Alur Proses Penelitian RE-EVALUASI KRITERIA VISIBILITAS HILAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN HILAL DI INDONESIA DAN INTERNASIONAL.

28 Tiksna Bayu Ramadhan, 2014 Re-evaluasi kriteria visibilitas hilal di indonesia Dengan menggunakan data pengamatan hilal Di indonesia dan internasional Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 29 Tiksna Bayu Ramadhan, 2014 Re-evaluasi kriteria visibilitas hilal di indonesia Dengan menggunakan data pengamatan hilal Di indonesia dan internasional Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan 3.4. Metode Pengolahan Data 3.4.1. Seleksi Utama Data kesaksian pengamatan hilal yang berasal dari data pengamatan hilal yang dikompilasi Kementerian Agama Republik Indonesia, data pengamatan hilal dari Rukyatul Hilal Indonesia RHI, dan data pengamatan hilal Internasional Odeh 2005 diseleksi berdasarkan seleksi utama Djamaluddin, 2001. Data yang memiliki beda tinggi Bulan-Matahari 4° akan dieliminasi. Namun apabila data tersebut dilaporkan oleh tiga kelompok pengamat independen dari tiga lokasi berbeda, maka data tersebut akan tetap digunakan. Apabila terdapat data yang tidak memiliki nilai beda –tinggi Bulan–Matahari, maka digunakan bantuan perangkat lunak MoonCalc versi 6.0 dengan pengaturan toposentrik pengamat berada di permukaan Bumi dan mengaktifkan refraktor memperhitungkan faktor atmosfer saat Matahari terbenam untuk mengetahui nilai tersebut.

3.4.2. Seleksi Tambahan

Data yang lolos seleksi utama tersebut selanjutnya diseleksi kembali menggunakan seleksi tambahan Djamaluddin, 2001. Seleksi tambahan tersebut digunakan untuk meminimalisasi kesalahan pengamat pada saat dilakukan pengamatan akibat adanya objek lain di sekitar Bulan sehingga pengamat dapat terkecoh. Apabila terdapat planet Venus atau Merkurius berada dekat dengan posisi Bulan pada saat pengamatan, maka data tersebut akan di eliminasi. 30 Tiksna Bayu Ramadhan, 2014 Re-evaluasi kriteria visibilitas hilal di indonesia Dengan menggunakan data pengamatan hilal Di indonesia dan internasional Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan

3.4.3. Menentukan Jarak Bulan dengan Planet Terdekat

Untuk menganalisis secara lebih detail mengenai pengaruh kesalahan pengamat pada saat pengamatan, dilakukan seleksi kembali terhadap data yang sudah lolos kriteria utama dan kriteria tambahan. Dengan menggunakan perangkat lunak Cybersky versi 5.0. Dengan menggunakan perangkat lunak Cybersky versi 5.0. dapat diketahui jarak antara Bulan dengan planet terdekat. Apabila Bulan dengan planet terdekat tersebut mempunyai jarak 3 , maka data tersebut akan di eliminasi. Hal ini mengacu pada kriteria MABIMS, yaitu: a Pada saat Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horizon tidak kurang dari 2  . b Jarak sudut elongasi Bulan-Matahari tidak kurang dari 3  . c Pada saat Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi. Saat hilal memiliki elongasi minimal sebesar 3  dengan planet pengecoh, diasumsikan pengamat tidak akan salah dalam mengamati hilal yang nampak. Apabila hilal memiliki elongasi kurang dari 3  terhadap planet pengecoh, ini akan berpengaruh pula kepada data astronomi hilal saat pengamatan dilakukan.

3.4.4. Penentuan Kriteria Visibilitas Hilal

Penentuan kriteria visibilitas hilal didapatkan berdasarkan hasil plot data yang memenuhi seleksi Djamaluddin 2001 dan mempunyai jarak hilal-Matahari 3. Grafik-grafik tersebut, yaitu 1 grafik beda tinggi Bulan-Matahari ARCV – Arc of Vision terhadap elongasi ARCL – Arc of Light, 2 grafik umur Bulan