UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B1 di TK Kartika XIX-I KPAD Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA

ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B1 Taman Kanak-kanak Kartika XIX-I Tahun Pelajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh ANDI KARTINI

1009929

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI

MELALUI METODE BERMAIN PERAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B1 di TK Kartika XIX-I KPAD Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Andi Kartini

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini

 Andi Kartini

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi Ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok B1 di TK Kartika XIX-I KPAD) Andi Kartini

1009929

Penelitian dilakukan di TK Kartika XIX-I dengan dilatarbelakangi oleh permasalahan yang ada yaitu kemampuan berhitung anak yang masih rendah yang ditandai dengan anak masih mengalami kesulitan dalam berhitung, selain itu kegiatan ini juga kurang menarik minat anak, dikarenakan pembelajaran matematika yang sering anak jumpai di sekolah bersifat kaku dan tidak menyenangkan karena metode yang sering digunakan oleh guru hanya paper-pencil yang sama sekali tidak menstimulus kemampuan berpikir anak secara kongkrit/rill. Maka tidak jarang anak sering merasa bosan dengan pembelajaran matematika yang diberikan bahkan pembelajaran matematika sering menimbulkan kecemasan (stess) pada diri anak. Dari permasalahan tersebut dituangkan kedalam rumusan masalah yaitu, (1) Bagaimana kondisi obejektif kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I sebelum penerapan metode bermain peran? (2) Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I? (3) Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I setelah penerapan metode bermain peran? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B1 TK Kartika XIX-I yang berjumlah 15 anak. Prosedur pengumpulan data yang digunakan berupa observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus dan dilakukan 2 kali tindakan disetiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan berhitung anak setelah diterapkannya metode bermain peran. Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 20%, cukup (C) 20% dan kurang (K) 60%. Sedangkan setelah diberikan kegiatan metode bermain peran mengalami peningkatan. Pada siklus 1 menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak yang berada pada ketegori baik (B) sebesar 40%, cukup (C) 33,3% dan kurang (K) 26,7%. Kemudian pada sikus 2 yang berada pada kategori baik (B) sebesar 86,7%, cukup (C) 13,3% dan kurang (K) sebanyak 0%. Adapun kriterianya adalah: Baik (B) anak dapat melakukan dengan sangat baik tanpa bantuan, Cukup (C) anak dapat melakukan cukup baik dengan sedikit bantuan dan Kurang (K) anak dapat melakukan dengan mendapat bantuan penuh dari awal sampai akhir. Rekomendasi yang diberikan untuk guru atau pendidik anak usia dini yaitu dalam metode bermain peran sebaiknya menggunakan media-media pembelajaran yang rill sehingga anak dapat berpikir secara kongkrit. Dalam kegiatan bermain peran jual-beli guru juga dapat membawa anak langsung ke tempat perbelanjaan (pasar/super market terdekat) dan tidak hanya didalam kelas saja sehingga anak benar-benar dapat bereksplorasi dengan benda-benda yang ada disekitarnya.


(6)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Kata Kunci : Kemampuan Berhitung, Metode Bermain Peran

ABSTRACT

EFFORT TO IMPROVING CALCULATION SKILL OF EARLY CHILHOOD THROUGH ROLE PLAY METHOD

(Classroom Action Research in B1 Group of TK Kartika XIX-I KPAD) Andi Kartini

1009929

The study was conducted in TK Kartika XIX-I with motivated by problem that was still in low ability calculating, marked by any children still getting difficulties in calculate, besides this activity also less attracted by children, caused by learning mathematic in kindergarten is stilty and unpleasant because the used method just pencil-paper that can

not stimulated children’s thinking skill concretely/rill. Then, children feel bored with mathematical learning even caused anxiety (stress). by those problems, researcher made the formulation of problems, such as, (1) how the objective condition of calculating skill in B1 group of TK Kartika XIX-I before the treatment of role play method? (2) how to make role play method as a treatment in improving calculating skill of B1 group of TK Kartika XIX-I? (3) how the improvement of calculating skill B1 group of TK Kartika XIX-I after the treatment of role play method? This study used classroom action research (CAR). Objects of this study are 15 children in B1 group of TK Kartika XIX-I. Collecting data procedure used by observation and interview. Research was doing in 2 cycles and twice actions in each cycle. The result shows the improvement in children’s calculating skill after role play method given. First observation showed the calculating skill of children who in good category (B) as 20%, medium (C) 20% and low (K) 60%. And then the improving after treatment of role play method given. In cycle 1 shows the calculating skill in good category (B) as 40%, medium (C) 33,3% and low (K) 26,7%. Then in cycle 2 in good category (B) as 86,7%, medium (C) as 13,3% and low (K) as 0%. While the criteria are: Good (B) child can calculate without any help, Medium (C) child can calculate with any help and Low (K) child calculate with guidance from the beginning. The recommendation was given for teacher in childhood are in role play method was better using rill learning media with result children think concretely. The activity of buy and sell role, teacher also can accompany the children to rill place (nearest market/super market) and not only in classroom and makes children explore with the surrounding.


(7)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian... 7

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Struktur Organisasi... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini... 10

1. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)... 10

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini... 13

B. Hakikat Pembelajaran Matematika di Taman Kanak-kanak 16

1. Definisi Matematika... 16

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika di TK... 20

C. Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini... 21

1. Pengertian Berhitung... 21

2. Tujuan Pembelajaran Berhitung... 23

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berhitung di TK... 24

4. Tahapan Behitung... 25

D. Bermain Peran di Taman Kanak-Kanak... 27

1. Pengertian Bermain... 27

2. Pengertian Bermain Peran... 29

3. Peranan Bermain Peran Dalam Kurikulum TK... 31

3. Macam-macam Metode Bermain Peran... 33

4. Tujuan Metode Bermain Peran... 35

5. Jenis Bermain Peran... 36


(8)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

7. Skenario Bermain Peran... 39

8. Penelitian Terdahulu... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian... 42

B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 46

C. Penjelasan Istilah... 47

D. Teknik dan Instrumen Penelitian... 47

E. Prosedur Pengumpulan data... 54

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah... 60

B. Hasil Penelitian... 65

1. Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I Sebelum Penerapan Metode Bermain Peran... 65

2. Implementasi Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I... 71

3. Peningkatan Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I Setelah Penerapan Metode Bermain Peran... 106

C. Pembahasan... 109

1. Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I Sebelum Penerapan Metode Bermain Peran... 109

2. Implementasi Penerapan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I... 111

3. Peningkatan Kemampuan Berhitung pada Anak Usia Dini Kelompok B1 TK Kartika XIX-I Setelah Penerapan Metode Bermain Peran... 118

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 120

B. Rekomendasi... 122

DAFTAR PUSTAKA... 123 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Riset Aksi Model Jhon Elliot... . 45

Gambar 4.1 Aktivitas Pedagang Buah Pisang... 75

Gambar 4.2 Aktivitas Pedagang Buah Salak... 76

Gambar 4.3 Aktivitas Pedagang Buah Jeruk... 76

Gambar 4.4 Aktivitas Pedagang Sayur... 82

Gambar 4.5 Aktivitas Pedagang (kafe sate buah)... 93

Gambar 4.6 Anak yang Sedang Membayar Kebagian Kasir... 94


(10)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap-tahap Bermain Peran... 38

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Anak... 50

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Kemampuan Berhitung Anak... 53

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Kemampuan Berhitung... 55

Tabel 3.4 Pedoman Observasi Penggunaan Metode Bermain Peran... 56

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara... 58

Tabel 4.1 Kemampuan Berhitung Anak pada Pra Siklus... 67

Tabel 4.2 Kemampuan Berhitung Anak pada Pra Siklus... 69

Tabel 4.3 Kemampuan Berhitung Anak pada Siklus 1... 85

Tabel 4.4 Kemampuan Berhitung Anak pada Siklus 1... 87

Tabel 4.5 Kemampuan Berhitung Anak pada Siklus 2... 102

Tabel 4.6 Kemampuan Berhitung Anak pada Siklus 2... 104

Tabel 4.7 Presentase Kemampuan Berhitung Anak Melalui Metode Bermain Peran... 107


(11)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Kemampuan Berhitung Anak pada Pra Siklus... 70 Grafik 4.2 Kemampuan Berhitung


(12)

1 Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-undang Nomor 20 (2003) dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 58 (2009), tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai pada usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Mubiar Agustin, (2011: 81), mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan ada pepatah yang mengatakan maju mundurnya suatu negara bergantung pada pendidikan yang diberikan kepada masyarakatnya. Namun, faktanya sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah masih kurang efektifnya model pembelajaran yang ada di Indonesia. Sehingga masih kurang menghasilkan insan yang kreatif, mandiri, dan tangguh.

Sementara itu, Bredekamp dan Copple, (1997) dalam Masitoh dkk. (2005: 1), juga mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini mencakup berbagai program yang melayani anak dari lahir sampai dengan usia delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak.

Mendukung pandangan di atas, Brenner (1990: 29) dalam Solehuddin, (2000: 55) menyatakan bahwa: “Of all the ages and stages that children go through, no time seems to have more potential for learning than these early

year.” Maksudnya, tak ada masa yang lebih potensial untuk belajar daripada tahun-tahun awal kehidupan anak. Karena itu, pantaslah kalau pada tahun 1990-an, NAEYC mengkampanyekan usia dini sebagai masa belajar – Early Years are Learning Years.


(13)

2

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Jadi dapat simpulkan bahwa betapa pentingnya memberikan pendidikan pada tahap-tahap awal kehidupan anak karena dimana pada tahap ini merupakan tahap pondasi yang sangat penting dibandingkan dengan tahap-tahap kehidupan anak selanjutnya. Segala aspek perkembangan anak dapat berkembang dengan baik karena pada tahap ini anak mampu menyerap segala pengetahuannya dengan cepat.

Novan A. Wiyani dan Barnawi (2012: 33-34), mengungkapkan bahwa ahli neurologi menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200 miliar neuron atau sel saraf yang siap melakukan sambungan antar-sel. Neuron mempunyai kaki-kaki yang saling berhubungan. Jika salah satu neuron ingin mengkomunikasikan sesuatu dengan neuron yang lain, disambungkan kaki mereka kemudian menjadi loncatan sinyal listrik. Sebagai gambaran umum, satu neuron bisa memiliki 15.000 cabang yang menjangkau 15.000 neuron disekitarnya. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika usia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi 100% ketika anak berusia 8 sampai 18 tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel otak tersebut membutuhkan berbagai situasi pendidikan yang mendukung, baik dalam situasi pendidikan keluarga, masyarakat, maupun sekolah.

Sehubungan dengan itu ditinjau dari sisi yang lain, periode ini disebut juga masa yang paling penting dalam kehidupan individu karena merupakan waktu bagi anak untuk mulai mengenal sekolah, usia awal berkelompok, usia menjelajah, usia bertanya, usia meniru dan usia kreatif, serta usia bermain. (Surya, 2001: 51 dalam Uyu Wahyudin dan Mubiar Agustin 2011: 3).

Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara pikiran dan obyeknya menurut tinjauan kognitif.

Menurut Piaget dalam Anita Yus, (2011: 12) perkembangan kognitif pada anak terajadi dalam empat tahapan yaitu: (1) tahap sensori motor (lahir – 2 tahun), (2) tahap praoperasional (2 – 7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7 – 18 tahun), dan (4) tahap operasional formal (18 tahun keatas). Dari setiap tahapan saling berkaitan dan semua anak akan melalui tahapan tersebut dengan urutan


(14)

3

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang sama karena setiap dari masing-masing tahapan berasal dari pencapian tahapan sebelumnya.

Solehuddin, (2000: 57) mengungkapkan bahwa setiap bayi manusia yang lahir ke dunia dilengkapi dengan sejumlah potensi yang diperlukan untuk menjalani kehidupannya. Di balik ketidakberdayaan bayi menusia yang baru lahir, terpendam sejumlah potensi kehidupan yang jauh lebih kaya bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Ia memiliki potensi untuk beragama, untuk berpikir, untuk berkreasi, untuk merasa, untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan potensi-potensi lainnya. Pengembangan potensi sebagian besar terjadi pada masa usia dini, namun tidak mengimplikasikan bahwa anak

harus segera dijejali berbagai pengetahuan serta “dipaksa” menguasai berbagai

kemampuan dan keterampilan dalam arti praktis. Yang terpenting yaitu bahwa anak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan dan memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya sesuai taraf perkembangannya.

Sehubungan dengan itu teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak-kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Menurut Nining Sriningsih, (2009: 8 – 9) Pembelajaran untuk anak usia dini memegang peranan yang sangat penting bagi pembentukan kemampuan dan sikap belajar pada tahap yang lebih lanjut. Keberhasilan ataupun kegagalan belajar pada tahap awal sangat menentukan pada proses belajar pada tahap berikutnya baik berupa keberhasilan maupun kegagalan. Salah satu stimulasi yang dapat digunakan adalah pendekatan dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini yaitu kegiatan pembelajaran yang yang disajikan melalui tema-tema pembelajaran yang dapat mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan. Tema yang disajikan kepada anak harus dimulai dari hal-hal yang telah dikenal anak menuju yang lebih jauh, dimulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.


(15)

4

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Kegiatan pengembangan matematika pada anak usia dini pada dasarnya bertujuan untuk menstimulasi kemampuan berpikir anak agar memiliki kesiapan untuk belajar matematika pada tahap selanjutnya. Pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan matematika yang memungkinkan anak untuk dapat memecahkan masalah dimasa yang akan datang.

Mengacu pada teori Piaget yang menjelaskan bahwa tahap awal anak belajar adalah melalui hal-hal yang kongkrit yang dapat disaksikan langsung oleh panca indra anak maka dari itu untuk memahami konsep matematika yang bersifat abstrak, anak memerlukan benda-benda kongkrit atau nyata sebagai visualisasinya. Begitu juga pada saat anak mempelajari suatu konsep salah satunya konsep matematika seperti mengenal bilangan, aljabar, bentuk, bentuk geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas. Sehingga dalam penyajian materi pembelajaran matematika di TK, guru dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai untuk anak.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang dilakukan di TK Kartika XIX-I kemampuan berhitung anak usia dini sudah pernah diterapkan namun selain anak mengalami kesulitan, kegiatan ini juga kurang menarik minat anak, dikarenakan pembelajaran matematika khususnya dalam mengembangkan kemampuan berhitung yang sering anak jumpai di sekolah bersifat kaku dan tidak menyenangkan karena metode yang sering digunakan oleh guru hanya paper-pencil yang sama sekali tidak menstimulus kemampuan berpikir anak secara kongkrit/rill. Maka tidak jarang anak sering merasa bosan dengan pembelajaran matematika yang diberikan bahkan pembelajaran matematika sering menimbulkan kecemasan (stess) pada diri anak. Padahal seperti yang diungkapkan oleh Ahmad Susanto (2011: 97), bahwa salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk bekal kehidupannya di masa depan dan saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan berhitung sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disetiap aktivitas manusia tidak terlepas dari kemampuan berhitungnya.


(16)

5

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, peneliti lebih menekankan pada bagaimana meningkatkan kemampuan berhitung seperti yang sering anak jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Maka disini peneliti tertarik dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran yang berekplorasi dengan meggunakan benda-benda disekitar anak sehingga selain memudahkan anak dalam berpikir kongkrit, pembelajaran matematika juga menjadi menyenangkan bagi anak. Diana Mutiah (2010: 135), bahwa bermain peran merupakan wujud dari kehidupan nyata yang dimainkan anak, membantu anak memahami dunia mereka dengan memainkan berbagai macam peran. Anak dapat belajar berbagai konsep dan pengetahuan matematika secara mudah karena dikaitkan dengan pengalaman terdekat yang pernah dialaminya.

Nining Sriningsih (2009), menjelaskan bahwa konsep matematika juga dibentuk melalui pengalaman langsung (hands on experiences) yang dapat dilakukan anak pada berbagai percobaan atau penemuan. Dengan demikian maka pembelajaran matematika lebih bermakna dan menyenangkan bagi anak.

Mengingat begitu pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media dan metode yang tepat jangan sampai dapat merusak pola perkembangan anak. Apabila anak belajar matematika melalui cara yang sederhana, namun tepat dan mengena serta dilakukan secara konsisten dan kontinu dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak anak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga anak dapat menguasai, dan bahkan menyenangi matematika tersebut. (Ahmad Susanto, 2011: 99).

Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika anak usia dini khususnya dalam meningkatkan kemampuan berhitung adalah metode bermain peran dimana anak memerankan perannya sesuai skenario atau cerita yang telah dibuat oleh guru, misalnya sebagai penjual buah, penjual sayur, pembeli dan juga peran yang lainnya. Pada kegiatan bermain peran ini guru menyiapkan uang-uangan yang dapat digunakan oleh anak sebagai alat transaksi jual beli. Misalkan jika anak ingin membeli buah, anak harus membayar dengan menggunakan uang sesuai jumlah harga buah tersebut. Dengan metode bermain peran seperti ini akan mempermudah anak dalam mengembangkan kemampuan berhitungnya dimana


(17)

6

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dalam kegiatan ini akan memberikan kemudahan anak dalam membilang, maupun melakukan penjumlahan, dan pengurangan secara sederhana dan berpikir logis serta menyenangkan bagi anak karena anaklah yang memerankannya secara langsung. Menurut Rosalina (Vera S. Magfiroh, 2012) bermain sangat bagus untuk anak karena kemampuan fantasi, kognitif, emosi dan sosial anak tengah berkembang.

Ali Nugraha & Yeni Rachmawati (2004: 8-9), mengartikan bermain peran sebagai permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada disekitar anak, dimana melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati, serta penghayatan anak dapat berkembang.

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak, dimana anak dapat berperan aktif dan bereksplorasi langsung bengan benda-benda disekitarnya, sehingga bukan hanya dapat membantu mengembangkan kemampuan kognitif anak akan tetapi pembelajaran juga menjadi menyenangkan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemampuan matematika anak khususnya dengan kemampuan berhitung. Oleh karena itu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika anak usia dini di TK Kartika XIX-I, yaitu anak masih merasa kesulitan dalam melakukannya bahkan tidak sedikit anak yang memaknai kegiatan pembelajaran matematika itu sebagai pembelajaran yang menakutkan dan membosankan sehingga tidak menarik minat anak karena kegiatan pembelajaran matematika yang sering anak jumpai di sekolah bersifat kaku dan tidak menyenangkan karena metode yang sering digunakan oleh guru hanya paper-pencil yang sama sekali tidak menstimulus kemampuan berpikir anak secara kongkrit/rill. Untuk itu peneliti berupaya ingin meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui


(18)

7

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

metode bermain peran sehingga pembelajaran matematika menjadi menyenangkan bagi anak dan berekplorasi dengan meggunakan benda-benda kongkrit/rill sehingga dapat memudahkan anak dalam berpikir logis.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I sebelum penerapan metode bermain peran ? 2. Bagaimana penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan

kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I ? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok

B1 TK Kartika XIX-I setelah penerapan metode bermain peran ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

a. Tujuan Umum

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan peneliti melalukan penelitian ini adalah :

a) Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I sebelum penerapan metode bermain peran.

b) Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I.


(19)

8

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

c) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung pada anak usia dini kelompok B1 TK Kartika XIX-I setelah penerapan metode bermain peran.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran dalam keilmuan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran.

b. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman pribadi dan wawasan serta memperkaya pengetahuan peneliti mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran.

b) Bagi Guru

Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung melalui metode bermain peran ini diharapkan proses pembelajaran matematika di TK menjadi meningkat, sehingga dapat berjalan efektif, efesien, serta menyenangkan, tidak membosankan dan menakutkan bagi anak.

c) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya semoga dapat dijadikan bahan kajian dalam melakukan penelitian mengenai hal yang sama secara lebih mendalam lagi.

F. STRUKTUR ORGANISASI

Penulisan laporan ini di susun berdasarkan pedoman penulisan karya tulis yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, secara rinci laporan penulisannya sebagai berikut:


(20)

9

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1. BAB I : Membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.

2. BAB II : Kajian teori membahasa beberapa teori mengenai landasan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, hakikat pembelajaran matematika di taman kanak-kanak, kemampuan berhitung pada anak usia dini dan konsep metode bermain peran di TK

3. BAB III : Metode penelitian menjelaskan mengenai metode dan teknik penelitian, lokasi dan subjek penelitian, penjelasan istilah, teknik dan instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik pengelolaan dan analisis data.

4. BAB IV : Deskripsi hasil penelitian dan pembahasan tentang upaya meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran.

5. BAB V : Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta rekomendasi untuk pihak sekolah (guru) dan para penelitia selanjutnya.


(21)

41 Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE DAN TEKNIK PENELITAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK), suatu penelitian yang melibatkan peneliti secara langsung kepada subjek penelitian untuk mengamati kemampuan berhitung anak usia dini. Kolaboratif yang dilakukan adalah berupa bentuk kerjasama antara guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti dalam hal ini adalah sebagai pengumpulan data.

Penelitian Tindakan Kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Arikunto yang dikutip oleh Suyadi (Hima Rahmawati, 2014), mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata Penelitian, Tindakan, Kelas sebagai berikut :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian terbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Menurut Kamus Webster’s New International, research (penelitian) adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cermat untuk menetapkan sesuatu (Abdurrahmat F., 2006: 7).

Wardani (Hima R., 2014: 35) mengungkapkan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri


(22)

42

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas ini diartikan dengan Classroom Action Research (CAR) yaitu sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri (dilakukan dalam pembelajaran biasa bukan kelas khusus). Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.

Natalia dan Dewi (2008: 6-7) dalam Hima Rahmawati (20014: 35) mengungkapkan bahwa :

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang juga bertindak sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap kegiatan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar. “ Hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas serta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta meningkatkan kualitas pendidikan/pengajaran.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru yang juga bertindak sebagai peneliti dalam rangka memperbaiki cara belajar mengajar, yang dilakukan mulai dari cara merancang, melaksanakan, dan merefleksikan yang dilakukan guru didalam kelas. Dengan harapan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

Muslihuddin (2010: 9) dalam Han Han H. Hadianty (2013: 18), mengemukakan bahwa tujuan dilaksanakannya PTK adalah untuk meningkatkan kualitas dari pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru atau pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak akan ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. PTK mempunyai tiga ciri pokok yaitu:

1. Inkuiri reflektif yaitu penelitian tindakan kelas yang berangkat dari permasalahan riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa.

2. Kolaboratif yaitu upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi harus berkolaborasi dengan guru lain ataupun pakar.


(23)

43

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3. Reflektif adalah penelitian tindakan kelas lebih menekankan kepada proses refleksi dan hasil penelitian untuk mendapatkan kemajuan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran dan kekurang efektifan dari pelaksanaan sebuah tindakan yang dapat dimanfaatkan dan digunakan pada siklus selanjutnya.

Dengan memahami kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas diharapkan kemampuan pendidikan dalam pembelajaran semakin meningkat kualitasnya, semakin bermutu dan juga sekaligus dapat meningakatkan kualitas pendidik/tenaga kependidikan yang sekarang menjadi hambatan utama.

Lebih lanjut Sanjawa W. (2010: 27) dalam Hima Rahmawati (2014: 37) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang harus digaris bawahi mengenai penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Penelitian Tindakan Kelas adalah proses, artinya PTK adalah rangkaian dari mulai menyadari adanya masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukannya.

2. Masalah yang dikaji adalah masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas.

3. PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan refleksi diri artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru. Guru merupakan pemeran utama dalam PTK.

4. PTK dilakukan berbagai tindakan, artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses perbaikan.

5. PTK dilakukan dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan oleh guru dilaksanakan dalam setting pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah direncanakan.


(24)

44

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dibawah ini model Penelitian Tindakan Kelas

Gambara 3.1 Riset Aksi Model Jhon Elliot

Sumber : Kiat Sukses Melakukan PTK dan Sekolah, Panduan Praktis Untuk Guru dan Tenaga Kependidikan (Muslihudin, 2011 dalam Hima Rahmawati, 2014).

Penelitian menurut data dan analisis yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif yang mana seperti diungkapkan oleh Sugiyono (2013: 13-14) bahwa metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai awalannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan John W. Creswell (Creswell, 1994: 1) dalam Hamid Patilima (2011: 2-3) mendefinisikan pendekatan kulitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Siklus I

Refleksi

Pelaksanaan

Refleksi


(25)

45

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang dikemukakan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Merriam yang dikutip dari bukunya “Qualitative Research” (2009) dalam Sugiyono (2013: 16), menyatakan bahwa “Qualitative researchers are interested in understanding how people interpret their experiences, how they constuct their

worlds, and what meaning they attribute to their experiences”. Peneliti kualitatif tertarik untuk memahami bagaimana orang menginterprestasikan pengalaman dalam dirinya, bagaimana mereka mengkonstruksikan dunianya, dan apa makna pengalaman dalam hidupnya.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di TK Kartika XIX-I yang belamatkan di jalan Pak Gatot I KPAD Gegerkalong, Kec. Sukasari Bandung. Adapun pelaku tindakan adalah peneliti sendiri namun tetap dalam bantuan guru/ tenaga pendidik di sekolah tersebut. Subyek penelitiannya adalah anak-anak kelompok B tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 orang anak yang terdiri dari 7 orang perempuan dan 8 orang laki-laki.

C. PENJELASAN ISTILAH

Agar lebih jelasnya, maka penulis memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan penelitian ini, yaitu :

1. Usia prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak, salah satu upaya yang dapat dilakukan diantaranya melalui permainan berhitung. Kemampuan berhitung dalam pembelajaran matematika di TK kelompok B berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan dan indikator Kurikulum 2004 tentang Standar Kompetensi TK dan RA meliputi: membilang/menyebut urutan bilangan dari


(26)

46

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

1-20, membilang (mengenal konsep bilangan degan benda-benda) sampai 10, Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 10 (anak tidak disuruh menulis), membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit, menghitung konsep matematika sederhana (penambahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari).

2. Ali Nugraha & Yeni Rachmawati (2004: 8-9), mengartikan bermain peran sebagai permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada disekitar anak, dimana melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati, serta penghayatan anak dapat berkembang.

D. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENELITIAN 1. Teknik Penelitian

Teknik penelitian disebut juga dengan pelaksanaan tindakan pada pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini melalui metode bermain peran. Adapun secara rinci, rencana atau teknik pelaksanaan tindakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Pada kegiatan awal yaitu pendahuluan dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan kemampuan berhitung dengan penerapan metode bermain peran. Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, antara lain: menyusun skenario penerapan metode bermain peran, membuat rencana kegiatan harian (RKH), menyiapkan media/ sumber pembelajaran yang akan digunakan, dan mempersiapkan lembar observasi serta evaluasi untuk akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

Merupakan implementasi yang dirancang dalam pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru dan anak melakukan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan bermain peran. Pada tahap ini peneliti bertugas sebagai


(27)

47

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

observer dan harus mengacu pada perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

c. Tahap Pengamatan

Selama kegiatan berlangsung peneliti melakukan pengamatan, pemantauan secara meyeluruh terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah ditetapkan sehingga diperoleh seperangkat tentang data pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang dihadapi, kesempatan dan peluang yang ada berkaitan dengan meningkatkan kemampuan berhitung melalui metode bermain peran yang telah direncanakan dan diaplikasikan di dalam kelas. Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan anak. Peneliti mengamati segala proses aktivitas pembelajaran mengenai kegiatan berhitung melalui bermain peran. Pengamatan dilakukan secara kontinyu dari siklus 1 sampai ke siklus 2. Adapun yang diamati adalah : melihat sejauh mana keberhasilan, hambatan yang dialami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Pengamatan yang dilakukan pada siklus 1 memberikan pengaruh pada penyusunan tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya. Dari hasil pengamatan ini disikluskan bersama guru kelas sehingga dapat memfariasikan rancangan pembelajaran mengenai kemampuan berhitung melalui kegiatan bermain peran.

d. Refleksi

Refleksi adalah aktivitas yang dilakukan untuk melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan, hal ini sama yang diungkapkan oleh Muslihuddin (2009: 64) dalam Hima R. (2014: 41) “ Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflektif) tentang perubahan yang terjadi (1) pada siswa (2) suasana kelas (3) guru. Peneliti melakukan refleksi dari siklus I hingga siklus II.

Menurut Suyadi (2012: 24-25) dalam Hima R. (2014: 41), refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Jika penelitian dilakukan oleh diri sendiri lebih tepat disebut evaluasi


(28)

48

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

diri. Evaluasi diri adalah interospeksi terhadap diri sendiri, harus jujur pada diri sendiri untuk mengakui kelemahan dan kelebihannya. Tahapan yang ini merupakan bagian yang sangat penting untuk dilaksanakan karena hasil analisis data di lapangan pada hari ini dapat memberikan arahan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya, apabila belum berhasil. Kegiatan penelitian dilaksanakan sampai pembelajaran berhasil secara maksimal/terjadi perubahan dalam meningkatkan kemampuan analisis data.

2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian a. Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel, aspek, sub aspek, teknik pengumpulan data, dan sumber data. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :


(29)

49

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung Anak KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN

Variabel Sub

Variabel Aspek Sub Aspek

Teknik Pengumpulan

data

Sumber data

Kemam-puan Berhi-tung

1. Mengenal konsep bilangan

1). Menyebut-kan urutan bilangan dari 1-20

a. Anak dapat menyebutkan urutan

bilangan dari 1-20

b. Anak dapat menyebutkan bilangan secara acak misalnya setelah 6 adalah 7 atau sebelun 9 adalah 8

Observasi

Observasi

Anak


(30)

50

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

2). Menghitung matematika sederhana (penamba-han dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari)

a. Anak dapat menyebutkan hasil

penambahan dengan benda dari 1 sampai 10

b. Anak dapat menyebutkan hasil pengu-rangan dengan benda dari 1 sampai 10

Observasi Observasi Anak Anak 2. Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda 1). Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10

a. Anak dapat mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10

Observasi Anak

3. Meng- hubung-kan/ me- masang-kan konsep bilangan dengan lambang bilangan 1) Menghubung- kan/mema-sangkan lambang bilangan dengan benda-benda

a. Anak dapat memasangkan lambang bilangan dari 1-10 dengan benda secara berurutan b. Anak dapat

memasangan lambang Observasi Observasi Anak Anak


(31)

51

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

bilangan dari 1-10 dengan benda secara acak 4. Mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. 1). Membeda-kan dua kumpulan benda yang jumlahnya sama dan tidak sama

a. Anak mampu membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya sama b. Anak mampu

membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya tidak sama

Observasi Observasi Anak Anak 2). Membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit

a. Anak dapat membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak b. Anak dapat

membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih sedikit

Observasi

Observasi

Anak

Anak


(32)

52

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun oleh peneliti pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item pernyataan yang mengacu pada indikator atau sub aspek yang telah ditentukan.

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian Kemampuan Berhitung Anak

No Indikator Item Pernyataan

Nilai * (1) ** (2) *** (3)

1. Menyebutkan urutan bilangan dari 1-20

1. Anak dapat menyebutkan urutan bilangan dari 1-20.

2. Anak dapat menyebutkan bilangan secara acak misalnya setelah 6 adalah 7 atau sebelum 9 adalah 8.

2. Menghitung matematika sederhana

(penambahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari)

3. Anak dapat menyebutkan hasil penambahan dengan benda dari 1 sampai 10.

4. Anak dapat menyebutkan hasil pengurangan dengan benda dari 1 sampai 10.

3. Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda sampai 10

5. Anak dapat mengenal konsep bilangan dengan benda –benda sampai 10.

4. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda

6. Anak dapat memasangkan lambang bilangan dari 1-10 dengan benda secara berurutan. 7. Anak dapat memasangan lambang bilangan

dari 1-10 dengan benda secara acak.

5. Membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya sama dan tidak sama

8. Anak mampu membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya sama.

9. Anak mampu membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya tidak sama.


(33)

53

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

6. Membuat

kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit

10. Anak dapat membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak.

11. Anak dapat membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih sedikit.

Ket : * ( 1 ) Diberikan kepada anak yang belum berkembang (BB) ** ( 2 ) Diberikan kepada anak yang mulai berkembang (MB) *** ( 3 ) Diberikan kepada anak yang berkembang sangat baik (BSB) Ket : Benda diganti dengan media bermain peran (buah, sayur, dan barang-barang

mini market).

E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Peneliti menggunakan prosedur atau teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi dan wawancara terhadap guru/ tenaga pengajar. Data-data dikumpulkan peneliti selama proses penelitian berlangsung yaitu pada saat studi pendahuluan dan pada saat pelaksanaan penelitian. Pada saat studi pendahuluan peneliti melakukan penelurusan gambaran umum sekolah dan segi komponen guru, komponen anak didik, proses pembelajaran dan sarana prasarana. Upaya memotret kondisi tersebut dilakukan melalui observasi langsung.

1. Observasi

Muslihuddin (2009: 60) dalam Hima R. (2014: 42) menyatakan bahwa pengertian observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Catatan observasi ini dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan yang terjadi pada kemampuan berhitung pada anak usia dini, respon anak terhadap apa yang dilakukan oleh guru pada saat dipergunakan kegiatan bermain peran, sikap anak yang terlihat pada proses pembelajaran, cara guru melaksanakan kegiatan bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini, serta sikap guru terhadap anak.

Sependapat dengan itu Mardalis (2003: 63) juga mengungkapkan bahwa observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitain, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau suatu


(34)

54

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala pesikis dengan jalan mengamati dan mencatat.

Tabel 3.3

PEDOMAN OBSERVASI KEMAMPUAN BERHITUNG

Nama anak : Hari/ Tanggal :

Siklus : Tema/ Sub tema :

Petunjuk :

Berikan tanda ceklis pada peristiwa/ kegiatan yang diamati!

No Meningkatkan Kemampuan Berhitung B C K

1 Anak dapat menyebutkan urutan bilangan dari 1-20

2 Anak dapat menyebutkan bilangan secara acak misalnya setelah 6 adalah 7 atau sebelum 9 adalah 8

3 Anak dapat menyebutkan hasil penam-bahan dengan benda dari 1 sampai 10 4 Anak dapat menyebutkan hasil pengu-rangan dengan benda dari 1 sampai 10 5 Anak dapat mengenal konsep bilangan

dengan benda –benda sampai 10 6 Anak dapat memasangkan lambang

bilangan dari 1-10 dengan benda secara berurutan

7 Anak dapat memasangan lambang bilangan dari 1-10 dengan benda secara acak

8 Anak mampu membedakan dua

kumpulan benda yang jumlahnya sama 9 Anak mampu membedakan dua

kumpulan benda yang jumlahnya tidak sama

10 Anak dapat membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak

11 Anak dapat membuat kumpulan benda yang jumlahnya lebih sedikit

Keterangan :

B : Baik (Anak dapat melakukan dengan sangat baik tanpa bantuan) C : Cukup (Anak dapat melakukan cukup baik dengan sedikit bantuan)


(35)

55

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

K : Kurang (Anak dapat melakukan dengan mendapat bantuan penuh dari awal samai akhir).

Ket : Benda diganti dengan media bermain peran (buah, sayur, dan barang-barang mini market)

Tabel 3.4

PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS DALAM PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN

Nama Guru : Nama TK : Hari/Tanggal :

No Uraian Ya Tidak Keterangan

A. Tahap Perencanaan

1. Guru membuat rencana kegiatan harian (RKH)

2. Menentukan dan menyiapkan materi 3. Guru mempersiapkan media yang

akan digunakan

4. Guru membuat catatan penilaian anak

B. Tahap Pelaksanaan Pembukaan :

1. Menyiapkan alat yang diperlukan dalam kegiatan bermain peran 2. Guru mengkondisikan anak agar

konsentrasi dan tertarik pada kegiatan bermain peran

3. Mengkomunikasikan tema, metode dan media yang akan digunakan pada waktu kegiatan

4. Guru menjelaskan aturan-aturan metode bermain peran

5. Guru memperkenalkan secara rinci kegiatan yang akan dilakukan oleh


(36)

56

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

anak

6. Pembagian peran kepada anak-anak

Kegiatan Inti

1. Membimbing anak dalam belajar supaya dapat bekerjasama

2. Guru melibatkan semua anak dalam kegiatan metode bermain peran 3. Mengarahkan anak untuk melakukan

kegiatan sesuai dengan aturan 4. Memberikan dorongan dan motivasi

kepada anak pada saat kegiatan 5. Mengamati atau mengobservasi anak

pada waktu kegiatan berlangsung

Kegiatan Penutup

1. Guru melakukan tanya jawab dengan anak tentang kegiatan yang telah dilakukan hari ini

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau

menceritakan kembali kegiatan yang sudah dilaksanakan selama kegiatan bermain peran

3. Menilai apakah tujuan pembelajaran telah tercapai

Selain observasi peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara langsung terhadap guru atau pendidik guna mendapatkan informasi atau gambaran yang lebih mendalam tentang apa yang ingin diteliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan tindakan.

2. Wawancara

Abddurrahmat F. (2006: 105) mengungkapkan bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan secara yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Kedudukan kedua pihak secara berbeda ini terus dipertanyakan selama proses tanya jawab berlangsung, berbeda


(37)

57

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

dengan dialog yang kedudukan pihak-pihak terlibat bisa berubah dan bertukar fungsi setiap saat, waktu proses dialog sedang berlangsung.

Pernyataan juga dikemukakan oleh Mardalis (2003: 64) bahwa wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan kerangka-kerangka lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti. Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran yang selama ini dilakukan di TK Kartika XIX-I dalam meningkatkan kemampuan berhitung, baik mengenai materi, media, metode dan evaluasi yang digunakan serta kendala yang dihadapi guru.

Pelaksanaan wawancara ini ditujukan kepada guru kelas untuk memperoleh data mengenai kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui metode bermain peran. Bentuk wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur, dimana peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang akan diajukan. Berikut ini pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan peneliti terkait dengan permasalahan peneliti yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan.

Tabel. 3.5

PEDOMAN WAWANCARA

No Pertanyaan Jawaban

1. Strategi apa yang sering Ibu gunakan dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada anak dalam kegiatan pembelajaran?

2. Apa yang menjadi pertimbangan Ibu sehingga menggunakan strategi pembelajaran tersebut?

3. Apakah melalui strategi yang telah


(38)

58

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

berhitung pada anak sudah tercapai? 4. Media apa yang digunakan oleh Ibu dalam

kegiatan meningkatkan kemampuan berhitung pada anak?

5. Apakah sebelumnya Ibu pernah

memberikan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak?

6. Bagaimana tanggapan Ibu terhadap penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini?

7. Bagaimana saran Ibu terhadap metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini?

F. TEKNIK PENGELOLAAN DAN ANALISIS DATA

Teknik analisis data yag digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya menggunakan analisis data kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dari lapangan dianalisis ke dalam bentuk deskriptif. Hopkins yang dikutip oleh Wiriaatmadja (Hima R., 2014: 42) mengungkapkan bahwa pengelolaan dan analisis data pada metode penelitian tindakan kelas dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian berlangsung dari awal sampai tahap akhirnya keseluruhan program tindakan sesuai dengan karakteristik pokok permasalahan dan tujuan penelitian serta dituangkan dalam bentuk deskriptif. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyimpulkan dari hasil observasi dalam bentuk deskriptif.


(39)

118 Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Kartika XIX-I maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan berhitung anak di TK Kartika XIX-I pada kelompok B1 masih sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan dengan sebagian anak yang masih rendah pemahamannya dalam mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menghubungkan/memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Hal ini dikarenakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung adalah paper-pencil yang sangat bersifat kaku dan membosankan bagi anak, sehingga kemampuan anak dalam berpikir kongkrit/rill tidak tersetimulus dengan baik. Sementara guru selalu terfokus pada hasil bukan pada proses belajar anak. Hal demikian menyebabkan seringnya anak merasa bosan dengan pembelajaran matematika yang diberikan bahkan sering menimbulkan kecemasan (stess) pada diri anak.

2. Penerapan metode bermain peran, dilakukan dengan dua siklus dimana dalam satu sikusnya dilakukan dua kali tindakan dan 4 RKH yang diantaranya menyimak tentang tema pekerjaan dengan sub tema pedagang yaitu: 1) pedagang buah, 2) pedagang sayur, 3) pedagang (kafe sate buah), 4) pedagang (mini market idolaku). Dengan diterapkannya metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung, anak terlihat senang dan antusias dalam memainkan perannya masing-masing. Kemampuan berhitung anak dapat terstimus dengan baik karena dimana anak dihadapkan langsung dengan benda-benda kongkrit/rill sebagai upaya meningkatkan kemampuan berhitungnya, terlihat dari skor nilai yang didapat, pada


(40)

119

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

setiap siklusnya hampir semua anak mengalami peningkatan pada kemampuan berhitungnya. Hal demikian terlihat dari hasil praktek bermain peran, anak terlihat senang dan antusias dalam memerankan perannya sebagai penjual dan pembeli, dan melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan uang-uangan, dan yang tidak kalah penting anak tidak lagi merasa jenuh dan bosan.

3. Kemampuan berhitung anak kelompok B1 di TK Kartika XIX-I menjadi meningkat setelah diterapkannya metode bermain peran. Hasilnya, anak sudah dapat mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menghubungkan/memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Peningkatan pada kemampuan berhitung anak menunjukkan perubahan dari setiap siklus. Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 20%, cukup (C) 20% dan kurang (K) sebesar 60%. Namun setelah diberikan kegiatan metode bermain peran maka kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus 1 menunjukkan bahwa kemampuan konsep berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 40%, cukup (C) 33,3% dan kurang (K) sebanyak 26,7%. Kemudian pada siklus 2 kemampuan berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 86,7%, cukup (C) 13,3% dan kurang (K) 0%. Dengan demikian bermain peran dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak taman kanak-kanak. Karena selain menyenangkan bagi anak, juga anak dapat bereksplorasi langsung dengan benda-benda kongkrit/rill seperti yang sering anak jumpai dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

120

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dipaparkan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yaitu:

1. Bagi Guru:

 Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak, guru hendaknya terlebihdahulu mempersiapkan perencanaan kegiatan dengan lebih matang seperti jenis permainan, metode, serta tekhnik dalam permainan, sehingga permainan akan lebih optimal.

 Dalam kegiatan bermain peran sebagai upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak hendaknya guru menggunakan media-media pembelajaran yang rill sehingga anak dapat berpikir secara kongkrit.

 Dalam kegiatan bermain peran jual-beli guru juga dapat membawa anak langsung ke tempat perbelanjaan (pasar/super market terdekat) dan tidak hanya didalam kelas saja sehingga anak benar-benar dapat bereksplorasi dengan benda-benda yang ada disekitarnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya:

 Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan indikator yang berbeda.

 Dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak, peneliti selanjutnya dapat menggunakan tema yang berbeda dan tehnik yang lebih bervariasi dalam bermain peran.

 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui metode bermain peran.


(42)

121

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2011). “Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran”. Bandung: PT. Refika Aditama

Arya, I Gusti K. & Aditya A., Putu (2013). “Jurnal Pedagogik Pendidikan

Dasar”. Bandung: Jurusan Pedagogik – FIP – UPI dan Asosiasi Pendidikan Profesi Guru SD

Asriah, Siti. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Kegiatan

Bermain Alat Musik Perkusi di RA Persis 05 Bandung”. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Copley, Juanita V. (2001). “The Young Child and Mathematics”. Washington D.C. NAEYC

Depdiknas. (2003). “Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching and

Learning”. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2007). “Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak”. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD. Epini, Hani. (2013). “Pengenalan Keterampilan Analisis Data Pada Anak TK

Melalui Penggunaan Media Grafik”. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gunarti, Winda, dkk. (2008). “Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan

Dasar Anak Usia Dini”. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Hadianty, Han, Han, H. (2013). “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep

Bilangan Melalui Kegiatan Proyek Memasak di Taman Kanak -kanak”. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Handayani, Sri. (2012). “Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini

Melalui Metode Bermain Peran”. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hasan, Maimunah. (2012). “Pendidikan Anak Usia Dini”. Jogjakarta: Diva Press Heruman. (2012). “Model Pembelajaran Matematika”. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). “Psikologi Perkembangan Edisi Kelima”. Jakarta: Erlangga


(1)

118 Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK Kartika XIX-I maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif kemampuan berhitung anak di TK Kartika XIX-I pada kelompok B1 masih sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan dengan sebagian anak yang masih rendah pemahamannya dalam mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menghubungkan/memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Hal ini dikarenakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung adalah

paper-pencil yang sangat bersifat kaku dan membosankan bagi anak, sehingga

kemampuan anak dalam berpikir kongkrit/rill tidak tersetimulus dengan baik. Sementara guru selalu terfokus pada hasil bukan pada proses belajar anak. Hal demikian menyebabkan seringnya anak merasa bosan dengan pembelajaran matematika yang diberikan bahkan sering menimbulkan kecemasan (stess) pada diri anak.

2. Penerapan metode bermain peran, dilakukan dengan dua siklus dimana dalam satu sikusnya dilakukan dua kali tindakan dan 4 RKH yang diantaranya menyimak tentang tema pekerjaan dengan sub tema pedagang yaitu: 1) pedagang buah, 2) pedagang sayur, 3) pedagang (kafe sate buah), 4) pedagang (mini market idolaku). Dengan diterapkannya metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung, anak terlihat senang dan antusias dalam memainkan perannya masing-masing. Kemampuan berhitung anak dapat terstimus dengan baik karena dimana anak dihadapkan langsung dengan benda-benda kongkrit/rill sebagai upaya meningkatkan kemampuan berhitungnya, terlihat dari skor nilai yang didapat, pada


(2)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

setiap siklusnya hampir semua anak mengalami peningkatan pada kemampuan berhitungnya. Hal demikian terlihat dari hasil praktek bermain peran, anak terlihat senang dan antusias dalam memerankan perannya sebagai penjual dan pembeli, dan melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan uang-uangan, dan yang tidak kalah penting anak tidak lagi merasa jenuh dan bosan.

3. Kemampuan berhitung anak kelompok B1 di TK Kartika XIX-I menjadi meningkat setelah diterapkannya metode bermain peran. Hasilnya, anak sudah dapat mengenal konsep bilangan, mengenal konsep bilangan dengan benda-benda, menghubungkan/memasangkan konsep bilangan dengan lambang bilangan, mengenal konsep sama, tidak sama, lebih banyak, dan lebih sedikit. Peningkatan pada kemampuan berhitung anak menunjukkan perubahan dari setiap siklus. Observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 20%, cukup (C) 20% dan kurang (K) sebesar 60%. Namun setelah diberikan kegiatan metode bermain peran maka kemampuan berhitung anak mengalami peningkatan yang baik. Pada siklus 1 menunjukkan bahwa kemampuan konsep berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 40%, cukup (C) 33,3% dan kurang (K) sebanyak 26,7%. Kemudian pada siklus 2 kemampuan berhitung anak yang berada pada kategori baik (B) sebesar 86,7%, cukup (C) 13,3% dan kurang (K) 0%. Dengan demikian bermain peran dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak taman kanak-kanak. Karena selain menyenangkan bagi anak, juga anak dapat bereksplorasi langsung dengan benda-benda kongkrit/rill seperti yang sering anak jumpai dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dipaparkan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yaitu:

1. Bagi Guru:

 Dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak, guru hendaknya terlebihdahulu mempersiapkan perencanaan kegiatan dengan lebih matang seperti jenis permainan, metode, serta tekhnik dalam permainan, sehingga permainan akan lebih optimal.

 Dalam kegiatan bermain peran sebagai upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak hendaknya guru menggunakan media-media pembelajaran yang rill sehingga anak dapat berpikir secara kongkrit.

 Dalam kegiatan bermain peran jual-beli guru juga dapat membawa anak langsung ke tempat perbelanjaan (pasar/super market terdekat) dan tidak hanya didalam kelas saja sehingga anak benar-benar dapat bereksplorasi dengan benda-benda yang ada disekitarnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya:

 Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan indikator yang berbeda.

 Dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak, peneliti selanjutnya dapat menggunakan tema yang berbeda dan tehnik yang lebih bervariasi dalam bermain peran.

 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam lagi mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui metode bermain peran.


(4)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2011). “Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran”. Bandung: PT. Refika Aditama

Arya, I Gusti K. & Aditya A., Putu (2013). “Jurnal Pedagogik Pendidikan

Dasar”. Bandung: Jurusan Pedagogik – FIP – UPI dan Asosiasi Pendidikan Profesi Guru SD

Asriah, Siti. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Kegiatan

Bermain Alat Musik Perkusi di RA Persis 05 Bandung”. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Copley, Juanita V. (2001). “The Young Child and Mathematics”. Washington D.C. NAEYC

Depdiknas. (2003). “Pendekatan Kontekstual; Contextual Teaching and

Learning”. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdiknas. (2007). “Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-kanak”. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Epini, Hani. (2013). “Pengenalan Keterampilan Analisis Data Pada Anak TK

Melalui Penggunaan Media Grafik”. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). “Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gunarti, Winda, dkk. (2008). “Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan

Dasar Anak Usia Dini”. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Hadianty, Han, Han, H. (2013). “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep

Bilangan Melalui Kegiatan Proyek Memasak di Taman Kanak -kanak”.

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Handayani, Sri. (2012). “Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hasan, Maimunah. (2012). “Pendidikan Anak Usia Dini”. Jogjakarta: Diva Press Heruman. (2012). “Model Pembelajaran Matematika”. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). “Psikologi Perkembangan Edisi Kelima”. Jakarta: Erlangga


(5)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Kurikulum. (2004). “Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul

Athfal”. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mardalis. (2003). “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Masitoh. dkk. (2005). “Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak”.

Jakarta.

Moeslichatoen, R. (2004). “Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak” Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Morrison, George S. (2012). “Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)”. Jakarta: PT. Indeks.

Mutiah, Diana, (2010). “Psikologi Bermain Anak Usia Dini”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nugraha, Ali., & Rachmawati, Yeni. (2004). “Metode Pengembangan sosial

Emosional Edisi kesatu”. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Puspasari, Apriyani E. (2010). “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika

Menggunakan Metode Spesialisasi Tugas Tipe Co-Op Co-Op”. Universitas

Negeri Yogyakarta.

Rahmawati, Hima. (2014). “Meningkatkan Kemampuan Pengukuran Anak Usia

Dini Melalui Metode Bermain Peran”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Rosalina (2008). (Tanpa judul). (Online). Tersedia:

www.dpagbi.com/DetailMajalah.asp?recID=53-66k [24 september 2014] Santrock, J.W. (2007). “Chile Development”. Eleventh Education. New York:

McGraw-Hill Companies.

Siti, Vera M. (2012) “ Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan

Matematika Awal Anak TK”. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Solehuddin, M. (2000). “Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah”. Bandung

Sriningsih, Nining. (2009). “Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak

Usia Dini”. Bandung: Pustaka Sebelas

Sugianto T., Mayke. (1995). “Bermain, Mainan dan Permainan”. Jakarta:


(6)

Andi Kartini, 2015

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA D INI MELALUI METOD E BERMAIN PERAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Methods)”. Bandung: Cv. Alfabeta

Sujiono, Yuliani N. (2008). “Metode Pengembangan Kognitif”. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sujiono, Yuliani N. (2012). ”Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”. Jakarta: PT. Indeks

Susanto, Ahmad. (2011). “Perkembangan Anak Usia Dini”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wahyudin, Uyu. Dan Agustin, Mubiar. (2011). “Penilaian Perkembangan Anak

Usia Dini”. Bandung: PT. Refika Aditama

Wiyani, Novan A. dan Barnawi. (2012). “Format PAUD”. Jogjakarta: Ar-Ruzz Mediata

Widawati. (2010). “Implementasi Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak -Kanak Melalui Pendekatan Matematika Realistik”. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Yus, Anita. (2011). “Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak -kanak”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group