Klasifikasi Data Teknik Analisis Data

95 b Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan menerapkan unsur leksikan informan dalam berkomunikasi. Data tersebut diperoleh dengan observasi terhadap informan, wawancara tidak terstruktur dengan dokter ahli yang menangani penyakit stroke informan, dan dokumentasi yang didapat dari CT Scane informan dengan cara melihat gaya berbicara, kebiasaan mengujarkan sesuatu yang tidak lazim diujarkan oleh orang yang tidak menderita afasia, panjang pendeknya ujaran, dan sering atau tidaknya informan berkomunikasi. c Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen, maupun wawancara mendalam dengan informan penderita afasia broca. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan tesis, yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulisan tesis yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian sidang tesis.

3.10 Klasifikasi Data

Data dikumpulkan melalui catatan lapangan selama melakukan pengamatan terhadap informan. Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur leksikal yang akan diteliti. Data yang terkumpul berupa kalimat-kalimat yang diujarkan oleh informan. Data yang bukan unsur leksikal akan disisihkan karena 96 tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan, kecuali data yang mendukung hasil analisis pada kajian psikolinguistik.

3.11 Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton 1988:268 dalam Basrowi 2008:194 adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sementara Bogdan dan Taylor 1975:79 dalam Basrowi 2008 mendefinisikan analisis data sebagai proses menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja. Dari rumusan di atas saya dapat menarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, dokumen berupa CT Scane, hasil pemeriksaan riwayat penyakit informan, hasil laboratorium terakhir, dan sebagainya. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. 190

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang yang telah terkena stroke, lesinya terdapat di belahan otak kiri. Penguasaan bahasa pada afasia broka berbeda-beda, yaitu ada yang ringan dan yang berat. Bagi afasia broka yang ringan maka akan terjadi kelemahan atau kecacatan kemampuan berbahasa. Sementara bagi afasia broca yang berat akan terjadi kelumpuhan kemampuan berbahasa dalam berkomunikasi. Berdasarkan hasil pengamatan dan CT Scane terakhir, informan dapat dikategorikan ke dalam afasia broca yang ringan, karena dia masih bisa mengoreksi kekeliruan yang dibuatnya dan masih bisa berkomunikasi walaupun dengan susah payah. Afasia bisa diteliti melalui ilmu neurologi, psikologi, dan linguistik. Pada penelitian ini, saya menggabungkan ketiga kajian ilmu tersebut. Akan tetapi penelitiannya lebih menitikberatkan pada kajian linguistik, sesuai bidang ilmu yang saya tekuni. Oleh karena itu, penelitian ini sudah selesai dilakukan dengan menghasilkan simpulan sebagai berikut: 1. Informan melakukan kekeliruan berbahasa jika dalam keadaan lelah, tergesa-gesa, konsentrasi yang terpecah, dan dalam keadaan emosi. 2. Informan meretrif gagasan dari leksikon mentalnya dengan cara asembling, yaitu menyusun kata dengan keliru, misalnya, soto menjadi toyo. 3. Kekeliruan sintaksis meliputi urutan kata word order dan pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya “Itu ucing ku lauk” atau “Buat lagi ucing teh.” 4. Pada kekeliruan leksikal atau semantik informan mendapat kesulitan dalam meretrif atau memanggil kata yang mempunyai kesamaan makna, misalnya antara kata pulang dengan kata bangun.