Efektivitas Komunikasi Interpersonal Melalui Media Facebook Terhadap Kepuasan Interaksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

(1)

v

POLITICAL FACULTY IN INDONESIAN COMPUTER UNIVERSITY By:

Sihol Maruli Tua NIM. 41804080

This script under the guidance of, Rismawaty, S.Sos., M.Si

This study aimed to identify the effectiveness of interpersonal communication through the medium of facebook to students satisfaction of social science faculty of communication and political sciences UNIKOM Bandung. So to answer the above problem the researchers analyzed the level of transparency (openness), empathy (empathy), attitude of support (supportiveness), a positive attitude (positiveness), equality (equality), product quality and facebook, facebook service quality, and ease of use facebook.

This study uses a quantitative approach. The method used was survey research using descriptive analysis techniques. Sampling unit is an active student of communication science courses totaling 89 people UNIKOM. Data were collected through questionnaires, and literature. Data analysis techniques used to examine the relationship between the variables used kendall correlation coefficients.

The results show that openness (openness) interpersonal communication through the media to gratify interaction facebook student, has a very low level of correlation. Empathy attitude (empathy), interpersonal communication to the satisfaction of students considered very low level of correlation. Supportive attitudes (supportiveness) interpersonal communication satisfaction student interaction, has a very low level of correlation. Positive attitude (positiveness) to the satisfaction of interpersonal communication interaction students, have very low levels of correlation. Equality (equality) of interpersonal communication on student satisfaction, has a very low level of correlation. Student interpersonal communication effectiveness on the quality of products on facebook, have a very low level of correlation. Student interpersonal communication effectiveness of the quality of service facebook has a very low level of correlation. Effectiveness of interpersonal communication to facilitate students to use facebook, have a very low level of correlation.

Conclusion The study shows that the effectiveness of interpersonal communication on student interaction satisfaction of Communication Sciences Faculty of Social and Political Sciences University Computer Indonesia of Bandung as a whole is considered very low.

Advice for students expected to use the various features and applications in communication facebook maximally and can use the help of third party applications to add additional facility that helps, and it is hoped the students can use it wisely as well as facebook polite language, the polite use of images, and have no racial content.


(2)

iv

TERHADAP KEPUASAN INTERAKSI MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Oleh:

Sihol Maruli Tua NIM. 41804080

Skripsi ini di bawah bimbingan, Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UNIKOM Bandung. Sehingga untuk menjawab masalah diatas peneliti menganalisa tingkat keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality), kualitas produk facebook, kualitas pelayanan facebook, dan kemudahan menggunakan facebook.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Unit sampling adalah mahasiswa aktif program studi ilmu komunikasi UNIKOM yang berjumlah 89 orang. Data dikumpulkan melalui penyebaran angket, dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dilakukan dengan korelasi Kendall.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Sikap Empati (empathy) komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa dinilai sangat rendah. Sikap mendukung (supportiveness) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Sikap positif (positiveness) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan interaksi mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kualitas produk facebook, memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kualitas pelayanan facebook memiliki tingkat korelasi sangat rendah. Efektifitas komunikasi interpersonal mahasiswa terhadap kemudahan menggunakan facebook, memiliki tingkat korelasi sangat rendah.

Kesimpulan penelitian memperlihatkan bahwa Efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung secara keseluruhan dinilai sangat rendah.

Saran untuk mahasiswa diharapkan dapat mempergunakan berbagai fitur dan aplikasi facebook secara maksimal dalam berkomunikasi serta dapat mempergunakan bantuan aplikasi pihak ketiga untuk menambah fasilitas tambahan lain yang membantu, dan diharapkan mahasiswa dapat mempergunakan facebook dengan bijak seperti halnya menjaga sopan santun berbahasa, penggunaan gambar yang sopan, dan tidak memiliki muatan SARA.


(3)

208

ANGKET PENELITIAN

Petunjuk cara pengisian angket :

 Nomor angket tidak perlu diisi.

 Berilah tanda silang (X) pada huruf yang menunjukkan jawaban yang paling benar menurut anda.

 Tidak dibenarkan memilih jawaban lebih dari satu.

 Berikan jawaban secara spontan, jujur, dan tidak ada yang terlewat.

A. DATA RESPONDEN 1. Jenis Kelamin:

A. Laki-laki B. Wanita 2. Usia:

A. <19 Tahun B. 19 -20 Tahun C. 21 -22 Tahun D. 23-24 Tahun E. >24 Tahun


(4)

A. <2003 B. 2003-2004 C. 2005-2006 D. 2007-2008 E. 2009

4. Berapa lama telah memiliki account Facebook? A. <1 Tahun

B. 1 Tahun C. 2 Tahun D. 3 Tahun E. >3 Tahun

B. DATA PENELITIAN

1. INDIKATOR I: KETERBUKAAN (OPENNESS)

5. Apakah anda setuju mengenai perlunya keterbukaan dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(5)

media facebook ? A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

2. INDIKATOR II: EMPATI (EMPATHY)

7. Apakah anda setuju mengenai perlunya kepedulian dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat peduli B. Peduli

C. Ragu-ragu D. Cukup peduli E. Sangat tidak peduli

8. Apakah anda setuju mengenai perlunya memahami perasaan lawan bicara dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(6)

9. Apakah anda setuju untuk bersikap spontan dalam menyampaikan pesan saat berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

10. Apakah anda setuju untuk dapat memberikan pendapat dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

4. INDIKATOR IV: SIKAP POSITIF (POSITIVENESS)

11. Apakah anda setuju untuk menunjukan ketertarikan dalam berinteraksi melalui media facebook?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(7)

bicara melalui media facebook? A. Sangat setuju

B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

5. INDIKATOR V: KESETARAAN (EQUALITY)

13. Apakah anda setuju bahwa posisi anda dengan lawan bicara anda dalam media facebook memiliki kedudukan yang sama derajatnya?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

14. Apakah anda setuju untuk dapat memberikan sumbangsih positif bagi lawan bicara pada saat interaksi melalui media facebook berlangsung?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(8)

15. Apakah anda setuju bahwa berbagai fitur yang ada dalam facebook dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

16. Apakah anda setuju bahwa berbagai aplikasi yang ada dalam facebook dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

7. INDIKATOR II: KUALITAS PELAYANAN

17. Apakah anda setuju dengan sistem pengaduan yang diterapkan facebook saat ini dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(9)

facebook saat ini dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya? A. Sangat setuju

B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

8. INDIKATOR III: KEMUDAHAN PRODUK

19. Apakah anda setuju bahwa facebook dapat diakses dengan mudah untuk dapat mendukung komunikasi interpersonal penggunanya?

A. Sangat setuju B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju

20. Apakah anda setuju bahwa aplikasi dan fitur facebook dapat dipergunakan dengan mudah untuk mendukung komunikasi interpersonal penggunanya? A. Sangat setuju

B. Setuju C. Ragu-ragu D. Tidak setuju E. Sangat tidak setuju


(10)

1 1.1Latar Belakang

Wacana Facebook sekarang telah menjadi suatu bahasan yang sangat hangat untuk terus diangkat dalam komunikasi publik yang memang berkaitan langsung dengan kehidupan modernisasi teknologi dalam era yang seakan meminimalisisr jarak dan waktu. Ungkapan semakin tinggi pohon tumbuh maka semakin tinggi pula angin yang akan menerjangnya, sepertinya cocok untuk di istilahkan pada fenomena facebook sekarang ini. Bagaimana tidak, kontroversial pemakaian facebook sangat kentara dengan nilai-nilai budaya sosial dan bahkan agama juga turut menunjukan posisinya sebagai pengontrol bidang sosial di dalamnya. Fatwa haram pemakaian facebook pun sempat terjadi dan tidak sedikit yang mempertanyakan bahkan menolaknya.

Fatwa haram atas situs jejaring sosial Facebook bermula dari Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadien, Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, yang mengharamkan komunikasi dua orang berlainan jenis yang bukan muhrim. Fatwa ini kemudian memunculkan banyak kecaman dan kritik dari para pengguna Facebook di Indonesia. Apalagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat tidak secara terang-terangan menerima atau menolak fatwa haram tersebut. Menarik untuk memberikan interpretasi dan mengkritisi


(11)

fatwa haram tersebut terutama hubungannya dengan Facebook (juga internet) yang keberadaannya semakin tidak terbendung di tengah-tengah kita.

Pertama, tentang munculnya fatwa haram itu sangat dimungkinkan dilatarbelakangi oleh sikap kehati-hatian mereka dalam melihat situs jejaring sosial Facebook ini yang barangkali dianggap justru lebih banyak mendatangkan mudarat daripada maslahatnya dan dikhawatirkan dapat meningkatkan tindakan kemaksiatan, kejahatan, dan kezaliman. Tetapi kalau ternyata banyak nilai positifnya, maka fatwa tersebut harus direvisi kembali. Dalam kaidah fikih, status hukumnya dianggap mubah (boleh), karena termasuk dalam persoalan non-ibadah.

Kedua, tentang Facebook yang semakin diminati oleh para penggunanya itu merupakan salah satu realitas teknologi yang tak terbantahkan adanya di dunia maya (internet) dan akan terus berkembang sebagai salah satu hasil kreatif yang mengagumkan yang diciptakan oleh seorang anak muda jebolan Universitas Harvard, Cambridge , Mark Elliot Zuckerberg (25 tahun).

Sedangkan bagi mereka yang tetap alergi terhadap Facebook dan

bersiteguh pada fatwa haramnya, sebenarnya mereka mengidap “kemalangan teknologi” atau yang disebut Paul Saffo sebagai rabun dekat teknologi

(technomyopia). Seperti yang dikutip oleh Robby H. Abror dalam blognya

menyatakan, bahwa “Technomyopia adalah semacam penyakit buruk sangka yang terlalu tinggi atas dampak-dampak negatif dari sebuah teknologi baru.” (http://robbyabror.wordpress.com/2009/06/14/facebook-realitas-teknologi-masyarakat-informasi/21.09/15 Juni 2010).


(12)

Skeptisitas yang cukup untuk tidak menyentuh internet bagi sebagai orang pada dasarnya merupakan pikiran yang terlalu sempit dengan melihat buruknya dampak tanpa melihat nilai positif yang juga ditimbulkan. Cukup sulit mengakuinya, tetapi apa daya sikap meremehkan atas implikasi-implikasi penting positifnya sudah telanjur diimani demi sebuah fatwa. Pendek kata,

budaya miopik tidak baik untuk “kesehatan” iman dan bersifat reduksionistik.

Sebaliknya, Zuckerberg telah melakukan “ijtihad teknologi” untuk

sampai pada tingkat kematangan kreativitasnya di usia belia setelah melewati beberapa percobaan penting. Sebagai catatan, bahwa meskipun ia kuliah di jurusan Psikologi, tetapi minatnya tetap terkonsentrasi di bidang komputer.

Awalnya ia membuat program Synapse (program pemutar musik dan

sekaligus untuk melacak selera musik para pemutarnya), kemudian membuat program Coursematch (para mahasiswa dapat menuliskan mata kuliah mereka dan melihat siapa saja teman-temannya yang mengambil mata kuliah itu), lalu menciptakan Facemash (ia bisa mengambil foto-foto teman-temannya yang terdaftar di Universitasnya). Ia pernah dihukum gara-gara menciptakan program Facemashnya itu, tetapi ia tidak putus asa dan terus mengembangkannya menjadi Facebook. Kini anak itu telah menjadi triliuner termuda dengan kekayaan mencapai 14 triliun rupiah.

Agar memperoleh gambaran objektif tentang Facebook sebagai bagian dari situs jejaring sosial di dunia maya, penting kiranya memahami filosofi para pakar teknologi informatika (TI) dan komunikasi yang meyakini bahwa satu-satunya hal yang tidak pernah berubah dalam teknologi dan industri


(13)

komunikasi adalah fakta bahwa teknologi dan industri itu terus berubah. Keduanya adalah realitas teknologi sekaligus realitas sosial yang senantiasa

bertransformasi dan berada dalam sebuah process of becoming yang

berlangsung terus-menerus.

Setelah Radio amatir gelombang pendek (1920-an), Radio

antarpenduduk/ Citizen Band (1970-an), Radio AM/FM, TV kabel dan digital, Video Game: Nintendo dari Jepang dan Game Online, telepon kabel, telepon seluler dan SMS-nya, komputer dan segala program terbarunya, saat ini internet merupakan teknologi mutakhir yang berhasil menyedot hasrat manusia dari berbagai latar belakang sosial untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Internet adalah bukti kemajuan teknologi komunikasi yang menyediakan layanan terbuka dalam hal pengiriman, penyimpanan dan pemrosesan teks, suara, gambar dan data lain, yang telah mengubah apa yang sebelumnya pernah dianggap tidak mungkin dalam dunia manajemen informasi. Saat ini dunia telah benar-benar berada dalam penguasaan ujung jari para penggunanya.

Di ruang cyber, Facebook adalah salah satu situs jejaring sosialnya yang saat ini paling diminati banyak penggunanya. Setiap detik perubahan terjadi demikian cepat. Setiap pengguna dapat berbagi tentang apa saja yang sedang dilakukannya pada saat terkini atau kapanpun dan tersebar secara otomatis kepada teman-temannya yang telah terkait. Dalam waktu singkat mereka dapat melakukan komunikasi interpersonal, berinteraksi atau curhat dalam berbagai


(14)

ragam bahasa gaul atau ilmiah serta tidak tergantung pada usia, budaya, ataupun negara.

Komunikasi model ini termasuk bentuk komunikasi individual berupa pertukaran informasi dua-arah yang dikategorisasikan oleh Roger Fidler (2003) ke dalam domain interpersonal yang bersifat spontan dan interaktif. Interaksi ini bisa dilakukan dengan menggunakan fasilitas chatting online, private message, atau pun melalui wall dengan kelanjutan comment statusnya melalui Facebook.

Dalam interaksi dalam dunia cyber sudah barangtentu biasa terjadi berbagai masalah, seperti yang sering dialami penggunanya, di antaranya kecanduan online yang mengakibatkan mata lelah dan berujung pada apa yang disebut Assafa Endeshaw (2007) dengan technostress. Selain itu, juga terjadi terorisme-cyber yang dilakukan para hacker untuk melakukan „smurf attack’ atau pembajakan sebuah jaringan komputer dan merusak sistem infrastruktur interkoneksi antarkomputer.

Tetapi terlepas dari persoalan tersebut, teknologi ini adalah jaringan jalan raya informasi dan komunikasi yang bebas hambatan yang memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk berselancar di ombak pengetahuan informasi yang sangat luas. Realitas teknologi adalah juga realitas sosial yang majemuk dan kompleks. Terlalu sempit melihat realitas tersebut dalam model oposisi biner: halal-haram, hitam-putih, suka-tidak suka. Realitas ini dihadirkan dengan sentuhan estetis dan kreatif, bukan untuk malaikat yang bebas dosa. Fatwa lahir karena hukum agama yang berkontekstualisasi dengan


(15)

realitas itu. Tetapi jamak diketahui, bahwa sebuah fatwa diproduksi hukum yang rigid dan seringkali acuh terhadap dialog yang lebih terbuka. Sikap kehati-hatian memang diperlukan, dengan membuat semacam cyberlaw atau hukum internet.

Jaringan sosial di dunia nyata adalah berhubungan dengan orang lain atau kolega, dan menggunakan mereka untuk bertemu orang baru. Di dunia maya prinsipnya sama saja, namun kekuatan teknologi memberikan keuntungan lain. Yakni, kita tidak terhalang lagi oleh tempat dan ruang. Kita bisa melihat profil orang dan mengirim e-mail kapan saja dan dari komputer mana saja.

Bahkan , kadang, berkomunikasi lewat dunia maya ini terasa lebih nyaman dan lengkap dibandingkan berkomunikasi secara langsung dengan

bertatap muka. Di “Facebook” misalnya, selain menyajikan tampilan profile

(dan tentu saja dengan adanya foto) dari orang-orang yang sudah berada di jaringan perkawanan penggunanya, juga disediakan fasilitasuntuk mencari teman-teman baru atau lama melalui persamaan yang dimiliki. Selain itu , disediakan fasilitas untuk saling berkirim pesan antar anggota.

“Facebook” memiliki sejumlah fitur antar sesama pengguna yang di

antaranya adalah fitur „Wall/Dinding‟, ruang tempat sesama pengguna

mengirimkan pesan-pesan terbuka, „Poke/Colek‟, sarana untuk saling

mencolek secara virtual, „Photos/Foto‟ ruang untuk memasang foto, dan „Status‟ yang menampilkan kondisi/ide terkini pengguna. Mulai Juli 2007,


(16)

aplikasi, dsb) langsung ke Wall/Dinding, di mana sebelumnya yang diizinkan hanya teks saja.

Dengan adanya fasilitas yang disediakan oleh “Facebook” tersebut akan

mempermudah komunikasi interpersonal antara pengguna “Facebook” satu sama lain, dimana “Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.” (Effendy, 2003:60).

Jadi dapat dikatakan bahwa “Facebook” merupakan tahap awal dari komunikasi yang terjadi, dimana tidak sedikit para pengguna “Facebook” yang berkenalan lewat “Facebook” kemudian lebih saling mengenal secara pribadi tidak hanya lewat dunia maya tetapi juga pada kehidupan nyata.

Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila individu berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Oleh karena itu peneliti hendak meneliti efektifitas komunikasi interpersonal terhadap kepuasaan mahasiswa ilmu komunikasi fakultas ilmu sosial dan politik Unversitas Komputer

Indonesia melalui media “Facebook”, karena “Facebook” mempunyai tujuan

ingin membuat anggotanya tetap berhubungan dengan teman-temannya yang salah satu merupakan bentuk komunikasi interpersonal.

Dipilihnya “Facebook” sebagai objek penelitian dikarenakan

kepopuleran “Facebook” yang telah meluas hingga ke Indonesia dimana

rata-rata pengguna “Facebook” adalah mereka yang berusia 18-25 tahun, karena pada usia tersebut menurut para ahli psikologi perkembangan masih


(17)

digolongkan pada remaja lanjut. Seseorang pada remaja lanjut sedang berada pada proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional dari orang dekat dalam hidupnya. Fungsi-fungsi psikis lebih stabil dan terkendali. Pada tahap ini, remaja lanjut telah mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosional.

Remaja lanjut telah memilki pengetahuan yang baik dalam menerima informasi dan memiliki sifat ingin tahu yang cenderung berlebihan tanpa proses seleksi yang rasional, sehingga keinginan untuk merealisasikan pesan yang ditangkap dalam tindakan nyata begitu besar. Hal tersebut menimbulkan perilaku konsumtif pada remaja dan gejala awal munculnya gaya hidup remaja yang serba instan dengn dukungan teknologi dengan aksesibilitas yang cepat dan mengeliminir ruang gerak dan waktu yang mengikat. Mahasiswa sebagai salah satu bagian pemakai facebook yang di dominasi oleh orang-orang yang memiliki akses dengan bidang teknologi seperti halnya mahasiswa, merupakan primer user dari sekian banyak pengguna facebook.

Dengan melihat banyaknya aktifitas yang berjalan antara mahasiswa dan media layanan yaitu jejaring sosial Facebook ini, maka timbulah keinginan penulis untuk mengukur sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal dalam mendapatkan kepuasaan bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia jurusan Ilmu Komunikasi.Universitas Komputer Indonesia memiliki Pusat Komputer atau yang biasa disebut Cyber Net yang dapat digunakan mahasiswa untuk mengakses internet.


(18)

Dari berbagai penjelasan diatas maka penulis dapat rumusan masalah dari penelitian ini, yakni “Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti yang telah diketahui diatas bahwa perumusan masalah penulis masih suatu pertanyaan yang sangat luas, maka untuk memberi arah pada penulisan ini, penulis menyusun identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

2. Sejauhmana empati (empathy) komunikasi interpersonal melalui media

facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

3. Sejauhmana mendukung (supportiveness) komunikasi interpersonal

melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?


(19)

4. Sejauhmana positif (positiveness) komunikasi interpersonal melalui media

facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

5. Sejauhmana kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal melalui media

facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

6. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kualitas produk facebook sebagai media mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

7. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kualitas pelayanan facebook sebagai media mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

8. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kemudahan menggunakan facebook sebagai media mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

9. Sejauhmana efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?


(20)

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini, yakni ingin mengetahui adannya korelasional antara efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keterbukaan (openness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

2. Untuk mengetahui empati (empathy) komunikasi interpersonal

melalui media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

3. Untuk mengetahui mendukung (supportiveness) komunikasi

interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

4. Untuk mengetahui positif (positiveness) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu


(21)

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

5. Untuk mengetahui kesetaraan (equality) komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan interaksi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung?

6. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kualitas produk facebook mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

7. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kualitas pelayanan facebook mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

8. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kemudahan menggunakan facebook mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

9. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal melalui

media facebook terhadap kepuasaan interaksi mahasiswa Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(22)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

pengembangan ilmu dan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat menunjang perkembangan dalam bidang Ilmu Komunikasi.

b. Sebagai pengetahuan dan dapat dijadikan bahan literatur bagi mahasiswa program ilmu komunikasi

c. Dapat memberikan gambaran secara garis besar mengenai Facebook sebagai media online khususnya dimasa yang akan datang.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang media “Facebook” dan cara mengatasi keefektifitasannya. b. Menambah wawasan peneliti mengenai keefektifitasan “Facebook”

sebagai media komunikasi.

c. Memberi masukan bagi “Facebook” dan para penggunanya akan keefektifitasannya.

d. Berguna sebagai masukan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian mengenai masalah serupa di masa yang akan datang.


(23)

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Efektif memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah Efektifitas. Menurut Onong Uchjana Effendy mendefinisikan Efektifitas sebagai berikut:

“Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai

dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan.” (Effendy, 1989: 14).

Devito menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal dalam lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu “Keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).” (Devito, 1997: 259).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang


(24)

datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.

Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

2. Empati (empathy)

Empati sebagai kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa

yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,


(25)

perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.

Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal

maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal


(26)

terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita


(27)

menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

Menurut Richard Oliver yang dikutip oleh irawan menerangkan,

bahwa “Kepuasan adalah respon dari konsumen. Kepuasan adalah hasil

penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa

lebih atau kurang.” (Irawan, 2002: 3)

Faktor-faktor yang dapat mendorong terciptanya kepuasan pelanggan menurut Handy Irawan yaitu “kualitas produk, harga, kualitas pelayanan, citra produk, dan kemudahan memperoleh produk.” (Irawan, 2002: 38).

Harga dalam penelitian ini tidak digunakan sebagai identifikasi masalah penelitian, karena akses menggunakan facebook dilakukan secara cuma-Cuma bagi siapa saja yang memiliki email pribadi dan digunakan sebagai alat mengakses facebook. Begitu juga dengan Citra produk yang tidak digunakan oleh peneliti, karena posisi facebook sebagai media jejaring sosial no.1 di dunia untuk saat ini telah menunjukan citra positif facebook sebagai media jejaring sosial.

Untuk itu, peneliti menggunakan tiga buah unit teori kepuasan yang digunakan sebagai alat identifikasi masalah kepuasan dalam penelitian ini, yakni diantaranya:


(28)

1. Kualitas Produk

Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk tersebut dan ternyata memiliki kualitas produk yang baik. Kualitas produk itu sendiri memiliki 6 elemen,

diantaranya performance (fungsi utama dari sebuah produk),

durability (keawetan suatu produk baik secara teknis maupun waktu), feature (fitur sebagai aspek pelengkap), reliability (probabilitas produk gagal menjalankan fungsinya), conformance (seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu), dan desain.

2. Kualitas Pelayanan

Menurut Irawan yang menerangkan bahwa “Kualitas pelayanan

sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi, dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi sekitar 70% dalam membangun kualitas pelayanan.” (Irawan, 2002: 38).

Sama seperti kualitas produk, maka kualitas pelayanan juga memiliki banyak dimensi, diantaranya reliability (kehandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan), responsiveness (kecepatan pelayanan), assurance (kemampuan perusahaan dan perilaku fron-line staff dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan), empati (kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi,dll), dan tangibles


(29)

(meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi).

3. Kemudahan

Pelanggan akan semakin puas apabila dalam memperoleh produk atau pelayanannya relatif mudah (tidak menyulitkan pelanggan), nyaman (tidak ada gangguan), dan efisien (tidak memakan waktu banyak).

Untuk dapat memberikan pengarahan dan mengakomodir kepentingan penelitian, maka peneliti menggunakan suatu model komunikasi yang dapat menunjang kepentingan tersebut. Dalam penelitian ini yang patut digarisbawahi adalah adanya interaksi yang dibangun melalui komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas Komputer Indonesia dalam media jejaring sosial facebook.

Interaksi yang dibangun tersebut memberikan indikasi adanya komunikasi dua arah yang terbangun dalam komunikasi interpersonal dengan memperlihatkan adanya nilai kepuasan yang terbangun di dalamnya. Dengan adanya interaksi dalam penelitian ini, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model komunikasi yang digunakan haruslah yang memiliki kapasitas untuk dapat memfasilitasi komunikasi dua arah facebooker.

Sejumlah teori tentang tingkah laku kelompok kecil (interpersonal termasuk di dalamnya) telah dikembangkan, dan banyak diantaranya menunjang usaha-usaha memahami gejala kelompok kecil, salah satu


(30)

teori tersebut adalah Teori A – B – X Newcomb. Model komunikasi ini banyak dikaitkan dengan kebutuhan komunikasi kelompok kecil yang salah satunya juga memfasilitasi kepentingan komunikasi interpersonal.

Sistem A – B – X dari Newcomb memperluas teori hubungan antarpribadi dari Heider. Model dari Newcomb melibatkan unsur yaitu: A dan B, yang mewakili orang yang ber, dan X sebagai objek pembicaraan komunikasi. Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan juga terhadap X. Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B dan pada X, serta B terhadap X. Untuk mencari keadaan simetris A melakukan upaya :

1. Melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X dan hal ini dilakukan melalui.

2. A terdorong untuk mempengaruhi atau merubah orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan yang tidak seimbang diantara mereka. 3. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama

terhadap orientasi X.

Besarnya pengaruh yang akan ditanamkan oleh A dan B satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat


(31)

Gambar 1.1

Model A – B – X Newcomb

X

A B (Sumber: Effendy, 2003: 261)

Menurut Newcomb, tingkah laku komunikasi terbuka antara A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan juga terhadap X.

Komunikasi terjadi karena A harus berorientasi pada B, pada X dan B pada X. Untuk mencari suatu keadaan yang simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi B terhadap X dan ini dapat dilakukan melalui karena keseimbangan atau keadaan simetris perlu dicari, A mungkin terdorong untuk mempengaruhi atau merubah orientasi B terhadap X, jika A menemukan keadaan yang tidak seimbang diantara mereka. B dengan sendirinya juga akan mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Berdasarkan pengaruh yang akan ditanamkan oleh A dan B satu sama lain, serta kemungkinan usaha masing-masing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi.


(32)

Teori dari Newcomb dapat membantu kelompok kecil yang didalamnya juga termasuk komunikasi interpersonal dalam menjelaskan

dan memperkirakan tingkah laku kelompok-kelompok yang

beranggotakan 2 orang pada tingkatan antar pribadi, teori menjelaskan beberapa motivasi dan tekanan yang akan menimbulkan beberapa tindakan komunikasi. Teori A – B – X juga menguraikan dan menjelaskan kegiatan itu sendiri.

Dari pernyataan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa model dari Newcomb memusatkan perhatiannya pada pola hubungan yang ada antara individu dalam ber dan pada objek yang mempengaruhi antara mereka. Hal tersebut terjadi pada komunikasi interpersonal melalui media facebook terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi UNIKOM.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dengan di dapatkannya sebuah model komunikasi yang peneliti anggap tepat untuk memfasilitasi penelitian ini, maka selanjutnya peneliti menerapkan model komunikasi tersebut ke dalam model konseptual yang mengaplikasikan kepentingan penelitian dalam model komunikasi Model A – B – X Newcomb untuk mengetahui efektifitas

komunikasi interpersonal terhadap kepuasan mahasiswa ilmu

komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltitik Universitas Komputer Indonesia melalui media jejaring social Facebook.


(33)

Gambar 1.2

Aplikasi Model A – B – X Newcomb

Kepuasan

Mahasiswa A Mahasiswa B Sumber: Aplikasi peneliti, 2010

Dengan aplikasi konseptual model A – B – X Newcomb dalam penelitian ini, terlihat bahwa adanya suatu interaksi yang terbangun dalam media facebook yang digunakan oleh mahasiswa UNIKOM. Hal ini terlihat dengan adanya pertukaran peran antara komunikator dan komunikan yang dapat berubah peran. Komunikasi bersifat sirkuler yang ditunjukan dalam model ini, tentunya memperlihatkan adanya interaksi yang terbina.

Komunikasi interpersonal yang terjalin dalam media facebook dapat dilihat dari adanya alur dua arah pada komunikasi antar mahasiswa. Kesempatan ini ditunjang dengan beragam aplikasi dan fitur dalam facebook untuk mendukung terjalinnya komunikasi yang efektif. Pemahaman satu sama lain dalam komunikasi interpersonal ini menunjukan adanya satu tujuan pemahaman yang sama dan saling mempengaruhi persepsi masing-masing mahasiswa untuk menuju


(34)

orientasi yang sama mengenai kepuasannya dalam beraktifitas dalam media komunikasi yang sama, yakni Facebook.

Mahasiswa A dalam gambar diartikan melakukan stimulant yang disimbolkan dalam tanda panah ke mahasiswa B, dan begitu pun sebaliknya. Proses ini bersifat simultan dengan melihat kepentingannya yang di orientasikan dalam kepentingan yang sama. Kedibilitas komunikator satu sama lain saat berperan posisi menunjukan kemampuan mahasiswa untuk salaing mempengaruhi satu sama lain dengan melihat kemampuannya dalam menyamakan persepsi pesan yang disampaikan melalui komunikasi interpersonalnya dalam facebook.

Semua aktifitas komunikasi interpersonal yang dilakukan tersebut merujuk pada kesempatan mahasiswa yang sama dalam media facebook. Tentunya penggunaan fasilitas ini karena adanya pelayanan, produk, dan aksesibilitas yang menguntungkan dari facebook, yang oleh karena itu dipergunakan sebagai media alternatif komunikasi keduanya. Hasil akhirnya adalah bahwa komunikiasi yang terjalin menunjukan kepuasan yang akan ditimbulkan dari penggunaan fasilitas facebook tersebut sebagai media yang efektif digunakan dalam komunikasi interpersonal mahasiswa ilmu komunikasi UNIKOM.


(35)

1.6 Operasional Variabel

Efektivitas disini merupakan suatu bentuk perilaku yang merupakan hubungan yang optimal antara motivasi, keinginan, dan kepuasan. Efektifitas dan kepuasan tersebut merupakan variabel penelitian yang kemudian di jabarkan dalam bentuk alat ukur sebagai hasil lanjutan dari upaya untuk dapat melihat korelasi antara keduanya. Dari pengetian diatas dapat ditarik variabel seperti pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Indikator Alat Ukur

1 Variable X Efektivitas

1. Keterbukaan (openness)

2. Empati (empathy),

3. Sikap mendukung

(supportiveness),

a) Keterbukaan dalam

menyampaikan pesan b) Kejujuran dalam

menyampaikan pesan a) Kepedulian dalam

berkomunikasi

b) Pemahaman perasaan

a) Sikap spontanitas

b) Sikap provisional berupa pendapat


(36)

2 Variabel Y Kepuasan

4. Sikap positif (positiveness), dan

5. Kesetaraan (equality). 1. Kualitas Produk

2. Kualitas Pelayanan

3. Kemudahan

Produk

a) Pernyataan sikap positif dengan menunjukan

ketertarikan berkomunikasi b) Berusaha untuk menjalin

interaksi

a) Kedudukan yang sama

b) Sumbangsih yang diberikan a) Fitur

b) Aplikasi

a) Pengaduan

b) Privacy

a) Kemudahan Akses

b) Kemudahan aplikasi Sumber: Aplikasi peneliti, 2010.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe Kuantitatif Deskriptif.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah “Metode Survey”, dengan “teknik analisis korelasional”. Metode kuantitatif deskriptif ini berusaha untuk dapat menjelaskan penelitian yang ada kedalam bentuk pemaparan, untuk dapat lebih memahami penelitian dalam bentuk penyajian hasil penelitian yang terstruktur dengan menunjukan sistematika pengulasan hasil penelitian dari data kuantitaif yang di dapatkan dalam penelitian.


(37)

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono mengenai penelitian kualitatif yang menjelaskan, bahwa:

“...digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada waktu tertentu. Sehingga melalui metode ini akan diperoleh data dan informasi tentang gambaran suatu fenomena, fakta, sifat, serta hubungan fenomena tertentu secara komprehensif dan integral. Dengan demikian pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi atau reabilitas data penelitian dan membuktikan penelitian yang telah

ada...” (Sugiyono, 2007: 19)

Metode Survey adalah merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data-data dari fenomena yang berlangsung dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi, sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau daerah (Natzir, 1988: 63).

Singarimbun dan Effendy mengartikan: “Survey sebagai penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok”. (Singarimbun dan Effendi, 1989: 3)

Sedangkan menurut Husein Umar yang menerangkan mengenai teknik korelasional, bahwa “Teknik analisis yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi, perbedaan utama dengan metode lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi” (Umar, 1998: 45).


(38)

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket (questioner)

Kuesioner atau angket adalah “suatu masalah yang umumnya banyak

menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya”. (Kartono, 1996:200) Angket yang dipergunakan peneliti disusun dengan mempergunakan sekala likert berdasarkan susunan rangking dengan penilaian setiap jawaban yang dinilai berdasarkan lima kriteria.

2. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu bagian dalam teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Riduwan yang

menjelaskan mengenai pengertian wawancara, bahwa “Wawancara adalah

suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah

responden sedikit.” (Riduwan, 2005: 29).

Wawancara dalam penelitian ini lebih menunjukan adanya data pendukung dari angket yang disebarkan. Wawancara dilakukan untuk dapat memperlihatkan isi fenomena dalam penelitian secara jelas menurut


(39)

yang dirasakan oleh narasumber di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap satu orang narasumber, yang dipilih peneliti untuk dapat digunakan sebagai narasumber yang berperan dalam memberikan berbagai informasi tambahan mengenai penelitian. Informan dalam penelitian ini, yakni Reza Pratama yang merupakan mahasiswa UNIKOM jurusan Ilmu Komunikasi angkatan tahun 2005.

3. Studi Pustaka

Selain teknik pengumpulan data yang telah disebutkan di atas, peneliti melakukan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan buku atau referensi sebagai penunjang penelitian, dan dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan dari literatur, referensi, majalah, makalah, internet, dan yang lainnya. Sehingga peneliti memperoleh data-data yang tertulis melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah penelitian.

4. Internet Searching

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi yang berkaitan dengan penelitian. Beragam informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan beragam literatur yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai belahan dunia. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi point penting untuk menjadikan pencarian data dalam intenet sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.


(40)

1.9 Teknik Analisa Data

Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka selanjutnya akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data dan dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya.

3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas pada angket yang telah disebar sebelumnya, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas menunjukan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran.

4. Data dimasukkan ke dalam coding book (buku koding) dan coding sheet (lembar koding).

5. Mentabulasikan data yaitu menyajikan data dalam sebuah tabel (tabel induk kemudian ke dalam tabel tunggal) sesuai tujuan analisis data.

6. Data yang ditabulasi dianalisis dengan koefisien korelasi Kendall. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara memindahkan data kualitatif ke dalam data kuantitatif, dengan cara pemberian skor atas pilihan yang diberikan oleh setiap responden. Pemberian skor dimaksudkan untuk memindahkan data kualitatif yang berupa jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam angket ke dalam nilai-nilai kuantitatif.


(41)

1.10 Populasi dan Sampel 1.10.1 Populasi

Sifat-sifat kumpulan objek penelitian dapat ditemukan dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan objek penelitian yang dapat berupa orang, kelompok, dan organisasi.Dalam penelitian, objek penelitian merupakan satuan unsur-unsur populasi.

Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul

“Metode Penelitian Komunikasi, mengatakan bahwa “Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi.” (Rakhmat, 2000: 78). Sehingga jelas bahwa populasi merupakan kumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi ilmu komunikasi, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik UNIKOM yang masih aktif secara akademik untuk tahun ajaran 2010 semester ganjil. Keseluruhan populasi yang di dapatkan berjumlah 779 orang mahasiswa. Sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 779 orang.


(42)

1.10.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang akan dipelajari dan diamati untuk diteliti. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan

peneliti adalah “Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana

(Simple Random Sampling), yaitu suatu metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.” (Umar, 2002: 129).

Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, yaitu sebagai berikut:

Ket:

n = Ukuran atau besarnya sampel N = Ukuran atau besarnya populasi

d = Presisi atau tingkat kesalahan yang ditetapkan yaitu sebesar 10% (Rakhmat, 2000: 82)

Aplikasi dari rumus diatas adalah:

n = 779

150 (10%)²+1

n = 779

150 (10/100)²+1 n = 779

8.79

n = 88, 6 (jadi menggunakan, 89 sampel mahasiswa)

1

2

d

N

N

n


(43)

1.11 Hipotesis

Hipotesis secara umum merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah yang sedang di teliti. Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis adalah “Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.” (Nasution, 2006: 89)

H1 Ada hubungan antara efektifitas komunikasi interpersonal terhadap

kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltitik Universitas Komputer Indonesia melalui media “Facebook” Ho Tidak ada hubungan antara efektifitas komunikasi interpersonal

terhadap kepuasan mahasiswa ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltitik Universitas Komputer Indonesia melalui media

“Facebook”.

1.12 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.12.1 Lokasi Penelitain

Penelilian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang beralamat di Jalan Dipatiukur No. 114-116, Bandung 40132.

Telp : (022) 2533676, 2504119

Fax : (022) 2533754


(44)

1.12.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Februari 2010 hingga bulan Juli 2010, Tahapan penelitian kemudian diuraikan ke dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

Pengajuan judul Acc judul Pengajuan persetujuan pembimbing

2. Pelaksanaan

Bimbingan BAB I

Sidang UP

Bimbingan BAB II

Bimbingan BAB III

Proses wawancara

Pengolahan data

Bimbingan BAB IV

Bimbingan BAB V

3. Penyelesaian Laporan

Penyusunan draft

skripsi

4. Sidang

Komprehensif

5. Sidang Kelulusan (Sumber: Peneliti, 2010)


(45)

1.13 Sitematika Penelitian BAB I: PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, operasionalisasi variabel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, populasi dan sampel, lokasi, waktu penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan tentang ilmu komunikasi, tinjauan tentang efektivitas dan kepuasan, tinjauan tentang internet dan website, tinjauan tentang komunikasi virtual dan Facebook.

BAB III: OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan secara singkat mengenai gambaran umum mengenai objek penelitian, yakni Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menguji nilai validitas dan reliabilitas angket, analisis deskriptif identitas responden dan analisis deskriptif hasil penelitian, serta pembahasan mengenai hasil uji korelasional.

BAB V: PENUTUPAN

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan terhadap hasil penelitian berikut saran-saran yang diberikan peneliti.


(46)

37 2.1Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna

utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Komunikasi” menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna

bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau

bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy,

“Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu


(47)

komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip oleh

Wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat

eklektif.” (Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh

Wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook

Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto,

menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang

berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto,

2004: 3).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku


(48)

transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of

symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan

sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The

Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip oleh

Wiryanto mengatakan bahwa, “Komunikasi adalah bentuk interaksi

manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga

dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.” (Wiryanto, 2004: 7).

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, maka digunakan model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyatanmaupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur terpenting dari fenomena tersebut.

Paradigma Lasswel yang mengatakan Who Says What In Which

Chanel To Whom With What Effect?, mengilhami Philip Kotler untuk membentuk suatu model proses komunikasi. Model komunikasi yang


(49)

dikutip Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 2003:18)

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi unsure-unsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender : komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding : penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message : pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding : proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

sender encoding

media

decoding receiver

Feed back response

message


(50)

- Response : tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 2003:18)

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung

mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator


(51)

digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara

terbuka.” (Effendy, 2003: 11). Apakah penyampaian bahasa tersebut

dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas (kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi kial ini hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu secara terbatas.

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang

menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan seperti

misalnya kentongan, semaphore (bahasa isyarat menggunakan bendera), sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran


(52)

mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka

dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman, tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, tetapi tidak semua orang dapat mengutarakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol, gambar, dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.


(53)

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses komunikasi secara

sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 16).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu.

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni

media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi

dalam mencapai komunikan.” (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio,

atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak.


(54)

menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut para ahli komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu.

Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap


(55)

untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Proses komunikasi

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa (non-mass media).” (Effendy, 2003: 18).

Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal (massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

2.1.4Fungsi-Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (to inform)

adalah memberikan informasi kepada masyarakat,

memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educated)

adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.


(56)

adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.(Effendy, 2003 : 36) Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan, karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan manusia sehari-hari.

2.1.5Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change)a 3. Perubahan perilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change). (Effendy, 2003 : 35)

Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut itu, maka sebelumnya harus diteliti, apa yang menjadi tujuan dilakukannya komunikasi itu. Tujuan komunikasi menurut A.W. Widjaja, adalah :


(57)

dimaksudkan apakah kita menginginkan orang lain mengerti dan memahami apa yang kita maksud.

2. Apakah kita ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini tentunya cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk menyampaikan informasi atau pengetahuan saja

3. Apakah kita ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak. (Widjaja, 2002 : 11)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal 2.2.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (antarpribadi) didefinisikan oleh Joseph A.

Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia”, bahwa:

The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback. (Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika).” (Devito, 1997:60).

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua, seperti terapis dengan anak autis dalam mengarahkan Metoda Lovaas yang diberikan, atau antara terapis dengan orang tua anak dalam menerangkan Metoda tersebut dari mulai kegunaannya, kemudahannya, dan lainnya. Proses komunikasi antarpribadi memungkinkan komunkasi yang berlangsung secara dialogis. Dimana terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang sama-sama aktif.


(58)

mendefinisikan komunikasi antarpribadi, yaitu “Komunikasi antara orang -orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (Mulyana, 2000: 73).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khas komunikasi antarpribadi yang membedakannya dengan komunikasi massa dan komunikasi kelompok. Menurut Barnlund yang kemudian dikutip oleh Liliweri menyatakan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antarpribadi selalu:

1. Terjadi secara spontan

2. Tidak mempunyai stuktur yang teratur atau diatur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu 5. Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang

kadang -kadang kurang jelas

6. Bisa terjadi sambil lalu. (Liliweri, 1997: 13).

Komunikator senantiasa menunjukkan ada hubungan antara dua pihak yang melakukan komunikasi secara bersama-sama, artinya seluruh proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berpikir, pandangan, wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan.


(59)

Tujuan komunikasi interaksional dalam konteknya sebagai komunikasi interpersonal facebooker dalam komunitas virtual, tentunya dimaksudkan untuk beragam tujuan. Adapun tujuan komunikasi antarpribadi diungkapkan oleh Devito, yaitu:

1. Penemuan diri sendiri (Personal Discovery)

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupunorang lain.

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.

2. Mengenal dunia diluar dirinya (Discovery of the External World)

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal ini seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3. Mengadakan hubungan yang berarti (Establishing Meaningful

Relationships)

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Perubahan sikap dan tingkah laku (Changing Attitudes and Behaviors) Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal.


(60)

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6. Untuk membantu

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. (Devito, 1997: 165).

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Evert M Rogers mengemukakan pendapatnya mengenai ciri-ciri komunikasi antar persona yang kemudian dikutip oleh Lilliweri, yaitu:

1. Komunikasi antar persona, spontan

2. Komunikasi antar persona tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

3. Komunikasi antar persona terjadi secara kebetulan pada peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi antar persona mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja

5. Komunikasi antar persona seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antar persona menghendaki paling sedikit melibatkan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi antar persona tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi antar persona menggunakan lambang-lambang yang bermakna. (Lilliweri, 1997: 14)


(61)

adanya faktor-faktor yang turut berperan pada waktu kegiatan komunikasi berlangsung. Faktor-faktor tersebut berupa kejelasan pesan yang disampaikan, daya tarik komunikator dan keakraban komunikator dalam menghadapi komunikan.

2.2.4 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

Terdapat tujuh sifat yang menunjukan bahwa komunikasi yang terjadi antara dua orang merupakan komunikasi antarpersona yang mendukung konteks interaksional di dalamnya. Hal ini terangkum dalam pendapat Reardon (1987), Effendy (1986) serta Porter dan Samovar (1982), yang kemudian dikutip oleh Lilliweri. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Interpersonal, Perilaku Verbal dan Nonverbal

Yang dimaksud dengan proksemik atau bahasa jarak/ruang/waktu yaitu tanda-tanda nonverbal yang mewakili pesan tentang bagaimana komunikator dan komunikan menempatkan jarak fisik atau memelihara ruang gerak dalam komunikasi antar persona. Menurut Cassagrande, lambang-lambang nonverbal bisa berbentuk kinesik atau pesan nonverbal melalui gerakan tubuh atau anggota tubuh tertentu. Terakhir gerakan tubuh yang disebut adaptor, yang menunjukan gerakan-gerakan


(62)

proksemik dan kinesik maka ada pula pesan nonverbal melalui paralinguistik yang berfungsi menunjukan suatu suasana kebathinan melalui suara dan waktu anda melukiskan peristiwa kejahatan, tangisan pedagang asongan, dan lain-lain.

b. Komunikasi Interpersonal, Perilaku Spontan, Scripted, dan Contrived

a) Bentuk Perilaku Spontan

Bentuk pertama adalah perilaku yang bersifat spontan. Dalam komunikasi antarpribadi perilaku ini dilakukan secara tiba-tiba, serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar. Perilaku spontan biasa dilakukan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Contoh

orang batak langsung meneriaki kawannya “Horas”. Atau orang

Ambon bertemu dengan serang kawan lama, Si Tutuarima

menyapanya kawannya dengan kata-kata yang “maki” yang

berkonotasi porno dan malah “jorok”.

b) Bentuk Perilaku Scripted

Bentuk perilaku berikut adalah perilaku yang bersifat scripted. Kadang-kadang kita kurang menyadari bahwa sebagian reaksi emosi manusia terhadap pesan tertentu dilakukan melalui proses belajar sehingga perilaku itu menjadi rutin, kita menyebutnya perilaku karena kebiasaan. Bagaimana perilaku scripted yang verbal?. Seorang pengarang cerita


(1)

207

oleh orang yang ada di friend list kita.

15. Apakah anda merasa bahwa facebook dapat diakses dengan mudah?

Facebook saat ini diakses dengan sangat mudah sekali, semua handphone dengan gprs dan wap bisa mengakses facebook, wi-fi tersedia dimana-mana, dan memakainya pun sangat mudah meskipun kadang sangat lamban karena facebook memiliki kapasitas yang besar sehingga lamban di waktu tertentu.

16. Apakah anda merasa bahwa berbagai fitur dan aplikasi yang ada dalam facebook dapat dipergunakan dengan mudah?

Kalau fitur saya rasa mudah memakainya, kalau aplikasi banyak yang susah karena link yang dibuka keluar kemana-mana dan saya rasa susah memakainya karena harus membuka link beberapa kali.


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

1. Nama : Sihol Maruli Tua

2. NIM : 41804080

3. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta 27 Januari 1985 4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI) 6. Agama : Katolik

7. Status Perkawinan : Belum Menikah

8. E-mail : sihol_maruli27@yahoo.com

9. Alamat : Jl.Ciliwung 1 no.139 Perumnas Adiarsa Karawang

10. Hobi : Basket

11. Nama Ayah : Saridin Sidebang 12. Pekerjaan Ayah : P.N.S

13. Nama Ibu : Nurdaya Simarmata 14. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga


(3)

II. Pendidikan Formal SD Yos Sudarso SLTP Yos Sudarso SMA Yos Sudarso

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

III. Pendidikan Non Formal

Private English Course tahun 2004

VI. Pengalaman Bekerja

Kerja Praktek di Humas Pemerintahan Daerah Karawang dari Juli sampai September 2007

VII. Pengalaman Organisasi

Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SLTP Yos Sudarso Karawang tahun 1998-2000

Anggota Pramuka SLTP Yos Sudarso Karawang Tahun 1998-2001 Anggota OSIS SMA Yos Sudarso Karawang tahun 2001-2003


(4)

VIII. Kegiatan Lainnya

Kuliah Umum Etika Pers Penerapan Etika Pers Dalam Dunia

Jurnalistik” UNIKOM Bandung 2008

Bisnis Tour Ciwidey ”Regar Orchid” Bandung 2008

Workshop Brain Management di Program Pendidikan Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM Bandung tahun 2007

Pelatihan Pembawa Acara di Program Pendidikan Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIKOM Bandung tahun 2007

Workshop dan Diskusi Program Berita yang Humanis dan Menginspirasi UNISBA Bandung 2007

Talk Show Media Literasi “Dampak Psikologis Tayangan Reality Show” UNIKOM Bandung 2007

Orientasi Lingkungan Mahasiswa Kampus (OLIMPUS) UNIKOM tahun 2004


(5)

202

SURAT PENGANTAR

Bandung, Juli 2010 Kepada YTH,

Informan Penelitian

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNIKOM Di Tempat

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Sihol Maruli Tua Nim : 41804080

Program studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Fakulas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Sedang melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan Sarjana (S1). Penelitian ini berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Melalui media facebook terhadap Kepuasan Interaksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komupter Indonesia (UNIKOM) Bandung”. Untuk itu saya melakukan pengumpulan data melalui angket data yang diperlukan dalam penelitian ini. Besar harapan agar sdra/i bersedia memberikan informasi penelitian dalam angket yang saya sediakan ini.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada saudara/i, saya berharap agar kiranya saudara/i dapat memberikan informasi yang sebenarnya sesuai dengan keadaan yang ada dan ditemui sebagai pengguna dan pemilik account facebook. Perlu diketahui bahwa hasil angket ini hanya akan digunakan untuk penelitian dan tidak akan digunakan untuk keperluan lainnya.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada saudara/i yang telah bersedia membantu dalam kegiatan pengumpulan data melalui angket ini.

Hormat saya,


(6)

ii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa;

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Juli 2010 Yang membuat pernyataan,

Sihol Maruli Tua NIM.41804080


Dokumen yang terkait

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Melalui Media Facebook Terhadap Kepuasan Interaksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

1 10 232

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

8 34 104

Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam Media Sosial Instagram)

6 40 132

KEPUASAN KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM PROSESPEMBIMBINGAN SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU SOSIAL KEPUASAN KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM PROSES PEMBIMBINGAN SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.

0 2 17

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

0 0 11

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

0 0 2

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

0 0 5

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

0 2 36

Efektivitas Iklan di Youtube Dan Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif pada Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU)

1 1 2

ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

0 0 12