Andi Kartini, 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN
PERAN Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiap saat, waktu proses dialog sedang berlangsung.
Pernyataan juga dikemukakan oleh Mardalis 2003: 64 bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
kerangka-kerangka lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti. Wawancara ini dapat
dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang pembelajaran yang selama ini dilakukan di TK Kartika XIX-I dalam meningkatkan kemampuan berhitung, baik mengenai materi,
media, metode dan evaluasi yang digunakan serta kendala yang dihadapi guru. Pelaksanaan wawancara ini ditujukan kepada guru kelas untuk memperoleh
data mengenai kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran. Bentuk wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur, dimana
peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang akan diajukan. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan peneliti
terkait dengan permasalahan peneliti yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan.
Tabel. 3.5 PEDOMAN WAWANCARA
No Pertanyaan
Jawaban
1. Strategi apa yang sering Ibu gunakan
dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak dalam kegiatan
pembelajaran? 2.
Apa yang menjadi pertimbangan Ibu sehingga menggunakan strategi
pembelajaran tersebut? 3.
Apakah melalui strategi yang telah diberikan untuk meningkatkan kemampuan
Andi Kartini, 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN
PERAN Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
berhitung pada anak sudah tercapai? 4.
Media apa yang digunakan oleh Ibu dalam kegiatan meningkatkan kemampuan
berhitung pada anak? 5.
Apakah sebelumnya Ibu pernah memberikan metode bermain peran dalam
meningkatkan kemampuan berhitung anak?
6. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap
penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak
usia dini? 7.
Bagaimana saran Ibu terhadap metode bermain peran dalam meningkatkan
kemampuan berhitung anak usia dini?
F. TEKNIK PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA
Teknik analisis data yag digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya menggunakan analisis data kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dari lapangan dianalisis ke dalam bentuk deskriptif. Hopkins yang dikutip oleh Wiriaatmadja Hima R., 2014: 42 mengungkapkan bahwa
pengelolaan dan analisis data pada metode penelitian tindakan kelas dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian berlangsung dari awal sampai tahap
akhirnya keseluruhan program tindakan sesuai dengan karakteristik pokok permasalahan dan tujuan penelitian serta dituangkan dalam bentuk deskriptif.
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyimpulkan dari hasil observasi dalam bentuk deskriptif.
118
Andi Kartini, 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN
PERAN Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Kartika XIX-I maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi objektif kemampuan berhitung anak di TK Kartika XIX-I pada kelompok B1 masih sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan dengan
sebagian anak yang masih rendah pemahamannya dalam mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda,
menghubungkanmemasangkan konsep
bilangan dengan
lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih
sedikit. Hal ini dikarenakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung adalah paper-
pencil yang sangat bersifat kaku dan membosankan bagi anak, sehingga kemampuan anak dalam berpikir kongkritrill tidak tersetimulus dengan
baik. Sementara guru selalu terfokus pada hasil bukan pada proses belajar anak. Hal demikian menyebabkan seringnya anak merasa bosan
dengan pembelajaran matematika yang diberikan bahkan sering menimbulkan kecemasan stess pada diri anak.
2. Penerapan metode bermain peran, dilakukan dengan dua siklus dimana dalam satu sikusnya dilakukan dua kali tindakan dan 4 RKH yang
diantaranya menyimak tentang tema pekerjaan dengan sub tema pedagang yaitu: 1 pedagang buah, 2 pedagang sayur, 3 pedagang
kafe sate buah, 4 pedagang mini market idolaku. Dengan diterapkannya metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan
anak dalam berhitung, anak terlihat senang dan antusias dalam memainkan perannya masing-masing. Kemampuan berhitung anak
dapat terstimus dengan baik karena dimana anak dihadapkan langsung dengan
benda-benda kongkritrill
sebagai upaya
meningkatkan kemampuan berhitungnya, terlihat dari skor nilai yang didapat, pada
Andi Kartini, 2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN
PERAN Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
setiap siklusnya hampir semua anak mengalami peningkatan pada kemampuan berhitungnya. Hal demikian terlihat dari hasil praktek
bermain peran, anak terlihat senang dan antusias dalam memerankan perannya sebagai penjual dan pembeli, dan melakukan transaksi jual
beli dengan menggunakan uang-uangan, dan yang tidak kalah penting anak tidak lagi merasa jenuh dan bosan.
3. Kemampuan berhitung anak kelompok B1 di TK Kartika XIX-I menjadi meningkat setelah diterapkannya metode bermain peran.
Hasilnya, anak sudah dapat mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menghubungkanmemasangkan
konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Peningkatan pada
kemampuan berhitung anak menunjukkan perubahan dari setiap siklus. Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak yang
berada pada kategori baik B sebesar 20, cukup C 20 dan kurang K sebesar 60. Namun setelah diberikan kegiatan metode bermain
peran maka kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus 1 menunjukkan bahwa kemampuan konsep berhitung
anak yang berada pada kategori baik B sebesar 40, cukup C 33,3 dan kurang K sebanyak 26,7. Kemudian pada siklus 2 kemampuan
berhitung anak yang berada pada kategori baik B sebesar 86,7, cukup C 13,3 dan kurang K 0. Dengan demikian bermain peran
dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak taman kanak-kanak. Karena selain menyenangkan bagi
anak, juga anak dapat bereksplorasi langsung dengan benda-benda kongkritrill seperti yang sering anak jumpai dalam kehidupan sehari-
hari.