Pengujian Hipotesis 2 Hasil Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

4 Koefisien regresi pengetahuanakuntabilitas dewan menunjukkan koefisien yang negatif sebesar -0,029 dengan demikian dapat diketahui bahwa akuntabilitas belum mampu memperkuat pengetahuan dewan terhadap pengawasan keuangan daerah.. Berdasarkan data yang dihasilkan dari perhitungan SPSS, dapat diketahui bahwa F hitung F tabel yaitu 74,477 2,92 dan nilai signifikansi = 0,000  = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak atau menunjukan model regresi yang fit. Hasil perhitungan untuk nilai R 2 diperoleh dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi dengan Adjusted-R 2 model 2 sebesar 0,891. Hal ini berarti bahwa 89,1 variasi variabel pengawasan keuangan daerah dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan, akuntabilitas dan pengetahuanakuntabilitas, sedangkan sisanya yaitu 10,9 dijelaskan oleh faktor -faktor lain diluar model yang diteliti. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui hasil uji t dapat dilihat pada lampiran 10 dan seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 7 Hasil Uji t untuk Hipotesis 2 Variabel t hitung t tabel Sig. Keterangan PengetahuanAkuntabilitas - 2,311 - 2,048 0,030 H 02 ditolak Sumber: Data diolah 2014 Berdasarkan tabel 7 Variabel pengetahuanakuntabilitas diketahui nilai t hitung -2,311 lebih besar daripada t tabel -2,048 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,030  = 0,05. Oleh karena itu, H 02 ditolak dan H2 terdukung secara statistik artinya variabel pengetahuanakuntabilitas berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Berarti pengetahuan dewan berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah APBD dengan akuntabilitas sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Palupi 2012 yang meneliti analisis pengetahuan dewan tentang pengawasan keuangan daerah dengan menggunakan variabel moderating, dengan hasil akuntabilitas mempengaruhi hubungan pengetahuan dewan dengan pengawasan keuangan daerah. Pada dasarnya Akuntabilitas merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang amanah untuk melaksanakan pertanggungjawaban, menyajikan serta melaporkan semua kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah, hubungan agensi muncul antara pemerintah daerah sebagai agen dan DPRD sebagai principal dan publikwarga berlaku sebagai prinsipal yang memberikan otoritaskepada DPRD agen untuk mengawasi kinerja pemerintah daerah. Akuntabilitas menjadi suatu konsekuensi logis adanya hubungan antara agen dan principal. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam anggota dewan pada sekretariat DPRD kabupaten karanganyar, adanya variabel akuntabilitas sebagai variabel moderating, akan mempelemah hubungan pengetahuan dewan terhadap pengawasan keuangan daerah. 3. Pengujian Hipotesis 3 Uji Regresi Linear Berganda Hasil pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS versi 16 untuk persamaan model regresi model tiga adalah: Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Regresi Berganda model 3 Variabel Koefisien Regresi t hitung Sig Konstanta -23,212 -0,891 0,382 Pengetahuan Dewan 1,102 2,505 0,019 Partisipasi Masyarakat 1,456 1,453 0,159 PengetahuanPartisipasi Masyarakat -0,020 -1,250 0,223 R 2 = 0,856 F hitung = 47,468 Adjusted R 2 = 0,838 Sig = 0,000 Sumber : Data diolah 2014 PKD = -23,212 + 1,102 PAD + 1,456 PM – 0,020 PADPM Untuk menginterpretasi hasil dari analisis tersebut, dapat diterangkan: 1 Konstanta sebesar -23,212 dengan parameter negatif menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat pengetahuan dewan, partisipasi dan pengawasanpartisipasi masyarakat ternyata pengawasan keuangan daerah tidak dapat dilaksanakan. 2 Koefisien regresi pengetahuan dewan menunjukkan koefisien yang positif sebesar 1,102 dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin luas pengetahuan dewan, maka pengawasan keuangan daerah semakin baik. 3 Koefisien regresi partisipasi menunjukkan koefisien yang positif sebesar 1,456 dengan demikian dapat diketahui bahwa partisipasi meningkatkan pengawasan keuangan daerah. 4 Koefisien regresi pengetahuanpartisipasi menunjukkan koefisien yang negatif sebesar -0,020 dengan demikian dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat belum mampu memperkuat peran pengetahuan dewan terhadap pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan data yang dihasilkan dari perhitungan SPSS, dapat diketahui bahwa F hitung F tabel yaitu 47,468 2,92 dan nilai signifikansi = 0,000  = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak atau menunjukan model regresi yang fit Hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16 untuk nilai Adjusted-R 2 sebesar 0,838. Hal ini berarti bahwa 83,8 variasi variabel pengawasan keuangan daerah dapat dijelaskan oleh variabel pengetahuan, partisipasi dan pengetahuanpartisipasi sedangkan sisanya yaitu 16,2 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang ditelit. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui hasil uji t seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 9 Hasil Uji t Variabel t hitung t tabel Sig. Keterangan Pengetahu anPartisip asi - 1,250 2,048 0,223 H 03 diterima Sumber: Data diolah 2014 Dari tabel 9 Variabel pengetahuanpartisipasi diketahui nilai t hitung -1,250 lebih kecil daripada t tabel 2,048 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,223  = 0,05. Oleh karena itu, H 03 diterima dan H 3 tidak terdukung secara statistik. Berarti pengetahuan dewan tidak berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah APBD dengan partisipasi masyarakat sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini tidak mendukung dengan penelitian Palupi 2012 tetapi sejalan dengan penelitian Pangesti 2013 yang meneliti analisis pengetahuan dewan tentang pengawasan keuangan daerah dengan menggunakan variabel moderating, dengan hasil partisipasi masyarakat tidak mempengaruhi hubungan pengetahuan dewan dengan pengawasan keungan daerah. Jadi partisipasi masyarakat masih sengat lemah dalam hubungannya dengan pengetahuan dewan terhadap pengawasan keuangan daerah. Pada dasarnya, partisipasi masyarakat merupakan kunci sukses pelaksanaan otonomi daerah terutama menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi pada pihak eksekutif. Peranan eksekutif dalam melakukan pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat mengenai anggaran, dan diharapkan pertisipasi masyarakat mampu meningkatkan fungsi pengawasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam anggota dewan pada DPRD kabupaten karanganyar, adanya variable partisipasi masyarakat sebagai variable moderating akan memperlemah hubungan pengetahuan dewan terhadap pengawasan keuangan daerah.

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan dewan berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. Hal ini ditunjukan nilai t hitung 11,539 lebih besar daripada t tabel 2,048 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000  = 0,05. Oleh karena itu H1 dalam penelitian ini terdukung secara statistik. 2. Pengetahuan Dewan berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah APBD dengan akuntabilitas sebagai variabel moderating. Hal ini ditunjukkan variabel pengetahuanakuntabilitas diketahui nilai t hitung -2,311 lebih besar daripada t tabel -2,048 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,030  = 0,05. Oleh karena itu H 2 dalam penelitian ini tidak terdukung secara statistik. 3. Pengetahuan dewan tidak berpengaruh terhadap terhadap pengawasan keuangan daerah APBD dengan Partisipasi Masyarakat sebagai variabel moderating. Hal ini ditunjukkan variabel pengetahuanpartisipasi diketahui nilai t hitung -1,250 lebih kecil daripada t tabel 2,048 atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,223  = 0,05. Oleh karena itu H 3 dalam penelitian ini tidak terdukung secara statistik. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Fitri Nurul. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Journal.unnes.ac.id. ISSN 2252-6765. http:journal.unnes.Ac.idsjuindex.Phpaajarticledownload25202314.D iunduh 1 April 2014. Darma, Jufri dan Ali Fikri Hasibuan, 2012. Pengaruh Pengetahuan Anggota Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Mediasi. Vol. 4 No. 1 Juni 2012. Hair, black, Babin Anderson, dan Thatan. 2006. “Multivariate Data Analysis”. Sixth edition. Pearson International Edition. Jogiyanto, H.M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi ke-1. Yogyakarta. BPFE. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Mayasari, Rosalina Pebrica. 2012. Pengaruh Kualitas Anggota Dewan Terhadap Pengawasan APBD Dengan Tata Pemerintahan Yang Baik Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Jenius. Vol 2 No. 1. Novietta, Liza. 2010. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Pengetahuan Eksekutif Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah. Jurnal Keuangan Bisnis. Volume 2 No. 1 Maret. Palupi, Nimas Ayu. 2012. Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Akuntabilitas Dan Partisipasi Masyarakat Sebagai Moderasi. Journal.unnes.ac.id. ISSN 2252-6765. http:journal.unnes.Ac.idsjuindex.Phpaajarticledownload 705691.Diunduh 1 April 2014. Pangesti, Agustina Iga. 2013. Analisis Pengetahuan Dewan Tentang Pengawasan Keuangan Daerah APBD Dengan Menggunakan Variabel Moderating. Journal.unnes.ac.id.ISSN 2252- 6765.http:journal.unnes.ac.Idsjuindex.phpaajarticledownload112511 32.Diunduh 1 April 2014. Pramita, dan Andriyani. 2010. Determinasi Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Dewan Pada Keuangan Daerah APBD. Simposium UMM XIII. Universitas Muhammadiyah Magelang. Peraturan Pemerintah RI No. 71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pimpinan Tentang Anggaran, Pengalaman Kerja Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengawasan Keuangan Dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating

1 48 78

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

1 60 118

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Total Asset Terhadap Harga Saham Dengan Beta Saham Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 43 129

Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Profesional Sebagai Variabel Moderasi

3 34 111

Pengaruh Political Background Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah APBD) Dengan Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi Kasus Di DPRD Provinsi Sumatera Utara)

8 72 133

Pengaruh Perencanaan Dan Pengawasan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Aceh Utara Dengan Partisipasi Anggaran Sebagai Variabel Moderating

14 98 101

II. Pengisian Kuisioner - Pengaruh Pengetahuan Pimpinan Tentang Anggaran, Pengalaman Kerja Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengawasan Keuangan Dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengawasan Keuangan - Pengaruh Pengetahuan Pimpinan Tentang Anggaran, Pengalaman Kerja Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengawasan Keuangan Dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pengetahuan Pimpinan Tentang Anggaran, Pengalaman Kerja Dan Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengawasan Keuangan Dengan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating

0 0 7

Pengaruh Perencanaan Dan Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada SKPD Kabupaten Langkat Dengan Pengawasan Anggaran Sebagai Variabel Moderating

0 0 14