Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial (Studi Deskriptif Kualitatif Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam Media Sosial Instagram)

(1)

(2)

PEDOMAN WAWANCARA

(Dilaksanakan dengan teknik wawancara mendalam)

KONSEP DIRI MAHASISWA DALAM MEDIA SOSIAL (Studi Deksriptif Kualitatif Konsep Diri Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam

Media Sosial Instagram) Oleh : Revina Rezeki Silaen

No. Pertanyaan

1. Media sosial apa saja yang Anda gunakan?

2. Karena penelitian ini membahas tentang Intagram, maka saya akan fokus kepada media sosial Instagram. Sudah berapa lama dan sejak kapan menggunakan Instagram?

3. Apa alasan membuat akun Instagram dan bagaimana pandangan Anda terhadap Instagram?

4. Dari pengamatan saya, objek foto yang paling banyak Anda posting adalah foto diri sendiri, apakah ada alasan khusus?

5. Apakah Anda menentukan kapan saja waktu untuk posting foto dan apakah ada foto yang di posting dengan tujuan tertentu?

6. Anda memiliki banyak sekali followers, bagaimana Anda menanggapinya dan apakah arti followers tersebut bagi Anda?

7. Anda juga mendapatkan banyak jumlah like dan comment. Seberapa penting like dan comment bagi Anda dalam penggunaan Instagram? 8. Apakah Anda pernah mengalami hal tidak menyenangkan selama

menggunakan Instagram? Bagaimana Anda mengatasinya?

9. Bagaimana Anda menanggapi jumlah like yang sangat banyak dan apakah jumlah like yang banyak tersebut memberikan efek bagi diri Anda?


(3)

10. Dari pengamatan saya, pada foto yang Anda posting di Instagram mendapatkan banyak komentar, lebih banyak yang positif tetapi ada juga yang negatif. Untuk yang komentar positif, boleh sebutkan contoh komentar positif yang Anda dapatkan?

11. Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar positif tersebut, apakah ada perbedaan saat membalas komentar untuk orang yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal? Apakah komentar positif tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

12. Untuk komentar negatif, boleh sebutkan contoh komentar negatif yang Anda dapatkan?

13. Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar negatif tersebut dan apakah memberikan efek bagi diri Anda?

14. Apakah Anda merasakan ada perbedaan jika mendapatkan pujian dari orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal? Pujian dari siapa yang membuat Anda merasa lebih disenangi, diterima, dan mampu memberikan Anda kepercayaan diri lebih?

15. Di instagram banyak orang-orang yang seperti Anda, memiliki banyak

followers, mendapatkan banyak jumlah like, komentar, bahkan bisa jadi

memiliki eksistensi lebih dari Anda. Orang tersebut bisa saja orang lain atau orang yang Anda kenal.. Bagaimana Anda menanggapi hal ini dan bagaimana Anda memandang diri Anda dibandingkan dengan mereka?


(4)

WAWANCARA 1

Tanggal : 21 Maret 2016

Pukul : 12.00 WIB

Tempat : Dunkin Donat, Jalan Dr. Mansyur

Pewawancara : Revina R. Silaen

Informan : Mutiara Tahier

P: Media sosial apa saja yang Anda gunakan?

I: “Instagram udah pasti, Path, Twitter kadang-kadang, Facebook masih pake, Snapchat, sama Periscope kadang-kadang.”

P: Karena penelitian ini membahas tentang Intagram, maka saya akan fokus kepada media sosial Instagram. Sudah berapa lama dan sejak kapan menggunakan Instagram?

I: “Hmm awal kita masuk kelas 3 SMA itu kapan, tahun berapa? Tahun 2011 ya,

berarti kalo sampe sekarang udah 5 tahun pakenya”

P: Apa alasan membuat akun Instagram dan bagaimana pandangan Anda terhadap Instagram?

I: “Karna di IG itu bisa ngeshare foto-foto banyak aja, bisa ngeshare bebas, banyak filter-filternya. Sebenarnya IG itu bagus sih, bisa bikin kenal, silaturahmi sama orang juga, udah gitu kita bisa ngeshare bebas, karena kan kalo di Facebook cuma status kan, kalo Instagram memang khusus buat foto jadi bisa tampilin foto-foto yang bagus.”

P: Dari pengamatan saya, objek foto yang paling banyak Anda posting adalah foto diri sendiri, apakah ada alasan khusus?

I: “Karna kalo selfie like nya lebih banyak, nggak tau bingung juga, cuma

ngeliatnya kalo foto selfie orang pasti lebih banyak ngelike nya dibanding foto yang jauh, foto sama temen-temen likenya juga kurang. Nggak tau deh, berarti


(5)

mereka milih juga kan. Mungkin karna kalo selfie otomatis mukanya langsung jelas jadi orang lebih seneng, cowok-cowok kali terutama, kalo cantik langsung like”.

P: Apakah Anda menentukan kapan saja waktu untuk posting foto dan apakah ada foto yang di posting dengan tujuan tertentu?

I: “Kalo dulu-dulu sih tiap hari, cuma kalo sekarang dua hari sekali dan itu udah dipersiapkan fotonya ha ha ha. Kadang foto kemarin yang di posting, tapi kalo yang hari itu lebih bagus dari yang kemarin, itu yang duluan di posting. Terus dulu sering posting biar banyak yang ngelike, orang jadi tahu oh orang ini aktif. Kalo jarang-jarang posting dikirain nggak aktif, orang pasti unfollow. Cuma sekarang udah di kurang-kurangin.biar orang nggak bosen, lagian kan aku berhijab, kalo di agama ngeshare-ngeshare foto muka sebenarnya kan nggak boleh, makanya jadi mulai dikurangin. Foto untuk tujuan tertentu nggak ada sih, ya karna cuma mau ngepost aja, oh ada sih, paling foto barang-barang endorse”

P: Anda memiliki banyak sekali followers, bagaimana Anda menanggapinya dan apakah arti followers tersebut bagi Anda?

I: “Ya Alhamdullilah dapat segitu, ya seneng, bersyukur aja, berarti banyak yang seneng, mau liat foto-foto yang di posting. Berpengaruh juga apalagi kan ini jual skincare juga, jadikan orang lebih banyak yang tahu. Kalo kepikiran sebagai fans sih enggak, nggak pernah kepikiran sebagai fans, cuma nganggep sebagai yang follow aja”

P: Anda juga mendapatkan banyak jumlah like dan comment. Seberapa penting like dan comment bagi Anda dalam penggunaan Instagram? I: “Like penting kalo comment nggak penting. Gimana ya, kalo like nya banyak

berarti banyak orang yang suka sama itu foto, tapi kalo misalnya like nya dikit berarti orang nggak suka, pinginnya di delete sebenarnya. Minimal likenya di atas 200 sih, kalo dibawah itu berarti orang-orang nggak tertarik, kalo diatas itu berarti orang udah banyak yang suka”


(6)

P: Bagaimana Anda menanggapi jumlah like yang sangat banyak dan apakah jumlah like yang banyak tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Ya like banyak sih bikin jadi bersyukur aja, berarti ya orang memang seneng dan mau ngelike, nambah percaya diri ada, berarti ya orang seneng ngeliat fotonya”

P: Apakah Anda pernah mengalami hal tidak menyenangkan selama menggunakan Instagram? Bagaimana Anda mengatasinya?

I: “Ada yang bikin akun palsu @mutiaratahier, isinya foto aku yang dari IG sama

ada yang dari Path! Bayangin dia dapat foto dari Path juga. Kemarin itu malah followersnya makin banyak dari 100 jadi 200. Nama skincarenya itu sih yang bikin takutnya ada yang nanya-nanya kontak, dia ngasih kontaknya malah jadi penipuan.Kayak kemarin ada yang komen di aku, „kok bbm nya dihapus sih?‟ padahal nggak ada, berarti yang buat fake account itu ngebohong punya bb kan”. Cuma akunnya udah nggak ada lagi habis aku kasih tau di Instagram aku ada fake account itu.

P: Dari pengamatan saya, pada foto yang Anda posting di Instagram mendapatkan banyak komentar, lebih banyak yang positif tetapi ada juga yang negatif. Untuk yang komentar positif, boleh sebutkan contoh komentar positif yang Anda dapatkan?

I: “Kalo komen positif misalnya kak cantiknya terus pake emoji love love, kak cantiknya MashaAllah pake emote love love, ya kayak gitu”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar positif tersebut, apakah ada perbedaan saat membalas komentar untuk orang yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal? Apakah komentar positif tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Kalo itu nanggepinnya, yang cewek dibales tapi kalo yang cowok takutnya

langsung bilang „kak follow back‟ atau mint „kak bagi line nya‟ gitu, serb salah jadinya, dikira PHP. Pernah dibales cuma aku jawab Alhamdullilah


(7)

makasih, terus ada satu yang aku folback malah bertingkah minta Line gitu. Kalo ngejawab sama yang nggak dikenal paling bilanya „Alhamdullilah makasih ya‟ sama kadang pake emoji senyum. Kalo yang kenal lebih hebohlah, beda pasti. Balasnya lebih panjang, iya makasih terus pake sebutan sayang, ini itu, pake banyak emoji”

P: Untuk komentar negatif, boleh sebutkan contoh komentar negatif yang Anda dapatkan?

I: “Komentar negatif dulu ya sebelum pake jilbab, dulu kan pakenya celana pendek, cowo-cowo jadinya ngomongnya gimana sih, ngomong yang nyangkut ke badan, bilangin bagian badan, ngomong nggak sopan, itu langsung aku delete. Kalo yang setelah pake jilbab pernah juga deh, ada yang bilang „sok cantik‟ gitu, „yah biasa aja pun‟, terus ada yang bandingin „cantikan itu, ini mah nggak ada apa-apanya‟ gitu”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar negatif tersebut dan apakah memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Nanggepinnya ya.. yaudah nggak ambil pusing, nggak ada yang aku balas juga, cuma jadi mikirnya foto berarti harus lebih sopan, kalo efek gimana-gimana nggak ada sih”

P: Apakah Anda merasakan ada perbedaan jika mendapatkan pujian dari orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal? Pujian dari siapa yang membuat Anda merasa lebih disenangi, diterima, dan mampu memberikan Anda kepercayaan diri lebih?

I: “Yaa mikirnya wajar sih mereka dapat like banyak, followers banyak karena

mereka cantik. Malah kalo ada yang aku liat cantik tapi like nya dikit malah heran, kok like nya dikit. Tapi ya kalo nggak mandang like sama followersnya aku liatnya ya sama aja, nggak beda, nggak ngerasa aku dibawah mereka”.


(8)

WAWANCARA 2

Tanggal : 24 Maret 2016

Pukul : 12.18 WIB

Tempat : Dunkin Donat, Jalan Dr. Mansyur

Pewawancara : Revina R. Silaen

Informan : Tengku Alya Nabila

P: Media sosial apa saja yang Anda gunakan?

I: “Hmm media sosial Twitter, Alya punya Facebook sih kak tapi nggak tau

kenapa kayak terblokir gitu Facebooknya, padahal sering dibuka, di hack orang sih mungkin. Ehm, terus Instagram, Path. Snapchat sempet pake tapi pakenya juga baru kayak dua minggu yang lalu, tapi kayak apa ya, kayak nggak tertarik gitu. Alya bukan yang kalo semua orang pake terus Alya pake. Buat Alya, Alya suka nggak, perlu nggak ngegunainnya gitu”

P: Karena penelitian ini membahas tentang Intagram, maka saya akan fokus kepada media sosial Instagram. Sudah berapa lama dan sejak kapan menggunakan Instagram?

I: “Alya main Instagram kelas 1 SMA kak, itu tahun 2011 kalo nggak salah, udah

sekitar 5 tahun pake kak”

P: Apa alasan membuat akun Instagram dan bagaimana pandangan Anda terhadap Instagram?

I: “Sebenarnya nggak ada alasan khusus sih kak, cuma kemarin itu Alya liatnya

dari App Store. “Instagram itu sebenarnya salah satu sosial media yang lumayan berpengaruh juga sih kak. Pengaruhnya gini, kalo orang kan sekarang pake sosial media itu udah banyak, nggak keharusan sih tapi udah mereka jadiin kayak rutinitas sehari-hari buka Instagram. Bagusnya gini sih menurut Alya, kalo buat jualan bagus kan, terus juga buat informasi, kalo dia mau posting foto-fotonya aja juga gapapa karena kan sosial media itu juga


(9)

kebebasan orang buat posting apa yang dia mau, tapi harus ada batasnya, kita harus tau batasannya”

P: Dari pengamatan saya, objek foto yang paling banyak Anda posting adalah foto diri sendiri dan lebih banyak foto pemotretan, apakah ada alasan khusus?

I: “Nggak ada alasan khusus sih kak, cuma ya karna Alya pemilih itu, Alya itu milih-milih mana yang mau dimasukin, kalo selfie Alya ngerasa ih nggak apa kali ini kalo dimasukkin, jadinya pilih yang Alya benar-benar suka kali, kalo pemotretan kan udah terkonsep, difoto sama fotografer jadi pasti lebih bagus”

P: Apakah Anda menentukan kapan saja waktu untuk posting foto dan apakah ada foto yang di posting dengan tujuan tertentu?

I: “Alya kadang kayak ada mood nya gitu loh kak kalo mau ngepost. Kalo

misalnya lagi rajin Alya pasti bakal post, tapi kalo lagi males yaa sebulan, dua bulan, ya nggak ngepost. Tergantung foto juga kak, udah dapat foto yang bagus atau belum, tapi kalo pun udah dapat fotonya tapi disitu nggak mood ya nggak di post juga. Hmm kalo tujuan tertentu paling yang endorse, sama kalo Alya dimintain tolong promosiin event gitu aja kak”

P: Anda memiliki banyak sekali followers, bagaimana Anda menanggapinya dan apakah arti followers tersebut bagi Anda?

I: “hmm gimana ya kak, lebih ke berarti yang ngefollow itu suka postingan Alya, buat mereka itu menarik. Kalo fans sih belum ada kepikir kak, cuma ya seneng sama bersyukur aja”

P: Anda juga mendapatkan banyak jumlah like dan comment. Seberapa penting like dan comment bagi Anda dalam penggunaan Instagram? I: “Penting atau enggaknya tergantung sama apa isi commentnya itu menurut

Alya, kalo isinya positif ya penting, tapi kalo isinya ngehina gitu ya nggak penting, nggak usah dipusingin. Kalo like mungkin ya emang udah itu isi Instagram kali ya kak, kalo nggak ngapain ada like nya gitu”


(10)

P: Apakah Anda pernah mengalami hal tidak menyenangkan selama menggunakan Instagram? Bagaimana Anda mengatasinya?

I: “Ada orang yang buat foto Alya tapi namanya beda gitu. Alya taunya karna di kasih tau kawan. Isinya foto yang udah pernah Alya post. Takutnya kalo orang nipu, jadi penipuan. Alya pernah dikomen ada orang bilang „kak ini bener -bener account kakak nggak soalnya aku ada chat‟. Jadinya Alya langsung block sama report akunnya kak, sekarang udah nggak ada lagi”

P: Bagaimana Anda menanggapi jumlah like yang sangat banyak dan apakah jumlah like yang banyak tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “ya berarti orang mengapresiasi, suka sama foto Alya. Kadang nggak suka

juga sih, karna kan bisa jadi ada yang asal-asal pencet gitu, memang semua foto di like. Tapi dapat like gitu seneng sih kak, berarti mereka suka sama foto Alya, hmm gimana ya bilangnya, foto Alya berarti bagus gitu. Kalo nambah percaya diri lumayan sih kak tapi nggak berlebihan”

P: Dari pengamatan saya, pada foto yang Anda posting di Instagram mendapatkan banyak komentar, lebih banyak yang positif tetapi ada juga yang negatif. Untuk yang komentar positif, boleh sebutkan contoh komentar positif yang Anda dapatkan?

I: “Yah kalo temen-temen kayak banyak yang bilang „wah cantik ya‟ gitu, tapi kalo misalnya yang nggak kenal ngomongnya „cantik‟ gitu”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar positif tersebut, apakah ada perbedaan saat membalas komentar untuk orang yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal? Apakah komentar positif tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Kalo yang cowok nggak banyak yang Alya bales sih kak, karna mereka kayak

yang spamming gitu loh kak terus takutnya mereka malah baper. Tapi kalo yang cewek dibales. Kalo cewek yang nggak Alya kenal balesnya ya „makasih, thankyou‟, kalo sama temen ya balesnya lebih panjang kak, ada pake emoji


(11)

gitu juga. Kalo efek ada, ya ngerasa seneng karena mereka mau kasih compliment mereka buat foto kita kan, lumayan nambah percaya diri juga”

P: Untuk komentar negatif, boleh sebutkan contoh komentar negatif yang Anda dapatkan?

I: “Hmm negatif apa ya kak, ada yang pernah bilang lebih bagus natural beauty

gitu, kalo komen negatif ke fisik gitu nggak pernah kak”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar negatif tersebut dan apakah memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Nggak Alya bales sih kak karena kan itu lebih kayak masukkan aja, nggak ada kasih efek apa-apa kak”

P: Apakah Anda merasakan ada perbedaan jika mendapatkan pujian dari orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal? Pujian dari siapa yang membuat Anda merasa lebih disenangi, diterima, dan mampu memberikan Anda kepercayaan diri lebih?

I: “Kalo komen lebih seneng dari orang yang nggak dikenal sih kak, ngerasanya kayak mereka yang nggak kenal mau ngasih komentar positif gitu, Alya ngerasa itu lebih jujur”

P: Di instagram banyak orang-orang yang seperti Anda, memiliki banyak

followers, mendapatkan banyak jumlah like, komentar, bahkan bisa jadi

memiliki eksistensi lebih dari Anda. Orang tersebut bisa saja orang lain atau orang yang Anda kenal.. Bagaimana Anda menanggapi hal ini dan bagaimana Anda memandang diri Anda dibandingkan dengan mereka? I: “Hmm merasa dibawah mereka kak soalnya Alya orangnya minderan, memang

nggak boleh sih sebenarnya, memang nggak bagus kan. Alya ngerasa mindernya bukan dari fisiknya kak karna mikirnya memang itu yang dikasih Tuhan. Mindernya karna liat mereka lebih jago gitu fotografinya, lebih punya banyak prestasi, gitu kak. Memang Alya ada prestasi juga cuma rasanya belum se mereka gitu kak”


(12)

WAWANCARA 3

Tanggal : 28 Maret 2016

Pukul : 10.36 WIB

Tempat : Dunkin Donat, Jalan Dr. Mansyur

Pewawancara : Revina R. Silaen

Informan : Tasya Nadiva Siregar

P: Media sosial apa saja yang Anda gunakan?

I: “Hampir semua kayaknya kak, Instagram, Path, Ask.fm dulu sih kak sekarang

enggak lagi, Facebook nggak lagi, Twitter masih, sama Snapchat”

P: Karena penelitian ini membahas tentang Intagram, maka saya akan fokus kepada media sosial Instagram. Sudah berapa lama dan sejak kapan menggunakan Instagram?

I: “Kayaknya mungkin udah ada 4 tahun Echa rasa kak, dari kelas 2 SMA”

P: Apa alasan membuat akun Instagram dan bagaimana pandangan Anda terhadap Instagram?

I: “Karena semua orang buat Instagram, jadi Echa ikut-ikut buat Instagram he he he... Kadang kan orang gitu kak, dia nggak buat karena masih dikit yang main, Echa mikirnya kayak gitu. Jadi karna udah rame, yaudah baru dibuat karena saking banyaknya yang pake. Kalo arti Instagram ngeliatnya media sosial yang ya ngeshare foto aja paling, tapi kan sekarang udah jadi tempat jualan online, terus sekarang kan banyak akun-akun yang bagus gitu kayak info-info, jadi lebih tau juga dari Instagram”

P: Dari pengamatan saya, objek foto yang paling banyak Anda posting adalah foto selfie diri sendiri, apakah ada alasan khusus?

I: “Foto selfie muka aja karena Echa merasa gendut ha ha ha... Karena menurut


(13)

kalo foto sendiri bagus‟, kalo foto selfie sendiri kan bisa atur sendiri gimana mukanya kak”

P: Apakah Anda menentukan kapan saja waktu untuk posting foto dan apakah ada foto yang di posting dengan tujuan tertentu?

I: “kalo dulu sering sih kak kayak 3 hari sekali. Tapi kalo sekarang udah males, malah kayak sebulan sekali. Itu karena bosan sih kak, kadang mikir apa lagi yang mau di share, nggak ada ide foto yang kayak mana lagi yang mau share, gitu. Kalo tujuan tertentu nggak ada sih kak, paling Echa karna mau ngeshare foto aja. Palingan kalo mau kasih tau event”

P: Anda memiliki banyak sekali followers, bagaimana Anda menanggapinya dan apakah arti followers tersebut bagi Anda?

I: “ya paling kayak senang gitu kak, bisa dikenal orang gitu kan, kadang di mall

disenyumin terus disapa „kak Echa‟, padahal Echa nggak kenal tapi Echa senyumin sama sapa balik. Terus kan banyak followers jadi makin banyak orang yang Echa kenal, jadi makin banyak link gitu kak, nggak cuma di dunia nyata, tapi di dunia maya juga. Anggapnya ya kayak kawan-kawan gitu kak, nambah teman baru”

P: Anda juga mendapatkan banyak jumlah like dan comment. Seberapa penting like dan comment bagi Anda dalam penggunaan Instagram? I: “like nggak penting, tapi comment penting. Echa ngerasa aneh gitu kak kalo

fotonya nggak ada komen. Echa bukan minta dibilang cantik, tapi misalnya kayak Echa posting foto, ada like tapi nggak ada yang komen, berarti orang itu kayak yang udah sekedar lewat aja, kalo di komen kan berarti dia liat kan fotonya Echa, berarti dia tau Echa ngeposting foto”

P: Apakah Anda pernah mengalami hal tidak menyenangkan selama menggunakan Instagram? Bagaimana Anda mengatasinya?

I: “Ooh kalo itu syukurnya sampe sekarang nggak pernah sih kak, ya maunya jangan sampe ada juga”


(14)

P: Bagaimana Anda menanggapi jumlah like yang sangat banyak dan apakah jumlah like yang banyak tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Apa ya, paling yaa senang aja kak, senang gitu aja, tapi nggak yang bangga, biasa aja sih. Nggak ada buat makin pede gitu nggak ada”

P: Dari pengamatan saya, pada foto yang Anda posting di Instagram mendapatkan banyak komentar, lebih banyak yang positif tetapi ada juga yang negatif. Untuk yang komentar positif, boleh sebutkan contoh komentar positif yang Anda dapatkan?

I: “Paling kayak „cantik kali kak‟ gitu-gitu aja sih kak, paling pake emote juga kak, tipikal anak muda ha ha ha...”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar positif tersebut, apakah ada perbedaan saat membalas komentar untuk orang yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal? Apakah komentar positif tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Balesnya paling ya „makasih ya‟ gitu, tapi kalo yang kawan Echa dekat pasti

beda kak Echa balesnya, kalo kawan Echa dekat pasti nyambung lagi kayak „eh kapan kita jumpa?‟. Tapi kalo misalnya yang nggak Echa kenal terus dia komen paling ya bilang makasih gitu aja. Kalo efek ke diri Echa, ngerasa lebih percaya diri gitu pasti ada kak, tapi yang nggak sampe kepedean kali gitu, ya sekedar percaya diri dan senang aja sih”

P: Untuk komentar negatif, boleh sebutkan contoh komentar negatif yang Anda dapatkan?

I: “Dulu pernah kak pas rajin buat video, mungkin kan orang perhatikan kali,

jadi ada yang komen „iih jerawatan‟, „kok bisa jerawatan‟ gitu”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar negatif tersebut dan apakah memberikan efek bagi diri Anda?


(15)

I: “Kadang Echa biarin, kadang Echa hapus, tapi palak juga kak, rasanya apasih kau kayak nggak pernah jerawatan aja. Tapi kan nggak mungkin juga dibalas marah-marah di komen kayak gitu, kan orang juga nanti mikirnya gimana kali. Kalo efeknya ada sih kak karena kepikiran gitu. Echa palak dikomen gitu tapi ngerasa bener juga memang lagi jerawatan cuma kan sedih dibilang gitu. Sampe ngerasa apa aku hapus aja postnya, tapi kata kawan Echa „ah ngapain gara-gara kayak gitu aja kau hapus, sayang kali lah, kan Instagram kau‟. Echa jadi mikirnya gitu juga, kan ini Instagram aku, ngapain aku pusingin kata-kata orang kayak gitu, sampe sekarang tetap mikirnya gitu kak”

P: Apakah Anda merasakan ada perbedaan jika mendapatkan pujian dari orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal? Pujian dari siapa yang membuat Anda merasa lebih disenangi, diterima, dan mampu memberikan Anda kepercayaan diri lebih?

I: “Echa nggak terlalu senang komentarnya dari orang yang nggak kenal, karena

Echa mikirnya gini, nanti kalo misalnya dia ngeliat langsung dia mikir aku nggak secantik yang difoto. Tapi kalo misalnya kawan Echa yang udah kenal, kan dia udah tau muka aslinya kayak mana, jadi lebih senang kalo dikomen sama kawan Echa yang udah kenal”

P: Di instagram banyak orang-orang yang seperti Anda, memiliki banyak

followers, mendapatkan banyak jumlah like, komentar, bahkan bisa jadi

memiliki eksistensi lebih dari Anda. Orang tersebut bisa saja orang lain atau orang yang Anda kenal.. Bagaimana Anda menanggapi hal ini dan bagaimana Anda memandang diri Anda dibandingkan dengan mereka? I: “Awalnya ngeliatnya kayak minder gitu kak, mikirnya mereka kok cantik kali.

Tapi pas ketemu rupanya jadi berubah. Ada satu yang Echa suka kali, Echa liat fotonya di Instagram cantik kali kayak kagum gitu, tapi pas liat langsung Echa liatnya yaa cantik tapi nggak secantik kali kayak difotonya jadi ya pas liatnya cuma „ooh yang itu‟. Jadinya sekarang ngeliat kayak gitu biasa aja kak, nggak minder”


(16)

WAWANCARA 4

Tanggal : 29 Maret 2016

Pukul : 10.30 WIB

Tempat : Dunkin Donat, Jalan Dr. Mansyur

Pewawancara : Revina R. Silaen

Informan : Widya Hapsari Tarigan

P: Media sosial apa saja yang Anda gunakan?

I: “Instagram, Path, Facebook, Twitter, Ask.fm, Snapchat, sama Periscope” P: Karena penelitian ini membahas tentang Intagram, maka saya akan fokus

kepada media sosial Instagram. Sudah berapa lama dan sejak kapan menggunakan Instagram?

I: “Pertama kali buatnya itu SMA kelas 3, kalo nggak salah tahun 2012 pas kita uda mau tamat, yaa kira-kira udah ada 4 tahunlah pake Instagram”

P: Apa alasan membuat akun Instagram dan bagaimana pandangan Anda terhadap Instagram?

I: “Awalnya ngedownload karna mikir itu kayak Facebook kan, rupanya enggak, pas aku pake rupanya cuma ngeshare foto aja, tapi kan ada filternya jadi bisa langsung edit foto, terus makin banyak fiturnya dimasukin jadinya makin tertarik pake Instagram. Kalo pandangan tentang Instagram, gimana ya, dulu ya memang untuk share foto aja, tapi kalo sekarang ini lebih banyak untuk orang ajang pamer gitu, nanti difotonyalah tasnya, barang mahal, terus pamer kemesraan sama pacarnya. Tapi nanggapin kayak gitu sebenarnya tergantung kita sendiri sih, kadang kita mikirnya oh dia memang kayak gitu pula orangnya, kita harus maklumlah. Kayak adalah temenku dia memamerkan kemesraannya sama pacaranya, tapi kita nggak tau bisa ada orang yang nggak suka sama postingannya kan. Tapi ya namanya Instagram, maklumlah orang itu mau update apa namanya media sosial. Kalo nggak bisa maklum, ngapain pake Instagram”


(17)

P: Dari pengamatan saya, objek foto yang paling banyak Anda posting adalah foto diri sendiri, apakah ada alasan khusus?

I: “Karena ya memang suka, daripada memamerkan sesuatu yang nggak penting. Lagian kalo selfie bisa liat langsung mukanya, bisa di atur sendiri. Kalo minta difotoin orang kan kadang ngeblur lah, yang goyanglah fotonya, nggak bagus, jadinya bagusan selfie”

P: Apakah Anda menentukan kapan saja waktu untuk posting foto dan apakah ada foto yang di posting dengan tujuan tertentu?

I: “Aku kapan mau aja aku posting. Mau pagi, siang, kadang pun tengah malam

kalo mau ya aku posting. Kalo foto untuk tujuan tertentu ya karna endorse, atau baru beli softlenslah, beli lipstik, jadi yang jual olshopnya minta difotoin terus di tag ke mereka”

P: Anda memiliki banyak sekali followers, bagaimana Anda menanggapinya dan apakah arti followers tersebut bagi Anda?

I: “misalnya awalnya aku nggak kenal, tapi temannya itu temanku juga, dia nge follow aku, ya gapapa aku follow back istilahnya kayak nambah-nambah teman baru. Kayak kemarin aku nggak kenal dia, tpi dia temannya temanku, terus dia comment tanya „Widya ini beli dimana sepatunya?‟. Aku balas dimana belinya, terus jadi komen-komenan, terus pas jumpa jadi ya say hi gitu, ya senanglah jadi nambah kawan baru. Terus banyak followers senang juga karna jadi bisa bantu promosi endorse, jadi lebih banyak yang liat”

P: Anda juga mendapatkan banyak jumlah like dan comment. Seberapa penting like dan comment bagi Anda dalam penggunaan Instagram? I: “Nggak penting-penting kali sih, kalo dia mau like ya like, kalo enggak ya

nggak usah. Kalo comment yaa tiap ada yang comment aku balas, nggak nahan-nahan comment orang nunggu banyak gitu, aku nggak gitu. Kalo aku liat ada notif comment ya aku balas”

P: Apakah Anda pernah mengalami hal tidak menyenangkan selama menggunakan Instagram? Bagaimana Anda mengatasinya?


(18)

I: “Pernah, kemarin itu ada orang buat Instagram baru terus dia masukin foto aku semuanya, fake account gitu. Sekitar ada 5 foto terus captionnya semua jelekkan aku bilang cuma cantik di foto, make up nya menor. Aku langsung report block sama teman-teman gerejaku juga ikut report block akunnya, sekarang udah nggak ada lagi.

P: Bagaimana Anda menanggapi jumlah like yang sangat banyak dan apakah jumlah like yang banyak tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “dapat like banyak senang sih, berarti kan banyak yang senang sama postingan itu, suka cara pakaian aku kayak gitu, cara make up aku, rambut aku kayak gitu, berarti kan mereka suka dengan cara mereka ngelike fotonya, ya ada lah nambah percaya diri. Kalo mereka nggak suka kan mereka nggak akan ngelike”

P: Dari pengamatan saya, pada foto yang Anda posting di Instagram mendapatkan banyak komentar, lebih banyak yang positif tetapi ada juga yang negatif. Untuk yang komentar positif, boleh sebutkan contoh komentar positif yang Anda dapatkan?

I: “komentar positif ya biasa kayak cantik kali kakak, make up nya beli dimana, kadang pake emoji love love, makin cantik, makin kurus, hmm apalagi ya, oh bagus kali, cetar kali alisnya, terus kayak kemarin, yang foto ini, temenku komen „Adelle?‟ aku jawab „iya Adelle Tarigan‟gitu”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar positif tersebut, apakah ada perbedaan saat membalas komentar untuk orang yang dikenal dengan orang yang tidak dikenal? Apakah komentar positif tersebut memberikan efek bagi diri Anda?

I: “Kalo membalasnya bedalah orang yang aku kenal sama yang nggak aku kenal. Kalo nggak aku kenal ya bilang makasih ya, thankyou, kadang pake tanda smile aja. Kalo yang kenal ya lebih heboh, seperti biasa kalo jumpa dia lah. Ya senang sih berarti orang itu memperhatikan dan suka sama foto yang


(19)

P: Untuk komentar negatif, boleh sebutkan contoh komentar negatif yang Anda dapatkan?

I: “Nggak tau aku ntah siapa itu, tapi bilangnya „makin gendut ya sekarang‟, terus ada yang membandingkan „ah lebih cantik yang disana pun daripada ini‟, terus dibilang „ih hidungnya besar kali‟”

P: Bagaimana Anda menanggapi/membalas komentar negatif tersebut dan apakah memberikan efek bagi diri Anda?

I: “dulu pernah mikir kok sibuk kali lah dia komen yang nggak penting, sempat

nggak pede juga karena komen negatifnya ke fisik kan. Kawan-kawan aku bilang „ngapain kau kayak gitu, Instagram punyamu kok, terserahmu mau buat apa‟, terus aku liat di Instagram beauty blogger ada satu orang dia gendut, sering dapat komen negatif kayak „percuma cantik tapi gendut‟, tapi nggak dibalasnya, pasti diliatnya kan, tapi dia nggak peduli, dalam hatiku oh berarti kayak gitu, yaudahlah aku juga nggak peduli, sampe sekarang ya gitu kalo ada komen ngejek gitu biarin aja atau tingal delete”

P: Apakah Anda merasakan ada perbedaan jika mendapatkan pujian dari orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal? Pujian dari siapa yang membuat Anda merasa lebih disenangi, diterima, dan mampu memberikan Anda kepercayaan diri lebih?

I: “komentar positif lebih senang dari orang yang nggak dikenal. Ya alasannya

karena orang yang nggak kenal kita pun memperhatikan kita lah istlahnya kan, kasih komen „cantik kali‟ terus pake emoji padahal kan nggak kenal, jadinya kayak lebih jujur gitu. Bisa jadi kenal juga karena komen itu, nambah kawan ya kan. Kayak temen deketku sekarang, dulu kenal pertama karna dia suka komen komen gitu, eh sekarang jadi akrab kali”.


(20)

P: Di instagram banyak orang-orang yang seperti Anda, memiliki banyak

followers, mendapatkan banyak jumlah like, komentar, bahkan bisa jadi

memiliki eksistensi lebih dari Anda. Orang tersebut bisa saja orang lain atau orang yang Anda kenal.. Bagaimana Anda menanggapi hal ini dan bagaimana Anda memandang diri Anda dibandingkan dengan mereka? I: “Yaa, berarti mereka punya banyak kawan, banyak yang senang sama

postingannya. Kalo aku sih liatnya kayak pakaiannya bagus, fashionnya bagus, jadi pingin tau bajunya beli dimana ya, terus aku cocokkan samaku. Ya aku ambil jadi referensi untuk style pakaian atau fashionnya gitu. Kalo jadi minder atu ngerasa di bawah sih nggak ada”


(21)

BIODATA PENELITI Data Pribadi

Nama : Revina Rezeki Silaen

Nama Panggilan : Revina

Temnpat/tanggal lahir : Sibolga, 12 September 1994

Alamat : Jalan Setia Budi No. 417B, Medan

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat e-mail : revina.silaen.rs@gmail.com

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Berlin Silaen, S.E

Ibu : Dra. Suzana Elfrida Pangaribuan, S.Sos

Riwayat Pendidikan

TK Assisi Medan tahun 1999

SD Assisi Medan tahun 2000

SMP Putri Cahaya Medan tahun 2006

SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2009


(22)

DOKUMENTASI Informan 1 : Mutiara Tahier


(23)

Informan 3 : Tasya Nadiva


(24)

Daftar Referensi

Agustiani, Hendrianti, Dr. 2006. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya

dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:

Rosdakarya.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Birowo, Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Gitanyali.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik dan

Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Dewey, Richard. dan Humber, W.J. 1966. An Introduction to Social Psychology. London: Collier-Macmillan.

G.Goble, Frank. 2006. Mahzab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius : Yogyakarta.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Liliweri, Alo. 2015. Komunikasi Antarpersonal. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Moleong, Rexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial: Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(25)

Nawawi, Hadari. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Pres.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sunarto dan Hermawan. 2011. Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi. Jakarta: ASPIKOM

Tahir, Muh. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.


(26)

Sumber lain :

karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/humas/article (Diakses pada tanggal 7 Desember 2015, 13:27 WIB)

http://ilfen.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-sejarah-dan-konten-fitur.html (Diakses pada tanggal 7 Desember 2015, 14:21 WIB)

http://digilib.unila.ac.id/7160/15/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 7 Desember 2015, 16:34 WIB)

www.instagram.com (Diakses pada tanggal 7 Desember 2015, 17:09 WIB)

www.statista.com (Diakses pada tanggal 11 Januari 2016, 14:09 WIB)

http://wearesocial.sg (Diakses pada tanggal 11 Januari 2016, 13:54 WIB)

http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-arisaprian-465-2-babii.pdf (Diakses pada tanggal 8 Februari 2016, 15.44 WIB)


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencaai tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah di rumuskan (Nawawi, 2001: 65).

Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala tertentu yang diamati. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi serta fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi dan fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah masalah yang ingin diteliti. Objek penelitian ini adalah konsep diri mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam media sosial Instagram.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang dimintai informasi yang berhubungan mengenai penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa atau mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2012-2014.

Penentuan informan pada penelitian ini peneliti mengunakan teknik Purposive

Sampling Technique. Penentuan informan dengan teknik ini disesuaikan dengan

tujuan penelitian, dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006: 154). Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2012 sampai dengan


(28)

29

stambuk 2014 yang aktif menggunakan Instagram, memiliki minimal 8000 (delapan ribu) followers dan mendapat jumlah like pada rata-rata foto yang diposting minimal sebanyak 500 (lima ratus) ke atas.

3.4 Kerangka Analisis

Kerangka analisis adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersiat kritis dan memperkirakan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40). Dalam penelitian ini kerangka analisisnya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan bagan di atas dapat diuraikan bahwa Instagram sebagai media berbagi foto memberikan wadah bagi para pengguna untuk mengunggah foto. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara yang memiliki akun dan aktif menggunakan Instagram. Setiap foto yang dibagikan mahasiswa di Instagram dapat diberikan feedback oleh orang lain yang melihat foto tersebut baik itu dengan memberikan tanda suka (like) atau memberikan komentar (comment) pada kolom yang sudah disediakan Instagram. Setiap foto yang dibagikan mendapatkan

feeback yang berbeda-beda dari setiap orang, baik itu feedback positif maupun

negatif. Adapun peneliti nantinya akan melihat berapa banyak feedback positif maupun negatif yang diberikan orang lain pada foto-foto yang dibagikan mahasiswa pengguna Instagram, yang dapat dilihat dari jumlah like, banyaknya komentar positif dan komentar negatif yang diberikan pada foto tersebut.

Foto-foto yang dibagikan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU di Instagramnya merupakan tampilan diri mahasiswa yang ingin ditunjukkan pada orang lain. Feedback positif atau negatif yang diberikan orang lain padanya

INSTAGRAM FOTO DI POSTING

LIKE COMMENT

KONSEP DIRI POSITIF

KONSEP DIRI NEGATIF KONSEP DIRI


(29)

30

melalui foto yang dibagikan dapat mempengaruhi konsep diri mahasiswa tersebut. Respon negatif yang diberikan orang lain dapat mempengaruhi konsep dirinya menjadi negatif, begitu pula dengan respon positif yang diberikan orang lain dapat mempengaruhi konsep dirinya menjadi negatif. Hal ini merupakan tujuan penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu untuk mengetahui konsep diri mahasiswa dalam Instagram apakah kepada konsep diri yang positif atau konsep diri negatif.

Seperti yang dikatakan William D. Brooks dan Philip Emmert, tanda-tanda seeorang mempunyai konsep diri negatif yaitu peka pada kritik, responsif terhadap pujian, cenderung merasa tidak disukai orang lain, mempunyai sikap hiperkritik, dan bersikap pesimis. Sedangkan tanda-tanda seseorang mempunyai konsep diri positif ialah ia yakin atas kemampuannya dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan mampu memperbaiki dirinya. (Rakhmat, 2007: 105).

Selanjutnya peneliti akan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya konsep diri positif ataupun negatif dalam penggunaan Instagram di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Uiversitas Sumatera Utara. Peneliti juga akan meneliti bagaiman respon mahasiswa yang menjadi informan ini ketika mendapatkan kritikan atau pujian dari follower Instagram mereka terhadap foto yang mereka bagikan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan tanda-tanda konsep diri positif dan konsep diri negatif tersebut, sehingga dapat diketahui tanda konsepdiri apa yang mereka punya ketika mereka menempatkan diri mereka pada media sosial Instagram.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber-sumber, penentuan akses ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi (Birowo, 2004: 26). Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan cara:


(30)

31

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Tipe wawancara ini adalah tidak terstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku. Penyampaian data dan peruntutan pertanyaan akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetapi peneliti tetap membuat

interview guide yang akan menjadi panduan dalam wawancara dengan

informan. Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan informan. 3. Observasi atau pengamatan.

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga validasi data sangat tergantung kepada kemampuan observer (Basrowi dan Suwandi, 2008:94). Melalui observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, tentu saja memerlukan analisis data berdasarkan apa yang didapat di lapangan. Menurut Boglan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005: 248).

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Langkah-langkah analisis data pada model Miles dan Huberman adalah sebagai berikut (Sugyono, 2005: 92) :

1. Reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya adalah merangkum, memilih hal-hal yang


(31)

32

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan membeikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk meakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang naratif, dapat juga grafik, matriks, network (jaringan), chart (grafik). 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas.


(32)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan peneliti dengan melakukan observasi terlebih dahulu sesuai dengan judul penelitian yaitu Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial Instagram, dimana mahasiswa yang akan diteliti adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang beralamat di Jl. Dr. A. Sofyan Nomor 1 resmi menjadi Fakultas pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982. Berdasarkan SK Presiden RI tersebut FISIP merupakan fakultas ke 9 (Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara. Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor : 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas – fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.

Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara.Berdasarkan SK Mendikbut R.I itu, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut :

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

5. Jurusan Ilmu Administrasi 6. Jurusan Ilmu Komunikasi


(33)

34

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I. Nomor : 0535 / 0 / 83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal dilakukan pada Semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.

Saat ini FISIP USU mempunyai mempunyai tujuh departemen, satu program Diploma-3, yaitu :

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Ilmu Politik

5. Jurusan Sosiologi 6. Jurusan Antropologi

7. Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis/Niaga

8. dan Program Diploma-3 yaitu Administrasi Perpajakan

Adapun visi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.

Misi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah:

1. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh

stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi

relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang


(34)

35

kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sendiri.

Peneliti melakukan observasi terhadap mahasiswa FISIP dari stambuk 2012 sampai dengan stambuk 2015 yang memiliki akun dan aktif menggunakan Instagram. Peneliti melakukan observasi dengan menanyakan langsung kepada mahasiswa apakah memiliki Instagram atau tidak dan melakukan pengecekan langsung di Instagram dengan membukan akun-akun Instagram mahasiswa FISIP USU tersebut. Peneliti sebelumnya sudah melakukan pengamatan, ternyata hampir seluruh mahasiswa FISIP USU stambuk 2012 sampai stambuk 2015 memiliki dan aktif menggunakan Instagram. Beberapa di antara mereka bahkan sangant populer, terlihat dari jumlah followers yang sangat banyak dan foto-foto yang di bagikan di akun Instagramnya mendapatkan banyak sekali like. Peneliti akhirnya menentukan kriteria yang akan menjadi informan minimal memiliki

followers 8000 (delapan ribu) dengan rata-rata foto yang mereka bagikan

mendapatkan jumlah like minimal 500 (lima ratus). Peneliti memilih empat orang mahasiswi yang menjadi informan dalam penelitian ini.


(35)

36

pendekatan dengan informan-informan tersebut dengan cara menemui secara langsung di kampus FISIP. Peneliti memperkenalkan diri dan menanyakan apakah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini dan melakukan wawancara, setelah itu peneliti meminta kontak berupa nomor handphone dan media sosial informan yaitu Line. Keempat informan yang peneliti temui seluruhnya bersedia untuk diwawancara. Proses selanjutnya peneliti menghubungi informan yang pertama melalui Line menanyakan ketersediaan waktu informan untuk melakukan wawancara. Informan merespon dengan sangat baik dan memberitahukan kapan ketersediaan waktunya serta kami menyepakati dimana tempat untuk bertemu.

Wawancara dengan informan pertama dilakukan pada tanggal 21 Maret 2016 di Dunkin Donuts yang berada di Jl. Dr. Mansyur. Peneliti merekomendasikan tempat ini dikarenakan tempatnya yang sangat strategis dan berada di depan Universitas Sumatera Utara sehingga informan mudah menjangkaunya. Informan mengatakan sebelumnya bahwa wawancara dapat dilakukan pada jam 12. Peneliti sudah sampai di tempat sebelum jam 12, dan saat peneliti menghubungi informan kembali, ternyata informan mengatakan ia akan datang terlambat karena sedang mengurus pengajuan judul di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Informan pertama akhirnya datang pada jam 12.43. Informan datang bersama seorang teman perempuannya yang juga mahasiswi FISIP USU. Ia menggunakan kemeja berlengan panjang dengan motif kotak-kotak berwarna perpaduan merah muda dan hitam dan menggunakan celana jeans. Informan pertama ini selalui media sosial Line dengan informan pertama untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang dan membutuhkan data yang lebih detail agar data yang peneliti dapatkan menjadi lengkap.

Wawancara dengan informan kedua dilakukan pada tanggal 24 Maret 2016, dimana sebelumnya peneliti sudah menghubungi informan melalui media sosial Line untuk menanyakan kapan informan bersedia untuk di wawancara dan dimana tempat untuk bertemu. Tempat wawancara dilakukan sama seperti informan pertama yaitu di Dunkin Donuts yang berada di depan Universitas Sumatera Utara. Tempat ini kembali dipilih karena informan bisa melakukan wawancara setelah ia menyelasaikan mata kuliah di kampus, sehingga tempat ini adalah yang


(36)

37

terdekat, mudah dijangkau, dan juga nyaman untuk melakukan wawancara. Pada jam 12.18 informan datang ke Dunkin Donuts. Informan datang seorang diri saja. Saat itu ia menggunakan kemeja berlengan pendek berwarna pink-peach dan bercelana jeans. Rambutnya yang berwarna hitam dan cukup tebal diikat kebelakang sehingga terlihat rapi dan menunjukkan penampilan seorang mahasiswi. Informan merupakan perempuan yang cantik, kulit nya putih bersih, badannya proporsional, wajahnya bersih dan mulus, senyumnya sangat manis, bahkan pipinya merah merona. Senyuman informan terlihat tulus dan tidak dibuat-buat. Informan kedua ini merupakan finalis Gadis Sampul yaitu pemilihan model majalah remaja pada tahun 2013, tidak heran ia sangat cantik dan menarik perhatian. Sepanjang wawancara berlangsung informan juga banyak tersenyum sehingga memberi kesan ramah dan suasana wawancara terasa hangat dan tidak kaku. Informan juga tidak keberatan wawancara tersebut direkam, ia mengerti hal tersebut memang diperlukan peneliti untuk mendapatkan data yang lengkap sehingga seluruh jawaban informan tidak ada yang terlupa.

Informan menjawab seluruh pertanyaan dengan sangat baik dan jelas. Pandangan matanya fokus tertuju pada peneliti yang menunjukkan rasa yakin pada setiap jawaban yang ia katakan. Ia tidak banyak menggunakan gerakan tubuh, hanya sesekali menggunakan gerakan tangan, dan posisi duduknya juga tetap tegak dari awal mulai sampai akhir wawancara. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan ia sudah memiliki banyak pengalaman wawancara seperti yang ia lakukan saat mengikuti kontes pemilihan Gadis Sampul. Wawancara dengan informan kedua ini berlangsung lebih lama dari informan sebelumnya. Selesai wawancara, informan permisi untuk meninggalkan tempat terlebih dahulu karena ia harus mengikuti les bahasa Inggris.

Wawancara dengan informan ketiga dilakukan pada tanggal 28 Maret 2016. Peneliti sebelumnya sudah menghubungi informan terlebih dahulu untuk menanyakan ketersediaan waktu informan, dan pada saat itu informan mengatakan bahwa ia bisa melakukan wawancara pada tanggal 27 Maret. Malam harinya informan kembali mengabari peneliti bahwa ternyata ia tidak bisa melakukan wawancara pada tanggal 27 Maret karena ada hal yang harus


(37)

38

dikerjakannya pada hari itu, sehingga wawancara diundur menjadi ke tanggal 28 Maret. Wawancara kembali dilakukan di Dunkin Donuts yang berlokasi di depan USU. Pada jam 10.36 informan sampai ke tempat dengan ditemani tiga orang teman perempuannya yang juga adalah mahasiswi FISIP USU. Ketiga temannya mengambil meja yang berbeda sedangkan informan duduk satu meja dengan peneliti. Ia dan teman-temannya baru saja dari FISIP USU karena ada mata kuliah. Informan datang dengan menggunakan kaos lengan panjang berwarna putih dan menggunakan celana jeans, serta menggunakan aksesoris kalung. Ia menggerai rambutnya yang panjang sebahu, berwarna hitam tebal dan lebat, serta agak bergelombang pada bagian bawah rambutnya yang menandakan ia sudah mempersiapkan penampilannya dari rumah dengan melakukan curly pada rambutnya sehingga menjadi lebih bergelombang dan terlihat lebih menarik. Ia juga beberapa kali menyisir rambutnya kebelakang dengan jari tangannya, lalu menatanya ke samping, membuat semakin terlihat rambutnya hitam dan lebat.

Informan menjawab seluruh pertanyaan dengan baik dan jelas. Ia banyak menggunakan bahasa non verbal yaitu dengan gerakan tubuhnya seperti gerakan tangan, kepala, dan tubuhnya juga beberapa kali agak condong ke depan membuat jarak yang dekat dengan peneliti, seakan ia berbicara akrab dengan teman dekatnya. Informan ketiga ini memiliki sifat yang ramah dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jelas bahkan menjabarkan lagi jawabannya, sehingga peneliti bisa mendapatkan lebih banyak data.

Wawancara dengan informan terakhir, peneliti mendapat tantangan karena beberapa kali janji untuk wawancara harus ditunda. Peneliti menghubungi informan keempat pada tanggal 23 Maret untuk menanyakan kapan informan memiliki waktu untuk melakukan wawancara, dan saat itu informan mengatakan ia memiliki waktu kosong pada tanggal 24 Maret dan ditentukan jam untuk bertemu adalah pukul 13.00. Pada hari yang sudah ditentukan informan mengabari peneliti bahwa ia tidak bisa melakukan wawancara karena ada hal yang harus ia kerjakan. Peneliti kembali menanyakan ketersediaan waktu informan untuk wawancara, dan informan mengatakan ia dapat melakukan wawancara pada tanggal 28 Maret setelah ia selesai kuliah yaitu jam 12.00.


(38)

39

Pada hari yang telah ditentukan tersebut peneliti kembali menghubungi informan untuk memastikan bahwa informan dapat hadir untuk wawancara, ternyata informan mengatakan bahwa ia kembali tidak dapat melakukan wawancara karena harus mengerjaka tugas kelompok. Peneliti kembali menanyakan kapan informan memiliki waktu yang kosong agar wawancara dapat dilakukan, dan informan mengatakan tanggal 29 Maret pukul 10.00 setelah ia selesai kuliah.

Pada tanggal 29 Maret 2016 akhirnya informan dapat hadir untuk melakukan wawancara yang dilakukan di Dunkin Donuts yang berlokasi di depan USU agar mudah dijangkau oleh informan yang baru saja menyelesaikan mata kuliahnya di FISIP USU. Pada pukul 10.30 informan datang dengan menggunakan kemeja berwarna hitam, mengenakan scarf polkadot berwarna hitam dan merah serta mengenakan celana jeans. Informan memiliki wajah yang cantik, kulitnya putih dan mulus, matanya menggunakan softlens berwarna coklat yang membuat terlihat semakin indah, senyumnya sangat manis dengan bibirnya yang menggunakan lipstick berwarna merah namun tidak terlalu tebal. Informan menggunakan make up atau riasan wajah namun tidak terlalu tebal. Hasil pengamatan peneliti terhadap akun Instagram informan keempat ini menunjukkan ia memang menyukai make up dan kerap kali pada foto yang ia bagikan di akunnya adalah foto selfie close up yang menunjukkan ia menggunakan make up.

Informan juga banyak menggunakan bahasa non-verbal saat menjawab pertanyaan seperti mempertegas jawabannya dengan gerakan tangan, gerakan kepala, bahkan beberapa kali ia menunjukkan langsung aplikasi atau foto yang sedang ia maksud dengan memperlihatkannya dari smartphone miliknya. Informan menjawab seluruh pertanyaan dengan baik dan jelas. Ditengah-tengah jalannya wawancara ia mengecek riasan wajahnya dan memperbaikinya dengan menggunakan bedak dan lipstik. Setelah wawancara selesai informan meminta izin untuk meninggalkan terlebih dahulu karena ia memiliki janji dengan temannya.


(39)

40

4.1.2 Profil Informan

Peneliti akan memberikan gambaran secara umum profil keempat informan yang telah diwawancarai untuk penelitian ini. Keempat informan adalah mahasiswi berusia 19 tahun sampai 22 tahun. Masing-masing informan memiliki kegemaran dan keahlian di bidang yang berbeda, bahkan sudah meraih prestasi. Ada yang berwirausaha, menjadi seorang model, pendiri akun Instagram yang berpengaruh di Kota Medan, dan ahli dalam bidang riasan wajah. Berikut peneliti menguraikan profil mereka.

Informan 1

Prilia Mutiara Tahier merupakan informan pertama pada penelitian ini. Muti, begitu dia biasa dipanggil, lahir di Bogor tanggal 11 April 1994. Perempun berusia 22 tahun ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia memilik dua adik laki-laki. Muti merupakan mahasiswi semester delapan di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Perempuan cantik ini bersuku campuran yaitu Sunda-Batak dari Ibunya dan suku Jawa dari Ayahnya.

Mutiara sudah 3 tahun mantap menggunakan jilbab. Sebelumnya saat di bangku SMA dan di awal perkuliahan, dia tidak menggunakan jilbab. Ia akhirnya mulai menetapkan hati dan dirinya untuk menggunakan jilbab, dan pada awal Juni 2013 akhirnya dia memantapkan dirinya untuk sepenuhnya mengenakan jilbab sampai sekarang dan dia terus berusaha untuk bisa tetap istiqomah dalam menggunakan jilbab.

Muti selain berkuliah ternyata menggeluti dunia wirausaha berbasis online. Produk yang dia jual adalah produk perawatan wajah (skincare). Ia memulai usahanya ini pada pertengahan tahun 2014 saat ia sedang menjalani kuliah di semester lima. Muti memulai usaha ini karena ia ingin mencoba berwirausaha. Ia melihat ada peluang dan ini berasal dari rumahnya sendiri. Mamanya meracik sendiri masker madu yang awalnya hanya untuk pemakaian orang-orang rumah. Muti berpikir bagaimana jika ia mencoba menjual masker ini. Ia memilih menggunakan jalur online menggunakan Instagram karena tidak memerlukan


(40)

41

biaya untuk mempromosikan produknya, tidak menyita banyak waktu, dan Muti tetap bisa menjalankan kuliahnya tanpa harus terganggu.

Awal memulai usahanya, Muti menawarkan produknya kepada teman-teman terdekatnya, tidak disangka ternyata respon dari teman-temannya sangat baik, banyak yang memesan produk skincare Muti. Semakin lama akhirnya usaha Muti semakin berkembang dan kini sudah memiliki banyak konsumen. Para konsumennya juga kerap kali memberikan testimoni positif kepada Muti yang mengatakan bahwa produknya sangat bagus dan membuat kulit wajahnya menjadi lebih bersih. Produknya kini memiliki popularitas dan dipercaya oleh banyak orang. Muti sangat senang mendapatkan banyak feedback positif ini, karena produknya cocok dipakai para konsumennya dan ia bisa membantu menyembuhkan orang-orang yang bermasalah dengan kulit wajahnya.

Informan 2

Tengku Alya Nabila atau yang bisa dipanggil dengan nama sebutan Alya merupakan informan kedua pada penelitian ini. Alya lahir di Medan pada tanggal 10 Juli 1996. Alya berkuliah di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekarang ini menjadi semester keempat. Perempuan berusia 19 tahun ini bersuku Melayu-Sunda, dimana Ayahnya bersuku Melayu dan Ibunya bersuku Sunda. Anak kedua dari tiga bersaudara ini menyukai olahraga lari dan dia adalah anggota salah satu komunitas lari terbesar di Medan yaitu RunMedan. Alya merupakan finalis Gadis Sampul angkatan tahun 2013. Ajang pencarian model untuk majalah remaja tersebut adalah kontes model pertama yang ia ikuti dan menjadi pengalaman pertamanya di dunia modeling.

Alya pada awalnya tidak berniat untuk mengikuti kontes pemilihan model tersebut. Ia datang ke tempat pendaftaran karena hendak menemani sepupunya yang ingin mendaftarkan diri. Saat di tempat pendaftaran, panitia yang melihat penampilannya mengajaknya untuk mengikuti kontes tersebut dan setelah beberapa lama berpikir akhirnya dia setuju untuk mengikuti dan mendaftarkan dirinya. Alya selanjutnya difoto untuk penilaian juri. Alya tidak menyangka ternyata dari banyaknya orang yang mendaftar dan mengikuti kontes tersebut pada


(41)

42

hari itu, dirinya terpilih sebagai 4 besar untuk bersaing di Jakarta dengan ratusan peserta lainnya dari seluruh Indonesia. Selama di Jakarta mereka disaring kembali melalui banyak tahap pemotretan dan juga wawancara dengan psikologi untuk mengetahui diri dan potensi mereka. Terpilih finalis 20 besar dan Alya merupakan salah satu dari finalis tersebut. Ia tidak menjadi pemenang dalam ajang modeling ini, namun dirinya menjadi juara favorit kedua versi pembaca yang dipilih melalui situs online majalah tersebut. Selesainya kontes ini tidak menjadikannya berhenti di dunia model, melainkan menjadi batu loncatannya menekuni bidang ini. Terbukti setelah kontes tersebut berakhir, perempuan cantik ini tetap mendapat panggilan pemotretan untuk mengisi rubrik di majalah remaja tersebut. Tak hanya itu, dia juga dipercayakan sebagai model untuk beberapa merek pakaian di Medan yaitu Domayn dan Unfinished Market. Hal ini menunjukkan keseriusannya untuk berkiprah di dunia modeling.

Informan 3

Tasya Nadiva Siregar atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Echa, lahir di Medan tanggal 14 Mei 1996. Perempuan berusia 19 tahun ini bersuku Batak Mandailing, dimana Ayahnya bermarga Siregar dan Ibunya Matondang. Perempuan bersuara besar ini adalah alumni dari SMA Syafiatul Medan. Echa saat ini berkuliah di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sedang menjalani semester keempat. Anak pertama dari tiga bersaudara ini memiliki sifat yang ramah dan mudah bergaul.

Echa merupakan salah satu pendiri akun Instagram Medanvidgram. Medanvidgram merupakan akun Instagram yang menjadi wadah bagi seluruh anak-anak muda kreatif yang ada di Kota Medan untuk menuangkan kreatifitasnya dalam bentuk video yang dibuat dan diedit sedemikian rupa sehingga menjadi menarik dan diposting ke dalam akun Instagram tersebut. Video yang dibagikan dalam akun Medanvidgram sangat beragam, mulai dari video tentang kehidupan sehari-hari, video komedi, video musik, dan lain sebagainya. Medanvidgram sendiri merupakan „anak‟ dari akun Instagram Indovidgram yang merupakan akun Instagram pertama yang membuat konsep Instagram sebagai wadah kreatifitas bagi seluruh anak muda kreatif di seluruh Indonesia. Banyaknya


(42)

43

anak muda di seluruh Indonesia yang antusias dengan Indovidgram ini akhirnya mereka membuat akun serupa sesuai dengan nama daerah masing-masing dan Medanvidgram yang dibuat oleh Echa dan kesembilan temannya ini merupakan akun daerah pertama yang ada di Indonesia. Ia merasa beruntung karena dengan membuat akun Instagram Medanvidgram, ia mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak orang dan menambah teman baru. Echa juga dapat meningkatkan kreatifitasnya dalam bidang pembuatan dan editing video karena di Medanvidgram banyak sekali anak muda kreatif yang menjadi temannya untuk saling berbagi ilmu.

Informan 4

Widya Hapsari Tarigan atau yang lebih akrab dipanggil dengan sapaan Widya, lahir di Medan tanggal 28 Juli 1994. Widya merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 dan sekarang sedang menjalani semester delapan. Perempuan cantik berusia 21 tahun ini bersuku Batak Karo. Anak bungsu dari dua bersaudara ini merupakan alumni dari SMA Negeri 4 Medan.

Widya sangat tertarik dengan make up atau riasan wajah. Merias wajah bukanlah hal baru baginya karena dia sudah mengenalnya sejak kecil, tetapi baru di awal perkuliahan dia mulai serius di bidang ini, dan dengan adanya Instagram maka ia menjadikan Instagram sebagai wadahnya untuk menunjukkan hasil make

up-nya. Ia suka bermain dengan warna lipstik, terlihat di beberapa fotonya ia

menggunakan banyak warna lipstik mulai dari warna yang cerah seperti merah muda, merah, peach, bahkan sampai warna yang sangat berani seperti warna ungu tua dan warna hitam. Widya mengatakan bahwa itu semua merupakan wujud ekspresinya dalam berkreasi dengan make up. Ia juga menggunakan blush on atau perona pipi, membentuk alis, dan juga menggunakan softlens untuk semakin menyempurnakan hasil make up nya. Ia banyak terinspirasi dari beauty bolgger Indonesia yang memang merupakan ahli dalam bidang merias wajah. Ia memiliki keinginan untuk menjadi seorang beauty blogger, namun masih belum bisa terealisasi sampai sekarang karena informan sedang berada di semester akhir perkuliahan dan harus lebih fokus untuk mengerjakan tugas akhirnya. Menjadi


(43)

44

anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan membuatnya beruntung karena abang sulungnya yang sudah bekerja kerap kali memberinya hadiah berupa barang-barang make up yang ingin di beli oleh Widya.

4.1.3 Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswa

Instagram sebagai media sosial yang mengkhususkan konten pada foto, kini menjadi media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat luas bahkan sudah memiliki 400 juta pengguna di seluruh dunia. Mahasiswa sebagai orang-orang yang peka terhadap adanya perubahan-perubahan baru, terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki ketertarikan lebih pada hal baru yang berhubungan dengan komunikasi tidak mau tertinggal akan kehadiran media sosial Instagram ini. Peneliti telah melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dan menemukan bahwa hampir seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara memiliki akun dan menggunakan Instagram. Keempat informan yang peneliti wawancarai, seluruhnya adalah pengguna aktif Instagram. Berikut adalah uraian wawancara peneliti dengan informan mengenai penggunaan Instagram.

Informan 1

Mutiara Tahier menggunakan cukup banyak media sosial diantaranya Facebook, Twitter, Instagram, Path, Snapchat, dan Periscope, namun media sosial yang paling sering ia gunakan adalah Instagram. Muti menggunakan Instagram mulai dari tahun 2011 saat ia masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Medan. Nama akun Instagram Muti adalah @mutitahier. Ia mengetahui sendiri adanya media sosial Instagram saat melihat adanya media sosial baru di Application Store yaitu aplikasi yang menyediakan dan memberikan ruang untuk mengunduh media sosial tersebut. Saat itu di kalangan teman-temannya belum banyak yang menggunakan Instagram namun Muti tetap mengunduh Instagram karena ia memang ingin mencoba media sosial yang baru.

Muti memilih mengunduh Instagram karena ia tertarik dengan konsep yang ditawarkan media sosial ini yaitu ia dapat memposting banyak foto dan juga menambahkan filter digital dimana Instagram merupakan media sosial pertama


(44)

45

yang saat itu menawarkan penambahan filter digital sehingga foto tersebut menjadi lebih bagus dan menarik. Seiring dengan perkembangannya, Instagram menambah banyak fitur baru yang akhirnya membuat Muti semakin tertarik dengan media sosial ini dan menjadikannya sebagai media sosial yang paling sering ia gunakan.

Masa awal menggunakan Instagram, Muti sering sekali mebagikan fotonya di Instagram. Ia dapat memposting fotonya setiap hari bahkan dalam satu hari ia dapat memposting beberapa foto. Hal ini ia lakukan karena ia menganggap jika sering membagikan foto di Instagram maka pengguna Instagram lain menjadi mengetahui bahwa ia adalah pengguna yang aktif sehingga foto-foto yang ia bagikan bisa mendapatkan banyak like ataupun comment dari pengguna Instagram lainnya. Berbeda dengan sekarang, Muti tidak lagi membagikan fotonya setiap hari di Instagram tetapi hanya dua hari sekali. Foto yang akan dibagikan pun dipilih lebih selektif dan sudah dipersiapkan dengan baik, bisa foto yang sudah diambil di hari sebelumnya atau jika foto yang baru diambil lebih bagus maka foto tersebut yang akan bagikan ke Instagram.

“kalo dulu-dulu sih tiap hari, cuma kalo sekarang dua hari sekali dan itu udah dipersiapkan fotonya ha ha ha. Kadang foto kemarin yang di posting, tapi kalo yang hari itu bagus,lebih bagus dari yang kemarin, itu yang duluan di posting. Terus dulu sering posting biar banyak yang ngelike, orang jadi tahu oh orang ini aktif. Kalo jarang-jarang posting dikirain nggak aktif, orang pasti

unfollow”.

Perempuan berjilbab ini memilih untuk membatasi frekuensinya dalam memposting foto karena ia tahu dan sadar akan aturan bahwa dengan menggunakan jilbab seharusnya tidak boleh terlalu banyak membagikan fotonya dirinya sendiri di media sosial dan Muti bertanggung jawab dengan pilihannya sehingga dia mengurangi frekuensi untuk posting foto, selain itu dia juga tidak ingin orang lain merasa bosan karena terlalu banyak foto yang dibagikan di akun Instagramnya karena saat ini dia sudah mendapatkan banyak followers dan like.

Banyak foto yang diposting Mutiara ke dalam Instagramnya, seperti foto diri sendiri atau selfie, foto seluruh badan, foto dengan teman-temannya, foto untuk promosi usahanya, dan lain sebagainya. Jumlah foto yang sudah dia posting di


(45)

46

Instagramnya adalah sebanyak 380 foto. Sekian banyak objek foto yang ia bagikan, foto selfie merupakan yang paling banyak diposting di Instagram. Saat peneliti menanyakan mengapa dia lebih suka memposting foto tersebut, alasannya adalah karena setiap Muti memposting foto selfie dirinya, jumlah like yang didapatkan bisa mencapai lebih dari 800 like, jauh lebih banyak daripada

postingan foto seluruh badan atau foto dengan teman-temannya. Hal ini disadari

oleh Muti, karena itu dia lebih suka memposting foto selfie. Muti sendiri tidak mengetahui alasan pasti mengapa foto selfie tersebut yang paling banyak disukai oleh followersnya, namun menurut asumsinya sendiri, ia mengatakan bahwa mereka lebih suka dengan foto selfie karena wajahnya yang cantik terlihat jelas dan dekat sehingga banyak orang lebih menyukai, dan ia juga berasumsi mungkin kebanyakan yang memberikan tanda suka pada foto tersebut adalah kaum laki-laki karena kecenderungan dari mereka yang suka melihat wajah wanita yang cantik.

“karena kalo selfie like nya lebih banyak, nggak tau, bingung kenapa, tapi kalo foto selfie pasti orang yang like lebih banyak, dibanding fotonya jauh. Mungkin kalo selfie otomatis mukanya langsung jelas, jadi orang lebih seneng, cowok-cowok kali terutama, kalo cantik langsung like”.

Muti juga banyak di endorse oleh online shop. Endorse adalah bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh para wirausaha yang menjualkan produknya melalui media online atau online shop, dimana mereka memberikan produk yang dijual secara gratis kepada seseorang yang terkenal agar orang tersebut mempromosikan produknya di media sosial miliknya, dengan harapan semakin banyak orang yang menjadi tahu dan tertarik produk tersebut sehingga semakin banyak orang yang membeli produknya. Endorse bisa juga menerima bayaran dimana pemilik online

shop selain memberikan produk secara gratis juga membayar oang yang akan

mempromosikan tersebut. Hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang tergantung persyaratan yang sudah ditetapkan dan kesepakatan mereka bersama. Pemilik

online shop memilih orang-orang yang terkenal di Instagram dan memiliki banyak

sekali followers karena mereka dianggap mampu mempersuasi followersnya untuk ikut menggunakan apa yang mereka pergunakan sehingga mereka membeli produk yang dipromosikan tersebut.


(46)

47

Mutiara sudah diendorse lebih dari 20 online shop. Mulai dari produk makanan, pakaian, sepatu, pashmina, jilbab, dan lain sebagainya. Tetapi dia paling banyak di endorse untuk produk pakaian muslim dan jilbab. Muti tidak menetapkan persyaratan khusus jika ingin memintanya mempromosikan produk-produk tersebut. Hanya kesepakatan antara kedua belah pihak, jika Muti ditawarkan untuk endorse dan Muti merasa mampu untuk mempromosikan produk tersebut maka terjadi kesepakatan. Produk yang diberikan kepada Muti bisa dia pilih sendiri atau sudah dipilihkan dari pihak online shop. Muti tidak meminta bayaran untuk kegiatan promosi ini. Selama dia dipercayakan oleh banyak online shop untuk mempromosikan barang mereka di Instagramnya, Muti tidak pernah mendapatkan feedback negatif ataupun keluhan, bahkan ada online shop yang sampai dua kali mengendorse barangnya kepada Muti. Hal ini berarti Muti memberikan dampak positif bagi usaha online shop tersebut.

Informan 2

Media sosial yang digunakan Alya adalah Twitter, Instagram, dan Path. Alya juga menggunakan Facebook tetapi ia tidak lagi dapat membuk akunnya karena ada orang yang tidak bertanggung jawab merusak atau meng-hack akun Faceooknya tersebut. Alya bukanlah seseorang yang sangat tergantung dengan media sosial dan tidak menggunakan media sosial hanya karena trend. Terlihat dari media sosial yang ia gunakan termasuk sedikit dibandingkan dengan media sosial yang dipakai oleh orang-orang pada zaman sekarang ini. Dia pernah menggunakan media sosial Snapchat namun hanya ia gunakan selama dua minggu, setelah itu dia tidak lagi menggunakannya.

Saat peneliti menanyakan alasannya mengapa dia tidak lagi menggunakan media sosial tersebut, Alya menjawab karena dia tidak tertarik dengan Snapchat. Ia tidak tertarik dengan konsep dan fitur yang ditawarkan media sosial tersebut sehingga memutuskan untuk memberhentikannya, padahal saat ini Snapchat merupakan media sosial yang baru muncul dan banyak orang-orang yang menggunakannya. Bagi Alya, menggunakan media sosial seharusnya sesuai dengan kebutuhan penggunanya sehingga pengguna benar-benar mendapatkan


(47)

48

manfaat dari media sosial tersebut dan bukan hanya karena mengikuti apa yang sedang trend.

“sempet pake tapi pakenya juga baru kayak dua minggu yang lalu, tapi kayak

apa ya, kayak nggak tertarik gitu. Alya bukan yang kalo semua orang pake terus Alya pake. Buat Alya, Alya suka nggak, perlu nggak ngegunainnya gitu.

Peneliti melihat Alya memiliki prinsip yang berbeda dalam menggunakan media sosial dibandingkan dengan penggunaan media sosial oleh informan yang lainnya. Selain menggunakan media sosial karena memang benar-benar tertarik dan bukan karena trend, ia juga memiliki frekuensi yang sama dalam menggunakan media sosial tersebut, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil frekuensi penggunaanya baik itu pada Instagram, Path, maupun Twitter. Ia mengungkapkan bahwa seimbangnya porsi penggunaan media sosial ini karena setiap media sosial yang dia gunakan memiliki manfaat tersendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk Twitter misalnya dia pergunakan jika ingin mencari informasi, Instagram untuk memposting foto-fotonya, dan Path untuk mengupdate kegiatan yang sedang ia lakukan. Alya menambahkan bahwa dia tidak ingin terlalu terikat dan berlebihan dalam menggunakan media sosial, karena itu dia menggunakan semuanya dengan porsi yang sama dan sesuai dengan waktu jika dia membutuhkannya.

Alya menggunakan Instagram pertama sekali pada tahun 2011 saat dia masih duduk di kelas satu SMA. Nama akun Instagram Alya adalah @tengkualya. Ia mengetahui adanya media sosial Instagram karena melihat dari Application Store

smartphonenya yang memasukkan Instagram sebagai salah satu media sosial yang

baru. Pada saat melihatnya, Alya merasa tertarik dan akhirnya mengunduh Instagram lalu membuat akun dan mulai menggunakannya. Saat itu belum banyak teman-temannya yang menggunakan Instagram, namun Alya tetap menggunakan Instagram karena konsep dan fitur yang ditawarkan Instagram sangat menarik perhatiannya dan mampu memenuhi apa yang dibutuhkan olehnya.

Bagi Alya Instagram merupakan media sosial yang berpengaruh bagi banyak orang. Alya mengatakan hal tersebut karena dia melihat orang-orang saat ini yang sangat terikat dengan Instagram, dalam satu hari bisa beberapa kali mengecek


(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Konsep Diri Mahasiswa dalam Media Sosial, dimana media sosial dikhususkan kepada Instagram. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara pada mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep diri mahasiswa dalam menggunakan Instagram dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri positif maupun konsep diri negatif mahasiswa dalam menggunakan Instagram. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi komunikasi, konsep diri, dimensi konsep diri, faktor yang mempengaruhi konsep diri, media baru, dan Instagram. Penelitian ini fokus kepada metode penelitian studi deskriptif kualitatif. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah empat mahasiswi yang aktif menggunakan Instagram. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa konsep diri mahasiwa dalam media sosial Instagram adalah konsep diri positif. Mahasiswa mampu memanfaatkan Instagram dengan baik sehingga memberikan efek positif bagi dirinya. Faktor yang mempengaruhinya adalah diri sendiri dan orang lain dengan memberikan tanda suka (like), komentar positif dan komentar negatif pada foto di Instagram.

Kata kunci :


(2)

ABSTRACT

The research entitled “Self Concept of College Students in Social Media”, where the social media is focused on Instagram. The research is done by doing interwiew with college students of Communication Science Department of Social Science and Politic Science Faculty, University of North Sumatera. Aims of this research are to know the self concept of student college in Instagram and factors that influence the positif self concept or negative self concept on using Instagram. As for theory that used in this research are psychology of communication, self concept, dimension of self concept, factor that influence self concept, new media, and Instagram. This research method is focus on qualitative descriptive study. The subject for this research are four college students whose active on using Instagram. The findings on this research show that sef concept of college student in Instagram is the positve self concept. Factors that influence the positive self concept are their self and from others by giving like, positive comment, and negative comment on their photo in Instagram.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... iii

KATA PENGANTAR... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah... 1

1.2 Fokus Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian... 7

2.2 Kajian Pustaka... 8

2.2.1 Psikologi Komunikasi... 8

2.2.2 Konsep Diri... 10

2.2.3 Dimensi-Dimensi dalam Konsep Diri... 14

2.2.4 Aspek-Aspek Konsep Diri... 17

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri... 18

2.2.6 Media Baru... 20

2.2.6.1 Media Sosial... 22

2.2.6.3 Fungsi Media Sosial... 24

2.2.7. Instagram... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 28

3.2 Objek Penelitian... 28

3.3 Subjek Penelitian... 28


(4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil... 33

4.1.1 Deskrisi Pelaksanaan Penelitian... 33

4.1.2 Profil Informan... 40

4.1.3 Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswa... 44

4.1.4 Konsep Diri Mahasiswa dalam Instagram... 56

4.2 Pembahasan... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 89

5.2 Saran... 90

5.2.1 Saran dalam Kaitan Akademis... 90

5.2.2 Saran dalam Kaitan Praktis... 91 DAFTAR REFERENSI


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Peningkatan Penggunaan Instagram 2


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Ciri Konsep Diri Positif dan Konsep Diri 87 Negatif pada Setiap Informan


Dokumen yang terkait

Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

6 82 136

Instagram Dan Presentasi Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Penggunaan Instagram Terhadap Presentasi Diri Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)

12 111 94

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 3 89

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 8

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 0 1

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 1 8

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 2 17

Media Sosial Twitter sebagai Pembentuk Pemikiran Politik Mahasiswa (Studi Analisis Wacana Sara Mills pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

0 2 2

Path Dan Pengungkapan Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Media Sosial Path sebagai Sarana Pengungkapan Diri Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

0 0 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Instagram Dan Presentasi Diri Mahasiswa (Studi Korelasional Penggunaan Instagram Terhadap Presentasi Diri Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)

0 0 6