Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

(1)

HASIL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2013/2014 TENTANG AKNE VULGARIS

Oleh :

SHANKAR PARATHAN 110100457

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HASIL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2013/2014 TENTANG AKNE VULGARIS

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

SHANKAR PARATHAN 110100457

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

Yang Dipersiapkan oleh : Shankar Parathan

110100457

Karya Tulis Ilmiah isi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Medan, 15 November 2014 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

Nama : Shankar Parathan NIM : 110100457

Pembimbing Penguji I

(dr.Sri Wahyuni Purnama,SpKK) (dr.Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM, MPd.Ked) NIP : 196912231999032001 NIP : 196705271999032001

Penguji II

(dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked.(OG), SpOG(K) NIP : 196804171998031001

Medan, Februari 2015 Dekan,

Fakultas Kedokteran

Prof.Dr.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KEGH NIP : 19540220 – 198011 – 1 - 001


(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

Yang Dipersiapkan oleh : Shankar Parathan

110100457

Karya Tulis Ilmiah isi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Medan, 15 November 2014 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

Yang Dipersiapkan oleh : Shankar Parathan

110100457

Karya Tulis Ilmiah isi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Medan, 15 November 2014 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang Akne Vulgaris”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian laporan hasil karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada: 1.Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD- KEGH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2.Seluruh staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.

3.dr. Sri Wahyuni Purnama,SpKK, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian.

4.Kedua orang tua tercinta, Parathan dan Rajeswari serta adik, Kuhan yang telah memberikan dukungan selama ini dalam bentuk moril ataupun materil.

5.Teman-teman kelompok sesama bimbingan penelitian dan teman- teman penulis lainnya, yang telah memberi bantuan berupa saran, kritikan dan motivasi selama penyusunan penelitian.

Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.


(8)

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang tua untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.


(9)

ABSTRAK

Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit yang selalu terjadi bagi para remaja dan dewasa muda atau dalam bahasa medisnya acne. Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja.. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Terjadinya akne vulgaris terbanyak pada masa remaja usia 14- 17 tahun pada perempuan dan 16- 19 tahun pada laki-laki. muda. Akne vulgaris yang generalnya menimbulkan rasa tidak senang hati pada remaja. Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2013/2014 tentang akne vulgaris. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi deskriptif observasional. Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Populasi yang akan digunakan adalah mahasiswa FK USU stambuk 2013/2014, dengan cara menggunakan kuesioner.

Ternyata tingkat pengetahuan mahasiswa yang lebih tinggi pada kategori baik adalah yang perempuan sebesar 89.5%. Selain itu, tingkat pengetahuan mahasiswa juga lebih tinggi pada kategori baik pada mahasiswa yang tergolong dalam umur 17- 18 tahun sebesar 21.3% , dan pada kategori sedang pula lebih tinggi pada mahasiswa yang tergolong dalam umur 19- 20 tahun sebesar 77%. Tingkat pengetahuan mahasiswa pada kategori buruk pula lebih tinggi pada mahasiswa yang juga tergolong dalam umur 19- 20 sebesar 1.63%.

Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa tentang akne vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2013/ 2014 berada dalam kategori baik yaitu sebesar 80.6%, dan juga diharapkan agar mahaiswa mendapat akses informasi yang lebih banyak lagi tentang kesehatan kulit agar dapat meningkatkan lagi pengetahuan tentang akne vulgaris.


(10)

ABSTRACT

Acne is a common skin lesion that always happens to teenagers and young adults which is also medically referred to as acne. Acne namely acne vulgaris, occurs commonly during adolescence. But for some people who have experienced or is experiencing severe cases may feel very depressed and might end up losing confidence even more. Generally, acne occurs in adolescence of age 14-17 years for women and 16-19 years for males. Acne vulgaris generally cause annoyance towards teenagers and even more to those who lack knowledge about acne vulgaris. Objective is to determine the level of knowledge of medical students from USU year 2013/2014 of acne vulgaris.

The study was conducted using descriptive observational study. Location: The study was conducted at the Medical School University of North Sumatra. Population that will be used would be FK USU students from the year 2013/2014. Research was conducted using a questionnaire.

The results collected showed among the students, girls have higher level of knowledge compared to the boys with percentage of 89.5%. In addition, the level of students' knowledge is also higher in the good category in students who belong under the age of 17- 18 years with percentage up to 95.2%, and for the normal categories was calculated higher among students who belong under the age of 19- 20 years with percentage of 77%. The level of knowledge of students in poor category is higher in students who also belongs to the age of 19- 20 with percentage up to 1.63%.

It is concluded that the level knowledge of students regarding about acne vulgaris in the Faculty of Medicine, University of North Sumatra year 2013/2014 are in good category with percentage calculating up to 80.6%, and is also expected that the students would continue collecting more knowledge about skin lesions in order to further improve the knowledge concerning acne vulgaris.


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Pengetahuan ... 3

2.1.1. Definisi pengetahuan ... 3

2.1.2. Tingkat pengetahuan ... 3

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 4

2.2.Akne Vulgaris ... 5

2.2.1 Definisi ... 5

2.2.2. Etiologi dan patogenesis... 6

2.2.3. Manifestasi klinis ... 12

2.2.4. Faktor Risiko ... 13

2.2.5. Penatalaksanaan ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16


(12)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Kriteria Inklusi dam Eksklusi ... 20

4.5. Instrumen Penelitian ... 20

4.6 Pengolahan Data ... 21

BAB 5 HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

5.1 Hasil Penelitian ... 22

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian ... 22

5.1.2 Deskripsi karakteristik mahasiswa ... 22

5.1.3 Deskripsi tingkat pengetahuan ... 23

5.2 Pembahasan ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

6.1 Kesimpulan ... 26

6.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 DIstribusi frekuensi karakteristik responden 22 berdasarkan usia.

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden 22 berdasarkan jenis kelamin.

5.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 23 mahasiswa

5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 24 mahasiswa menurut jenis kelamin mahasiswa

5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan 24 mahasiswa menurut usia mahasiswa


(14)

DAFTAR SINGKATAN

FK Fakultas Kedokteran

USU Universitas Sumatera Utara UV Ultra Violet

DHT Dihydrotestosterone DMS Dermato Musculo Skeletal PMN Leukosit Nukleus Polimorfi


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit kulit yang selalu terjadi bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. (Yuindartanto, 2009).

Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak. Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya, kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia. (Yuindartanto, 2009).

Angka kejadiannya akne vulgaris berkisar 85% dan terbanyak pada usia muda. Umumnya, akne terjadi pada masa remaja usia 14-17 tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. Walaupun hampir semua terjadi pada masa remaja, akne dapat berlanjut sampai dekade ketiga ke kelima (Fleischer, 2000). Akne dapat muncul pada segala usia, tetapi pengaruh hormonal yang membuatnya lebih sering muncul pada masa remaja. Selain itu, banyak faktor yang memicu terjadinya akne, terutama akne vulgaris, yang justru sering terjadi pada masa remaja. Misalnya makanan dengan kadar lemak tinggi, karbohidrat dan jumlah kalori tinggi, aktivitas fisik meningkat, penggunaan kosmetik yang salah, penggunaan obat dan minuman terlarang, stres, dan lainnya (Ballanger, 2011).

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat mengenai prevalensi akne vulgaris di seluruh penjuru dunia.


(16)

1.2. Rumusan Masalah

Sejauh mana tingkat pengetahuan terjadinya akne vulgaris di kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2013/2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU stambuk 2013/2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik penderita akne berdasarkan usia, dan jenis kelamin. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang akne vulgaris.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Peneliti

Sebagai sarana menambahkan ilmu pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian ini.

2. Mahasiswa

Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akne.

3. Dunia Kesehatan

Data dan sumber dari penelitian ini diharapkan dapat membantu mempermudahkan penelitian dalam dunia kesehatan yang akan datang.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indrayang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan seseorang. (Ballanger, 2011).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.Menuru (Ballanger, 2011). Tingkatan

pengetahuan dalam domain kognitif ada 6 yaitu : a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain meyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya (Yuindartanto,2009).

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Yuindartanto, 2009).


(18)

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Yuindartanto,2009)

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya mampu membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya (Yuindartanto,2009)

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Yuindartanto,2009).

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membedakan antara anak yang gizi baik dengan gizi kurang(Yuindartanto,2009).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor –faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Ballanger, 2011), yaitu :

a. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula menyelesaikan hal-hal baru tersebut .


(19)

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih baik banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring, kira-kira sesuai tidaknya dengan kebudayaan yang ada da agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, artinya, pendidikan yang tinggi, pengalaman akan luas sedang umur bertambha tua.

e. Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakansemaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.

2.2 Akne Vulgaris

2.2.1.Definisi Akne Vulgaris

Akne adalah reaksi peradangan dalam folikel sebasea yang pada umumnya dan biasanya disertai dengan pembentukan papula, pustula, dan abses terutama di daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea, seperti muka, dada, dan punggung bagian atas (Yuindartanto, 2009).

2.2.2. Etiologi dan Patogenesis

Penyebab akne tidak diketahui, namun ada informasi yang berkaitan dengan patogenesisnya. Ini merupakan penyakit multifaktorial. Pengetahuanmengenai berbagai faktor yang termasuk dalam penyakit ini penting karena penatalaksanaan mungkin ditujukan pada satu atau lebih faktor penyebab


(20)

sebaseus dengan penyumbatan duktus pilosebaseus dan infeksi bakteri (Ballanger, 2011).

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh:

a. Sebum

sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak(Yuindartanto, 2009) b. Bakteria

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara tidak langsung. (Yuindartanto, 2009)

c. Herediter

Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne. (Yuindartanto, 2009)

d. Hormon

Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertamabah besar dan produksi sebum meningkat.

Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne.Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.

Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.


(21)

Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.

Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin, gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hiopofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari baga tengah (lobus intermediate) kelenjar hipofisis.(Bauer, 1985)

e. Diet

Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh makanan terhadap akne, akan tetapi dari penyidikan terakhir ternyata diet sedikit atau tidak berpengaruh terhadap akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjkadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.(Djuanda, 2010)

f. Iklim

Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.

Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.


(22)

g. Psikis

Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat.(Brown, 1998)

h. Kosmetika

Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem malam. Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, pektrolatum, minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat, lauril alcohol, dan bahn pewarna merah D &C dan asam oleic). (Paoli, 2012) Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih komedogenik tanpa mengandung suatu bahan istimewa, tetapi karena kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang bersifat komedogenik atau bahan dengan konsentrasi yang lebih besar. Penyelidikan terbaru diLeeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang dicapai dengan hebatnya akne.(Loughnane, 2012)

i. Bahan-bahan Kimia

Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erosi yang mirip dengan akne (akneform eruption), seperti yodida, kortikosteroid, INH,


(23)

obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital dan trimetandion), tetrasiklin, vitamin B 12.(Agarwal, 2011)

Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne : 1. kenaikan sekresi sebum

2. Adanya keratinisasi folikel 3. Bakteri

4. Peradangan (inflamasi). 1. Kenaikan sekresi sebum

Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.

Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar palit terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit.

Akne mungkin juga berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat komedogenik tersusun dari campuaran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kholesterol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita akne terdapat kecenderungan mempunyai kadar skualen dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam lemak terutama asam leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan terjadinya hiperkeratinisasi pada kelenjar sebasea.(Kraft,2011) `


(24)

2. Keratinisasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit dalam saluran pilosebasea.

o Hal ini dapat disebabkan :

o bertambahnya erupsi korniosis pada saluran pilosebasea o Pelepasan korniosit yang tidak adekuat

o Kombinasi kedua faktor diatas.

o Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu

sifat komedo.

o Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam

linoleik dalam sebum. Akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi asam lenoleik pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang menimbulkan peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada patogenesis akne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi ketidak seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel.(Toyoda, 2003)

3. Bakteri

Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis akne adalah corynebakterium Acne, Stafylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale (malazzea furfur). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah corynebacterium acne, tetapi tidak ada hubungan dengan jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran pilosebasea dengan derajat hebatnya akne. Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme


(25)

mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam dalam folikel (residen bacteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi dalam kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini dapat menyeebabkan terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan akhirnya menjadi kolonisasi C..Acnes. bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen, sehingga oksigen dalam folikel tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal. (Yuindartanto,2009)

4. Peradangan

Faktor yang menyebabkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh C. Acnes seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan nioranidase, memegang peranan penting dalam proses peradangan.

Faktor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi (PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel sebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.

Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang disertai makrofag dan sel-sel raksasa. Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibody terhadap C.Acnes juga


(26)

2.2.3. Manifestasi Klinis

Tempat awal predileksi akne adalah wajah, leher, lalu ke punggung, dada, dan bahu. Di tubuh, lesi lebih banyak di dekat garis tengah. Akne merupakanpenyakit yang muncul dengan lesi noninflamatorik dan inflamatorik. . Lesi berupa komedo terbuka, komedo tertutup, pustul, papul eritematosus, dan nodul yang lebih dalam . Pada pasien dengan satu tipe lesi yang lebih banyak, pengamatan yang lebih dekat biasanya menunjukkan beberapa tipe lesi . Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah.(Lever, 1983)

Nomenklatur diagnosis akne vulgaris dapat dilakukan menurut : a. Berat ringannya penyakit

• Akne vulgaris ringan, berat, dan sedang. Akne vulgaris I, II, III, IIV.

• Morfologi klinis

• Akne vulgaris komedonal, papulosa,pustulosa, nodulo-kistik.

• Akne vulgaris komedonal dan papulosa disebut juga tanpa inflamasi. Akne vulgaris nodulosa-kistik disebut sebagai yang ada inflamasi.

• Kombinasi 1 & 2

• Akne vulgaris papulosa ringan

• Akne vulgaris pustulosa berat.

• Penentuan berat ringan penyakit atau tingkat I – II – III – IV berbeda diantara para penyelidik satu dengan yang lainnya.

Berikut ini dicantumkan empat gradasi menurut ((Ismail, 2012) 1. Komedo di muka

2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka

3. Komedo, papul, pustul, dan lebih dalam peradangan di muka, punggung, dan dada.


(27)

Bentuk lesi akne vulgaris adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Bila terjadi peradangan akan terbentuk papula, pustula, nodul, dan kista. Bila sembuh, lesi dapat meninggalkan eritem dan hiperpigmentasi pasca inflamasi, bahkan dapat terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik ( Ice pick lilac atropic scar) dan keloid. Lesi terutama timbul di daerah yang banyak mempunyai kelenjar palit seperti muka, punggung dan dada.(Dreno, 2003)

Komedo lazim dikenal senagai kepala hitam (komedo terbuka) dan kepala putih (komedo tertutup). Komedo dapt menjadi lesi dasar pada akne. Ia akibat fungsi lobang folikular sebasea yang salah maupun oleh proses hiperkeratinisasi yang salah pada lubah folikular. Sumbat yang dihasilkan komedo mendilatasi mulut folikel dan papula dibentuk oleh peradangan sekeliling komedo. Kista kecil, pustula, atau papula yang telah terinfeksi bisa terbentuk disekeliling komedo.

Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi granulomatosa dalam peradangan karena asam lemak atau piokokus, jaringan parut dan keloid.(Dreno, 2003)

Walaupun komedo merupakan lesi primer dari akne, mereka tidak khas untuk penyakit ini sebab mereka mungkin bisa tampak pada kondisi lainnya, seperti komedo senil yang sering tampak pada area periorbital pada orang tua (Fleischer, 2000).

2.2.4. Faktor Risiko

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya akne . Faktor yang penting peranannya dalam pembentukan akne adalah keturunan, keseimbangan hormon, makanan, dan kebersihan. Penggunaan kosmetik yang salah juga merupakan faktor yang memicu terjadinya akne . Faktor keturunan dan keseimbangan hormon merupakan faktor tak terkontrol, sedangkan faktor makanan, kebersihan, dan penggunaan kosmetik merupakan faktor terkontrol. (Ismail,2012)

Faktor genetik merupakan penyebab akne yang paling penting. Satu atau kedua orangtua biasanya terkena akne. Faktor ini muncul sebagai pemicu kelenjar pilosebaseus untuk bereaksi dalam cara yang selektif pada perangsangan hormon (Ballanger, 2006).


(28)

Perubahan hormon testosteron dan progesteron pada usia dewasa dapat mempengaruhi ukuran dan aktivitas kelenjar sebaseus . Stimulasi androgenik penting baik pada pria maupun wanita karena berhubungan dengan sekresi kelenjar sebaseus. Pengaruh hormonal lainnya mungkin memainkan peran; wanita sering memiliki eksaserbasi aktivitas akne pada masa perimenstrual . Hormon androgen berperan dalam keratinosit folikular untuk merangsang hiperproliferasi. Dihydrotestosterone (DHT) merupakan androgen poten yang berperan dalam mekanisme akne. Enzim yang bertanggung jawab dalam pengubahan dehydroepiandrosterone sulfate menjadi DHT adalah 17β-hydroxysteroi ddehydrogenase dan 5α-reductase.

DHT bisa menstimulasi proliferasi keratinosit. Selain itu, kelenjar adrenal juga berperan dalam produksi akne; mekanismenya tidak jelas, tetapi akne muncul pada orang yang dipicu dengan kortikosteroid dosis tinggi. Kecemasan, stres, tekanan emosi, dan kelemahan memiliki efek pasti pada penyebab akne. Dalam kondisi stres, terjadi pengeluaran hormon adrenalin dalam tubuh yang merangsang keluarnya zat-zat lain yang pada akhirnya mempengaruhi aliran darah sehingga muncul gejala-gejala fisik seperti aknevulgaris. Emosi berperan pada akne akut, tetapi tidak pada akne kronik (Fleischer, 2000).

2.2.5. Penatalaksanaan

Pemahaman mengenai keempat elemen patogenesis akne penting dalam prinsip terapeutik. Mekanisme aksi penatalaksanaan akne yang paling sering bisa dikelompokkan dalam kategori berikut ini: (1) perbaiki pola keratinisasi folikular yang berubah; (2) turunkan aktivitas kelenjar sebaseus; (3) turunkan populasi bakteri folikular, P. acnes; dan (4) menggunakan efek anti-inflamatorik. Penatalaksanaan pasien akne dengan pengetahuan mengenai patogenesis akne dan mekanisme aksi penatalaksanaan akne yang ada, meyakinkan respon terapeutik yang maksimal. Sering kali, penatalaksanaan multipel digunakan dalam

kombinasi yang melawan banyak faktor dalam patogenesis akne (Webster, 2002). Penatalaksanaan akne vulgaris mencakup tindakan medis dan non medis . Pemilihan penatalaksanaan dapat dilakukan berdasarkan derajat penyakit. Pada


(29)

tingkat penyakit ringan, penatalaksanaan cukup dilakukan dengan obat tipikal. Pada tingkat penyakit sedang, dapat diberikan penatalaksanaan topikal dan sistemik.

Pada tingkat penyakit berat, harus diberikan penatalaksanaan topikal dan sistemik(Yuindartanto,2009) . Kombinasi dari beberapa cara pengobatan sangat diperlukan, dengan tujuan menemukan sekresi kelenjar sebasea (sebosupresi), keratolisis pada intra infundibulum, mengurangi jumlah jasad renik dengan antibiotika, dan mencegah timbulnya jaringan parut (Fleischer,2000).

Penatalaksanaan topikal berupa bahan-bahan yang dapat mengadakan pengelupasan kulit seperti benzoyl peroxide, asam retinoat, dan asam azaleat. Selain itu, ada pula bahan topikal antibiotika, seperti klindamisin, eritromisin, kloramphenikol, neomisin, dan tetrasiklin. Kadang-kadang, bahan topikal steroid yang ringan seperti hidrokortison 1% diperlukan untuk mengurangi efek iritasi yang ditimbulkan oleh tretinoin, juga untuk menekan lesi yang bersifat nodulo kistik dan granulasi. Hanya saja, sebaiknya tidak digunakan lebih dari seminggu, oleh karena efek komedogenik dari kortikosteroid (Djuanda, 2010).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka kerangka konsep dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

3.2 Definisi Operasional

Akne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo, papula, pustula, kista dan nodulus ditempat predileksinya, wajah, leher, badan atas, dan lengan atas. Ialah terutama pada remaja yang biasanya berinvolusi sebelum usia 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Ia terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan aikbat produksi sebum berlebihan ditempat glandula sebaseanya banyak.

Akne Vulgaris Karakteristik

-Usia

-Jenis Kelamin


(31)

3.2.1 Usia

Definisi : Usia adalah jumlah tahun hidup mahasiswa FK USU stambuk 2013/2014.

Alat ukur : Lembar Kuesioner

Skala ukur : Skala Nominal

Cara ukur : Wawancara

Hasil ukur : Tahun

3.2.2 Jenis Kelamin

Definisi : Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan

Alat ukur : Lembar kuesioner

Skala ukur : Skala nominal

Cara ukur : Wawancara

Hasil ukur : Laki- laki atau perempuan

3.2.3 Pengetahuan

Definisi :Pengetahuan adalah

disadari oleh seseorang.

Alat ukur : Lembar kuesioner


(32)

Hasil ukur : Kategori pengetahuan baik apabila responden menjawab benar 10-13 pada kuesioner. Kategori pengetahuan sedang apabila responden menjawab benar 7-9 pada kuesioner dan kategori pengetahuan buruk apabila responden menjawab benar 0-6 pada kuesioner.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan desain studi deskriptif observasional dengan pendekatan Cross Sectional.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan adalah pada bulan Februari – September 2014.

4.3 Polulasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Target

Mahasiswa FK USU stambuk 2013/2014.

4.3.2 Populasi Terjangkau

Mahasiswa FK USU stambuk 2013/ 2014 yang belum melalui blok DMS.

4.3.3 Sampel Penelitian

Merupakan bagian dari populasi terjangkau yang (memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi).

4.3.3 Besar Sampel Penelitian

=

��²��


(34)

Keterangan

n = Besar sampel minimum ��² = 1.96

d = 0.1 P = 0.5 Q = 1-P

=

(1.96)

2(0.5)(10.5)

(0.12)

= 96.04

Berdasarkan perhitungan didapatkan bahawa jumlah sampel penelitian adalah minimal 96 mahasiswa. Pada penelitian ini peneliti akan mengambil sampel sebanyak 98.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.4.1 Faktor Inklusi

1) Mahasiswa FK USU stambuk 2013/ 2014 menderita Akne Vulgaris. 2) Pria dan Wanita

3) Umur 19 – 21 tahun

4.4.2 Faktor Eksklusi

1) Tidak bersedia untuk penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian 4.5.1 Inform Konsen

Mahasiswa FK USU stambuk 2013 akan diberikan informed consent untuk mendapatkan persetujuan daripada mereka untuk dijadikan sebagai subyek penelitian. Mahasiswa yang telah bertanda bersetuju pada informed consent akan dilakukan penelitian.


(35)

4.5.2 Kuesioner

Pada penelitian ini subyek akan diberikan lembar kuesioner yang terdiri daripada 13 soalan mengenai tingkat pengetahuan acne, dan di suruh menjawab jawaban yang benar mengikut pilihan mereka masing masing.

4.5.2 Uji validitas dan Reliabilitas

Saya telah menyediakan 13 soalan untuk lembar kuesioner dan dilakukan uji validitas bagi soal- soal tersebut dengan menggunakan SPSS V17.

4.6 Pengolahan Data

Data diperoleh selanjutnya ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara diskriptif.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Jln Dr. Mansyur No. 5 Medan 20155, Indonesia.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Mahasiswa

Dalam penelitian ini responden yang diteliti merupakan sebanyak 98 mahasiswa Fakultas Kedokteran. Karakteristik responden yang diamati meliputi usia dan jenis kelamin. Data yang lengkap mengenai karakteristik mahasiswa dapat dilihat pada kedua tabel yang ada di bawah ini.

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteistik Rsponden Berdasarkan Usia.

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

17 1 1.0

18 20 20.4

19 47 48.0

20 14 14.3

21 16 16.3

Jumlah 98 100.0

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, terlihat bahwa usia kelompok mahasiswa yang terbanyak adalah 19 tahun dengan frekuensi mahasiswa pada kelompok tersebut sebanyak 47 (48%).

5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki- Laki 50 51.0

Perempuan 48 49.0


(37)

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa jumlah mahasiswa kelompok laki-laki lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa perempuan dengan frekuensi sebanyak 50 orang (51%).

5.1.3 Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner penelitian yang memiliki 13 pertanyaan yang menguji pengetahuan mahasiswa tentang akne vulgaris. Pertanyaan pada kuesioner tersebut telah dilakukan validitas.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini terbagi pada 3 kategori yaitu, baik sedang dan buruk. Tingkat pengetahuan seorang mahasiswa dikatakan baik apabila jumlah skor untuk 13 pertanyaan, mahasiswa tersebut berhasil menjawab benar sebanyak 10-13. Tingkat pengetahuan seorang mahasiswa dikatakan sedang apabila jumlah skor untuk 13 pertanyaan, mahasiswa tersebut berhasil menjawab benar sebanyak 7-9. Tingkat pengetahuan seorang mahasiswa dikatakan buruk apabila jumlah skor untuk 13 pertanyaan, mahasiswa tersebut berhasil menjawab benar sebanyak 0-6. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan mahasiswa dapat dikategorikan pada tabel 5.3 di bawah ini.

5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tingkat

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Buruk 2 2.0

Sedang 17 17.3

Baik 79 80.6

Dari tabel 5.3 dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik adalah terbanyak dengan frekuensi sebanyak 79 dengan persentase (80.6%).


(38)

5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa.

jenis kelamin Kelompok Tingkat Pengetahuan

Jumlah Buruk Sedang Baik

Laki- Laki 2 12 36 50

Perempuan 0 5 43 48

Jumlah 2 17 79 98

Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kategori baik lebih banyak yang perempuan berbanding dengan lelaki. 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Menurut Usia

Mahasiswa.

kelompok tingkat pengetahuan

Buruk sedang baik Total

Usia 17-18 0 1 20 21

19-20 1 13 47 61

21 1 3 12 16

Total 2 17 79 98

Daripada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa pada kategori baik, lebih tinggi pada golongan mahasiswa antara usia 17- 18(95.2%).

5.2 Pembahasan

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umum terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis sering berupa komedo, papul, pustul, nodul dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut.

Dari hasil penelitian yang didapatkan di lapangan terhadap 98 orang mahasiswa yang merupakan sampel, maka diperoleh data mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa stambuk 2013/2014 terhadap akne vulgaris di Fakultas Kedoketeran di Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin,didapati bahwa tingkat pengetahuan responden perempuan lebih tinggi dalam kategori baik dibandingkan laki-laki yaitu dimana pada perempuan


(39)

sebanyak 43 manakala pada laki-laki sebanyak 36. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williams (2011), bahwa gender menentukan kualitas pengetahuan tentang jerawat sehingga dikatakan. Bahwa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi daripada laki-laki mengenai masalah jerawat. Menurutnya juga, hal ini disebabkan perempuan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk mencari informasi dan mencari pelayanan kesehatan dalam menangani masalah jerawat.

Dari data tabel 5.5 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa menurut umur, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan rentang umur. Tingkat pengetahuan mahasiswa-mahasiswa yang dalam kelompok usia 17-18 tahun (95.2%) lebih tinggi pada kategori baik dibandingkan dengan golongan mahasiswa-mahasiswa lain. Hal ini karena remaja berumur antara 17 tahun hingga 18 tahun lebih ingin tahu akan perubahan yang sedang dialami olehnya dalam memahami perubahan perubahan yang dialami oleh remaja, (Lakshmi, 2013).


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa pada kategori baik, lebih tinggi pada golongan mahasiswa antara usia 17-18(95.2%). Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kategori baik lebih banyak yang perempuan berbanding dengan lelaki.

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa tentang akne vulgaris di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2013/ 2014 berada dalam kategori baik yaitu sebesar 80.6%.

6.2 Saran

1. Bagi mahasiswa agar perlu mendapat akses informasi yang lebih banyak lagi tentang kesehatan kulit agar dapat meningkatkan lagi pengetahuan tentang akne vulgaris.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal. U. S. , Besarwal. R. K. , Bhola. K. , 2011, Oral isoretinoin in different dose regiments for acne vulgaris : A randomized comparative trial, Indian Journal of Dermatology, Venerology, and Leprology, Vol 77, issue 6

Ballanger.F. ,Baudry. P. ,N’Guyen. J. M. , Khammari. A. , Dreno. B. , 2005, Heredity: A Prognostic Factor for Acne, Clinical and Laboratory Investigation, Vol 212, pg 145- 149.

Behnam. B. , Taheri. R. , Ghorbni. R. , Allamah. P. , 2013, Psychologial Impairments in the Patients with Acne, Indian Journal of Dermatology, Vol 58.

Brown. S. K. , Shalita. A. R. , 1998, Acne Vulgaris, The Lancet, Vol 351, pg 1871.

Dreno. B. , Poli. F. , 2003, Epidemiology of Acne, Dermatology, Vol 206, pg 7- 10.

Fleischer. A. B. , Feldman. S. R. , Katz. A. S. , Clayton. B. D. , 2000, Acne Vulgaris, Inflammatory Skin Diseases, 20 Common Problems in Dermatology, pg 3- 18.

Gollnick. H. P. M. , Krautheim. A. , 2003, Topical Treatment in Acne : Current Status and Future Aspects, Dermatology, Vol 206, pg 29- 36.

Ismail. K. H. , Mohammed-Ali. K. B. , 2012, Quality of life in patients with Acne in Erbil city, Health and Quality of Life Outcomes, Vol 10: 60.

Ismail. N. H. , Manaf. Z. A. , Azizan. N. Z. , 2012, High glycemic load diet, milk and ice cream consumption are related to acne vulgaris in young Malaysian young adults : a case control study, BMC Dermatology, Vol 12: 13.

Kraft. J. ,Freiman. A. , 2011, Management of Acne, Canadian Medical Association, Vol 183(7).

Lakshmi. C. , 2013, Hormone Therapy In Acne, Department of Dermatology, Vol 79, Issue 3.

Lever. W. F. , Lever. G. S. , 1983, Acne Vulgaris, Inflammatory Disease of the Epidermal Appendages and of Cartilage, Histopatology of the Skin, Edisi- 6, pg 198.


(42)

Loughnane. J. , 2012, Acne management in primary care, Dermatology, Vol 46, pg 40.

Molinari. E. , Quatrebabes. J. D. , Andre. T. , Aractingi. S. , 2005, Centuximab- Induced Acne, Clinical and Laboratory Investigation, Vol 211, pg 330- 333. Paoli. A. , Grimaldi. K. , Tontolo. L. , Canato. M. , Bianco. A. , Fratter. A. , 2012,

Nutrition and Acne : Therapeuti Potential of Ketogenic Diets, Skin Pharmacology and Physiology, Vol 25, pg 111- 117.

Rathi. S. K. , 2011, Acne Vulgaris Treatment : The Current Scenario, Indian Journal of Dermatology, Vol 56(1).

Sauer. G. C. , 1985, Acne, Seborrheic Dermatitis, Acne, and Rosasea, Manual of Skin Diseases, Edisi- 5, pg 120- 126.

Toyoda. M. , Morohashi. M. , 2003, New Aspects in Acne Inflamation, Dermatology, Vol 206, pg 17-23.

Wasitaatmadja. S.M. , 2012, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi-6, pg 253- 261.

Webster. G. F. , 2002, Acne Vulgaris, Clinical Review, Vol 325, pg 475.

Williams. H. C. ,Dellavalle. R.P. ,Garner. S. , 2011, Acne Vulgaris, Lancet 2012, Vol 379, pg 361- 372.

Yuindartanto, A., 2009. Acne Vulgaris. Available from: http://yumizone.wordpress.com/2009/01/01/acne/


(43)

CURRICULUM VITAE

Nama :Shankar A/L Parathan

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Pinang /28.10.1993

Agama : Hindu

Alamat : B17, Taman Kyoto, Jalan Mesjid, Setia Budi Riwayat Pendidikan : 1. SK Lunas Jaya (2000– 2003)

2. SK Tunku Abdul Malik (2004-2005)

2. SMK Tunku Panglima Besar (2006-2010)

3. Nirwana College (2010 -2011)

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011


(44)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ... Umur : ... Jenis Kelamin : ... Tempat/ Tanggal Lahir : ... Alamat : ...

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan ini menyatakan SETUJU/ MENOLAK* untuk ikut serta menjadi subyek penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bernama Shankar Parathan, denagn judul penelitian ‘ Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Stambuk 2013/2014 Tentang Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Acne’.

Saya mengerti bahwz penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan,...2014 Subyek Penelitian,

( Nama dan Tanda Tangan ) *) Coret yang tidak perlu


(45)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA MENGENAI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TERJADINYA ACNE. Pengetahuan

1 Jerawat adalah Peradangan kronik pada kulit ditandai dengan adanya komedo dan kemerahan pada kulit.

Penyakit kulit yang sering terjadi pada remaja. Timbulnya benjolan kecil pada kulit.

2 Jerawat timbul di daerah Punggung, dada. Muka, bahu.

Kedua jawaban benar. 3 Faktor- faktor yang

menyebabkan jerawat adalah

Bakteri, kosmetik Keringat

Virus 4 Yang bukan merupakan

faktor penyebab jerawat adalah

Sebum/lemak kulit Hormon.

Makanan pedas. 5 Bakteri yang

menyebabkan Jerawat adalah

Coribacterium acnes E. coli

Stapilokokus 6 Apakah pemakaian

kosmetik yang berlebihan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan jerawat

Ya

Tidak 7 Hormon yang

mempengaruhi jerawat adalah Progesteron Tostesteron Androgen


(46)

8 Apakah musim dingin mempengaruhi jerawat

Ya Tidak 9 Yang bukan merupakan

factor pencetus jerawat adalah

Polusi udara Bakteri Stress 10 .Faktor utama penyebab

jerawat adalah

Polusi udara Bakteri Sebum 11 Faktor internal yang

menyebabkan jerawat adalah

Hormonal Bakteri Polusi udara 12 Faktor eksternal yang

menyebabkan jerawat adalah

Hormonal Stress Sebum 13 Cara menghindari faktor

pencetus jerawat adalah

Istirahat cukup, olah raga, hindari stres Penggunan kosmetik berlebihan Melakukan diet


(47)

Tabel Frekuensi

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki- laki 50 51.0 51.0 51.0

perempuan 48 49.0 49.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 1 1.0 1.0 1.0

18 20 20.4 20.4 21.4

19 47 48.0 48.0 69.4

20 14 14.3 14.3 83.7

21 16 16.3 16.3 100.0

Total 98 100.0 100.0

kelompok tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruk 2 2.0 2.0 2.0

sedang 17 17.3 17.3 19.4

baik 79 80.6 80.6 100.0

Total 98 100.0 100.0

jenis kelamin * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation

Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik


(48)

jenis kelamin * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation

Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik

jenis kelamin laki- laki 2 12 36 50

perempuan 0 5 43 48

Total 2 17 79 98

usia * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation

Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik

usia 17-18 0 1 20 21

19-20 1 13 47 61

21 1 3 12 16


(1)

CURRICULUM VITAE

Nama :Shankar A/L Parathan

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Pinang /28.10.1993

Agama : Hindu

Alamat : B17, Taman Kyoto, Jalan Mesjid, Setia Budi

Riwayat Pendidikan : 1. SK Lunas Jaya (2000– 2003)

2. SK Tunku Abdul Malik (2004-2005)

2. SMK Tunku Panglima Besar (2006-2010)

3. Nirwana College (2010 -2011)

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU Tahun 2011


(2)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ...

Umur : ...

Jenis Kelamin : ...

Tempat/ Tanggal Lahir : ...

Alamat : ...

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dengan ini menyatakan SETUJU/ MENOLAK* untuk ikut serta menjadi subyek penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara bernama Shankar Parathan, denagn judul penelitian ‘ Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU Stambuk 2013/2014 Tentang Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Acne’.

Saya mengerti bahwz penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan,...2014

Subyek Penelitian,

( Nama dan Tanda Tangan )


(3)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA MENGENAI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TERJADINYA ACNE.

Pengetahuan

1 Jerawat adalah Peradangan kronik pada kulit ditandai dengan adanya komedo dan kemerahan pada kulit.

Penyakit kulit yang sering terjadi pada remaja.

Timbulnya benjolan kecil pada kulit. 2 Jerawat timbul di daerah Punggung, dada.

Muka, bahu.

Kedua jawaban benar. 3 Faktor- faktor yang

menyebabkan jerawat adalah

Bakteri, kosmetik

Keringat

Virus 4 Yang bukan merupakan

faktor penyebab jerawat adalah

Sebum/lemak kulit

Hormon.

Makanan pedas. 5 Bakteri yang

menyebabkan Jerawat adalah

Coribacterium acnes

E. coli

Stapilokokus 6 Apakah pemakaian

kosmetik yang berlebihan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan jerawat

Ya

Tidak

7 Hormon yang

mempengaruhi jerawat adalah Progesteron Tostesteron Androgen


(4)

8 Apakah musim dingin mempengaruhi jerawat

Ya

Tidak 9 Yang bukan merupakan

factor pencetus jerawat adalah

Polusi udara

Bakteri

Stress 10 .Faktor utama penyebab

jerawat adalah

Polusi udara

Bakteri

Sebum 11 Faktor internal yang

menyebabkan jerawat adalah

Hormonal

Bakteri

Polusi udara 12 Faktor eksternal yang

menyebabkan jerawat adalah

Hormonal

Stress

Sebum 13 Cara menghindari faktor

pencetus jerawat adalah

Istirahat cukup, olah raga, hindari stres

Penggunan kosmetik berlebihan


(5)

Tabel Frekuensi

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki- laki 50 51.0 51.0 51.0

perempuan 48 49.0 49.0 100.0

Total 98 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 1 1.0 1.0 1.0

18 20 20.4 20.4 21.4

19 47 48.0 48.0 69.4

20 14 14.3 14.3 83.7

21 16 16.3 16.3 100.0

Total 98 100.0 100.0

kelompok tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruk 2 2.0 2.0 2.0

sedang 17 17.3 17.3 19.4

baik 79 80.6 80.6 100.0

Total 98 100.0 100.0

jenis kelamin * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik

jenis kelamin laki- laki 2 12 36 50


(6)

jenis kelamin * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik

jenis kelamin laki- laki 2 12 36 50

perempuan 0 5 43 48

Total 2 17 79 98

usia * kelompok tingkat pengetahuan Crosstabulation Count

kelompok tingkat pengetahuan

Total

buruk sedang baik

usia 17-18 0 1 20 21

19-20 1 13 47 61

21 1 3 12 16