ACUAN TEORITIK Analisis kesulitan guru matematika dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Ciseeng Bogor

BAB II ACUAN TEORITIK

1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematiaka a. Pengertian matematika dan ruang lingkupnya

Matematika dikenal sebagai suatu ilmu yang abstrak, yang dapat dipandang sebagai instruktur untuk berfikir secara sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten. Sekalipun abstrak, berbagai konsep maupun teori matematika disusun berdasarkan berbagai fenomena nyata, atau dipicu oleh kebutuhan dalam memecahkan permasalahan dalam situasi nyata. Hal ini menjadi dasar mengapa matematika acapkali berperan besar dalam pengembangan berbagai bidang ilmu lain. Bahkan sering pula secara langsung menyelesaikan permasalahan nyata. Oleh karenanya, aspek teori yang abstrak dan aspek terapan matematika pada situasi nyata merupakan dua aspek yang sangat berhubungan erat. 9 Matematika merupakan bahasa yang mampu menerjemahkan pengertian yang kita inginkan. Matematika juga yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial, maksudnya hanya dapat dimengerti setelah diketahui arti darinya. Tanpa itu, matematika hanyalah merupakan kumpulan rumus-rumus yang akan membuat orang jadi malas untuk bergelut dengannya. Matematikapun mengembangkan bahasa numerik, disamping bahasa sains, yang akan 9 Tim Penulis PEKERTI, Hakekat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, Jakarta: PAU- PPAI, hal. 13 mengantarkan kita pada pengertian-pengertian kuantitatif. Karena sangat pentingnya, matematika dapat memberikan makna tersendiri ketika orang membutuhkannya dalam menafsirkan secara eksak dari berbagai ide dan kesimpulan-kesimpulan. Kata matematika yang berasal dari bahasa asing seperti mathematic Inggris, mathematic Jeman, Mathematique Prancis, mathematic Italy, matematiceski Rusia atau mathematickWiskunde belanda mempunyai arti sama dengan mathema yaitu belajar atau hal yang dipelajari. 10 Menurut Reys dkk 1984, seperti dikutip Russeffendi, matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, peroses, dan penalaran. Terdiri atas 4 empat wawasan yang luas: aritmetika, aljabar, geometri, analisis. 11 Sementara itu menurut Herman Hudoyo, matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalaran yang deduktif. 12 Ada dua golongan pemikiran yang mempengaruhi ahli matematika. Golongan pertama berpendapat bahwa matematika itu tak ubahnya seperti hukum- hukum tertentu fisika di alam, ia ada di alam, sedangkan unsur-unsur dan hukum- hukum matematika telah ditemukan oleh ahli matematika, berbeda dengan 10 Badan Penelitian dan Bimbingan, KBK Mata Pelajaran Matematika SD Jakarta: DEPDIKNAS,

2001, hal 148

11 E.T. Russeffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG Bandung:Tarsito, 1980, hal.148 12 H.Hudoyo, Strategi Belajar Mengajar matematika, Malang: IKIP Malang, 1990, hal.13 sebelumnya, karakter golongan kedua mengatakan bahwa matematika itu diciptakan oleh ahlinya. Matematika diibaratkan seperti karya seni, sebuah lukisan tidak mungkin ada sebelum seniman dalam hal ini ahli matematika menciptakannya. Terlepas dari pengaruh yang mana ahli matematika berkomentar tentang definisi matematika, sesungguhnya mencari kesamaan dari masing-masing definisi tidaklah begitu sulit, karena mereka tertuju makna yang terangkum dalam ciri-ciri atau karakteristik matematika, disamping memang mereka melihatnya dari sudut pandang berbeda serta disiplin ilmu yang dikaji juga tidak sama, maka pantaslah kalau tidak ada kesepakatan tunggal tentang matematika. Untuk lebih jelasnya berikut definisi-definisi menurut para ahli tentang matematika: 1 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis. 2 Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3 Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 4 Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan . 5 Matematika adalah pengeetahuan tentang struktur-struktur yang logis. 6 Matematika adalah pengetahuan tentang aturan –aturan yang ketat. 13 b. Pengertian belajar dan pembelajaran matematika. Dalam proses pembelajaran, belajar mempunyai kedudukan yang penting, sebab melalui belajar akan berkembang tiga dasar hubungan manusia yaitu kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran masyarakat, dan kesadaran lingkungan. Dengan belajar seseorang diharapkan mampu merubah tingkah lakunya melalui pengalaman yang ia dapatkan, baik dengan melihat orang lain, lingkungan maupun dengan diberi pelajaran oleh orang lain. Menurut pendapat Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil pengalaman. 14 Sedangkan Garry Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman –pengalaman dan latihan. Belajar merupakan kegiatan dinamis dimana siswa dapat berkembang secara aktif. Lebih lanjut Piaget menyatakan,Pengetahuan dibangun dalam diri setiap orang melalui keterlibatannya secara aktif dengan orang lain. Perkembangan intelektual, menurut Piaget, melalui empat priode yaitu : 13 R.Soedjadi, Kiat Pendidika matematika di Indonesia Konstalasi Keadaan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS, 1999, hal.11 14 Nana Sudjana, Cara belajar siswa Aktif, Bandung : PN. Sinar baru,1987, hal.17 1. Priode sensorik motorik 0 - 2 tahun karakteristik ini merupakan gerakan –gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan. 2. Priode pra operasional 2 – 7 tahun, anak didalam berfkir tidak didasarkan pada keputusan yang logis melainkan didasarkan pada keputusan yang dapat dilihat seketika. 3. Priode operasi kongkrit 7 -11 tahun, pada priode ini berfikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. 4. Priode operasi formal 11 tahun keatas, sudah mampu memberikan alasan dengan menggunakan lebih banyak simbol atau gagasan dalam cara berfikir. Sementara itu, Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil apabila proses pengajaran diarahkan pada konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. 15 Mengajar adalah peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar adalah peristiwa yang terkait oleh tujuan, terarah pada tujuan yang dilaksanakan semata- mata uuntuk mencapai tujuan itu. Apabila yang dituju adalah titik C, maka dengan sendirinya proses pengajaran belum tercapai apabila yang dituju atau yang akan dicapai didalam kenyataan berubah ke titikA atau B. Dengan kata lain, taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh mana interaksi edukatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Hal ini berlaku umum, baik dalam situasi keluarga maupun dalam situasi kelompok- 15 Sutrisman Murtadho dan Drs.G. Tanbunan,op.cit.hal.2.11 kelompok sosial seperti dalam organisasi dan sekolah. 16 Dari pengertian tersebut terlihat bahwa mengajar haruslah mempunyai tujuan , tujuan mengajar secara umum agar peserta didik dapat merubah tingkah lakunya setelah menerima pelajaran dari seseorang. Ada dua teori yang mendukung konsep pembelajaran yaitu teori belajar konvesional dan modern . Teori yang pertama mengatakan bahwa belajar adalah menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Bila siswa belajar, maka dirinya diibaratkan sebagai bejana kosong yang siap diisi ilmu sehingga penuh dengan berbagai ilmu pengetauan. Sehingga pendapat yang modern menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan mental seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku sebelumnya ketika ada respon menghadapi situasi baru. 17 Pembelajaran adalah upaya untuk siswa dalam bentuk kegatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan. 18 Menurut Arif Sadiman, bahwa pembelajaran lebih umum dari pengajaran. Ia mengatakan, pembelajaran bisa berlangsung meskipun guru tidak berada dalam ruang kelas, sementara pengajaran terjadi jika guru dan murid sam-sama berada dalam ruang kelas. Senada dengan Arif, Corey melengkapi dengan menyatakan bahwa pembelajaran merupakan 16 Winarno Surakhmat, Metodologi pengajaran nasional, Bandung: PN. Jemmars,1979 17 Margaret E. Bell Gretler, Belajar dan Membelajarkan, terjemahan munandir, Jakarta :Rajawali, 1986, hal.12 18 I Nyoman Sudan Degeng,Strategi Pembelajaran : Mengorganisasikan Isi Dan Model Elaborasi , Malang, 1997 , hal 1 suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Miarso dan kawan-kawan, 1997. Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs adalah upaya orang yang tujuannya membantu orang belajar. 19 Dari berbagai pengertian diatas nampaklah bahwa pembelajaran ditekankan bukan pada guru mengajar melainkan siswa belajar. Hal ini juga berlaku didalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sendiri juga dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kelassekolah yang memungkinkan siswa dapat belajar matematika di sekolah. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai perancang, proses-proes yang telah dirancang kemudian disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sebagai objek pembelajaran. Menurut Demunth 1976 seperti dijelaskan Erman Suherman, membedakan konsepsi-konsepsi matematika berdasarkan falsafah mejadi : 1. Konsepsi bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal. Pengertian-pengertian seperti hubungan, fungsi, kelompok, vector, diperkenalkan dan dimasukkan dengan definisi dan dihubugkan satu sama lain dalam suatu sistem yang disusun secara deduktif. 19 Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, Jakarta: UT, 2000,1.13 2. Bahwa pembelajaran matematika berorientasi pada dunia sekeliling. Titik tolaknya adalah tema yang diambil dari jangkauan pengalaman belajarnya. Pelajaran bertugas mematematiskan sekelilingnya. 3. Konsep heuristik yaitu pembelajaran matematika sebagai sistem dimana pelajarnya dilatih untuk menemukan sesuatu secara mandiri. 4. Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika sebagai alat. Dalam konsep ini kesiapan menjadi menonjol dan hanya digunakam sebagai kesiapan teknis.

c. Metode Pembelajaran Matematika

Seorang guru wajib membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam rencana mengajar tersebut terdapat komponen-komponen, seperti, tujuan, materi, strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode dan media pembelajaran. Jadi, metode mengajar merupakan salah satu koponen yang perlu diperhatikan guru dalam perencanaan mengajar. 20 Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Sedangkan metode mengajar adalah suatu cara yang direncanakan dan digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, sebelum menggunakan metode tersebut, seorang guru perlu terlebih dahulu mengetahui macam-macam metode lalu memilihnya berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan 20 Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika UT. 2008. Hal 4.1 menggunakannya bersama dengan komponen lain agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, jelaslah bahwa metode termasuk komponen yang penting 21 . Metode mengajar yang diperlukan dalam pembelajaran matematika, diantaranya : 1. ceramah Metode ini sering digunakan oleh kalangan guru pada umumnya, karena begitu mudah dijalankan. Dengan cara menyampaikan keterangan atau informasi secara lisan kepada pendengar, metode ini sudah dapat dikatakan berjalan. Karena lebih dikendalikan oleh penceramah yang mendominasi seluruh kegiatan maka komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari pusat penceramah ke pendengar siswa. 2. Ekspositori Metode ini lebih aktif dari pada metode ceramah, dimana guru memberikan bahan ajar dengan ceramah kemudian siswa membuat soal latihan dan bertanya jika terdapat penjelasan yang kurang dimengerti. 3. Demontrasi Merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran yaitu guru memberikan penjelasan sambil memperagakan atau memperlihatkan suatu proses kepada siswa, sedang siswa hanya melihat apa yang dikerjakan oleh guru. 21 Sri Anitah W, Strategi Pembelajaran Matematika , hal. 4.3 4. Drill Metode ini lebih mengedepankan pada kemampuan untuk cepat ingat dan bagaimana supaya mudah untuk hafalan. Fakta dasar operasi hitung, definisi, rumus, sifat, serta aplikasai-aplikasinya dan hal-hal lain yang tidak memerlukan prosedur pengerjaan pada materi yang diajarkan. 5. Latihan Se perti ditulis Khoerunnisa dalam skripsinya, bahwa latihan berhubugan dengan algoritma, berhitung atau prosedur matematika serta terampil menggunakannya. Semakin banyak berlatih maka kesempurnaan penguasaan makin mudah diraih. 6. Tanya Jawab Metode ini juga sering digunakan guru dalam menyampaikan materi, biasanya sebelum guru memulai dengan tanya jawab, terlebih dahulu guru memberikan apersepsi kepada siswa perihal materi yang akan dibahas, gunanya untuk merangsang siswa lebih aktif dalam menjawab masalah yang ada. 7. Penemuan Discovery Metode pembelajaran yang mengusahakan agar setelah mengalami berbagai pengalaman siswa memungkinkan menemukan hal baru. Hal baru itu bisa berupa teorema, rumus, pola aturan dan lain sebagainya. 8. Permainan Biasanya metode ini dilakukan sekolah tingkat dasar, tujuannya agar siswa tidak jemu dan bosan dalam belajar matematiak. Permainan dalam matematika adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang mapu menunjang tujuan pembelajaran matematika. 9. Pemberian tugas Dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah, misalnya tugas membaca bahan materi yang akan disampaikan pada perteemuan berikutnya, tugas menjawab soal, tugas mencari rumus, dan tugas- tugas yang lain yang berhubungan dengan materi matematika, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika. 10. Laboratorium Learning by Doing atau belajar dengan berbuat adalah sebuah perinsip yang diterapkan dalam metode ini. Oleh karenanya, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan baik. Metode ini ditujukan supaya siswa dibimbing sehingga mampu menemukan fakta-fakta dalam matematika serta menerapkan pengetahuannya. 11. Kegiatan Lapangan Dengan menggunakan metode ini, siswa dapat langsung mengalami dan melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil belajarnya, sehingga siswa mengetahui secara langsung kegunaan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Misalnya,bagaimana mengukur tinggi pohon, jarak, luas tanah, pembelian dan lain-lain. 12. Diskusi Metode ini merupakan metode pembelajaran yang didalamnya terjadi interaksi antar guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Dengan diskusi, siswa menjadi lebih aktif dalam menyalurkan pendapatnya, sekaligus akan membawa siswa pada keterampilan berbicara di depan umum. Intinya, siswa dilatih untuk mengekspresikan pendapatnya dalam belajar matematika ketika guru memberikan suatu permasalahan.

d. Pendekatan Pembelajaran yang efektif

Dalam proses pembelajaran, suatu pendekatan tertentu sangat penting dilakukan untuk memberikan kosep atau prosedur yang dapat disalurkan dalam membahas pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Artinya, ketika sebuah proses pembelajaran mengabaikan pendekatan, maka tujuan pembelajaran sulit tercapai ataupun kalau hal ini dilakukan maka tujuan pembelajaran berhasil diraih secara tidak optimal. Pendekatan pembelajaran adalah suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 22 Jadi, pendekatan pembelajaran matematika merupakan suatu 22 Ismail dkk, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. hal. 53 konsep yang diperlukan untuk membahas pelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai dengan maksimal. Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada pebelajar. Dalam hal ini banyak pendekatan yang dapat dipelajari, diantaranya 23 : 1. Pendekatan Spiral Pendekatan spiral digunakan untuk membelajarkan konsep matematika. Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan ini, suatu konsep tidak diajarkan dari awal hingga akhir secara tuntas dan berurutan dalam angka waktu tertentu. Pendekatan ini, juga dimulai dari yang sederhana, dari abstrak ke kongkrit, dari cara intuitif ke analisis, dari penyelidikan ke penguasaan. Suatu konsep diberikan secara sebagian-sebagian, berulang-ulang dalam selang waktu yang terpisah. Mula-mula konsep tersebut dikenalkan dengan cara dan dalam bentuk yang sederhana yang makin lama makin kompleks. Misalnya dalam pembelajaran konsep A, selang pertama dikenalkan dalam sebuah topik dengan cara intuitif melalui benda-benda kongkrit, nyata sesuai kemampuan siswa dan konsep A dinyatakan dengan notasi atau simbol yang sederhana . setelah selang waktu selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan konsep-konsep lain, misal konsep Sri Anitah W, StrategiPembelajaran Matematika UT. 2008. Hal 2.20 B atau konsep C, mungkin konsep A yang sederhana itu digunakan dalam konsep B dan konsep C diselang-selang waktu yang terpisah. Selanjtnya, konsep A diajarkan lagi, yang semakin lama makin kompleks dan dalam bentuk yang lebih abstrak, yang akhirnya menggunakan notasi umum dalam matematika. 2. Pendekatan deduktif Pendekatan deduktif sudah biasa dilakukan, maisalnya pemakaian teorema atau rumus untuk membuktikan atau menyelesaikan masalah. Pendekatan deduktif memerlukan waktu yang relatif singkat sehingga dapat lebih efisien, setiap kesimpulan yang diperoleh dijamin berlaku secara umum. Pendekatan pembelajaran ini menggnakan proses penalaran deduktif. Sehingga metode ini tidak layak digunakan dikalangan anak-anak. Karena terlalu sulit untuk bisa memahami. Pendekatan deduktif merupakan cara memetik kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir silogisme. 24 Contoh : Premis mayor : P → Q Premis minor : Q → R ___________________ Kesimpulan : P → R 24 Erman Suherman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta :UT, 1999, hal 223 3. Pendekatan Induktif Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang prosedurnya menggunakan proses penalaran induktif. Dengan menggunakan contoh-contoh yang menuju pada satu rumus tertentu akan membawa siswa pada pengenalan sebuah teorema, dengan demikian pendekatan ini lebih cocok dan sesuai jika digunakan pada siswa-siswa tingkat rendah yang masih menggunakan rumus dalam menyelesaikan masalah matematika. 4. Pendekatan Intuitif Sesuai dengan namanya, maka pendekatan ini lebih mengacu pada kemampuan memahami sesuatu hal tanpa harus mempelajari proses penalaran intuisi , tetapi dikoneksikan dengan keadaan kongkrit sehari-hari, permainan, maupun masalah matematika yang menarik sehingga siswa lebih mudah untuk mengingat. 5. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic RME. Meskipun tergolong baru popular tiga tahun belakang, tetapi pendekatan ini cukup menggugah kalangan pendidik, khususnya pemerhati pendidikan matematika. Secara konseptual, sebenarnya pendekatan ini sudah sering digunakan oleh guru matematika, hanya saja popularitasnya kemudian baru ada dalam beberapa tahun terakir ini. Pendekatan pendidikan matematika realistis adalah pendekatan pembelajran matematik yang bertitik tolak pada hal nyata, menghubungkan matematika dengan kehidupan nyata dan siswa biarkan menemukan diri tentang matematika. Lebih tegas lagi Zulkardi mengatakan, RME adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan keterampilan proses of doing mathematices, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri student inventing sebagai kebalikan dari teacher telling dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator, sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan reasoningnya melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain. 25 Ada beberapa karakteristik yang terdapat dalam pendekatan ini, yaitu 1 penggunaan real konteks sebagai titik tolak belajar matematika; 2 penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau rumus , 3 mengaitkan sesama topik dalam matematika ; 4 penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika dan, 5 menghargai ragam jawaban dan kontribusi siswa.

e. Strategi Pembelajaran Matematika

25 Zulkardi, RME: Teori, Contoh Pembelajaran, dan Taman Belajar di Internet makalah Seminar RME, Bandung: UPI.bandung, 2001.hal 1 Guru sebaiknya memahami strategi pembelajaran matematika yang cocok dan mampu menerapkannnya dalam peraktek mengajar di kelas, sehingga siswa dapat pelajaran matematika dengan baik. Menurut Roth Well, seperti ditulis Drs. H. Muhammad Ali Hamzah, mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan langkah selanjutnya dari proses desain pembelajaran atau bagaimanakah caranya menuju ke proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah serangkaian kejadian eksternal bagi siswa yang dirancang unutk meningkatkan proses internal dalam belajar. Sementara itu, Miarso menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum, pembelajaran yang dijabarkan dari teori belajar tertentu. 26 Suharsimi Arikunto 27 membagi strategi pembelajaran menjadi dua tahap yaitu : 1. Tahap sebelum siswa masuk kelas. Disebut juga tahap persiapan atau precondition. 2. Tahap saat siswa masuk kelas. Tahap ini dilakukan didalam kelas dan disebut sebagai operating prosedurs. Mengenai strategi mana yang akan dipilih, sebaiknya didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut 28 : 26 Yusuf hadi Miarso, Monograf Tehnik Pembelajaran, Jakarta: DepDikBud, 1993,hal 5 27 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000, 28 Yusuf Hadimiarso, Monograf Tehnik ……… hal. 15 a Tujuan belajar, jenis, dan jenjang b Sifat kedalaman dari banyaknya isi ajaran c Latar belakang, motivasi, dan kondisi siswa d Jumlah, kualifikasi, kompetensi tenaga pengajar e Lama dan jadwal f Sarana yang dapat dimanfaatkan dan biaya

2. Tinjauan tentang guru a. Pengertian guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia anak dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, guru juga sebagai agen pembelajaran learning agent yaitu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. 29 Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi yang tepat agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai degan baik. Adanya tujuan pembelajaran itu, menjadikan possisi guru dalam proses pebelajaran mempunyai peran penting. Guru sebagaimana telah diketahui secara popular berarti orang yang pekerjaannya mengajar. Namun demikian, arti guru dikalangan para ahli juga berbeda meskipun merujuk pada satu pengertian tunggal. Menurut 29 Undang-undang Guru dan Dosen Jakarta : CV Eka Jaya hal 43 th 2006. pandangan tradisional guru adalah orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. 30 Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, baik mengajar bidang studi ataupun mengajarkan suatu ilmu pengetahuan kepada orang lain yang diharapkan orang yang diajar dapat mengerti dan mampu melaksanakannya. Jadi, yang dimaksud guru matematika adalah guru yang mengajarkan matematika yang diarapkan siswa dapat memahami konsep matematika dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jabatan guru adalah jabatan propesional karena tidak semua orang dapat melaksanakan tugas keguruan dengan baik kecuali orang yang telah disiapkan melalui pendidikan untuk guru. Ketidakmampuan dasar yaitu proesional, intelektual, dedikasi sosial, hendaknya dimiliki oleh guru sehingga ia mampu mendidik, baik dikalangan keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru memiliki peran sebagai pengajar dan pendidik murid, di rumah guru sebagai orang tua, dan di masyarakat guru berperan sebagai tokoh masyarakat yang mencerminkan kepribadian yang baik, sehingga perilaku dan gerak-geriknya dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitar. Tidak semua orang dapat menjadi guru dengan mudah, apalagi menjadi guru matematika yang harus mempunyai keterampilan tersendiri. Matematika 30 Roestiyah NK, Masala-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta; PN. Bina Aksara, 1989.hal 176 sebagai ilmu pengetahuan abstrak, menuntut adanya penyampai pesan guru matematik yang mampu mengkondisika keadaan belajar lebih rilek dan pengetahuan matematika yang memadai. Hal ini dilakukan agar materi matematika benar-benar tersalurkan dan tidak menimbulkan pengertian ganda dikalangan siswa. Sutrisman murtadho. 31 Mengatakn bahwa guru matematika harus mengetahui sifat dan dasar dari subyek yang akan, walaupun subyek ini kurang sempurna. Guru matematika, lanjut Sutrisman merupakan pengabdi dan pemikir-pemikir yang telah mengetahui kelemahan dan kekuatan matematika akan melatih kesabarannya untuk menolong murid supaya mawas diri dan mengerti apa yang di maksud konsep yang jelas. Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini adalah 32 : 1. Guru tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan terjebak pada aktifitas dating, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi secara maksimal. 2. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan PAIKEM yang 31 Sutrisman murtadho. Dan Drs.Tambunan 32 Kunandar, S. Pd., M. Si. Guru professional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru Jakarta :PT Rajagrafindo Persada, 2008 Hal. 42. dapat menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Guru harus menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. 3. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses belajar mengajar. 4. Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang bervariasi. 5. Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi yang menyenangkan. 6. Guru mengikuti pekembangan ilmu pengetehuan dan teknologi yang mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini. 7. Guru mampu menjadi teladan bagi pserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan mempunyai integritas yang tinggi. 8. Guru mempunyai visi kedepan dan mapu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.

b. Peranan Guru Dalam Proses Pembelajaran Matematika

Guru bukan semata-mata sebagai pengajar transfer of knowledge , bukan juga sekedar pendidik transfer of Values , tetapi ia juga pendukung norma. Ia tidak hanya menunjuk atau mengambil nilai-nilai atau norma-norma itu untuk kemudian diberikan pada anak. Tetapi norma atau nilai itu sebelum diberikan kepada anak harus sudah menjadi miliknya. Norma-norma itu harus sudah meresap dalam sanubari guru Norma-norma itu harus merupakan sebagian isi dari kepribadiannya yang memanisfestasikan diri sebagai tingkah laku yang jujur, luhur, dan terpuji. Surackhmad 1990 memberikan gambaran tentang posisi guru dengan mengatakan. Dalam masyarakat yang sebagian besar memandang tugas sekolah adalah mengajarkan yang penting dan berguna yang oleh masyarakat dianggap wajar diterima sebagai kebenaran umum, sebenarnya berarti meletakan kepercayaan tersebut pada falsafah dari masing-masing guru secara individual, karena segala kegiatan yang dijalankan adalah kegitan yang ditetapkan oleh guru dan menjadi tanggung jawab professional dari guru itu sendiri 33 Strategisnya peranan guru dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dapat difahami dari hakekat guru yang selama ini dijadikan sebagai asumsi pragmati pendidikan guru. Yang dimaksud disini adalah asumsi-asumsi yang 33 Ismail , Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Hal. 16 dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan program pendidikan guru. Asumsi-asumsi itu adalah bahwa guru : 1 Agen pembaharuan 2 Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar. 3 Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik. 4 Ditutnut menjadi contoh subjek didik. 5 Bertangung jawab secara profesional untuk meningkatkan kemampuannya. 6 Menjunjung tinggi kode etik Guru sebagai salah satu perancang kegiatan dalam pembelajaran matematika tentunya harus merujuk pada penciptaan atau penataan kondisi dan situasi lingkungan kelas yang mengarah pada terciptanya suasana yang optimal bagi siswa. Pada umumnya pembelajaran matematika dikatakan berhasil jika siswa dapat belajar secara optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dapat difahami , bahwa guru adalah unsur manusiawi, antara yang satu dengan yang lain berbeda baik sisi pengalaman, kemampuan, maupun falsafah hidupnya dengan segala keterbatasannya. Hal ini mendasari adanya perbedaan karakter dari masing-masing guru. Namun demikian, perbedaan itu justru akan membawa pada kesempurnaan guru yang saling melengkapi dan saling memberi masukan antara guru yang satu dengan yang lain. Dalam pandangan sosoiologi, proses pembelajaran merupakan proses sosialisasi dalam lingkungan sekup kecil yang merupakan bagian dari sekup yang lebih luas yaitu pendidikan. Ini berarti, guru harus memandang siswa, kelas dan sekolah sebagai masyarakat kecil yang mempunyai norma-norma tertentu, dimana guru adalah bagian dari masyarakat tadi. Semakin beragamnya pengetauan siswa, dengan demikian proses pembelajaran perlu beragam pendekatan, metode, maupun strateginya. Hendaknya disadari bahwa suatu pelajaran matematika yang dirancang oleh guru tidak dapat menjamin keberhasilan pembelajaran matematika. Yang terpenting bagi guru matematika adalah bagaimana menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih baik, penuh kasih sayang, dan mudah diajak kompromi, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru tersebut. Secara rinci tugas guru terpusat pada teoerama pendidikan anak yang menitikberatkan memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek, kedua memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, dan ketiga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan tidak lagi sebagai pengajar teacher, seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih coach, pembimbing counselor, dan manajer belajar learning manager . Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih olah raga. Ia mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswanya untuk mencapai prestasi setinggin-tingginya, dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor, guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang mengundang rasa hornat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu mengembangkan potensi diri masing-masing. Mengembangkan kreatifitas, dan mendorong adanya keilmuan dan teknologi yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dengan masyarakat global. Sementara iru, sikap dan sifat guru yang baik adalah 1 bersikap adil; 2 percaya dan suka kepada murid-muridnya; 3 sabar dan rela berkorban; 4 memiliki wibawa di hadapan pserta didik; 5 penggembira; 6 bersikap baik terhadap guru-guru lainnya; 7 bersikap baik terhadap masyarakat; 8 benar- benar menguasai mata pelajarannya; 9 suka dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan 10 berpengetahuan luas Ngalim Purwanto, 2002. 34

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar

Setiap kegiatan, baik yang dilakukuan oleh kelompok maupun individu, inistitusi atau perorangan pasti ingin hasil yang diraih maksimal. Tak ragu lagi, berbagai carapun dilakukan untuk menunjang kegiatan itu dan demi menghasilkan yang diharapkan. Begitu pula seorang guru yang mempunyai tugas untuk mengajar dan Ia akan melaksanakan tugas semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar 34 Ibid Hal. 31 sekali untuk mendidik siwa agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan menjadi pribadi paripurna sehingga mampu menerapkan ilmu yang diperoleh ketika dirumah dan masyarakat . Hasil belajar yang diharapkan tercapai, diantaranya dipengaruhi oleh kualitas pengajar dan kemampuan siswa sendiri. Untuk dapat memperoleh kualitas pembelajaran yang baik, guru harus bisa memperhatikan petunjuk dan perencanaan dalam menyampaikan pelajaran. Seorang guru harus bisa melayani perbedaan individual siswa, memotivasinya, membimbing, serta mampu mencari buku ajar yang cocok dan mudah dipelajari siswa. Seorang guru juga harus mempertimbangkan taraf berfikir siswa. Karena setiap siswa antara yang satu dengan yang lain berbeda, guru harus menyiapkan langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Persiapan ini penting untuk diperhatikan guru sebelum mulai mengajar. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: 35 a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni; c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar 35 Undnag-undang Guru dan Dosen, pasal 20 Jakarta: C.V Eka Jaya, 2006, hal. 13 belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peseta didik dalam pembelajaran; d. Menjunjung tinggi peraturan perundang–undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu fungsi guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan , dan sikap dengan kemampuan. Dalam hal ini, tugas guru adalah menawarkan dan mengorganisasikan keterampilan dalam mengatur metode-metode, alat peraga, buku-buku, dan lain sebagainnya. Untuk dapat memperoleh pengajaran dan pendidikan yang baik, guru perlu mengetahui adanya tehnologi pendidikan. Tehnologi pendidikan mencakup setiap kemungkinan sarana yang dapat digunakan untuk menyajikan infomasi. Hal ini berhubungan dengan alat-alat yang dipakai dalam pendidikan dan latihan – latihan seperti TV, laboratorium, dan sebagainya. Dalam teknologi pendidikan terdapat cara pendidikan yang dilakukan oleh manusia, dengan mempunyai prosedur, gagasan, dan peralatan-peralatan yang mepunyai tujuan agar mencapai hasil pendidikan maupun pengajaran yang baik. Rumusan teknologi pendidikan membentuk sebuah teori karena telah memenuhi kriteria adanya penomena penguraian dan penjelasan, pengintisarian, orientasi, sistematisasi, identifikasi, keputusan, menciptakan strategi-strategi untuk penelitian, peramalan, dan adanya suatu asas-asas atau prinsip-prinsip. 36 Teknologi pendidikan merupakan satu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan, yang memandang soal belajar dan mengajar sebagai masalah yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiyah. Penerapan teknologi pendidikan perlu karena dapat membantu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan khusus intruksional secara efektif dan efisien, mempermudah siswa menangkap pelajaran memperkaya pengalaman belajar, setra membantu memperluas cakrawala pengetahuan mereka, dan instimulasi mengembangkan pribadi serta profesi dari para guru dalam usahanya mempertinggi mutu pengajarannya di sekolah. 37 Penilaian pendidikan tidak hanya dimaksudkan kepada tujuan- tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga diarahkan kepada pengkajian terhadap komponen pendidikan serta untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi isiswa. Ada tiga ruang lingkup yang menjadi sasaran pokok dalam penilaian, yaitu: 1 Program pendidikan 2 Proses belajar mengajar 3 Hasil-hasil belajar 38 36 Pred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan , Jakarta: PN. Erlangga,1988, hal 3 37 Soedjono Trino, Pengembangan Pendidikan, Bandung :PN. Remadja Karya, 1986hal 151 38 Nana Sudjana,OP. Cit, hal 1 Penilaian program pendidikan meliputi program pendidikan, isi program, pelaksanaan program, lingkungan pendidikan, dan saran. Penilaian program belajar mengajar menyangkut penilaian kegiatan guru, kegiatan siswa, pola inertaksi antar guru dan siswa, terlaksanya program belajar mengajar. Adanya penilaian dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengetahui pencapaian hasil suatu kegiatan. Apabila kegiatan itu kurang berhasil maka akan mudah mencari usaha peningkatannya. Demikian juga dalam kegiatan pembelajran, dengan adanya penilaian tersebut maka dapat diketahui kelemahan- kelemahannya atau keberhasilanya. Secara umum, yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dibagi menjadi ; a. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam guru sendiri b. Faktror eksternal, yaitu yang timbul dari luar antara lain, sarana dan prasarana pendidikan, kondisi lembaga yang bersangkutan, dan faktor lain yang menunjang dalam peningkatan pembelajaran. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah : 1 Faktor guru Guru sebagai pemegang kendali, mempunyai peran penting dalam menunjang keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Ia yang merencanakan pengajaran, evaluator, menerapkan metode dan menciptakan kondisi belajar. Hubungan baiknya dengan siswa akan dapat membantu keberhasilannya. 2 Faktor profesi guru Profesi penting untuk menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran bidang studi tertentu. Karena guru tanpa mengindahkan pekerjaannya sebagai tenaga professional akan membuat anak didik bisa salah faham. Sehingga mengganggu dalam pencapaian keberhasilannya. 3 Bahan pelajaran Bahan pelajaran adalah hal yang esensi dalam interaksi pendidikan, karena pada dasarnya proses pembelajaran adalah menyampaikan pesan pelajaran kepada siswa. 4 Metode mengajar Penyajian bahan pelajaran tersalurkan dengan baik jika menggunakan metode mengajar yang tepat, sebaliknya pelajaran tidak akan berhasil dengan baik jika metode yang dilaksanakn kurang tepat. Jadi dalam proses pembelajaran perlu menggunakan metode yang tepat agar pelaksaan kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan memuaskan. 5 Sarana belajar mengajar Saran belajar akan sangat menunjang dalam pelaksaan kegiatan belajar mengajar dan bisa membangkitkan semangat anak didik. 6 Suasana belajar mengajar Suasana yang mnyenangkan akan dapat membantu dan mengakifkan proses pembelajaran, sebaliknya jika suasana kurang kondusif akan menghambat jalannya proses pembelajaran. 7 Kondisi masyarakat Kondisi masyarakat dimaksud disisni adalah lingkungan dimana proses pembelajaran itu berlangsung 8 Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran harus disadari betul-betul oleh seorang guru sebelum melaksanakan pembelajaran Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan dan diarahkan pada tujuan yang telah dirumuskan. 9 Faktor siswa Sebagaimana diketahui, proses pembelajaran merupaan hubungan edukatif antar guru dan siswa, sehingga tanpa siswa sebuah pembelajaran tidak akan pernah berlangsung. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran melibatkan siswa dan akan mempengaruhi keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang berhasil diantaranya : a Dilihat dari kadar kegiatan siswa dalam belajar b Makin tinggi kegiatan belajar siswa c Makin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran. 39 39 Nana Sudjana, Ibid, hal .72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah

0 12 14

Analisis kesulitan guru kelas dalam pembelajaran metematika dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) anggota Madrasah Learning centere Kecamatan Parung dan Ciseeng

0 6 117

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN ACEH TAMIANG.

0 2 27

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011

0 0 14

PENDAHULUAN BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011.

0 0 6

KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM DESKRIPSI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2004.

0 1 14

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SAINS GURU KELAS MADRASAH IBTIDAIYAH

0 0 18