Gumelar dan Dahyat 2002:127 merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau
kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki
kompetensi 1 aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus
beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, 2 pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan 3
mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Johnson sebagaimana dikutip Anwar 2004:63 mengemukakan
kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
Arikunto 1993:239 mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator 1 interaksi guru
dengan siswa, 2 interaksi guru dengan kepala sekolah, 3 interaksi guru dengan rekan kerja, 4 interaksi guru dengan orang tua siswa, dan 5 interaksi guru dengan
masyarakat.
D. Karakteristik Kompetensi
44
Untuk dapat mengenal dan memahami secara mendalam tentang kompetensi serta ciri atau karakteristik yang melatarbelakanginya, berikut ini akan dikemukakan
beberapa karakteristik kompetensi menurut para pakar, dan pandangan mereka. Menurut pendapat Somantri 2004, karakteristik kompetensi meliputi lima
aspek yaitu 1. Motif, yaitu apa yang mendorong perilaku yang mengarah dan dipilih untuk
melakukan kegiatan atau tujuan tertentu. 2. Sifat atau ciri bawaan, meliputi ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat tetap
terhadap situasi atau informasi. 3. Konsep diri, meliputi sikap, nilai atau self image dari orang-orang.
4. Pengetahuan , yaitu informasi yang dimiliki orang-orang khususnya pada bidang
yang spesifik. 5. Keterampilan, yaitu kemampuan untuk mengerjakan atau melaksanakan tugas-tugas
fisik dan mental tertentu. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Lazarus 1985, karakteristik kompetensi
meliputi aspek fisik, psikhis, dan kontribusi kedua aspek tertentu untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu pula. Dikaitkan dengan lima karakteristik yang dikemukakan
Somantri seperti tersebut di atas, tampak bahwa Lazarus mengemukakan karakteristik kompetensi bersifat umum, tetapi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang
dikemukakan Somantri diatas.
E. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Individu
Melalui studi literatur ditemukan bahwa ternyata terdapat begitu banyak faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi individu. Lazarus 1985, Hall 1978. Norton
1987, dan More 1990 sepakat bahwa factor yang mempengaruhi kompetensi individu meliputi: “bakat, sikap, minat, motivasi, nilai, cita-cita, cara pandang,
pengetahuan, keterampilan, lingkunga fisik dan non fisik, kesempatan, niat baik,
45
kesungguhan hati, kesetiaan terhadap visi pribadi atau impian yang ingin diwujudkan, dan bantuan orang lain.
Menurut Mulyasa, 2008: 187-192 uji kompetensi guru, baik secara teoritis maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Yakni ; 1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan professional guru.
Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa yang perlu mendapat pembinaan secara
kontinyu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal. 2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru.
Banyaknya calon guru mengakibatkan perlunya seleksi penerimaan guru untuk memilih guru sesuai dengan kebutuhan. Untuk keperluan tersebut perlu
ditetapkan kriteria secara umum kompetensi-kompetensi dasar yang perlu dipenuhi sebagai syarat untuk menjadi guru.
3. Untuk mengelompokan guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi, guru-guru dapat dikelompokan berdasarkan
hasilnya, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok kurang sehingga perhatian dan pembinaan dapat meningkatkan kompetensinya.
4. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan kurikulum Keberhasilan pendidikan tercermin dalam kualitas pembelajaran, dan
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini harus dijadikan acuan oleh lembaga yang mempersiapkan calon guru atau calon tenaga
kependidikan, karena keberhasilan tersebut terletak pada berbagai komponen dalm proses pendidikan di lembaga pendidikan.
5. Merupakan alat pembinaan guru. Untuk memperoleh guru yang kreatif, professional, dan menyenangkan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, perlu ditetapkan jenis kompetensi yang perlu dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat diterima menjadi guru. Setiap guru
46
yang memenuhi syarat diharapkan berhasil dalam mengemban tugas dan fungsinya, dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar Kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik tidak saja ditentukan oleh
manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, uji kompetensi guru akan
mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan dengan
perkembangan kebutuhan dan pembelajaran. Secara garis besar terdapat dua elemen kompetensi guru yaitu dari kondisi
internal dan kondisi eksternal. Dari laporan penelitian Sutama 2005:160 menyatakan, kondisi internal guru dapat berupa kemampuan, kecakapan interpersonal, serta
kecakapan teknis. Sedangkan kondisi eksternal berupa kondisikondisi yang berada di luar kendali guru. Menurut Slamet 1991 disebutkan bahwa salah satu elemen yang
memberi sumbangan besar terhadap sekolah yang efektif adalah guru yang berkualitas yaitu guru yang bermutu dan beretos kerja andal.
Dalam makalahnya Wijoyo 2002:9 menuturkan penentu kompetensi guru yang jarang dipermasalahkan adalah “pengalaman”, padahal ini soal yang sangat
menentukan dalam perjalanan hidup apalagi karir seseorang., sekaligus menentukan tinggi rendahnya derajat mutu dan relevansi pendidikan. Istilah kerennya “jam terbang”
dan sering dikaitkan dengan “track record”. Celakanya pengalaman sering disalah artikan sebagai “masa kerja”. Orang yang lama masa kerjanya otomatis dianggap
banyak pengalamannya, dan lebih gawat lagi salah arti ini dilembagakan dalam peraturan kepegawaian negeri sipil. Setiap 4 tahun PNS berhak naik pangkat meskipun
belum tentu dia menunjukkan pengalaman prestasi yang memadai. Padahal, pengalaman sama sekali bukan masa kerja, melainkan nilai-nilai hasil observasi kritis
47
seseorang terhadap peristiwa sekililingnya yang direkonstruksi dan
dikonsolidasikannya. Pengalaman tidak selalu tergantung pada masa kerja atau usia seseorang.
Dari jurnal penelitian Sugiarto 2003:122 dinyatakan bahwa untuk memperoleh kemampuan guru mengelola pembelajaran yang tinggi, harus didukung oleh motivasi
kerja, etos kerja, pengalaman mengajar yang banyak, jenis dan lama penataran yang banyak dan tingkat pendidikan yang tinggi. Dari penelitian Sutama 2005:157–158
ditemukan bahwa partisipasi aktif dalam MGMP dapat meningkatkan kinerja atau kompetensi guru. Sedangkan dari penelitian Djumali 2005:42 dinyatakan bahwa
faktor penghasilan merupakan faktor utama bagi peningkatan kinerja atau kompetensi guru. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi guru dalam pembelajaran.
Menurut peneliti, ada beberapa faktor yang strategis dalam arti sangat dominan mempengaruhi kompetensi guru yang dapat diamati dan diukur, serta secara umum
dimiliki dan dilakukan guru, antara lain : etos kerja, pengalaman mengajar, pendidikan, kesejahteraan, status kepegawaian, beban mengajar, keterlibatan dalam MGMP, dan
sarana prasarana sekolah.
F. Standar Kompetensi Guru Geografi Pada Sekolah Menengah