PENGARUH JUS BUAH SEMANGKA MERAH (Citrullus vulgaris) TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

(1)

commit to user

PENGARUH JUS BUAH SEMANGKA MERAH (Citrullus vulgaris)

TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus

norvegicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

R. Bijak P. N. S. P. G.0007134

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Jus Buah Semangka Merah

(Citrullus vulgaris) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol

R. Bijak P. N. S. P., NIM : G.0007134, Tahun: 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 14 Desember Tahun 2010

Pembimbing Utama

Nama : S. B. Widjokongko, dr., M.Pd.,PHK

NIP : 19481231 197609 1 001 (……….……) Pembimbing Pendamping

Nama : Made Setiamika, dr., Sp. THT-KL

NIP : 19550727 198312 1 002 (...………..) Penguji Utama

Nama : Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001 (……….……)

Anggota Penguji

Nama : Makmuroch, Dra., M.S

NIP : 19530618 198003 2 002 (………)

Surakarta, 22 Juli 2010

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S


(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 22 Juli 2010

R. Bijak. P. N. S. P. NIM: G.0007134


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

R. Bijak P. N. S. P., G.0007134, 2010. Pengaruh Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian jus buah semangka merah dapat mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol dan apakah peningkatan dosis jus buah semangka merah dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol.

Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan the post test only controlled group design. Sampel berupa tikus putih jantan, galur

Wistar berumur + 3 bulan dengan berat badan + 200 gr. Sampel dengan teknik

incidental sampling sebanyak 28 ekor dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus putih. Kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan 1 (P1), tikus putih diberi aquades selama 14 hari. Kelompok perlakuan 2 (P2), tikus putih diberi jus buah semangka merah dosis I selama 14 hari. Kelompok perlakuan 3 (P3), tikus putih diberi jus buah semangka dosis II selama 14 hari. Parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih diberikan pada kelompok P1, P2, dan P3 pada hari ke-12, 13, dan 14. Hari ke-15, tikus putih dikorbankan kemudian ginjal tikus putih dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Gambaran histologis ginjal diamati dan dinilai berdasarkan jumlah kerusakan histologis yang berupa penjumlahan inti pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis. Data dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA (α = 0,05) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD)(α = 0,05).

Hasil Penelitian: Hasil uji One-Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3. Simpulan Penelitian: Jus buah semangka merah dapat mengurangi kerusakan sel ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol dan peningkatan dosis jus buah semangka merah dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel ginjal tikus putih meskipun tidak dapat mencapai derajat normal.

Kata kunci: jus buah semangka merah, parasetamol, kerusakan sel ginjal tikus putih.


(5)

commit to user

v ABSTRACT

R. Bijak P. N. S. P., G.0007134, 2010. The Influence of Watermelon (Citrullus vulgaris) Juice to Renal Cell Damaging of Rats (Rattus norvegicus) that be Induced by Paracetamol. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: The objective are to know the influence of watermelon juice to the renal cell damaging of rats which is induced by paracetamol and the increase of watermelon juice dose can also increase protection effect to the renal cell damaging of rats which is induced by paracetamol.

Methods: This was laboratory experimental research with the post test only controlled group design. Samples in this research were twenty eight male rats, Wistar type, + 3 months old age and + 200 gr of each weight. Samples divided into 4 groups, each group has seven rats. Rats for control group (K) and the first treatment group (P1) will be given aquades for 14 days in a row. The second treatment group (P2) will be given watermelon juice dose I for 14 days in a row. The third treatment group (P3) will be given watermelon juice dose II for 14 days in a row. Paracetamol will be given to P1, P2, and P3, with dose 291,6 mg/200 gr weight of rats on the day 12, 13, and 14. Finally on day 15th, rats are sacrificed with neck dislocation. After that, we made preparate from the renal that painted by Hematoxillin Eosin. Renal histological is observed and scored base on quantifying of renal histological damaging on karyopyknosis, karyorrhexis, and karyolysis. Data are analized by One-Way ANOVA test (α= 0,05), and continued by Post Hoc Multiple Comparisons test (LSD) (α= 0,05).

Results: Result of One-Way ANOVA shows that there was a significant of degree between 4 groups. Result of LSD method there was a significant of degree between K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, and P2-P3 groups.

Conclusion: The feeding of watermelon juice was able to decrease the renal cell damaging of rats and the increase of watermelon juice dose followed by the increase of protection effect to the renal cell damaging of rats which is induced by paracetamol although it could not be normal.


(6)

commit to user

vi PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT, karena dengan rahmat dan pertolongan-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Jus Buah

Semangka Merah (Citrullus vulgaris) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnahnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kendala dan hambatan, namun berkat bimbingan, arahan serta bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai Penguji I yang telah berkenan menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini.

3. S. B. Widjokongko, dr., M.Pd., PHK, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini.

4. Made Setiamika, dr, Sp. THT-KL, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, saran dan arahan dalam penelitian ini.

5. Makmuroch, Dra, M.S, selaku Penguji II yang telah berkenan menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penelitian ini.

6. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

7. Ibu, Ayah dan kakak tercinta, atas do’a, saran, dan motivasi di setiap waktu pada penulis.

8. Semua keluarga besar penulis di Jogja dan Ponorogo, atas semua motivasi dan dorongan untuk menjadi dokter yang baik.

9. Teman-teman yang senantiasa membantu dalam skripsi ini: Hardito, Fenda, Kharisma, Budi, Reza, Haris, Galih dan teman seperjuangan. 10. Teman-teman kelompok tutorial, dan kos Duta Siswa; atas semua

pengamalan kuliah menyenangkan di UNS.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, 22 Jul i 2010


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Semangka merah (Citrullus vulgaris) ... 5

2. Struktur Histologis Ginjal ... 7

3. Parasetamol ... 10

4. Mikroskopis Kerusakan Ginjal Setelah Pemberian Parasetamol Dosis Toksik ... 13

5. Mekanisme Kerusakan Ginjal oleh Parasetamol dan Mekanisme Renoprotektor Jus Buah Semangka Merah .... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 18

C. Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Lokasi Penelitian ... 20

C. Subjek Penelitian ... 20

D. Teknik Sampling ... ... 21

E. Rancangan Penelitian ... 21

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 24

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 27

I. Cara Kerja ... 28

J. Teknik Analisis Data Statistik ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A. Data Hasil Penelitian ... 36

B. Analisis Data ... 37

BAB V PEMBAHASAN ... 41

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Simpulan ... 47

B. Saran... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Kerusakan Histologis Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal pada Masing-Masing Kelompok Tikus Putih.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji LSD(α = 0,05). Tabel 3. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan.

Tabel 4. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian secara Oral. Tabel 5. Jumlah Sel Epitel Tubulus Proksimal Ginjal yang Dikelompokkan

Menurut Pola Nuklear Sel Masing-Masing Kelompok dengan Perbesaran 1000 Kali.

Tabel 6. Hasil Tes Normalitas Sebaran Data 4 Kelompok. Tabel 7. Sebaran Data Secara Deskriptif.

Tabel 8. Hasil Uji Homogeneity of Variances. Tabel 9. Hasil Uji One-Way ANOVA.


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.

Gambar 3. Skema Langkah-Langkah Penelitian.

Gambar 4. Preparat Ginjal Kelompok Kontrol dengan Perbesaran 400x. Gambar 5. Preparat Ginjal Kelompok Perlakuan 1 dengan Perbesaran 400x. Gambar 6. Preparat Ginjal Kelompok Perlakuan 2 dengan Perbesaran 400x. Gambar 7. Preparat Ginjal Kelompok Perlakuan 3 dengan Perbesaran 400x. Gambar 8. Tikus Putih yang Digunakan dalam Penelitian.

Gambar 9. Buah Semangka. Gambar 10. Jus Semangka.

Gambar 11. Proses Penyondean Jus Semangka pada Tikus Putih. Gambar 12.Neck Dislocation.

Gambar 13. Pengambilan Organ.

Gambar 14. Mikroskop dan Slide Preparat yang Digunakan dalam Pengambilan Data.


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel 3. Lampiran 2. Tabel 4. Lampiran 3. Tabel 5. Lampiran 4. Tabel 6-10.

Lampiran 5. Foto Preparat (Fotomikrograf). Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian.


(11)

commit to user

xi

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: Pengaruh Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol

R. Bijak P. N. S. P., G.0007134, Tahun 2010

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari ………., Tanggal ………….…... 2010

Pembimbing Utama Penguji Utama

S. B. Widjokongko, dr., MPd., PHK. Muthmainah, dr., MKes.

NIP: 19481231 197609 1 001 NIP: 19660702 199802 2 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Made Setiamika, dr, Sp. THT-KL. Makmuroch, Dra, MS.

NIP: 19550727 198312 1 002 NIP: 19530618 198003 2 002

Tim Skripsi

Muthmainah, dr., MKes. NIP: 19660702 199802 2 001


(12)

commit to user

xii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Jus Buah Semangka Merah

(Citrullus vulgaris) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol

R. Bijak P. N. S. P., NIM : G.0007134, Tahun: 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 14 Desember Tahun 2010

Pembimbing Utama

Nama : S. B. Widjokongko, dr., M.Pd.,PHK

NIP : 19481231 197609 1 001 (……….……) Pembimbing Pendamping

Nama : Made Setiamika, dr., Sp. THT-KL

NIP : 19550727 198312 1 002 (...………..) Penguji Utama

Nama : Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001 (……….……)

Anggota Penguji

Nama : Makmuroch, Dra., M.S

NIP : 19530618 198003 2 002 (………)

Surakarta, 22 Juli 2010

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S


(13)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semangka adalah salah satu jenis buah yang populer di masyarakat. Buah semangka banyak digemari orang terutama karena rasanya manis, daging buah berwarna merah atau kuning menarik, serta banyak mengandung air (93,4%) (Dalimartha, 2005). Semangka, yang masuk dalam keluarga

Cucurbitaceae, fungsinya tak sekadar penghilang dahaga, tetapi juga sebagai antioksidan yang baik. Buah berbentuk bulat ini juga mengandung vitamin C dan A dengan jumlah besar. Selain kaya akan vitamin C dan A, semangka juga dikenal merupakan sumber karotenoid yang sangat baik. Semangka mengandung likopen yang juga banyak ditemukan pada buah tomat. Kandungan likopen yang terdapat dalam semangka sebanyak 23-72 mikrogram/gram berat kering (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Dewasa ini, perhatian yang besar diberikan kepada likopen bukan karena perannya dalam memberi warna pada buah, tetapi karena kemampuannya yang menakjubkan untuk memadamkan radikal oksidatif yang berperan dalam proses penuaan dan beberapa penyakit degeneratif. Sebagai antioksidan, likopen memiliki kemampuan mencegah reaksi oksidasi oleh radikal bebas masing-masing dua kali dan sepuluh kali kemampuan beta-karoten (vitamin A) dan alpha-tokoferol (vitamin E). Melalui peran anti-oksidannya, likopen memadamkan radikal bebas yang dapat merusak sel.


(14)

commit to user

Fakta klinis dan epidemiologis telah membuktikan bahwa likopen sangat baik untuk kesehatan. Likopen melindungi jantung, melebarkan pembuluh darah, dan menghambat proliferasi sel kanker (Siagian, 2005). Dalam buah semangka

juga terkandung prekursor glutathione yakni cysteine, yang dapat

meningkatkan kadar glutathione dalam tubuh (He et al., 2004; Frank, 1995). Melalui mekanisme antioksidan dan peningkatan glutathione ini buah semangka merah dapat mencegah kerusakan histologis ginjal.

Penulis memilih parasetamol untuk dipaparkan pada tikus putih karena parasetamol termasuk dalam daftar obat bebas. Parasetamol dapat diperoleh di apotek atau toko obat tanpa harus menyerahkan resep dokter, sehingga penggunaannya sebagai obat rumah tangga sudah menjadi hal yang biasa (Goodman dan Gilman, 2001). Akses yang mudah dalam mendapatkan obat ini semakin meningkatkan penggunaannya sebagai obat rumah tangga sehingga dapat memperbesar kemungkinan keracunan akut (Ngatidjan, 2006). Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa ketika parasetamol memenuhi ginjal, parasetamol akan dioksidasi melalui sitokrom P450 dan

menghasilkan NAPQI yang dapat menyebabkan kerusakan tubulus ginjal (Zlatkovic et al., 1998).

Penelitian tentang semangka di Indonesia masih sangat sedikit terutama sebagai antioksidan dalam mekanisme renoprotektor. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin membuktikan apakah jus buah semangka merah dapat mengurangi kerusakan sel ginjal tikus putih akibat pemberian parasetamol dosis toksik.


(15)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah pemberian jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol ?

2. Apakah peningkatan dosis jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah pemberian jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan dosis jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi parasetamol.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh jus buah semangka merah dalam mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih yang terpapar parasetamol.


(16)

commit to user

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut, misalnya penelitian dengan subjek manusia. 2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan jus buah semangka merah sebagai obat alternatif untuk mencegah kerusakan ginjal.


(17)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Semangka merah (Citrullus vulgaris) a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Citrullus

Spesies : Citrullus vulgaris Schrad (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

b. Uraian Tanaman

Semangka berasal dari daerah tropik dan subtropik Afrika. Tumbuh liar di tepi jalan, padang belukar, pantai laut, atau ditanam di kebun dan pekarangan sebagai tanaman buah. Buah berbentuk bola sampai bulat memanjang, besar bervariasi dengan panjang 20-30 cm, diameter 15-20 cm, dengan berat mulai dari 4 kg sampai 20 kg. Kulit buahnya tebal dan berdaging, licin, warnanya bermacam-macam seperti hijau tua, kuning agak putih, atau hijau muda bergaris-garis


(18)

commit to user

putih. Daging buah warnanya merah, merah muda (pink), jingga (orange), kuning, bahkan ada yang putih. Biji bentuk memanjang, pipih, warnanya hitam, putih, kuning, atau cokelat kemerahan. Ada juga yang tanpa biji (seedless) (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). c. Kandungan kimia

Biji, daun, dan kulit buah mengandung saponin. Bijinya juga mengandung polifenol dan flavonoid serta daunnya mengandung polifenol. Biji kaya zat gizi dengan kandungan minyak berwarna kuning 20-45%, protein 30-40%, sitrullin, vitamin B12, dan enzim

urease. Senyawa aktif kukurbositrin pada biji semangka dapat memacu kerja ginjal dan menjaga tekanan darah agar tetap normal. Daging buah semangka rendah kalori dan mengandung air sebanyak 93,4%, protein 0,5%, karbohidrat 5,3%, lemak 0,1%, serat 0,2%, abu 0,5%, dan vitamin (A, B dan C). Selain itu, juga mengandung asam amino sitrullin (C6H13N3O3), asam aminoasetat, asam malat, asam fosfat,

arginin, betain, likopen (C4OH56), karoten, bromin, natrium, kalium,

silvit, lisin, fruktosa, dekstrosa, dan sukrosa. Sitrulin dan arginin berperan dalam pembentukan urea di hati dari amonia dan CO2

sehingga keluarnya urin meningkat. Kandungan kaliumnya cukup tinggi yang dapat membantu kerja jantung dan menormalkan tekanan darah. Dalam buah semangka juga terkandung prekursor glutathione

yakni cysteine, yang dapat meningkatkan kadar glutathione dalam


(19)

commit to user

yaitu likopen. Kandungan likopen yang terdapat dalam semangka sebanyak 23-72 mikrogram/gram berat kering. Likopen merupakan antioksidan yang lebih unggul dari vitamin C dan E (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; He et al., 2004).

2. Struktur Histologis Ginjal

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh, termasuk toksin dan zat asing lainnya seperti metabolit obat-obatan dan makanan tambahan (Guyton dan Hall, 1997).

Ginjal rentan terhadap efek toksik obat-obatan dan bahan-bahan kimia karena:

a. Ginjal menerima 25 persen dari curah jantung, sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar.

b. Interstitium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia

dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskuler.

c. Ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk kebanyakan obat sehingga insufisiensi ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan

peningkatan konsentrasi dalam cairan tubulus (Price dan Wilson, 1994).

Struktur mikroskopik ginjal terdiri dari korteks dan medula.

Korteks ginjal terdiri dari pars konvulata dan pars radiata. Pars konvulata/kontorta tersusun dari korpuskuli ginjal dan tubuli yang


(20)

commit to user

lurus (segmen lurus tubulus proksimal dan segmen lurus tubulus distal) dari nefron dan duktus koligens. Medula ginjal hanya mengandung tubuli bagian lurus dan segmen-segmen tipis nefron (Lengkung Henle) (Junqueira et al., 2005).

Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap ginjal mempunyai sekitar satu juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula Bowman, yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal (Price dan Wilson, 1994).

Korpuskulus ginjal terdiri dari kapsula Bowman dan rumbai kapiler glomerulus. Kapsula Bowman dilapisi oleh sel-sel epitel. Sel-sel epitel parietal berbentuk gepeng dan membentuk bagian terluar dari kapsula sedangkan sel-sel epitel viseral jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam kapsula dan melapisi bagian luar dari rumbai kapiler.

Membrana basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler, terjepit di antara sel-sel endotel membentuk bagian terdalam dari rumbai kapiler.

Sel endotel berkontak kontinu dengan membrana basalis. Sel-sel endotel, membrana basalis, dan sel-sel viseral merupakan tiga lapisan yang membentuk membrana filtrasi glomerulus. Sel-sel mesangial adalah sel-sel endotel yang membentuk suatu jaringan kontinu antara lengkung-lengkung kapiler glomerulus dan diduga juga berfungsi sebagai jaringan penyokong. Sel-sel mesangial ini bukan merupakan bagian dari membrana filtrasi (Price dan Wilson, 1994).


(21)

commit to user

Glomerulus tersusun oleh suatu anyaman kapiler yang berasal dari cabang-cabang arteriol aferen glomerulus. Jaringan ikat dari arteriol aferen tidak masuk ke dalam kapsula Bowman dan digantikan oleh sel mesangial. Glomerulus merupakan daerah sentral sel-sel mesangial dan lapisan-lapisan dari kapsula Bowman dengan membran dasar yang bersangkutan (Gartner dan Hiatt, 2007).

Aparatus jukstaglomerulus merupakan kumpulan sel-sel khusus (termasuk juga beberapa sel jaringan penyambung) di dekat katub vaskuler setiap glomerulus dan dianggap sebagai pengatur pengeluaran renin (Price dan Wilson, 1994).

Tubulus proksimal ginjal berperan dalam mekanisme absorbsi dan ekskresi. Sel-sel tubulus proksimal mempunyai tanda-tanda sel yang bermetabolisme tinggi, mempunyai banyak mitokondria untuk menyokong proses transpor aktif yang sangat cepat dan cukup tepat (Guyton dan Hall, 1997). Tubulus proksimal adalah lokasi yang paling sering mengalami kerusakan akibat toksikan (Klassen, 2003). Hal ini terjadi karena sebelum obat dan metabolitnya diekskresikan melalui urine, terlebih dahulu akan dikonsentrasikan dalam sel tubulus proksimal

ginjal sehingga kadar toksik pada tubulus proksimal meningkat (Price dan Wilson, 1994). Sitokrom P450 di ginjal yang berperan penting

pada pembentukan N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) dan

memacu timbulnya nefrotoksisitas sebagian besar berada di tubulus proksimal (Klassen, 2003).


(22)

commit to user

Tubulus proksimal berada sebagian besar di korteks ginjal. Diameternya ± 60 µm dan panjangnya ± 14 mm. Tubulus proksimal terdiri dari pars konvulata yang berada di dekat korpuskulus ginjal dan pars rekta yang berjalan turun di medulla dan korteks, kemudian berlanjut menjadi lengkung Henle di medulla. Sel-sel tubulus proksimal berbentuk kuboid selapis dengan batas sel yang tidak jelas dengan sitoplasma eosinofilik dan bergranula dan inti sel yang besar, bulat dan berbentuk sferis di tengah sel. Puncak-puncak sel yang menghadap ke lumen tubulus mempunyai mikrovili cukup panjang yang disebut brush border. Pada bagian basal sel tampak adanya garis-garis basal yang disebut basal striation (Gartner dan Hiatt, 2007).

Penderita yang memakai analgetik dalam jumlah besar dapat mengalami nefritis interstitial kronis dan sering disertai nekrosis papiler ginjal. Nefritis interstitial dapat terjadi karena konsumsi analgetik yang toksikan dalam waktu yang lama. Asetaminofen, metabolit fenasetin,

dapat merusak sel dengan ikatan kovalen dan jejas oksidatif (Robbins dan Kumar, 1995).

3. Parasetamol

Asetaminofen (parasetamol) merupakan metabolit fenasetin yang memiliki efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 2001; Katzung, 1998). Obat ini adalah penghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek antiinflamasi yang bermakna (Katzung, 1998). Efek antipiretik


(23)

commit to user

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen (Wilmana, 2001). Obat ini cukup aman untuk dosis terapi (1,2 gr/hari untuk dewasa) (Katzung, 1998).

Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Absorbsinya tergantung kecepatan pengosongan lambung (Katzung, 1998). Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma antara 1 - 3 jam. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma dan sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hati (Wilmana, 2001). Di dalam hati, 60% dikonjugasi dengan asam glukoronat, 35% asam sulfat dan 3% asam sistein (Goodman dan Gilman, 2001). Secara normal, 90% parasetamol mengalami glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat yang sesuai sedangkan sisanya 3 - 8% dimetabolisme melalui jalur sitokrom P450 (Olson, 2004). Jalur glukuronidasi dan sulfasi tidak dapat

digunakan lagi ketika asupan parasetamol jauh melebihi dosis terapi dan akan beralih ke jalur sitokrom P450. Konjugasi melalui jalur sitokrom

P450 menghasilkan senyawa NAPQI yang merupakan metabolit

intermediet parasetamol yang sangat aktif, elektrofilik dan bersifat toksik bagi hati dan ginjal (Goodman dan Gilman, 2001). Hepatotoksisitas tidak akan terjadi selama glutathione tersedia untuk konjugasi senyawa NAPQI yang merupakan metabolit intermediet parasetamol tersebut. Glutathione yang terpakai akan lebih cepat dari regenerasinya dengan berjalannya waktu dan akhirnya akan terjadi pengosongan glutathione dan terjadi penimbunan NAPQI. Metabolit ini


(24)

commit to user

akan berikatan kovalen dengan gugusan nukleofilik yang terdapat pada makromolekul sel seperti protein, DNA, dan mitokondria sehingga menyebabkan hepatotoksisitas (Hodgson dan Levi, 2000). Reaksi antara

NAPQI dengan makromolekul memacu terbentuknya Radical Oxygen

Species (ROS) (Klassen, 2003). Selain itu, NAPQI dapat menimbulkan stres oksidatif, yang berarti bahwa NAPQI dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid merupakan bagian dari proses atau rantai reaksi terbentuknya radikal bebas (Rubin et al., 2005).

NAPQI mengandung ion superoksida/radikal bebas oksigen/O2

-yang merupakan oksidan bagi sel. O2- ini dapat dinetralisir oleh SOD

dan Cu2+ menjadi hydrogen peroxide (H2O2). Melalui reaksi Fenton dan Haber Weiss terbentuklah Radikal hidroksil (OH-). Radikal hidroksil sangat reaktif dan toksik terhadap sel tubuh karena merusak senyawa-senyawa penting tubuh yaitu asam lemak tak jenuh, DNA, dan protein (Tjokroprawiro, 1993).

Radikal hidroksil juga dapat berikatan dengan asam lemak tak jenuh (komponen glikolipid, fosfolipid dan kolesterol) yang merupakan penyusun membran sel, akibatnya terbentuklah lipid peroxide. Lipid peroxide akhirnya akan terpecah-pecah menjadi beberapa

malondialdehid (MDA). MDA tersebut sangat toksik dan merusak


(25)

commit to user

Efek samping paling serius dari kelebihan dosis akut parasetamol adalah nekrosis hati yang fatal. Nekrosis tubulus renalis dan

hipoglikemia juga dapat terjadi setelah menelan dosis tunggal 10-15 gr (150-250 mg/kg BB). Dosis 20-25 gr atau lebih dapat menyebabkan

akibat fatal. Sekitar 10% pasien keracunan yang tidak mendapatkan pengobatan yang spesifik berkembang menjadi kerusakan hati yang hebat dan 10-20% akhirnya meninggal karena kegagalan fungsi hati. Kegagalan ginjal akut juga terjadi pada beberapa pasien (Goodman dan Gilman, 2001). Sedangkan dosis toksik untuk tikus atau LD50 tikus adalah 1944 mg/kg BB (Genome Alberta, 2006). Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa ketika parasetamol memenuhi ginjal, parasetamol akan dioksidasi melalui sitokrom P450 sehingga dapat

menyebabkan kerusakan tubulus (Zlatkovic et al., 1998).

4. Mikroskopis Kerusakan Ginjal Setelah Pemberian Parasetamol Dosis Toksik

Kerusakan ginjal yang berupa nekrosis dapat terjadi sebagai

akibat dari pemberian parasetamol dengan dosis toksik

(Goodman dan Gilman, 2001). Nekrosis adalah kematian sel dan jaringan pada tubuh yang hidup.

Adapun tanda-tanda kerusakan sel :

a. Pyknosis : intinya kisut dan bertambah basofil, berwarna gelap, batasnya tidak teratur.


(26)

commit to user

b. Karyorrhexis : inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel.

c. Karyolysis : kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja (Price dan Wilson, 1994).

Pada nekrosis tubuler akut nefrotoksik terjadi nekrosis segmen-segmen pendek tubulus, terutama pada tubulus proksimal, dengan membrana basalis tubuli umumnya masih baik dan secara klinik terjadi supresi akut fungsi ginjal (Robbins dan Kumar, 1995). Secara histologis ditandai dengan sel-sel epitel tubulus yang semakin menipis dan datar,

brush border menghilang, lumen tubulus melebar dan terisi oleh jaringan nekrotik (Dische, 1995). Hal ini terjadi karena sel epitel tubulus ginjal peka terhadap anoksia dan mudah rusak karena keracunan saat kontak dengan zat-zat yang diekskresi oleh ginjal. Inti pada sel yang nekrosis sama sekali menghilang dengan berjalannya waktu. Sitoplasma berubah menjadi masa asidofil suram bergranula. Apabila penderita dapat bertahan selama seminggu, regenerasi epitel akan tampak sebagai bentuk aktivitas mitosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal yang masih ada (Robbins dan Kumar, 1995).


(27)

commit to user

5. Mekanisme Kerusakan Ginjal oleh Parasetamol dan Mekanisme Renoprotektor Jus Buah Semangka Merah

Pada kondisi normal, parasetamol yang diabsorbsi oleh tubuh dikonjugasi dengan asam glukoronat dan asam sulfat, sebagian kecil dihidroksilasi dengan sitokrom P-450 menjadi metabolit

N-asetil-p-benzoquinonimin (NAPQI). Metabolit NAPQI ini oleh glutathione

hepar diubah menjadi metabolit sistin dan merkapturat yang kemudian dibuang melalui urin (Wilmana dan Gunawan, 2007). Tetapi jika dosis parasetamol tinggi akan terjadi deplesi glutathione sehingga metabolit yang reaktif tersebut akan berikatan dengan protein sel dan akan menyebabkan kematian sel. Terjadinya deplesi glutathione dapat diketahui dengan pemeriksaan urine. Dalam urine tidak akan dijumpai

glutathione akibat penggunaan glutathione untuk mengubah metabolit parasetamol (Ross et al., 1980).

Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa ketika parasetamol memenuhi ginjal, parasetamol akan dioksidasi melalui

sitokrom P450 sehingga dapat menyebabkan kerusakan tubulus

(Zlatkovic et al., 1998).

Kerusakan ginjal akibat parasetamol dapat terjadi karena reaksi toksik, alergi dan radikal bebas. Tubulus proksimal adalah lokasi yang paling sering mengalami kerusakan akibat toksikan (Klassen, 2003). Hal ini terjadi karena sebelum obat dan metabolitnya diekskresikan melalui urine, terlebih dahulu akan dikonsentrasikan dalam sel tubulus proksimal


(28)

commit to user

ginjal sehingga kadar toksik pada tubulus proksimal meningkat (Price dan Wilson, 1994). Sitokrom P450 di ginjal yang berperan penting

pada pembentukan N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) dan

memacu timbulnya nefrotoksisitas sebagian besar berada di tubulus proksimal (Klassen, 2003).

Kandungan utama jus buah semangka merah yang berperan dalam mencegah kerusakan ginjal akibat pemberian parasetamol dosis toksik adalah antioksidan. Antioksidan yang dimiliki jus buah semangka antara lain vitamin C, vitamin A dan likopen (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Penelitian dewasa ini menunjukkan bahwa peran antioksidan likopen adalah yang tertinggi di antara karotenoid yang sudah dikenal. Likopen memiliki kemampuan untuk menetralkan radikal bebas, terutama yang dihasilkan oleh reaksi metabolisme selular (suatu jenis radikal bebas yang sangat reaktif di dalam tubuh). Sebagai antioksidan, likopen memiliki kemampuan mencegah reaksi oksidasi oleh radikal bebas masing-masing dua kali dan sepuluh kali kemampuan beta-karoten (vitamin A) dan alpha-tokoferol (vitamin E) (Siagian, 2005).

Antioksidan ini mampu memberikan elektron kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya stres oksidatif (Almatsier, 2004).


(29)

commit to user

Dalam buah semangka juga terkandung prekursor glutathione

yakni cysteine, yang dapat meningkatkan kadar glutathione dalam tubuh (He et al., 2004; Frank, 1995). Peningkatan kadar glutathione akan mengisi kembali kekosongannya di dalam tubuh dan dapat digunakan untuk konjugasi NAPQI (Frank, 1995).

Melalui mekanisme antioksidan dan peningkatan glutathione ini jus buah semangka merah dapat mencegah kerusakan histologis ginjal.


(30)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Vit. A Vit.C Likopen Lipid peroxide Radical Oxygen Species (ROS)

Stres oksidatif

Meningkatkan

glutathione

Nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal

Kerusakan ginjal

Cisteyne

(Prekursor glutathione)

Variabel luar yang tak terkendali: kondisi psikologis, keadaan awal hepar dan reaksi

hipersensitivitas

Meningkatkan Total Antioxidant Status (TAS)

Ikatan kovalen NAPQI dgn makromolekul sel

ginjal Meningkatkan NAPQI (elektrofilik) Deplesi glutathione Keterangan: : memacu : menghambat Bioaktivasi sitokrom P450 Kerusakan makromolekul Jus buah semangka merah Parasetamol dosis toksis


(31)

commit to user C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Pemberian jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat mencegah kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terpapar parasetamol.

2. Peningkatan dosis jus buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terpapar parasetamol.


(32)

commit to user

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Peneliti mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan coba di laboratorium.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi : Tikus Putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur Wistar berusia ± 3 bulan dengan berat badan ± 200 gram.

2. Sampel : Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan berdasarkan rumus Federer yaitu:

(k-1)(n-1) > 15 (4-1)(n-1) > 15

3(n-1) > 15 3n > 15 + 3


(33)

commit to user Keterangan:

k : jumlah kelompok

n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok sebanyak 7 ekor tikus putih (n > 6). Jumlah kelompok tikus putih ada 4 sehingga penelitian ini membutuhkan 28 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling. Sampel diperoleh dengan mengambil begitu saja subjek penelitian yang ditemui dari populasi yang ada. Kemudian tikus putih tersebut dimasukkan ke dalam 4 kelompok secara random.

E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group design. Model rancangan ini merupakan rancangan eksperimental sederhana. Dalam rancangan ini subjek dibagi menjadi > 2 kelompok (4 kelompok) secara random. Perlakuan pemberian parasetamol saja diberikan kepada satu kelompok, 2 kelompok lain diberi perlakuan pemberian jus buah semangka merah dengan dosis yang berbeda dengan diinduksi parasetamol, dan perlakuan lain sebagai kontrol. Setelah waktu yang ditentukan, semua kelompok diobservasi atau dilakukan pengukuran terhadap variabel efek yang diteliti. Perbedaan hasil pengukuran nilai variabel pada kelompok perlakuan


(34)

commit to user Sampel

mencit 32 Ekor

Bandingkan dengan uji

statistik Sampel Tikus

Putih 28 ekor

dan kelompok kontrol merupakan efek dari perlakuan (Taufiqqurohman, 2008).

K O0

P1 O1

P2 O2

P3 O3

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian.

Keterangan:

K : Kelompok kontrol tanpa diberi jus buah semangka merah maupun

parasetamol. Pemberian aquades 2 ml/200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan 1 ml/200 gr BB tikus putih pada hari ke-12, 13, dan 14.

P1 : Kelompok perlakuan 1, yang diberi parasetamol tanpa diberi jus buah semangka merah. Pemberian aquades peroral sebanyak 2 ml/200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke-12, 13 dan 14 diberi parasetamol 291,6 mg/200 gr BB tikus putih perhari.

P2 : Kelompok perlakuan 2, jus buah semangka merah dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih 1 jam setelah pemberian jus buah semangka merah.


(35)

commit to user

P3 : Kelompok perlakuan 3, yang diberi jus buah semangka merah dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih 1 jam setelah pemberian jus buah semangka merah.

O0 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis dari 100 sel di pars konvulata korteks ginjal (50 sel ginjal kanan dan 50 sel ginjal kiri) kelompok kontrol.

O1 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis dari 100 sel di pars konvulata korteks ginjal (50 sel ginjal kanan dan 50 sel ginjal kiri) kelompok KP1.

O2 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis dari 100 sel di pars konvulata korteks ginjal (50 sel ginjal kanan dan 50 sel ginjal kiri) kelompok KP2.

O3 : Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis dari 100 sel di pars konvulata korteks ginjal (50 sel ginjal kanan dan 50 sel ginjal kiri) kelompok KP3.

Pengamatan jumlah inti sel epitel tubulus proksimal ginjal pyknosis,

karyorrhexis dan karyolysis dilakukan pada hari ke-15 setelah perlakuan pertama dikerjakan


(36)

commit to user F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Pemberian jus buah semangka merah. 2. Variabel Terikat

Kerusakan sel ginjal tikus putih. 3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan tikus putih semuanya diseragamkan.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas, dan keadaan awal ginjal tikus putih.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas: pemberian jus buah semangka.

Jus buah semangka merah diberikan secara per oral dengan spuit pencekok dalam 2 dosis.

Dosis I : 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih/hari diberikan pada tikus putih KP2.

Dosis II : 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih/hari diberikan pada tikus putih KP3.


(37)

commit to user

Jus buah semangka merah diberikan selama 14 hari berturut- turut. Jus buah semangka merah dibuat oleh peneliti dengan menggunakan blender buah. Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal.

2. Variabel terikat: kerusakan sel ginjal tikus putih.

Adalah besarnya skor kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal yang diinduksi parasetamol setelah diberi jus buah semangka merah. Besarnya skor kerusakan histologis dinilai dengan cara menghitung skor kerusakan yang terjadi pada sel epitel tubulus proksimal pada suatu daerah tertentu di pars konvulata korteks ginjal. Tiap ekor tikus putih dibuat 2 irisan jaringan dari ginjal kanan dan 2 irisan jaringan dari ginjal kiri, yang kemudian diambil secara acak 1 irisan dari masing-masing ginjal untuk diamati pada mikroskop. Pengamatan 100 sel epitel tubulus proksimal (50 sel ginjal kanan dan 50 sel ginjal kiri) yang ada pada setiap daerah tersebut dihitung jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan. Masing-masing irisan ginjal yang diamati kemudian dihitung jumlah inti sel yang mengalami pyknosis, karyorrhexis dan

karyolysis, kemudian hasil penghitungan masing-masing pola nuklear nekrosis sel tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan poin kerusakan histologis masing-masing ginjal. Hasil penilaian akhir masing-masing setiap tikus putih merupakan penjumlahan antara pola nuklear nekrosis sel ginjal kanan dan ginjal kiri.

Maka rumus besarnya poin kerusakan histologis adalah:


(38)

commit to user Keterangan :

P : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti pyknosis. Kr : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti karyorrhexis. Kl : Jumlah sel epitel tubulus proksimal dengan inti karyolysis.

Setiap kelompok tikus putih mempunyai jumlah total 7 poin kerusakan histologis (jumlah tikus putih tiap kelompok 7 ekor dan merupakan penjumlahan hasil hitung poin kerusakan ginjal kiri serta ginjal kanan). Skala ukuran variabel ini adalah skala rasio.

3. Variabel luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan. Variabel ini dapat dikendalikan melalui homogenisasi.

1) Variasi genetik

Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) dengan galur Wistar.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin tikus putih yang digunakan adalah jantan. 3) Umur

Umur tikus putih pada penelitian ini adalah ± 3 bulan. 4) Suhu udara

Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara berkisar antara 25 – 28o C.

5) Berat badan


(39)

commit to user 6) Jenis makanan

Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM (Perusahaan Air Minum).

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan: kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas, dan keadaan awal ginjal tikus putih.

1) Kondisi psikologis tikus putih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, dan pemberian perlakuan yang berulang kali dapat mempengaruhi kondisi psikologis tikus putih.

2) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan tikus putih terhadap zat yang digunakan.

3) Keadaan awal ginjal tikus putih tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga mungkin saja ada tikus putih yang sebelum perlakuan ginjalnya sudah mengalami kelainan.

H. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat.

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Kandang tikus putih 28 buah masing-masing untuk 1 tikus putih. b. Timbangan hewan.

c. Timbangan obat.

d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).


(40)

commit to user e. Spuit pencekok.

f. Alat untuk pembuatan preparat histologi. g. Mikroskop cahaya medan terang.

h. Gelas ukur dan pengaduk. i. Kamera.

j. Blender. 2. Bahan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Parasetamol.

b. Makanan hewan percobaan (pelet). c. Aquades.

d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE (Hematoksilin Eosin).

e. Buah semangka merah (Citrullus vulgaris) dengan biji.

I. Cara Kerja

1. Dosis jus buah semangka.

Dosis yang dicobakan diberikan dengan 2 interval yaitu 100%, 200%, maka dosis yang digunakan dengan perincian sebagai berikut :

a. Untuk dosis I (100%), diperoleh sebagai berikut :

Dosis likopen yang disarankan untuk dikonsumsi manusia adalah 6 mg per hari (Giovannucci et al., 1995). Menurut Arab dan Steck (2000), setiap 100 gr buah semangka mengandung 4 mg likopen, maka


(41)

commit to user

dosis buah semangka yang dikonsumsi adalah 150 gr per hari. Dosis tersebut dikonversikan pada tikus putih dengan faktor konversi 0,018, maka dosis buah semangka yang diberikan :

= Berat semangka merah x faktor konversi = 150 gr/70 kg BB manusia x 0,018 = 2,7 gr/200 gr BB tikus putih = 13,5 gr/kg BB tikus putih

Mengingat kapasitas lambung tikus putih maksimal 5 ml, maka peneliti memberikan dosis 2,7 gr/hari tersebut dalam 2 ml/hari (Ngatidjan, 1991). Untuk memperoleh buah semangka dosis 2,7 gr/200 gr BB tikus putih dalam 2 ml larutan, maka dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades hingga didapatkan larutan sebanyak 100 ml, sehingga semangka yang dibutuhkan sebanyak:

x gr 2,7 gr x = 135 gr

100 ml 2 ml

b. Dosis II adalah 200% dari dosis I, yaitu 5,4 gr/200 gr BB tikus putih (4 ml)

Jadi jus buah semangka yang diberikan secara oral pada 1 ekor tikus putih (200 gram) = 2 ml, dan 4 ml yang diberikan selama 14 hari berturut-turut.

Di luar jadwal perlakuan, tikus putih diberi makan pelet dan minum air PAM ad libitum.


(42)

commit to user 2. Dosis dan pengenceran Parasetamol.

Dosis Parasetamol yang diketahui dapat menyebabkan kematian pada 50% tikus dari satu kelompok tikus percobaan (LD50) adalah 1944 mg/kg BB (Alberta, 2006).

Pada penelitian ini dipakai ¾ dosis di atas, yaitu 1944 mg/kg BB x 0,75 = 1458 mg/kg BB = 291,6 mg/200 gr BB tikus putih, kemudian dihitung pelarut air seperti berikut:

Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 1,71 ml, sehingga dalam 1 ml larutan parasetamol mengandung 291,6 mg parasetamol.

Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke-12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan berupa nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal di daerah pars konvulata korteks ginjal tanpa menimbulkan kematian pada tikus putih.

500 = 291,6 x = 1,71 ml


(43)

commit to user 3. Persiapan Tikus Putih.

Tikus putih diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan harinya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.

4. Pengelompokan Subjek.

Pada minggu kedua mulai dilakukan percobaan. Subjek

dikelompokkan menjadi empat kelompok secara random, dan masing-masing kelompok terdiri dari 7 tikus putih. Adapun pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

a. K : Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 2 ml/200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan 1 ml/200 gr BB tikus putih pada hari ke-12, 13, dan 14.

b. P1 : Kelompok perlakuan 1 diberi aquades peroral sebanyak 2 ml/200 gr BB tikus putih setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih peroral perhari.

c. P2 : Kelompok perlakuan 2 diberi jus buah semangka merah peroral dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih setelah 1 jam pemberian jus buah semangka merah.


(44)

commit to user

d. P3 : Kelompok perlakuan 3 diberi jus buah semangka merah dosis II peroral yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih selama 14 hari berturut-turut, dimana hari ke-12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB tikus putih setelah 1 jam pemberian jus buah semangka merah.

Setiap sebelum pemberian parasetamol dan jus buah semangka merah, tikus putih dipuasakan dahulu ± 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian jus buah semangka merah agar terabsorbsi terlebih dahulu.


(45)

commit to user 28 ekor tikus putih

1 ml parasetamol dosis 291,6 mg/200 gr BB pada hari ke-12, 13, dan 14

Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat ginjal hari ke-15. 5. Pemberian Perlakuan.

Gambar 3. Skema Langkah-Langkah Penelitian. Kelompok

kontrol

Kelompok perlakuan 1

Kelompok perlakuan 2

Kelompok perlakuan 3

Dipuasakan selama + 5 jam

Aquades 2 ml 2 ml jus buah semangka merah

dosis 2,7 gr semangka/200 gr

BB tikus putih

4 ml jus buah semangka merah

Dosis 5,4 gr semangka/200 gr

BB tikus putih Setelah + 1 jam


(46)

commit to user 6. Pengukuran Hasil.

Pada hari ke-15 setelah perlakuan diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara neck dislocation. Hal ini dilakukan pada hari ke-15 agar efek dari perlakuan masih tampak nyata. Setiap tikus putih diambil ginjal kanan dan kiri (untuk keseragaman), kemudian dibuat masing- masing 2 irisan secara frontal pada daerah pertengahan ginjal (untuk keseragaman) dengan ketebalan tiap irisan ginjal + 5–7 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Preparat ginjal dibuat dengan metode blok parafin dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE). Masing-masing ginjal diambil salah satu preparat dari 2 irisan tersebut secara acak untuk dilakukan pengamatan.

Pengamatan preparat jaringan ginjal mula-mula dilakukan dengan perbesaran 100 kali untuk mengamati seluruh bagian irisan, kemudian ditentukan tubulus proksimal yang terletak pada pars konvulata korteks ginjal. Pengamatan dilanjutkan dengan perbesaran 400 kali untuk mengamati inti sel epitel tubulus proksimal ginjal. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 1000 kali untuk melihat inti sel yang pyknosis,

karyorrhexis dan karyolysis dari tiap 100 dengan lebih jelas.

Pengamatan dilakukan pada tubulus proksimal ginjal karena pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan sekresi aktif serta kadar sitokrom P450 lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan


(47)

commit to user

Untuk mengetahui sel-sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan maka dari tiap irisan ditentukan 1 daerah di pars konvulata korteks ginjal kemudian pada tiap daerah tersebut dihitung jumlah sel epitel tubulus proksimal yang mengalami kerusakan dari tiap 50 sel epitel tubulus proksimal yang ada di daerah tersebut (50 sel pada irisan ginjal kanan dan 50 sel pada irisan ginjal kiri). Sel dengan inti pyknosis,

karyorrhexis, dan karyolysis masing- masing diberi skor 1. Jika pada suatu daerah di pars konvulata korteks ginjal terdapat 20 sel epitel tubulus proksimal dengan inti pyknosis, 10 sel dengan inti karyorrhexis, dan 5 sel dengan inti karyolysis, maka skor kerusakan histologis pada daerah tersebut adalah 20 + 10 + 5 = 35. Setiap kelompok tikus putih mempunyai jumlah total 7 poin kerusakan histologis (jumlah tikus putih tiap kelompok 7 ekor dan merupakan penjumlahan hasil hitung poin kerusakan ginjal kiri serta ginjal kanan). Nilai skor kerusakan histologis ini kemudian dianalisis secara statistik.

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Oneway

ANOVA (Analysis of Variant). Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 (Riwidikdo, 2007).


(48)

commit to user 41 BAB V PEMBAHASAN

Secara teoritis, konsumsi parasetamol dosis berlebih dapat menyebabkan nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal. Sel epitel tubulus proksimal ginjal mengalami nekrosis karena metabolit N-asetyl-p-benzoquinone imine (NAPQI) yang reaktif dan toksik. NAPQI akan bereaksi dengan gugus nukleofilik pada protein, DNA, dan mitokondria, serta dapat menimbulkan stres oksidatif sehingga dapat menyebabkan nekrosis (Katzung, 1998; Wilmana, 2007; Rubin et al., 2005).

Nekrosis adalah kematian sel dan jaringan pada tubuh yang hidup yang bersifat irreversible. Pada nekrosis perubahan tampak nyata pada inti sel (Robbins and Kumar, 2003). Kematian sel terjadi bersamaan dengan pecahnya membran plasma. Perubahan morfologis awal berupa edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagregasi polisom (Wenas, 1996). Stadium selanjutnya sel dapat mengalami degenerasi hidropik, susunan sel yang terpisah-pisah, inti sel

pyknosis yaitu pengerutan inti sel dan kondensasi kromatin. Kemudian terjadi

karyorrhexis yaitu fragmentasi inti yang meninggalkan pecahan-pecahan sisa inti berupa zat kromatin yang tersebar didalam sel. Selanjutnya terjadi karyolysis

(kromatin basofil menjadi pucat). Dengan perjalanan waktu, terjadi penghancuran dan pelarutan inti sel sehingga inti sel sama sekali menghilang, pecahnya membran plasma, dan nekrosis (Thomas, 1988).


(49)

commit to user

Nekrosis berbeda dengan apoptosis. Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan membentuk massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi. Pada pemeriksaan histologi tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang mengalami apoptosis. Sedangkan pada nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis. Sel yang mengalami apoptosis biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan langsung denganya dan beberapa makrofag. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag (Thompson et al., 1992).

Pada penelitian ini kerusakan struktur sel ginjal dinilai dari jumlah sel ginjal yang intinya pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis, dan ketiga jenis kerusakan ini diberi nilai 1.

Secara teoritis, sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang dipapar dengan parasetamol dosis toksik akan mengalami kerusakan yang digambarkan dengan inti sel yang pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis.


(50)

commit to user

Pemberian parasetamol dosis toksik ditambah jus buah semangka menunjukkan hasil berupa kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal yang lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian parasetamol tanpa jus buah semangka. Hal ini disebabkan jus buah semangka memiliki efek renoprotektif terhadap efek toksik parasetamol. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok perlakuan dengan parasetamol dan kelompok perlakuan dengan parasetamol dan jus buah semangka. Kelompok kontrol hanya diberikan aquades sebagai plasebo.

Kelompok kontrol juga memperlihatkan gambaran inti pyknosis,

karyorrhexis dan karyolysis. Hal ini terjadi karena adanya proses apoptosis yang secara fisiologi dialami oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalu mengalami penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel baru melalui proses regenerasi (Mitchell dan Cotran, 2007). Pengaruh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan juga dapat menjadi penyebabnya.

Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang bermakna dari nilai rata-rata

jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal antara keempat kelompok. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.

Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari skor rata-rata kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal antara kelompok K dan kelompok P1. Hal ini terjadi karena kelompok P1 mengalami kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal akibat pemberian parasetamol dosis toksik. Hasil tersebut


(51)

commit to user

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa parasetamol dosis toksik mampu menginduksi kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal akibat NAPQI yang reaktif dan toksik. NAPQI akan bereaksi dengan gugus nukleofilik pada protein, DNA, dan mitokondria, serta menimbulkan stres oksidatif sehingga dapat menyebabkan kematian sel (Katzung, 2002; Wilmana, 2007).

Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan setelah pemberian jus buah semangka dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih dan parasetamol. Hasil analisis kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal pada kelompok P2 menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok K dan kelompok P1. Hal ini berarti pemberian jus buah semangka dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih dapat mengurangi kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih akibat pemberian parasetamol, tetapi tidak dapat mengembalikan sel epitel tubulus proksimal ginjal ke kondisi seperti kelompok K.

Hasil kelompok P3 menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok P1 dan kelompok K. Hal ini berarti pemberian jus buah semangka dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih sebelum pemberian parasetamol mampu mengurangi jumlah kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal yang diinduksi parasetamol tetapi belum dapat mengembalikan sel epitel tubulus proksimal ginjal mendekati kondisi seperti kelompok K. Hal ini dapat disebabkan jus buah semangka dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih masih kurang optimal untuk melindungi sel ginjal dari kerusakan yang ditimbulkan oleh parasetamol.


(52)

commit to user

Derajat kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal pada kelompok P2 lebih besar daripada kelompok P3. Hal ini berarti peningkatan dosis jus buah semangka dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol.

Semangka mengandung antioksidan yang mampu mencegah dan menghambat efek toksik parasetamol. Kandungan beberapa antioksidan maupun zat yang berhubungan dengan antioksidan dalam semangka yaitu vitamin C, vitamin A, prekursor glutathione yakni cysteine, dan likopen (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; He et al., 2004). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron kepada senyawa oksidan, dalam hal ini radikal bebas, sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Likopen menjadi inti dalam penelitian ini karena sebagai antioksidan, likopen memiliki kemampuan mencegah reaksi oksidasi oleh radikal bebas masing-masing dua kali dan sepuluh kali kemampuan beta-karoten (vitamin A) dan alpha-tokoferol (vitamin E) (Siagian, 2005). Antioksidan tersebut mampu memberikan elektron kepada molekul radikal bebas dan memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya stres oksidatif (Almatsier, 2004). Prekursor glutathione yakni cysteine dapat meningkatkan kadar glutathione

tubuh. Peningkatan kadar glutathione akan mengisi kembali kekosongannya di dalam tubuh dan dapat digunakan untuk konjugasi NAPQI (Frank, 1995; He et al., 2004).


(53)

commit to user

Zhang dan kawan-kawan (1997) yang melakukan studi perbandingan kadar retinoid dan beta-retinoid pada jaringan adiposa payudara dan pada penderita kanker payudara, menunjukkan adanya kaitan antara kadar retionoid dan karotenoid (termasuk likopen) dengan menurunnya risiko kanker payudara. Sementara itu, Levy dan kawan-kawan (1995) dari Bagian Biokimia Klinis, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ben Gurion, menemukan bahwa likopen berperan sebagai penghambat proliferasi sel kanker pada manusia. Pentingnya likopen juga diungkapkan sebuah riset yang dipublikasikan Erhardt dan kawan-kawan (2003) dalam American Journal of Clinical Nutrition, pasien dengan adenoma kolorektal (sebuah polip yang merupakan cikal bakal kanker kolorektal) memiliki kadar likopen 35 persen lebih rendah daripada yang tanpa polip. Dengan kata lain, tubuh memerlukan kemampuan likopen untuk memproteksi sel tubuh dari kerusakan. Hasil penelitian yang didapatkan para peneliti tersebut mendukung hasil penelitian ini bahwa likopen yang terdapat dalam buah semangka dapat memberikan efek proteksi terhadap kerusakan sel.


(54)

commit to user

46 47 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Jus buah semangka merah mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan

sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol. 2. Peningkatan dosis jus buah semangka merah dari dosis I (2,7 gr

semangka/200 gr BB tikus putih) menjadi dosis II (5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol meskipun tidak dapat mencapai derajat normal.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis dan lama pemberian jus buah semangka merah yang lebih bervariasi, sehingga dapat diketahui dosis dan lama pemberian jus buah semangka merah yang paling tepat dan efektif untuk mengurangi kerusakan sel ginjal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam buah semangka merah yang paling berperan sebagai renoprotektor.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain misalnya, biomolekuler dengan marker MDA, H2O2, O2- atau glutathione.


(1)

commit to user

Nekrosis berbeda dengan apoptosis. Apoptosis adalah kematian sel per sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang mengalami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan membentuk massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi. Pada pemeriksaan histologi tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang mengalami apoptosis. Sedangkan pada nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang mengalami nekrosis. Sel yang mengalami apoptosis biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan langsung denganya dan beberapa makrofag. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag (Thompson et al., 1992).

Pada penelitian ini kerusakan struktur sel ginjal dinilai dari jumlah sel ginjal yang intinya pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis, dan ketiga jenis kerusakan ini diberi nilai 1.

Secara teoritis, sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang dipapar dengan parasetamol dosis toksik akan mengalami kerusakan yang digambarkan dengan inti sel yang pyknosis, karyorrhexis dan karyolysis.


(2)

Pemberian parasetamol dosis toksik ditambah jus buah semangka menunjukkan hasil berupa kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal yang lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian parasetamol tanpa jus buah semangka. Hal ini disebabkan jus buah semangka memiliki efek renoprotektif terhadap efek toksik parasetamol. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok perlakuan dengan parasetamol dan kelompok perlakuan dengan parasetamol dan jus buah semangka. Kelompok kontrol hanya diberikan aquades sebagai plasebo.

Kelompok kontrol juga memperlihatkan gambaran inti pyknosis,

karyorrhexis dan karyolysis. Hal ini terjadi karena adanya proses apoptosis yang

secara fisiologi dialami oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalu mengalami penuaan yang diakhiri kematian sel dan digantikan oleh sel-sel baru melalui proses regenerasi (Mitchell dan Cotran, 2007). Pengaruh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan juga dapat menjadi penyebabnya.

Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang bermakna dari nilai rata-rata

jumlah kerusakan histologis sel epitel tubulus proksimal ginjal antara keempat kelompok. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok K-P1, K-P2, K-P3, P1-P2, P1-P3, dan P2-P3.

Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari skor rata-rata kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal antara kelompok K dan kelompok P1. Hal ini terjadi karena kelompok P1 mengalami kerusakan sel epitel


(3)

commit to user

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa parasetamol dosis toksik mampu menginduksi kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal akibat NAPQI yang reaktif dan toksik. NAPQI akan bereaksi dengan gugus nukleofilik pada protein, DNA, dan mitokondria, serta menimbulkan stres oksidatif sehingga dapat menyebabkan kematian sel (Katzung, 2002; Wilmana, 2007).

Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan setelah pemberian jus buah semangka dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih dan parasetamol. Hasil analisis kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal pada kelompok P2 menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok K dan kelompok P1. Hal ini berarti pemberian jus buah semangka dosis I yaitu 2,7 gr semangka/200 gr BB tikus putih dapat mengurangi kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih akibat pemberian parasetamol, tetapi tidak dapat mengembalikan sel epitel tubulus proksimal ginjal ke kondisi seperti kelompok K.

Hasil kelompok P3 menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok P1 dan kelompok K. Hal ini berarti pemberian jus buah semangka dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih sebelum pemberian parasetamol mampu mengurangi jumlah kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal yang diinduksi parasetamol tetapi belum dapat mengembalikan sel epitel tubulus proksimal ginjal mendekati kondisi seperti kelompok K. Hal ini dapat disebabkan jus buah semangka dosis II yaitu 5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih masih kurang optimal untuk melindungi sel ginjal dari kerusakan yang ditimbulkan oleh parasetamol.


(4)

Derajat kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal pada kelompok P2 lebih besar daripada kelompok P3. Hal ini berarti peningkatan dosis jus buah semangka dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol.

Semangka mengandung antioksidan yang mampu mencegah dan menghambat efek toksik parasetamol. Kandungan beberapa antioksidan maupun zat yang berhubungan dengan antioksidan dalam semangka yaitu vitamin C, vitamin A, prekursor glutathione yakni cysteine, dan likopen (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; He et al., 2004). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron kepada senyawa oksidan, dalam hal ini radikal bebas, sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Likopen menjadi inti dalam penelitian ini karena sebagai antioksidan, likopen memiliki kemampuan mencegah reaksi oksidasi oleh radikal bebas masing-masing dua kali dan sepuluh kali kemampuan beta-karoten (vitamin A) dan alpha-tokoferol (vitamin E) (Siagian, 2005). Antioksidan tersebut mampu memberikan elektron kepada molekul radikal bebas dan memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya stres oksidatif (Almatsier, 2004). Prekursor glutathione yakni cysteine dapat meningkatkan kadar glutathione

tubuh. Peningkatan kadar glutathione akan mengisi kembali kekosongannya di dalam tubuh dan dapat digunakan untuk konjugasi NAPQI (Frank, 1995; He et al., 2004).


(5)

commit to user

Zhang dan kawan-kawan (1997) yang melakukan studi perbandingan kadar retinoid dan beta-retinoid pada jaringan adiposa payudara dan pada penderita kanker payudara, menunjukkan adanya kaitan antara kadar retionoid dan karotenoid (termasuk likopen) dengan menurunnya risiko kanker payudara. Sementara itu, Levy dan kawan-kawan (1995) dari Bagian Biokimia Klinis, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ben Gurion, menemukan bahwa likopen berperan sebagai penghambat proliferasi sel kanker pada manusia. Pentingnya likopen juga diungkapkan sebuah riset yang dipublikasikan Erhardt dan kawan-kawan (2003) dalam American Journal of Clinical Nutrition, pasien dengan adenoma kolorektal (sebuah polip yang merupakan cikal bakal kanker kolorektal) memiliki kadar likopen 35 persen lebih rendah daripada yang tanpa polip. Dengan kata lain, tubuh memerlukan kemampuan likopen untuk memproteksi sel tubuh dari kerusakan. Hasil penelitian yang didapatkan para peneliti tersebut mendukung hasil penelitian ini bahwa likopen yang terdapat dalam buah semangka dapat memberikan efek proteksi terhadap kerusakan sel.


(6)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan: 1. Jus buah semangka merah mempunyai efek proteksi terhadap kerusakan

sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol. 2. Peningkatan dosis jus buah semangka merah dari dosis I (2,7 gr

semangka/200 gr BB tikus putih) menjadi dosis II (5,4 gr semangka/200 gr BB tikus putih) dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan sel epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih yang diinduksi parasetamol meskipun tidak dapat mencapai derajat normal.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis dan lama pemberian jus buah semangka merah yang lebih bervariasi, sehingga dapat diketahui dosis dan lama pemberian jus buah semangka merah yang paling tepat dan efektif untuk mengurangi kerusakan sel ginjal.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat aktif dalam buah semangka merah yang paling berperan sebagai renoprotektor.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain misalnya, biomolekuler dengan marker MDA, H2O2, O2- atau glutathione.


Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan dan Produksi Semangka (Citrullus vulgaris Schard.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK (15:15:15) dan Pemangkasan Buah

16 126 85

Pemanfaatan Limbah Pulp Buah Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) Untuk Pembuatan Nata De Watermelon Pulp Dengan Menggunakan Bakteri Acetobacter xylinum

38 165 83

Pengaruh Pemberian Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Motilitas Dan Viabilitas Tikus Putih (Rattus Novergicus Strain Wistar) Jantan Yang Di induksi Alkohol

0 8 25

Pengaruh Pemberian Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Jumlah Sel Leydig Tikus Putih (Rattus norvegicus strain Wistar ) Jantan yang Di Induksi Alkohol

3 52 21

Pengaruh Pemberian Jus Buah Semangka Merah (Citrullus vulgaris) Terhadap Jumlah Sel Spermatozoa Tikus Putih (Rattus Novergicus Strain Wistar) Jantan Setelah Pemberian Alkohol

0 39 22

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH SEMANGKA MERAH (CITRULLUS VULGARIS) TERHADAP BERAT VESIKULA SEMINALIS DAN JUMLAH LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS STRAIN WISTAR) JANTAN YANG DIPAPAR ALKOHOL

1 9 25

EFEK HEPATOPROTEKTOR JUS SEMANGKA MERAH (Citrulus vulgaris) TERHADAPKERUSAKAN SEL HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) AKIBAT PAPARAN PARASETAMOL

0 5 54

Pengaruh Pemberian Propolis Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Yang Diberikan Parasetamol Dosis Tinggi.

0 0 12

Perbandingan Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) dan Kurkuma terhadap Kerusakan Struktur Histologis Ginjal Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Parasetamol Dosis Toksik.

0 0 1

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Naga Putih (Hylocereus undatus) terhadap Kerusakan Histologis Sel Ginjal Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Parasetamol.

0 0 1