1.7. Masalah Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuaatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan
spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan
sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian didukung dengan tanda fisik
seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat Hidayat, 2009. Distres spiritual terdiri atas:
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau
dari penderitaan yang berat. 2.
Spritual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan
keagamaan.
2. Konsep Kecemasan
2.1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan
individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting
Universitas Sumatera Utara
dalam usaha memelihara keseimbangan hidup Suliswati, Payapo, Maruhawa, Sianturi, Sumijatun, 2004.
May menyatakan dalam Stuard dan Laraia 2001; dalam Suliswati dkk 2004 bahwa aspek positif individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan
dan pengalaman mengatasi kecemasan. Pengalaman yang memicu terjadinya kecemasan dimulai sejak bayi dan berlangsung terus sepanjang kehidupan.
2.2. Tingkat Kecemasan
Peplau 1963 dikutip dari Stuart dan Sundeen, 1998; Purba dkk, 2008 mengidentifikasikan ansietas dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan
persepsi yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menerima informasipengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam diri lingkungannya. Tingkatan
ansietas itu adalah sebagai berikut: 1.
Ansitas ringan Cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. 3.
Ansietas berat Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tenang hal yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Panik
Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalamai kehilangan kendali, orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Rentang Respon kecemasan Respon
Adaptif Respon
Maladaptif
Antisipasi Ringan
Sedang Berat
Panik Sementara itu, Hall dan Lindzey 1993 dalam Purba dkk 2008 membagi ansietas atas
tiga yaitu: 1.
Ansietas realita, neurotik, dan moral adalah rasa khawatir akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat ansietasnya sangat tergantung kepada ancaman nyata.
2. Ansietas neurotik adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum. 3.
Ansietas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan norma moral.
Universitas Sumatera Utara
Sue dkk. dikutip dari Kartika, 1995; dalam Purba dkk, 2008 menyebutkan bahwa manifestasi ansietas terwujud dalam empat hal berikut ini:
1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali memikirkan
tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi. 2.
Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.
3. Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare,
sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah, dan lain-lain. Hampir semua pasien ansietas menunjukan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan
tegangan darah. 4.
Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.
2.3. Tanda dan Gejala