laboratorium. PKS Kebun Rambutan juga harus dapat memastikan bahwa tenaga kerja baru/ karyawan baru tidak mempunyai penyakit yang akan mengakibatkan terjadinya PAK bila tenaga kerja tersebut ditempatkan pada areal kerja yang memiliki potensi bahaya yang berhubungan dengan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PKS Kebun Rambutan terdapat satu polibun dengan satu orang tenaga kesehatan. PKS Kebun Rambutan dalam hal pemeriksaan kesehatan tenaga kerja bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu Hiperkes. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sudah dilakukan secara berkala yaitu setiap satu tahun sekali oleh Balai Hiperkes Kota Medan. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan untuk beberapa pekerja sekitar 30 pekerja meliputi pemeriksaan audiometri, spirometri, pemeriksaan logam dalam darah, dan pemeriksaan beban kerja. MCU dilakukan oleh Balai K3 Medan dan sesuai kebijakan perusahaan hasilnya di tindaklanjuti secara terdokumentasi ke polibun Kebun Rambutan, namun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PKS Kebun Rambutan terdapat satu polibun dengan satu orang tenaga kesehatan. PKS Kebun Rambutan dalam hal pemeriksaan kesehatan tenaga kerja bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu Hiperkes. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sudah dilakukan secara berkala yaitu setiap satu tahun sekali oleh Balai Hiperkes Kota Medan. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan untuk beberapa pekerja sekitar 30 pekerja meliputi pemeriksaan audiometri, spirometri, pemeriksaan logam dalam darah, dan pemeriksaan beban kerja. MCU dilakukan oleh Balai K3 Medan dan sesuai kebijakan perusahaan hasilnya di tindaklanjuti secara terdokumentasi ke polibun Kebun Rambutan, namun

Polibun Kebun Rambutan atau Rumah sakit umum seperti RS Sri Pamela Tebing Tinggi seharusnya menginformasikan semua informasi dari semua hasil MCU yang dilakukan dari pekerja yang berada di unit PKS Kebun Rambutan, seharusnya Rumah Sakit memberikan informasi secara spesifik tentang hasil MCU pekerja, hal ini dilakukan jika terdapat tenaga kerja yang mempunyai indikasi penyakit menular seperti TB maka perusahaan dapat melakukan tindak lanjut preventif agar indikasi penyakit menular tersebut tidak menularkan kepada pekerja-pekerja lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahawa pemeriksaan kesehatan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh RS Sri Pamela Tebing Tinggi seperti pemeriksaan kesehatan tenaga kerja yang diduga mengalami ketulian maka karyawan dirujuk ke A.Kasoem Hearing Center Medan, sedangkan untuk karyawan yang dinyatakan tuli, sudah dilakukan mutasi sesuai dengan Surat Intern no. PRBTN/Int/229/2014.

Untuk pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan harus dapat dipastikan sudah melalui proses identifikasi dimana pemeriksaan kesehatan tersebut perlu dilakukan, yang dimakasud adalah melakukan pemetaan (maping) pada suatu jenis pekerjaan yang berisiko, dan terutama untuk data terhadap pegawai yang diduga mengalami masalah terhadap kesehatannya, dari hasil pemeriksaan pada tahun sebelumnya untuk dilakukan pemeriksaan ulang pada tahun berikutnya dengan korelasi pegawai tersebut bekerja pada lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

E. Area Terbatas

Pengusaha atau pengurus melakukan penilaian risiko lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk. Adanya dokumen atau daftar daerah-daerah di tempat kerja yang memerlukan ijin masuk. Dapat juga dicek langsung ke lapangan atau dilihat dari catatan manajemen risiko yang telah dilakukan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bberapa hal sebagai berikut :

1. Area terbatas masih sering dimasuki oleh tenaga kerja yang lain, Seharusnya terhadap lokasi pabrik diberi pembatasan izin masuk untuk semua pekerja baik pihak internal maupun ekternal dengan pemasangan rambu area terbatas seperti untuk beberapa daerah-daerah dengan potensi bahaya tinggi seperti areal fat pit perusahaan harus memastikan untuk melakukan identifikasi sebagai areal terbatas sehingga semua orang yang tidak berkepentingan dan tanpa izin khusus tidak dapat memasuki area tersebut.

2. Seharusnya pemasangan rambu yang terkait standar pengawasan pada areal-areal terbatas dengan potensi bahaya besar seperti areal mesin perebusan dan boiler juga ditetapkan & dipampang pada areal kerja yang ada (contoh pemasangan rambu yang terkait sebaiknya melekat pada peralatan perebusan).

Hal tersebut diatas perlu mendapatkan perhatian mengingat area terbatas merupakan area yang hanya dapat dimasuki oleh tenaga kerja tertentu, selain itu pada daerah-daerah tersebut perlu dilakukan pengendalian berupa ijin tertulis, penguncian Hal tersebut diatas perlu mendapatkan perhatian mengingat area terbatas merupakan area yang hanya dapat dimasuki oleh tenaga kerja tertentu, selain itu pada daerah-daerah tersebut perlu dilakukan pengendalian berupa ijin tertulis, penguncian

Gambar 4.31. Rambu-Rambu Batas Izin Masuk untuk area Terbatas

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

F. Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis

PKS Kebun Rambutan juga telah menempelkan rambu-rambu K3 di setiap wilayah kerja rambu-rambu tersebut berupa (safety sign, warning sign, poster, rambu APD, rambu APAR, rambu parkir) dan ada pintu darurat yang disediakan sesuai standar berdasarkan pedoman teknis yang berlaku. Rambu-rambu K3 juga merupakan bagian dari informasi K3 yang wajib harus ada di suatu area tempat kerja, hal ini dimaksudkan jika tenaga kerja sewaktu-waktu lalai dalam pekerjaannya maka dengan adanya rambu-rambu K3 maka tenaga kerja dapat lebih berhati-hati pada saat bekerja. Oleh karena itu selain pelatihan dan sosialisasi, pemasangan rambu-rambu ditempat kerja juga merupakan salah satu sarana yang dapat dijadikan sebagai media untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Berikut adalah rambu-rambu yang terdapat di areal kerja PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi.

Gambar 4.32. Rambu-Rambu di Area Kerja

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

G. Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi

Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan merupakan hal yang perlu dilakukan. PKS Kebun Rambutan mempunyai dokumen berupa jadwal pemeliharaan sarana produksi yang dipergunakan di tempat kerja mencakup safety device atau alat- alat pengaman. Verifikasi alat pengaman dapat dilihat dari cheklist pemeriksaan masing-masing saran produksi. Semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan merupakan hal yang perlu dilakukan. PKS Kebun Rambutan mempunyai dokumen berupa jadwal pemeliharaan sarana produksi yang dipergunakan di tempat kerja mencakup safety device atau alat- alat pengaman. Verifikasi alat pengaman dapat dilihat dari cheklist pemeriksaan masing-masing saran produksi. Semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas

Gambar 4.33. Jadwal Pemeliharaan/Perawatan Peralatan Produksi

(Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Perusahaan memiliki sertifikat (ijin/pengesahan pemakaian) sarana produksi yang masih berlaku. Beberapa sarana produksi tersebut antara lain bejana tekanan (Permenaker No.Per.01/MEN/ 1982), pesawat angkat dan angkut (Permenaker No.Per.05/MEN/ 1985), pesawat uap (UU dan Peraturan Uap 1930). Untuk tepatnya mengacu pada lembar objek pengawasan dan terdapat jadwal monitoring penjadwalan terhadap peralatan perusahaan yang masuk dalam obyek pengawasan termasuk jadwal kadaluwarsa sertifikat tersebut beserta jadwal resertifikat.

Pemeriksaan, pemeliharan, perawatan, perbaikan dan setiap perubahan dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang. Kompetensi personil yang

melakukan kegiatan perawatan sarana produksi dapat dilihat dari (sertifikat, lisensi, pengalaman), PKS Kebun Rambutan melakukan kerjasama dengan pihak ke-3 dalam melakukan pemeriksaan dan perawatan peralatan produksi. Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa jika terjadi perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan tersebut harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terdapat prosedur permintaan pemeliharaan sarana dan peralatan produksi dengan kondisi K3 yang tidak memenuhi persyaratan dan perlu segera diperbaiki, terdapat prosedur mengenai kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana produksi, contoh misalnya rekaman work order form, rekaman kegiatan dari awal samapai akhir atau flow activity, untuk dokumen ini pihak perusahaan tidak dapat memberikannya, terdapat sistem untuk penandaan (tag-out) bagi peralatan yang sudah tidak aman lagi untuk digunakan atau sudah tidak digunakan.

Penandaan pada mesin/sarana produksi yang sedang diperbaiki atau rusak ini dapat dituangkan dalam prosedur pemeliharaan yang mencakup lock-out dan tag-out (LOTO) atau prosedur lock-out dan tag-out (LOTO) bila terpisah. Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. Terdapat beberapa mekanisme penguncian (lihat bentuk/sistem penguncian yang digunakan) terkait dengan prosedur pemeliharaan/perbaikan atau prosedur lock-out dan tag-out (LOTO) bila terpisah. Rekamannya dapat dilihat pada daftar pelaksanaan lock-out dan dibandingkan dengan prosedurnya, terdapat prosedur yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja atau orang lain yang berada didekat sarana dan Penandaan pada mesin/sarana produksi yang sedang diperbaiki atau rusak ini dapat dituangkan dalam prosedur pemeliharaan yang mencakup lock-out dan tag-out (LOTO) atau prosedur lock-out dan tag-out (LOTO) bila terpisah. Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. Terdapat beberapa mekanisme penguncian (lihat bentuk/sistem penguncian yang digunakan) terkait dengan prosedur pemeliharaan/perbaikan atau prosedur lock-out dan tag-out (LOTO) bila terpisah. Rekamannya dapat dilihat pada daftar pelaksanaan lock-out dan dibandingkan dengan prosedurnya, terdapat prosedur yang dapat menjamin keselamatan dan kesehatan kerja atau orang lain yang berada didekat sarana dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tidak ditemukan Panduan teknis pelaksanaan LOTO sehingga tidak dapat dipastikan sudah ditetapkan untuk digunakan atau tidak (panduan teknis LOTO belum tersedia).

Selain hal tersebut diatas pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh peralatan/produksi. Pada tanggal 4 oktober 2016 kecelakaan kerja juga pernah terjadi akibat sarana produksi yang tidak baik, kejadian berawal pada saat thressing dibuka akibat plat kisi-kisi yang lepas sehingga menyangkut di conveyor under thressing , setelah diperbaiki thressing tersebut ditutup kembali namun tiba-tiba pengunci penutupnya lepas sehingga plat penutup tersebut mendorong tubuh tenaga kerja tersebut yang mengakibatkan tenaga kerja tersebut jatuh dari tangga duduk ke lantai dasar, dan mengalami luka dibagian kepala.

H. Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat

Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah di identifikasi dan prosedur keadaan darurat telah di dokumentasikan dan di informasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja .

PKS Kebun Rambutan telah mengidentifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi (fire, spill, ledakan, banjir, huru-hara). Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen tertulis berupa prosedur keadaan darurat perusahaan. Penyediaan alat/sarana PKS Kebun Rambutan telah mengidentifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi (fire, spill, ledakan, banjir, huru-hara). Hal ini dibuktikan dengan adanya dokumen tertulis berupa prosedur keadaan darurat perusahaan. Penyediaan alat/sarana

Prosedur tersebut harus dilakukan simulasi (ada rekaman uji coba) untuk mengetahui sesuai atau efektif untuk diterapkan. Jadwal simulasi paling tidak dilakukan 1x dalam setahun atau mengacu pada frekwensi pelaksanaan dalam prosedur keadaan darurat itu sendiri. Prosedur keadaan darurat dievaluasi/ditinjau ulang oleh petugas yang kompeten (dapat oleh personil dari bagian K3 atau pihak luar, misal kerja sama dengan Dinas Kebakaran setempat jika berkaitan dengan masalah kebakaran atau konsultan profesional K3. Evaluasi mecakup kesesuain terhadap skenario prosedur, kesiapan peralatan dan target kecepatan dan ketetapan untuk setiap prosedur keadaan darurat. Tenaga kerja mendapatkan instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.

Gambar 4.33. Simulasi Keadaan Darurat

(Sumber : Data/Dokumen PKS Rambutan)

PKS Kebun Rambutan telah membuat instruksi keadaan darurat dan telah dikonfirmasikan kepada seluruh tenaga kerja dan memberikan pelatihan dalam bentuk evakuasi . Bukti rekaman adalah catatan evakuasi untuk setiap tenaga kerja mengacu kepada prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko yang ada di perusahaan. Khusus petugas darurat telah diberi pelatihan spesifik darurat sesuai dengan peran dan tugasnya (damkar/P3K). Rekaman dapat berupa daftar hadir dan atau sertifikat pelatihan serta catatan pelatihan terkait. Untuk tim kebakaran dapat mengacu pada Kep.Menaker No.Kep.186/MEN/1999. Instruksi/prosedur keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperlihatkan secara jelas dan menyolok untuk diketahui oleh seluruh tenaga kerja di perusahaan.

Gambar 4.34. Instruksi Keadaan Darurat

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Verifikasi dilakukan dengan melihat kondisi di lapangan dengan bukti rekaman yaitu instruksi keadaan darurat, peta evakuasi, terdapat arah panah menuju pintu keluar terdekat & aman, menuju titik berkumpul (muster/asembly point) yang terlihat dengan jelas dan terang pada jarak 20m, mempunyai penerangan minimum 10 lux. Instruksi tersebut jelas, singkat dan semua tenaga kerja mengetahui dan memahaminya. PKS Kebun Rambutan juga menempelkan informasi terkait keadaan darurat di beberapa area tempat kerja seperti nomor kontak telpon, tanda exit, tanda pintu darurat.

Gambar 4.35. Informasi Keadaan Darurat

(Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Peralatan dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan perundang- undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan. Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah sesuai dengan peraturan Peralatan dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan perundang- undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan. Jenis, jumlah, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah sesuai dengan peraturan

Posisi alat darurat (APAR, hydrant dan kotak P3K) jelas dilihat, tidak terhalang dan bertanda yang mudah dipahami oleh tenaga kerja, termasuk ketepatan dalam spesifikasi alat keadaan darurat yang disediakan berdasarkan potensi bahayanya. Peralatan keadaan darurat sesuai dengan standar/peraturan perundangan yang berlaku dan diperiksa, diuji, dinilai oleh petugas yang kompeten dibidangnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa hal sebagai berikut terkait dengan keadaan darurat :

1. Perusahaan seharusnya mempunyai panduan teknis tertulis untuk pelaksanaan mekanisme menidaktifikan semua peralatan yang berpotensi membuat keadaan darurat lebih berbahaya ketika keadaan darurat terjadi, Contoh peralatan tersebut adalah boiler, perebusan, dan motor diesel. Panduan teknis harus berisikan mekanisme mematikan peralatan yang berbahaya dan jabatan pemberi otorisasi untuk mematikan peralatan tersebut.

2. Seharusnya pada areal control room disediakan pula emergency lamp yang berfungsi sebagai penerangan untuk membantu semua pekerja yang berada diruang tersebut untuk dapat melakukan evakuasi ketika keadaan darurat terjadi dimalam hari dengan aliran listrik terputus.

3. Seharusnya terhadap semua tombol emergency stop yang digunakan untuk menghentikan peralatan ketika keadaan darurat terjadi diberikan penandaan yang 3. Seharusnya terhadap semua tombol emergency stop yang digunakan untuk menghentikan peralatan ketika keadaan darurat terjadi diberikan penandaan yang

I. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Perusahaan telah mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada memenuhi peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis, ada pengecekan terhadap kondisi isi dari kotak P3K, biasanya berupa cheklist tentang kelengkapan obat, jumlah pemakaian, dan penggantian. Ada kegiatan pengecekan terhadap kondisi isi dari kotak P3K, biasanya berupa cheklist tentang kelengkapan obat, jumlah pemakaian, dan penggantian obat. Petugas P3K telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Terdapat petugas P3K yang ditunjuk pimpinan perusahaan. Petugas tersebut dapat dari lingkungan pekerja atau personil medis di klinik. Pelatihan P3K bagi petugas yang ditunjuk sesuai dengan Per.Menaker No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja jo. Per. Menakertrans No.Per.15/MEN/VIII/2008 tantang P3K di Tempat Kerja.

J. Pelaporan Dan Perbaikan Kekurangan

1. Pelaporan Bahaya

Terdapat prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan dengan K3 dan prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja. PKS Kebun Rambutan mempunyai prosedur pelaporan sumber bahaya sehingga tenaga kerja mengetahui cara pelaporannya. Dokumennya berupa prosedur pelaporan, formulir pelaporan bahaya/ketidak sesuaian Terdapat prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan dengan K3 dan prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja. PKS Kebun Rambutan mempunyai prosedur pelaporan sumber bahaya sehingga tenaga kerja mengetahui cara pelaporannya. Dokumennya berupa prosedur pelaporan, formulir pelaporan bahaya/ketidak sesuaian

2.Prosedur Pelaporan Bahaya di tempat Kerja

Terdapat prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan dengan K3 dan prosedur ini diketahui oleh tenaga kerja. PKS Kebun Rambutan mempunyai prosedur pelaporan sumber bahaya sehingga tenaga kerja mengetahui cara pelaporannya. Adapun SDM yang bertanggungjawab terkait dengan pelaporan bahaya dan pelaporan kecelakaan kerja adah “tim investigasi kecelakaan kerja” yang sudah ditunjuk oleh pihak manajemen PKS Kebun Rambutan. Tim dalam investigasi kecelakaan kerja dapat dilihat pada Lampiran III (Perencanaan K3).

Prosedur pelaporan bahaya memiliki dokumen berupa prosedur pelaporan, formulir pelaporan bahaya. Ketidaksesuaian pelaporan bahaya dapat langsung dilaporkan pada pimpinan unit masing-masig. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan tim investigasi kecelakaan kerja terkait dengan prosedur pelaporan bahaya, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Untuk prosedur pelaporan bahaya ditempat kerja sudah ditetapkan seperti ini, prosedur pelaporan bahaya ditempat kerja ini harus disosialisasikan atau disampaikan kepada seluruh tenaga kerja, agar jika sewaktu-waktu kecelakaan kerja terjadi maka tau apa yang harus dilakukan.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan sudah memiliki dan menetapkan prosedur pelaporan bahaya yang terdokumentasi, dan dapat dilihat pada Lampiran V (pemantauan dan evaluasi kinerja K3).

3. Pelaporan Kecelakaan

PKS Kebun Rambutan memiliki prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PKS Kebun Rambutan memiliki Dokumen berupa prosedur tata cara pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta rekapitulasi terjadinya kasus kecelakaan kerja setiap tahunnya.

Setiap kecelakaan kerja yang terjadi di PKS Kebun Rambutan, dilaporkan kepada pihak manajemen lalu kemudian dibuat memorandum (laporan kecelakaan kerja) yang berisikan identitas tenaga kerja dan uraian singkat terjadinya kecelakaan kerja tersebut, untuk ditindak lanjuti dan laporan kecelakaan kerja tersebut kemudian dibuat menjadi satu dokumen yang disebut dengan rekapitulasi kecelakaan kerja, kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, PKS Kebun Rambutan memberikan penanganan yang cepat dengan langsung membawa tenaga kerja tersebut ke polibun ataupun rumah sakit terdekat dan bertanggungjawab terhadap biaya pengobatan.

Pelaporan dan penyidikan kecelakaan kerja sudah dilakukan oleh perusahaan dengan mengunakan form laporan kecelakaan 2 X 24 jam, dan untuk penyidikan digunakan form laporan penyidikan masalah K3 serta untuk merekapitulasi pelaporan kecelakaan kerja yang terjadi pertahun dilakukan rekapitulasinya denga form rekapitulasi laporan kecelakaan kerja, harus dapat dipastikan bahwa pelaporan dan penyidikan juga sudah dilakukan untuk dugaan penyakit akibat kerja dan penyidikan Pelaporan dan penyidikan kecelakaan kerja sudah dilakukan oleh perusahaan dengan mengunakan form laporan kecelakaan 2 X 24 jam, dan untuk penyidikan digunakan form laporan penyidikan masalah K3 serta untuk merekapitulasi pelaporan kecelakaan kerja yang terjadi pertahun dilakukan rekapitulasinya denga form rekapitulasi laporan kecelakaan kerja, harus dapat dipastikan bahwa pelaporan dan penyidikan juga sudah dilakukan untuk dugaan penyakit akibat kerja dan penyidikan

Gambar 4.36 Form Laporan Kecelakaan Kerja 2X24 Jam

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Terhadap pelaporan dan penyidikan yang harus dilakukan, perusahaan sudah menetapkan personel yang akan melakukan investigasi kecelakaan kerja yaitu tim investigasi kecelakaan kerja sesuai Surat Keputusan Manajer PKS No. PRBTN/SKPTS/02/2015 dan waktu penyelesaian masalah yang ada sebaiknya diperhatikan, terhadap hasil penyidikan yang dilakukan berisi kronolagis kejadian, memberikan kesimpulan, membuat saran perbaikan, memberikan langkah-langkah tindak lanjut yang harus dilakukan, untuk petugas yang akan ditunjuk sebagai tim penyidikan sebaiknya dilakukan pelatihan untuk personel yang ditunjuk serta saran Terhadap pelaporan dan penyidikan yang harus dilakukan, perusahaan sudah menetapkan personel yang akan melakukan investigasi kecelakaan kerja yaitu tim investigasi kecelakaan kerja sesuai Surat Keputusan Manajer PKS No. PRBTN/SKPTS/02/2015 dan waktu penyelesaian masalah yang ada sebaiknya diperhatikan, terhadap hasil penyidikan yang dilakukan berisi kronolagis kejadian, memberikan kesimpulan, membuat saran perbaikan, memberikan langkah-langkah tindak lanjut yang harus dilakukan, untuk petugas yang akan ditunjuk sebagai tim penyidikan sebaiknya dilakukan pelatihan untuk personel yang ditunjuk serta saran

Laporan kecelakaan kerja merupakan hal yang sangat penting, dengan adanya laporan kecelakaan kerja maka pihak perusahaan akan melakukan investigasi terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat dilakukan penanganan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang serupa. Investigasi kecelakaan kerja dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan kerja yang telah dibentuk oleh PKS Kebun Rambutan. Laporan kecelakaan kerja juga merupakan salah satu indikator yang dijadikan untuk menilai efektivitas suatu program K3 yang dijalankan, dengan melihat laporan kecelakaan kerja dapat diketahui berapa banyak kasus kecelakaan kerja yang terjadi setiap tahunnya dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk evaluasi terhadap setiap program K3 yang ada.

3. Prosedur Pelaporan Kecelakaan Kerja

PKS Kebun Rambutan memiliki prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran atau peledakan serta kejadian berbahaya lainnya di tempat kerja dicatat dan dilaporkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan tim investigasi kecelakaan kerja terkait dengan prosedur pelaporan kecelakaan kerja, diperoleh informasi sebagai berikut

“PKS Kebun Rambutan memiliki Dokumen berupa prosedur tata cara pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta

rekapitulasi terjadinya kasus kecelakaan kerja setiap tahunnya.” (Informan VII)

“Kemudian pak, tindakan apa yang dilakukan setelah adanya pelaporan kecelakaan kerja tersebut? (Peneliti)

“Setiap kecelakaan kerja yang terjadi di PKS Kebun Rambutan, dilaporkan kepada pihak manajemen lalu kemudian dibuat

memorandum (laporan kecelakaan kerja) yang berisikan identitas tenaga kerja dan uraian singkat terjadinya kecelakaan kerja tersebut, untuk ditindak lanjuti dan laporan kecelakaan kerja tersebut kemudian dibuat menjadi satu dokumen yang disebut dengan rekapitulasi kecelakaan kerja .” (Informan VII)

“Lalu pak, upaya apa yang dilakukan oleh pihak manajemen pada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja? (Peneliti)

“Kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja, PKS Kebun Rambutan memberikan penanganan yang cepat dengan langsung membawa tenaga kerja tersebut ke polibun ataupun rumah sakit terdekat dan bertanggung jawab terhadap biaya pengobatan.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan, bahwa PKS Kebun Rambutan sudah memiliki prosedur pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terdokumentasi, dan dapat dilihat pada Lampiran V (Pemantauan dan evaluasi) dan untuk tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja perusahaan juga bertanggungjawab untuk biaya pengobatan tenaga kerja tersebut.

Laporan kecelakaan kerja merupakan hal yang sangat penting, dengan adanya laporan kecelakaan kerja maka pihak perusahaan akan melakukan investigasi terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat dilakukan penanganan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang serupa. Investigasi kecelakaan kerja dilakukan oleh Laporan kecelakaan kerja merupakan hal yang sangat penting, dengan adanya laporan kecelakaan kerja maka pihak perusahaan akan melakukan investigasi terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat dilakukan penanganan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang serupa. Investigasi kecelakaan kerja dilakukan oleh

4. Pemeriksaan dan Pengkajian Kecelakaan

PKS Kebun Rambutan mempunyai prosedur pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Perusahaan telah menetapkan personil perusahaan yang akan melakukan penyelidikan kecelakaan. Kompetensi petugas dapat dilihat pada pelatihan atau sertifikat pelatihan yang dimiliki. Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi tentang sebab dan akibat serta rekomendasi/saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan juga harus dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan tim investigasi kecelakaan kerja, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Untuk pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan kerja, dan ada dokumen-dokumen yang

harus dilengkapi.” (Informan VII)

“Lalu pak, dokumen seperti apa dan poin-poin apa yang dibahas dalam pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja? (Peneliti)

“Ada namanya laporan kecelakaan kerja isinya tentang informasi kejadian, identitas pekerja yang mengalami celaka, biaya yang dikeluarkan, dan penanganan/ tindakan perbaikan nya apa untuk

kejadian tersebut.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan oleh tim investigasi kecelakaan kerja dan PKS Kebun Rambutan juga sudah memiliki laporan pemeriksaan kecelakaan kerja, selanjutnya peneliti melakukan penelusuran untuk melihatkesesuaian anatara informasi dengan dokumen yang dimilikioleh PKS sebagai bukti yag akurat, dan diperoleh laporan pemeriksaan kecelakaan kerja yang terjadi beserta saran dan jadwal perbaikannya, sebagai berikut :

Gambar 4.37 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Penanggungjawab untuk melaksanakan tindakan perbaikan atas laporan pemeriksaan dan pengkajian telah ditetapkan. Penanggung jawab dapat dilihat pada dokumen laporan kecelakaan siapa penanggungjawab tindakan perbaikan tersebut. Apakah yang bersangkutan sudah diberi informasi mengenai tanggung jawab yang Penanggungjawab untuk melaksanakan tindakan perbaikan atas laporan pemeriksaan dan pengkajian telah ditetapkan. Penanggung jawab dapat dilihat pada dokumen laporan kecelakaan siapa penanggungjawab tindakan perbaikan tersebut. Apakah yang bersangkutan sudah diberi informasi mengenai tanggung jawab yang

Pelaksanaan Tindakan perbaikan dipantau, didokumentasikan dan atau diinformasikan ke seluruh tenaga kerja, Perusahaan juga harus melakukan verifikasi terhadap tindakan perbaikan yang diusulkan dalam laporan kecelakaan. Bentuknya dapat berupa status laporan (closed) atau paraf pada tindakan perbaikan yang selesai.

K. Penanganan Masalah

Penanganan masalah dapat dilakukan dengan penyampaian masalah-masalah K3 di tempat kerja. masalah ini dapat berupa hal-hal seperti: lingkungan kerja yang kurang aman, cara kerja, kesehatan dalam bekerja atau keluhan-keluhan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Terkait dengan penanganan masalah berupa penyampaian masalah-masalah K3 dapat dilakukan pada saat rapat tinjauan manajement, dan terdapat prosedur penanganan masalah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan tim investigasi kecelakaan kerja, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Ya, PKS Kebun Rambutan memiliki prosedur penanganan masalah, disitu jelas langkah- langkah apa sajayang harus dilakukan.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan memiliki prosedur penanganan yang dapat dilihat pada Lampiran IV (pelaksanaan rencana K3)

L. Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya (BKB)

Perusahaan telah mendokumentasikan dan menerapkan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan pemindahan BKB sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan. Ada prosedur tertulis mengenai kegiatan-kegiatan tersebut untuk bahan berbahaya, dapat berupa prosedur atau instruksi kerja terkait dengan penggunaan bahan kimia tersebut. Peraturan yang mengatur tentang pengendalian bahan kimia berbahaya yaitu Kep. Menaker No. Kep.187/MEN/1999. Terdapat Lembar Data Keselamatan BKB (material safety data sheets) meliputi keterangan mengenai keselamatan bahan sebagaimana diatur pada peraturan perundang-undangan.

Lembar data ini dikenal dengan MSDS (material safety data sheet). Setiap perusahaan harus mempunyai/menyimpan MSDS ditempat kerjanya,MSDS dapat di peroleh dari pihak suplier bahan kimia . Rekaman MSDS ini harus dapat ditemukan baik di tempat yang menyiman maupun yang menggunakan bahan. MSDS sebaiknya bersifat komunikatif, artinya dimengerti oleh yang membaca misalnya dalam bahasa Indonesia). Ada pelebelan pada wadah bahan kimia, yang penting lebel ini maksudnya diketahui oleh para pengguna bahan kimia. Bukti penerapan di lapangan yaitu semua wadah bahan kimia mempunyai lebel yang berisi nama zat, sifat bahaya/rambu bahaya dan tindakan bila keadaan darurat.

Rambu peringatan bahaya terpampang, Rambu peringatan ini menjelaskan bahaya dari bahan kimia yang ada di tempat kerja, misalnya rambu sifat bahan tersebut seperti flammable, explosive, dan poison. Penanganan BKB dilakukan oleh petugas yang kompeten dan berwenang dan lebih ditekankan pada cara penyimpanan agar disesuaikan dengan sifat rekatif bahan, misalnya bahan yang oksidator tidak ditempatkan berdekatan dengan yang flammable.

Penanganan bahan kimia berbahaya merupakan hal yang sangat penting oleh karena itu setiap tenaga kerja yang yang bekerja dibagian laboratorium juga harus dibekali dengan pelatihan terkait penanganan bahan kimia berbahaya yang meliputi SOP, dan APD, selain itu berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara yng dilakukan dengan asisten laboratorium, briefing sebelum bekerja selalu diberikan kepada tenaga kerja untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan beberapa hal sebagai berikut:

a. ISBPPR belum ditetapkan untuk potensi bahaya penyimpanan bahan kimia sesuai dengan potensi bahaya yang terkandung dari 2 (dua) bahan kimia yang berbeda tetapi disimpan berdekatan pada areal laboratorium.

b. Belum ditetapkan beberapa panduan teknis untuk bekerja dengan aman dan sehat pada areal laboratorium seperti panduan teknis untuk mengunaan oven, atau aktifitas pada ruang asam yang terdapat di areal penampungan limbah.

c. Belum ditetapkan panduan penyimpanan berbentuk matrik potensi bahaya dari penempatan atau penyimpanan beberapa bahan kimia pada satu lokasi (form matrik penyimpanan bahan kimia ditetapkan berdasarkan identifikasi potensi bahaya yang terdapat di MSDS).

d. Perlu diperhatikan agar semua penjamah B3 yang terdapat diareal kerja perusahaan khususnya yang berada di areal laboratorium, seperti tenaga analist dan operator di penyimpanan limbah sudah mendapatkan pelatihan penjamah B3 dari personel atau lembaga yang berkompeten sesuai dengan Permenkes No. 258/1992.

M. Data dan Laporan K3

Data K3 perusahaan dapat berupa: data kecelakaan minimal FR dan SR, medical cost , laporan penyakit akibat kerja, data hasil inspeksi, data pencapaian kinerja program K3, data pemantauan lingkungan kerja (misal kebisingan, dan NAB) dan data tersebut dianalisa. Tabel, matriks atau grafik adalah bentuk pengolahan data, sedangkan analisa data mencakup terhadap analisa untuk mencari akar masalah sampai dengan tindakan koreksi maupun pencegahan yang dilakukan. Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam tempat kerja. Laporan rutin K3 misalnya laporan yang berhubungan dengan kinerja K3 (FR, SR) termasuk di dalamnya monitoring terhadap program K3.

PKS Kebun Rambutan telah memiliki sistem terdokumentasi dalam menyimpan data dan laporan K3 baik dalam bentuk soft copy ataupun hardcopy, data PKS Kebun Rambutan telah memiliki sistem terdokumentasi dalam menyimpan data dan laporan K3 baik dalam bentuk soft copy ataupun hardcopy, data

Pada saat melakukan penelitian yang dilakukan terkait tentang pelaksanaan rencana K3 oleh peneliti ditemukan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan K3 ditempat kerja khususnya untuk tingkat kepatuhan tenaga kerja didalam bekerja sesuai dengan SOP dan memakai APD belum terlaksana dengan baik sehingga kasus kecelakaan kerja masih terjadi dan terulang kembali.

2. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena belum melakukan housekeeping yang baik pada beberapa area kerja, yaitu pada areal loading ramp dan Masih ditemukan diareal kerja, tenaga kerja yang membutuhkan APD khusus sesuai dengan potensi bahaya yang ada, pemantauan terhadap penandaan masa pakai pada catridge masker yang ada diseluruh areal sesuai manajemen APD pada Permenaker No. 08/MEN/2010 belum dilakukan.

3. Evaluasi simulasi yang sudah dilakukan belum dilakukan tahapan penilaiannya sesuai dengan skenario yang sudah ditetapkan didalam prosedur, serta terhadap evaluasi belum dilengkapi hasil evaluasi effektifitas terhadap kesiapan petugas (manusia), metode/cara, material/bahan, sarana dan prasarana serta lingkungan belum dilakukan pula, walau evaluasi sudah dilengkapi dengan photo pelaksanaan simulasi & pelatihan tersebut, sehingga simulasi yang sudah dilakukan tidak dapat diketahui efektifitasnya.

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan tenaga kerja tentang pelaksanaan rencana K3, diperoleh informasi sebagai berikut. “Ya dilakukan mba, dipantau juga mba sama mandor, nanti kita

ditanya-tanya juga soal pekerjaan, ya kita jawab setau kita, kayak semacam wawancara juga kadang mba .”

“Pernah memang dilakukan kayak semacam survey kelapangan sama pihak perusahaan jadi pas kita bekerja tiba-tiba ada pemeriksaan pake APD apa gak, ya kita juga cepat-cepat pake APD gitu mba .”

Informasi diatas menunjukkan bahwa perusahaan memang sudah melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di tempat kerja dengan melakukan survey ketempat kerja, selain itu informasi lain yang diperoleh menunjukkan bahwa kesadaran tenaga kerja terkait dengan K3 masih sangat-sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang diberikan oleh salah seorang tenaga kerja yang ketika diawasi baru memakai APD dan jika tidak diawasi maka tenaga kerja tersebut tidak menggunakan APD, hal-hal semacam ini tentu akan berimplikasi terhadap terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja.

Prinsip pelaksanaan rencana K3 tediri dari 6 elemen, 27 sub elemen, 91 kriteria, 1 elemen diantaranya tidak dapat dipublikasikan karena elemen tersebut merupakan data rahasia dari PKS Kebun Rambutan, elemen tersebut adalah elemen 5 tentang pembelian dan pengendalian produk. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 13 kriteria minor sehingga dari 91 kriteria PKS Kebun Rambutan telah memenuhi 78 kriteria.

4.3.4. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 merupakan persyaratan dalam sistem manajemen K3, pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi pelaksanaan K3 dalam suatu organisasi, apakah telah berjalan sesuai dengan rencana atau terjadi penyimpangan yang tidak di inginkan.

1.Pemantauan/ Pengukuran Lingkungan Kerja di PKS Kebun Rambutan

Proses pelaksanaan sistem manajemen K3 harus dipantau secara berkala dari waktu ke waktu untuk memastikan bahwa sistem berjalan sesuai dengan rencana, pemantauan dapat dilakukan melalui observasi, laporan atau rapat pelaksanaan yang diadakan secara berkala untuk melihat progress report/kemajuan pelaksanaan K3, sedangkan evaluasi (pengukuran) kinerja dilakukan sepanjang proses SMK3 sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sekretaris P2K3, bidang evaluasi tentang apakah pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan secara rutin, diperoleh informasi sebagai berikut:

“PKS Kebun Rambutan sudah melakukan pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja secara berkala, ada housekeeping harian ada juga housekeeping bulanan untuk alat- alat produksi.” (Informan IV)

Lalu selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya terkait dengan housekeeping harian dan bulanan yang dimaksud, sebagai berikut: “Untuk housekeeping harian dan bulanan itu seperti apa pak?

(Peneliti).

“Untuk housekeeping harian itu pemantauan yang meliputi fasilitas seperti kotak P3K, fasilitas umum seperti kamar mandi, housekeeping terhadap APAR, housekeeping terhadap APD, sedangkan untuk housekeeping bulanan lebih kepada mesin-mesin produksi yang

beroperasi”.(Informan IV)

Peneliti juga menanyakan kepada bidang evaluasi tentang apakah pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja dilakukan secara rutin dan teratur, berikut adalah informasi yang didapatkan:

“ya ada, dan pemantauan dilakukan tidak hanya pemantauan lingkungan kerja pada alat-alat produksi tapi juga pemantauan pada

tenaga kerja, pemantauan terhadap pemakaian APD dan pemantauan itu merupakan salah satunya tanggungjawab saya selaku bidang evaluasi yang bertugas mengawasi dan memantau pelaksanaan K3.” (Informan V)

“lalu pak terkait masih banyaknya tenaga kerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja dan bekerja tidak sesuai SOP, bagaimana dengan hal tersebut pak? (Peneliti)

“Kita tetap melakukan pemantauan memang,ditegur dan bahkan bisa saja diberikan peringatan yang cukup serius, tapi kan seharusnya tenaga kerja memiliki kesadaran karena tugas kita bukan hanya memantau mereka setiap hari, inilah memang yang menjadi PR buat

semua yah.” (Informan V)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan memang sudah melakukan pemantauan secara berkala, ada pemantauan yang dilakukan harian atau yang disebut dengan houskeeping harian seperti pemantauan terhadap kotak P3K, APAR, APD, untuk housekeeping bulanan pada mesin-mesin produksi juga dilakukan pemantauan. Peneliti melakukan penelusuran untuk melihat kesesuaian informasi yang disampaikan oleh informan dan menemukan adanya bukti dokumen berupa form pemeriksaan (housekeeping) harian atau bulanan.

Berikut adalah notulensi kegiatan pemantauan/ pemeriksaan, form pemeriksaan meliputi pemeriksaan mesin-mesin produksi, pemeriksaan kotak P3K, APAR dan APD, yang diperoleh dari data/dokumen perusahaan.

Gambar 4.36 Notulensi Kegiatan Pemantauan/Pemeriksaan

APAR (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebu Rambutan)

Gambar 4.37 Form Pemeriksaan APD (Housekeeping Harian)

(Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

2.Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik, Kimia, Biologis, Radiasi dan Psikologis

Pemantauan dan evaluasi juga dilakukan pada lingkungan kerja, hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman di lingkungan kerja, serta dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor lingkungan, Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya didokumentasikan, dipelihara dan digunakan untuk penilaian dan pengendalian risiko. Adanya dokumentasi/laporan hasil pemantauan lingkungan kerja. Interval waktu pelaksanaan pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja disesuaikan dengan ketentuan/standar yang berlaku.

Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis, dapat dilihat pada laporan hasil pemantauan/monitoring lingkungan kerja.

1. Faktor fisik yang mengacu pada Kep. Menaker No. Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika (kebisingan, suhu kerja, getaran, gelombang mikro dan radiasi ultraviolet);

2. Faktor kimia yang mengacu pada Per. Menaker No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja dan Kep.Menaker No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis merupakan hal yang sangat penting karena faktor Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis merupakan hal yang sangat penting karena faktor

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sekretaris P2K3, bidang evaluasi tentang bagaimana pengukuran lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis di PKS Kebun Rambutan, diperoleh informasi sebagai berikut:

” PKS Kebun Rambutan telah melakukan pemantauan/ pengukuran lingkungan kerja dengan menunjuk orang-orang atau petugasnya yang sesuai dengan bidangnya masing-masing tentunya, hal ini dapat dilihat dari job description yang telah ditetapkan oleh perusahaan, didalam melakukan pemantauan ada prosedurnya dan menggunakan form ceklist, tetapi prosedurnya seperti apa hal itu tidak dapat dijelaskan secara terperinci karena hal itu merupakan rahasia perusahaan, tetapi mekanisme nya sama yaitu dengan melakukan survey ke tempat kerja .” (Informan II)

“Pemantauan/pengukuran lingkungan kerja di PKS Kebun Rambutan itu sebenarnya adalah tanggungjawab bersama, namun didalam kepengurusan P2K3, pemantauan merupakan tanggungjawab oleh

Bidang evaluasi”. (Informan V)

“Untuk Pemantauan atau pemeriksaan lingkungan kerja tersebut dilakukan oleh PKS sendiri atau ada kerjasama dengan pihak lain pak? (Peneliti)

“Kalau untuk pemantauan/pemeriksaan lingkungan kerja fisik, kimia, radisasi, psikologis itu selain dilakukan sendiri oleh PKS Kebun Rambutan juga bekerjasama dengan balai hiperkes kota medan .”(Informan V)

“Lalu pak, Bagaimana Proses ataupun mekanisme pemantauan dari faktor-faktor tersebut dilakukan? (Peneliti)

“Baik, untuk mekanisme atau prosedur secara tertulis tidak dapat ditunjukkan namun secara umum sebelum dilakukan pemantauan tim atau bidang evaluasi melakukan rapat untuk menyusun komponen apa saja yang harus dipantau sesuai dengan peraturan perundangan, lalu dibuatlah form atau tabel, untuk komponen apa saja yang akan diperiksa, selanjutnya bidang evaluasi melakukan survey kelokasi dan

melihat kesesuaian yang ada dilapangan.” (Informan V) Informasi tersebut menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan telah

membentuk tim didalam melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 serta tugas- tugas apa saja yang harus dilakukan, pemantauan atau pemeriksaan dilakukan dengan survey kelapangan dan mengisi form ceklist terhadap temuan yang ditemukan dilapangan, dimana hasil pemantauan yang ditemukan dilapangan dapat dijadikan sebagai tindak lanjut perbaikan.

Gambar 4.38 Form pemeriksaan lingkungan kerja fisik, kimia,

biologis,radiasi (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

3.SDM yang Melakukan Pemantauan/Pengukuran Lingkungan Kerja

Pemantauan ataupun pengukuran lingkungan kerja harus dilakukan oleh SDM yang berkompeten, Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan sekretaris P2K3, bidang evaluasi tentang siapa SDM yang melakukan pemantauan/ pengukuran lingkungan kerja di PKS Kebun Rambutan, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Pemantauan lingkungan kerja dilakukan oleh tim evaluasi yang diberikan kewenangan dan tanggungjawab tentang pe mantauan.”

(Informan II)

“Sebenarnya seluruh pihak manajemen, tetapi tugas khusus diberikan pada tim evaluasi yang sudah dibentuk.”(Informan IV)

Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa pihak PKS Kebun Rambutan sudah membentuk tim dalam struktur P2K3 yaitu tim/bidang evaluasi yang bertanggungjawab melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan PKS Kebun Rambutan juga sudah menetapkan tugas dan tanggungjawab dari tiap-tiap personil dalam bidang evaluasi, dan SDM yang bertanggungjawab didalam pemantauan dan pengukuran lingkungan kerja adalah SDM yang memiliki kompetensi dan telah mendapatkan pelatihan terkait tugas dan tanggungjawabnya.

Adapaun tim atau bidang evaluasi yang sudah dibentuk oleh PKS Kebun Rambutan beserta tugas dan tanggungjawabnya dapat dilihat pada Lampiran V (Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3), selain itu tim yang sudah dibentuk oleh perusahaan wajib diberitahukan dan diinformasikan kepada seluruh pihak yang berada dilingkungan kerja.

4.Prosedur Identifikasi, Kalibrasi, Pemeliharan & Penyimpanan Alat Produksi.

PKS Kebun Rambutan tentu memiliki prosedur identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan, penyimpananan alat produksi, namun terkait prosedur identifikasi dan kalibrasi pihak PKS Kebun Rambutan tidak dapat memberikan data yang dibutuhkan karena menyangkut rahasia pihak perusahaan, sesuai dengan surat edaran terkait publikasi data perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bidang evaluasi tentang prosedur, identifikasi, pemeliharaaan dan penyimpanan alat, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Kita ada panduan teknisnya tentang prosedurnya bagaimana, tapi memang prosedur itu seperti apa tidak bisa diberitahu, hanya pihak PKS Kebun Rambutan dan bagian yang berkepentingan dalam melakukan tugas tersebut saja yang dapat akses untuk itu.” (Informan IV)

“Ada, tapi untuk prosedur tidak dapat dipublish datanya.” (Informan V)

“Lalu pak, untuk identifikasi, kalibrasi alat serta pemeliharaannya, apakah dilakukan sendiri oleh PKS atau bekerjasama dengan pihak lain? (Peneliti)

“Untuk identifikasi, kalibrasi alat itu ada yang kita lakukan ada juga kerjasama

ditunjuk oleh Kandir.”(Informan V)

dengan

pihak ketiga,

yang

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa prosedur identifikasi, kalibrasi, pmeliharaan dan penyimpanan alat adalah dokumen rahasia perusahaan yang tidak dapat dipublish ke umum dan dalam melakukan identifikasi, kalibrasi alat, dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan dan bekerjasama dengan pihak yang ditunjuk oleh kantor direksi (KANDIR) PTPN-III.

5.Pemantauan Kesehatan Tenaga Kerja

Kesehatan tenga kerja merupakan aset bagi perusahaan, tenaga kerja yang bekerja dalam kondisi fisik dan keadaan yang sehat tentu akan meningkatkan produktifitas perusahaan, olehkarena itu pihak perusahaan memiliki tanggungjawab didalam melakukan pemantauan ataupun pemeriksaan kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja pda tenaga kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas kesehatan tentang pemantauan kesehatan tenaga kerja, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sudah dilakukan secara berkala setiap 1 tahun sekali dengan mengunakan Prosedur pemantauan sistem manajemen Perkebunan Nusantara III. Pemeriksaan kesehatan dilakukan bersamaan dengan pemantauan lingkungan kerja oleh Balai Hiperkes Kota Medan dalam setiap pel aksanaannya.”(Informan VIII)

“Kemudian bu, apakah pemantauan dilakukan pada seluruh tenaga kerja?(Peneliti)

“Pemantauan dilaksanakan untuk beberapa pekerja sekitar 30 pekerja meliputi pemeriksaan audiometri, spirometri, pemeriksaan logam dalam darah, dan pemeriksaan beban kerja. ” (Informan VIII)

“Bagaimana menetukan atau memilih tenaga kerja yang akan dilakukan pemeriksaan kesehatan tersebut bu? (Peneliti)

“Kalau setau saya, pertama pihak manajemen melakukan yang namanya maping terlebih dahulu, untuk pekerjaan tertentu dengan potensi bahaya yang ada, jadi memang tidak semua pekerja diperiksa, artinya pekerja dengan risiko pekerjaan yang tinggi untuk terjadinya

PAK yang diperiksa.” (Informan VIII)

“Selanjutnya bu, bagaimana setelah diperoleh hasil MCU tersebut? (Peneliti)

“Hasil MCU yang dilakukan oleh Balai K3 Medan selanjutnya diserahkan kepada kita k e poliklinik PKS Kebun Rambutan.” (Informan VIII)

“Lalu bu, dari hasil pemeriksaan yang diperoleh, jenis penyakit akibat kerja seperti apa bu yang dialami oleh tenaga kerja.” (Peneliti)

“kalau untuk hasil Medical Chek Up tenaga kerja tidak bisa diberitahukan, karena itu terkait rahasia si pekerja itu kan, tapi secara umum PAK yang dialami adalah gangguan pendengaran

karena memang lingkungan kerjanya yang bising.” (Informan VIII)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkkan bahwa pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, hanya pada pekerjaan dengan potensi bahaya yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pemetaan atau maping terlebih dahulu pada jenis pekerjaan sebelum dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PKS Kebun Rambutan, masih terdapat beberapa data yang kurang mengenai pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, seharusnya Polibun Kebun Rambutan atau Rumah sakit umum seperti RS Sri Pamela Tebing Tinggi menginformasikan semua informasi dari semua hasil MCU yang dilakukan dari pekerja yang berada di unit PKS Kebun Rambutan.

Pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan harus dapat dipastikan sudah melalui proses identifikasi dimana pemeriksaan kesehatan tersebut perlu dilakukan, terutama untuk data terhadap pegawai yang diduga mengalami masalah terhadap kesehatannya dari hasil pemeriksaan pada tahun sebelumnya untuk dilakukan pemeriksaan ulang ditahun berikutnya dengan korelasi pegawai tersebut bekerja pada lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

Contoh perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan pada tenaga kerja yang bekerja dibagian pengolahan, sumber bahaya yang ada pada pekerjaan tersebut adalah kebisingan dan potensi bahaya yang ditimbulkan adalah penyakit akibat kerja berupa gangguan pendengaran. Pada pekerja laboratorium yang juga terpajan bahan kimia perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan terkait dengan fungsi pernapasan. Pemeriksaan Kesehatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Berdasarkan hasil penelitian secara umum di PKS Kebun Rambutan terkait dengan kesehatan tenaga kerja pada tenaga kerja bagian pengolahan terdapat tenaga kerja yang mengalami gangguan pendengaran, dan tindak lanjut yang dilakukan adalah terhadap hasil MCU yang informasinya diketahui oleh perusahaan selanjutnya dirujuk ke RS Sri Pamela Tebing Tinggi, untuk pemeriksaan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh rumah sakit, maka karyawan dirujuk ke A.Kasoem Hearing Center Medan. Untuk karyawan yang dinyatakan tuli, perusahaan melakukan mutasi sesuai dengan Surat Intern no. PRBTN/Int/229/2014.

8.SDM yang melakukan Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini PKS Kebun Rambutan bekerjasama dengan Balai K3 Kota medan. Hal ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan ketika dilakukan wawancara tentang siapakah SDM yang melakukan pemeriksaan kesehatan sebagai berikut:

“Untuk pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dengan keluhan sakit biasa itu kepada saya selaku petugas kesehatan di poliklonik Kebun Rambutan, sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan yang serius dilakukan oleh dokter HIPERKES yang bekerjasama dengan Balai

K3.” (Informan VIII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dilakukan oleh dokter perusahaan yang sesuai dengan ketentuan Per.Menaker No.Per.01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan dan mandapatkan surat penunjukan dari Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan sebagaimana pasal 8 UU Keselamatan Kerja. Catatan menganai pemantauan kesehatan tenaga kerja dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Diwajibkan untuk memberikan pelaporan setiap aktifitas pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (rekap medis) yang mengacu pada Per.Menaker No.Per.02/MEN /1980.

PKS Kebun Rambutan juga melakukan pemeriksaan SMK3, melalui audit SMK3, satu organisasi memerlukan alat atau cara untuk menilai apakah pelaksanaan K3 telah berhasil atau tidak, salah satu cara penilaiannya adalah dengan melakukan Audit K3, melalui audit pihak manajemen akan mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu kegiatan atau program K3 sehingga selanjutnya dapat dilakukan langkah-langkah penyempurnaan berkesinambungan. PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakan pemeriksaan SMK3 melalui audit baik itu audit internal yang dilakukan oleh pihak PKS Kebun Rambutan sendiri setiap 1 tahun sekali ataupun audit eksternal yang dilakukan oleh lembaga audit yang sudah tersertifikasi dalam hal ini PKS Kebun Rambutan bekerjasama dengan PT.Sucofindo.

A. Audit Internal SMK3

Audit internal SMK3 bertujuan untuk memastikan apakah sistem manajemen K3 yang dijalankan telah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui apakah sistem manajemen K3 tersebut telah berjalan sebagaimana mestinya diseluruh jajaran sesuai dengan lingkup pelaksanaannya. Audit internal SMK3 yang terjadwal diaksanakan untuk Memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan efektifitas kegiatan, terkait prosedur atau mekanisme, serta hasil audit internal SMK3 tidak dapat dipublikasikan.

PKS Kebun Rambutan mempunyai jadwal kegiatan audit internal SMK3 yang dilakukan setiap satu tahun sekali. dan telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak PKS Kebun Rambutan. Audit internal SMK3 yang dilakukan harus mengacu pada PP No.50 tahun 2012 dan dipastikan 166 dari kriteria telah diaudit dalam setahun. Untuk mengukur efektifitasnya dapat dilihat dari presentasinya secara kuantitatif.

Audit internal SMK3 dilakukan oleh pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yaitu petugas yang independen, kompeten dan berwenang. Petugas atau auditor internal SMK3 harus kompeten yakni telah diberikan pelatihan mengenai isi SMK3 dan standar audit SMK3 dapat dilihat pada catatan pelatihan/ sertifikat auditor SMK3 dan penunjukan sebagai auditor internal yang ada. Petugas yang kompeten juga dapat dilihat dari contoh hasil laporan audit internal yang telah dilakukan selama ini. Independen yakni tidak mengaudit di bagian/unitnya sendiri. Laporan audit Audit internal SMK3 dilakukan oleh pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yaitu petugas yang independen, kompeten dan berwenang. Petugas atau auditor internal SMK3 harus kompeten yakni telah diberikan pelatihan mengenai isi SMK3 dan standar audit SMK3 dapat dilihat pada catatan pelatihan/ sertifikat auditor SMK3 dan penunjukan sebagai auditor internal yang ada. Petugas yang kompeten juga dapat dilihat dari contoh hasil laporan audit internal yang telah dilakukan selama ini. Independen yakni tidak mengaudit di bagian/unitnya sendiri. Laporan audit

Kegiatan audit internal sudah dilakukan dengan mengunakan dasar prosedur audit sistem manajemen, audit internal dilakukan khusus untuk sistem manajemen SMK3 secara terintegrasi dan terhadap pelaksanaannya untuk SMK3 sudah sesuai dengan Lampiran II PP no 50 tahun 2012. Penunjukan auditor internal dan jadwal pelaksanaannya dilakukan oleh kantor Direksi yang berada di Kota Medan dengan surat memorandum.

Tim auditor internal yang melaksanakan audit ditunjuk oleh Top Manajemen Kantor Pusat perusahaan (Direksi) dengan mengunakan memorandum, dalam pelaksanaan audit harus dapat dipastikan sudah dilakukan tahapan-tahapan pelaksanaannya seperti pembuatan audit plan yang berisikan jadwal pelaksanaan audit disetiap fungsi yang akan diaudit berdasarkan klausul-klausul audit yang akan dilihat, dilakukan rapat pembukaan dan penutupan serta digunakannya daftar pertanyaan audit.

Hasil temuan dari audit internal dicatat dalam form laporan ketidaksesuaian (LK), jika masih ditemukan belum semua terkorelasi atau dikorelasikan dengan benar terhadap 166 kriteria yang ada di lampiran II PP 50 tahun 2012. Terhadap tindaklanjut temuan yang ditemukan ketika audit internal maka harus dilakukan tindakan perbaikannya dan diberi status “close out” yang dibuat dalam sebuah

ringkasan (summary) untuk memudahkan memonitor semua rencana perbaikan yang harus dilakukan oleh Perusahaan dapat dipertanggung jawabkan walau menurut ringkasan (summary) untuk memudahkan memonitor semua rencana perbaikan yang harus dilakukan oleh Perusahaan dapat dipertanggung jawabkan walau menurut

B. Audit Eksternal SMK3

PKS Kebun Rambutan tidak hanya melakukan audit internal setiap setahun sekali tetapi juga melakukan audit eksternal yang dilakukan setiap 3 tahun sekali, pada tahun 2015 PKS Kebun Rambutan telah melakukan audit eksternal oleh PT. Sucofindo, dari hasil audit tersebut menyatakan bahwa PKS Kebun Rambutan telah memenuhi 94% dari kriteria-kriteria audit SMK3 pada lampiran II PP No.50 Tahun 2012 untuk tingkat pencapaian lanjutan dan direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat SMK3 dengan pencapaian memuaskan.

Prinsip pemantauan dan evaluasi kinerja K3 tediri dari 2 elemen, 5 sub elemen, dan 20 kriteria. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pihak PKS Kebun Rambutan telah memenuhi seluruh kriteria yang ada, dan ini menunjukkan bahwa pemantauan dan evaluasi kinerja K3 yang dilaksanakan oleh PKS Kebun Rambutan telah terlaksana dengan optimal.

4.3.5. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3

Peninjauan terhadap penerapan SMK3 meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemanatauan dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan harus dicatat dan didokumentasikan. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 ini dilakukan setiap 1 tahun sekali, melalui rapat tinjauan manajemen (Review Meeting), dalam melakukan peninjauan dan peningkatan kinerja K3 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24