commit to user
1. Kondisi psikologis tikus putih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antar tikus putih dapat
mempengaruhi kondisi psikologis tikus putih. 2.
Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan tikus putih terhadap zat yang digunakan.
3. Keadaan awal hati tikus putih tidak diperiksa pada penelitian ini
sehingga mungkin saja ada tikus putih yang sebelum perlakuan hatinya sudah mengalami kelainan.
H. Alat dan Bahan Penelitian.
1. Alat.
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : a.
Kandang tikus putih 5 buah masing-masing untuk 5 ekor tikus putih.
b. Timbangan hewan.
c. Timbangan obat.
d. Alat bedah hewan percobaan scalpel, pinset, gunting, jarum,
meja. e.
Spuit pencekok.
f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.
g. Mikroskop cahaya medan terang.
h. Gelas ukur dan pengaduk.
commit to user
i. Juicer
j. Kamera Digital
2. Bahan.
Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a.
Parasetamol. b.
Makanan hewan percobaan pelet. c.
Aquades. d.
Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE. e.
Daging buah semangka merah.
I. Cara Kerja
1. Dosis jus buah semangka. Dosis yang dicobakan diberikan dengan 2 interval yaitu 100,
200, maka dosis yang digunakan dengan perincian sebagai berikut :
a. Untuk dosis I 100, diperoleh sebagai berikut :
Dosis likopen yang disarankan untuk dikonsumsi manusia adalah 6 mg per hari Giovannucci et al., 1995. Menurut Arab dan Steck
2000, setiap 100 gr buah semangka mengandung 4 mg likopen, maka dosis buah semangka yang dikonsumsi adalah 150 gr per hari. Dosis
tersebut dikonversikan pada tikus putih dengan faktor konversi 0,018, maka dosis buah semangka yang diberikan :
commit to user
= Berat semangka merah x faktor konversi = 150 g70 kg BB manusia x 0,018
= 2,7 gr200 gr BB tikus putih
Mengingat kapasitas lambung tikus putih maksimal 5 ml, maka peneliti memberikan dosis 2,7 grhari tersebut dalam 2 mlhari
Ngatidjan, 1991. Untuk memperoleh kandungan likopen dosis 2,7 gr200 gr BB tikus putih dalam 2 ml larutan, maka dilakukan
pengenceran dengan menggunakan aquades hingga didapatkan larutan sebanyak 100 ml, sehingga semangka yang dibutuhkan sebanyak:
x gr 2,7 gr
x = 135 gr 100 ml
2 ml
b. Dosis II adalah 200 dari dosis II, yaitu 5,4 gr 200 gr BB tikus putih
4 ml Jadi jus buah semangka yang diberikan secara oral pada 1 ekor
tikus putih 200 gram = 2 ml, dan 4 ml yang diberikan selama 14 hari berturut-turut.
Di luar jadwal perlakuan, tikus putih diberi makan pelet dan minum aquades ad libitum.
=
commit to user
2. Dosis dan pengenceran parasetamol. Dosis Parasetamol yang diketahui dapat menyebabkan kematian
pada 50 tikus dari satu kelompok tikus percobaan LD50 adalah 1944 mgkg BB Alberta, 2006.
Pada penelitian ini dipakai ¾ dosis di atas, yaitu 1944 mgkg BB x 0,75 = 1458 mgkg BB = 291,6 mg200 gr BB tikus putih, kemudian
dihitung pelarut air seperti berikut:
Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 1,71 ml, sehingga dalam 1 ml larutan parasetamol mengandung 291,6 mg
parasetamol. Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada
hari ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan sel hepar pada daerah
sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian pada tikus putih. Menurut Wilmana dan Gunawan 2007.
3. Persiapan tikus putih Tikus putih diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium
Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan harinya dapat langsung dilakukan perlakuan.
500 = 291,6 x = 1,71 ml x
1
commit to user
4. Pengelompokan Subjek Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Selanjutnya
subjek dikelompokkan menjadi empat kelompok secara random, dan masing-masing kelompok terdiri dari 7 tikus putih. Adapun
pengelompokan subjek adalah sebagai berikut: a. KK = Kelompok diberi aquades peroral sebanyak 2 cc200 gr BB tikus
putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut. b. KP
1
= Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 2 cc 200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan
pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol 1 cc200 gr BB tikus putih peroral perhari.
c.KP
2
= Kelompok perlakuan II diberi jus semangka merah dosis I peroral yaitu 2 cc200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut,
di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 1 cc200 gr BB tikus putih setelah 1 jam pemberian jus
semangka merah. d. KP
3
= Kelompok perlakuan III diberi jus semangka merah dosis II peroral yaitu 4 cc200 gr BB tikus putih selama 14 hari
berturut-turut, di mana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 1 cc200 gr BB tikus putih setelah 1 jam
pemberian jus semangka merah.
commit to user
Setiap sebelum pemberian parasetamol dan jus semangka merah, tikus putih dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung.
Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian jus semangka merah agar terabsorbsi terlebih dahulu.
commit to user
28 ekor tikus putih
1 ml parasetamol dosis 291,6 mg200 gr BB pada hari ke-12, 13, dan 14
Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat hari ke-15. 4. Langkah-langkah Penelitian
Gambar 3. Skema Langkah-langkah Penelitian.
Kelompok kontrol
Kelompok perlakuan 1
Kelompok perlakuan 2
Kelompok perlakuan 3
Dipuasakan selama + 5 jam Aquades 2 ml
2 ml jus buah semangka merah
dosis 2,7 gr semangka200 gr
BB tikus putih 4 ml jus buah
semangka merah Dosis 5,4 gr
semangka200 gr BB tikus putih
Setelah + 1 jam Aquades 1 ml
commit to user
5. Pengukuran hasil. Pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua
hewan coba dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra servikalis, kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat preparat
histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE. Pembuatan preparat dilakukan pada hari ke-15 agar efek perlakuan
tampak nyata. Lobus hepar yang diambil adalah lobus kanan dan irisan untuk preparat diambil pada bagian tengah dari lobus tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan preparat yang seragam. Dari setiap lobus kanan hepar, dibuat tiga irisan dengan tebal setiap irisan 3-8um.
Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Dari tiga irisan tersebut, diambil salah satu preparat secara acak untuk
dilakukan pengamatan di zona sentrolobuler. Pengamatan preparat dilakukan dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali untuk mengamati
seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang akan diamati pada zona sentrolobuler hepar. Dari tiap zona sentrolobuler
lobulus hepar tersebut, dengan perbesaran 1000 kali, ditentukan jumlah inti yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100
sel, kemudian dilakukan penghitungan skor total. Jadi, misalnya pada satu daerah zona sentrolobuler dari 100 sel yang diamati, ternyata
terdapat 25 sel dengan inti piknosis, 15 sel dengan karioreksis, dan 5 sel dengan kariolisis, maka jumlah skor dari satu daerah zona
sentrolobuler tersebut adalah 25+ 15 + 5 = 45. Jadi dari tiap kelompok
commit to user
akan mendapatkan 7 skor. Selanjutnya, rata-rata skor dari masing- masing kelompok dibandingkan dengan uji Oneway ANOVA dan jika
terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc
As’ari, 2009.
J. Teknik Analisis Data Statistik