Latar Belakang Masalah RE-EVALUASI KRITERIA VISIBILITAS HILAL DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN HILAL DI INDONESIA DAN INTERNASIONAL.
2
Tiksna Bayu Ramadhan, 2014 Re-evaluasi kriteria visibilitas hilal di indonesia
Dengan menggunakan data pengamatan hilal Di indonesia dan internasional
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan
tidak adanya sanksi bagi ormas Islam di Indonesia apabila tidak ikut serta menerapkan kriteria MABIMS pada saat penentuan awal Bulan di tahun Hijriah.
Menurut kriteria MABIMS, pada saat Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horizon tidak kurang dari 2
. Jarak sudut elongasi Bulan-Matahari tidak kurang dari 3
. Pada saat Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi.
Para ilmuwan, khususnya para astronom Indonesia pun terus mengkaji tentang visibilitas hilal untuk diusulkan sebagai solusi bersama dalam penentuan
awal Bulan di tahun Hijriah Usulan tersebut dianalisis dengan menggunakan data pengamatan dan metode pengolahan data yang berbeda.. Dari beberapa usulan
kriteria visibilitas hilal para astronom Indonesia tersebut didapatkan usulan batas minimum ARCV, ARCL, dan umur hilal. Nilai ARCV 4
, nilai ARCL 5,6 dan nilai umur hilal 8 jam setelah konjungsi.
Pengamatan hilal yang biasanya dilakukan oleh ahli rukyat sering mengabaikan faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi pengamatan. Selain
faktor geometri, kecerahan langit senja pun berpengaruh dalam mengamati hilal. Matahari yang terbenam di ufuk barat pada sore hari akan memberikan cahaya
syafak pada langit di sekitar horizon. Cahaya syafak tersebut akan berpengaruh pada pengamatan hilal. Apabila ketinggian hilal relatif rendah, hilal akan sulit
untuk terlihat. Persoalan pengamatan hilal rendah adalah persoalan kontras antara cahaya hilal dan cahaya syafak. Fisik hilal muda yang tipis dan redup, akan
terganggu oleh cahaya syafak. Oleh karena itu, saat menentukan kriteria visibilitas hilal perlu juga dicari batas minimum hilal terhadap cahaya syafak agar hilal yang
tipis dapat mengalahkan cahaya syafak. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa termotivasi untuk
melakukan penelitian serupa guna mengetahui perbandingan sifat statistik hilal di Indonesia dan Internasional, mengetahui tinjauan teoritis terkait dengan aspek
3
Tiksna Bayu Ramadhan, 2014 Re-evaluasi kriteria visibilitas hilal di indonesia
Dengan menggunakan data pengamatan hilal Di indonesia dan internasional
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan
kontras hilal dan cahaya syafak, dan memperoleh kriteria visibilitas hilal yang berlaku secara global di wilayah Indonesia. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
belum adanya kriteria visibilitas hilal yang menggunakan data Indonesia dan Internasional dan mempunyai landasan ilmiah yang kokoh sebagai bahan acuan
untuk usulan kriteria visibilitas hilal yang digunakan di Indonesia. Dengan demikian, penulis merumuskan judul “Re-Evaluasi Kriteria Visibilitas Hilal di
Indonesia dengan Menggunakan Data Pengamatan Hilal di Indonesia dan Internasional
”.