Teknik Pengumpulan Data IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA GADGET UNTUK MEMBERI KEMUDAHAN DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Laboratorium Pecontohan UPI dengan di khususkan pada objek penelitiannya yaitu peerta didik kelas sebelas. Pengamatan dilakukan dengan observasi secara
langsung terhadap penggunaan media gadget dalam pembelajaran PKn. Diawali dengan mengamati kondisi faktual di lapangan, pengamatan terhadap penggunaan
gadget oleh peseta didik, pengamatan terhadap aktivitas guru dalam
membelajarkan PKn dengan media gadget, dan aktivitas lain yang secara tidak sengaja dapat diamati oleh peneliti.
Observasi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan pada perilaku peneliti terhadap objek atau observer. Menurut Faisal
dalam Sugiyono 2013, hlm. 311 mengklasifikasikan observasi menjadi “observasi berpartisipasi participant observation, observasi yang secara terang-
terangan dan tersamar overt observation and covert observation, dan observasi yang tak berstruktur unstructured observation, yang akan dijelaskan secara rinci
sebagai berikut: a.
Observasi partisipatif Parisipatif mengandung makna ikut serta atau berperan serta. Observasi
partisipatif menurut Sugiyono 2013, hlm. 311 yaitu “peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”. Jika disesuaikan dengan penelitian ini maka peneliti
dapat mengamati langsung para peserta didik yang menggunakan gadget dalam pembelajran PKn, bagaimana guru memberikan kesempatan peserta didiknya
mengunakan fasilitas internet dalam gadget mereka, dan aturan main dari guru dan peserta didik tentang pembelajaran PKn yang berbasis teknologi komunikasi
dan informasi. Menurut pendapat Sarosa 2012, hlm. 57 da 9 dimensi situasi sosial dalam
obsevasi partisipati studi lapangan yaitu:
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1 Tempat
2 Pelaku yang terlibat
3 Aktifitas yang dilakukan para pelaku
4 Objek atau benda fisik yang ada
5 Perilaku tunggal yang dilakukan para pelaku
6 Peristiwa atau rentetan aktifitas yang saling terkait yang dilakukan oleh
pelaku 7
Waktu 8
Tujuan yang hendak dicapai para pelaku 9
Perasaan yang dirasakan atau diekspresikan para pelaku Berkaitan dengan dimensi situasi sosial dalam observasi partisipatif,
setidaknya seorang peneliti dapat mengamati berbagai macam hal yang dilihat, dirasakan dan di dengar saat berada di lapangan. Tidak hanya memperhatikan
perilaku para peserta didik dan guru saja, tapi juga rentetan aktifitas yang dapat di interpretasikan sebagai suatu hal yang saling berhubungan. Situasi tempat dan
waktu pun sangat penting, tidak hanya proses pembelajaran PKn yang dilakukan dikelas saja namun aktifitas dan kejadian lain antara guru dan peserta didik dalam
berinteraksi menggunakan gadget mereka dapat menjadi informasi yang mendukung keberagaman data yang diperoleh.
b. Observasi terang-terangan dan tersamar
Ketika seorang peneliti melakukan penelitian di lapanagan, dalam menggunakan teknik pengumpulan data observasi ini, akan dipilih salah satu
mana yang kira-kira mempermudah proses pengumpulan data. Sesuai dengan pendapat Sugiyono 2013, hlm. 312 yaitu:
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar
dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dengan terus terang maka peneliti tidak akan dizinkan untuk melakukan observasi.
Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan observasi terang- terangan, karena terlebih dahulu peneliti melakukan proses perizinan kepada
pihak Sekolah. Pihak Sekolah yang peneliti hubungi adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan Bidang Kurikulum.
c. Observasi tidak terstruktur
Selain dua teknik observasi yang telah dijelaskan sebelumnya, ada juga yang disebut observasi tidak berstruktur. Observasi ini menanggulangi hasil
temuan di lapangan yang tidak terduga, namun masih dianggap penting sebagai data yang menunjang tahap pengolahan data nantinya. Tidak harus berupa
pertanyaan yang terstruktur, namun pertanyaan yang spontan untuk para responden. Menurut Sugiyono 2013, hlm. 312 mengatakan bahwa “observasi
tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi”. Pelaksaannya tanpa ada persiapan dan
dilakukan hanya dengan berpedoman pada rambu-rambu umum dari pengamatan. Sudah kita ketahui bersama bahwa fokus pendekatan penelitian kualitatif
kadang kala akan berubah di lapangan sesuai situasi sosial yang diteliti, karena pada hakikatnya pendekatan kualitatif tidak mengacu pada suatu teori tapi juga
dapat merubah suatu teori dengan teori baru yang lebih akurat. Sehingga dalam proses pengumpulan datanya pun jelas akan ada proses yang tidak terduga.
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Menurut Danial dan Wasriah 2009,
hlm.23 “Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh- sungguh”.
Dengan cara berdialog antara peneliti dengan guru dan peserta didik serta pihak lain yang terlibat, maka akan didapat data dan inforamsi yang diinginkan. Data
yang diperoleh akan dapat dipertanggungjawabkan, karena langsung dari sumber datanya, tidak hanya melalui proses mengamati saja, tapi interaksi yang
mendalam saat wawancara akan menunjang keakuratan data. Para pihak yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah peserta didik,
Kepala Sekolah guru PKn, guru lainnya dan pihak lain yang dianggap berkontribusi dalam penggunaan media gadget sebagai proses untuk memudahkan
peserta didik dalam pembelajaran. Sebenarnya dibandingkan dengan dengan observasi, teknik wawancara dapat mengungkap informasi yang lebih spesifik,
karena berkaitan dengan pengalaman individu atau kelompok dalam situasi sosial yang kadang jarang terlihat ketika diamati. Sesuai dengan pendapat Susan dan
Stainback dalam Sugiyono, 2013, hlm. 318 yang mengatakan bahwa: Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal lain yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situas dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
Oleh karenanya ketika peneliti melakukan wawancara akan di damping dengan teknik observasi, keduanya saling melengkapi supaya tidak membuang
waktu mejadi sia-sia. Disamping itu menurut Myers dalam Sarosa, 2012, hlm. 53 untuk mngatasi berbagai maslah wawancara menyaranka beberapa hal sebagai
berikut: a.
Mewawancarai beberapa partisipan yang memiliki sudut pandang yang berbeda triangulasi subjek penelitian.
b. Mesikpun peneliti menguasai teknik wawancara tidak terstruktur, ada
baiknya tetap membuat panduan wawancara yang baik c.
Peneliti menggunakan kata-kata dari partisipan untuk memberikan pertanyaan lanjutan atau komentar atas jawaban partisipan, agar partispan
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
merasa lebih nyaman dan lebih percaya pada peneliti sehingga bisa lebih terbuka
d. Peneliti sebaiknya terbuka dan fleksibel terhadap ide baru dan sumber data
baru sesuai temuan di lapangan e.
Sebaiknya wawancara direkam jika memungkinkan. Merekam wawancara akan sangat membantu dalam dokumentasi. Peneliti dapat menunjukan
dalam laporannya kutipan langsung menggunakan kata-kata yang memang benar-benar dipakai partisipan.
Dengan demikian penggunaan teknik wawancara mendalam tidak akan sangat menunjang kelancaraproses pengumpulan data, jika mempertimbangakan
alternatif diatas. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang peserta didik, jangan terlalu formal dan serius. Peneliti dapat berusaha berbicara seperti
antara teman dengan teman. Karena dengan gaya bicara yang akrab, maka informasi mengenai kemudahan pembelajaran PKn di kelas dengan adanya gadget
akan mudah peneliti peroleh. 3.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, transkrif, buku-buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data melalui studi dokumentai atau ada
beberapa buku lain yang menyebutnya dokumentasi, membuat seorang peneliti lebih kaya akan informasi. Karena observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
akan lebih baik dan akurat jika di sertai dengan dokumen-dokumen. Salah satunya berupa dokumen sejarah, dokumen probadi dan dokumen
penting lainnya. Sejalan dengan pendapat Sugiyono 2013, hlm. 329 yang disebut dokumen adalah “Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya- karya monumental dari seseorang”. Sehingga
dokumen yang penulis dapat dalam penelitian secara umumnya dapat berbentuk tulisan seperti catatan sejarah yang kita sebutkan sebelumnya, biografi salah
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
satunya autobiografi, dan peraturan. Sedangkan berupa gambar, seperti foto peserta didik yang sedang menggunakan gadget untuk mencari tugas mata
pelajaran PKn. Untuk dokumen berbentuk karya bisa saja ditemukan karya peserta didik berupa film tentang tugas PKn sebagai salah satu kemajuan pembelajaran
karena adanya gadget. Keberadaan dokumen mempermudah peneliti dalam memahami fenomena
dan situasi sosial yang terlihat selama peneltian dilakukan. Salah satu manfaatnya untuk memprediksikan aktifitas di masa yang akan datang. Dalam konteks
meneliti peserta didik di dalam kelas, seorang guru wali kelas biasanya memiliki catatan khusus sikap masing-masing anak. Hal tersebut dapat menjadi dokumen
yang sangat membantu ketika sedang mengamati pembelajaran PKn di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong 2010, hlm. 217 menyatakan
bahwa “Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”. Sumber data berupa dokumen, selain berbentuk hard file yang berbentuk
foto, data dokumen, buku-buku yang relevan, karya-karya yang dapat dijadikan referensi seorang peneliti. Ternyata ada dokumen lainyang berbentuk catatan
elektronik. Hal ini menjadi suatu hal yang wajar, karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini membuat penyebaran informasi dapat kita lihat
dalam bentuk catatan elektronik. Sejalan dengan pendapat Sarosa 2012, hlm. 61 menyebutkan bahwa:
Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas hardcopy maupun elektronik softcopy. Dokumen dapat
berupa buku, artikel media masa, catatan harian, manifesto, undang- undang, notulen, blog, halaman web, foto dan lainnya.
Novie Stephen 2015 Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kita sekarang dapat memahmi bahwa ada banyak sekali jenis dan bentuk studi dokumentasi yang diperoleh seorang peneliti. Pertanyaan selanjutnya,
Bagaiaman seorang peeliti dapat menganalisi data dari berbagai jenis dokumen sebagai sebuah data yang cocok relevan dan bermanfaat bagi kelancaran proses
pengumpulan data dalam penelitian. Seorang peneliti tidak boleh sembarangan menggunakan dokumentasi tanpa mengetahui proposisi dokumentasi tersebut
dalam penelitiannya. Oleh karena itu menurut Payne dalam Sarosa 2012, hlm. 63 kualitas dokumen dapat dilihat dari 4 komponen berikut:
a. Otentik, yaitu keaslian da nasal dokumen tersebut tidak diragukan.
b. Kredibel, yaitu dokumen yang digunakan bebas dari kesalahan dan
penulisnya dapat dipercaya. c.
Representatif, yaitu apakah dokumen yang digunakan adalah yang biasa dijumpai atau langka. Apakah banyak dokumen lain yang
sejenis? Semakin banyak dokumen yang berisi hal yang sama membuat proses verifikasi menjadi lebih mudah.
d. Makna, yaitu apakah dokumen yang didapat jelas dan dapat dipahami.
Makna juga merujuk pada dokumen seharusnya dibaca dan diinterpretasikan.
Dengan demikian ketika penulis mengumpulkan data berupa dokumen- dokumen hendaknya memperhatikan hal-hal diatas, supaya perolehan data tetap
tidak keluar dari substansi penelitiannya.