ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
Oleh Sri Wahyuni
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(2)
Sri wahyuni
ABSTRAK
ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
Oleh Sri Wahyuni
Pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan genetik yang baik agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Varietas hibrida F1 dan bersari bebas/OP merupakan hasil dari pemuliaan tanaman, hibrida F1 dianggap lebih unggul dibandingkan OP.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lini jagung manis bersari bebas (OP) yang kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1. Merakit lini jagung manis yang bersegregasi dan dwi warna dengan proporsi 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut, dari hasilSelfenam lini jagung manis. Menghitung besarnya ragam genetik dan heritabilitasbroad-senseuntuk program pemuliaan tanaman jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. Data yang diperoleh diuji Barlett dan Levene untuk kehomogenan antarperlakuan.
(3)
Sri wahyuni
Selanjutnya data akan dianalisis dengan analisis ragam untuk memperoleh KNT harapan untuk menduga ragam genetik ( 2g), heritabilitasbroad-sense(h2BS), dan koefisien keragaman genetik (KKg). Pemeringkatan kinerja lini dilakukan dengan uji BNJ. Data dianalisisBoxplot untuk membandingkan dengan standar komersiil jagung. Segregasi warna dan bentuk biji diuji dengan UjiGoodness of Fit
menggunakanchi-squared.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tercapainya tujuan bahwa jagung manis lini Se OP dan Su OP kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1. Tercapainya tujuan menghasilkan jagung manis segregasi (benih manis dalam bentuk biji bulat dan dwi warna) dalam satu tongkol jagung manis pada 6 lini jagung yang ditanam. Ragam genetik dan heritabilitas terbukti pada karakter pecah anter, jumlah daun, jumlah bunga jantan, bobot 100 butir, bobot biji pertongkol, dan produksi per m2 sehingga seleksi untuk pemuliaan tanaman dapat dilakukan.
(4)
Sri wahyuni
ABSTRAK
ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
Oleh Sri Wahyuni
Pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan genetik yang baik agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Varietas hibrida F1 dan bersari bebas/OP merupakan hasil dari pemuliaan tanaman, hibrida F1 dianggap lebih unggul dibandingkan OP.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan lini jagung manis bersari bebas (OP) yang kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1. Merakit lini jagung manis yang bersegregasi dan dwi warna dengan proporsi 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut, dari hasilSelfenam lini jagung manis. Menghitung besarnya ragam genetik dan heritabilitasbroad-senseuntuk program pemuliaan tanaman jangka panjang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. Data yang diperoleh diuji Barlett dan Levene untuk kehomogenan antarperlakuan.
(5)
Sri wahyuni
Selanjutnya data akan dianalisis dengan analisis ragam untuk memperoleh KNT harapan untuk menduga ragam genetik ( 2g), heritabilitasbroad-sense(h2BS), dan koefisien keragaman genetik (KKg). Pemeringkatan kinerja lini dilakukan dengan uji BNJ. Data dianalisisBoxplot untuk membandingkan dengan standar komersiil jagung. Segregasi warna dan bentuk biji diuji dengan UjiGoodness of Fit
menggunakanchi-squared.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tercapainya tujuan bahwa jagung manis lini Se OP dan Su OP kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1. Tercapainya tujuan menghasilkan jagung manis segregasi (benih manis dalam bentuk biji bulat dan dwi warna) dalam satu tongkol jagung manis pada 6 lini jagung yang ditanam. Ragam genetik dan heritabilitas terbukti pada karakter pecah anter, jumlah daun, jumlah bunga jantan, bobot 100 butir, bobot biji pertongkol, dan produksi per m2 sehingga seleksi untuk pemuliaan tanaman dapat dilakukan.
(6)
ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
Oleh Sri Wahyuni
Skripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(7)
ANALISIS KERAGAAN JAGUNG MANIS SELEKSI LINI BERSARI BEBAS SEBAGAI ALTERNATIF TERHADAP SELEKSI HIBRIDA F1
( Skripsi )
Oleh Sri Wahyuni
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
(8)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Analisisboxplotuntuk pecah anter. ... 35
2. Analisisboxplotuntuk muncul rambut (antesis). ... 36
3. Analisisboxplotuntuk diameter tongkol. ... 37
4. Analisisboxplotuntuk jumlah baris biji per tongkol. ... 38
5. Analisisboxplotuntuk bobot biji per tongkol. ... 39
6. Analisisboxplotuntuk tinggi tanaman. ... 40
7. Analisisboxplotuntuk jumlah bunga jantan. ... 41
8. Analisisboxplotuntuk kadar sukrosa (0Brix). ... 42
9. Analisisboxplotuntuk bobot 100 butir. ... 43
10. Analisisboxplotuntuk panjang tongkol. ... 43
11. Analisisboxplotuntuk jumlah daun. ... 44
12. Analisisboxplotuntuk produksi per m2. ... 45
(9)
iii DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 5
1.3 Kerangka Pemikiran ... 6
1.4 Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ... . 9
2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS ... 9
2.2 Morfologi Jagung Manis ... 10
2.3 Jagung Hibrida ... 12
2.4 Jagung bersari bebas (open pollinated) ... 13
2.5 Gen Resesif Jagung Manis ... 13
2.6 Persilangan Jagung Manis ... 15
2.7 PersilanganSelf Jagung Manis ... 16
2.8 Segregasi pada Jagung Manis ... 17
2.9 Ragam Genetik dan Heritabilitas ... 17
III. BAHAN DAN METODE ... 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
(10)
iv Halaman
3.3 Metode Penelitian ... 20
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 21
3.4.1 Penyiapan media tanam ... 21
3.4.2 Penyiapan benih dan penanaman ... 21
3.4.3 Pemeliharaan ... 22
3.4.4 Penyungkupan bunga jantan dan betina ... 22
3.4.5 Polinasi ... 23
3.4.6 Sampling ... 23
3.5 Variabel Pengamatan ... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1 Daya Kecambah dan Warna Ruas Kaki Jagung ManisOpen Pollinateddan Hibrida F1 ... 26
4.2 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif ... 29
4.3 Pemeringkatan Lini Jagung ManisOpen Pollinateddan Hibrida F1 Berdasarkan Uji BNJ0,05 ... 33
4.4 AnalisisBoxplotLini Jagung ManisOpen Pollinateddan Hibrida F1 ... 35
4.5 Pendugaan Ragam Genetik dan HeritabilitasBroad Sense, dan Koefisien Keragaman Genetik Jagung manisOpen pollinated dan Hibrida F1... 45
4.6 Segregasi Warna dan Bentuk Biji ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 57
PUSTAKA ACUAN ... 59
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analis Ragam. ... 20 2. Daya kecambah jagung manisOpen pollinateddan Hibrida F. .... 26 3. Warna ruas kaki dan kadar sukrosa jagung manisOpen pollinated
dan Hibrida F. ... 27 4. Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel vegetatif. ... 30 5. Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel generatif. ... 32 6. Peringkat lini untuk variabel vegetatif dan generatif berdasarkan
BNJ0,05. ... 34 7. Nilai ragam genetik, heritabilitas dan koefisien keragaman genetik
untuk variabel vegetatif dan generatif. ... 46 8. UjiGoodness of FitLini Se OP dengan nisbah harapan 9 kuning
bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. ... 48 9. UjiGoodness of FitLini Se OP dengan nisbah harapan 3 kuning
bulat : 1 kuning kisut. ... 48 10. UjiGoodness of FitLini Sh OP dengan nisbah harapan 9 kuning
bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. ... 49 11. UjiGoodness of FitLini Sh OP dengan nisbah harapan 3 kuning
bulat : 1 kuning kisut. ... 50 12. UjiGoodness of FitLini Su OP dengan nisbah harapan 9 kuning
bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. ... 51 13. UjiGoodness of FitLini Su OP dengan nisbah harapan 3 kuning
bulat : 1 kuning kisut. ... 51 14. UjiGoodness of FitLini se x Sri H F1 dengan nisbah harapan
(12)
Tabel Halaman 15. UjiGoodness of FitLini se x Sri H F1 dengan nisbah harapan
3 kuning bulat : 1 kuning kisut. ... 53
16. UjiGoodness of FitLini Sri H F1 x se dengan nisbah harapan 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. ... 54
17. UjiGoodness of FitLini Sri H F1 x se dengan nisbah harapan 3 kuning bulat : 1 kuning kisut. ... 54
18. UjiGoodness of FitLini SriSelf1 dengan nisbah harapan 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut. ... 55
19. UjiGoodness of FitLini SriSelf1dengan nisbah harapan 3 kuning bulat : 1 kuning kisut. ... 56
20. Data pengamatan segregasi warna dan bentuk biji. ... 63
21. Uji homogenitas berdasarkan Barlett pada variabel vegetatif. ... 64
22. Uji homogenitas berdasarkan Levene pada variabel vegetatif. ... 64
23. Uji homogenitas berdasarkan Barlett pada variabel generatif. ... 65
24. Uji homogenitas berdasarkan Levene pada variabel generatif. ... 65
25. Analisis ragam untuk pecah anter. ... 65
26. Uji BNJ untuk pecah anter. ... 66
27. Analisis ragam untuk antesis. ... 66
28. Uji BNJ untuk antesis. ... 66
29. Analisis ragam untuk tinggi tanaman. ... 67
30. Uji BNJ untuk tinggi tanaman. ... 67
31. Analisis ragam untuk jumlah daun. ... 67
32. Uji BNJ untuk jumlah daun. ... 68
33. Analisis ragam untuk panjang daun tongkol. ... 68
34. Uji BNJ untuk panjang daun tongkol. ... 68
35. Analisis ragam untuk lebar daun tongkol. ... 69
36. Uji BNJ untuk lebar daun tongkol. ... 69
37. Analisis ragam untuk jumlah bunga jantan. ... 69
38. Uji BNJ untuk jumlah bunga jantan. ... 70
39. Analisis ragam diameter tongkol. ... 70
40. Uji BNJ untuk diameter tongkol. ... 70
(13)
Tabel Halaman
42. Uji BNJ untuk panjang tongkol. ... 71
43. Analisis ragam jumlah baris biji per tongkol. ... 71
44. Uji BNJ untuk jumlah baris biji per tongkol. ... 72
45. Analisis ragam kadar sukrosa. ... 72
46. Uji BNJ untuk kadar sukrosa. ... 72
47. Analisis ragam bobot 100 butir. ... 73
48. Uji BNJ untuk bobot 100 butir. ... 73
49. Analisis ragam bobot biji per tongkol. ... 73
50. Uji BNJ untuk bobot biji per tongkol. ... 74
51. Analisis ragam produksi per m2. ... 74
(14)
(15)
(16)
Yakinlah ada sesuatu yang akan menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit.
(17)
Tanpa mengurangi rasa syukurku kepada Allahsubhanahu wa ta’ala, kupersembahkan karyaku untuk :
Keluargaku tercinta ayah, ibu, dan kedua adikku yang selama ini telah mendukung, mendoakan dan memberikan limpahan kasih sayang yang takkan
(18)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kebumen, Provisi Jawa Tengah, Desa Kuwaru pada tanggal 31 Maret 1993 dan penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mansur dan Ibu Sudarti Handayani. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sukanegara, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah tahun 1999 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2005 2008. Penulis menempuh pendidikan menengah di SMAN 1 Kalirejo, Lampung Tengah tahun 2008 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Ujian Masuk Lokal. Penulis melaksanakan Praktik Umum di Kebun Percobaan Muara Bogor, pada bulan Juli Agustus 2014. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Suka Makmur, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang pada bulan Januari–Maret 2015.
(19)
1
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Keragaan Jagung Manis Seleksi Lini Bersari Bebas Sebagai Alternatif Terhadap Seleksi Hibrida F1”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
(1) Bapak Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan Ketua tim pembimbing atas bimbingan, saran, motivasi dan ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis;
(2) Bapak Dr.Ir. Paul B. Timotiwu, M.S., selaku Sekertaris tim pembimbing atas bimbingan, saran, dan bantuan yang diberikan kepada penulis;
(3) Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Penguji bukan
pembimbing dan Ketua Jurusan Agroteknologi atas saran dan dukungan yang diberikan kepada penulis;
(4) Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya Pertanian yang telah memberikan saran dan membantu dalam penyempurnaan skripsi;
(20)
ii (5) Rekan penulis, Fredy Gurning dan Gede Adi S., selaku rekan satu tim
penelitian jagung manis atas kerja sama dengan baik selama penelitian ini. (6) Teman-teman penulis, Yepi Yusnita, Suhendra, Tika Oktaviana,Viska
Nurisma, Priyanto dan Jarkasih atas dukungan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2016
(21)
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Tanaman jagung manis (Zea mays saccharataSturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama yang mempengaruhi kemanisan jagung yaitu gensugary(su), gensugary enhancer(se), dan genshrunken(sh2). Jagung manis yang dikontrol oleh gensu, sedansh2memiliki tingkat kemanisan yang berbeda-beda (Lertrat & Pulam, 2007). Gen tersebut mengendalikan perubahan gula menjadi pati di dalam endosperm. Kandungan gula yang tinggi dan pati yang rendah pada endosperm menyebabkan rasa manis pada jagung (Sujiprihati dkk., 2012).
Tanaman jagung manis semakin banyak dibudidayakan karena keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan dari tanaman jagung manis yaitu memiliki rasa yang lebih manis dan renyah dibandingkan jagung biasa. Kadar gula pada biji jagung manis berkisar 13–14 % sedangkan kadar gula jagung biasa hanya 6–8 % (Palungkun dan Budiarti, 2000). Waktu panen jagung manis relatif singkat antara 60—70 hari (Surtinah, 2008). Harga jual jagung manis juga lebih tinggi
daripada jagung biasa. Menurut Koswara (2009), jagung manis memiliki manfaat sebagai bahan pangan, kesehatan, produk kecantikan, dan sebagai bahan baku industi.
(22)
2 Manfaat dan keunggulan dari jagung manis menyebabkan permintaan jagung manis terus meningkat. Kendala yang dihadapi petani di Indonesia dalam membudidayakan jagung manis yaitu tingginya harga benih jagung manis yang berada di pasaran, daya kecambah benih yang rendah serta tampilan fisik jagung manis yang berbentuk kisut (Hikam, 2007). Benih jagung yang kisut menandakan jagung tersebut adalah jagung manis. Benih jagung manis kisut disebabkan terdapatnya kandungan gula. Semakin kisut jagung manis, mengandung gula yang lebih banyak.
Menurut Hikam (2009), fenotipe biji yang kisut menunjukkan rendahnya cadangan karbohidrat endosperm. Rendahnya cadangan makanan pada
endosperm merupakan salah satu faktor kegagalan berkecambah. Berdasarkan penelitian Yusuf dkk. (2008), jagung manis yang memiliki biji kuning bulat daya kecambahnya tinggi.
Menurut Syukur dan Rifianto (2013), sejak tahun 2000—2012, telah dilepas sebanyak 50 varietas unggul jagung manis oleh Menteri Pertanian. Sebagian besar varietas tersebut adalah varietas hibrida dan dimiliki oleh perusahaan swasta. Materi genetik varietas hibrida jagung manis merupakan hasil introduksi. Kelebihan dari varietas unggul tersebut adalah daya berkecambah tinggi,
produktivitas tinggi, rasanya lebih manis, panjang tongkol 20—22 cm, diameter tongkol 5—6 cm, dan jumlah baris biji sebanyak 16 baris. Namun, jagung manis hibrida harga benihnya lebih mahal, berdasarkan situs penjualan benih online Bursa Bibit harga benih jagung manis hibrida Sweet Boy yaitu Rp 79.000/250 g.
(23)
3 Benih hibrida bertujuan untuk merakit lini jantan yang unggul. Hibrida F1
merupakan keturunan pertama dari persilangan dua inbred yang unggul, jantan dan betinanya jelas (Santoso, 2012). Jagung manis hibrida dianggap lebih unggul dibandingkan dengan jagung manis yang lain karena produksinya tinggi. Namun keturunan jagung hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih, sehingga petani harus membeli benih hibrida lagi untuk tanaman berikutnya.
Selain jagung manis hibrida, terdapat jagung manis bersari bebas (Open Pollinated). Jagung manisOpen Pollinated(OP) merupakan jagung hibrida, namun jantannya tidak jelas, yang diketahui hanya betinanya saja. Setiap biji hasil persilangan OP merupakan hibrida silang tunggal. Jagung manis OP bertujuan untuk merakit lini betina yang unggul. Sehingga jagung manis OP dapat digunakan sebagai benih untuk bahan tanaman berikutnya (Zubachtirodin dan Firdaus, 2012).
Jagung manis yang digunakan sebagai penelitian adalah jagung manis LASS (Lampung Super Sweet)yang memiliki beberapa sifat unggul. Viabilitas dan vigor benih LASS lebih baik daripada jagung lainnya, dapat dibudidayakan di dataran rendah dengan keadaan cuaca yang lebih panas. Umur panen LASS lebih genjah daripada jagung umumnya, tahan penyakit bulai, dan memiliki masa simpan yang lebih panjang dibanding jagung lain (Hikam, 2007).
Jagung manis LASS memiliki beberapa kekurangan terutama pada tampilan fisik jagung manis yang masih di bawah strandar pasar. Salah satu kekurangannya yaitu ukuran biji jagung manis lebih besar dibandingkan dengan jagung manis
(24)
4 yang beredar di pasar, sehingga jumlah baris jagung manis hanya 14 baris,
sedangkan yang beredar di pasaran 16 baris (Hikam, 2007).
Upaya yang dapat ditempuh untuk mendapatkan varietas tanaman jagung manis yang memiliki potensi produktivitas tinggi dengan kualitas hasil baik dapat ditempuh melalui program pemuliaan tanaman (Sujiprihati dkk., 2005).
Pemuliaan tanaman dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif .
Penelitian menggunakan jagung manis hibrida F1 dan jagung manisOpen Pollinated(OP). Jagung manis OP diperoleh dari hasil penelitian Febrilia, 2010, benih berasal dari jagung manis LASS yang di OP. Penelitian dilakukan dengan melakukanselfpada tanaman jagung manis benih kuning bulat dengan harapan jagung manis akan bersegregasi. Selfpada jagung manis Hibrida F1 danOpen Pollinated (OP) akan menghasilkan perbadingan antara kedua varietas.
Perbandingan yang diperoleh diharapkan menghasilkan jagung manis lini OP yang hasilnya setara dengan jagung hibrida F1.
Keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam pemuliaan tanaman. Ragam genetik yang besar dalam suatu populasi
menunjukkan bahwa individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotipe yang diharapkan akan besar (Sudarmadji dkk., 2007).
Pendugaan heritabilitas bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar suatu karakter dapat diwariskan. Heritabilitas adalah perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe dari suatu karakter.
(25)
5 Heritabilitas merupakan parameter penting dalam pemuliaan tanaman jagung. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi (Sudarmadji dkk., 2007).
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pernyataan sebagai berikut
(1) Apakah terdapat lini jagung manis bersari bebas (OP) yang mempunyai kinerja setara dengan jagung Hibrida F1?
(2) Apakah terbentuk lini jagung manis yang bersegregasi dan dwi warna dengan proporsi 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut, dari hasilSelfenam lini jagung manis?
(3) Apakah terdapat ragam genetik dan heritabilitasbroad-senseuntuk program pemuliaan tanaman jangka panjang?
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
(1) Mendapatkan lini jagung manis bersari bebas (OP) yang kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1.
(2) Merakit lini jagung manis yang bersegregasi dan dwi warna dengan proporsi 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut, dari hasilSelfenam lini jagung manis.
(3) Menghitung besarnya ragam genetik dan heritabilitasbroad-senseuntuk program pemuliaan tanaman jangka panjang.
(26)
6
1.3 Kerangka Pemikiran
Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang digemari masyarakat. Jagung manis memiliki manfaat sebagai bahan pangan, kesehatan, produk kecantikan, dan sebagai bahan baku industri. Manfaat jagung manis yang beragam menyebabkan permintaan jagung manis terus meningkat. Peningkatan permintaan jagung manis menyebabkan semakin banyak petani yang
membudidayakan jagung manis.
Kendala yang dihadapi petani di Indonesia dalam membudidayakan jagung manis yaitu tingginya harga benih jagung manis yang berada di pasaran, daya kecambah benih yang rendah serta tampilan fisik jagung manis yang berbentuk kisut.
Rendahnya daya kecambah benih jagung manis dapat diatasi dengan program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan genetik yang baik agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan dan dapat menghasilkan fenotipik yang baik pula. Keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam pemuliaan tanaman. Nilai ragam genetik menentukan nilai heritabilitas, semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi daya waris tetuanya.
Salah satu hasil dari pemuliaan tanaman adalah varietas hibrida F1. Varietas hibrida memiliki kelebihan daya kecambah dan produksi yang tinggi. Namun keturunan jagung hibrida tidak dapat digunakan sebagai benih, sehingga petani harus membeli benih hibrida lagi untuk tanaman berikutnya. Selain jagung manis
(27)
7 hibrida, terdapat jagung manis bersari bebas (OP). Jagung manis OP juga
merupakan jagung hibrida, namun jantannya tidak jelas, yang diketahui hanya betinanya saja. Jagung manis OP bertujuan untuk merakit lini betina yang unggul. Sehingga jagung manis OP dapat digunakan sebagai benih untuk bahan tanaman berikutnya.
Penelitian ini menggunakan tiga lini jagung manis hibrida dan tiga lini jagung manisOpen Pollinated(OP). Penggunaan varietas jagung manis yang berbeda di maksudkan untuk membandingkan penampilan vegetatif dan generatif dari kedua varietas tersebut. Melalui perbandingan tersebut diharapkan mendapatkan lini jagung manis OP yang hasilnya setara dengan jagung manis hibrida F1 yang di tanam.
Lini jagung manis hibrida F1 yang digunakan yaitu keturunan pertama dari persilangansugary enhancer(se) x Srikandi hibrida F1, Srikandi hibrida F1 x sugary enhancer(se), dan Srikandi SegreganSelf1. Jagung Srikandi merupakan jagung biasa yang memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit bulai. Dilakukan persilangan dengan jagung manis agar menghasilkan jagung manis yang tahan terhadap penyakit bulai. Selain itu jagung Srikandi memiliki daya kecambah tinggi, sehingga persilangan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan jagung manis yang memiliki penampilan seperti jagung biasa agar persentase
pertumbuhannya tinggi.
Jagung manisOpen Pollinated yang digunakan yaitu lini jagung manis LASS yang mengandung gensugary enhancer(se), genshrunken(sh), dan gensugary (su). Gen resesif yang terdapat pada jagung manis mempengaruhi sintesis
(28)
8 karbohidrat pada endosperm, sehingga mempengaruhi komposisi gula dan pati di dalam endosperm yang mempengaruhi tingkat kemanisan pada jagung manis.
Bahan tanaman yang digunakan adalah kuning bulat yang diseleksi dari tongkol dwi warna dan segregasi biji kisut. Jagung manis biji kuning bulat memiliki daya kecambah lebih tinggi dibandingkan biji kisut. Jagung manis kuning bulat yang ditanam merupakan jagung nir manis, diharapkan dariselfjagung manis kuning bulat akan menghasilkan segregasi warna dan bentuk biji serta perbaikan tampilan fisik dan vigor benih yang kemudian dapat diseleksi untuk pemuliaan tanaman. Segregasi warna akan menghasilkan jagung manis dwi warna, sedangkan
segregasi biji kisut akan menghasilkan rasa manis pada jagung dalam satu tongkol meskipun tidak semua biji kisut.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan yaitu
(1) Terdapat lini jagung manis bersari bebas (OP) yang kinerjanya setara dengan jagung hibrida F1.
(2) Dihasilkan lini jagung manis yang bersegregasi dan dwi warna dengan proporsi 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat : 1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut, dari hasilSelfenam lini jagung manis.
(3) Terdapat nilai ragam genetik dan heritabilitasbroad-senselini hibrida dan bersari bebas untuk program pemuliaan tanaman jangka panjang.
(29)
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS
Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil
perbandingan tampilan fenotipe dengan kadar kualitas jagung umumnya yang biasa dijual di pasaran seperti CPI, Bisi, C7, Golden Bantam Super Sweet dari Belanda dan Pioneer Super Sweet dari Perancis. Jagung-jagung tersebut kemudian dijadikan sebagai induk calon LASS. Dalam induk jagung manis terdapat gensugary(su), shrunken(sh) danbrittle(bt). Kandungan gen su, sh dan bt tersebut lalu ditransformasikan ke LASS.
Transformasi gen yang positif bagi peningkatan kadar kualitas jagung LASS dilakukan dengan penanaman beberapa jenis jagung di lahan terbuka hingga terjadi penyerbukan alami antar tetua (polinasi terbuka). Selain itu dilakukan penyerbukan buatan antara alat kelamin jantan (polen) dengan alat kelamin betina (putik) dalam satu tanaman yang menjadi calon LASS. Penyerbukan dilakukan agar dapat menghasilkan benih jagung yang memiliki viabilitas (daya
berkecambah benih), vigor benih (kekuatan hidup benih) serta dapat mewarisi sifat-sifat unggul yang dibawa dari induknya.
(30)
10 Berdasarkan hasil tes di laboratorium jagung manis LASS memiliki tingkat
kemanisan mencapai 26 %, sedangkan jagung umumnya hanya mempunyai tingkat kemanisan sekitar 18 %. Selain itu, LASS juga mengandung kadar asam amino (lisin) 12 %, sedangkan jagung biasa hanya 6 %. Kandungan minyaknya mencapai 6 %, sedang jagung biasa hanya 3 %.
Jagung manis LASS memiliki kelebihan panen lebih muda dari pada jagung umumnya. Jagung manis umumnya membutuhkan waktu panen selama 4 bulan, LASS hanya butuh waktu 2 bulan. Kemudian, LASS juga terbukti tahan penyakit bulai. Jika jagung biasa tiga hari pasca panen tidak berhasil dijual, maka akan busuk, sedangkan LASS dapat disimpan dalam waktu beberapa minggu.
Kelemahan jagung manis LASS adalah dalam budidaya membutuhkan keterampilan. Keterampilan petani dalam menanam benih jagung amat
diperlukan karena kemampuan berkecambah LASS sangat rendah, yaitu sekitar 56 %. Jagung manis LASS daya kecambahnya rendah karena bijinya berbentuk kisut (keriput). Karena kisut maka dikatakan jagung tersebut tidak berkualitas (Hikam, 2007).
2.2 Morfologi Jagung Manis
Jagung manis termasuk ke dalam familiGraminaedalam taksonomi tumbuhan, yaitu suku rumput-rumputan dengan genusZeadan nama spesiesnyaZea mays sacharathaSturt. Tanaman jagung termasuk tanaman semusim(annual).
Morfologi tanaman jagung manis terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah (Subekti dkk., 2013).
(31)
11 Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris, tidak berlubang, dan beruas-ruas sebanyak 8–20 ruas. Pertumbuhan batang tidak hanya memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau membesar, bahkan batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3–4 cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas ke bawah ataupun sebaliknya.
Daun tanaman jagung manis terdiri dari beberapa struktur yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung, sedangkan lidah daun tarletak di atas pangkal batang, serta telinga daun bentuknya seperti pita yang tipis dan
memanjang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara antara 12–18 helai, bergantung varietas dan umur tanaman (Subekti dkk., 2013).
Bunga tanaman jagung manis bila dilihat dari sifat penyerbukannya termasuk ke dalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini bersifatmonoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah pada bunga yang berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman. Bunga jantan jagung berinduk malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal dan terletak pada ujung batang. Masing-masing bunga jantan mempunyai tiga stamen dan satu pistil rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-buku berupa tongkol. Tangkai putik pada bunga betina
menyerupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik keluar dari tongkol untuk menangkap serbuk sari. Bunga betina memiliki pistil tunggal dan stamen rudimenter (Subekti dkk., 2013).
(32)
12 Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol yang tersusun. Kemudian pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus buah jagung. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/kisut (Subekti dkk., 2013).
2.3 Jagung Hibrida
Jagung varietas hibrida adalah keturunan pertama (F1) dari persilangan antara: varietas x varietas, varietas x galur, atau galur x galur yang berbeda genotipe. Hal yang diperlukan dalam pembuatan varietas hibrida adalah pembuatan galur murni. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur homozigot disilangkan akan
diperoleh generasi F1 yang heterozigot. Benih tersebut yang ditanam sebagai varietas hibrida (Sprague, 1977).
Suatu galur sebelum dijadikan tetua dalam persilangan untuk menghasilkan varietas, perlu diketahui daya gabungnya. Daya gabung merupakan suatu ukuran kemampuan genotipe tanaman dalam persilangan untuk menghasilkan tanaman unggul. Daya gabung umum adalah kemampuan individu tetua untuk
menghasilkan keturunan yang unggul jika disilangkan dengan rata - rata
penampilan keturunan dari persilangan satu tetua dengan sejumlah tetua lainnya. Daya gabung khusus adalah kemampuan individu tetua untuk menghasilkan keturunan yang unggul jika disilangkan dengan kombinasi yang spesifik dengan tetua lainnya. Hasil evalusi daya gabung dilanjutkan dengan uji daya hasil
(33)
13 pendahuluan dan uji multilokasi. Pada akhirnya calon varietas yang unggul
berdasarkan uji pendahuluan dan uji multilokasi dapat dilepas menjadi varietas baru (Sujiprihati dkk., 2012).
2.4 Jagung bersari bebas (open pollinated)
Varietas jagung bersari bebas (Open Pollinated) dapat berupa varietas sintetik maupun komposit. Varietas sintetik dibentuk dari beberapa galur inbrida yang memiliki daya gabung umum yang baik, sedangkan varietas komposit dibentuk dari galur inbrida, varietas bersari bebas, dan hibrida. Dalam pembentukan varietas bersari bebas yang perlu diperhatikan adalah populasi dasar yang akan diperbaiki dan metode yang digunakan dalam perbaikan populasi tersebut.
Varietas sintetik adalah populasi bersari bebas yang berasal dari silang sesamanya (intercross) antar galur inbrida, yang diikuti oleh perbaikan melalui seleksi. Pembentukan varietas sintetik diawali dengan pengujian silang puncak (persilangan galur dengan penguji) untuk menguji galur, terutama untuk menentukan daya gabung umum galur-galur yang jumlahnya banyak. Varietas sintetik merupakan hasil sementara dari program pembentukan hibrida (Mejaya, 2005).
2.5 Gen Resesif Jagung Manis
Menurut Syukur dan Rifianto (2013), jagung manis adalah mutasi yang terjadi secara alami di dalam gen yang mengontrol konversi gula menjadi pati dalam endosperm biji. Tiga gen utama yang mengatur rasa jagung manis yaitu gen sugary enhancer(se), genshrunken(sh), dan gensugary(su). Kultivar jagung
(34)
14 manis yang mengandung gensu,perubahan gula menjadi pati secara cepat setelah panen jika tongkol tidak berada dalam temperatur rendah. Kultivar jagung manis yang mengandung gehsh,akumulasi gula pada biji dan mereduksi pati saat menjadi benih (biji matang fisiologis). Kandungan gula total lebih tinggi dibandingkan jagung normal. Kultivar yang mengandung genshsetelah panen tidak langsung mengkonversi gula menjadi pati. Setelah panen rasa manisnya bertahan untuk waktu yang cukup lama. Tipe jagung manisshtingkat
kemanisannya lebih tinggi dibandingkansu. Kultivar jagung manis yang mengandung gense, konversi gula menjadi pati prosesnya lama karena kandungan gulanya lebih tinggi. Jagung manis yang mengandung gense cenderung memiliki perikarp yang lebih tipis sehingga penangannya harus lebih hati-hati.
Gensu2dansh2sudah umum digunakan dalam pembuatan hibrida varietas jagung manis. Gensh2menyebabkan rasa manis yang dapat bertahan lebih lama karena setelah panen kandungan gulanya tidak langsung dikonversi menjadi pati sehingga disebutsupersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu genotipe maka disebutsugary supersweet. Kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada setiap kultivar jagung manis, bergantung pada derajat kerutannya. Benih jagung manis dapat dikenali dari bentuk bijinya yang berkerut, tetapi dari kerutan biji tidak bisa diketahui gen-gen mana yang mengontrol rasa manis pada biji jagung (Lertrat dan Pulam, 2007).
(35)
15
2.6 Persilangan Jagung Manis
Tanaman jagung manis termasuk dalam tipe penyerbukan silang (cross
pollinated) . Penyerbukan buatan baik penyerbukan sendiri (persilangan dalam) atau penyerbukan silang adalah kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan pemuliaan tanaman jagung. Persilangan dalam bertujuan untuk mendapatkan galur-galur yang terbaik dan bersifat homozigot, sedangkan persilangan antara 2 galur bertujuan untuk menggabungkan sifat-sifat baik dari keduanya, persilangan ini sering dilakukan dalam penciptaan varietas unggul jagung baik itu hibrida atau varietas bersari bebas (Maintang dan Maryam, 2013).
Tanaman jagung adalah protandry pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (antesis) 1—3 hari sebelum rambut bunga betina muncul. Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2—3 cm dari ujung malai, kemudian turun ke bawah. Satu bulir anter melepas 15— 30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam karena kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan keluarnya malai tidak terpengaruh.
Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti pada cekaman kekeringan dan
(36)
16 temperatur tinggi. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol.
Hampir 95 % dari persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop), sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari
berlangsung 3—6 hari, bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3—8 hari. Serbuk sari masih tetap hidup dalam 4—16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam 24—36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10—15 hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering (Subekti dkk., 2013).
2.7 PersilanganSelf Jagung Manis
Persilanganselfpada tanaman jagung akan menyebabkan peningkatan
homozigositas. Tanaman jagung manis yang diselfakan mengalami segregasi dan menyebabkaninbreeding deprission. Deprisi inbriding merupakan
kemunduran vigor, yaitu berkurangnya ukuran dari standar normal. Terjadi kemunduran tingkat kesuburan reproduksi dibandingkan dengan tetuanya (Mangoendidjojo, 2003).
Penyerbukan sendiri atau silang dalam pada tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi genotipe yang homozigot bertambah, dan genotipe heterozigot berkurang. Hal
(37)
17 tersebut akan menyebabkan penurunan vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam (inbreeding depression) (Takdir, 2007).
2.8 Segregasi pada Jagung Manis
Menurut Kusumah (2012), dalam hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa suatu pasangan gen bersegregasi atau berpisah satu dengan yang lainnya menjadi gamet-gamet. Menurut Yusuf dkk. (2008), segregasi genetik merupakan
pemisahan alel pada fenotipe suatu sifat yang terjadi akibat adanya persilangan (hibrid). Persilangan antara jagung manis dengan jagung nirmanis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan jagung dengan tampilan seperti jagung nirmanis, tetapi dengan rasa manis seperti jagung manis.
Mendel melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola perwarisan dua macam sifat seketika. Salah satu di antaranya adalah persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2,masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1 (Kuswandi, 2012).
2.9 Ragam Genetik dan Heritabilitas
Pendugaan heritabilitas bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar suatu karakter dapat diwariskan. Heritabilitas adalah perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe dari suatu karakter. Heritabilitas merupakan parameter penting dalam pemuliaan tanaman jagung.
(38)
18 Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik
(Sudarmadji dkk., 2007).
Nilai ragam genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu seleksi dalam pemuliaan tanaman. Semakin besar nilai ragam genetik yang terdapat di dalam suatu populasi tanaman semakin mudah bagi pemulia untuk memilih genotipe-genotipe terbaik yang diinginkan (Hikam, 2010). Jika nilai ragam genetik yang didapat tidak berbeda dari nol (< 1 GB), tampilan fenotipenya seragam sehingga sulit untuk menentukan genotipe-genotipe yang terbaik.
Nilai heritabilitas yang lebih besar dari nol menunjukkan karakter-karakter tetua tersebut lebih mudah diwariskan kepada keturunannya. Hal itu memberi peluang besar untuk memperbaiki sifat genetik pada kultivar-kultivar tersebut melalui program seleksi. Nilai heritabilitas suatu karakter perlu diketahui untuk menduga kemajuan dari suatu seleksi. Selain itu juga dapat mengetahui apakah karakter yang diwariskan dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Nilai koefesien keragaman genetik (KKg) menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap 2g.
Semakin kecil nilai KKg semakin homogen data yang diperoleh dan semakin baik analisis 2gyang di lakukan (Saputri dkk., 2013).
(39)
19
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pahoman, Tanjung Karang, Bandar Lampung pada bulan Oktober 2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga lini jagung manis hibrida F1 dan tiga lini jagung manisOpen Pollinated(OP). Seluruh bahan tanaman yang digunakan adalah kuning bulat yang diseleksi dari tongkol dwi warna. Lini
jagung manis hibrida F1 yang digunakan yaitu keturunan pertama dari persilangan sugary enhancer(se) x Srikandi hibrida F1, Srikandi hibrida F1 xsugary
enhancer(se), dan Srikandi SegreganSelf1. Sedangkan jagung manisOpen Pollinated yang digunakan yaitu lini jagung manis yang mengandung gensugary enhancer(se), genshrunken(sh), dan gensugary(su), tanah, kotoran sapi,
furadan.
alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibeg, cangkul, karung, selang, meteran, karet gelang, gunting, mistar, jangka sorong, refraktometer, kertas buram dan alat tulis.
(40)
20
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. Pada setiap lini jagung masing-masing tiga ulangan terdiri dari tiga sampel tanaman. Data yang diperoleh dirata-ratakan, kemudian diuji Barlett dan Levene untuk kehomogenan antarperlakuan. Selanjutnya data akan dianalisis dengan analisis ragam untuk memperoleh kuadrat nilai tengah harapan yang digunakan untuk menduga ragam genetik ( 2g), heritabilitasbroad-sense(h2BS), dan koefisien keragaman genetik (KKg). Pemeringkatan kinerja lini dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Data akan dianalisisBoxplot untuk membandingkan dengan standar komersiil jagung. Segregasi warna dan bentuk biji yang terjadi diuji dengan UjiGoodness of Fitmenggunakanchi-squared.
Tabel 1. Analis Ragam.
Sumber keragaman dk JK KNT F-Hitung KNT Harapan
Ulangan u–1 JK3 KNT3 KNT/KNT1
Lini v–1 JK2 KNT2 KNT2/KNT1 2+u2g
Galat (u-1)(v-1) JK1 KNT1 2
Total (uv)-1
Keterangan : dk :derajat kebebasan JK :Jumlah Kuadrat KNT :Kuadrat Nilai Tengah
Pendugaan ragam genetik ( 2g). heretabilitasbroad-sense(h2BS) dan koefisien keragaman genetik (KKg) dianalisis dengan rumus :
2
(41)
21
GB 2g = x ( + )
h2BS =
(σ )
( )/ x 100% GB h2BS =
( )/ x 100%
(KKg%) =√ x 100% Keterangan : GB: Galat Baku
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa langkah, yaitu :
3.4.1 Penyiapan media tanam
Media tanam yang digunakan yaitu tanah dan kotoran sapi. Tanah dan kotoran sapi kemudian diaduk hingga tercampur rata dan dimasukkan ke dalam 54 polibeg dengan masing-masing polibeg 10 kg campuran tanah dan kotoran sapi. Polibeg yang telah terisi media tanam disusun ke dalam tiga barisan dengan jarak barisan 70 cm dan jarak dalam barisan 20 cm.
3.4.2 Penyiapan benih dan penanaman
Benih dari tiga lini jagung manis OP dan tiga lini jagung manis hibrida F1 dipilih dan dipipil dari tongkol jagung manis dwi warna. Benih dipilih kuning bulat, kemudian media tanam disiram air hingga kapasitas lapang. Benih jagung ditanaman dengan kedalaman 2—3 cm dengan 1 media tanam berisi 2 benih, sedangkan pada jagung manisShOP ditanam 1 benih pada setiap polibeg.
(42)
22 3.4.3 Pemeliharaan
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan satu minggu tiga kali dengan volume penyiraman hingga kapasitas lapang setiap polibeg.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap satu minggu sekali secara manual.
3) Pemberian Furadan
Ditambahkan Furadan secukupnya setiap polibeg untuk mencegah serangan serangga terhadap benih.
4) Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan memilih satu tanaman terbaik untuk setiap polibeg dengan menggunting tanaman yang tidak diinginkan hingga kebagian pangkal batang. Penjarangan dilakukan setelah 14 hari setelah tanam.
3.4.4 Penyungkupan bunga jantan dan betina
Penyungkupan bunga jantan (malai) dilakukan apabila 1/3 dari malai bendera pecah. Penyungkupan bunga betina dilakukan ketika rambut dari tongkol muda telah muncul 1—2 helai, kemudian ujung kelobot tongkol ditekuk hingga terlihat ujung tongkol muda lalu potong ujung kelobot kemudian dilakukan
(43)
23 3.4.5 Polinasi
Polinasi dilakukan satu hari setelah penyungkupan bunga betina matang. Polinasi dilakukan dengan cara menyerbuki tongkol dengan malai dari tanaman jagung yang sama.
3.4.6 Sampling
Sampling dilakukan pada 16 hari setelah tanggal polinasi. Kegiatan sampling yaitu mengukur panjang, diameter, jumlah baris tongkol, serta kadar gula yang terkandung pada biji jagung. Sampling dilakukan dengan memotong ujung kelobot tongkol jagung. Ujung kelobot dibuka secara hati-hati agar kelobot tidak terlepas dari tongkol kemudian dilakukan pengukuran. Setelah selesai
pengukuran tongkol jagung ditutup kembali dengan kertas buram.
3.5 Variabel Pengamatan
Peubah pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Warna ruas kaki (hijau/merah)
Warna ruas kaki dilihat pada bagian bawah batang jagung dengan visual. Terdapat dua warna kaki jagung yaitu merah dan hijau.
(2) Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal batang hingga pangkal keluarnya malai.
(44)
24 (3) Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung yang tumbuh pada batang tanaman jagung. (4) Panjang daun tongkol (cm)
Panjang daun tongkol merupakan daun yang menopang tongkol dan berada di bawah tongkol, diukur menggunakan meteran dari pangkal daun hingga ujung daun.
(5) Lebar daun tongkol (cm)
Lebar daun tongkol diukur dengan mistar tepat di tengah daun tongkol. (6) Jumlah bunga jantan (malai)
Jumlah bunga jantan dihitung jumlah seluruh malai pada tanaman jagung. (7) Pecah anter (hari)
Pecah anter ditentukan saat 1/3 bunga jantan telah pecah. (8) Antesis (hari)
antesis ditentukan saat tongkol jagung mengeluarkan 1 - 2 helai rambut. (9) Kadar sukrosa (oBrix)
Kadar sukrosa ditentukan pada saat 16 hari setelah polinasi dengan menggunakan alat refraktometer.
(10) Panjang tongkol (cm)
Panjang tongkol diukur dari pangkal tongkol hingga ke ujung tongkol dengan menggunakan meteran.
(11) Diameter tongkol (cm)
Diameter tongkol diukur dengan menggunakan jangka sorong pada bagian tengah tongkol jagung.
(45)
25 (12) Jumlah baris biji per tongkol (baris)
Jumlah baris biji per tongkol dilakukan dengan menghitung jumlah baris biji dalam tongkol.
(13) Segregasi yang terjadi
Segregasi yang terjadi ditentukan dengan cara menghitung jumlah biji kuning bulat, kuning kisut, putih bulat, putih kisut.
(14) Bobot 100 butir (g)
Bobot 100 butir diperoleh dengan mengambil 100 butir biji kering dari setiap tongkol kemudian ditimbang.
(15) Bobot biji pertongkol (g)
Bobot biji pertongkol diperoleh dengan menimbang biji pertongkol setelah dipipil.
(16) Produksi per m2(g)
Produksi per m2diperoleh dengan cara menambahkan bobot ketiga sampel tanaman dari setiap ulangan lalu dibagi dengan 0,42 m2.
(46)
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu
(1) Tercapainya tujuan bahwa jagung manis lini Se OP dan Su OP kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1.
(2) Tercapainya tujuan menghasilkan jagung manis segregasi (benih manis dalam bentuk biji bulat dan dwi warna) dalam satu tongkol jagung manis pada 6 lini jagung yang ditanam.
(3) Ragam genetik dan heritabilitas terbukti pada karakter pecah anter, jumlah daun, jumlah bunga jantan, bobot 100 butir, bobot biji pertongkol, dan produksi per m2sehingga seleksi untuk pemuliaan tanaman dapat dilakukan.
5.2 Saran
(1) Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan di lahan dengan penambahan pupuk kimia, untuk mengoptimalkan kinerja dari tanaman jagung manis yang ditanam.
(2) Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mendapatkan nisbah harapan 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat :1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut
(47)
58 dengan mengutamakan nisbah harapan mendel 9 Kuning Bulat : 7 Kuning kisut dengan jumlah sampel tanaman yang lebih banyak.
(48)
60
PUSTAKA ACUAN
Febriliya, E. 2014. Evaluasi segregasi warna dan bentuk biji pada lima lini tetua jagung manis LASS. Skripsi. Universitas Lampung. 68 hlm.
Fitrianti, N. 2011. Interpretasi sifat vegetatif dan generatif pada inbred jagung berdasarkan peubah termodifikasi. Skripsi. Universitas lampung. 40 hlm. Hikam, S. 2007. Di dalam M. Yamin. Jagung LASS tawarkan nilai lebih.
http://myaminpancasetia.wordpress.com/2007/02/02/118/html. Hikam, S. 2009. Pemanfaatan segregasi epistatik dan peningkatan efisiensi
kalmodulin pada biji dalam perakitan jagung manis hibrid. Abstrak. Universitas Lampung. http://epistatikunila.blogspot.com/2009/06/ pemanfaatan-segregasi-epistatikdan.html.
Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 31 hlm.
Irfan, N. 2009. Seleksi sifat interes dan komponen genetik pada varietas jagung manis segregan biji bulat dengan penampisan kalsium. Skripsi. Universitas Lampung. 46 hlm.
Koswara, S. 2009. Teori dan Praktek Teknologi Pengolahan Jagung. Ebook pangan.com.
Kusumah, D.A. 2012. Mendelian dan pewarisan sifat. http://taniyok.blogspot/ com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Kuswandi, P. C. 2012. Genetika Mendel. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pendidikan/Paramita%20Cahyaningrum%20Kuswandi,%20M.Sc/2.%20Gen etika%20Mendel.pdf.
Lertrat, K., and Pulam. 2007. Breeding for increased sweetness in sweet corn. Int Journal Plant Breed.Vol. 1(1): 27-30.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman.Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 181 hlm.
(49)
60 Maintang dan Maryam. 2013. Pengaruh waktu penyerbukan terhadap
keberhasilan pembuahan jagung pada populasi Satp-2 (S2)C6. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Sudiang. Jurnal Agribisnis Kepulauan.Vol. 2 : 94–108.
Mejaya, M.J., M. Azrai, dan R. N. Iriani. 2005. Pembentukan varietas unggul bersari bebas. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/images/stories/ sepuluh.pdf.
Palungkun dan Budiarti. 2000.Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hlm.
Rismawati, S. 2011. Analisis karakter interes, komponen genetik dan segregasi biji empat pedigri jagung manis inbred berdasarkan peubah termodifikasi. Skripsi. Universitas Lampung. 62 hlm.
Santoso, I. 2012. Pembentukan varietas hibrida. https://jagungbns.wordpress/ .com/tag/pembentukan-varietas-hibrida.
Sari, Y. U. 2010. Analisis genetika kuantitatif untuk sifat vegetatif dan generatif pada tiga kultivar jagung manis. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 16.
Saputri, T.Y., S. Hikam, dan P.B. Timotiwu. 2013. Pendugaan komponen genetik, daya gabung, dan segregasi biji pada jagung manis kuning kisut. Jurnal Agrotek Tropika.Vol. 1 : 25–31.
Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society of Agronomy, Inc. USA.
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2013. Morfologi dan fase pertumbuhan jagung. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/images/stories/ empat.pdf.
Sudarmadji, R. Mardjono, dan H. Sudarmo. 2007. Variasi genetik, heritabilitas, dan korelasi genotipik sifat-sifat penting tanaman wijen. Jurnal Littri. Vol.13 (3) : 88–92.
Sujiprihati, S., M. Syukur, dan R. Yunianti. 2005. Pendugaan ragam genetik dan heritabilitas beberapa karakter vegetatif dan hasil jagung manis. Jurnal Agrotropika X. Vol. 2 : 75–78.
Sujiprihati, S., M. Syukur, A.T. Makkulawu, dan R.N. Iriany. 2012. Perakitan varietas hibrida jagung manis berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 17 (3) : 159 - 165.
(50)
61 Surtinah. 2008. Waktu panen yang tepat menentukan kandungan gula
biji jagung manis (Zea Mays Saccharata).Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 4 (3) : 1 - 7.
Syukur, S dan Rifianto, A. 2013.Jagung Manis. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Takdir, A. M., S. Sunarti, M. J., Mejaya, 2007. Pembentukan varietas jagung hibrida. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/sembilan.pdf. Yusuf, K., S. Hikam, dan P.B. Timotiwu. 2008. Studi segregasi warna dan bentuk
biji pada jagung manis melalui hibridisasi silang tunggal. Abstrak. Universitas Lampung. http://kiyucup.blogspot.com.
Zubachtirodin dan Firdaus Kasim. 2012. Posisi varietas bersari bebas dalam usaha tani jagung di Indonesia.Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 7 (1) : 25 - 31.
(51)
62
(1)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu
(1) Tercapainya tujuan bahwa jagung manis lini Se OP dan Su OP kinerjanya setara dengan jagung Hibrida F1.
(2) Tercapainya tujuan menghasilkan jagung manis segregasi (benih manis dalam bentuk biji bulat dan dwi warna) dalam satu tongkol jagung manis pada 6 lini jagung yang ditanam.
(3) Ragam genetik dan heritabilitas terbukti pada karakter pecah anter, jumlah daun, jumlah bunga jantan, bobot 100 butir, bobot biji pertongkol, dan produksi per m2sehingga seleksi untuk pemuliaan tanaman dapat dilakukan.
5.2 Saran
(1) Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan di lahan dengan penambahan pupuk kimia, untuk mengoptimalkan kinerja dari tanaman jagung manis yang ditanam.
(2) Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mendapatkan nisbah harapan 9 kuning bulat : 3 kuning kisut : 3 putih bulat :1 putih kisut dan 3 bulat : 1 kisut
(2)
(3)
PUSTAKA ACUAN
Febriliya, E. 2014. Evaluasi segregasi warna dan bentuk biji pada lima lini tetua jagung manis LASS. Skripsi. Universitas Lampung. 68 hlm.
Fitrianti, N. 2011. Interpretasi sifat vegetatif dan generatif pada inbred jagung berdasarkan peubah termodifikasi. Skripsi. Universitas lampung. 40 hlm. Hikam, S. 2007. Di dalam M. Yamin. Jagung LASS tawarkan nilai lebih.
http://myaminpancasetia.wordpress.com/2007/02/02/118/html. Hikam, S. 2009. Pemanfaatan segregasi epistatik dan peningkatan efisiensi
kalmodulin pada biji dalam perakitan jagung manis hibrid. Abstrak. Universitas Lampung. http://epistatikunila.blogspot.com/2009/06/ pemanfaatan-segregasi-epistatikdan.html.
Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 31 hlm.
Irfan, N. 2009. Seleksi sifat interes dan komponen genetik pada varietas jagung manis segregan biji bulat dengan penampisan kalsium. Skripsi. Universitas Lampung. 46 hlm.
Koswara, S. 2009. Teori dan Praktek Teknologi Pengolahan Jagung. Ebook pangan.com.
Kusumah, D.A. 2012. Mendelian dan pewarisan sifat. http://taniyok.blogspot/ com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Kuswandi, P. C. 2012. Genetika Mendel. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pendidikan/Paramita%20Cahyaningrum%20Kuswandi,%20M.Sc/2.%20Gen etika%20Mendel.pdf.
Lertrat, K., and Pulam. 2007. Breeding for increased sweetness in sweet corn. Int Journal Plant Breed.Vol. 1(1): 27-30.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman.Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 181 hlm.
(4)
sepuluh.pdf.
Palungkun dan Budiarti. 2000.Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hlm.
Rismawati, S. 2011. Analisis karakter interes, komponen genetik dan segregasi biji empat pedigri jagung manis inbred berdasarkan peubah termodifikasi. Skripsi. Universitas Lampung. 62 hlm.
Santoso, I. 2012. Pembentukan varietas hibrida. https://jagungbns.wordpress/ .com/tag/pembentukan-varietas-hibrida.
Sari, Y. U. 2010. Analisis genetika kuantitatif untuk sifat vegetatif dan generatif pada tiga kultivar jagung manis. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 16.
Saputri, T.Y., S. Hikam, dan P.B. Timotiwu. 2013. Pendugaan komponen genetik, daya gabung, dan segregasi biji pada jagung manis kuning kisut. Jurnal Agrotek Tropika.Vol. 1 : 25–31.
Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society of Agronomy, Inc. USA.
Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2013. Morfologi dan fase pertumbuhan jagung. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/images/stories/ empat.pdf.
Sudarmadji, R. Mardjono, dan H. Sudarmo. 2007. Variasi genetik, heritabilitas, dan korelasi genotipik sifat-sifat penting tanaman wijen. Jurnal Littri. Vol.13 (3) : 88–92.
Sujiprihati, S., M. Syukur, dan R. Yunianti. 2005. Pendugaan ragam genetik dan heritabilitas beberapa karakter vegetatif dan hasil jagung manis. Jurnal Agrotropika X. Vol. 2 : 75–78.
Sujiprihati, S., M. Syukur, A.T. Makkulawu, dan R.N. Iriany. 2012. Perakitan varietas hibrida jagung manis berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 17 (3) : 159 - 165.
(5)
Surtinah. 2008. Waktu panen yang tepat menentukan kandungan gula
biji jagung manis (Zea Mays Saccharata).Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 4 (3) : 1 - 7.
Syukur, S dan Rifianto, A. 2013.Jagung Manis. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Takdir, A. M., S. Sunarti, M. J., Mejaya, 2007. Pembentukan varietas jagung hibrida. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bjagung/sembilan.pdf. Yusuf, K., S. Hikam, dan P.B. Timotiwu. 2008. Studi segregasi warna dan bentuk
biji pada jagung manis melalui hibridisasi silang tunggal. Abstrak. Universitas Lampung. http://kiyucup.blogspot.com.
Zubachtirodin dan Firdaus Kasim. 2012. Posisi varietas bersari bebas dalam usaha tani jagung di Indonesia.Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 7 (1) : 25 - 31.
(6)