2000-2001.
Gambar 3 Realisasi dan Prediksi Pertumbuhan Nilai Ekspor Barang Cina dan Indonesia, 1997-2004
6.8 20.9
0.5 6.1
12 10
22.3 27.9
12.2
-10.5 1.7
5.5 3
1.1 -12.3
27.6
-15 -10
-5 5
10 15
20 25
30
1997 1998
1999 2000
2001 2002
2003 2004
Cina Indonesia
Sumber: WTO
Tabel 6 Rata-rata per Tahun Pertumbuhan Volume dan Nilai Ekspor Barang Cina dan Indonesia, 1980-90 dan 1990-00
Volume Nilai 1980-90 1990-00 1980-90 1990-00
Cina Indonesia
13,7 8,1
10,6 8,2
12,8 -0,9
14,5 8,1
Sumber: WTO
Tabel 7 Laju Pertumbuhan Volume Ekspor, 2000-2002 dari tahun sebelumnya
Uraian 2000 2001 2002
Dunia Negara Maju
-Jepang -AS
-UE NSB
-Afrika -Amerika Latin
-Asia Barat -Asia Tenggara Timur
-Cina Negara-negara Transisi
10,8 9,2
9,0 11,3
10,0 13,9
2,6 9,7
9,7 15,4
25,8 13,0
-0,9 -1,2
-10,9 -5,9
2,1 -1,5
2,3 -0,1
3,2 -5,4
7,6 8,7
2,0 0,1
9,6 -3,6
0,0 5,8
2,6 0,7
-1,9 4,8
23,6 7,8
Sumber: UNCTAD 2003.
IV.2 Daya Saing dan Faktor-Faktor Penentu Utama
Prestasi Cina ini didorong oleh semakin baiknya tingkat daya saing Cina di pasar global. Daya saing relatif Cina dibandingkan Indonesia untuk sejumlah komoditi tertentu dapat dilihat di Tabel 8, yang dihitung berdasarkan data
yang ada dari Depperindag. Tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk sebagian besar dari produk-produk tersebut, Cina cenderung lebih unggul daripada Indonesia; terutama untuk TPT dan mesin peralatan perkantoran, perbedaan
RCA antara Cina dan Indonesia cukup besar. Untuk sepatu dan sepeda motor dan sepeda lainnya, perbedaan RCA antar kedua negara tersebut cenderung membesar. Keunggulan Indonesia atas Cina yang sangat signifikan hanya pada
produk-produk dari kayu seperti bubur kertas, kayu lapis dan barang-barang dari kayu. Hal ini menunjukkan bahwa
14
dan teknologi rendah hingga menengah.
Tabel 8 RCA Cina dan Indonesia untuk sejumlah Produk: 1996-2000
1996 1997 1998 1999 2000 Jenis Produk
Ind. Cina Ind Cina Ind Cina Ind Cina Ind Cina Bubur kertas pulp
Pakaian jadi Minyak lemak hewani
Minyak nabati Pupuk buatan pabrik
Plastik Barang-barang dari kulit
Kayu lapistripleks Barang-barang dari kayu
Kertas karton TPT lainnya
Produk logam tidak mulia Sepatu
Sepeda motor sepeda lainnya Komponen otomotif
Mesin peralatan kantor 2,38
0,01 0,06
0,05 1,68
0,3 0,04
23,11 7,69
1,06 1,63
0,14 5,66
1,25 0,05
0,07 0,02
0,09 0,02
0,64 0,37
0,13 2,08
0,21 2,42
0,08 6,64
1,42
5,9 1,94
0,11 2,61
2,98 0,02
0,1 0,19
2,35 0,27
0,04
23,24 6,6
1,21 1,07
0,13 4,29
1,25 0,09
0,27 0,02
0,09 0,03
1,08 0,38
0,17 2,16
0,35 2,18
0,09 5,81
1,48 6,03
1,97
0,1 2,61
4,38 0,02
0,21 0,02
1,39 0,29
0,01 17,2
5,27 2,19
0,89 0,11
3,94
1,3 0,1
0,32 0,02
0,13 0,04
0,42 0,28
0,17 2,37
0,212 ,14
0,09 5,43
1,44 6,08
2,06 0,12
2,63 3,1
0,1 0,03
0,03 1,46
0,2 0,09
16,16 6,55
2,46 1,37
0,26 4,75
1,35 0,12
0,31 0,01
0,13 0,03
0,18 0,42
0,14 2,28
0,29 2,29
0,07 5,47
1,47
6,2 2,33
0,16 2,7
2,92 0,12
0,03 0,03
1,41 0,19
0,08
12,69 6,42
2,29 1,57
0,19 4,22
1,19 0,15
0,18 0,01
0,16 0,14
0,19 0,52
015 2,61
0,37 2,32
0,17 5,87
1,4 6,1
3,19 0,18
2,74 Sumber: Depperindag database dan UNIDO database
Peringkat Cina dibandingkan dengan Indonesia dalam daya saing internasional dapat juga diukur dengan indikator-indikator statis, disebut Indeks yang Berlaku CI, poin persentase dari perubahan dalam pangsa pasar dunia,
dan indikator-indikator dinamis, disebut Indeks Perubahan IP. CI dihitung dari beberapa variabel seperti ekspor neto, ekspor per kapita, pangsa pasar dunia, dan diversifikasi produk dan pasar. Sedangkan, IP adalah perubahan dalam
pangsa pasar dunia, cakupan eksporimpor, diversifikasi produk dan pasar, dan korelasi dengan dinamika-dinamika dari permintaan internasional. Hasil perhitungan dari dua indeks ini disajikan di Tabel 9. Dapat dilihat bahwa untuk
produk-produk yang tidak terlalu tergantung pada SDA tetapi lebih pada teknologi dan skill, Cina jauh lebih unggul dibandingkan Indonesia. Bahkan dalam tekstil dan pakaian jadi yang merupakan salah satu produk unggulan ekspor
Indonesia, kinerja Cina di pasar dunia lebih baik daripada Indonesia. Dalam kata lain untuk produk-produk ini Indonesia mendapat persaingan sangat ketat dari Cina masalah persaingan Indonesia dengan Cina untuk tekstil dan
pakaian jadi di pasar dunia akan dibahas lebih lanjut lagi. Juga untuk produk-produk unggulan lainnya, Indonesia mendapat persaingan ketat dari Cina, misalnya produk-produk dari kayu yang mana posisi Cina dalam perubahan di
pasar dunia berada pada peringkat ke dua sedangkan Indonesia di atas 100 dari 184 negara. Juga untuk produk-produk dari kulit, Cina berada pada peringkat pertama 1, sedangkan Indonesia pada posisi ke sembilan 9.
Tabel 9 CI dan IP Indonesia RI dan Cina © untuk Beberapa Produk: 2001
CI Perubahan dalam pangsa pasar dunia
Produk RI C
RI C
Mineral Produk-produk kayu
IT elektronik konsumen Pakaian
Bahan makanan tidak diolah Bahan-bahan kimia
Tekstil Olahan lainnya
Produk-produk dasar Makanan diolah
Komponen listrik Produk-produk kulit
1214 76
1819 75
2825 3432
1211 2222
2741 2323
1617 1513
5051 4243
410 22
4420 2828
1112 1210
3316 2424
2223
66 13773
10628 66
449 16390
1025 37
154 57
13428 117
918 13175
245 141
129 4103
595 16
193 149
614 123
113
15
Keterangan: = peringkat pertama satu berarti kinerjanya paling bagus diantara 184 negara ; = 2000; = CI
Sumber: WTO.
Basri 2003 membuat suatu studi yang menarik. Dengan menggunakan data dari UN COMTRADE Statistics untuk periode 1985-2001, pertumbuhan ekspor dari Cina, Indonesia dan beberapa negara lainnya di dekomposisikan
ke tiga sumber, yakni faktor permintaan, faktor kompetitif dan faktor diversifikasi. Penelitiannya dibagi dalam dua periode, yakni 1995-2001 dan 1985-2001. Hasilnya di Tabel 10 menunjukkan bahwa peningkatan ekspor Indonesia
selama periode 1995-2001 terutama lebih disebabkan oleh faktor permintaan, dan bukan daya saing; sedangkan kalau dianalisis dari tahun 1985 hingga 2001, sumber utama pertumbuhan ekspor Indonesia adalah perbaikan daya saing,
namun jauh lebih rendah dibandingkan Cina. Sedangkan pertumbuhan ekspor Cina sebagian besar bersumber dari tingkat daya saing yang tinggi.
Tabel 10. Dekomposisi dari Pertumbuhan Ekspor Menurut Sumber dari Sejumlah Negara Asia Tenggara dan Timur, 1985-2001 juta dollar AS.
Pertumbuhan 1995-2001 Pertumbuhan 1985-2001
Negara Permintaan Daya
saing Diversifikasi Permintaan Daya
saing Diversifikasi
Cina Hongkong
Indonesia Korea Selatan
Malaysia Filipina
Singapura Taiwan
Thailand Vietnam
Jepang UE 15
NAFTA 43059
12601 7164
21546 18280
4649 27809
27963 8907
520 103104
160661 116775
131306 -14747
5460 14179
3601 17574
-29677 -4814
5811 7640
-132464 -33740
-97125 271
-244 461
1 342
24 -734
117 414
-18 -791
-37 -5259
53155 72668
19129 74832
43462 22844
48574
112240 14857
403 506926
754854 516344
318560 -39096
20828 49337
43146 12843
15041
1096 44655
13310 -232044
-112113 -152427
200 -4700
333 363
795 -71
770 -251
232 -74
-15647 -12225
-9313
Keterangan: = faktor permintaan mengisolasi efek-efek dari peningkatan atau penurunan dalam permintaan global untuk ekspor dari negara-negara lain. Faktor ini memperlihatkan peningkatan atau penurunan ekspor yang akan terjadi apabila tidak ada perubahan dalam pangsa pasar dari negara bersangkutan dari tahun
1985 atau 1995 sebagai periode basis; = faktor ini menunjukkan perubahan ekspor, melebihi atau kurang dari perubahan yang berkaitan dengan perubahan permintaan, yang disebabkan oleh perubahan dalam pangsa pasar ekspor dari negara bersangkutan. Setiap perbedaan; = setiap perbedaan antara perubahan
dalam total ekspor dan jumlah dari faktor permintaan dan faktor daya saing adalah disebabkan oleh faktor diversifikasi. Sumber: Basri 2003 data dari UN COMTRADE Statistics.
Selain indikator-indikator di atas, kuatnya tekanan persaingan dari Cina terhadap ekspor Indonesia dan negara- negara Asia lainnya dapat juga dilihat dari semakin besarnya bagian dari total ekspor Cina dibandingkan Indonesia dan
negara-negara Asia lainnya tersebut ke tiga pasar besar di dunia, yaitu Jepang, AS dan Uni Eropa. Semakin besar porsi dari total ekspor dari suatu negara ke tiga pasar tersebut, berarti semakin tinggi daya saing dari produk-produk ekspor
dari negara tersebut di dunia, karena ketiga negara tersebut merupakan pasar paling penting di dunia, sehingga dapat dikatakan sebagai barometer perekonomian dan perdagangan dunia. Data yang ada menunjukkan bahwa selama
dekade 90an, porsi dari total ekspor Indonesia ke pasar Jepang mengalami suatu penurunan yang drastis, sementara dari Cina mengalami suatu peningkatan, walaupun persentase pertumbuhannya kecil. Cina juga cenderung lebih kuat
dibandingkan Indonesia di pasar AS. Pada awalnya pangsa Cina jauh lebih kecil daripada Indonesia, namun selama 10 tahun tersebut pangsa Cina mengalami suatu kenaikan lebih dari 100, sedangkan kenaikan pangsa Indonesia sangat
kecil. Demikian juga di pasar UE, awalnya Indonesia unggul, namun pada akhirnya Cina melampaui Indonesia Tabel 11.
16
Tabel 11 Pangsa Ekspor Barang dari Cina, Indonesia dan Beberapa Negara Asia lainnya di tiga pasar besar: Jepang, AS dan UE dari total ekspor
Jepang AS Uni
Eropa Ke
Dari 1990
2001 1990
2001 1990 2001 Cina
Hong Kong Korea Selatan
Thailand Vietnam
Indonesia Malaysia
Filipina Singapura
14,7 5,7
18,6 17,2
13,5 42,5
15,3 19,8
8,8 16,9
5,9 11,0
15,3 17,5
20,9 13,3
15,7 7,7
8,5 24,1
28,6 22,7
0,0 13,1
16,9 37,9
21,3 20,4
22,5 20,9
20,3 7,6
15,3 20,2
28,0 15,4
10,0 18,5
14,8 22,7
6,8 12,0
15,4 18,5
15,0 15,4
14,5 13,1
16,1 26,8
13,8 13,6
19,3 13,4
Sumber: Bank Dunia database
Khusus untuk pasar AS, Tabel 12 memperlihatkan perkembangan impor AS dari Cina dan negara-negara pesaing lainnya dari Asia untuk ekspor barang selama periode 1987-2001. Pada tahun awal dari periode tersebut, pangsa pasar
AS dari Cina masih lebih kecil dibandingkan dengan porsi dari negara-negara lainnya tersebut. Namun pada tahun- tahun berikutnya, Cina mulai mengalahkan negara-negara pesaingnya, dan pada tahun 2001 Cina sudah menguasai
sekitar 10,4 dari impor AS, sedikit di bawah Jepang yang tercatat sekitar 10,6; sedangkan ASEAN dan Korea Selatan lebih rendah, yakni masin-masing 6,4 dan 3,1.
Tabel 12 Pangsa Pasar AS dari Cina dan Beberapa Negara Asia Lainnya dari total impor AS
Tahun Total Asia Timur
Cina ASEAN Korea
Selatan Jepang 1987
1990 1995
1997 1999
2001 39,0
36,9 39,6
36,8 35,7
33,4 3,9
5,0 7,5
8,4 9,0
10,5 4,2
5,5 8,3
8,1 7,4
6,4 4,1
3,7 3,3
2,7 3,0
3,1 20,6
18,1 16,6
14,0 12,8
10,6
Sumber: dari Tabel 2 di Quang 2003.
Banyak faktor yang membuat Cina semakin jauh lebih unggul dari Indonesia dan banyak negara lainnya di arena perdagangan internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Diantaranya adalah tingkat produktivitas tenaga
kerjanya yang lebih tinggi dan upah per pekerja yang lebih rendah daripada di Indonesia. Tabel 13 menyajikan hasil proyeksi dari van der Mensbrugghe 1998 mengenai posisi keunggulan komparatif dari Cina dan Indonesia
berdasarkan pertumbuhan rasio output-tenaga kerja sebelum krisis ekonomi 1997, dengan menggunakan model proyeksi LINKAGE. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Cina diprediksi lebih tinggi daripada di Indonesia.
Tabel 13 Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja di Cina dan Indonesia, 2000-2020
Periode Indonesia Cina
2000-2005 2005-2010
2010-2015 2015-2020
1995-2020 5,2
5,4 5,2
5,5 5,3
6,7 7,2
6,6 7,2
7,2
Sumber: van der Mensbrugghe 1998. Keunggulan Cina atas Indonesia dan banyak negara lain dalam produktivitas tenaga kerja menjadi tambah kuat
lagi karena didukung oleh keunggulannya dalam tingkat upah per pekerja. Data dari UNIDO menunjukkan bahwa rata-rata upah per pekerja per tahun dalam dollar AS di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan di Cina dan
17
rupiah terhadap dollar AS Gambar 4. Gabungan dari kedua faktor keunggulan ini membuat suatu tekanan yang kuat terhadap harga dari produk-produk ekspor Cina, sehingga Cina akan semakin unggul dalam persaingan harga.
Gambar 4 Rata-rata Upah per Pekerja per Tahun di Indonesia, Cina dan Vietnam, 1994-1998
200 400
600 800
1000
1994 1995
1996 1997
1998 Vietnam
Cina Indonesia
Sumber: UNIDO MPL 1999.
Secara keseluruhan, dengan semakin baiknya SDM tidak hanya teknisi tetapi juga keterampilan dalam manajemen dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, yang semua ini mendorong peningkatan produktivitas
dan penurunan struktur biaya produksi, ditambah lagi dengan bergabungnya Cina dengan WTO, dapat diprediksi bahwa di tahun-tahun mendatang tren pertumbuhan dari pangsa Cina di pasar dunia akan berlangsung terus dengan
laju kecepatan yang semakin tinggi. Jika memang prediksi tersebut menjadi suatu kenyataan, tidak mustahil produk- produk ekspor Indonesia akan tergusur dari pasar di Jepang, AS dan UE, atau bahkan di dunia.
IV.3 Diversifikasi Ekspor