Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kemajuan zaman, maka peningkatan pendidikan mutlak

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kemajuan zaman, maka peningkatan pendidikan mutlak

diperlukan untuk menyeimbangi kemajuan teknologi yang semakin pesat. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidik sampai pada usaha peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional, harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepridiannya dengan jalan membina potensi-potesi pribadinya, yaitu rohani, pikir, karsa, rasa, cipta, dan nurani dan jasmani panca indra serta keterampilan 1 . Pendidikan menurut John Dewey adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang tua dengan pergaulan orang dewasa, mungkin juga terjadi secara sengaja dilembagakan menghasilkan kesinambungan sosial. Lebih lanjut Hamdani Ali mengatakan, Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. 2 Pendidikan merupakan proses pembentukan sumber daya manusia sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya baik itu berupa keimanan religius maupun sosial etika dalam masyarakat. Mengenai hal itu Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional bab II menjelaskan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab 3 Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah guru. Posisi guru sesungguhnya tidak sekedar instrumen dalam sistem 1 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, malang : IKIP Malang,1978 2 HB.Hamdani Ali,Filsafat Pendidikan, Yogyakarta:PN .Kota Kembang,1987, hal 8 3 DEPDIKNAS, Undang –Undang RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : CV. Mini Jaya Abadi, 2003, Cet, ke-1, hal 3 pendidikan belaka, sama halnya dengan gedung sekolah, kurikulum, dan prasarana lainnya, tetapi guru juga merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Dengan demikian guru harus mempunyai kemampuan dalam mengajar dan menciptakan kondisi belajar yang lebih nyaman, asyik, santai tapi serius. Oleh karena itu guru harus memahami proses belajar, mengetahui psikologis siswa, dan mampu membangkitkan minat siswa agar mempunyai semangat yang besar dalam belajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditawarkan sejak pertama masuk sekolah, dengan demikian, belajar matematika sangatlah penting untuk membekali diri dalam belajar ilmu yang lain, khususnya pelajaran eksakta, apalagi peran matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui belajar matematika, siswa diharapkan memiliki : 1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata. 2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi. 3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berfikir kritis, logis, sistematis, obyektif, jujur, disipin dalam memandang dan, menyelesaikan masalah. 4 Melihat tujuan tersebut, nampaklah bahwa matematika, sangat penting baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun pembentuk sikap. Mengenai hal ini Maier mengatakan: Matematika demikianlah dikatakan tidak mengenai benda pemikiran tertentu yang mungkin menarik perhatian seseorang dan yang lain tidak, matematika lebih-lebih, manyangkut pikiran itu sendiri, karena itu pelajaran matematika tidak hanya diberikan dalam pendidikan tertentu yang bersangkutan dengan pekerjaannya dikemudian hari, melainkan juga dalam rangka pembentukan kepribadian, matematika mempunyai arti penting. 5 Kegiatan pembelajaran matematika, memerlukan keterampilan khusus bagi guru untuk dapat menyalurkan ilmunya, guru yang tidak memahami matematika dengan luas, tidak mampu memberikan pelajaran itu dengan baik, sebab mengetahui yang tidak sempurna dapat menimbulkan pengertian dan pemahaman yang samar-samar kepada anak, mengacaukan pikiran mereka, dan dengan demikian menyulitkan hidup anak-anak dan akan memupuk sikap yang negatif terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru. 6 Guru merupakan komponen sistem pendidikan yang bersifat human resources . Maka banyak sekali perhatian yang seharusnya diberikan kepada guru agar ia mampu melaksanakan tugasnya dalam menciptakan suasana belajar yang 4 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar, Jakarta,2001 5 Herman Maier, Kopendium Didaktif Matematika, Bandung :Remaja karya, 1989, hal.6 6 S. Nasution, Didaktif Asas-asas Mengajar ,Jakarta: Bumi Aksara,1995,hal.3 baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koran Jawa Pos edisi Senin, 17 Mei 2004, dari 70 responden pelajar dan mahasiswa di Jakarta, menunjukan bahwa tiga jawaban urutan teratas adalah guru dalam mengajar masih belum dapat dengan mudah difahami siswa, karena guru yang belum sepenuhnya menguasai materi, sikapnya yang kurang baik, dan susah diajak kompromi. Artinya, guru harus benar-benar memperhatikan hal itu sehingga dalam perjalanan pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa. Tidak dapat dipungkiri, sampai sekarang matematika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa, hal ini menjadi pekerjaan besar bagi guru untuk bisa menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika. Meskipun demikian, tapi itulah bagian dari cara peningkatan mutu pendidikan. Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya ada masalah penting yang harus menjadi perhatian bersama yakni kenapa pelajaran matematika menjadi pelajaran yang demikian sulitnya? Apakah siswa yang belum bisa memahaminya, ataukah justru guru yang tidak mampu memberikan formula dan inovasi dalam mengajar sehingga siswa menjadi jemu dan pada akhirnya akan sulit untuk menangkap apa yang diberikan guru. Menurut Prof. Dr. Santoso Murwani dari Universitas Negeri Jakarta, bahwa pembelajaran matematika di sekolah merupakan persoalan kompleks, karena saling terkait, mulai dari faktor guru, murid, orang tua, bahan ajar, tujuan pembelajaran matematika sampai faktor kesejahteraan guru. Tetapi faktor sumber daya manusia atau guru masih harus menjadi perhatian bersama, karena ia merupakan titik persoalan sebenarnya. Soal pembelajaran matematika lanjut Santoso sangat terkait dengan kemauan para guru dalam mengajar. Bukan tidak mungkin guru sebenarnya tahu konsep matematika, tetapi tetap malas mengajar. Karena mereka tidak mempunyai unsur segar, pintar dan benar. Segar dapat diartikan guru secara fisik dan fsikis tampil penuh siap untuk mengajar. 7 Lebih lanjut Santoso mengatakan, tentang masih adanya orang tua atau murid yang mengeluhkan sulitnya pelajaran matematika, hal itu karena sebagian mereka dari awal sudah apriori terhadap pelajaran matematika, karena pada umumnya guru matematika bersikap angker. Akibatnya anak didik menilai matematika sebagai momok yang menakutkan. Sebab utama sebenarnya ada pada siswa yang belum sepenuhnya menguasai konsep dasar pelajaran matematika, sementara itu orang tua tidak mengerti karena pada pelajaran berhitung dahulu tidak ada konsep. Atau kemungkinan yang lain bisa jadi buku ajar yang terlalu dipaksakan kepada murid untuk dikuasai, padahal kemampuan setiap anak antar yang satu dengan yang lain berbeda. Kenyataannya tetap saja pembelajaran matematika masih menjadi pembelajaran yang rumit. Dari berbagai persoalan tentang pembelajaran matematika, nampaknya posisi guru menjadi sentral. Hal ini juga disinyalir oleh Prof. Dr. Santoso Muwarni, yang menekankan keberhasilan pembelajaran matematika pada sumber daya manusia yaitu guru sebagai perancang proses pembelajaran. Guru juga sebagai motivator, pendidik, pembmbing yang mempunyai peran penting dalam 7 Pengajaran matematika itu Sulit, Kompas,Jakarta, 14 Mei 1999, hal. 4 mengarahkan anak didiknya untuk mampu dan mengaktualisasikan dalam kehidupan nyata tentang pelajaran yang dapat di sekolah. 8 Adanya kesan guru matematika umumnya angker menjadi krirtik tajam bagi guru matematika yang harus diperhatikan. Tetapi dalam kenyataannya, menurut Santoso, guru juga merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran matematika. Kesulitan ini bisa saja datang dari dalam guru itu sendiri ketika mengajar maupun dari faktor lain di luar kelas. Begitu penting peran guru matematika dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, penulis merasa tertantang sekaligus tertarik untuk mengkaji masalah ini dan mencari solusi yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dan peminat masalah ini, dengan mengambil judul Analisis Kesulitan Guru Matematika Dalam Melaksanakan Pembelajaran Di Madrasah Ibtidaiyyah Ciseeng Bogor.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa arab di madrasah ibtidaiyah

0 12 14

Analisis kesulitan guru kelas dalam pembelajaran metematika dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) anggota Madrasah Learning centere Kecamatan Parung dan Ciseeng

0 6 117

Efektifitas pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV di madrasah ibtidaiyah Alhikmah Kalibata Jakarta Selatan

3 17 78

ANALISIS KESULITAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MATERI BIOTEKNOLOGI DI SMP SE KABUPATEN ACEH TAMIANG.

0 2 27

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 16

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI Identifikasi Kesulitan Guru IPA Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011

0 0 14

PENDAHULUAN BIMBINGAN KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TRANGSAN GATAK SUKOHARJO TAHUN PEMBELAJARAN 2010 / 2011.

0 0 6

KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM DESKRIPSI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMP NEGERI DAN SWASTA KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2004.

0 1 14

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SAINS GURU KELAS MADRASAH IBTIDAIYAH

0 0 18