Analisis pengaruh cash flow, investment opportunity set, leverage, dan capital expenditure terhadap cash holding perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI Periode 2011-2014

Analisis Pengaruh Cash Flow, Investment Opportunity Set, Leverage, dan
Capital Expenditure terhadap Cash Holding Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Musyrifah Ratnasari
1111081000043

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/ 2015

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama


: Musyrifah Ratnasari

2. Tempat/ Tanggal Lahir

: Jakarta, 4 Agustus 1993

3. Alamat

: Jalan Angsana 1 No 20 RT 02/08 Pamulang
Timur Banten

4. Email

: musyrifah.r@hotmail.com

II. PENDIDIKAN
1. TK/ RA Tunas Bangsa

Tahun 1998-1999


2. SDN Pamulang Timur 2

Tahun 1999-2005

3. SMPN 1 Ciputat

Tahun 2005-2008

4. SMAN 2 Tangerang Selatan

Tahun 2008-2011

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2011-Sekarang

III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Paskibra SMPN 1 Ciputat (2005-2008)
2. Anggota PMR SMAN 2 Tangerang Selatan ( 2008-2011)

3. Anggota

Himpunan

Mahasiswa

Islam

(HMI) FEB

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta (2012-2013)
4. Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2013-2014)

v


ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of the Cash Flow
(CF), Investment Opportunity Set (IOS), Leverage (LEV) and Capital Expenditure
(CAPEX) to Cash Holding (CHD). Samples in this research are 22 property and
real estate firms that listed on Indonesia Stock Exchange from 2011-2014. This
research used multiple linear regression analysis.
The result shows that Cash Flow (CF), Investment Opportunity Set (IOS),
Leverage (LEV) and Capital Expenditure (CAPEX) simultaneously have
significant impact towards Cash Holding (CHD) with the level of significance 5%.
And in partially, the obtained result shows that only Cash Flow (CF) and
Leverage (LEV) have influence on Cash Holding (CHD). Furthermore, the
Adjusted R-squared coefficient shows that Cash Flow (CF), Investment
Opportunity Set (IOS), Leverage (LEV) and Capital Expenditure (CAPEX) can
give 40,4% explanation to Cash Holding (CHD).
Keywords: Cash Flow, Investment Opportunity Set, Leverage, Capital
Expenditure and Cash Holding

vi


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Cash Flow (CF),
Investment Opportunity Set (IOS), Leverage (LEV) dan Capital Expenditure
(CAPEX) terhadap Cash Holding (CHD). Sampel dalam penelitian ini adalah 22
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2011-2014. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan keseluruhan
variabel di dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap Cash
Holding (CHD) dengan tingkat signifikasi 5%. Secara parsial diperoleh hasil
bahwa hanya variabel Cash Flow (CF) dan Leverage (LEV) memiliki pengaruh
terhadap Cash Holding (CHD). Lebih jauh lagi, koefisien Adjusted R2
menunjukkan bahwa Cash Flow (CF), Investment Opportunity Set (IOS),
Leverage (LEV) dan Capital Expenditure (CAPEX) mampu menjelaskan variabel
Cash Holding (CHD) sebesar 40,4%.
Kata Kunci: Cash Flow, Investment Opportunity Set, Leverage, Capital
Expenditure dan Cash Holding

vii


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
karena atas rahmat serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Cash Flow, Investment Opportunity Set, Leverage,
dan Capital Expenditure terhadap Cash Holding Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014”.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi penulis.
Namun berkat ridho, rahmat dan hidayah-Nya yang begitu melimpah penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak
pihak telah membantu dalam proses penyelesaian tugas skripsi ini. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua yang saya cintai, Bapak Djuhardi AS dan Ibu Siti
Mustaqimah. Terima kasih selalu memberikan cinta, kasih sayang, serta
menjaga dan mendidik penulis dengan ikhlas dan sabar. Do’a dan dukungan
yang diberikan sangat berarti dan membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga kalian.
2. Kakak-kakak tersayang, Mba Vivin, Mas Tofa, Mba Dewi dan Mba Lisa.
Juga keponakanku yang lucu-lucu, Shafa, Fiko, Tifa dan Rayhan. Terima
kasih atas saran, dukungan, canda dan tawa yang selalu diberikan kepada

penulis.
3. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB selaku dosen Pembimbing I
yang bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama
penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan motivasi yang
telah bapak berikan selama ini.
4. Ibu Amalia, SE., MSM selaku dosen Pembimbing II yang bersedia
menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan
skripsi ini. Terima kasih untuk masukan dan motivasi yang telah ibu berikan
selama ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii

6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si sebagai Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tersayang, Nay, Geusan, Luthfa, Ayhas, Ririn, Austin, Echo
dan Arum yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan hiburan
kepada penulis. Semoga persahabatan kita akan terus berlanjut sampai tua
nanti.
10. Teman-teman seperjuangan Suci, Bingah, Siti, Syifa, Saza yang berjuang
bersama penulis dari awal perkuliahan sampai akhir.
11. Teman-teman Manajemen B, Manajemen Keuangan, dan Manajemen 2011
yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
12. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

Jakarta,

Juni 2015


(Musyrifah Ratnasari)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...............................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................

v


ABSTRACT ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ...........................................................................

1


1.2

Rumusan Masalah ...................................................................... 11

1.3

Tujuan Penelitian ....................................................................... 12

1.4

Manfaat Penelitian ..................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori ........................................................................... 14
2.1.1 Manajemen Kas .................................................................. 14
2.1.2 Cash Holding .................................................................... 17
2.1.3 Motif Memegang Kas ....................................................... 20
a. Motif Transaksi ............................................................. 20
b. Motif Berjaga-jaga ........................................................ 21
c. Motif Spekulasi ............................................................. 22
2.1.4 Teori Cash Holding ........................................................... 23
a. Trade-off Theory ........................................................... 23
b. Pecking Order Theory ................................................. 24

x

c. Agency Theory ............................................................. 26
2.1.5 Cash Flow ......................................................................... 27
2.1.6 Investment Opportunity Set ............................................... 29
2.1.7 Leverage ............................................................................ 30
2.1.8 Capital Expenditure .......................................................... 32
2.2

Hubungan Variabel Independen dengan Variabel
Dependen .................................................................................... 34
2.2.1 Hubungan Cash Flow Terhadap Cash Holding ................ 34
2.2.2 Hubungan Investment Opportunity Set Terhadap
Cash Holding .................................................................... 35
2.2.3 Hubungan Leverage Terhadap Cash Holding ................... 36
2.2.4 Hubungan Capital Expenditure Terhadap Cash
Holding .............................................................................. 37

2.3

Penelitian Terdahulu .................................................................. 38

2.4

Kerangka Pemikiran ................................................................... 42

2.5

Hipotesis ..................................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 45

3.2

Metode Penentuan Sampel ......................................................... 45

3.3

Metode Pengumpulan Data ........................................................ 48

3.4

Metode Analisis Data ................................................................. 48
3.4.1 Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 48
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 49
a. Uji Normalitas .............................................................. 49
b. Uji Multikolinieritas ..................................................... 50
c. Uji Autokorelasi ........................................................... 51
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................. 52
3.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ..................................... 53
3.4.4 Pengujian Hipotesis ........................................................... 54
a. Uji F (Uji Signifikasi Simultan) .................................. 54
b. Uji t (Uji Signifikasi Parsial) ....................................... 55

xi

3.4.5 Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 57
3.5

Operasional Variabel Penelitian ................................................. 58
3.5.1 Variabel Dependen ............................................................ 58
3.5.1 Variabel Independen ......................................................... 58

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 61
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian . ............................................... 61
4.1.2 Profil Perusahaan ............................................................... 62

4.2

Analisis Uji Statistik Deskriptif ................................................. 69

4.3

Analisis Uji Asumsi Klasik ........................................................ 80
4.3.1 Uji Normalitas .................................................................... 80
4.3.2 Uji Multikolinieritas .......................................................... 82
4.3.3 Uji Autokorelasi ................................................................ 83
4.3.4 Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 84

4.4

Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 86

4.5

Pengujian Hipotesis .................................................................... 87
4.5.1 Pengaruh Cash Flow, Investment Opportunity Set,
Leverage dan Capital Expenditure secara Simultan
terhadap Cash Holding ...................................................... 87
4.5.2 Pengaruh Cash Flow, Investment Opportunity Set,
Leverage dan Capital Expenditure secara Parsial
terhadap Cash Holding ...................................................... 88

4.6

Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 90

4.7

Pembahasan ................................................................................ 91
4.7.1 Pengaruh Cash Flow Terhadap Cash Holding .................. 91
4.7.2 Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Cash
Holding .............................................................................. 92
4.7.3 Pengaruh Leverage Terhadap Cash Holding .................... 94
4.7.4 Pengaruh Capital Expenditure Terhadap Cash
Holding .............................................................................. 95

xii

BAB V PENUTUP
5.1

Kesimpulan ................................................................................ 97

5.2

Keterbatasan ............................................................................... 98

5.3

Saran ........................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA . ...................................................................................... 100
LAMPIRAN ....................................................................................................... 103

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor

Keterangan

Halaman

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu .................................................................. 38

Tabel 3.1

Proses Pengambilan Sampel ...................................................... 46

Tabel 3.2

Sampel Penelitian ....................................................................... 47

Tabel 3.3

Analisis Durbin-Watson ............................................................. 51

Tabel 4.1

Deskripsi Rata-rata Cash Holding Perusahaan Property
dan Real Estate ........................................................................... 70

Tabel 4.2

Deskripsi Rata-rata Cash Flow Perusahaan Property
dan Real Estate ........................................................................... 72

Tabel 4.3

Deskripsi Rata-rata Sales Growth Perusahaan Property
dan Real Estate ........................................................................... 74

Tabel 4.4

Deskripsi Rata-rata Leverage Perusahaan Property
dan Real Estate ........................................................................... 76

Tabel 4.5

Deskripsi Rata-rata Capital Expenditure Perusahaan
Property dan Real Estate .......................................................... 78

Tabel 4.6

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov .................................................. 81

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................... 82

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 83

Tabel 4.9

Hasil Uji Park ............................................................................. 85

Tabel 4.10

Hasil Analisis Regresi ................................................................ 86

Tabel 4.11

Hasil Perhitungan Uji Statistik F (Simultan) ............................. 88

Tabel 4.12

Hasil Perhitungan Uji Statistik t (Parsial) .................................. 89

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) .......................... 90

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Keterangan

Halaman

Gambar 1.1

Rata-rata Tingkat Cash Holding ................................................

3

Gambar 1.2

Kecepatan Penjualan Properti Residensial .................................

8

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran ................................................................... 43

Gambar 4.1

Grafik Normal Probability Plot ................................................. 80

Gambar 4.2

Grafik Scatterplot ....................................................................... 84

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Keterangan

Halaman

Lampiran 1

Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ................................. 103

Lampiran 2

Hasil Perhitungan Data Mentah .................................................. 104

Lampiran 3

Hasil Pengolahan Data SPSS ...................................................... 109

Lampiran 4

Tabel Durbin-Watson ................................................................. 114

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan di Amerika pada tahun 2008 berdampak ke seluruh
dunia baik negara berkembang maupun negara maju. Umumnya krisis
keuangan ini disebabkan perusahaan gagal menjaga likuiditasnya. Kejadian ini
mengubah pandangan perusahaan-perusahaan akan pentingnya menjaga
likuditas. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko likuiditas dan menjaga
likuiditas adalah dengan mengelola (manage) tingkat kas yang dimiliki
perusahaan.
Manajemen kas adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang
mengatur arus kas untuk mempertahankan likuiditas perusahaan serta
memanfaatkan idle cash dan perencanaan kas (Kasmir, 2010:188). Tujuan
dasar dari manajemen kas adalah mempercepat penagihan kas dan
memperlambat pengeluaran kas selama mungkin sehingga akan menghasilkan
peningkatan ketersediaan kas (Horne dan Wachowicz, 2005:332).
Kas adalah aset perusahaan yang paling likuid di antara aset-aset
lainnya. Kas yang tersedia atau ditahan di perusahaan disebut dengan istilah
cash holding. Menurut Gill dan Shah (2012) cash holding didefinisikan
sebagai kas yang ada di perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset
fisik dan untuk dibagikan kepada para investor. Kas dapat digunakan dengan
segera untuk menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan.

1

Kas juga dapat digunakan untuk beberapa hal, yaitu untuk membeli
saham jika diperlukan, dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk
dividen, investasi untuk perusahaan, dan untuk membiayai kebutuhan akan
kas yang tidak terduga (unexpected expenses). Memiliki kas dalam jumlah
yang banyak dapat memberikan berbagai macam keuntungan bagi perusahaan.
Investasi kas dalam jumlah besar meminimumkan kemungkinan perusahaan
tidak mampu memenuhi kewajibannya tepat waktu saat jatuh tempo.
Selain itu, memiliki kas yang banyak juga sangat menguntungkan
terutama pada saat terjadinya krisis kredit dimana hampir semua lembaga
pembiayaan sangat berhati-hati dalam mengucurkan dana kredit. Namun,
memegang kas dalam jumlah besar juga dapat menimbulkan kerugian. Salah
satunya adalah perusahaan kehilangan kesempatan dalam memperoleh laba
karena kas menganggur (idle cash) sehingga tidak memberikan pendapatan
karena hanya disimpan.
Manajer harus menentukan keseimbangan antara memegang terlalu
banyak dan terlalu sedikit kas. Jumlah kas yang tersedia mempengaruhi
likuiditas perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Agar aktivitas perusahaan
berjalan sebagaimana mestinya, kas sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang
memang sudah seharusnya dikeluarkan jangan sampai dikeluarkan untuk halhal yang bukan tujuan penggunaan kas, sehingga tidak terjadi kas yang
mubazir (Kasmir, 2010:190). Perusahaan harus menjaga jumlah kas yang
tersedia agar sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, pentingnya mengatur
(manage) jumlah kas yang ideal bagi perusahaan telah menjadi perhatian dari

2

berbagai kalangan baik itu para eksekutif, analis, dan investor. Hal ini
ditunjukkan dengan gambar peningkatan tingkat cash holding dibawah ini:
Gambar 1.1
Rata-rata Tingkat Cash Holding
15
10
5
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

Sumber: Bursa Efek Indonesia (data diolah)

Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada
rata-rata cash holding perusahaan property dan real estate selama tahun 20092014. Rata-rata tingkat cash holding pada tahun 2009 adalah sebesar 9,60%.
Pada tahun 2010 meningkat cukup signifikan menjadi 13,23%. Peningkatan
ini terus terjadi pada tahun 2011 dan 2012 dengan masing-masing sebesar
13,63% dan 13,82%. Meskipun pada tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan
ke angka 10,39% dan 10,02%, namun secara keseluruhan terjadi peningkatan
rata-rata cash holding perusahaan.
Keynes dalam Horne dan Wachowicz (2005:330) menyatakan terdapat
3 motif yang mendasari kegiatan cash holding perusahaan. Pertama motif
transaksi, seperti pembelian bahan baku, pajak, dan pembayaran dividen.
Kedua motif berjaga-jaga, yaitu untuk menghindari kekurangan jumlah kas
yang disebabkan oleh munculnya situasi tidak terduga. Ketiga adalah motif
spekulasi, yaitu memanfaatkan peluang yang ada untuk mengambil kentungan
dari situasi, seperti penurunan harga bahan baku secara tiba-tiba.

3

Secara umum, untuk menjelaskan teori cash holding terdapat 3 teori
utama, yaitu trade-off theory, pecking order theory, dan agency theory. Titik
fokus trade-off theory terletak pada pengembalian dan risiko. Manajer
keuangan harus dapat menemukan neraca yang dapat diterima antara
memegang kas terlalu banyak dan terlalu sedikit (Keown, Martin, Petty, dan
Scott, 2000:674).
Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan memiliki 3
pilihan sumber pembiayaan, pertama menggunakan sumber dana internal.
Namun ketika dana internal tidak dapat memenuhi kebutuhan, perusahaan
akan menggunakan pilihan kedua yaitu dengan menerbitkan hutang. Apabila
hutang yang dimiliki dirasa sudah berlebihan, perusahaan akan beralih ke
pilihan terakhir yaitu dengan menerbitkan saham atau ekuitas baru. Langkah
ini merupakan langkah terakhir karena penerbitan ekuitas sangat mahal bagi
perusahaan yang disebabkan oleh adanya asimetri informasi (Keown, Martin,
Petty, dan Scott, 2000:557).
Agency theory menyatakan bahwa ketika manajer tidak mempunyai
kepemilikan dalam perusahaan, mereka tidak bekerja secara giat untuk
kepentingan pemegang saham, melainkan untuk kepentingan dirinya.
Akibatnya nilai saham yang dimiliki perusahaan tersebut tidak maksimal dan
tujuan perusahaan tidak terpenuhi (Titman, Keown, Martin, 2011:10).
Namun, tidak ada spesifik berapa tingkat kas minimal yang harus
dimiliki perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005:346) menyatakan tingkat
kas yang dimiliki perusahaan harus lebih besar dari (1) saldo transaksi yang
dibutuhkan ketika manajemen kas efisien, atau (2) persyaratan saldo minimal

4

bank komersial tempat perusahaan memiliki rekening simpanan. Brigham dan
Houston (2001:157) juga menambahkan bahwa arus kas dari sebagian besar
perusahaan terdiri dari saldo transaksi, kompensasi, untuk berjaga-jaga, dan
untuk berspekulasi. Akan tetapi, kita tidak dapat menghitung jumlah yang
dibutuhkan untuk setiap tujuan tersebut, menjumlahkannya, dan memperoleh
total saldo kas yang dikehendaki, karena uang yang sama sering dimaksudkan
untuk mencapai lebih dari satu tujuan. Sehingga perusahaan perlu
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menetapkan
posisi kas yang ditargetkan.
Pecking order theory menganggap bahwa tidak ada tingkat cash
holding yang optimal tetapi kas memiliki peran sebagai penyangga antara laba
ditahan dan kebutuhan investasi. Kas akan tersedia ketika profit yang
dihasilkan perusahaan melebihi kebutuhan investasinya. Ketika kas tersedia
dalam jumlah yang berlebih dan perusahaan yakin akan profitabilitas investasi
mereka, maka kelebihan kas akan dibayarkan kepada para pemegang saham
dalam bentuk dividen (Myers dan Majluf, 1984).
Alasan dipilihnya sektor property dan real estate karena perusahaan
dalam sektor ini biasanya menyimpan aset mereka dalam bentuk tidak lancar,
yaitu dalam bentuk tanah atau bangunan. Hal ini dapat menyebabkan
perusahaan mengalami masalah likuiditas. Masalah likuiditas dapat terjadi
apabila perusahaan membutuhkan dana secara tiba-tiba dan mendesak namun
jumlah kas yang dimiliki tidak mencukupi. Aset non lancar tersebut akan
membutuhkan waktu untuk diubah menjadi kas. Selain itu untuk
mengkonversi aset non lancar menjadi kas tentunya memerlukan biaya.

5

Ancaman gelembung properti (bubble property) juga harus diwaspadai
yang sewaktu-waktu dapat menghancurkan sektor properti itu sendiri atau
bahkan perekonomian suatu negara. Apabila gelembung ini sampai pecah,
harga properti semakin tak terkendali dan dapat dipastikan perusahaan properti
akan bangkrut satu per satu karena daya beli masyarakat akan menurun.
Hingga saat ini, sektor property dan real estate masih menjadi sektor
favorit para investor. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya
pembangunan perumahan, mall, pusat perbelanjaan dan apartemen, terutama
di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan lain-lain. Sektor ini dinilai
cukup stabil dan aman karena property dan real estate terutama perumahan
merupakan kebutuhan paling penting bagi masyarakat. Jumlah penduduk
masyarakat Indonesia yang terbilang besar juga menjadi dasar pertimbangan
para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Perusahaan-perusahaan property dan real estate melakukan berbagai
inovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam. Salah satunya
dengan menawarkan perumahan yang memiliki konsep one stop living, yaitu
perumahan dengan berbagai fasilitas penunjang di sekitarnya, seperti mall,
rumah sakit, akses ke jalan tol, dan sekolah.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda
mengungkapkan bahwa investor asing khususnya dari negara-negara Asia
Pasifik tertarik menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini diperlihatkan
dengan naiknya nilai penjualan perumahan di Jabodetabek pada kuartal IV2014

yang

mencapai

Rp1.678.427.100.546

atau

naik

29,8%

(qtq)

dibandingkan kuartal III-2014. Pernyataan tersebut didukung oleh Steve

6

Atherton selaku Director Investment and Development Services Colliers
International Indonesia yang menyatakan bahwa investasi asing di sektor
properti yang masuk ke Indonesia diperkirakan meningkat pesat di tahun
2015. Tahun politik 2014 membuat investor asing berhati-hati menanamkan
modal di Indonesia. Hal ini terkait dengan kekhawatiran mereka terhadap
program-program pemerintahan baru yang masih belum stabil. (rumah.com,
2014).
Bank Indonesia menyatakan bahwa harga properti residensial di pasar
sekunder untuk wilayah Jakarta pada triwulan III-2013 meningkat sebesar
4,12% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (3,63%). Survey harga
properti residensial di pasar sekunder untuk wilayah DKI Jakarta
mengindikasikan bahwa tren pertumbuhan harga rumah sekunder (mencakup
harga tanah dan bangunan) meningkat sejak triwulan I-2013. Kenaikan harga
rumah terjadi di semua segmen, yaitu rumah segmen atas sebesar 4,07% (qtq)
dan rumah segmen menengah sebesar 4,34% (qtq). Banyaknya rumah
sekunder yang mengalami pembangunan/ renovasi sebagian atau keseluruhan
unit memicu kenaikan harga properti triwulan III-2013.
Kecepatan penjualan properti residensial di pasar sekunder selama
triwulan III-2013 memiliki rata-rata yang sangat cepat, yaitu kurang dari 3
bulan. Menurut wilayah, penjualan tercepat terjadi di wilayah Jakarta Pusat,
diikuti oleh wilayah Jakarta Barat dan Selatan. Sedangkan berdasarkan
segmen rumah, rumah yang cepat terjual adalah rumah untuk segmen
menengah yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

7

Gambar 1.2
Kecepatan Penjualan Properti Residensial

Sumber: www.bi.go.id

Cash flow merupakan arus kas masuk operasi dengan pengeluaran
yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi di masa mendatang
Nilai dari suatu aktiva (atau perusahaan secara keseluruhan) ditentukan oleh
arus kas yang dihasilkannya. Arus kas bersih mencerminkan jumlah kas yang
dihasilkan oleh bisnis untuk para pemegang saham dalam satu tahun tertentu
(Brigham dan Houston, 2006:53).
Myers dalam Hartadi (2012) mengemukakan bahwa investment
opportunity set merupakan kombinasi antara aset yang dimiliki dengan pilihan
investasi di masa depan. Perusahaan dengan kesempatan investasi yang besar
cenderung menahan kas dalam jumlah besar dimana kas tersebut dapat
digunakan ketika menemukan prospek investasi yang menguntungkan.
Namun, semakin banyak investasi dilakukan, semakin banyak pula risiko
kegagalan dari investasi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kas
dalam jumlah besar sebagai motif berjaga-jaga untuk menghindari
kebangkrutan (Saddour, 2006).

8

Leverage merupakan perbandingan antara aset dengan hutang yang
dimiliki perusahaan. Leverage dapat menggambarkan seberapa besar aset
perusahaan dibiayai oleh hutang. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage
tinggi berarti tidak solvable karena memiliki total hutang yang lebih besar dari
total aset yang dimilikinya (Weston dan Copeland dalam Hartadi, 2012).
Apabila leverage digunakan sebagai proksi kemampuan perusahaan untuk
menerbitkan hutang, maka diperkirakan adanya hubungan yang positif antara
leverage dengan cash holding. Namun jika hutang digunakan sebagai
pendanaan investasi, maka dianggap sebagai pengganti kas.
Belanja Modal adalah pengeluaran secara periodik yang dilakukan
dalam rangka pembentukan modal baru yang sifatnya menambah aset tetap/
inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang
sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan
kapasitas dan kualitas aset (Titman, Keown, Martin, 2011:383).
Penelitian mengenai cash holding telah dilakukan sebelumnya. Gill
dan Shah (2012) meneliti pengaruh market to book ratio (MTB), cash flow to
net asset ratio (CF), net working capital to asset ratio (NWC), leverage, firm
size, dividend paid, board size, dan CEO duality terhadap cash holding di
Kanada. Hasilnya adalah pada perusahaan manufaktur: MTB, NWC, broad
size berpengaruh positif signifikan terhadap cash holding perusahaan
manufaktur. Firm size berpengaruh negatif signifikan terhadap cash holding.
Hubungan tidak signifikan terjadi antara CF, leverage, dividend payment dan
CEO duality terhadap cash holding. Pada perusahaan jasa: leverage, board

9

size, dan CEO duality berpengaruh positif signifikan terhadap cash holding.
MTB, NWC, dan firm size berpengaruh negatif signifikan terhadap cash
holding. Hubungan tidak signifikan terjadi antara dividen payment terhadap
cash holding.
Ogundipe et al. (2012) meneliti pengaruh growth opportunity, firm size,
cash flow, net working capital, leverage, ROA, inventories, account payable,
account receivable, financial distress, dan bank relationship terhadap cash
holding perusahaan di Nigeria. Hasilnya adalah firm size, net working capital,
return on asset, dan bank relationship berhubungan negatif signifikan dengan
cash holding. Growth opportunities, leverage, inventories, account receivable,
dan financial distress berhubungan positif signifikan dengan cash holding.
Sedangkan cash flow memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan cash
holding.

Sohani Islam (2012) meneliti pengaruh current asset, cash flow,
volatility cash flow, leverage, intangible asset, market to book value ratio,
tobin’s q, size of firms, tangibility of total asset, net working capital, dan
dividend payout ratio terhadap cash holding pada perusahaan manufaktur di
Bangladesh. Hasilnya adalah current asset, operating income, cash flow, size,
short term debt, total debt, intangible asset, leverage ratio, net cash dan
tangibility ratio berhubungan signifikan dengan cash holding. Net working
capital, tobin’s q dan volatility of cash flow berhubungan tidak signifikan
dengan cash holding.
Basheer (2014) meneliti pengaruh cash flow, liquidity, leverage, firm
size, dividend, bank borrowing, market to book ratio, variability of cash flow,

10

board independence, managerial ownership, dan family controller terhadap
cash holding perusahaan manufaktur di Pakistan. Hasilnya adalah cash flow,
liquidity, leverage, bank borrowing, variability of cash flow, managerial
ownership, family controller berhubungan signifikan terhadap cash holding.
Market to book value ratio, dividend, board independence dan size firm
berhubungan tidak signifikan terhadap cash holding.
William dan Fauzi (2013) meneliti pengaruh growth opportunity, net
working capital, dan cash conversion cycle terhadap cash holding pada
perusahaan sektor pertambangan. Hasilnya menunjukkan bahwa seluruh
variabel independen tersebut secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap
variabel cash holding.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian kembali mengenai cash holding, yang berjudul: “Analisis Pengaruh
Cash Flow, Investment Opportunity Set, Leverage, dan Capital Expenditure
terhadap Cash Holding Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar
di BEI Periode 2011-2014”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah cash flow, investment opportunity set, leverage dan capital
expenditure berpengaruh secara simultan terhadap cash holding?
2. Apakah cash flow, investment opportunity set, leverage dan capital
expenditure berpengaruh secara parsial terhadap cash holding?

11

3. Variabel apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi cash holding?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh variabel cash flow, investment opportunity set,
leverage dan capital expenditure yang dianalisis secara simultan terhadap
cash holding perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI.
2. Menganalisis pengaruh variabel cash flow, investment opportunity set,
leverage dan capital expenditure yang dianalisis secara parsial terhadap
cash holding perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI.
3. Mengetahui variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi cash
holding perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan, serta mengimplementasikan konsep dan teori dalam prakter
yang sebenarnya, khususnya mengenai konsep cash holding.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang cash holding.

12

3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada
perusahaan mengenai beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan tingkat cash holding.

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan dan
manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya.
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan keberadaan beberapa tujuan
atau sasaran, karena penilaian untuk apakah suatu keputusan keuangan efisien
atau tidak harus berdasarkan pada beberapa standar tertentu. Umumnya tujuan
dari perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemiliki perusahaan
yang ada saat ini (Horne dan Wachowicz, 2005:4).
Moeljadi (2006:9) menyatakan manajemen keuangan dapat diartikan
sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana
dalam berbagai bentuk investasi secara efektif, pengumpulan dana untuk
pembiayaan investasi secara efisien, dan pengelolaan aktiva dengan tujuan
menyeluruh.
Sehingga dapat disimpulkan manajemen keuangan adalah ilmu dan
seni yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya perusahaan untuk
memperoleh dana, mengelola dana, dan memanfaatkan dana agar mampu
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan pemegang sahamnya.

2.1.1 Manajemen Kas
Kas adalah aset perusahaan yang paling likuid di antara aset-aset
lainnya. Kurang lebih 1,5% aktiva rata-rata perusahaan industri dimiliki

14

dalam bentuk kas, yang dinyatakan sebagai giro ditambah simpanan
dalam bentuk mata uang. Uang kas dibutuhkan untuk membayar pekerja
dan bahan baku, membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi
hutang, membayar dividen, dan sebagainya (Brigham dan Houston,
2001:156).
Posisi kas perusahaan yang dilaporkan pada neraca akan
dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hal-hal berikut ini (Rodoni &
Ali, 2014:24):
1. Arus kas. Jika hal-hal lain dianggap konstan, arus kas positif akan
mengarah pada lebih banyak kas di dalam bank.
2. Perubahan dalam modal kerja. Modal kerja bersih didefinisikan
sebagai aktiva lancar minus kewajiban. Peningkatan dalam aktiva
lancar di luar kas, seperti persediaan dan piutang akan mengurangi
kas, sedangkan pengurangan akun-akun ini akan meningkatkan kas.
3. Aktiva tetap. Jika sebuah perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap,
hal ini akan mengurangi posisi kasnya. Di sisi lain, penjualan dari
aktiva tetap akan meningkatkan kas.
4. Transasksi

sekuritas

dan pembayaran dividen. Jika sebuah

perusahaan menerbitkan saham atau obligasi selama tahun berjalan,
dana yang dikumpulkan akan meningkatkan posisi kasnya. Di sisi
lain, jika perusahaan menggunakan kasnya untuk membeli kembali
utang atau ekuitas yang masih beredar, atau membayar dividen
kepada para pemegang sahamnya, hal ini akan menurunkan jumlah
kas.

15

Manajemen kas adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan
yang mengatur arus kas untuk mempertahankan likuiditas perusahaan
serta memanfaatkan idle cash dan perencanaan kas (Kasmir, 2010:188).
Baumol mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu
perusahaan mirip akan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan
memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian
dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana
tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan.
Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah, kemungkinan perusahaan
mengalami kesulitan likuiditas akan semakin besar. Oleh karena itu
seharusnya ada penyeimbangan (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:112).
J. Fred Wetson dalam Kasmir (2010:191) mengatakan bahwa
“fungsi manajemen kas adalah analisis investasi dalam kas dan surat
berharga, tingkat efisiensi pengumpulan kas, dan sistem pembayaran”.
Pengertian ini lebih menekankan pentingnya perencanaan kas yang
sistematis terutama yang berkaitan dengan pengembangan jumlah uang,
sehingga menjadi lebih bernilai. Kemudian juga diarahkan perencanaan
kas lebih menekankan kepada sasaran pengumpulan dan penggunaan
uang kas yang lebih efisien, sehingga penggunaan uang kas yang tidak
perlu dapat diminimalkan.
Kepemilikan uang dalam bentuk kas tersimpan di dua tempat,
yakni cash in bank dan cash in company. Cash in bank artinya uang kas
yang disimpan di bank yang suatu saat dapat ditarik untuk dipergunakan
sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan cash in company artinya uang

16

kas yang disimpan di brankas perusahaan yang bisa kapan saja diambil.
Uang kas yang disimpan di brankas perusahaan biasanya disimpan untuk
dipergunakan pada kebutuhan sehari-hari (Fahmi, 2013:108).

2.1.2 Cash Holding
Kas memiliki arti yang sangat penting dalam menunjang setiap
kegiatan perusahaan. Memiliki kas dalam jumlah yang banyak dapat
memberikan berbagai macam keuntungan bagi perusahaan seperti
keuntungan dari potongan dagang (trade discount), terjaganya posisi
perusahaan dalam peringkat kredit (credit rating), dan untuk membiayai
kebutuhan akan kas yang tidak terduga (unexpected expenses) (Brigham
dan Houston, 2001:156).
Manajer keuangan harus menentukan keseimbangan antara
memegang terlalu banyak dan terlalu sedikit kas. Investasi kas besar
meminimumkan kemungkinan perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya tepat waktu saat jatuh tempo. Namun hal ini juga dapat
membahayakan profitabilitas perusahaan. Investasi kas yang kecil
membebaskan saldo berlebihan untuk investasi, baik dalam sekuritas
yang dapat dipasarkan atau aset berusia panjang. Hal ini meningatkan
profitabilitas perusahaan dan nilai saham biasa perusahaan, tapi
meningkatkan kemungkinan kehabisan kas (Keown, Martin, Petty, dan
Scott, 2000:674).
Kebanyakan perusahaan membuat tingkat target saldo kas
minimal. Perusahaan tidak ingin menahan saldo kas berlebih karena

17

suku bunga bisa didapatkan ketika dana ini diinvestasikan dalam
sekuritas yang dapat diperjualbelikan. Semakin besar tingkat bunga
untuk sekuritas yang dapat diperjualbelikan, semakin besar biaya
peluang (opportunity cost) untuk menahan saldo kas yang tidak
digunakan. Tingkat optimal kas harus lebih besar dari (1) saldo transaksi
yang dibutuhkan ketika manajemen kas efisien, atau (2) persyaratan
saldo minimal bank komersial tempat perusahaan memiliki rekening
simpanan (Horne dan Wachowicz, 2005:346).
Jika pihak manajer bertindak gegabah dengan menempatkan dana
yang terlalu besar pada salah satu akun atau sebaliknya terlalu kecil
maka dampaknya akan mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.
Seperti misalnya jika kas perusahaan terlalu besar maka perusahaan
dianggap likuid namun itu telah memposisikan perusahaan menjadi tidak
optimal

dalam

mempergunakan

dana

yang

dimiliki.

Artinya

memungkinkan terjadinya penumpukan dana yang menganggung (idle
cash) dalam bentuk kas secara tidak terkontrol (Fahmi, 2013:100).
Agar aktivitas perusahaan berjalan sebagaimana mestinya, kas
sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang memang sudah seharusnya
dikeluarkan jangan sampai dikeluarkan untuk hal-hal yang bukan tujuan
penggunaan kas, sehingga tidak terjadi kas yang mubazir. Oleh karena
itu penggunaan uang kas yang terencana dengan baik menjadi sangat
penting (Kasmir, 2010:190).
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan giro (cash in bank).
Cash equivalent atau setara kas merupakan investasi yang sifatnya

18

sangat likuid, berjangka waktu pendek, dan dapat cepat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa mengalami perubahan nilai yang signifikan
(Wibowo, 2005:134). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 2 Revisi 2009 tentang Laporan Arus Kas,
setara kas digunakan untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek
bukan untuk investasi atau tujuan lain. Tetapi, suatu investasi dapat
menjadi setara kas jika akan segera jatuh tempo dalam waktu dekat,
misalnya dalam waktu 3 bulan atau kurang.
Kas yang tersedia atau ditahan di perusahaan disebut dengan
istilah cash holding. Menurut Gill dan Shah (2012) cash holding
didefinisikan sebagai kas yang ada di perusahaan atau tersedia untuk
investasi pada aset fisik dan untuk dibagikan kepada para investor.
Sedangkan menurut Ogundipe (2012) cash holding adalah sejumlah kas
yang dimiliki perusahaan dan setara kas yang dapat dengan mudah
dikonversi sebagai uang tunai. Penentuan tingkat cash holding suatu
perusahaan merupakan salah satu keputusan penting yang harus diambil
oleh manajer keuangan perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung cash holding
mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Opler et al. (1999), Ferreira
dan Vilela (2004), Gill dan Shah (2012), Ogundipe et al. (2012),
Abdillah (2013), dan Jinkar (2013) yaitu sebagai berikut:

19

2.1.3 Motif Memegang Kas
Terdapat tiga motif yang mempengaruhi keputusan perusahaan
dalam menahan kas yang dimilikinya, yaitu motif transaksi, motif
berjaga-jaga, dan motif spekulasi.
a. Motif Transaksi
Keynes mengemukakan bahwa motif dari memegang kas
adalah untuk kegiatan transaksi sehari-hari perusahaan. Perusahaan
memerlukan kas untuk kegiatan operasionalnya, seperti pembelian
bahan baku, pajak, dan pembayaran dividen (Horne dan Wachowicz,
2005:330). Fahmi (2013:108) juga menambahkan aktivitas transaksi
suatu perusahaan cenderung selalu besar, dan semkain tinggi
perputaran kas suatu perusahaan maka semakin tinggi juga kebutuhan
dana yang diperlukan untuk menunjang tranksaksi tersebut.
Jumlah kas relatif yang dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan
transaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis industri, dan
orientasi bisnis (Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2000:672).
Permintaan optimal untuk kas terjadi ketika perusahaan mengalami
kesulitan biaya transaksi untuk mengonversi aset non-likuid menjadi
kas dan menggunakan uang untuk pembayaran (Bates et al., 2009).
Menurut Baumol; Miller dan Orr dalam Syafrizalliadhi (2014)
perusahaan memegang kas untuk menghindari biaya transaksi yang
timbul ketika melikuidasi aset menjadi kas. Perusahaan akan
memegang kas lebih banyak ketika biaya transaksi yang diperlukan
untuk mengkonversi aset non-tunai menjadi kas tinggi. Sedangkan

20

apabila opportunity cost kas lebih tinggi, maka perusahaan akan
memegang kas dengan jumlah yang lebih sedikit.
b. Motif Berjaga-jaga
Ketidakpastian tingkat arus kas mempengaruhi permintaan kas
perusahaan untuk berjaga-jaga. Ketidakpastian tingkat arus kas juga
mempengaruhi jumlah penahanan kas perusahaan melalui sinkronisasi
penerimaan dan pengeluaran. Tingkat penahanan kas ini dipengaruhi
oleh akses sumber dana eksternal yang dapat diperoleh dalam jangka
waktu pendek. Hubungan perbankan yang baik dan jaringan kredit
yang sudah terbina dapat mengurangi kebutuhan memegang kas di
tangan (Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2000:673).
Husnan dan Pudjiastuti, 2002:111) menyatakan bahwa motif
berjaga-jaga dimaksudkan untuk mempertahankan saldo kas guna
memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Seandainya
semua pengeluaran dan pemasukan kas bisa diprediksi dengan sangat
akurat, maka saldo kas untuk maksud berjaga-jaga akan sangat rendah.
Selain akurasi prediksi kas, apabila perusahaan mempunyai akses kuat
ke sumber dana eksternal, saldo kas ini juga akan rendah.
Sedangkan menurut Bates et al. (2009) perusahaan menahan
kasnya agar dapat menghadapi guncangan ketika memasuki pasar
modal yang membutuhkan biaya mahal. Sehingga perusahaan yang
memiliki kesempatan investasi yang besar akan memegang kas dalam
jumlah yang besar agar dapat tetap berinvestasi meskipun muncul
guncangan perekonomian.

21

c. Motif Spekulasi
Kas dipegang untuk tujuan spekulatif untuk mengambil
keuntungan situasi potensial menghasilkan laba. Perusahaan konstruksi
yang membangun penggalian swasta bisa sesekali mengakumulasi kas
untuk mengantisipasi jatuhnya biaya papan yang besar. Jika harga
bahan bangunan turun, perusahaan yang mengumpulkan saldo kasnya
mendapat laba dengan membeli bahan baku dengan jumlah besar
(Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2000;673).
Menurut Horne dan Wachowicz (2005:330) perusahaan
melakukan motif ini dengan memanfaatkan peluang yang muncul
untuk mengambil kentungan dari situasi, seperti penurunan harga
bahan baku secara tiba-tiba. Penurunan harga bahan baku secara tibatiba ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli
dengan uang kas uang dimilikinya, dan menjualnya pada saat harganya
naik (Kasmir, 2010:192).
Husnan dan Pudjiastuti (2002:112) juga menambahkan motif
spekulasi dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki
atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid.
Biasanya jenis investasi yang dipilih adalah investasi pada sekuritas.

22

2.1.4 Teori Cash Holding
a. Trade-off Theory
Titik fokus trade-off terletak pada pengembalian dan risiko.
Manajer keuangan harus dapat menemukan neraca yang dapat diterima
antara memegang kas terlalu banyak dan terlalu sedikit. Karena
investasi kas yang besar dapat meminimumkan peluang insolvensi
perusahaan, namun mengancam profitabilitas perusahaan. Investasi kas
yang kecil akan membebaskan kelebihan saldo untuk diinvestasikan
kedalam sekuritas yang bisa diperdagangkan dan aktiva yang umurnya
lebih panjang. Kegiatan ini dapat memperkuat profitabilitas dan nilai
saham biasa perusahaan, namun meningkatkan peluang terjadinya
kekurangan kas (Keown, Martin, Petty, dan Scott, 2000:674).
Menurut Tampubolon (2013:75) teori trade-off yaitu kebijakan
memilih antara risiko dengan hasil yang terjadi pada penyimpanan kas
yang terlampau kecil ataupun yang terlampau besar. Menyimpan kas
yang

terlalu

kecil

menyebabkan

meningkatnya

kemungkinan

perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Di satu sisi apabila
perusahaan menyimpan kas terlalu besar, perusahaan kehilangan
peluang untuk melakukan investasi yang menghasilkan pendapatan.
Teori ini berpendapat bahwa tingkat cash holding yang optimal
yaitu dengan mempertimbangkan biaya peluang (opportunity cost)
yang muncul akibat dari menahan kas serta manfaat yang diperoleh
dari kegiatan tersebut. Biaya peluang muncul karena perusahaan lebih
memilih

untuk

menahan

kasnya

dibandingkan

dengan

23

menginvestasikannya pada suatu proyek yang dapat memberikan
keuntungan. Manfaat dari menahan kas adalah untuk menunjang
kegiatan

transaksi

operasional

perusahaan

serta

menghindari

perusahaan dari kesulitan keuangan. Selain itu, perusahaan juga dapat
meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengkonversi
aset menjadi kas (Ferreira dan Vilela, 2004).
Opler et al. (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang ingin
memaksimalkan para pemegang sahamnya harus mengatur cash
holding perusahaannya agar manfaat yang diperoleh seimbang dengan
biaya yang harus dikorbankan perusahaan untuk menahan kas tersebut.
b. Pecking Order Theory
Myers menyatakan 4 poin utama teori pecking order (Keown,
Martin, Petty, dan Scott, 2000:557):
1. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk peluang investasi.
2. Perusahaan lebih suka mendanani peluang inves

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013

6 65 94

Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

6 130 144

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Insider Ownership, Likuiditas, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Dividend Payout Ratio (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

4 120 76

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Financial Leverage Dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Deviden Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Busra Efek Indonesia

4 52 85

Kemampuan Laba Bersih, Free Cash Flow, dan Arus Kas Operasi Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan Pada Perusahaan Jasa Pariwisata Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

8 85 97

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan ManajerialTerhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Automotive & Allied Productyang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 46 82

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98