Pengaruh Political Background Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah APBD) Dengan Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi Kasus Di DPRD Provinsi Sumatera Utara)
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN
DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA
DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING
TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
(STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI
SUMATERA UTARA)
TESIS
Oleh
RIZKI HARYANI
087017071/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
(2)
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN
DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA
DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH
(APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING
TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK
(STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI
SUMATERA UTARA)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIZKI HARYANI
087017071/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN
PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Nama Mahasiswa : Rizki Haryani
Nomor Pokok : 087017071
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak) (Drs. Rasdianto, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA, Ak
2. Prof. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“Pengaruh Political Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi kasus di DPRD Provinsi Sumatera Utara).
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2011 Yang membuat pernyataan,
(RIZKI HARYANI)
(6)
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli,SE, M.Si, Ph,D, Ak dan Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta untuk menguji transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dan lokasi penelitian adalah kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 100 orang. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling, Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anggota DPRD komisi C dan panitia anggaran berjumlah 48 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dan hasil análisis secara parsial Variabel political background tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sedangkan variabel pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Begitu juga didapat bahwa variabel transparansi kebijakan publik dapat memoderasi pengaruh political
background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Kata Kunci : Political Background, Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Transparansi Kebijakan Publik dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah.
(7)
THE INFLUENCE OF THE POLITICAL BACKGROUND AND KNOWLEDGE OF THE LEGISLATIVE MEMBERS ABOUTBUDGETING ON THE
PERFORMANCE OF LEGISLATIVE ASSEMBLY (DPRD) IN SUPERVISING THE LOCAL FINANCE (APBD) WITH
VARIABLE MODERATING TRANSPARENCY OF PUBLIC POLICY (CASE STUDY IN DPRD
OF SUMATERA UTARA PROVINCIAL) Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak
and Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the influence of the political background and knowledge of the legislative members about budgeting on the performance of the provincial/ district/municipal legislative assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD) and to test the transparency of publik policy in strengthening/weakening the influence of the political background and knowledge of the legislatve members about budgeting on the performance of the Sumatera Utara Provincial legislative Assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD).
This causative study was conducted at the office of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU). The population of this study was all of the 100 members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD - SU). Through purposive sampling technique, forty eight (48) legislative members belong to both commission C and budget committe were selected to be the samples for this study. The data for this study was primary data obtained through the questionnaires directtly distributed to the respondents. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. F test and t test were used to test the hypothesis simultaneously and partially.
The result of hypothesis testing in this study showed that simultaneously the variabel of the legislative members political background and knowledge of the legislative about budgeting had significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).Partially the variabel of political background did not have significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD), yet the variabel of the legislative members knowledge about budgeting had significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).
(8)
Reciprocally the variabel of transparency of public policy could moderate the influence of the legislative members political background and knowledge about budgeting on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).
Keywords : Political background, legislative members, budgeting, transparency, publik policy, performance, supervisiojn, local finance.
(9)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah SAW. Tesis ini merupakan ungkapan pemikiran, kajian, dan penelitian dengan judul
“Pengaruh Political Background dan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran
terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Variabel Moderating Transparansi Kebijakan Publik (Studi Kasus di DPRD Provinsi Sumatera Utara)”.
Tesis ini merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Dua (S-2) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan Ibu Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph.D, Ak. dan Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak, Selalu Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan tesis ini. Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan semua pihak, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
(10)
4. Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak., dan Bapak Drs.Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk perbaikan tesis ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan/ti di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
6. Suami yang tersayang dan tercinta Lukmanil Hakim Patawari, ST, yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.
7. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Drs.H. Agusron Harahap dan Ibunda Dra. Hj.Mardiana Siregar serta Kakanda Tuti Mudrikah Harahap,S.Pd, yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang kepada penulis.
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009-2014 yang telah meluangkan waktu dan memberikan kemudahan bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa/i yang telah banyak memberikan dukungan dan saran bagi penulis.
10.Orang-orang yang tersayang yang telah memberikan dukungannya bagi penulis. Akhirnya semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan bagi kita semua dalam melaksanakan kebaikan dan amal sholeh. Amin
Medan, Februari 2011 Penulis
(11)
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : RIZKI HARYANI
Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh / 28 September 1986 Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Beringin No.48 Pasar VII Tembung, Deli Serdang Sumatera Utara
Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara Nama Suami : Lukmanil Hakim Patawari, ST. Nama Anak : Thoriq Al Hakim Patawari
Nama Ayah / Ibu : Drs. H. Agusron Harahap / Dra. Hj. Mardiana Siregar
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2008 – 2011 : S-2 Program Magister Akuntansi USU
Tahun 2004 – 2008 : S-1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan
Tahun 2001 - 2004 : SMU Negeri 14 Medan Tahun 1998 – 2001 : SMP Negeri 3 Banda Aceh Tahun 1992 – 1998 : SD Negeri 77 Banda Aceh
PENGALAMAN KERJA
Tahun 2007 – 2008 : Staff Pengajar di Yayasan Perguruan Prayatna Medan Tahun 2008 – 2009 : Staff Keuangan di PT. Sipirok Indah Medan
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iv
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI... .. vii DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.5 Originalitas Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori... 12
2.1.1. Konsep Keuangan Daerah... 12
2.1.1.1. Pengertian keuangan daerah... 12
(13)
2.1.1.2. Pengawasan keuangan daerah ... 13
2.1.1.3. Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan Daerah (APBD)... 14
2.1.2. Political Background... 15
2.1.3. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran ... 18
2.1.4. Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah... 20
2.1.5. Transparansi Kebijakan Publik ... 24
2.2 Review Peneliti Terdahulu... .... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 30
3.1 Kerangka Konsep ... 30
3.2 Hipotesis Penelitian... 34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 36
4.1 Jenis Penelitian... 36
4.2 Lokasi Penelitian... 36
4.3 Populasi dan Sampel ... 37
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 37
4.5 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 38
(14)
4.5.1. Variabel Penelitian ... 38
4.5.2. Definisi Operasional Variabel... 38
4.5.3. Pengukuran Variabel... 43
4.6 Pengujian Kualitas Data... 45
4.6.1. Uji Validitas ... 45
4.6.2. Uji Reliabilitas ... 45
4.7 Model dan Teknik Analisis Data... 45
4.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 47
4.8.1. Uji Normalitas... 47
4.8.2. Uji Multikolinearitas ... 48
4.8.3. Uji Heteroskedastisitas... 48
4.9 Pengujian Hipotesis... 49
4.9.1. Pengujian Hipotesis 1... 49
4.9.2. Pengujian Hipotesis 2... 51
4.9.3. Koefisien Determinan (R) ... 52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
(15)
5.1 Deskripsi Data... 53
5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 53
5.1.2. Karakteristik Responden ... 54
5.2. Hasil Analisis Data... ... 57 5.2.1. Uji Kualitas Data ...
... 57 5.2.1.1 Uji validitas dan reliabilitas ...
... 57 5.3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian...
... 61 5.4. Uji Asumsi Klasik ... 62
5.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 1... 62 5.4.1.1. Uji normalitas ... 62
5.4.1.2 .Uji multikolinearitas ... 63
5.4.1.3. Uji heteroskedastisitas... 64
5.4.2. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 2 ... 65
5.4.2.1. Pengujian normalitas... 65
5.4.2.2. Pengujian multikolinearitas... 66
5.4.2.3 Pengujian heteroskedastisitas... 67
5.5 Pengujian Hipotesis... 68
(16)
5.5.1. Pengujian Hipotesis 1... 68
5.5.2. Pengujian Hipotesis 2... 71
5.6 Hasil Analisis Data... 73
5.6.1 Pengaruh Political Background terhadap kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) .... 73 5.6.2. Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah... 75 5.6.3. Pengaruh Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah... 76 BAB. VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 77 6.1. Kesimpulan... 77
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 78
6.3. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Review Peneliti Terdahulu... 29
4.1 Definisi Operasional Variabel... 44
5.1 Pengumpulan Data ... 54
(17)
5.2 Demografi Responden... 54
5.3. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y1)... 58
5.4. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Political Background (X1)... 59
5.5. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X2) ... 59
5.6. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Transparansi Kebijakan Publik (Z)... 60
5.7. Deskripsi Statistik ... 61
5.8. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas Hipotesis 1 ... 64
5.9. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas Model 2... 67
5.10. Ringkasan Pengujian Hipotesis 1... 68
5.11. Ringkasan Pengujian Hipotesis 2... 72
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Diagram Kerangka Konseptual ... 30
5.1. Pengujian Normalitas Data Hipotesis 1 ... 63
5.2. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis 1... 65
5.3. Pengujian Normalitas Data Hipotesis 2 ... 66
5.4. Uji Heteroskedastisitas Hipotesis 2... 67
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 84
2. Rencana Waktu Penelitian ... 90
3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Penelitian... 91
4. Deskriptif Statistik ... 98
5. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 1 ... 100
6. Pengujian Hipotesis 1... 103
7. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis 2 ... 105
8. Pengujian Hipotesis 2... 110
(20)
PENGARUH POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP KINERJA DPRD DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN VARIABEL MODERATING TRANSPARANSI KEBIJAKAN
PUBLIK (STUDI KASUS DI DPRD PROVINSI SUMATERA UTARA)
Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli,SE, M.Si, Ph,D, Ak dan Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Serta untuk menguji transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Penelitian ini merupakan penelitian kausal, dan lokasi penelitian adalah kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 100 orang. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling, Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anggota DPRD komisi C dan panitia anggaran berjumlah 48 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Metode analisis yang digunakan adalah model Regresi Linear Berganda. Untuk menguji hipotesis secara simultan dan parsial digunakan Uji F dan Uji t.
Hasil penelitian dan uji hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Dan hasil análisis secara parsial Variabel political background tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sedangkan variabel pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Begitu juga didapat bahwa variabel transparansi kebijakan publik dapat memoderasi pengaruh political
background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Kata Kunci : Political Background, Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Transparansi Kebijakan Publik dan Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah.
(21)
THE INFLUENCE OF THE POLITICAL BACKGROUND AND KNOWLEDGE OF THE LEGISLATIVE MEMBERS ABOUTBUDGETING ON THE
PERFORMANCE OF LEGISLATIVE ASSEMBLY (DPRD) IN SUPERVISING THE LOCAL FINANCE (APBD) WITH
VARIABLE MODERATING TRANSPARENCY OF PUBLIC POLICY (CASE STUDY IN DPRD
OF SUMATERA UTARA PROVINCIAL) Rizki Haryani, Prof. Erlina Roesli, SE, M.Si, Ph,D, Ak
and Drs. Rasdianto, M.Si, Ak)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the influence of the political background and knowledge of the legislative members about budgeting on the performance of the provincial/ district/municipal legislative assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD) and to test the transparency of publik policy in strengthening/weakening the influence of the political background and knowledge of the legislatve members about budgeting on the performance of the Sumatera Utara Provincial legislative Assembly (DPRD) in supervising the local finance (APBD).
This causative study was conducted at the office of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU). The population of this study was all of the 100 members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD - SU). Through purposive sampling technique, forty eight (48) legislative members belong to both commission C and budget committe were selected to be the samples for this study. The data for this study was primary data obtained through the questionnaires directtly distributed to the respondents. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests. F test and t test were used to test the hypothesis simultaneously and partially.
The result of hypothesis testing in this study showed that simultaneously the variabel of the legislative members political background and knowledge of the legislative about budgeting had significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).Partially the variabel of political background did not have significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD), yet the variabel of the legislative members knowledge about budgeting had significant influence on the performance of the members of sumatera utara provincial legislative assembly (DPRD-SU) in supervising the local finance (APBD).
(22)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang penyelenggaraan Otonomi Daerah. Inti dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa dan kreatifitas. Pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, kedua undang-undang tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dengan pemerintah pusat dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, serta telah membuka jalan bagi pelaksanaan reformasi sektor publik di Indonesia dan merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dalam memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya, dimana sistem pemerintahan desentralisasi ini menitikberatkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota sehingga memiliki keleluasaan utuk mengelola rumah tangga daerahnya termasuk pelaksanaan keuangannya yang diwujudkan dalam APBD.
Dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintah Daerah yang lebih mengutamakan 1
(23)
pelaksanaan asas desentralisasi. Dengan adanya Undang-Undang No. 32 tahun 2004
terjadi perubahan yang signifikan mengenai hubungan legislatif dan eksekutif di daerah karena kedua lembaga tersebut memiliki kekuatan dan kedudukan yang
sama dan bersifat sejajar menjadi mitra. Yang membedakannya adalah fungsi, tugas, dan wewenang serta hak dan kewajibannya.
Implikasi positif dari berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah, diharapkan DPRD akan lebih aktif didalam menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat , yang kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk kebijakan publik didaerah bersama-sama pemerintah daerah/Kepala Daerah (Bupati dan Walikota). Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, pada tahap perencanaan pemerintah daerah dan DPRD duduk bersama-sama sebagai mitra untuk merumuskan suatu kebijakan mengenai rencana anggaran pendapatan dan belanja daerah. Kemudian setelah rencana anggaran tersebut disahkan menjadi APBD, pemerintah daerah yang akan melaksanakan pengelolaan dari APBD tersebut. Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang baik diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan keuangan daerah yang dilakukan oleh lembaga legislatif (DPRD).
Selain itu dengan adanya otonomi daerah pemerintah dapat menciptakan
good governance sebagai prasyarat dengan mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi yang didukung oleh internal control dan eksternal control yang baik serta dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal itu maka kinerja dewan menjadi sangat meningkat dalam mengontrol kebijakan pemerintahan. Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan keuangan daerah pasal 132 menyatakan
(24)
bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Selanjutnya didalam PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah pasal 133 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pengawasan terhadap APBD, DPRD harus mengacu kepada peraturan yang berlaku. Hal ini juga mengindikasikan bahwa anggota dewan harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai anggaran. Ketika sedang melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran, anggota dewan sekurang-kurangnya harus mengetahui undang-undang atau peraturan apa saja yang mengatur mengenai anggaran tersebut. sehingga anggota dewan tersebut dapat mengetahui apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan peraturan perundangan yang ditetapkan atau tidak. Tidak hanya sebatas itu saja, anggota dewan juga harus memiliki kompetensi dalam hal proses anggaran dan teknis pengawasan anggaran. Kesan selama ini yang memposisikan eksekutif/ pemerintah daerah lebih kuat dalam hal memahami proses anggaran seperti tak terbantahkan khususnya di awal reformasi. Sejauh ini masih banyak anggota dewan yang bingung membedakan terminologi antara pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Hal ini mengindikasikan masih lemahnya pemahaman dewan mengenai anggaran. Pengetahuan dewan tentang anggaran ini sangat berperan penting dalam meningkatkan kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran.
(25)
. Secara umum Lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) fungsi legislasi (fungsi membuat peraturan perundang-undangan), 2) fungsi anggaran (fungsi menyusun anggaran), 3) fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif). Dalam penelitian ini fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah pengawasan terhadap kebijakan pelaksanaan APBD. Fungsi pengawasan ini sangatlah penting bagi DPRD untuk lebih aktif dan kreatif menyikapi berbagai kendala terhadap pelaksanaan perda. Melalui pengawasan dewan, eksekutif sebagai pelaksana kebijakan akan terhindar dari berbagai penyimpangan dan penyelewengan. Dari hasil pengawasan dewan akan diambil tindakan penyempurnaan memperbaiki pelaksanaan kebijakan tersebut. Pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Pramono, 2002). Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, yaitu, political background dan pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan oleh dewan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya transparansi kebijakan publik.
Permasalahannya adalah apakah dalam melaksanakan fungsi pengawasan
lebih disebabkan political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran
ataukah disebabkan masalah lain. Disamping itu apakah transparansi kebijakan publik juga akan berpengaruh terhadap pengawasan anggaran yang dilakukan dewan.
(26)
Di Indonesia saat ini terdapat beberapa mantan anggota dan anggota legislatif yang divonis bersalah oleh pengadilan karena menyalahgunakan APBD, hal ini dimungkinkan terkait dengan peran legislatif yang sangat besar dalam penganggaran, terutama pada tahap perencanaan atau perumusan kebijakan anggaran dan pengesahan anggaran.
Hal yang sangat kritis pada tahap perencanaan anggaran adalah perlunya penguatan pada sisi pengawasan. DPRD merupakan lembaga yang memiliki posisi dan peran strategis terkait dengan pengawasan keuangan daerah. Didalam Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada pasal 132 menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Hal ini menegaskan fungsi pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan peraturan daerah. Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD dilakukan oleh fraksi-fraksi, komisi-komisi dan alat kelengkapan lain yang dibentuk sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD. Anggota komisi-komisi tersebut memiliki latar belakang personal yang berbeda baik dari segi usia, tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan maupun pengalaman dalam bidang politik.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut diatas, maka peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis terlebih jika didukung dengan transparansi kebijakan publik walaupun pada kenyataannya masih terdapat masalah dan kelemahan dalam pengawasan pengelolaan keuangan daerah yaitu masih rendahnya kinerja DPRD dalam keseluruhan proses atau siklus anggaran, akibatnya program kerja yang ada dalam anggaran daerah belum sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah.
(27)
Permasalahan tersebut apabila dikaji berdasarkan pandangan Sastroatmodjo (1995) ada dua tingkat orientasi politik yang mempengaruhi perilaku politik, yaitu sistem dan individu. Kelemahan yang terjadi atas peranan legislatif dalam pengawasan dan keuangan daerah dapat mungkin terjadi karena kelemahan sistem politiknya ataupun individu sebagai pelaku politik. dalam pendekatan behaviorisme, individulah yang dipandang secara aktual melakukan kegiatan politik, sedangkan perilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan perilaku individu dengan pola tertentu.
Syahruddin dan Taifur (2001) menyatakan bahwa kemampuan DPRD dalam menjalankan fungsinya tidak saja ditentukan oleh kualitas anggota DPRD yang ada, tetapi dipengaruhi pula oleh perilaku (moral) anggota DPRD.Selain itu untuk mendapatkan kinerja yang baik menuntut SDM yang berkualitas, salah satu indikator SDM yang berkualitas adalah masa kerja atau lamanya menjabat sebagai anggota DPRD bagi para anggota dewan. Yudoyono (2002) juga menyatakan bahwa DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik apabila pimpinan dan anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal, dan dalam arti memahami benar hak, tugas, dan wewenangnya dan mampu mengaplikasikannya secara baik, dan didukung dengan tingkat pendidikan dan pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang memadai.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara periode 2009-2014 dapat dikatakan melewati proses demokratisasi yang lebih matang dari sebelumnya. Perkembangan demokrasi yang lebih matang inilah yang menjadi tuntutan kepada anggota dewan untuk meningkatkan kinerja dan kualitasnya. Namun
(28)
pada kenyataannya tuntutan tersebut juga harus dihadapkan pada kondisi faktual bahwa sebagian besar anggota DPRD periode ini didominasi oleh wajah baru yang dipilih dan diangkat dari partai-partai pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. Sehingga ketika mereka duduk di DPRD, keterbatasan pengetahuan dan pengalaman tsb akan menjadi kendala dalam melaksanakan fungsi pengawasan.yang pada akhirnya akan mengalami permasalahan dalam keseluruhan proses atau siklus anggaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, maupun pengawasan program kerja eksekutif. Sehingga banyak terjadi sejumlah masalah penyimpangan anggaran di pemerintahan daerah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kinerja legislatif terhadap eksekutif dipengaruhi oleh lemahnya fungsi pengawasan legislatif. Hal ini bisa terjadi akibat lemahnya sumber daya manusia yang dimiliki DPRD selaku pengawas pelaksanaan keuangan daerah. Anggota DPRD periode 2009-2014 diharapkan dapat memperbaiki sejumlah hal yang menjadi penyebab lemahnya kinerja anggota dewan periode sebelumnya.
Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2009-2014 ini memiliki latar belakang politik yang berbeda baik dari segi asal partai politik, maupun pengalaman dalam bidang politik sehingga hal ini menjadi pertimbangan peneliti
untuk meneliti pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang
anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dengan variabel moderating transparansi kebijakan publik. Selain itu masih belum konsistennya hasil penelitian sebelumnya dan masih terbatasnya penelitian di
(29)
bidang sektor Publik memotivasi peneliti untuk meneliti kembali pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan transparansi kebijakan publik sebagai variabel moderating.
Fenomena yang biasa terjadi di DPRD Propinsi Sumatera Utara adalah bersumber dari latar belakang politik para anggota dewan yang menangani bidang keuangan dan penganggaran. Ditambah lagi dengan maraknya kasus yang terjadi pada anggota dewan yang tersandung kasus korupsi, padahal korupsi yang terbesar dan sangat kronis justru terjadi di lembaga eksekutif, nilai korupsi DPRD relatif kecil dibandingkan eksekutif dampaknya akan memiliki bobot yang lebih luas dan jauh lebih berbahaya karena dilakukan oleh institusi yang seharusnya berperan meluruskan ketika ada penyimpangan, ini berarti bahwa selama ini ada panitia anggaran tetapi tidak menangani masalah penyimpangan anggaran. Lemahnya fungsi pengawasan legislatif merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja legislatif terhadap eksekutif (Jafar Werfete: 2009). Disini benang merah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti sejauh mana kinerja legislatif (DPRD) dalam fungsi pengawasan keuangan daerah yang merupakan suatu hal yang sangat vital untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang mereka buat sebagai upaya pencegah dari adanya unsur kepentingan kelompok tertentu dan menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan tujuan dan harapan pembentukan hukum yang ada.
(30)
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul penelitian yaitu: “Pengaruh Political Background dan
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) Dengan Variabel Moderating Transparansi kebijakan Publik”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran
berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?
2. Apakah transparansi kebijakan publik memperkuat/memperlemah pengaruh
political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan bukti empiris bahwa political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Untuk memberikan bukti empiris bahwa transparansi kebijakan publik
(31)
dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
bidang pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melaksanakan otonomi daerah, khususnya dalam peningkatan kinerja DPRD yang berkaitan dengan Pengawasan Anggaran (APBD )untuk
mewujudkan good government (pemerintahan yang baik), dan dapat dijadikan
acuan bagi partai politik dalam merekrut anggota dewan serta pengembangan kader partai.
3. Bagi Akademisi diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi terhadap
pengembangan literatur akuntansi sektor publik (ASP) terutama dalam pengembangan sistem manajemen di sektor publik, dan dapat digunakan sebagai acuhan peneliti selanjutnya.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian tentang kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sudah pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh oleh Sari (2010)
yang meneliti “Pengaruh Personal Background, Political Background dan
(32)
Daerah”. Menyimpulkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, sedangkan personal background dan political background tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Penelitian ini merupakan replikasi peneliti terdahulu, dan perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah hanya menggunakan variabel
political background, dan pengetahuan dewan tentang anggaran sebagai variabel independen, serta penambahan variabel moderating transparansi kebijakan publik. Selain itu perbedaan penelitian ini juga terletak pada lokasi dan tahun penelitian, yaitu sebelumnya tahun pengamatan yang dilakukan peneliti terdahulu adalah tahun 2009 di DPRD kota Padang, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 di DPRD Propinsi Sumatera Utara.
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep Keuangan Daerah
2.1.1.1. Pengertian keuangan daerah
Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan daerah menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan daerah.
Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya kedalam APBD. APBD menurut Peraturan Pemerintah RI No. 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Selanjutnya pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Dalam konteks ini lebih difokuskan kepada pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh DPRD.
(34)
2.1.1.2. Pengawasan keuangan daerah
Pengawasan merupakan suatu rangkaian kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Pengawasan dilakukan untuk menjamin semua kebijakan program dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap anggaran keuangan daerah (APBD). Menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 42 ayat 1C menjelaskan bahwa ”DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah”. Berdasarkan dari Undang-undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus kepada pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.
Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat, mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen, tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada dugaan penyimpangan, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Memberitahukan kepada KDH untuk ditindaklanjuti oleh Satuan Pengawas
Internal.
(35)
c. Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi penyidik (Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK). (Fanindita, 2010)
Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban. Secara sederhana pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan daerah. Pengawasan terhadap pelaksaanaan perlu dilakukan, hal ini bertujuan untuk memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus anggaran dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi pada prioritas publik.
2.1.1.3. Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan daerah (APBD)
Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di tingkat Undang-undang, peraturan pemerintah dan juga dalam peraturan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah. Dalam konteks pengelolaan keuangan, pengawasan terhadap anggaran dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD. Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD. Ini berarti
(36)
bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan pengawasan eksternal dan ditekankan pada pencapaian sasaran APBD.
Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo, 2001). Pengawasan yang dilakukan oleh dewan dimulai pada saat penyusunan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban APBD (Medjo, 2007).
Pengawasan terhadap APBD penting dilakukan untuk memastikan (1) alokasi anggaran sesuai dengan prioritas daerah dan diajukan untuk kesejahteraan masyarakat, (2) menjaga agar penggunaan APBD ekonomis, efisien dan efektif dan (3) menjaga agar pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain bahwa anggaran telah dikelola secara transparan dan akuntabel untuk meminimalkan terjadinya kebocoran (Alamsyah, 1997).
Untuk dapat melaksanakan pengawasan terhadap APBD anggota dewan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang anggaran mulai dari mekanisme penyusunan anggaran sampai kepada pelaksanaannya.
2.1.2. Political Background
Political Background merupakan latar belakang dari pengalaman seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai politik, tentu saja tidak lepas dari partai politik. Partai politik dan parlemen (legislatif) merupakan dua faktor utama yang memperoleh mandat dari masyarakat sipil, berperan mengorganisir kekuasaan dan meraih kontrol atas negara untuk kepentingan masyarakat. Ketika
(37)
Pemilu dan Pilkada, parpol berperan sebagai institusi yang menyeleksi, menganalisa dan menentukan pencalonan para pasangan kepala daerah, capres dan wapres, serta para calon anggota legislatif di pusat dan daerah, sebelum menghadapi pemilu dan pilkada untuk dipilih oleh rakyat.
Political Background yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, jabatan di partai politik, ada tidaknya partai politik yang diikuti memberikan pengarahan tentang fungsi, tugas dan tanggung jawab legislatif dengan baik dan benar, serta sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD.
Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD diharuskan mengikuti aturan kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-masing, di sinilah latar belakang politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut pandang bahkan terjadinya perselisihan. Seorang anggota dewan harus mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai angota dewan. Menurut La Palombara (m1994) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan peran legislatif yaitu institusi politik, partai politik, karakteristik personal, pengalaman politik dan sifat pemilih. Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi perilaku legislatif dalam melaksanakan fungsinya difokuskan kedalam 4 indikator yaitu: a. Ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan
Merupakan hal yang dapat mempengaruhi perilaku legislatif dalam melaksanakan fungsinya sebagia wakil rakyat. Di lembaga legislatif daerah, peran partai politik juga sangat signifikan dan menentukan. Melalui fraksinya yang merupakan perwakilan partai politik di lembaga legislatif, parpol
(38)
merupakan institusi yang mengarahkan, bahkan menentukan pengambilan keputusan di DPRD. Karena dalam prakteknya, mekanisme pengambilan keputusan di DPRD menempuh mekanisme kesepakatan fraksi, bukan mekanisme praktek dan musyawarah (Thaha, 2004). Oleh karena itu kader yang diajukan partai politik sebagai anggota dewan haruslah memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup di bidang pemerintahan daerah sehingga nanti ketika terpilih menjadi anggota dewan dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dan benar.
b. Jabatan di Partai Politik
Merupakan keaktifan anggota dewan dalam partai politik yang dilihat dari keikutsertaannya sebagai pengurus didalam partai politik.
c. Latar belakang Partai Politik
Tidak semua partai politik memberikan pengarahan dan bimbingan bagaimana menjadi anggota legislatif yang baik dan benar, dan bagaimana melaksanakan pemerintahan daerah yang baik. Partai politik yang baik akan mampu menyiapkan anggota partai politiknya yang akan duduk sebagai anggota dewan dengan kemampuan dan keahlian yang cukup baik. Dengan adanya pemberian bimbingan oleh partai politik, maka calon anggota dewan yang akan diangkat dari kader partai akan lebih mengerti dan dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar. DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik apabila pimpinan dan anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal dalam arti memahami benar hak, tugas dan wewenangnya dan mampu
(39)
mengaplikasikannya secara baik, dan didukung dengan tingkat pendidikan dan pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang baik (Yudhono, 2000). d. Sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD
Hal ini untuk menguji loyalitas anggota DPRD kepada profesinya. Anggota DPRD yang baik harus melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebaik mungkin dan menjadi daya pemacu bagi pencapaian kinerja yang baik dalam pekerjaannya, menjunjung tinggi kepentingan rakyat atau justru ikut dalam kepentingan politik masing-masing.
2.1.3. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran
Pengetahuan dewan tentang anggaran dapat diartikan sebagai pengetahuan dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan tentang peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah (APBD).
Yudono (2000) mengatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah (APBD) salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran.
Pengetahuan dewan tentang anggaran erat kaitannya dengan fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh anggota dewan. Fungsi
(40)
penganggaran menempatkan anggota DPRD untuk selalu ikut dalam proses anggaran bersama-sama dengan eksekutif. Fungsi pengawasan DPRD memberikan kewenangan dalam pengawasan kinerja eksekutif dalam pelaksanaan APBD. Dalam situasi demikian anggota DPRD dituntut memiliki keterampilan dalam membaca “anggaran” serta memiliki kemampuan terlibat dalam proses anggaran didaerah sehingga DPRD dapat bekerja secara efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran.
Proses alokasi anggaran bukan sekedar proses administrasi, tetapi juga politik. Memastikan anggaran sesuai prioritas harus dilakukan oleh DPRD sejak penyusunan rencana jangka menengah daerah hingga proses KUA dan PPAS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas alokasi dana dalam anggaran pemerintah daerah dengan harapan agar tidak terjadi penyelewengan.
Untuk meningkatkan kinerja dalam pengawasan keuangan daerah, DPRD harus menguasai keseluruhan struktur dan proses anggaran. Untuk itu, pengetahuan dasar tentang ekonomi dan anggaran daerah harus dikuasai oleh anggota DPRD. Pengetahuan dewan tentang mekanisme anggaran ini berasal dari kemampuan anggota dewan yang diperoleh dari latar belakang pendidikannya ataupun dari pelatihan dan seminar tentang anggaran yang diikuti oleh anggota dewan.
Selain itu pengetahuan dewan tentang anggaran juga berkaitan dengan pengetahuan dewan tentang undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah. Hal ini sesuai dengan PP No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah pasal 132 dan 133 yang menyatakan bahwa
(41)
DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Selanjutnya dalam pasal 133 menyebutkan bahwa Pengawasan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pengawasan terhadap APBD, DPRD harus mengacu kepada peraturan yang berlaku. Hal ini juga mengindikasikan bahwa anggota dewan harus mempunyai bekal pengetahuan yang cukup mengenai anggaran. Ketika sedang melaksanakan fungsi pengawasan di bidang anggaran, anggota dewan sekurang-kurangnya harus mengetahui undang-undang atau peraturan apa saja yang mengatur mengenai anggaran tersebut. sehingga anggota dewan tersebut dapat mengetahui apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan peraturan perundangan yang ditetapkan atau tidak.
2.1.4. Kinerja DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Kinerja DPRD dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai anggota dewan tergantung kepada kompetensinya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi kinerja DPRD dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang individu anggota dewan yang berada pada DPRD Propinsi Sumatera Utara periode 2009-2014.
Pengertian kinerja dalam suatu organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hasibuan (2000) mengemukakan ”Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”
(42)
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu: kompetisi; berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya. Produktivitas; kompetisi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan
atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja atau outcome
(Wibowo,2007).
Mangkunegara (2000), menyatakan “faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan motivasi (motivation).
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa kinerja DPRD dapat dipahami sebagai hasil kerja yang dicapai oleh anggota dewan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang dilakukan anggota dewan tersebut dan didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan pengetahuan anggota dewan dalam melakukan tugas dan fungsinya.
Mengenai tugas dan fungsi DPRD bahwa “Tugas utama badan Legislatif
adalah dibidang perundang-undangan, menentukan policy (kebijaksanaan) dan
membuat undang-undang, termasuk mengadakan amandemen terhadap
perundang-undangan yang diajukan oleh Pemerintah dan hak budget serta mengontrol
badan-badan eksekutif agar semua tindakannya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditentukan. (Budiardjo dan Ambong, 1993).
Fungsi dan tugas DPRD juga dijelaskan didalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa DPRD sebagai lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) fungsi legislasi, 2) fungsi anggaran dan 3) fungsi pengawasan. Fungsi legislasi yaitu fungsi DPRD dalam membuat peraturan
(43)
perundang-undangan. Fungsi anggaran yaitu fungsi DPRD dalam menyusun anggaran, dan Fungsi pengawasan yaitu fungsi DPRD untuk mengawasi kinerja eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah dan melaksanakan peraturan daerah, kebijakan pemerintah daerah dan berbagai kebijakan publik lainnya secara konsisten. Dalam penelitian ini fungsi dewan yang akan dibahas adalah fungsi pengawasan yaitu pengawasan dewan terhadap APBD.
Hal ini juga diatur didalam Undang-undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD pasal 293 dan 343 ayat (1) huruf c yang menyatakan bahwa DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal ini merupakan penegasan bahwa tugas dan wewenang DPRD adalah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efisien dan efektif, maka diperlukan adanya pengorganisasian proses yang baik dan terarah. Tahap demi tahap pengawasan dituangkan dalam suatu rencana kerja disertai dengan penjadwalan serta keterlibatan berbagai pihak dari dalam maupun dari luar DPRD. Produk akhir dari proses pengawasan ini adalah rekomendasi yang harus disikapi oleh eksekutif. Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran. Secara sederhana pengawasan anggaran merupakan proses pengawasan terhadap kesesuaian perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan.
(44)
Adapun dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap keuangan daerah dalam hal ini pengawasan DPRD terhadap eksekutif dalam melaksanakan APBD, para anggota dewan yang baru terpilih dapat melakukan beberapa hal berikut:
1. Pemandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna DPRD. Dalam hal ini
DPRD dapat mengundang pejabat-pejabat di lingkungan Pemerintah daerah untuk dimintai keterangan, pendapat dan saran.
2. Melakukan rapat kerja komisi-komisi DPRD dengan eksekutif yang diwakili
oleh pejabat pengelola keuangan daerah. Dalam rapat ini, DPRD dapat mengadakan pembahasan menganai berbagai hal dengan pemerintah. Baik itu menyangkut anggaran maupun mengenai kebijakan-kebijakan lainnya.
Selain itu, DPRD juga dapat membahas hasil dengar pendapat komisi-komisi dengan masyarakat, LSM dan akademisi.
3. Rapat pembahasan dalam sidang komisi mengenai anggaran
4. Melakukan Kunjungan kerja, kunjungan kerja ini dapat berupa kunjungan
lapangan dan hearing dengan pimpinan unit kerja yag ada di pemerintah daerah setempat ataupun kunjungan ke kabupaten/kota di Provinsi lain yang bertujuan untuk melakukan studi banding mengenai mekanisme anggaran yang dilakukan di daerah tersebut apakah sudah sesuai dengan aturan atau belum. Hasil kunjungan kerja tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi para anggota dewan dalam melaksanakan kegiatannya.
Untuk dapat meningkatkan kinerjanya didalam pengawasan keuangan daerah (APBD), anggota DPRD harus aktif mengikuti kegiatan-kegiatan pengawasan keuangan daerah. Selain itu agar kegiatan pengawasan tersebut dapat berjalan
(45)
dengan efektif anggota DPRD harus meningkatkan kualitasnya secara individu baik dari segi personal, pengalaman politik serta pemahaman dan pengetahuan mengenai anggaran secara keseluruhan sesuai dengan perkembangan termasuk penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang ada. Banyaknya wajah-wajah baru yang terpilih sebagai anggota DPRD periode 2009-2014, memerlukan waktu yang relatif lebih banyak untuk mendalami dan memahami tugas serta wewenangnya dalam menjalani peran sebagai wakil rakyat di daerah terutama dalam melaksanakan fungsi pengawasan pelaksanaan APBD.
2.1.5. Transparansi Kebijakan Publik
Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup, akurat,dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses pembentukannya. Ketersediaan informasi seperti itu, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat serta mencegah terjadinya kecurangan dan manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat saja secara tidak proporsional.
Dengan adanya transparansi kebijakan publik, masyarakat dapat mengetahui secara rinci tentang anggaran sehingga anggota DPRD saat melaksanakan tugasnya dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) akan lebih baik dan lebih berhati-hati, serta melaksanakannya sesuai dengan aturan dan undang-undang yang berlaku. Sehingga kinerja anggota DPRD dalam mengawasi keuangan daerahpun akan meningkat.
(46)
Dalam kehidupan bernegara yang semakin terbuka, pemerintah selaku perumus dan pelaksanaan kebijakan APBN berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan menyediakan informasi keuangan yang komprehensif kepada masyarakat luas, termasuk Informasi Keuangan Daerah. Dengan kemajuan tekhnologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih, transparan, dan serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Untuk menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance), Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah kepada pelayanan publik. Pemerintah perlu mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja (UU No.56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah). Sistem Informasi Keuangan Daerah tersebut dimaksudkan sebagai serangakaian proses dan prosedur yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan daerah.
(47)
Mengacu pada apa yang di sampaikan dalam UU No. 56 Tahun 2005 tersebut, tampak bahwa transparansi kebijakan publik khususnya kebijakan dalam penyusunan anggaran yang dibuat oleh pemerintah merupakan variabel yang penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan anggaran, dalam rangka menuju pemerintahan yang baik.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pengawasan keuangan daerah (APBD) antara lain penelitian yang dilakukan Sari (2010), menelitipengaruh
personal background, political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, sebagai variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah kinerja DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah, variabel independen adalah personal background,
politicalbackground dan pengetahuan dewan tentang anggaran. Hasil dari penelitian
tersebut secara umum menunjukkan bahwa personal background dan political
background secara signifikan tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Syamsiar, (2001), meneliti tentang pengaruh pendidikan dan pengalaman anggota DPRD terhadap kinerja DPRD pada saat melakukan fungsi pengawasan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan Keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan.
(48)
Irfan, (2008), meneliti kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan di kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika dan perubahan peta politik kinerja DPRD kota Bima berimplikasi pada kinerja pengawasan DPRD, menurut akuntabilitas dan responsivitas adalah belum maksimal.
Winarna dan Murni, (2007), menelitipengaruh personal background, political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, sebagai variabel dependen dalam penelitian tersebut
adalah pengawasan keuangan daerah, variabel independen adalah personal
background, political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran. Hasil dari penelitian tersebut secara umum menunjukkan bahwa personal background dan
political background secara signifikan tidak berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
Perwita dan Anwar, (2009), meneliti akuntabilitas, partisipasi masyarakat,
dan transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating hubungan pengetahuan
dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah (APBD), sebagai
variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah pengawasan keuangan daerah
(APBD). Variabel independen adalah pengetahuan dewan tentang anggaran serta
variabel pemoderasi adalah akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi
kebijakan publik. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa, yang
(49)
pengawasan keuangan daerah (APBD), yang kedua, semua variabel moderating yaitu akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik bukan
merupakan variabel moderating yang dapat mempengaruhi hubungan antara
pengetahuan dewan tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah
(50)
Tabel. 2.1. Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti/
Tahun
Judul penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Sari, Imelda (2010)
Pengaruh personal background, political
background dan
pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Variabel Independen: Personal background, polical background dan
Pengetahuan dewan tentang anggaran
Variabel Dependen: kinerja DPRD dalam Pengawasan keuangan daerah (APBD).
Personal background dan political
background tidak berpengaruh
terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
Syamsiar, Indradi (2001)
Pengaruh pendidikan dan pengalaman anggota DPRD terhadap kinerja DPRD pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Variabel Independen: pendidikan, pengalaman anggota DPRD
Variabel dependen : Kinerja DPRD pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan
Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan Keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan.
Irfan, M (2008)
Kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan di kota Bima Propinsi NTB
Variabel Independen: -
Variabel dependen : Kinerja DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika dan perubahan peta politik kinerja DPRD kota Bima berimplikasi pada kinerja pengawasan DPRD, menurut akuntabilitas dan responsivitas adalah belum maksimal.
Winarna, dan Murni (2007)
Pengaruh personal background, political
background dan
pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
Variabel Independen: Personal background, polical background dan
Pengetahuan dewan tentang anggaran
Variabel Dependen: Peran DPRD dalam Pengawasan keuangan daerah (APBD).
Personal background dan political
background tidak berpengaruh
terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, tetapi pengetahuan dewan berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
Perwita, sari dan Anwar, Syaiful (2009) Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik sebagai pemoderating hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah (APBD)
Variabel Independen: Pengetahuan dewan tentang anggaran
Variabel Dependen: Pengawasan keuangan daerah (APBD)
Variabel Moderating: Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik
1. Pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD)
2. Akuntabilitas, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh terhadap hubungan antara pengetahuan dewan tentang anggaran dan pengawasan keuangan daerah (APBD)
(51)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, peneliti mengidentifikasi 2 variabel independen (X) yaitu: yaitu political background (X1), dan pengetahuan dewan tentang anggaran (X2), 1 variabel dependen (Y) yaitu kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah, serta 1 variabel moderating , yaitu : transparansi kebijakan publik (Z) yang diperkirakan mempengaruhi pengaruh antara variabel independen dengan kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) (Y) baik secara parsial maupun secara simultan.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel moderating
Variabel independen
Variabel dependen
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka peneliti
Transparansi Kebijakan Publik
(Z)
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran
(X2)
Political Background
(X1) Kinerja DPRD
dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(Y)
(52)
mengembangkan kerangka penelitian yang diuji secara simultan dan parsial yaitu
kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (Y) diperkirakan secara
langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen
(X) yaitu political background (X1), dan pengetahuan dewan tentang anggaran (X2), serta terdapat 1 variabel pemoderasi, yaitu: transparansi kebijakan publik (Z) yang
dapat mempengaruhi pengaruh antara political background dan pengetahuan
dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah, dengan uraian sebagai berikut:
Kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dapat dipahami sebagai hasil kerja yang dicapai oleh anggota dewan dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan terhadap keuangan daerah (APBD) melalui kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang dilakukan anggota dewan tersebut. Kegiatan pengawasan terhadap keuangan daerah (APBD) tersebut dapat dilakukan melalui pemandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna DPRD, rapat kerja komisi DPRD dengan eksekutif, rapat pembahasan dalam sidang komisi mengenai anggaran serta melakukan kunjungan kerja. Pengawasan terhadap APBD penting dilakukan untuk memastikan (1) alokasi anggaran sesuai dengan prioritas daerah dan diajukan untuk kesejahteraan masyarakat, (2) menjaga agar penggunaan APBD ekonomis, efisien dan efektif dan (3) menjaga agar pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain bahwa anggaran telah dikelola secara transparan dan akuntabel untuk meminimalkan terjadinya kebocoran (Alamsyah, 1997). Agar kegiatan pengawasan tersebut dapat berjalan dengan efektif anggota
(53)
DPRD harus meningkatkan kualitasnya secara individu baik dari segi personal, pengalaman politik serta pemahaman dan pengetahuan mengenai anggaran secara keseluruhan sesuai dengan perkembangan termasuk penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan yang ada.
Kualitas personal anggota dewan dapat dilihat dari personal background yang meliputi jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, bidang pendidikan dan
pekerjaan anggota dewan tersebut sebelum menjadi anggota dewan. Personal
background berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Adanya latar belakang personal yang berbeda diantara para anggota dewan sedikit banyaknya memberikan pengaruh dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. anggota DPRD periode ini didominasi oleh wajah baru, yang dipilih dan diangkat dari partai-partai pemenang pemilu yang mempunyai latar belakang personal dan pekerjaan yang
berbeda sebelum menjadi anggota DPRD. semakin baik atau buruk Personal
Background anggota dewan, maka semakin tinggi atau rendah kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daearah (APBD).
Selain latar belakang personal, latar belakang politik (political background)
anggota dewan juga dapat mempengaruhi kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD). Political background meliputi ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, jabatan di partai politik, ada tidaknya partai politik yang diikuti memberikan pengarahan tentang fungsi, tugas dan tanggung jawab legislatif dengan baik dan benar, serta sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD.
(54)
Keterlibatan anggota dewan dalam partai politik dapat mengindikasikan bahwa anggota dewan tersebut mempunyai kualifikasi yang ideal dalam aktifitas suatu organisasi. Karena ketika Pemilu dan Pilkada, parpol berperan sebagai institusi yang menyeleksi, menganalisa dan menentukan pencalonan para pasangan kepala daerah, capres dan wapres, serta para calon anggota legislatif di pusat dan daerah, sebelum menghadapi pemilu dan pilkada untuk dipilih oleh rakyat. Seorang anggota dewan harus mempunyai latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai angota dewan. Maka semakin baik atau buruk political background
anggota dewan, maka semakin tinggi atau rendah kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh anggota dewan untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengawasan keuangan daerah adalah pengetahuan tentang anggaran. Karena pada dasarnya anggota dewan terlibat secara keseluruhan dalam proses penganggaran. Dalam fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD) pengetahuan dewan tentang anggaran sangat penting untuk mengetahui dan mengidentifikasi dengan jelas alokasi dana dalam anggaran pemerintah daerah dengan harapan agar tidak terjadi penyelewengan serta harus mengetahui peraturan atau undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan keuangan daaerah (APBD) tersebut. Untuk itu, pengetahuan dasar tentang ekonomi dan anggaran daerah harus dikuasai oleh anggota DPRD. Pengetahuan dewan tentang mekanisme dan peraturan anggaran ini berasal dari kemampuan anggota dewan yang diperoleh dari latar belakang pendidikannya ataupun dari pelatihan dan seminar tentang anggaran yang diikuti oleh anggota dewan. Maka dari itu semakin baik atau buruk pengetahuan
(55)
dewan tentang anggaran, maka semakin tinggi atau rendah pula kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
Begitu juga pentingya dengan transparansi kebijakan publik. Transparansi
dibangun diatas dasar informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan,
lembaga‐lembaga, dan informasi perlu diakses oleh pihak‐pihak yang
berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti
dan dipantau. Sehingga menurut asumsi peneliti Semakin transparan kebijakan
publik yang dalam hal ini adalah APBD maka semakin meningkat pula kinerja DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD), sebaliknya semakin rendah
transparansi kebijakan publik semakin rendah kinerja DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD).
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan Teori dan Kerangka konseptual yang telah digambarkan diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Transparansi kebijakan publik memperkuat / memperlemah pengaruh political background dan pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD) .
(56)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Dari sudut metodologi penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kausal, Umar (2008) menyebutkan “desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependen secara langsung”.
Penelitian ini dilakukan dengan survei dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara. Alasan dipilihnya Sumatera Utara sebagai objek penelitian adalah karena anggota DPRD Sumatera Utara memiliki tingkat independensi yang lebih tinggi dalam melakukan pengawasan di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Dan Provinsi Sumatera Utara juga merupakan Provinsi terbesar yang memiliki banyak kota Madya dan Kota Kabupaten sehingga perlu pengawasan dari legislatif terhadap keuangan yang dijalankan pemerintah daerah. Adapun rencana waktu penelitian ini dimulai dari
(57)
bulan Juni sampai Agustus 2010 . Dengan jadwal sebagaimana tercantum pada lampiran.
4.3. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota dewan yang berada di lembaga DPRD Propinsi yang ada di Sumatera Utara, dengan jumlah 100 orang yang terdiri dari 5 komisi dan anggota panitia anggaran. Metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan sampel tersebut adalah anggota dewan yang membidangi pengawasan keuangan daerah, sehingga sampel yang relevan dengan pertimbangan tersebut adalah anggota dewan komisi "C" dan anggota panitia anggaran di DPRD Propinsi Sumatera Utara sebanyak 48 orang.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli.
Metode Pengumpulan data primer dari responden dilakukan dengan survei, yaitu dengan cara mengumpulkan data pokok (data primer) dari suatu sampel dengan menggunakan instrumen kuisioner dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono
(58)
(2008) bahwa ”kuesioner merupakan teknis pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Dalam penelitian ini yang akan diberikan kuesioner sebanyak 48 orang yang terdiri dari anggota dewan di komisi C dan panitia anggaran. Operasional penyebaran kuisioner ini dilakukan dengan cara mendatangi dan membagi kuesioner secara langsung ke kantor DPRD Propinsi Sumatera Utara.
Kuesioner yang digunakan didalam penelitian ini merupakan kuesioner
replikasi dari peneliti terdahulu Winarna yang mana pertanyaannya sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
4.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
4.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen yaitu : political background (X1), dan pengetahuan dewan tentang anggaran (X2), variabel dependen : kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (Y), dan 1 variabel moderating: transparansi kebijakan publik (Z).
4.5.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungan antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Menurut Jogiyanto (2004) definisi operasional adalah “…hasil dari pengoperasionalan konsep (operationnalizing the concept) ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam konsep”.
(59)
Untuk pengukuran variabel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala interval. Menurut Erlina dan Mulyani (2007) menyebutkan “skala interval adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak konstruk yang diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal perhitungan dan bukan angka absolut”. Apabila skalanya interval maka rata-rata hitung dipakai sebagai ukuran nilai sentral dan prosedur-prosedur statistik yang dapat dipakai adalah korelasi product moment, uji t, dan uji F dan lain-lain uji parametrik (Cooper dan Emory : 1995).
Konsep dan definisi secara operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Political Background (X1), merupakan merupakan latar belakang dari
pengalaman seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Political
Background yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, jabatan di partai politik, ada tidaknya partai politik yang diikuti memberikan pengarahan tentang fungsi, tugas dan tanggung jawab legislative dengan baik dan benar, serta sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD.
a. Ada tidaknya pengalaman di partai politik sebelum menjadi anggota dewan, Merupakan hal yang dapat mempengaruhi perilaku legislatif dalam melaksanakan fungsinya sebagia wakil rakyat. Di lembaga legislatif daerah, peran partai politik juga sangat signifikan dan menentukan. Melalui fraksinya yang merupakan perwakilan partai politik di lembaga legislatif, parpol merupakan institusi yang mengarahkan, bahkan menentukan pengambilan
(60)
keputusan di DPRD. Karena dalam prakteknya, mekanisme pengambilan keputusan di DPRD menempuh mekanisme kesepakatan fraksi, bukan mekanisme praktek dan musyawarah (Thaha, 2004). Oleh karena itu kader yang diajukan partai politik sebagai anggota dewan haruslah memiliki kompetensi dan pengalaman yang cukup di bidang pemerintahan daerah sehingga nanti ketika terpilih menjadi anggota dewan dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dan benar.
b. Jabatan di Partai Politik, merupakan keaktifan anggota dewan dalam partai politik yang dilihat dari keikutsertaannya sebagai pengurus didalam partai politik.
c. Latar belakang Partai Politik
Tidak semua partai politik memberikan pengarahan dan bimbingan bagaimana menjadi anggota legislatif yang baik dan benar, dan bagaimana melaksanakan pemerintahan daerah yang baik. Partai politik yang baik akan mampu menyiapkan anggota partai politiknya yang akan duduk sebagai anggota dewan dengan kemampuan dan keahlian yang cukup baik. Dengan adanya pemberian bimbingan oleh partai politik, maka calon anggota dewan yang akan diangkat dari kader partai akan lebih mengerti dan dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar. DPRD akan dapat memainkan peranannya dengan baik apabila pimpinan dan anggota-anggotanya berada dalam kualifikasi ideal dalam arti memahami benar hak, tugas dan wewenangnya dan mampu mengaplikasikannya secara baik, dan
(1)
2. UJI MULTIKOLINEARITAS
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 .700a .490 .410 2.70036 a. Predictors: (Constant), INTER2, political background, INTER1, pengetahuan
dewan , transparansi kebijakan publik
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 9.672 7.049 1.372 .180
political background -.347 .314 -.166 -1.105 .277 .711 1.407 pengetahuan dewan .870 .244 .566 3.573 .001 .637 1.571 transparansi kebijakan publik .553 .324 .307 1.709 .097 .495 2.022
INTER1 .645 .720 .132 .895 .377 .733 1.364
1
INTER2 .677 1.016 .114 .666 .510 .545 1.833 a. Dependent Variable: kinerja dprd
(2)
(3)
Lampiran 8. PENGUJIAN HIPOTESIS 2
REGRESSION
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method
1 INTER2, political background, INTER1, pengetahuan dewan , transparansi kebijakan publika
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .700a .490 .410 2.70036
a. Predictors: (Constant), INTER2, political background, INTER1, pengetahuan dewan , transparansi kebijakan publik
(4)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 223.920 5 44.784 6.142 .000a
Residual 233.343 32 7.292
1
Total 457.263 37
a. Predictors: (Constant), INTER2, political background, INTER1, pengetahuan dewan , transparansi kebijakan publik
b. Dependent Variable: kinerja dprd
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B
Std.
Error Beta t Sig.
Toleran
ce VIF
(Constant) 9.672 7.049 1.372 .180
political background -.347 .314 -.166 -1.105 .277 .711 1.407
pengetahuan dewan .870 .244 .566 3.573 .001 .637 1.571
transparansi kebijakan publik
.553 .324 .307 1.709 .097 .495 2.022
INTER1 .645 .720 .132 .895 .377 .733 1.364
1
INTER2 .677 1.016 .114 .666 .510 .545 1.833
(5)
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B
Std.
Error Beta t Sig.
Toleran
ce VIF
(Constant) 9.672 7.049 1.372 .180
political background -.347 .314 -.166 -1.105 .277 .711 1.407
pengetahuan dewan .870 .244 .566 3.573 .001 .637 1.571
transparansi kebijakan publik
.553 .324 .307 1.709 .097 .495 2.022
INTER1 .645 .720 .132 .895 .377 .733 1.364
1
INTER2 .677 1.016 .114 .666 .510 .545 1.833
Coefficient Correlationsa
Model INTER2
political background INTER1 pengetahuan dewan transparansi kebijakan publik
INTER2 1.000 -.105 -.431 .141 .515
political background
-.105 1.000 -.146 -.256 -.284
INTER1 -.431 -.146 1.000 -.212 -.116
pengetahuan dewan
.141 -.256 -.212 1.000 -.285
1 Correlations
transparansi kebijakan publik
(6)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B
Std.
Error Beta t Sig.
Toleran
ce VIF
(Constant) 9.672 7.049 1.372 .180
political background -.347 .314 -.166 -1.105 .277 .711 1.407
pengetahuan dewan .870 .244 .566 3.573 .001 .637 1.571
transparansi kebijakan publik
.553 .324 .307 1.709 .097 .495 2.022
INTER1 .645 .720 .132 .895 .377 .733 1.364
1
INTER2 .677 1.016 .114 .666 .510 .545 1.833
INTER2 1.032 -.033 -.316 .035 .169
political background
-.033 .099 -.033 -.020 -.029
INTER1 -.316 -.033 .519 -.037 -.027
pengetahuan dewan
.035 -.020 -.037 .059 -.022
Covariances
transparansi kebijakan publik
.169 -.029 -.027 -.022 .105
a. Dependent Variable: kinerja dprd