32
Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Adapun komponen-komponen yang akan dimuat yaitu variabel
penelitian, metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, instrumen dan teknik pengumpulan data serta teknik pengolahan data yang akan dijabarkan dalam
pembahasan berikut:
A. Variabel Penelitian
1. Definisi Konsep
a. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat variabel dependen yang dapat disebut target behavior. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pasak
geometri. Dimana Pasak geometri merupakan salah satu mainan edukatif yang dapat melatih koordinasi mata tangan dan keterampilan tangan atau
motorik halus Depdiknas, 2008: 33.
b. Variabel terikat
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan motorik halus.Motorik halus adalah kemampuan otot-otot
kecil untuk melaksanakan gerakan-gerakan dimana kemampuan otot-otot dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek lain, misalnya sensasi tarik, gerak otot,
serta memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menggunting, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan
kelereng pada lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah,
Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon dan spidol serta melipat Depdiknas 2008: 14.
2. Definisi Operasional
a. Variabel bebas
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah mainan edukatif pasak geometri, karena merupakan suatu alat peraga yang dapat
menstimulasi kemampuan motorik halus sehingga dapat berpengaruh terhadap target behavior yang diharapkan.
Pasak geometri merupakan salah satu mainan edukatif yang terdiri atas kepingan bentuk geometri warna-warni yang bervariasi dengan jumlah
lubang yang berbeda dan papan pasak vertikal dengan jumlah sesuai yang berbentuk puzzle. sehingga cara bermainnya yaitu dimulai dengan
memasangkan puzzle sebagai papan pasak, kemudian meraih kepingan geometri yang diletakkan, memegang kepingan tersebut yang kemudian
dipasangkan dengan cara mencocokan lubang pada kepingan dengan pasak vertikal.
Mainan ini terbuat dari kayu yang dibentuk papan pasak vertikal berbentuk puzzle dan kepingan bentuk geometri seperti lingkaran, persegi,
segitiga dan lain sebagainya. Kepingan bentuk geometri tersebut di cat berwarna-warni berdasarkan bentuknya menggunakan cat yang aman bagi
anak. Lebih jelasnya bermain pasak geometri dilakukan dengan cara: anak melepas dan mengacak kepingan geometri dari pasak serta melepas puzzle
sebagai papan pasak, kemudian anak memasangkan kembali puzzle sehingga berbentuk papan pasak vertikal dan memasangkan kepingan
bentuk geometri dengan mencocokkan jumlah lubang yang terdapat dalam bentuk geometri dengan pasak vertikal. Pasak geometri dapat dimainkan
oleh satu orang atau lebih. Dalam bermain pasak geometri secara tidak langsung anak berlatih
motorik halus, karena ketika bermain pasak geometri anak melakukan kegiatan meraih kepingan bentuk geometri, memegang kepingan bentuk
Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
geometri, memasang puzzle menjadi papan pasak vertikal dan melepas kepingan bentuk geometri sesuai dengan pasak vertikal, serta melepas
kepingan bentuk geometri dari pasak vertikal dan melepas puzzle sebagai papan pasak vertikal.
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus atau fine motor adalah kemampuan
gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi
yang baik. Contoh gerakan motorik halus adalah meremas, memegang, menggenggam, meraih, menulis, mewarnai, menggunting, menarik
relsleting, memotong, mencoret dengan jari, merangkai kalung-kalungan dan lain sebagainya. Pada umumnya anak memerlukan latihan dan
bimbingan agar dapat melakukan gerak motorik halus dengan baik. Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan motorik halus yang terdiri dari empat aspek yaitu, meraih, memegang, memasang dan melepas. Adapun secara lebih jelas
kemampuan motorik halus yang menjadi target behavior adalah sebagai berikut: meraih kepingan bentuk geometri dengan menggunakan dua jari,
meraih kepingan bentuk geometri dengan menggunakan tiga jari, meraih kepingan bentuk geometri dengan menggunakan empat jari, meraih
kepingan bentuk geometri dengan menggunakan lima jari, memegang kepingan bentuk geometri dengan menggunakan dua jari, memegang
kepingan bentuk geometri dengan menggunakan tiga jari, memegang kepingan benruk geometri dengan menggunakan empat jari, memegang
kepingan bentuk geometri dengan menggunakan lima jari, memasang puzzle sederhana, memasang kepingan bentuk geometri pada satu pasak,
memasang kepingan bentuk geometri pada dua pasak, memasang kepingan bentuk geometri pada tiga pasak, memasang kepingan bentuk geometri
Dinda Rifa Novita Putri Setiawan, 2013 Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita
Sedang Di SPLB-C YPLB Cipaganti Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pada empat pasak, melepas kepingan bentuk geometri dari posisi teratas, melepas puzzle sederhana.
Pengukuran aspek-aspek tersebut dengan menggunakan skor, yaitu skor 3 jika anak dapat melakukan perintah dengan baik, skor 2 jika anak
dapat melakukan perintah dengan cukup baik, dan skor 1 jika anak melakukan perintah dengan kurang baik. Perintah-perintah tersebut
dinyatakan dalam bentuk Cheklist. Kemampuan motorik halus tersebut diukur sebelum, selama, dan setelah diberikan intervensi atau perlakuan
bermain pasak geometri.
B. Metode Penelitian