serta ilmu gizi memeberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi Suhardjo 2003.
2.3. Kebiasaan Makan
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang Suhardjo 1989. Kebiasaan makan berasal dari kata kebiasaan dan makan. Kebiasaan adalah perilaku yang
diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan makan merupakan tindakan manusia terhadap makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan atau apa yang dirasakan
Khumaidi 1988. Suhardjo 1989 juga menyebutkan bahwa kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan
yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga. Kebiasaan makan yang baik dimulai dirumah, atas bimbingan dari orang tua baik ibu, ayah dan anggota
keluarga lainnya seperti kakak, abang, atau nenek serta pembantu. Kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen, yaitu 1 konsumsi makanan pola
konsumsi, meliputi jumlah, jenis frekuensi dan proporsi makanan yang dikonsumsi atau komposisi makanan; 2 freferensi terhadap makanan, mencakup sikap terhadap makanan
suka atau tidak suka terhadap makanan; 3 ideologi atau pengetahuan terhadap makanan, terdiri atas kepercayaan dan tabu; 4 sosisal budaya makanan, meliputi umur,
asal, pendidikan, kebiasaan membaca, besar keluarga, mata pencaharian atau pekerjaan, luas pemilikan lahan, dan ketersediaan makanan Sanjur 1982.
Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usianya, kebiasaan makan mereka seperti tidak makan, terutama makan pagi atau sarapan,
kegemaran makan snack dan kembang gula, mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai. Jenis makanan tersebut berbeda
untuk tiap budaya antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, remaja putri biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi atau siang
Robert Williams 1996 dalam Waluya 2007. Kebiasaan makan dapat berubah karena pendidikan dan pengetahuan tentang gizi dan
kesehatan, serta aktivitas perdagangan makanan. Selain itu tingkat pendapatan juga merupakan salah satu faktor utama dalam mempengaruhi kebiasaan makan, dimana secara
signifikan, dengan meningkatnya pendidikan, konsumsi makan mahal akan dibeli dan dikonsumsi lebih banyak Hartog et al 1995 dalam Waluya 2007.
Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
menilai status gizi. Berdasarkan data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang
bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan. Metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung
konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan DKBM atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga URT, Daftar Konversi
Mentah Masak DKMM, Daftar Peneyerapan Minyak DPM. Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang bersifat kuantitatif adalah metode
recall 24 jam Supariasa et al 2002.
2.4. Kebiasaan Jajan