Analisis Antar Kondisi Teknik Pengolahan Data

Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Tingkat Stabilitas Level Stability Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kstabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50 di atas dan di bawah mean. Jika sebanyak 50 atau lebih data berada dalam rentang 50 di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil. d. Tingkat Perubahan Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. e. Jejak Data Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun dan mendatar. f. Rentang Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang memberi informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan.

2. Analisis Antar Kondisi

Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi: a. Variabel yang diubah Dalam analisis antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada suatu perilaku. Jadi analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran. Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran target behavior yang disebabkan oleh intervensi. Secara garis besar perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi ini kemungkinannya adalah 1 mendatar ke mendatar, 2 mendatar ke menaik, 3 mendatar ke menurun, 4 menaik ke menaik, 5 menaik ke mendatar, 6 menaik ke menurun, 7 menurun ke menaik, 8 menurun ke mendatar, 9 mendatar ke mendatar. Makna efek pada perubahan kecenderungan arah ini bergantung pada tujuan intervensinya. c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya Stabilitas data yaitu tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apa bila data tersebut menunjukkan arah mendatar, menaik, atau menurun secara konsisten. d. Perubahan Level Data Perubahan level data antar kondisi ini adalah tingkat perubahan data pada dua kondisi yang berbeda. Untuk menghitung tingkat perubahan data antar kondisi ini adalah: 1 menentukan data terakhir pada kondisi pertama dan menentukan data pertama pada kondisi kedua, 2 kurangi data yang besar dengan yang kecil, 3 menentukan apakah perubahan level tersebut membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensinya. e. Data yang Tumpang Tindih Overlap Data yang tumpang tidih antara dua kondisi adalah terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi , semakin banyak data yang tumpang tindih membuat isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan. Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini, ialah sebagai berikut: 1. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-1 terhadap subjek penelitian sesuai banyak sesi. 2. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi intervensi terhadap subjek penelitian sesuai banyak sesi. 3. Menjumlahkan hasil penskoran pada kondisi baseline-2 terhadap subjek penelitian sesuai banyak sesi. 4. Membuat tabel skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2. 5. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis dari data yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi, dan baseline-2. 6. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi. 84 Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang, setelah diberi intervensi berupa latihan dengan bermain pasak geometri. Hal ini menunjukkan bahwa rumusan masalah terjawab, yaitu dengan adanya pengaruh pasak geometrri terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Adapun besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat melalui peningkatan perubahan mean level, dimana besar kenaikan mean level subjek N.F.S dari fase baseline-1 ke baseline-2 sebesar 29,5 dan kenaikan mean level subjek F.N dari fase baseline-1 ke baseline-2 sebesar 22,75. dapat dilihat pengaruh pasak geometri terhadap peningkatan motorik halus lebih besar terhadap subjek N.F.S dibanding pengaruh terhadap subjek F.N, mengingat permasalahan dan kebutuhan anak tunagrahita yang berbeda sehingga pencapaian mereka terhadap suatu stimulus pun berbeda. Secara khusus dapat disimpulkan bahwa pada kondisi baseline-1 sebelum diberikan latihan dengan bermain pasak geometri kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang rendah baik dalam aspek meraih benda kepingan geometri, memegang benda kepingan geometri, memasang maupun melepas puzzle. Adapun peningkatan dalam aspek meraih, memegang, memasang dan melepas ini dapat terlihat dari skor daftar checklist tes perbuatan yang awalnya skor kedua subjek berkisar satu tidak dapat melakukan perintah dan dua dapat melakukan perintah dengan cukup baik meningkat menjadi dua dapat melakukan perintah dengan cukup baik dan tiga dapat melakukan perintah dengan baik. Walaupun pada dasarnya kemampuan motorik halus subjek F.N mendapatkan skor lebih tinggi dari subjek N.F.S namun umumnya kesulitan yang ditemui sama yaitu dalam item meraih dan memegang dengan menggunakan dua jari, memasangkan kepingan geometri pada tiga pasak dan memasang puzzle. Kemampuan