Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Angkatan 2007 Mengenai Manfaat Konsumsi Minuman Isotonik Pada Aktifitas Olahraga

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2007 MENGENAI MANFAAT KONSUMSI MINUMAN ISOTONIK PADA AKTIFITAS OLAHRAGA

OLEH :

NABILA BALQISH BINTI AZAHAR 070100428

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga

Nama: Nabila Balqish Binti Azahar NIM: 070100428

Pembimbing Penguji I

(dr. Almaycano Ginting, M.Kes) (dr. Juliandi Harahap, M.A.) NIP. 132 303 382 NIP. 132 206 388

Penguji II

(Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp.PD) NIP. 130 802 437

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1001


(3)

ABSTRACT

The sweat that evaporates from the skin contains a variety electrolytes such as sodium, potassium, calcium, magnesium, chloride, and etc. Maximal oxygen consumption, fatique’s durations and estimate percentation of fat subtract non- protein consumption increase significantly after consume an isotonic drink in about 30 minutes before exercise. The purpose of this research is to know the level of knowledge among the student of FK USU, batch 2007 about the advantages of consuming isotonic drink during exercise.

This research is a descriptive study, with cross sectional design and Universitas Sumatera Utara had been chosen as the location. A total of 83 respondents were selected using quota sampling’s technique and must fulfill the inclusions criteria. The respondent is divided into three group according to the type of their exercises: endurance, strength or mix. After that, according to their answers on the questionnaire, their knowledges has been classified as good, moderate or poor.

According to the result, 77.1% of the respondents have good knowledge about the advantage of consuming isotonic drink during exercise. The rest of them, 22.9% has been classified as “moderate” and there is no one that has been included in “poor” knowledge. In addition, 25.3 % of the respondents like to do endurance exercise while 3.6% prefer strength exercise. The majority of them, 71.1% respondents more likely to have both exercise, endurans and strength

In a nutshell, majority of the respondents have a good knowledge about the advantages of consuming the isotonic drink and physiological changes that occur during exercise.


(4)

ABSTRAK

Keringat yang keluar melalui kulit mengandungi pelbagai elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, klorida dan sebagainya. Setelah mengonsumsi minuman isotonik 30 menit sebelum olahraga, performans aerobik, terutama penggunaan maksimal oksigen, masa kelelahan, dan estimasi persentasi penggunaan substrat lemak yang bukan protein adalah meningkat secara signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan design cross sectional dan dilakukan di Universitas Sumatera Utara. Sebanyak 83 orang mahasisa FK USU angkatan 2007 dipilih dengan menggunakan teknik kuota sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Responden dibahagikan kedalam tiga kelompok yakni ketahanan, kekuatan atau campuran, manakala tingkat pengetahuan responden dikelompokkan kepada baik, sedang dan buruk.

Sebanyak 77.1% mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik ketika berolahraga. Selebihnya, 22.9% diklasikasifikasikan sebagai sedang dan tiada responden yang mempunyai pengetahuan buruk. Tambahan lagi, 25.3% responden menyukai olahraga ketahanan manakala hanya 3.6% yang memilih olahraga kekuatan. Majoriti, 71.1% responden melakukan olahraga campuran.

Kesimpulannya, mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga dan mengenai perubahan fisiologis tubuh ketika berolahraga.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa kerana dengan izin-Nya, dapatlah saya menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul ‘ Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Angkatan 2007 Mengenai Manfaat Konsumsi Minuman Isotonik pada Aktifitas Olahraga’.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing saya, dr. Almaycano Ginting, M.Kes yang telah membinbing saya sepanjang penelitian ini dilakukan. Tidak lupa juga kepada dr. Rina Amelia, dr. Isti Ilmiati Fujiati dan dr. Juliandi Harahap selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan Komunitas yang turut membantu memberikan bimbingan dan tunjuk ajar kepada saya untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman – teman saya di FK USU, yang sedikit sebanyak telah membantu saya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga selesai.

Terima kasih juga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Azahar bin Mat Noor dan Rosaidah binti Abdul Majid atas segala kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik berupa moral maupun materil yang tidak akan terbalas oleh saya.

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini akan memberikan pengetahuan dan sumbangan kepada sesiapa sahaja yang membacanya serta sumbangan kepada perkembangan dunia medis dan gizi olahraga.

Kepala Batas, 20 Nov 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Surat Pengesahan... i

Abstrak... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi... v

Daftar tabel... vii

Daftar grafik... viii

Daftar singkatan ... ix

Daftar lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 3

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Olahraga... 2.1.1. Fisiologi Olahraga... 5

2.1.2. Definisi Olahraga... 5

2.1.3. Klasifikasi Olahraga... 5

2.2. Energi ( Kerja dan Panas )... 7

2.3. Komposisi cairan Tubuh... 8

2.4. Kebutuhan Air... 9

2.5. Kebutuhan Mineral dan Elektrolit... 11

2.6. Pemberian Cairan dan Elektrolit pada Olahraga... 13

2.7. Pengetahuan , Sikap dan Perilaku... 2.7.1. Pengetahuan... 17

2.7.2. Sikap... 18

2.7.3. Perilaku... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 21

3.2. Definisi Operasional... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian... 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 23


(7)

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25

5.1.2. Karakteristik Individu... 25

5.1.3. Hasil Analisa Data... 27

5.1.3.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Olahraga. ... 27

5.1.3.2. Pengetahuan Mahasiswa FK USU mengenai Perubahan Fisiologi Tubuh Ketika Berolahraga... 27

5.1.3.3. Pengetahuan Mahasiswa FK USU mengenai Minuman Isotonik... 29

5.2. Perbahasan 5.2.1. Pengetahuan mengenai Fisiologi Tubuh ketika Berolahraga... 32

5.2.2. Pengetahuan mengenai Minuman Isotonik……... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 38

6.2. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 40


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Konsentrasi elektrolit dalam plasma, keringat, dan elektrolit 15 yang hilang ketika olahraga.

5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 5.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Olahraga 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel

Pengetahuan


(9)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

2.1 Efek jenis minuman terhadap durasi olahraga dan respons 19 kardiovaskular


(10)

DAFTAR SINGKATAN FK Fakultas Kedokteran USU Universitas Sumatera Utara


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Informed consent

Lampiran II Kuesioner

Lampiran III Reliabilitas

Lampiran IV Data lengkap


(12)

ABSTRACT

The sweat that evaporates from the skin contains a variety electrolytes such as sodium, potassium, calcium, magnesium, chloride, and etc. Maximal oxygen consumption, fatique’s durations and estimate percentation of fat subtract non- protein consumption increase significantly after consume an isotonic drink in about 30 minutes before exercise. The purpose of this research is to know the level of knowledge among the student of FK USU, batch 2007 about the advantages of consuming isotonic drink during exercise.

This research is a descriptive study, with cross sectional design and Universitas Sumatera Utara had been chosen as the location. A total of 83 respondents were selected using quota sampling’s technique and must fulfill the inclusions criteria. The respondent is divided into three group according to the type of their exercises: endurance, strength or mix. After that, according to their answers on the questionnaire, their knowledges has been classified as good, moderate or poor.

According to the result, 77.1% of the respondents have good knowledge about the advantage of consuming isotonic drink during exercise. The rest of them, 22.9% has been classified as “moderate” and there is no one that has been included in “poor” knowledge. In addition, 25.3 % of the respondents like to do endurance exercise while 3.6% prefer strength exercise. The majority of them, 71.1% respondents more likely to have both exercise, endurans and strength

In a nutshell, majority of the respondents have a good knowledge about the advantages of consuming the isotonic drink and physiological changes that occur during exercise.


(13)

ABSTRAK

Keringat yang keluar melalui kulit mengandungi pelbagai elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, klorida dan sebagainya. Setelah mengonsumsi minuman isotonik 30 menit sebelum olahraga, performans aerobik, terutama penggunaan maksimal oksigen, masa kelelahan, dan estimasi persentasi penggunaan substrat lemak yang bukan protein adalah meningkat secara signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan design cross sectional dan dilakukan di Universitas Sumatera Utara. Sebanyak 83 orang mahasisa FK USU angkatan 2007 dipilih dengan menggunakan teknik kuota sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Responden dibahagikan kedalam tiga kelompok yakni ketahanan, kekuatan atau campuran, manakala tingkat pengetahuan responden dikelompokkan kepada baik, sedang dan buruk.

Sebanyak 77.1% mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik ketika berolahraga. Selebihnya, 22.9% diklasikasifikasikan sebagai sedang dan tiada responden yang mempunyai pengetahuan buruk. Tambahan lagi, 25.3% responden menyukai olahraga ketahanan manakala hanya 3.6% yang memilih olahraga kekuatan. Majoriti, 71.1% responden melakukan olahraga campuran.

Kesimpulannya, mayoritas responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga dan mengenai perubahan fisiologis tubuh ketika berolahraga.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Olahraga merupakan tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisikal (Dorland’s, 2004).

Berdasarkan penelitian Buchman (1998), pada endurance running (olahraga endurans), konsentrasi magnesium menurun namun konsentrasi kalsium tidak berubah manakala konsentrasi iron meningkat dalam serum. Penurunan magnesium ini dikatakan berkaitan dengan peningkatan penggunaan oleh otot skeletal. Manakala peningkatan konsentrasi iron pula mungkin disebabkan oleh kerusakan pada jaringan.

Menurut penelitian oleh Matsui (2002) pula, konsentrasi kalium dan sodium (natrium) yang hilang melalui keringat adalah tinggi berbanding elektrolit lain. Mereka merekomendasikan bahwa suplimentasi sodium adalah penting bagi olahraga dengan intensitas ringan. Sedangkan penambahan mineral tambahan seperti kalsium, magnesium, iron, fosforus, zink dan kuprum pada diet adalah tidak diperlukan.

Menurut Irawan (2007), dengan semakin meningkatnya energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolisme dan kontraksi otot saat tubuh sedang berolahraga, cairan yang berada di dalam tubuh kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai pengatur panas atau sebagai termoregulator. Sehingga, apabila proses berkurangnya cairan dari dalam tubuh pada saat berolahraga ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama dan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Malah, beliau mengatakan bahwa, air putih dianggap bukan merupakan larutan yang ideal untuk mengoptimasi proses rehidrasi tubuh .

Penelitian yang dibuat oleh Rusip (1996), menunjukkan bahwa pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dan plasebo menyebabkan peningkatan yang sama terhadap pengaturan suhu dan respon fisiologis (denyut jantung, suhu tubuh dan volume oksigen), tetapi total waktu olahraga sepeda sehingga lelah meningkat


(15)

secara bermakna dibandingkan dengan plasebo. Nutrisi terbukti secara bermakna mempengaruhi prestasi atlet. Nutrisi yang cukup baik kualitas maupun kuantitas menjelang , selama maupun setelah selesai berlatih maupun bertanding akan memberi hasil maksimum pada performans (penampilan) .

Banyak penelitian yang dilakukan dan pendapat yang mengemukakan hubungan antara nutrisi dengan latihan fisik dan performans dalam olahraga. Pada tahun 1939, penelitian oleh Christensen dan Hansen, menunjukkan adanya hubungan antara menu makanan berkarbohidrat tinggi dengan performans dalam olahraga submaksimal jangka panjang. Tiga puluh tahun kemudian, penelitian Bergstrom dan Hultman (1966) dengan melakukan teknik biopsi otot mendapati cadangan glikogen otot meningkat dengan pemberian makanan berkarbohidrat tinggi.

Byars (2010) menyimpulkan bahwa performans aerobik, terutama penggunaan maksimal oksigen, masa kelelahan, dan estimasi persentasi penggunaan substrat lemak yang bukan protein adalah meningkat secara signifikan setelah konsumsi minuman isotonik 30 menit sebelum olahraga.

Pada saat pertandingan berlangsung, atlet juga disarankan untuk mengkonsumsi minuman isotonik (sport drink) yang mengandung karbohidrat atau sekurangnya air putih sebanyak 200-300 ml setiap 10-20 menit atau 500- 1000 ml tiap jamnya. Konsumsi larutan isotonik yang mengandung karbohidrat ketika sedang latihan/pertandingan ini tidak hanya akan membantu untuk terhindar dari dehidrasi namun juga akan menambah asupan karbohidrat agar produksi energi bagi kerja otot dapat tetap terjaga. Dengan konsumsi yang rutin selama latihan/pertandingan berlangsung berkurangnya cairan di dalam tubuh akibat dari keluarnya keringat diharapkan tidak akan lebih dari 2% (Irawan, 2007).

Berdasarkan penelitian oleh Jefri (2009), mengenai kegiatan olahraga mahasiswa FK USU, sebanyak 69 orang (72.63%) melakukan olahraga dalam 12 bulan terakhir manakala 26 orang ( 27.36%) tidak melakukan olahraga dalam 12 bulan terakhir. Namun, belum ada penelitian yang dibuat mengenai pengetahuan


(16)

mahasiswa FK USU tentang manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan penelitian tentang “Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umun

1) Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

1.3.2.Tujuan Khusus ,

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jenis – jenis olahraga yang dilakukan oleh mahasiswa FK USU angkatan 2007.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai kepentingan konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai perubahan fisiologis tubuh pada aktifitas olahraga.

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Peneliti, di mana saya dapat menambahkan pengetahuan saya mengenai perubahan fisiologis tubuh ketika berolahraga dan kepentingan konsumsi minuman isotonik.

2. Masyarakat luas, dimana mereka dapat menambahkan pengetahuan mengenai minuman yang perlu dikonsumsi sebelum, semasa atau selepas melakukan olahraga.


(17)

3. Dunia pendidikan, yaitu menjadi solusi bagi meningkatkan pengetahuan mengenai kepentingan minuman isotonik pada aktifitas olahraga pada peringkat dunia, dan


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Olahraga 2.1.1. Fisiologi Olahraga

Fisiologi olahraga merupakan satu disiplin yang secara tradisonal, memfokuskan terhadap studi mengenai bagaimana olahraga mengubah struktur dan fungsi tubuh manusia. Penggunaan olahraga sebagai kondisi untuk menginvestigasi fungsi tubuh bisa dilihat kembali melalui olimpik pertama dimana performans tubuh atlet diobservasi, dan program training yang spesifik dijalankan untuk menggalakkan peningkatan sama ada terhadap hipertrofi otot dan kekuatan atau endurans. Hari ini, olahraga digunakan sebagai terapi ketika rehabilitasi dari injuri dan penyakit serta sebagai strategi preventif untuk penyakit kardiovaskular arterosklerotik (Robergs, et al, 1997).

2.1.2. Definisi Olahraga

Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Dorland’s, 2004). Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan olahraga dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan olahraga (Renstrom dan Roux, 1988).

2.1.3. Klasifikasi Olahraga

Menurut McGUff (2000), olahraga diklasifikasikan kepada tiga yaitu olahraga kekuatan (strength training), olahraga ketahanan (endurance training) dan campuran antara olahraga kekuatan dan ketahanan. Antara contoh olahraga kekuatan atau turut dikenal sebagai olahraga anaerob adalah angkat besi, berlari


(19)

pecut (200 meter atau kurang), lompat tinggi, lompat jauh, push ups, pull ups dan gimnastik. Manakala contoh olahraga endurans atau turut dikenali sebagai olahraga aerobik pula adalah bersepeda, berlari melebihi 400 m, pelari maraton,

cross country skiing, bersepeda selama 24 jam, joging, berjalan kaki, berenang,

senam aerobik dan eco-challenge races. Walaubagaimanapun, terdapat olahraga yang merupakan gabungan ketahanan dan kekuatan. Contohnya ialah sepak bola, bola basket, futsal, rugbi dan tennis.

Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif berupa peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot, ketahanan otot, ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan, keseimbangan dan sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan fisik/physical fitness. Semakin tinggi kemampuan fisik seseorang akan semakin besar kemampuan kerja /produktivitasnya dan semakin tinggi derajat kesehatannya. Dalam konteks ini tersirat adanya ketahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui latihan fisik ( Suharto , 2009).

Hampir semua individu bisa melakukan sejumlah kerja yang diberikan jika diberikan masa yang mencukupi. Walaubagaimanapun, tidak semua individu dapat melakukan kuantiti kerja yang sama dalam masa yang diberikan. Oleh itu, intensitas olahraga diukur dengan menggunakan unit kuasa (power), yang membolehkan perbandingan diantara individu dilakukan. Intensitas merujuk kepada tahap pencapaian stress ketika olahraga. Manakala intensitas olahraga pula

merupakan seberapa banyak kerja yang dilakukan ketika berolahraga. Sesi olahraga bisa dibagikan kepada intensitas ringan, sedang dan tinggi.

Intensitas lebih mudah dideterminasi dengan mengukur konsumsi oksigen, tetapi metode indirek adalah dengan mengukur denyut jantung, kadar pernafasan, atau

rating of perceived exertion. Untuk mendeterminasi batas (range) denyut jantung,

denyut jantung maksimal perlulah dideterminasi terlebih dahulu. Denyut jantung maksimal seseorang bisa dideterminasi dari test olahraga submaksimal atau maksimal atau bisa juga dengan menggunakan pengiraan yaitu 220 – umur


(20)

Menurut Cooper (1994), intensitas olahraga kesehatan yang cukup yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80% DNM (Denyut nadi maximal:

220-umur dalam tahun. 2.2. Energi ( Kerja dan Panas )

Hampir semua reaksi biokimia yang terjadi di dalam tubuh tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit. Konsentrasi cairan di dalam sel (cairan intra sel) dan di luar sel (cairan ekstra sel) harus dipertahankan tetap seimbang. Keseimbangan cairan intra sel dan cairan ekstra sel tujuannya untuk transmisi impuls saraf dan kontraksi otot yang penting saat melakukan olahraga. Hal lain yang sangat penting selama melakukan olahraga adalah mempertahankan atau memelihara suhu tubuh. Ini karena, kontraksi otot menghasilkan energi. Energi yang terbentuk dari kontraksi otot sebagian besar berupa energi panas yaitu sebanyak 75% dan sisanya 25% berupa energi gerak. Kontraksi otot selama berolahraga menghasilkan peningkatan produksi energi panas (Noakes, 2006). Panas yang terbentuk dialirkan secara cepat dari otot melalui darah ke permukaan tubuh. Panas tubuh kemudian dibebaskan ke atmosfer lewat keringat yang keluar dari tubuh. Panas tubuh yang terjadi pada saat berolahraga akan sangat berbahaya apabila tidak ada upaya proses pendinginan tubuh. Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik seperti kerja fisik atau juga berolahraga, sumber- sumber energi yang tedapat di dalam tubuh seperti lemak atau karbohidrat akan terkonversi menjadi air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan energi. Dengan semakin meningkatnya energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolisme dan kontraksi otot saat tubuh sedang berolahraga, cairan yang berada di dalam tubuh kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai pengatur panas atau sebagai thermoregulator (Noakes, 2000).

Fungsi ini dijalankan dengan tujuan agar temperatur internal tubuh (core temperature) dapat tetap terjaga pada rentang temperatur normal yaitu 36.5-37.5 °C. Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh ini kemudian dapat terbagi menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja (work) dan panas (heat). 80% dari total energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi


(21)

merupakan energi dalam bentuk panas (heat) dan sisanya merupakan energi dalam bentuk kerja. Energi dalam bentuk kerja dapat terlihat melalui berbagai gerakan tubuh saat berolahraga seperti berlari , menendang , meloncat , mengoper bola dan lain -lain. Sedangkan energi panas hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat karena terjadi di dalam sel-sel otot dan di dalam sistem kardiovaskular. Selama berolahraga , panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme energi ini akan meningkat 10 kali lipat untuk individu yang sehat dan meningkat sebesar 20 kali untuk atlet yang terlatih.

Laju keluarnya keringat tiap individu akan memiliki nilai yang berbeda-beda. Selain dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti intensitas olahraga (rendah, sedang atau tinggi ), lama berolahraga, temperatur dan kondisi lingkungan saat berolahraga, jumlah keringat yang keluar juga akan dipengaruhi oleh karakteristik internal individu seperti faktor genetis, berat badan dan tingkat kebugaran tubuh (Irawan, 2007).

2.3. Komposisi cairan Tubuh

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Persentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua


(22)

kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil , yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dan lain - lain. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma(Sawka, et al, 2007).

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui membran

ada yang secara aktif atau pasif.

2.4. Kebutuhan Air

Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak 1500 –2000 ml sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh biasanya didapat dari hasil oksidasi zat gizi, makanan dan minuman.

Saat berolahraga, kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan istirahat. Ini karena, saat berolahraga, suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan yang adekwat ditujukan untuk mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan, misalnya heat exhaustion dan heat stroke.


(23)

cairan adalah minum air sebelum, selama dan setelah berolahraga. Minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul. Oleh karena, rasa haus tidak cukup baik sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa

haus baru timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi) (Primana, 2000 ).

Walaupun air putih masih merupakan larutan yang terbaik, namun konsumsi air putih dalam kaitannya dengan latihan/pertandingan olahraga perlu juga untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena konsumsi air putih secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi plasma natrium dan osmolalitas plasma secara cepat. Penurunan konsentrasi ini kemudian dapat mengurangi peredaran kandungan vasopressin dan aldosteron di dalam darah sehingga mengurangi penyerapan air di dalam ginjal dan meningkatkan pengeluaran urin.

Malahan, penurunan konsentrasi ini juga akan menyebabkan berkurangnya rasa haus sehingga mengurangi volume konsumsi cairan yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, maka air putih dianggap bukan merupakan larutan yang ideal untuk mengoptimasi proses rehidrasi tubuh. Air yang merupakan penghantar panas yang baik, akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh melalui keluarnya air keringat yang juga akan membawa elektrolit makro tubuh terutama natrium (Na), kalium (K ) dan klorida (Cl ).

Air keringat yang kemudian akan menguap pada permukaan kulit juga akan berfungsi untuk mendinginkan tubuh karena proses penguapannya yang bersifat endotermik. Namun, saat berolahraga perlu juga untuk diingat bahwa air yang keluar melalui keringat tidak hanya merupakan air yang dihasilkan melalui proses metabolisme namun juga air yang diperoleh melalui konsumsi cairan dan makanan dalam sehari-hari. Sehingga apabila proses berkurangnya cairan dari dalam tubuh pada saat berolahraga ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama dan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Secara rata-rata disebutkan bahwa laju keluarnya keringat pada saat berolahraga pada level kompetitif adalah sekitar 0.4-1.4 L per jamnya


(24)

atau pada kondisi ekstrim dapat mencapai 0.4-2.6 L per jam.

Secara ideal pada saat latihan atau juga dalam pertandingan atlet disarankan untuk minum air secara rutin agar level hidrasi di dalam tubuh dapat terjaga. Penting bagi atlet untuk dapat menjaga level hidrasi di dalam tubuh melalui pola konsumsi cairan secara rutin baik pada saat sebelum dan sedang berolahraga dan setelah berolahraga agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan

dengan baik terutama fungsi pengaturan panas (Irawan, 2007). 2.5. Kebutuhan Mineral dan Elektrolit

Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang diperlukan oleh tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari kation dan anion. Kation utama dalam cairan tubuh adalah sodium (Na+) dan potasium (K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-). Sodium merupakan kation yang terbanyak di dalam cairan ekstra sel dan bertanggung jawab untuk mempertahankan osmolalitas cairan ekstra sel. Asupan sodium berkisar antara 3 – 8 gram (130-250 meq) per hari. Makanan sumber utama sodium adalah garam dapur. Selain itu, sodium banyak didapat pada keju dan makanan olahan lainnya. Potasium merupakan kation terpenting di dalam cairan intra sel. Asupan potasium berkisar antara 2 – 6 gram (50-150 meq) per hari.

Sodium hilang terutama melalui keringat yang berlebihan. Oleh karena itu atlet yang mengalami pengeluaran keringat yang sangat banyak harus diperhatikan penggantian sodium. Hiponatremi yang terjadi pada atlet dapat mengakibatkan penurunan efisiensi kerja otot sehingga berpengaruh terhadap prestasi olahraga. Potasium yang hilang melalui keringat jumlahnya sangat sedikit. Potasium yang disimpan di dalam sel tubuh jumlahnya sangat banyak dan tidak terpengaruh oleh hilangnya potasium melalui keringat.

Beberapa ahli percaya bahwa kehilangan potasium dalam keringat akan mempengaruhi prestasi olahraga. Konsentrasi sodium dan potasium pada keringat dipengaruhi oleh jumlah keringat yang keluar. Berdasarkan hasil penelitian para ahli , jumlah keringat sebanyak 200 ml per jam menyebabkan kehilangan cairan yang mengandung 12 mmol sodium dan 4 sampai dengan 5 mmol potasium.


(25)

Sedangkan keringat sebanyak 1000 ml per jam mengakibatkan kehilangan cairan yang mengandung 40 mmol sodium dan 4 sampai dengan 5 mmol potasium (Primana, 2000 ).

Nilai elektrolit Normal : ekstrasellular (mmol/L) -+- keringat (mmol/L) -+- Intrasellular (mmol/L) Natrium : 137-144 -+- 20-80 -+- 10

Kalium : 3.5-4.9 -+- 4.0-8.0 -+- 148 Kalsium: 4.4-5.2 -+- 3.0-4.0 -+- 0-2.0 Magnesium: 1.5-2.1 -+- 1.0-4.0 -+- 30-40 Chloride: 100-108 -+- 30-70 -+- 2

( Maughan and Shirreffs, 1998)

Mineral merupakan substans inorganik yang muncul atau terdapat secara semulajadi. Ia penting untuk pertumbuhan dan perbaikan tulang dan gigi, aktifitas metabolik dan fungsi serta sekresi cairan tubuh. Mineral mengekalkan dan mengawal proses fisiologi seperti kontraksi otot, ritma jantung yang normal, dan konduksi impuls saraf. Seperti vitamin, pengambilan mineral juga bisa memudaratkan. Individu yang aktif dan selalu berkeringat untuk jangka masa yang lama, perlu menambahkan garam dan potasium ke dalam diet (Robergs, et al, 1997).

Tabel 1 : Konsentrasi elektrolit dalam plasma, keringat, dan elektrolit yang hilang ketika olahraga.

Elektrolit Plasma(mEq/L) Keringat (mEq/L) Elektrolit yang hilang (mEq)

Sodium (Na+) 140 40 – 60 155

Potassium (K+) 4 4 – 5 16

Kloride ( Cl-) 101 30 – 50 137

Magnesium ( Mg++ )

1.5 1.5 – 5 13

Osmolariti 302 80 – 185 -


(26)

2.6. Pemberian Cairan dan Elektrolit pada Olahraga

Kedua – dua diet garam dan potasium bisa digantikan secara mudah dengan mengambil atau mengosumsi minuman isotonik (sports drink) yang terdapat secara komersial atau dengan menambahkan sedikit garam ke dalam makanan. Walaubagaimanapun, bahkan diet yang seimbang menyediakan jumlah mineral yang tinggi dan berlebihan dari jumlah mineral yang hilang ketika olahraga (Robergs, et al , 1997).

Penggantian cairan pada atlet endurance apabila hanya minum air tawar dapat menyebabkan hiponatremi. Oleh karena dalam tubuh jumlah air dan sodium tidak seimbang. Untuk itu, pemberian cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal ini dimaksudkan selain untuk mencegah terjadinya hiponatremi, juga untuk mencegah hipoglikemik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan yang mengandung karbohidrat 5-10% tidak mengganggu atlet. Sedangkan pemberian karbohidrat melebihi 10 % dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan merangsang produksi hormon insulin. Peningkatan hormon insulin dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Sedangkan sports drinks yang mengandungi suplemen sodium dan potasium yang berlebihan akan mengganggu kontraksi otot yaitu akan terjadi “cramp” otot. Selain itu, intake sodium yang berlebihan mempunyai risiko tinggi terjadinya hipertensi pada atlet. Sports drinks umumnya mengandung karbohidrat 5-7%. Konsentrasi karbohidrat dalam cairan ini secara ilmiah tidak mengganggu proses pengosongan lambung. Sedangkan, sodium biasanya 10-20 mmol/L dan dapat membantu keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Primana, 2000).

Apabila seseorang melakukan olahraga pada persekitaran yang panas atau lembap, tubuh seseorang akan kehilangan cairan pada kadar maksimal 2 hingga 3 L/jam melalui keringat; kebanyakan cairan yang keluar melalui sel dan ruang interstisial ini akan menyebabkan dehidrasi berlaku. Walaubagaimanapun, penurunan cairan terbanyak adalah dari kompartement vaskular (berkurangnya volume plasma). Jelas sekali, tanpa “fluid replacement”, kadar cairan yang hilang ini tidak bisa dipertahankan (Coleman, 1988).


(27)

performans atlet dan recovery dari olahraga akan meningkat dengan nutrisi yang optimal. Para atlet perlu hidrasi dengan baik sebelum bermulanya olahraga; mereka harus mengosumsi cairan yang cukup semasa dan selepas olahraga untuk menyeimbangkan cairan yang hilang. Konsumsi sport drink yang mengandungi karbohidrat dan elektrolit ketika olahraga akan menyediakan tenaga yang cukup untuk otot, membantu mengekalkan glukosa darah, mekanisma haus dan menurunkan risiko dehidrasi atau hiponatremi.

Twerenbold et al telah melakukan penelitian mengenai efek konsentrasi sodium yang berbeda didalam cairan yang dikonsumsi ketika olahraga berkepanjangan pada wanita. Berdasarkan temuan, beliau merekomendasikan pengambilan sodium sekurang-kurangnya 680mg/jam bagi olahraga ketahanan selama 4 jam atau lebih pada wanita dengan kondisi “fluid overload” untuk meminimumkan risiko hiponatremi. Tambahan lagi, beliau merekomendasikan pengambilan cairan kurang dari 1L/jam bagi wanita ketika melakukan olahraga berkepanjangan karena pengambilan 1L/jam ketika berolahraga selama 4 jam mengakibatkan “fluid overload” pada kebanyakan subyek dalam penelitian beliau.

Minuman isotonik mengandung senyawa monosakarida, disakarida atau maltodekstrin sebanyak 6 – 9 % serta sedikit mineral (Maughan dan Ronald, 2001). Minuman isotonik, yang mengandungi 6 - 9 % karbohidrat, sebaiknya diminum sebanyak 6 oz hingga 12 oz setiap 15 atau 20 menit setelah berolahraga lebih dari 1 jam (Applegate, et al, 1997).

Menurut Damayanti (2000), panduan cairan penganti dapat dimanipulasi dengan merubah komposisi dan konsentrasi elektrolit. Selain karbohidrat, beberapa minuman olahraga mengandung mineral seperti natrium, kalium, klorida dan magnesium. Perlunya penggantian elektrolit setelah latihan berkaitan dengan hilangnya elektrolit dalam keringat. Dengan mengonsumsi air putih biasa, atlet yang berolahraga pada intensitas rendah selama 90-110 menit, akan menginduksi terjadinya dehidrasi dengan hilangnya cairan 2,3% berat badan dan volume plasma tidak kembali pada nilai semula setelah 60 menit. Namun, sebaliknya pada penambahan elektrolit yaitu larutan natrium 0,45%, volume plasma akan membaik setelah 20 menit.


(28)

Menurut Maughan dan Ronald (2001) pula, formulasi minuman isotonik yang baik memiliki keunggulan sebagai berikut :·

#Mendorong atlit untuk mengonsumsi cairan #Merangsang penyerapan cairan secara cepat

#Memasok karbohidrat untuk meningkatkan performans atlit #Menambah respon fisiologis

#Mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat

#Aroma dan rasa minuman yang enak dapat mendorong atlit untuk mengkonsumsi cairan.

#Sifat organoleptik minuman olahraga harus disesuaikan dengan respon sensori dari orang yang sedang melakukan aktifitas fisik.

Osmolalitas minuman berpengaruh terhadap laju penyerapan air di dalam usus. Osmolalitas minuman isotonik yang dianjurkan adalah kurang dari 400 mosm/l H2O. Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat dapat mengurangi respon dari hormon stress (hormon adrenocorticotropik, cortisol, catecholamines dan glukagon). Selain itu, karbohidrat berperan di dalam fungsi dan produksi neurotransmitter dalam otak. Hal ini akan berpengaruh terhadap psikis dan mental atlit (Burgess, Robertson, Davis dan Norris, 1991).

Konsumsi cairan pada saat olahraga mempunyai dua manfaat yaitu menyediakan sumber cairan karbohidrat untuk supplement simpanan tubuh, dan menyediakan cairan untuk mengganti cairan yang hilang melalui keringat. (Daries, Noakes dan Dennis, 2000 dalam Khanna dan Manna, 2005). Manakala menurut Khanna dan Manna (2005), minuman karbohidrat – elektrolit memberi efek terhadap durasi olahraga dan respons kardiovaskular ketika olahraga dan

recovery. Durasi olahraga adalah meningkat secara signifikan setelah


(29)

Grafik 1 – Efek jenis minuman terhadap durasi olahraga dan respons kardiovaskular

WOCS = tanpa suplemen karbohidrat – elektrolit WCS = dengan suplemen karbohidrat – elektrolit

Grafik diatas menunjukkan durasi olahraga adalah meningkat secara signifikan seteleh mengonsumsi minuman karbohidrat – elektrolit berbanding tanpa mengonsumsi minuman tersebut. Malah, respons kardiovaskular turut meningkat dengan pengambilan minuman karbohidrat – elektrolit ( Khanna dan Manna , 2005). Terdapat bukti bahwa konsumsi minuman isotonik ketika olahraga dapat meningkatkan pencapaian ( performance ) ketika olahraga sub – maksimal, intermiten dan intensitas tinggi (Nicholas, 1995 dalam Khanna dan

Manna, 2005).

Pemberian minuman karbohidrat berelektrolit dapat membantu penghematan glikogen otot, agar glikogen otot tetap satbil sehingga kelelahan dapat diperlambat. Dengan perkataan lain, tentunya dapat meningkatkan performa seseorang. Intensitas pengambilan V02 adalah sama bagi ketiga-tiga jenis minuman yaitu minuman karbohidrat berelektrolit 12%, 6% dan placebo. Peningkatan yang jelas dibandingkan sebelum, dan semasa latihan. Suhu tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan. Dalam


(30)

penelitian ini, terjadi peningkatan suhu tubuh dan pengeluaran keringat yang berlebihan sehingga kelelahan dapat dipengaruhinya dan dengan pemberian minuman karbohidrat berelektrolit tentunya akan diperlambat masa kelelahannya dan tampaknye berbeda dengan naracoba yang diberi minuman plasebo.( Rusip, 2006)

2.7. Pengetahuan , Sikap dan Perilaku 2.7.1 Pengetahuan

Pengetahuan bisa dibagi kepada tiga jenis. Pengetahun akuitansi, deskripsi dan partispasi.Perbedaan antara ketiga – tiga jenis pengetahuan ini ialah, pengetahuan akuitansi adalah sensasi, persepsi , direk – cepat, tidak diekspresikan secara intrinsik dalam bentuk simbol atau bahasa, tetapi terikat dengan obyek yang diketahui dan terhadap fisiologi organisma. Contohnya, seseorang dapat melukis suatu pemandangan, meluahkan mood/perasaan melalui musik dan melakonkan suatu peristiwa. Manakala pengetahuan melalui deskripsi pula diekspresikan melalui simbol seperti bahasa, secara tepat, bersifat bebas dan bisa dibedakan. Pengetahuan melalui partisipasi pula lebih direk dari pengetahuan akuitansi. Secara empirik, persepsi adalah perlu untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kita akan mendapat pengetahuan dengan cara partisipasi. Partisipasi adalah meliputi adaptasi evolusi sejak lahir dan yang didapat dengan berjalan waktu (Mitra, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut beliau juga, pengetahuan tercakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.


(31)

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.7.2. Sikap

Definisi sikap bisa diklasifikasikan kepada tiga, yaitu berorientasi kepada respon, kesiapan respon dan skema triadik. Sikap berorientasi kepada respon adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek. Manakala sikap yang berorientasi kepada kesiapan respon pula ialah kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Orientasi ini merupakan suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan. Sikap yang berorientasi kepada skema triadik ialah konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya. Secara sederhana, sikap didefinisikan sebagai ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Contohnya, sikap dalam kehidupan sehari-hari pada terhadap iklan, parpol dan opini ( Rahayuningsih, 2008).


(32)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial. Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatau perilaku, sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek.

Selain itu, sikap terdiri dari berbagai tindakan yaitu:

1. Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

2. Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indiksi dari sikap.

3. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi ( Notoatmodjo, 2003).

2.7.3. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu (Notoatmodjo, 1997).


(33)

Kwick (1994), dalam Notoatmodjo (1997), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Ciri-ciri perilaku:

1. Perilaku itu kasat mata tapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara langsung.

2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, ada perilaku sederhana (perilaku binatang atau sel) dan juga perilaku yang kompleks (perilaku sosial manusia). Ada perilaku yang sederhana seperti refleks tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental fisiologis yang lebih tinggi.

3. Perilaku bervariasi menurut jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang dikenal adalah kognitif, afektif dan psikomotorik masing-masing merujuk pada sifat rasional, emosional dan gerakan fisik dalam berfikir.

4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari, walau sebagian besar perilaku sehari-hari disadari tetapi terkadang kita bertanya pada diri sendiri kenapa berperilaku seperti itu.


(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini, kerangka konsep bagi tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga adalah seperti berikut :

3.2. Definisi Operasional

Tajuk penelitian : Tingkat pengetahuan mahasiswa angkatan 2007, FK USU mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

Pengetahuan : Segala sesuatu yang diketahui mengenai manfaat minuman isotonik.

Manfaat : Mendapat kebaikan dari sesuatu

Minuman Isotonik : Minuman yang mengandung senyawa monosakarida, disakarida atau maltodekstrin sebanyak 6 – 9 % serta sedikit mineral

Jenis –jenis Olahraga : ketahanan, kekuatan dan campuran kekuatan dan ketahanan

Tingkat pengetahuan mahasiswa

Manfaat minuman isotonik

• Jenis – jenis olahraga yang dilakukan • Perubahan fisiologis tubuh

• Manfaat konsumsi minuman isotonik sebelum, semasa dan selepas beraktifitas olahraga.


(35)

Fisiologi : ilmu yang mempelajari fungsi organisme tubuh secara keseluruhan dan bagian-bagiannya.

Fisiologi olahraga : Bagian atau cabang dari fisiologi yang khusus mempelajari apa yang terjadi terhadap fungsi apabila seseorang melakukan latihan dan bagaimana perubahan fungsinya dapat terjadi.

Cara Ukur : wawancara Alat ukur : kuesioner Skala pengukuran : Ordinal

Pengetahuan mahasiswa : diukur dengan memberikan 10 pertanyaan menggunakan kuesioner dengan ketentuan :

Jawaban a (dikategorikan tahu) diberi nilai 3

Jawaban b (dikategorikan kurang tahu / ragu –ragu ) diberi nilai 2 Jawaban c (dikategorikan tidak tahu) diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka ukuran tingkat pengetahuan mahasiswa menurut Pratomo (1990) :

a) Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total > 23

b) Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40% hingga 75% dijawab dengan benar dengan total 12-22

c) Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih rendah dari 40 % dijawab dengan benar dengan total < 11


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan design cross

sectional di mana penelitian ini mendeskripsikan mengenai tingkat pengetahuan

mahasiswa FK USU angkatan 2007 mengenai manfaat minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan. Waktu penelitian telah dilakukan pada bulan Mei hingga Desember, tahun 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini ialah pada mahasiswa FK USU, angkatan 2007. Perkiraan besar sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10 000 dapat menggunakan formula yang lebih sederhana seperti berikut (Notoatmodjo, 2002) :

n = N 1 + N (d2)

N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 10% atau 0.1

n = 454 1 + 454 (0.12)


(37)

n = 81.9  dibulatkan n = 82 orang 83 orang

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik quota sampling di mana 83 orang mahasiswa yang menjadi subyek penelitian, memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki – laki dan perempuan FK USU stambuk 07, yang bersedia dan pernah melakukan olahraga. Penelitian ini tidak membedakan laki – laki dan perempuan. Manakala kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tidak pernah melakukan olahraga, tidak bersedia mengikuti penelitian dan sakit.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dijalankan terlebih dahulu sekurang- kurangnya pada 20 orang sampel dengan menggunakan bantuan SPSS. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Penelitian ini telah dijalankan di Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Kedokteran USU telah menjadi fakultas pilihan. Walaubagaimanapun, hanya mahasiswa angkatan 2007 yang diambil sebagai subyek penelitian. Dari 454 orang mahasiswa angkatan 2007, sebanyak 83 orang mahasiswa yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini dan memenuhi kriteria inklusi telah diminta untuk mengisi lembar kuesioner yang telah diuji validitas. Seterusnya, data yang telah diisi dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam SPSS untuk penilaian. Responden kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan, samada olahraga ketahanan, kekuatan atau campuran. Responden juga dibahagikan berdasarkan tingkat pengetahuan mereka yaitu buruk, sedang dan baik.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 17.0. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrument kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil keusioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang menjadi pilihan dalam menghasilkan penelitian ini ialah Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Kampus USU Padang Bulan sebagai kampus utama berlokasi di Keluarahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Kampus ini mulai digunakan sejak tahun 1957, sebelumnya beberapa Fakultas di lingkungan USU menggunakan sejumlah gedung yang tersebar di kota Medan termasuk di antaranya berlokasi di Jalan Seram, Jalan Cik Ditiro, Jalan Sempali, dan Jalan Gandhi. Kampus Padang Bulan yang pada awalnya terdapat di pinggiran kota Medan, kemudian dengan perkembangan kota Medan sehingga sekarang berada di tengah-tengah kota. Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada ditengahnya.

Fakultas Kedokteran memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini menerima mahasiswa baru sebanyak 400 lebih orang setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTNP, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional dengan syarat- syarat yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.

5.1.2. Karakteristik Individu

Jumlah mahasiswa FK USU angkatan 2007 adalah seramai 454 orang. Manakala subyek penelitian bagi karya tulis ilmiah ini ialah mahasiswa FK USU


(39)

Angkatan 2007, yaitu seramai 83 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi: jenis kelamin, apakah responden pernah melakukan olahraga, jenis olahraga yang dilakukan dan pengetahuan mahasiswa mengenai elektrolit dan olahraga serta manfaat minuman isotonik pada aktifitas olahraga.

Pada penelitian ini, jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi. Karena, dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat gambaran pengetahuan dari responden terhadap manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga. Peneliti tidak membandingkan pengetahuan terhadap manfaat konsumsi minuman isotonik berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin f( frekwensi) Persentase(%)

Laki-laki 30 36.1

Perempuan 53 63.9

Jumlah 83 100 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak yaitu

responden dengan jenis kelamin perempuan (63.9%) dan responden laki-laki (36.1%). Berdasarkan statistik indonesia, bagi kelompok umur 20-24 tahun, total penduduk adalah 19,905,150 pada tahun 2005. Lebih dari 10 juta penduduk adalah wanita manakala 9 juta penduduk adalah lelaki. Ini menunjukkan populasi wanita lebih banyak dari laki- laki (Badan Pusat Statistik). Walaubagaimanapun, data jumlah penduduk seluruh dunia menunjukkan rasio/perbandingan laki-laki dan perempuan pada tahun 2006 bagi usia 15-64 tahun adalah 100:98. Ini menunjukkan percanggahan data pada tahun 2005 dan 2006, yaitu berdasarkan data ini, laki-laki lebih banyak dari wanita (The World Factbook 2010).


(40)

5.1.3. Hasil Analisa Data 5.1.3.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Olahraga.

Dalam lembar kuesioner turut ada ditanyakan jenis olahraga yang dilakukan oleh responden. Seterusnya, olahraga yang dilakukan oleh responden tersebut dikelompokkan menurut klasifikasi olahraga yaitu olahraga ketahanan, olahraga kekuatan dan campuran antara olahraga kekuatan dan ketahanan. Berdasarkan penelitian, lebih banyak responden yang melakukan olahraga campuran berbanding olahraga ketahanan atau kekuatan. 71 % responden melakukan olahraga campuran, manakala 21% responden melakukan olahraga ketahanan sedangkan hanya 3% responden melakukan olahraga kekuatan.

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Olahraga Jenis Olahraga f(frekwensi) Persentase(%) Ketahanan 21 25.3

Kekuatan 3 3.6 Campuran 59 71.1 Jumlah 83 100

5.1.3.2. Pengetahuan Mahasiswa FK USU mengenai Perubahan Fisiologi Tubuh Ketika Berolahraga.

Pada penelitian ini, secara keseluruhan, terdapat 10 pertanyaan. Namun, hanya terdapat 3 pertanyaan mengenai perubahan fisiologi tubuh ketika berolahraga. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reabilitasnya. Data lengkap distribusi frekwensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.


(41)

Grafik 1

Grafik 2

Grafik 3

Pada grafik 1, dapat dilihat bahwa 90.4% mahasiswa bersetuju bahwa terdapat elektrolit didalam keringat. Manakala bagi pertanyaan mengenai kehilangan elektrolit ketika berolahraga yang tidak diimbangai dengan mengonsumsi cairan akan menyebabkan hiponatremi(grafik2), hanya 68.7% mahasiswa bersetuju sedangkan 16.9% tidak bersetuju dan 14.5% ragu-ragu/kurang pasti. 81.9% mahasiswa pula mengetahui bahwa penurunan kadar elektrolit pada saat olahraga dapat mengakibatkan penurunan efisiensi kerja otot sehingga berpengaruh terhadap prestasi olahraga(grafik 3).


(42)

Tabel 5.3. Disribusi Frekuensi Respoden berdasarkan Pengetahuan Mengenai Perubahan Fisiologi Tubuh

Pengetahuan F %

Baik 67 80.3

Sedang 10 11.7

Buruk 6 8.0

Jumlah 83 100

Dari tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa 80.3% responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai perubahan fisiologi tubuh pada aktifitas olahraga. Hanya 11.7% mahasiswa mempunyai pengetahuan sedang manakala 8.0% mahasiswa mempunyai pengetahuan buruk.

5.1.3.3. Pengetahuan Mahasiswa FK USU mengenai Minuman Isotonik

Grafik 4


(43)

Grafik 6

Grafik 7

Grafik 8


(44)

Grafik10

Berdasarkan grafik diatas, untuk grafik 4, 85.5% responden mengatakan bahwa cairan yang sesuai dikonsumsi pada aktifitas olahraga adalah minuman isotonik. Manakala 7.2% mahasiswa mengatakan bahwa air putih adalah minuman yang sesuai dikonsumsi dan 7.2% lagi ragu-ragu. Pada grafik 5 pula, 68.7% mahasiswa mengetahui bahwa minuman penting untuk dikonsumsi sebelum, semasa atau selepas seseorang melakukan olahraga. Sebanyak 54.2% mahasiswa bersetuju bahwa dengan mengosumsi minuman isotonik, masa untuk menjadi lelah(masa kelelahan) akan bertambah(grafik 6). Sedangkan 15.7% tidak bersetuju dan 30.1% ragu-ragu.

Bagi pertanyaan mengenai manfaat minuman isotonik dalam meningkatkan performans olahraga, 54.2% responden bersetuju(grafik7). Manakala bagi pertanyaan mengenai manfaat minuman isotonik dalam mengurangkan pengeluaran urin, 55.4% responden tidak bersetuju(grafik 8) . Namun, hanya 47.0% responden mengetahui bahwa durasi yang ideal untuk mengonsumsi minuman isotonik adalah selepas 1 jam berolahraga(grafik 9). Selain itu, seperti pada grafik 10, 93% responden turut mengetahui komponen minuman isotonik dengan baik.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila memperoleh markah melebihi 75% , dan dikatakan sedang apabila memperoleh 40% - 75%. Sedangkan bagi responden yang memperoleh kurang dari 40%, dikatakan pengetahuan kurang. Oleh itu, berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU dapat dikategorikan pada tabel 5.4.


(45)

Tabel 5.4. Disribusi Frekuensi Respoden berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan F %

Baik 50 60.6

Sedang 15 18.2

Buruk 18 21.2

Jumlah 83 100

Dari tabel 5.4 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa dengan kategori baik memiliki persentase paling tinggi yaitu 60.6%, manakala 18.2% mahasiswa memliki tingkat pengetahuan sedang dan 21.2% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan buruk.

5.2. Perbahasan

5.2.1. Pengetahuan mengenai Fisiologi Tubuh ketika Berolahraga

Dalam penelitian ini, telah dilakukan pembagian kuesioner yang telah valid yaitu dengan pertanyaan sebanyak 10 soalan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden. Walaubagaimanapun, terdapat 3 pertanyaan yang menilai tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai fisiologi olahraga. Ini bisa dilihat dari grafik 1, di mana 90.4% respoden mengetahui bahwa keringat yang keluar pada aktifitas olahraga, turut mengandungi elektrolit.

Pengetahuan mahasiswa adalah tinggi mungkin karena mereka telah mempelajari mengenai fisiologi olahraga ketika sesi perkuliahan bahwa didalam keringat turut terdapat elektrolit. Seperti yang dikemukakan oleh Primana(2000), beliau mengatakan bahwa di dalam keringat, terdapatnya sodium, magnesium, klorida dan potasium. Anion utama adalah klorida (Cl-) sedangkan kation utama dalam cairan tubuh adalah sodium (Na+) dan potasium (K+).

Berdasarkan hasil penelitian, hanya 68.7% responden mengetahui bahwa apabila natrium yang hilang tidak diganti atau diganti bukan dengan minuman isotonik, ini akan memberi efek hiponatremi(grafik 2). Ini mungkin karena, hal ini tidak digembar – gemburkan di media massa sehingga mahasiswa tidak


(46)

mengetahui akan hal ini. Kebanyakan iklan yang dipaparkan mengatakan mengenai manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga, bukan mengenai efek buruk jika tidak mengonsumsi minuman ini. Malah, menurut fahaman kebanyakan responden, pada aktifitas olahraga, walaupun terdapat elektrolit yang keluar termasuk natrium, ia tidak akan memberi efek sehingga bisa mengakibatkan terjadi hiponatremi. Walaubagaimanapun, Noakes (1992) jelas mengatakan bahwa pada olahraga yang berkepanjangan, jika sejumlah besar cairan atau minuman yang dikonsumsi mempunyai osmolalitas yang rendah, individu tersebut akan berisiko untuk mengalami intoksikasi cairan. Kondisi ini adalah berbahaya karena jumlah cairan yang besar dengan osmolaritas yang rendah akan menarik elektrolit dari darah masuk ke lambung dan usus halus, menyebabkan penurunan konsentrasi natrium dibawah 130 mEq/L; kondisi ini dinamakan hiponatremi.

Manakala pada grafik 3, mengenai efek penurunan kadar elektrolit yang akan mengakibatkan penurunan efisiensi kerja otot dan juga performans olahraga, sebanyak 81.9% responden mengetahui tentang hal ini. Kesemua responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran. Oleh itu, sudah pasti mereka telah mendapat informasi tersebut ketika sesi perkuliahan mengenai adaptasi tubuh pada aktifitas olahraga endurans dan olahraga kekuatan. Jadi, adalah tidak menghairankan jika ramai mahasiswa mengetahui bahwa dengan penurunan kadar elektrolit akan mengakibatkan penurunan efisiensi kerja otot. Menurut David, et al, cadangan glikogen otot sangat terbatas, dan ini akan habis terpakai pada waktu olahraga berkepanjangan. Kekurangan glikogen otot berhubungan kelelahan. Oleh karena itu, suplemen bahan bakar eksogen seperti karbohidrat dapat meningkatkan performans sewaktu berolahraga. Malah, hal ini telah dibahas oleh Dietisi dari Kanada, bahwa konsumsi minuman isotonik yang mengandungi karbohidrat dan elektrolit ketika olahraga akan menyediakan tenaga yang cukup untuk otot, membantu mengekalkan glukosa darah, mekanisma haus dan menurunkan risiko dehidrasi atau hiponatremi.


(47)

5.2.2. Pengetahuan mengenai Minuman Isotonik

Berdasarkan grafik 4, sebanyak 68.7% mahasiswa mengetahui bahwa isotonik sesuai untuk dikonsumsi pada aktifitas olahraga. Ini mungkin karena memang telah menjadi suatu kebiasaan pada atlet atau individu yang berolahraga, mereka akan mengonsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga. Oleh itu, kebanyakan mahasiswa bersetuju bahwa minuman ini sesuai untuk dikonsumsi pada aktifitas olahraga. Namun, ada segelintir mahasiswa, yaitu 20.5% ragu- ragu atau kurang pasti karena mereka hanya mengetahui dan menjadi kebiasaan untuk mengonsumsi minuman isotonik selepas melakukan olahraga, dan bukan sebelum atau semasa berolahraga. Jika ditinjau, menurut Irawan (2007), penting bagi atlet untuk dapat menjaga level hidrasi di dalam tubuh melalui pola konsumsi cairan secara rutin, baik pada sebelum, sedang berolahraga dan setelah berolahraga agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan baik terutama fungsi

pengaturan panas.

Pada grafik 5, dapat dilihat bahwa lebih dari 80% responden bersepakat bahwa minuman yang sesuai untuk dikonsumsi samada sebelum, semasa atau selepas melakukan aktifitas olahraga adalah minuman isotonik. Penggunaan minuman isotonik pada aktifitas olahraga adalah meluas dan bukan lagi perkara yang janggal atau pelik. Media massa seperti televisyen, radio dan majalah sering memaparkan mengenai penggunaan minuman isotonik di kalangan atlet, khususnya. Jadi, adalah tidak menghairankan apabila banyak mahasiswa yang mengetahui bahwa minuman isotonik adalah minuman yang ideal untuk dikonsumsi pada aktifitas olahraga. Ini bersesuaian dengan penelitian oleh Gisolvi, et al (1992), di mana beliau turut mendemonstrasikan bahwa absoprsi air oleh usus halus adalah meningkat 6 kali lipat dengan adanya 60g karbohidrat/L dan elektrolit (20 mEq Na+ dan 2.6 mEq K+) di dalam minuman, dan ia adalah asas untuk rekomendasi pengambilan minuman elektrolit dengan rendah karbohidrat ketika olahraga.

Dengan mengonsumsi air putih biasa, atlet yang berolahraga pada intensitas rendah selama 90-110 menit, akan menginduksi terjadinya dehidrasi


(48)

dengan hilangnya cairan 2,3% berat badan dan volume plasma tidak kembali pada nilai semula setelah 60 menit. Namun, sebaliknya pada penambahan elektrolit yaitu larutan natrium 0,45%, volume plasma akan membaik setelah 20 menit(Damayanti, 2000). Malah, berdasarkan penelitian yang dibuat oleh Ronald, beliau mengatakan bahwa kelompok dengan rehidrasi air putih (biasa) tidak menunjukkan pengaruh yang bererti untuk memulihkan kemampuan fungsional. Sedangkan pada kelompok dengan rehidrasi cairan elektrolit, menunjukkan pengaruh yang berarti untuk memulihkan kemampuan fungsional. Ini menunjukkan bahwa rehidrasi dengan menggunakan cairan elektrolit lebih efektif untuk memulihkan kemampuan fungsional dibandingkan dengan rehidrasi dengan memakai air putih ( biasa) sahaja.

Sebanyak 54.2% responden bersetuju bahwa minuman isotonik dapat meningkatkan masa kelelahan(grafik 6). Ini mungkin karena banyak responden tidak memahami maksud pertanyaan yaitu “masa kelelahan”. Malah, ini mungkin karena bagi mahasiswa sendiri, mereka tidak mengetahui bagaimana konsumsi minuman isotonik dapat meningkatkan masa kelelahan dan mereka tidak pernah melakukan uji coba dengan membandingkan masa kelelahan ketika mengonsumsi minuman isotonik dan ketika mengonsumsi minuman lain. Fakta ini telah dikemukakan oleh Byars (2010), di mana beliau menyimpulkan bahwa performans aerobik, terutama penggunaan maksimal oksigen, masa kelelahan, dan estimasi persentasi penggunaan substrat lemak yang bukan protein adalah meningkat secara signifikan setelah konsumsi minuman isotonik 30 menit sebelum olahraga.

Bagi pertanyaan mengenai manfaat minuman isotonik dapat meningkatkan performans olahraga, 54,2% responden bersetuju(grafik 7). Manfaat minuman isotonik dalam meningkatkan performans olahraga seseorang, secara rata-rata telah diketahui umum, samada melalui iklan, pembacaan atau melalui bahan kuliah. Namun, 15,7% responden tidak bersetuju. Hal ini mungkin karena bagi mahasiswa, performans olahraga tidak dipengaruhi oleh minuman yang dikonsumsi sebaliknya kemampuan dan kebolehan individu itu sendiri. Sedangkan, menurut Nicholas (1995), terdapat bukti bahwa konsumsi minuman


(49)

isotonik ketika olahraga dapat meningkatkan pencapaian (performans) ketika olahraga sub – maksimal, intermiten dan intensitas tinggi.

Pada grafik 8, hanya 21.7% responden yang mengetahui bahwa minuman isotonik dapat mengurangkan pengeluaran urin. Malah, 55.4% responden tidak bersetuju/ tidak mengetahui bahwa minuman ini bisa mengurangkan pengeluaran urin. Ini mungkin disebabkan oleh bagi mahasiswa, konsumsi minuman isotonik tidak akan memberi efek terhadap pengeluaran urin. Secara umumnya, kebanyakan mahasiswa menyimpulkan bahwa apabila mengonsumsi cairan, pasti akan menyebabkan pengeluaran urin tanpa mempertimbangkan komponen yang terdapat dalam minuman tersebut.

Jika diperhatikan kepada hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2007), beliau mengatakan bahwa konsumsi air putih secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi plasma natrium dan osmolalitas plasma secara cepat. Penurunan konsentrasi ini kemudian dapat mengurangi peredaran kandungan vasopressin dan aldosteron di dalam darah sehingga mengurangi penyerapan air di dalam ginjal dan meningkatkan pengeluaran urin. Sebaliknya, dengan adanya komponen karbohidrat dan elektrolit di dalam minuman yang dikonsumsi, ia akan menyebabkan terjadinya retensi air dan sekaligus mengakibatkan pengeluaran urin berkurang.

Selain dari itu, berpandukan grafik 9, hanya 47% responden mengetahui waktu yang sesuai untuk mengonsumsi minuman isotonik, yaitu setelah 1 jam berolahraga. Berdasarkan jawapan responden untuk pertanyaan ini, dapat dilihat bahwa lebih dari separuh mahasiswa tidak mengetahui setelah berolahraga berapa lama, mereka harus mengonsumsi minuman isotonik. Hal ini mungkin karena info mengenai kapan waktu yang sesuai untuk mengonsumsi minuman setelah berolahraga adalah kurang. Bahkan, ketika sesi perkuliahan juga, hal ini tidak dijelaskan. Walaubagaimanapun, hal ini telah dijelaskan oleh Applegate, et al (1997), bahwa minuman isotonik sebaiknya diminum sebanyak 6 ons hingga 12 ons setiap 15 atau 20 menit setelah berolahraga lebih dari 1 jam.

Berdasarkan grafik 10, 92.8% responden mengetahui mengenai komponen yang terdapat di dalam minuman isotonik. Ini menunjukkan bahwa, mahasiswa


(50)

dapat mengidentifikasi kriteria minuman yang disebut isotonik dengan benar. Pastinya, ini adalah karena minuman isotonik telah dijual secara meluas dimana-mana, seluruh dunia dan kandungan yang terdapat dalam setiap minuman dapat diketahui dengan mudah dari label/ kemasan minuman. Apatah lagi, minuman isotonik telah diwar-warkan secara meluas, baik di televisyen atau di bahan bacaan(seperti majalah) mengenai kandungan/komponen minuman tersebut dalam rangka mempromosi minuman isotonik di mata dunia. Bersesuaian dengan Primana (2000), mereka mengetahui bahwa di dalam minuman isotonik, terdapat 5-7% karbohidrat dan elektrolit (20 mEq Na+ dan 2.6 mEq K+) .

Jika diperhatikan, walaupun terdapat ramai mahasiswa yang mengetahui teori dan fisiologi tubuh pada aktifitas olahraga, namun jika dilihat dan dianalisa berdasarkan frekuensi/persentase jawaban bagi setiap pertanyaan yang dijawab, mereka kurang mengetahui mengenai kegunaan serta manfaat minuman isotonik terutama dalam mengurangkan pengeluaran urin. Mahasiswa kedokteran umumnya telah didedahkan dengan maklumat dan informasi mengenai perubahan fisiologis tubuh pada aktifitas olahraga.

Begitu juga mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, ia telah dibahaskan pada sesi perkuliahan. Jadi, adalah tidak menghairankan jika pengetahuan mahasiswa adalah baik. Namun, bagi pertanyaan mengenai manfaat minuman isotonik, mahasiswa yang menjawab dengan benar hanyalah kira 50- 60%. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak dapat mengintegrasikan pengetahuan yang didapat dari sesi perkuliahan dengan kehidupan sehari-hari dan tidak dapat memahami dengan benar tentang manfaat mengonsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga. Kebanyakannya lebih terpengaruh dengan media massa atau persekitaran.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, angkatan 2007 terhadap manfaat konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga,

 Persentase mahasiswa yang melakukan olahraga ketahanan adalah 25.3%, manakala mahasiswa yang melakukan olahraga kekuatan adalah seramai 3.6% dan 71.1% mahasiswa melakukan olahraga campuran, yaitu ketahanan dan kekuatan.

 Tingkat pengetahuan mahasiswa dengan kategori baik memiliki persentase paling tinggi yaitu 60.6%, manakala 18.2% mahasiswa memliki tingkat pengetahuan sedang dan 21.2% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan buruk.

 80.3% responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai perubahan fisiologi tubuh pada aktifitas olahraga. Hanya 11.7% mahasiswa mempunyai pengetahuan sedang manakala 8.0% mahasiswa mempunyai pengetahuan buruk.

6.2. Saran

Di sini, saya menyarankan kepada

• Pelaku olahraga, supaya membiasakan diri mengganti kehilangan keringat dengan melakukan rehidrasi, dengan minum cairan sebanyak penurunan berat badan. Seperti yang diketahui, cairan yang sesuai dikonsumsi pada aktifitas olahraga adalah minuman isotonik.

• Sebagai info baru bagi dunia pendidikan, dalam hal pemanfaatan konsumsi minuman isotonik pada aktifitas olahraga

• Saya berharap penelitian ini dapat dilakukan oleh peneliti lain dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar, agar hasil yang didapat dapat mencerminkan dan lebih mewakilkan mahasiswa FK USU.


(52)

• Saya juga berharap penelitian ini dapat dilanjutkan untuk mengkaji sikap dan tindakan mahasiswa. Walaupun rata- rata pengetahuan mahasiswa mengenai manfaat minuman isotonik pada aktifitas olahraga adalah baik, ini tidak mencerminkan bahwa sikap dan tindakan mereka adalah sejalan dengan pengetahuan mereka.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, Elizabeth A., dan Grivetti, L.E., 1997. "Search for the Competitive Edge: A History of Dietary Fads and Supplements". The Journal of

Nutrition. American Society for Nutritional Sciences, 127 : 869S – 873S

Badan Pusat Statistik, Indonesia (2010). Available from: http://www.datastatistik-indonesia.com,

Bergstrom, J., dan Huitman, E., 1966. Muscle glycogen synthesis after exercise; an enhancing factor localized to the muscle cells in man : Nature, 210(33): 30910

Buchman, A.L., et al, 1998. Journal of the American College of Nutrition: The American College of Nutrition. Vol. 17, No. 2, 124–127

Burgess, M.L., Robertson, R.J., Davis, J.M., dan Norris, J.M., 1991. RPE, blood glucose , and carbohydrate oxidation during exercise: effects of glucose

feedings. Med. Sci. Sports Exerc. 23: 353-359

Byars, A., et al, 2010. The influence of a pre-exercise sports drink (PRX) on factors related to maximal aerobic performance: Journal of International Society of Sports Nutrition

Coleman. E., 1988. Sport drink update : Sport Sci Exchange : 1(5) : 1-5 Cooper, K.H. 1994. Antioxidant Revolution , Thomas Nelson Publishers ,

Nashville-Atlanta-London-Vancouver.

Costill, D.L., 1977. Sweating : its composition and effect on body fluids , Ann NY Acad Sci 301 : 160 – 174


(54)

Damayanti, D(2000), Pelatihan Gizi Olahraga untuk Olahraga Prestasi. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Rakyat Indonesia.

Davis J.M, Burgess W.A., Slentz C.A., Bartoli W.P., Pate R.R., 1988. Effect of ingestion 6% and 12% glucose-electrolyte beverages during prolonged intermittent cycling in the heat. Eur. J. Appi. Physiol. 57(5): 563-69

Dietitians of Canada, the American Dietetic Association, and the American College of Sports Medicine, 2000. Nutrition and Athletic Performance : Canadian Journal of Dietetic Practice and Research Winter, 61(4):176-192 : Available from:

[Accesed 7

April 2010 ]

Irawan, M.A., 2007, Konsumsi cairan dan Olahraga: Polton Sports Science and Performance Lab , Vol 1, No 02

Jacob, T., 2004. Etika Penelitian Ilmiah. Warta Penelitian Universitas Gadjah Mada (Edisi Khusus) , 60-63. Available from

Jefri, M.J., 2009.“ Hubungan antara Olahraga dan tekanan darah pada mahasiswa FK USU pada tahun 2009” . Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Available from: Loiselle, C.G., Profetto-McGrath, J., Polit, D.F., dan Beck, C.T. 2004. Canadian

Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Available from:


(55)

Marshall, S.J, et al, 2009. “Translating Physical Activity Recommendations into a Pedometer-Based Step Goal: 3000 Steps in 30 Minutes”. Dalam : the

American Journal of Preventive Medicine, Volume 36, Issue 5 : Elsevier

Maughan dan Shirreffs , 1998. Fluid and electrolyte loss and replacement in exercise. In Oxford textbook of sports medicine, 2nd Edition. Edited by Harris, Williams, Stanish, and Micheli. New York : Oxford University Press, pp. 97-113

Maughan dan Ronald J., 2001. "Sports Nutrition: What Is It?" Journal of Nutrition

& Physical Activity 17 (2001). Elsevier Science Inc. 25 Mar. 2009

McGuff, M.D., 2000. What Type Of Sport. BMX Training: A scientific

Approach. Available from : [ Accessed 21 April 2010 ]

Milton, C.L. 1999. Ethical Issues From Nursing Theoretical Perspectives. Nursing Science Quarterly , 12(1) : 20-25. Available

from:

Mitra, A., 2004. Philosophy of Mind Satellite Site. Available from

National Heart Lung and Blood Institute, 2008. Guide to Physical Activity , Departement of Health and Human Services, National Institute of Health . Available from: 2010]


(56)

Noakes, T.D., 2000. Physiological models to understand exercise fatigue and the adaptations that predict or enhance athletic performance. Scandinavian Journal of Medicine and Science in Sports. 10, 123-145

Noakes, T.D., 1992. Hyponatremia during endurance running; a pyhsiological and clinical interpretation, Med Sci Sports Exerc 24 (4) : 403 – 405

Noakes. T., 2006. Exercise in the Heat : Clinical Sport Medicine. 3rd ed. : Peter Brukner & Karim Khan.

Notoatmodjo, S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmojo, S., 2005. Promosi Kesehatan; Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, Edisi revisi Physiol.; 81: 160¬71.

Pratomo, H. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Badan Kesehatan Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Rahayuningsih, S.U., 2008. Bab 1 : Sikap (Attitude) . Jurnal Psiokologi Umum 2. Available from : nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../bab1-sikap-1.pdf [Accessed 15 April 2004]

Renstrom dan Roux 1988. Dalam : A.S.Watson : Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992.


(57)

Robergs, R.A., dan Roberts, S.O., 1997. Exercise Physiology – exercise , Performance , and Clinical Applications : Mosby – Year Book Inc

Ronald. H., 2009. Pengaruh Rehidrasi Menggunakan Air Putih (biasa) dan Cairan Elektrolit terhadap pemulihan kemampuan fungsional, Studi Eksperimen Pada Perkuliahan Atletik Mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesisa Jurusan Kepelatihan Semester IV

Rusip G, 2006. Pengaruh pemberian minuman berkarbahidrat berelektrolit dapat memperlambat kelelahan selama berolahraga. Majalah Kedokteran

Nusantara volume 39, No. 1.

Rusip, G., Singh, R., dan Suen A.B., 1996. Pengaruh Minuman Karbohidrat Berelektrolit terhadap Performance Olahraga Sepeda dalam Suasana Panas dan Lembab : Cermin Dunia Kedokteran No. 111

Sawka, M.N., et al, 2007. Exercise and Fluid Replacement : Official Journal of the American College of Sports Medicine. Available from

Sherwood, L., 2004 . Human Physiology : From cells to system. 5th ed. California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.

Suharto, 2009. Olahraga Teratur Tingkatkan Kesehatan Jasmani Odha. Available from :

“The World Factbook 2010", Available


(58)

Twerenbold R, Knechtle B, Kakebeeke TH, et al, 2003. Effects of different sodium concentrations in replacement fluids during prolonged exercise in women. Br J Sports Med;37:300


(1)

LAMPIRAN III

Variabel Nomor Total Pearson Correlation Status Alpha Status Pertanyaan

Pengetahuan 1 0.547 Valid 0.695 Reliabel 2 0.461 Valid

3 0.669 Valid 4 0.439 Valid 5 0.414 Valid 6 0.407 Valid 7 0.554 Valid 8 0.511 Valid 9 0.656 Valid 10 0.431 Valid


(2)

LAMPIRAN IV

Nama Jenis Olahraga Jenis Kelamin Skor Persentase Tahap pengetahuan A campuran/semua perempuan 30 100 pengetahuan baik B endurans perempuan 26 87 pengetahuan baik C campuran/semua perempuan 30 100 pengetahuan baik D endurans perempuan 27 90 pengetahuan baik E endurans perempuan 22 73 pengetahuan sedang F kekuatan laki-laki 27 90 pengetahuan baik G endurans perempuan 27 90 pengetahuan baik H campuran/semua laki-laki 30 87 pengetahuan baik I campuran/semua laki-laki 26 83 pengetahuan baik J campuran/semua laki-laki 25 87 pengetahuan baik K campuran/semua laki-laki 26 77 pengetahuan baik L endurans perempuan 23 87 pengetahuan baik M campuran/semua perempuan 26 80 pengetahuan baik N endurans perempuan 24 90 pengetahuan baik O campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik P campuran/semua perempuan 27 80 pengetahuan baik Q campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik R campuran/semua laki-laki 26 87 pengetahuan baik S campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik T campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik U campuran/semua perempuan 17 57 pengetahuan sedang V campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik W campuran/semua perempuan 23 77 pengetahuan baik X campuran/semua perempuan 25 83 pengetahuan baik I campuran/semua perempuan 25 83 pengetahuan baik Z campuran/semua perempuan 23 77 pengetahuan baik AA campuran/semua perempuan 21 70 pengetahuan sedang AB campuran/semua perempuan 20 67 pengetahuan sedang AC campuran/semua perempuan 30 100 pengetahuan baik AD endurans laki-laki 22 73 pengetahuan sedang AE campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik AF endurans perempuan 23 77 pengetahuan baik AG endurans perempuan 23 77 pengetahuan baik AH campuran/semua perempuan 16 53 pengetahuan sedang AI kekuatan perempuan 21 70 pengetahuan sedang


(3)

AJ endurans laki-laki 22 73 pengetahuan sedang AK campuran/semua laki-laki 28 93 pengetahuan baik AL campuran/semua laki-laki 23 77 pengetahuan baik AM campuran/semua laki-laki 16 53 pengetahuan sedang AN campuran/semua laki-laki 28 93 pengetahuan baik AO campuran/semua laki-laki 25 83 pengetahuan baik AP campuran/semua laki-laki 28 93 pengetahuan baik AQ campuran/semua laki-laki 24 80 pengetahuan baik AR campuran/semua laki-laki 22 73 pengetahuan sedang AS campuran/semua laki-laki 26 87 pengetahuan baik AT campuran/semua laki-laki 23 77 pengetahuan baik AU campuran/semua laki-laki 28 93 pengetahuan baik AV campuran/semua laki-laki 21 70 pengetahuan sedang AW campuran/semua laki-laki 25 83 pengetahuan baik AX endurans perempuan 23 77 pengetahuan baik AY campuran/semua perempuan 28 93 pengetahuan baik AZ endurans perempuan 27 90 pengetahuan baik BA campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik BB campuran/semua laki-laki 23 77 pengetahuan baik BC campuran/semua perempuan 25 83 pengetahuan baik BD campuran/semua perempuan 29 97 pengetahuan baik BE campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik BF campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik BG campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik BH campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik BI campuran/semua perempuan 19 63 pengetahuan sedang BJ campuran/semua perempuan 28 93 pengetahuan baik BK campuran/semua laki-laki 23 77 pengetahuan baik BL campuran/semua laki-laki 24 80 pengetahuan baik BM campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik BN campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik BO endurans laki-laki 22 73 pengetahuan sedang BP campuran/semua perempuan 27 90 pengetahuan baik BQ campuran/semua perempuan 24 80 pengetahuan baik BR endurans perempuan 28 93 pengetahuan baik BS campuran/semua perempuan 25 83 pengetahuan baik BT campuran/semua perempuan 23 77 pengetahuan baik BU campuran/semua perempuan 20 67 pengetahuan sedang BV endurans perempuan 24 80 pengetahuan baik


(4)

BW endurans laki-laki 23 77 pengetahuan baik BX endurans perempuan 21 70 pengetahuan sedang BY campuran/semua perempuan 20 67 pengetahuan sedang BZ endurans perempuan 24 80 pengetahuan baik CA endurans perempuan 25 83 pengetahuan baik CB endurans laki-laki 22 73 pengetahuan sedang CC campuran/semua laki-laki 30 100 pengetahuan baik CD endurans laki-laki 22 73 pengetahuan sedang CE kekuatan laki-laki 22 73 pengetahuan sedang


(5)

LAMPIRAN V RELIABILITY

/VARIABLES=p2 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p13 p14 p15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 24 100.0

Excludeda 0 .0

Total 24 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.695 10

Item Statistics Mean

Std.

Deviation N

pertanyaan 2 2.75 .532 24

pertanyaan 5 2.75 .608 24

pertanyaan 6 2.42 .830 24

pertanyaan 7 2.50 .722 24

pertanyaan 8 2.54 .721 24


(6)

pertanyaan 10 2.38 .711 24

pertanyaan 13 1.71 .751 24

pertanyaan 14 2.13 .947 24

pertanyaan 15 2.92 .282 24

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

pertanyaan 2 21.33 11.884 .474 .659

pertanyaan 5 21.33 12.232 .307 .680

pertanyaan 6 21.67 10.145 .581 .624

pertanyaan 7 21.58 11.645 .353 .672

pertanyaan 8 21.54 11.911 .296 .682

pertanyaan 9 22.08 11.993 .184 .710

pertanyaan 10 21.71 11.346 .429 .659

pertanyaan 13 22.38 11.984 .261 .689

pertanyaan 14 21.96 10.303 .445 .654

pertanyaan 15 21.17 13.014 .398 .682

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items