Kualitas Menu Makan Siang Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor

(1)

KUALITAS MENU MAKAN SIANG KAITANNYA DENGAN

STATUS GIZI DAN TINGKAT KEBUGARAN SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

VILIA DITA ARIKA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ABSTRACT

VILIA DITA ARIKA. Quality of Lunch Menu with Respect to Nutritional Status and Level of Fitness of Elementary School Students in Bogor. Supervised by BUDI SETIAWAN and M RIZAL M DAMANIK.

Indonesia is still facing nutrition problems which there are still many nutritional cases. Generally, malnutrition’s level of elementary school students in Indonesia ranges from 35% to 65%. The purpose of this study was to analyzed the quality of lunch menu in relation to nutritional status and fitness level of elementary school students in Bogor. The present study used a case study design with 40 students of elementary school. The data was processed with Microsoft Excel 2007 and analyzed with the Statistical Program for Social Science (SPSS) 16.0 for Windows. Generally, the quality of lunch menu in both groups of samples are in the category of less qualified and still need improvement to meet the balance nutrition. The result of this study showed that there was no significant relationship (p>0.1) between knowledge of nutrition, fitness levels, and the quality of lunch menu with nutritional status. However, there was a significant relationship (p<0.1) between the quality of lunch menu with fitness levels.

Keywords: quality of lunch menu, nutritional status, physical fitness level, elementary school student.


(3)

RINGKASAN

VILIA DITA ARIKA. Kualitas Menu Makan Siang Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Di bawah bimbingan BUDI SETIAWAN dan M RIZAL M DAMANIK

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas menu makan siang kaitannya dengan status gizi dan tingkat kebugaran siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor. Tujuan khususnya adalah: 1) Mengetahui karakteristik umum siswa dan karakteristik keluarga, 2) Mengidentifikasi status gizi dan tingkat kebugaran siswa, 3) Mengidentifikasi kualitas menu makan siang siswa, 4) Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi siswa, 5) Menganalisis hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran siswa, 6) Menganalisis hubungan antara kualitas menu makan siang dengan status gizi dan tingkat kebugaran siswa, 7) Menganalisis hubungan antara kualitas menu makan siang dengan tingkat kebugaran siswa.

Penelitian ini menggunakan desain case study, dilaksanakan pada bulan Oktober – November 2012 di SD Negeri Polisi 4 Bogor. Populasi penelitian adalah siswa kelas 5 yang berjumlah 47 orang dan semuanya dijadikan contoh. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung, pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung, dan pembagian kuisioner serta dengan melakukan tes kebugaran yaitu TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia). Tahapan pengolahan data dimulai dari editing, pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data yang diolah dengan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16 for windows.

Terdapat tujuh anak yang drop out, sehingga tersisa 40 anak yang dijadikan contoh terdiri dari 20 orang laki-laki (50.0%) dan 20 orang perempuan (50.0%). Sebagian besar umur sampel adalah 10 tahun (82.5%), dengan rata-rata uang jajan sebesar Rp 7.500 dengan kisaran Rp. 5.000-10.000. Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan (72.5%) tergolong dalam kategori keluarga

kecil (≤4 orang). Sebagian besar pendidikan ayah (70.0%) dan ibu (65.0%) yaitu perguruan tinggi (PT). Sebagian besar pekerjaan ayah yaitu sebagai pegawai swasta (55.0%). Sebagian besar jenis pekerjaan ibu (55%) yaitu ibu rumah tangga. Berdasarkan garis kemiskinan Kota Bogor (BPS 2010), hamper seluruh sampel (95%) termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin (>Rp 278.530).

Sebagian besar sampel baik kelompok sampel makan di kantin maupun sampel tidak makan di kantin memiliki pengetahuan gizi yang termasuk dalam kategori sedang dengan masing-masing persentase 60.0% dan 70.0%. Sedangkan tingkat pengetahuan baik, kelompok sampel makan di kantin memiliki persentase tertinggi (30.0%) dibanding dengan sampel tidak makan di kantin (20.0%). Sebagian besar sampel memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 57,5%. Terlihat bahwa persentase sampel yang makan siang di kantin (75.0%) memilki status gizi normal lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang tidak makan dikantin (40.0%). Terdapat 4 sampel (20.0%) yang makan dikantin dan 3 sampel (15.0%) yang tidak makan dikantin memilki status gizi obese. Berdasarkan hasil uji beda t test menunjukkan bahwa sebaran status gizi antara sampel makan di kantin dan sampel tidak makan di kantin adalah tidak berbeda nyata (p>0.1).

Dalam penelitian ini, tes kebugaran yang digunakan adalah TKJI (Tes Kebugaran Jasmani Indonesia). Persentase TKJI berada pada kategori sedang


(4)

(65.0%). Berdasarkan hasil uji beda t test menunjukkan bahwa sebaran tingkat kebugaran antara sampel makan di kantin dan sampel tidak makan di kantin adalah tidak berbeda nyata (p>0.1).

Sampel yang makan di kantin memilki rata-rata konsumsi energi makan siang (450 kkal) dan protein (17.2 gram) yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak makan di kantin yaitu (368 kkal) dan (11.9 gram). Salah satu sumber asupan energi dan protein sampel kelompok yang makan di kantin berasal dari menu makan siang di kantin sedangkan salah satu sumber asupan energi dan protein sampel kelompok tidak makan di kantin adalah makanan bekal dan makanan jajanan, yaitu roti, mie, bubur, dan lain-lain. Selain itu, untuk konsumsi vitamin dan mineral, pada kelompok sampel makan di kantin memilki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sampel tidak makan di kantin.

Berdasarkan 3 prinsip gizi seimbang yang diadaptasi dari Tumpeng Gizi Seimbang dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu kandungan energi dan protein, keanekaragaman, dan standar porsi terlihat bahwa secara umum kualitas menu siswa khususnya makan siang, baik pada kelompok makan di kantin maupun pada kelompok tidak makan di kantin keduanya termasuk ke dalam kategori kurang berkualitas dan masih memerlukan perbaikan untuk memenuhi gizi seimbang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0.1) dengan status gizi (IMT/U). Hal yang sama yaitu hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran sampel, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (p>0.1). Hubungan antara kualitas menu makan siang dengan status gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.1). Hal ini diduga karena sebagian besar sampel yang memiliki status gizi normal memiliki konsumsi energi dan protein yang rendah pada saat wawancara recall. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.1) antara kualitas menu makan siang dengan tingkat kebugaran sampel.


(5)

KUALITAS MENU MAKAN SIANG KAITANNYA DENGAN

STATUS GIZI DAN TINGKAT KEBUGARAN SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

VILIA DITA ARIKA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

Judul : Kualitas Menu Makan Siang Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor

Nama : Vilia Dita Arika NIM : I14104037

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS drh. M. Rizal M Damanik, MRepSc, PhD NIP. 19621218 198703 1 001 NIP. 19640731 199003 1 001

Mengetahui : Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001


(7)

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Kualitas Menu Makan Siang Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor”. Banyak pihak yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, masukan, kritikan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. drh. M. Rizal M Damanik, MRepSc, PhD selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh kuliah serta penyelesaian penyusunan skripsi ini.

3. Leily Amalia, STP M,Si selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Kepala Sekolah, Wali Kelas 5, dan siswa-siswi kelas 5 SDN Polisi 4 Bogor, serta orangtua murid atas kerja sama, bimbingan, dan bantuannya selama penelitian.

5. Kedua orang tua yang telah membesarkan dan mendidik dengan ketulusan, kesabaran serta dukungan dan doa yang tiada henti diberikan untuk penulis. 6. Kedua adik tercinta (Rizal dan Bani) dan saudara-saudara yang telah

memberikan doa dan semangat kepada penulis.

7. Teman-teman pembahas dalam seminar (Wilda, Dwiyani Fitri, Efri A, dan Fitriana Sundari) yang telah memberikan saran dan kritikan untuk perbaikan skripsi ini.

8. Wilda, Andra, Anna, Dwiyani Fitri, Dwi Nuraini, Stacey, Efri, Endah, Dwi Rusma, Ojan, Yudhi, Aryo, Yunan, dan Pak Mury yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pengambilan data penelitian. 9. Teman-teman kost Taman Malabar 7 (Wilda, Ikha, Ulfa, Pras, Neng Fitri,

Nana, Mbak Marta, mas Olif, mas Adji, mas Gaus, mas Budi, mas Adhi, mas Dwi, Ziko, Risky, Cis, dan Tante Tyo) yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada penulis.


(8)

10. Temen-teman seperjuangan di MIJMG 44 dan alih jenis Gizi Masyarakat (GM) angkatan ke-4 atas semangat dan dukungannya.

11. Seluruh teman dan pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan doa yang diberikan pada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya.

Bogor, Februari 2013


(9)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada tanggal 17 Januari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakan puteri dari Bapak Hadiya dan Ibu Derita Warganingsih. Pendidikan pertama yang ditempuh yaitu TK Bustanul Athfal B. Srikaton, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada tahun 1994 sampai 1995. Kemudian penulis menempuh Sekolah Dasar dari tahun 1995 sampai 2001 di Sekolah Dasar Negeri 2 Mataram, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Tahun 2001 Penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 3 Wukirsari, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama Penulis diterima di SMA Negeri 1 Lubuk Linggau dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan dan diterima di Program Diploma Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah Subang selama 4 bulan dari bulan Agustus 2009 sampai Desember 2009. Kemudian penulis melakukan Praktek Usaha Jasa Boga di Katering Sehati di Kampus IPB selama 3 bulan.

Penulis melanjutkan kembali pendidikan ke Program Alih Jenis S1 mayor Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi di Desa Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut selama tujuh minggu (2 bulan).


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Kegunaan penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Anak Sekolah Dasar ... 4

Pengetahuan Gizi ... 5

Kebiasaan Makan ... 6

Status Gizi ... 6

Aktivitas Fisik ... 7

Kebugaran Jasmani ... 8

Status Kesehatan ... 11

Penilaian Konsumsi Pangan ... 12

Kualitas Konsumsi Pangan ... 13

Kualitas Menu Makan Siang ... 15

Kandungan Energi dan Protein Menu ... 16

Keragaman ... 17

Standar Porsi ... 17

Angka Kecukupan Gizi (AKG) ... 17

Energi ... 18

Protein ... 18

Vitamin A ... 19

Vitamin C ... 19

Zat Besi (Fe) ... 19

Kalsium ... 20

KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

METODE PENELITIAN... 23

Desain, Tempat dan Waktu ... 23

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ... 23

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 23

Pengolahan dan Analisis Data ... 26

Definisi Operasional ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Polisi 4 Bogor ... 33

Karakteristik Sampel ... 34

Kesehatan Sampel ... 34

Karakteristik Orang Tua Sampel ... 35

Besar Keluarga ... 35

Pendidikan Orang Tua ... 36


(11)

Pendapatan Keluarga ... 37

Pendapatan Perkapita ... 38

Pengetahuan Gizi ... 38

Status Gizi ... 39

Aktivitas Fisik ... 40

Tingkat Kebugaran ... 41

Konsumsi Pangan ... 42

Energi ... 43

Protein ... 44

Vitamin ... 45

Mineral ... 46

Konsumsi Energi dan Zat Gizi Makan Siang ... 47

Konsumsi Energi dan Protein ... 47

Konsumsi Mineral dan Vitamin ... 48

Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makan Siang... 49

Kualitas Konsumsi Pangan Sehari ... 50

Kualitas Menu Makan Siang ... 52

Kandungan Energi dan Protein Menu ... 52

Keragaman ... 53

Standar Porsi ... 54

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Tingkat Kebugaran dengan Status Gizi ... 57

Hubungan Kontribusi Energi dan Protein Makan Siang dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran ... 57

Hubungan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran dengan Kualitas Menu Makan Siang ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori status gizi berdasarkan IMT/U ... 7

2. Kategori jarak lari sprint berdasarkan kelompok umur ... 9

3. Penilaian tes lari sprint ... 9

4. Penilaian tes Pull up/Push up ... 10

5. Penilaian tes Sit Up ... 10

6. Penilaian tes vertical jump ... 10

7. Kategori jarak lari jarak sedang berdasarkan kelompok umur ... 10

8. Penilaian tes lari jarak sedang ... 11

9. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... 11

10. Standar porsi menu makan siang ... 17

11. Jenis dan cara pengumpulan data ... 24

12. Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR ... 25

13. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ... 25

14. Penilaian untuk setiap butir tes TKJI ... 26

15. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... 26

16. Nilai indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) ... 27

17. Persamaan dalam menghitung Angka Metabolisme basal (AMB) ... 28

18. Berat badan normal sesuai dengan tingkatan umur ... 28

19. Pengkategorian variabel penelitian ... 30

20. Sebaran siswa menurut karakteristik sampel ... 34

21. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan ... 34

22. Sebaran berdasarkan besar keluarga ... 35

23. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua (ayah dan ibu) ... 36

24. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua (laki dan perempuan) ... 37

25. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita ... 38

26. Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan gizi... 38

27. Sebaran siswa menurut status gizi siswa (IMT/U) ... 39

28. Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik ... 41

29. Sebaran contoh berdasarkan TKJI ... 42

30. Rata-rata konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi ... 43

31. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi ... 44


(13)

33. Sebaran contoh tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C ... 45 34. Sebaran contoh berdasarkan kecukupan mineral (kalsium dan

besi) ... 46 35. Rata-rata konsumsi energi dan protein makan siang sampel

makan di kantin dan tidak makan di kantin ... 47 36. Rata-rata konsumsi mineral sampel makan di kantin dan tidak

makan di kantin ... 48 37. Rata-rata konsumsi vitamin sampel makan di kantin dan tidak

makan di kantin ... 48 38. Rata-rata konsumsi, kontribusi energi dan zat gizi makan siang

terhadap kecukupan energi dan zat gizi sehari ... 49 39. Rata-rata kandungan energi dan protein makan siang ... 53 40. Sebaran contoh berdasarkan keragaman menu makan siang ... 54 41. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata porsi makan siang

berdasarkan kelompok bahan makanan/penukarnya ... 55 42. Sebaran contoh berdasarkan kualitas menu makan siang ... 56 43. Uji korelasi antara pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran

dengan status gizi ... 57 44. Uji korelasi antara kontribusi energi dan protein makan siang

dengan status gizi (IMT/U) dan tingkat kebugaran contoh ... 58 45. Uji korelasi antara status gizi dan tingkat kebugaran dengan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Tumpeng Gizi Seimbang ... 16 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Kualitas Menu Makan Siang

Kaitannya dengan Status Gizi dan Tingkat Kebugaran Siswa


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil uji analisis independent t test ... 68

2. Hasil uji analisis Rank Spearman ... 69

3. Kebiasaan konsumsi berdasarkan sumber pangan ... 71

4. Data antropometri siswa ... 72

5. Hasil tes kebugaran jasmani Indonesia... 73


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas SDM. Apabila gizi tidak tercukupi dengan baik akan mengakibatkan gangguan fisik, mental dan otak yang mengakibatkan kehilangan generasi penerus yang berkualitas sebagai aset negara yang sangat berharga. Jaringan otak anak yang normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum berumur lima tahun, sehingga apabila terjadi gangguan gizi maka akan menimbulkan kelainan pada fisik dan mental (Suhardjo 2001). Namun, di Indonesia masih terjadi masalah banyak masalah gizi khususnya gizi kurang (undernutrition) bahkan terdapat pula masalah gizi lebih (overnutrition) sehingga Indonesia mengalami masalah yang disebut double burden nutrition problem (World Bank 2006). Walaupun saat ini tren prevalensi gizi kurang terus menurun, tetapi masalah gizi lebih menunjukkan tren yang meningkat yang menunjukkan Indonesia mengalami transisi gizi.

Sinclair (1991) mengatakan bahwa kemampuan gerak anak dipengaruhi oleh keadaan kesehatan dan status gizi baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak yang kondisi kesehatan dan status gizinya kurang baik akan mengalami kemalasan dalam bermain, sehingga anak akan mengalami kekurangan gerak yang dapat mengganggu pertumbuhannya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai masalah gizi yang diderita oleh anak-anak usia sekolah baik gizi kurang maupun gizi lebih. Hal ini tentu saja merugikan karena akan sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk melakukan kegiatan fisik dan kelincahan dalam bergerak. Sutjiningsih (1998) mengatakan bahwa tanda anak-anak yang mengalami gangguan gizi salah adalah hilangnya minat untuk melakukan kegiatan fisik dan kelincahan dalam bergerak.

Hasil analisis data Riset Kesehatan Dasar (2007) di Indonesia prevalensi anak sekolah laki-laki kurus sebanyak 13.3 % dan perempuan sebanyak 10.9 %. Adapun prevalensi anak sekolah laki-laki gemuk sebanyak 9.5 % dan perempuan sebanyak 6.4 %. Kota Bogor merupakan wilayah dengan prevalensi berat badan lebih pada anak laki-laki umur 6-14 tahun tertinggi di provinsi Jawa Barat (7.4%) yaitu 15.3% sedangkan pada perempuan 8.6% (Prevalensi Provinsi Jawa Barat adalah 4.6%). Prevalensi kurus pada anak umur 6-14 tahun di Kota Bogor adalah 9.5 % untuk laki-laki (prevalensi Jawa Barat adalah 8.3%) (Depkes 2008b). kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa status gizi anak usia sekolah di Kota Bogor masih menjadi masalah bahkan tidak hanya gizi kurang tetapi juga


(17)

gizi lebih. Hal ini menunjukkan bahwa pemantauan status gizi pada anak sekolah penting dilakukan. Data yang terkumpul akan dapat dipergunakan untuk merencanakan progam kesehatan sekolah untuk menanggulangi gangguan kesehatan anak sekolah yang terjadi. Hasil analisis data kesegaran jasmani yang dikumpulkan pada kegiatan Sport Devoplement Index tahun 2006 menunjukkan bahwa kesegaran jasmani masyarakat Indonesia 37.4 % masuk kategori kurang sekali, 43.9% kurang, 13.5 % sedang dan hanya 5.1 % yang masuk kategori baik dan baik sekali (Kemenegpora 2007). Hal ini cukup memprihatinkan karena tingkat kesegaran jasmani yang sangat rendah di Indonesia. Kesegaran (kebugaran) jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Suharto et al. 2000).

Sistem penyelenggaraan pendidikan formal di Indonesia terus mengalami perubahan salah satunya perubahan hari efektif belajar. Perubahan hari efektif belajar memilki konsekuensi terhadap lamanya waktu/jam belajar dalam satu hari yaitu dari 6 jam menjadi 9 jam, hal ini berarti siswa lebih lama tinggal di sekolah dan melewati waktu makan siang. Kondisi seperti ini sering menyebabkan siswa tidak sempat sarapan di rumah dan harus makan siang di sekolah. Setiap sekolah memberikan pelayanan makanan bagi siswanya dengan cara yang berbeda. Salah satunya yaitu dengan menyediakan kantin.

Penelitian di Indonesia mengenai konsumsi pangan masalah gizi anak sejauh ini lebih banyak menekankan pada hubungan kuantitas konsumsi pangan dengan status gizi. Selain kuantitas, kualitas konsumsi pangan juga diduga berpengaruh pada status gizi anak. Indeks kualitas konsumsi pangan dapat menjadi alat yang berguna untuk menilai hubungan yang kompleks antara perilaku konsumsi pangan dengan status gizi (Jennings et al. 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas menu makan siang kaitannya dengan status gizi dan kebugaran anak sekolah sebagai data dasar ataupun titik tolak dalam menyelenggarakan program perbaikan pola konsumsi pangan pada anak sekolah.


(18)

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas menu makan siang kaitannya dengan status gizi dan tingkat kebugaran siswa Sekolah Dasar di Kota Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik siswa dan karakteristik keluarga siswa.

2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi, aktivitas fisik, status gizi dan tingkat kebugaran siswa.

3. Mengidentifikasi kualitas menu makan siang siswa.

4. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan pengetahuan gizi siswa. 5. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan tingkat kebugaran siswa. 6. Menganalisis hubungan antara kualitas menu makan siang dengan status gizi

siswa.

7. Menganalisis hubungan antara kualitas menu makan siang dengan tingkat kebugaran siswa.

Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyediakan data dan menambah informasi dan wawasan akan pentingnya kesadaran dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, khususnya untuk anak sekolah agar dapat mengantisipasi dirinya sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kebugaran serta kesehatannya selalu terjaga. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk menyusun program pengadaan makan siang di sekolah.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah Dasar

Menurut Hurlock (1999) anak usia sekolah (AUS) adalah anak yang

berusia 6-12 tahun. Masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tibanya anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi laki-laki. Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup (Moehji 2003). Menurut Lucas (2004), anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 6-12 tahun. Sedangkan menurut Endres et al. (2004), anak usia sekolah berawal dari umur 6 tahun dan berakhir pada permulaan dari pubertas. Anak usia dasar mempunyai sikap yang berubah-ubah terhadap makanan. Kelompok usia ini banyak menghabiskan waktu di luar rumah sehingga lebih mudah menjumpai aneka bentuk dan jenis makanan jajanan, baik yang dijual di lingkungan sekolah, lingkungan bermain, atau pemberian teman. Mereka ingin selalu mencoba makanan yang baru dikenalnya. Secara umum, nafsu makan tidak mengalami masalah. Kondisi yang demikian perlu mendapatkan perhatian khusus agar makanan yang mereka konsumsi adalah makanan yang sehat dan bergizi (Pertiwi 1998). Anak usia sekolah membutuhkan makanan dasar yang sama dengan ketika mereka remaja, tetapi penyajiannya berbeda disesuaikan dengan selera, jenis, dan jumlahnya meningkat untuk menjaga kebutuhan tubuh yang lebih besar dan kebutuhan psikologikal. Anak usia sekolah memerlukan zat gizi yang baik untuk kelanjutan pertumbuhan dan perkembangan dan agar anak resist pada penyakit infeksi ((Ralston et al. 2008).

Anak-anak usia 6-12 tahun adalah kelompok yang memiliki interaksi yang intensif dengan lingkungan sekolah, teman, media massa, dan program pemasaran perusahaan. Mereka pada dasarnya memiliki karakter yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya termasuk dalam memilih makanan. Anak-anak belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih makanan yang baik bagi mereka, sehingga belum menjadi konsumen yang kritis dan bijaksana dan mereka akan mudah menerima dan menyukai makanan yang juga disukai teman-temannya (Sumarwan 2007).


(20)

Anak usia sekolah dasar berada pada usia pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun tidak secepat pertumbuhan dan perkembangan pada remaja, namun anak usia sekolah tetap membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Umumnya mereka memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain berat badan rendah, defisiensi zat besi (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya. Dipihak lain, kelompok anak ini kadang-kadang mengalami penurunan nafsu makan, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan energi yang dibutuhkan (Notoatmodjo 2003).

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Selain itu, pengetahuan gizi mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas. Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih dikonsumsinya (Soediaoetama 2004).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Sukandar 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Andarwulan et al. (2009) tentang pengetahuan gizi dan keamanan pangan secara nasional pada siswa SD, rata-rata skor pengetahuan gizi sekitar 63 atau termasuk cukup. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu: 1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, 2) setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi, 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Penyebab lain yang


(21)

penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi jajanannya. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan sehingga konsumsi jajanan yang mencukupi lebih terjamin (Khomsan 2000).

Kebiasaan Makan

Menurut Suhardjo et al. (2006) mengemukakan bahwa kebiasaan makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan juga merupakan pola pangan. Kepercayaan suatu masyarakat tentang makanan berakibat pada kebiasaan makan serta berakibat pula pada kondisi gizinya. Bagi antropologi kebiasaan makan sebagai sesuatu yang sangat kompleks karena menyangkut tentang cara memasak, suka atau tidak suka serta adanya berbagai kepercayaan dan persepsi mistis atau takhayul yang berkaitan dengan kategori makan, produksi, persiapan, dan konsumsi makanan (Foster & Anderson, 1986:313).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA) untuk anak usia 10-12 tahun, antara laki-laki berbeda dengan perempuan. Khusus untuk energi, anak laki-laki dianjurkan sebanyak 2000 kkal sehari, sedangkan untuk anak wanita dianjurkan sebanyak 1900 kkal. Sedangkan menurut ahli gizi, sedikitnya 35% total energi harus dipenuhi saat makan siang (Ratnawati 2001).

Menurut Marsetyo (1990), setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan, dimana bermanfaat untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, termasuk penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh, dan untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan, sehingga dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi 1995). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta


(22)

keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi atau terinfeksi penyakit parasit (Suhardjo 1989).

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi yang dilakukan secara langsung meliputi antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian yang dilakukan tidak langsung, seperti survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing (Supariasa et al. 2001).

Menurut Riyadi (1995), cara penilaian status gizi dapat digunakan secara tunggal (satu indikator), akan tetapi akan lebih efektif jika digunakan secara gabungan atau lebih dari satu indikator. Penilaian status gizi berdasarkan konsumsi makanan dilakukan dengan cara melihat hasil perbandingan konsumsi pangan dengan kecukupan gizinya, karena tingkat kecukupan gizi seseorang tergantung atas apa yang dikonsumsinya.

Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U

Variabel Kategori

≤-3 SD Sangat Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal >1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

>2 SD Obesitas

Sumber: WHO (2007)

Aktivitas Fisik

Salah satu pesan yang terdapat dalam pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dalam pencapaian hidup sehat adalah melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur (Almatsier 2001). Hal demikian dianggap penting karena aktivitas fisik membuat tubuh bugar dan akhirnya tubuh menjadi sehat. Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Fikawati & Syafiq 2009).

Menurut Sjostrom et al. (2008) bahwa terdapat perbedaan antara aktivitas fisik dengan olahraga. Perbedaannya adalah aktivitas fisik merupakan bentuk


(23)

dari perilaku yang menghasilkan energy expenditure karena pergerakan otot tubuh termasuk lengan dan kaki, sedangkan olahraga merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan dilakukan berulang berupa pergerakan tubuh untuk meningkatkan atau mencapai kebugaran. Terdapat banyak keuntungan dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kesehatan, diantaranya, 1) aktivitas fisik membantu mempertahankan keseimbangan energi dan mencegah kejadian obesitas, 2) latihan fisik yang teratur mengurangi resiko penyakit diabetes mellitus tipe 2, 3) latihan fisik yang teratur, atau dengan level yang tinggi pada kegiatan sehari-hari dapat mencegah beberapa tipe penyakit kanker, 4) latihan fisik yang teratur juga dapat mencegah atau menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Sjostrom et al. (2008) juga menyatakan bahwa masyarakat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sekitar 30 menit setiap hari dengan bentuk aktivitas sedang. Rekomendasi ini juga diberikan kepada anak-anak pada rentang usia 5-18 tahun dengan intensitas aktivitas yang sama. Hal demikian berarti anak sekolah sampai remaja dianjurkan untuk olahraga setiap hari dengan durasi waktu kurang lebih 30 menit. WHO (2003) merekomendasikan aktivitas fisik dengan intensitas sedang, misalnya berjalan kaki selama satu jam per hari pada hampir setiap hari dalam seminggu untuk mencegah obesitas.

Kebugaran Jasmani

Kesegaran (kebugaran) jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua orang membutuhkan kesegaran jasmani, baik masyarakat, pelajar, mahasiswa, wiraswasta, PNS, ABRI, maupun Polri. Anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia (lanjut usia), jarang sekali yang mengetahui status kesegaran jasmaninya (baik sekali, baik, sedang, kurang, atau kurang sekali) karena tidak mengetahui cara atau alat untuk mengukur kesegaran jasmani. Sehingga tidak ada usaha untuk mempertahankan maupun meningkatkan kesegaran jasmaninya.

Howley et al. (1992:4) menyatakan bahwa kesegaran jasmani berusaha untuk mencapai kualitas hidup secara fisik yang optimal, meliputi kriteria skor tes kesegaran jasmani yang diharapkan dan mempunyai risiko rendah terhadap masalah-masalah kesehatan. Ini dinamakan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan atau kesegaran fisiologis. Menurut Henkel et al. (1997: 112) kesegaran jasmani merupakan kemampuan kerja yang ditentukan oleh kekuatan, daya tahan, dan koordinasi. Tiap-tiap komponen akan mengalami


(24)

perubahan yang disebabkan oleh usia biologis seseorang, jenis kelamin, status kesehatan, dan anatomi serta biokimianya. Pengaruh kekuatan dan adanya motivasi dapat digunakan untuk mengukur kesegaran seseorang dan dapat dilakukan secara sederhana. Menurut Suharto et al (2000: 1) kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.

Tes untuk mengetahui kesegaran jasmani sebenarnya banyak macamnya, misalnya: HarvadStep Test, Cooper, ACSPFT (Asian Committee onthe Standardization of Physical Fitness Test), dan TKJI (Tes Kesegaran Jasmani Indonesia). Semua tes kesegaran jasmani tersebut mempunyai ciri yang berbeda, maka pada kesempatan ini penulis tidak akan membicarakan tes kesegaran jasmani tersebut di atas, tetapi hanya akan membicarakan tes TKJI.

Pusat kebugaran jasmani dan rekreasi menyusun rangkaian tes yang diberi nama Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang kategorinya dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1) Umur 6 s/d 9 tahun, 2) Umur 10 s/d 12 tahun, 3) Umur 13 s/d 15 tahun, 4) Umur 16 s/d 19 tahun. Kategori ini juga membedakan jenis kelamin putra dan putri. TKJI merupakan battery test yang terdiri dari: 1) Sprint, 2) Pull-up/Push-up, 3) Sit-up, 4) Vertical Jump, dan 5) Lari jarak sedang.

Sprint atau lari cepat bertujuan untuk mengukur kecepatan. Kategori jarak yang harus ditempuh oleh masing-masing kelompok umur berbeda dan penilaian tesnya dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2 Kategori jarak lari sprint berdasarkan kelompok umur

Kelompok umur Jarak Keterangan Putra Putri

6 s/d 9 Tahun 30 Meter 30 Meter Pencatatan waktu dilakukan dalam satuan detik dengan satu angka dibelakang koma

10 s/d 12 Tahun 40 Meter 40 Meter

Tabel 3 Penilaian tes lari sprint

Umur 6 s/d 9 tahun

Nilai Umur 10 s/d 12 tahun

Putra Putri Putra Putri

sd- 5.5 detik sd – 5.8 detik 5 sd- 6.3 detik Sd – 6.7 detik 5.6 – 6.1 detik 5.9 – 6.6 detik 4 6.4 – 6.9 detik 6.8 – 7.5 detik 6.2 – 6.9 detik 6.7 – 7.8 detik 3 7.0 – 7.7 detik 7.6 – 8.3 detik 7.0 – 8.6 detik 7.9 – 9.2 detik 2 7.8 – 8.8 detik 8.4 – 9.6 detik

8.7 – dst 9.3 – dst 1 8.9 – dst 9.7 – dst

Pull-Up bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan bahu. Untuk penilaian kelompok umur 6 – 9 tahun dan umur 10 – 12 tahun melakukan pull-up selama 60 detik dengan penilaian dapat dilihat pada Tabel 4.


(25)

Tabel 4 Penilaian tes Pull up/Push up

Umur 6 s/d 9 tahun

Nilai Umur 10 s/d 12 tahun

Putra Putri Putra Putri

40 detik keatas

33 detik keatas 5 51 detik keatas 40 detik keatas 22 – 39 detik 18 – 32 detik 4 31 – 51 detik 20 – 39 detik 09 – 21 detik 09 – 17 detik 3 15 – 30 detik 08 – 19 detik 03 – 08 detik 03 – 08 detik 2 05 – 14 detik 02 – 07 detik 00 – 02 detik 00 – 02 detik 1 00 – 04 detik 00 – 01 detik

Sit-up bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. Kelompok umur 6-9 tahun dan 10-12 tahun melakukan selama 30 detik dengan kriteria penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Penilaian tes Sit Up

Umur 6 s/d 9 tahun

Nilai Umur 10 s/d 12 tahun

Putra Putri Putra Putri

17 keatas 15 keatas 5 23 keatas 20 keatas 13-16 kali 11-14 kali 4 18-22 kali 14-19 kali 07-12 kali 04-10 kali 3 12-17 kali 07-13 kali 02-06 kali 02-03 kali 2 04-11 kali 02-06 kali 00-01 kali 00-01 kali 1 00-03 kali 00-01 kali

Vertical Jump bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Ukuran papan skala selebar 30 cm dan panjang 150 cm, dimana jarak antara garis skala satu dengan yang lainnya masing-masing 1 cm. papan skala ditempelkan di tembok dengan jarak skala nol (0) dengan lantai 150 cm. pertama berdiri menyamping papan skala dengan mengangkat tangan ke atas ukur tinggi yang didapat, kemudian lakukan lompatan setinggi mungkin sebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatat tinggi yang diperoleh kemudian ambil yang tertinggi, selisih antara raihan tertinggi dengan pengukuran yang pertama saat tidak melompat adalah hasil vertical jump. Kriteria penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penilaian tes vertical jump

Umur 6 s/d 9 tahun

Nilai Umur 10 s/d 12 tahun

Putra Putri Putra Putri

38 cm keatas 38 cm keatas 5 46 cm keatas 42 cm keatas 30-37 cm 30-37 cm 4 38-45 cm 34-41 cm 22-29 cm 22-29 cm 3 31-37cm 28-33 cm 13-21 cm 13-21 cm 2 24-30 cm 21-27 cm Dibawah 13 cm Dibawah 13 cm 1 Dibawah 24 cm Dibawah 21 cm

Lari jarak sedang dilakukan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah. Jarak yang ditempuh bergantung pada kelompok umur masing-masing dan penilaian tesnya dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7 Kategori jarak lari jarak sedang berdasarkan kelompok umur

Kelompok umur Jarak

Putra Putri

6 s/d 9 Tahun 600 Meter 600 Meter 10 s/d 12 Tahun 600 Meter 600 Meter


(26)

Tabel 8 Penilaian tes lari jarak sedang

Umur 6 s/d 9 tahun

Nilai Umur 10 s/d 12 tahun

Putra Putri Putra Putri

Sd 2’39” Sd 2’53” 5 Sd 2’09” Sd 2’32” 2’40”-3’00” 2’54”-3’-23” 4 2’10”-2’30” 2’33”-2’54” 3’01”-3’45” 3’24”-4’08” 3 2’31”-2’45” 2’55”-3’28” 3’36”-4’48” 4’09”-5’03” 2 2’46”-3’44” 3’29”-4’22” Dibawah 4’48” Dibawah 5’03” 1 Dibawah 3’44” Dibawah 4’22”

Untuk kriteria kategori kebugaran harus menjumlahkan semua nilai dari lima item tes tersebut kemudian cocokan dengan tabel berikut:

Tabel 9 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) No. Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22-25 Baik Sekali (BS) 2 18-21 Baik (B)

3 14-17 Sedang (S) 4 10-13 Kurang (K)

5 05-09 Kurang Sekali (KS)

Status Kesehatan

Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (Notoatmodjo 2007). Derajat kesehatan atau status kesehatan adalah tingkat kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat yang diukur dengan angka kematian, umur harapan hidup, status gizi, dan angka kesakitan (Depkes 1996). Hal ini serupa yang dikemukakan oleh Sukarni (1994) bahwa indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan antara lain umur harapan hidup sewaktu lahir, angka kematian bayi dan anak balita, status gizi dan angka kesakitan.

Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Subandriyo (1993) menjelaskan bahwa status kesehatan dapat diukur dengan sebuah indikator kesehatan. Indikator yang dapat digunakan adalah angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya. Morbiditas berhubungan erat dengan berbagai faktor lingkungan, seprti perumahan, air minum, dan kebersihan serta faktor kemiskinan, kekurangan gizi serta pelayanan kesehatan di suatu daerah.

Morbiditas dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang, tetapi morbiditas juga dapat menyebabkan status gizi menjadi rendah. Kondisi sakit tentu akan mengganggu sistem metabolisme zat-zat di dalam tubuh sehingga pemanfatan zat gizi oleh sistem tubuh menjadi tidak optimal dan penurunan status gizi (Hardinsyah 2007). Menurut Sediaoetama (2004) kesehatan gizi yang


(27)

rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak sehat tidak akan mudah terserang berbagai macam penyakit, termasuk penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh akan meningkat pada keadaan gizi yang baik dan akan menurun bila keadaan gizinya juga menurun. Angka kesakitan sangat sensitif dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan ibu, tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak, kondisi kesehatan lingkungan, status gizi dan perkembangan ekonomi (Subandriyo 1993).

Penilaian Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian kualitatif dilakukan dengan pengumpulan data yang lebih menitikberatkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan makan dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan seseorang atau masyarakat. Penilaian secara kuantitatif biasanya metode yang sering digunakan adalah metode inventaris (inventory method), metode pendaftaran (food list method), metode mengingat kembali (recall 24 jam), metode penimbangan (weighing method), perkiraan makanan (estimated food records), metode food account dan pencatatan (household food records) (Supariasa et al. 2001).

Menurut Supariasa et al. (2001), prinsip metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Metode recall adalah metode penelitian konsumsi pangan, dimana pewawancara menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Wawancara dilakukan berdasarkan suatu daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Responden ditanyakan konsumsi ketika makan pagi, siang, malam, dan selingan/makanan kecil di luar waktu makan, biasanya dengan lengkap 1-3 hari dari waktu wawancara. Tanggal dan waktu makan serta besar porsi dicatat dengan diteliti. Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan ke dalam bentuk bahan mentah dan dihitung zat gizinya berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama 2004).


(28)

Menurut Supariasa et al. (2001), apabila pengukuran dilakukan 1 kali (1x24 jam) maka data yang diperoleh kurang representatf unuk menggambarkan kebiasaan makan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut dapat menghasilkan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al. 2001).

Metode recall 24 jam mempunyai kelebihan yaitu, 1) mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden, 2) biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, 3) cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden, 4) dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Selain kelebihan, metode ini pun memiliki kekurangan, yaitu 1) tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari, 2) ketepatannya sangat tergantung kepada ingatan responden, sehingg metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun, dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa, 3) the flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate), 4) membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam menggunakan alat-alat bantu, 5) responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian (Supariasa et al. 2001).

Kualitas Konsumsi Pangan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang, pada tahun 1992 telah diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi penting dari kongres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat itu pada dasarnya merupakan bentuk implementasi PUGS.


(29)

Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 (tiga belas) pesan yang perlu diperhatikan yaitu : (1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan yang memenuhi kebutuhan energi, (3) makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai semperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beryodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi (9) minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya, (10) lakukan aktifitas fisik secara teratur, (11) hidari minuman yang berakohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan yang dikemas.

Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A.

Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.

Keterangan tersebut berarti ada saling ketergantungan antar zat gizi. Misalnya penyerapan yang optimum dari masukan vitamin A memerlukan kehadiran lemak sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin A ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam tubuh kurang, maka vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal. Contoh lain, diperlukan vitamin C yang cukup dalam makanan untuk meningkatkan


(30)

penyerapan zat besi (Fe). Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari.

Kualitas Menu Makan Siang

Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh sesorang untuk sekali makan atau sehari, sedangkan menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah porsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Kehadiran atau ketidakhadiran suatu zat gizi essensial dapat mempengaruhi ketersediaan, absorbsi, metabolisme atau kebutuhan zat gizi lain. Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari (Almatsier 2003).

Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras, dan seimbang. Artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak dan nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia serta beragam jenis bahan makanan. Kualitas makan anak di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas menu yang disediakan oleh kantin. Menu yang baik adalah menu yang sudah mempertimbangkan gizi seimbang seperti yang dijabarkan dalam PUGS. Menu gizi seimbang artinya susunan makanan yang mengandung zat-zat gizi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, Hilmansyah, Astuti dan Iman 2010).

Soekirman (2011) menyatakan bahwa sangat penting Indonesia memiliki pedoman gizi yang kongkrit yang tidak hanya mencakupmengenai konsumsi pangan, tetapi juga non-konsumsi pangan. Soekirman (2011) mengajukan pedoman gizi yang disebut Gizi Seimbang dengan empat pesan penting yaitu: 1) mengkonsumsi beragam makanan; 2) pola hidup bersih; 3) aktif dan berolahraga teratur; serta 4) memantau berat badan. Soekirman (2011) juga mengajukan

piramida makanan Indonesia yang baru yang disebut “tumpeng Gizi Seimbang”. Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan tumpeng: satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan di puncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. TGS yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif.


(31)

Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas). Setelah itu, di atasnya terdapat potongan besar yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat). Golongan ini dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi. Kemudian di atasnya lagi terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Keduanya dalam potongan yang berbeda luasnya untuk menekankan pentingnya peran dan porsi setiap golongan. Ukuran potongan sayur dalam PGS sengaja dibuat lebih besar dari buah yang terletak di sebelahnya. Dengan begitu, jumlah sayur yang harus dilahap setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) daripada buah (2-3 porsi). Selanjutnya, di lapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) di potongan kanan, sedangkan di potongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak TGS makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip Gizi Seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan. Tumpeng gizi seimbang dapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan tumpeng gizi seimbang (prinsip gizi seimbang), dalam penelitian ini peneliti ingin menilai kualitas menu makan siang, yaitu dengan memperhatikan kandungan energi dan protein, membiasakan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, dan memperhatikan standar porsi.

Kandungan Energi dan Protein Menu

Penyediaan kebutuhan energi dan zat gizi makan siang anak di sekolah adalah 30%-35% dari kebutuhan sehari. Hal ini harus menjadi patokan pada saat


(32)

perencanaan menu. Angka kecukupan energi dan protein anak usia 10-12 tahun berturut-turut sebesar 2050 kkal dan 50 g/hari (WNPG 2004).

Keragaman

Menurut Soekirman (2008), makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk-pauk, sayur, dan buah).

Standar Porsi

Menurut Nurdiani (2011), standar porsi menu yang disediakan sekolah sejalan dengan kandungan energi dan zat gizi menu. Hal ini berarti bahwa jika kandungan energi dan zat gizinya kurang maka porsi yang disediakannya juga akan kurang. Porsi pangan sumber karbohidarat terdiri dari nasi sebagai pangan utama dan sumber karbohidrat lainnya seperti terigu, gula, bihun, dan lain-lain. Kontribusi ideal energi pangan sumber karbohidrat terhadap energi total adalah 50% atau setara dengan 1-2.5 porsi untuk anak usia sekolah dalam menu makan siang. Porsi untuk pangan sumber protein baik hewani maupun nabati yaitu 1 porsi (50 gram), porsi untuk sayuran, buah-buahan yaitu 1 porsi. Berikut tabel mengenai anjuran pembagian makanan (menu makan siang) anak usia 10-19 tahun (standar porsi).

Tabel 10 Standar porsi menu makan siang

No Kelompok Pangan Makan siang 1 Sumber karbohidrat 1 – 2 ½

2 Pangan hewani 1

3 Pangan nabati 1

4 Sayur 1

5 Buah 1

6 Minyak 1 -1 ½

7 Gula 1

8 Susu -

Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Kecukupan gizi seseorang dapat dihitung dengan mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan zat gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat. Angk Kecukupan Gizi (AKG) tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu, sehingga


(33)

kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman. AKG dapat digunakan untu menilai tingkat kecukupan zat gizi seseorang (Hardinsyah & Briawan 1994).

Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Klasifikasi tingkat kecukupan energi dan protein menurut Departemen kesehatan (1996) adalah: 1) defisit tingkat berat (<70% AKG),2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG), 3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG), 4) normal (90-110% AKG), dan 5) kelebihan (≥120% AKG). Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005), yaitu

1) kurang (<77% AKG) dan 2 ) cukup (≥77% AKG).

Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu, dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 2004).

Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat, dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain, gajih/lemak dan minyak, buah berlemak (alpukat), biji berminyak (biji wijen, bungan matahari, dan kemiri), santan, coklat, dan kacang-kacangan dengan kadar air rendah (kacang tanah dan kacang kedelai) dan serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma, dan lain-lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunannya.

Protein

Protein adalah suatu zat gizi yang berperan sebagai penghasil energi, pembentuk jaringan baru, dam mempertahankan jaringan yang telah ada (Winarno 1997). Menurut Almatsier (2002), protein juga berfungsi mengatur keseimbangan air di dalam tubuh, memelihara netralitas tubuh, membantu antibody, dan mengangkut zat-zat gizi. Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan, dan melalui membrane sel ke dalam sel-sel. Protein yang berperan sebagai pengangkut zat besi di dalam tubuh adalh transferin. Kekurangan protein


(34)

dapat menyebabkan gangguan pada absorpsi dan transportasi zat-zat gizi termasuk zat besi (Fe).

Almatsier (2002) menjelaskan bahwa sumber protein dari pangan hewani seperti susu, telur, daging, unggas, ikan, dan kerang, serta pangan nabati seperti kedelai dan produk olahannya seperti tempe, tahu, dan kacang-kacangan lainnya. Pangan hewani mempunyai faktor yang membantu penyerapan besi. Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Sumber vitamin A yaitu hati, telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Sumber karoten adalah daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, papaya, dangka masak, dan jeruk. Vitamin A berfungsi dalam penglihatan, diferensiasi sel, fungsi kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier 2002).

Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh yaitu untuk mensintesis kolagen, karnitin, serotonin, noradrenalin, absorpsi kalsium, mencegah infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2002). Sumber utama vitamin C adalah buah dan sayur segar. Biasanya sumber vitamin C dihubungkan dengan jeruk walaupun buah dan sayuran yang lain juga merupakan sumber yang baik. Kekurangan vitamin C yang berat akan mengakibatkan fungsinya pada sintesa kolagen terganggu dan akan tampak sebagai perdarahan terutama pada jaringan lunak, seperti gusi (Setiawan & Rahayuningsih 2004).

Zat Besi (Fe)

Zat besi sangat penting bagi tubuh manusia karena keberadaannya dalam banyak hemoprotein (hemoglobin, mioglobin, dan sitokrom). Penyerapan besi diatur ketat pada tingkat mukosa intestinal dan ditentukan oleh kebutuhan tubuh (Almatsier 2002). Kebutuhan zat besi pada anak perempuan usia 10-12 tahun dengan bert badan 38 kg dan tinggi badan 145 cm adalah 20 mg sedangkan anak laki-laki usia 10-12 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi badan 138 cm adalah 13 mg. Kebutuhan yang tinggi pada perempuan disebabkan karena pada perempuan mengalami menstruasi sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak dari pada laki-laki (Depkes 1996).


(35)

Kalsium

Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium dari pada mineral lain, diperkirakan 2% berat badan orang dewasa atau sekitar 1.0-1.4 kg terdiri dari kalsium. Meskipun pada bayi kalsium hanya sedikit (25-30 g), setelah usia 20 tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1200 g kalsium dalam tubuhnya. Keperluan kalsium dalam tubuh biasanya dihitung dengan keseimbangan kalsium, dimana perhitungannya hampir sama dengan yang digunakan untuk menghitung keseimbangan nitrogen. Kebutuhan kalsium orang dewasa adalah 700 mg per hari (Winarno 1997).


(36)

KERANGKA PEMIKIRAN

Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menuju kedewasaan tidak mengalami gangguan. Menurut Suhardjo (2003) meskipun laju pertumbuhan anak usia sekolah mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun per satuan berat badan, anak-anak sekolah membutuhkan makanan yang lebih banyak daripada orang dewasa. Anak usia sekolah membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis maupun jumlahnya. Menurut Suhardjo (2003) kenaikan kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk kegiatan fisik dan mental yang meningkat pada anak usia sekolah.

Konsumsi pangan dan aktivitas fisik yang tidak seimbang tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh karakteristik contoh dan keluarganya. Karakteristik contoh yang diidentifikasi meliputi umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan, sedangkan karakteriktik keluarga yang diidentifikasi yaitu tingkat pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua, dan besar keluarga. Karakteristik contoh diduga mempengaruhi perilaku konsumsi makan anak baik di rumah maupun di sekolah.

Penilaian konsumsi pangan dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pengetahuan gizi berhubungan dengan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik serta tingkat kebugarannya. Kuantitas konsumsi pangan yang dianalisis yaitu jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi dan tingkat kecukupannya dalam sehari. Kualitas konsumsi pangan dilihat dari kualitas menu khususnya makan siang dinilai berdasarkan prinsip gizi seimbang, yaitu kandungan gizi menu makan siang, keanekaragaman menu, dan standar porsi menu. Kuantitas dan kualitas pangan akan mempengaruhi status gizi. Selain itu, status gizi juga berhubungan dengan pengetahuan gizi dan tingkat kebugaran. Makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi dan status kesehatan sekaligus tingkat kebugarannya. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(37)

Keterangan :

: Hubungan yang dianalisis

: Hubungan yang tidak dianalisis

.

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian kualitas menu makan siang kaitannya dengan status gizi dan tingkat kebugaran siswa sekolah dasar di kota bogor.

Kejadian penyakit Tingkat kebugaran Karakteristik siswa

Jenis kelamin Umur

Tinggi badan Berat badan Uang saku

Karakteristik keluarga

Pekerjaan orang tua Pendidikan orang tua Besar keluarga

Pendapatan keluarga

Pengetahuan gizi Kebiasaan makan dan jenis makanan

Kualitas menu makan siang

- Kandungan gizi energi dan protein - Keanekaragaman menu

- Standar porsi Konsumsi pangan

Kuantitas konsumsi pangan - Tingkat kecukupan energi

dan zat gizi

Status gizi


(38)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain case study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar dengan tingkat sosial ekonomi menengah atas dan merupakan salah satu Sekolah Dasar favorit di Kota Bogor yaitu Sekolah Dasar Negeri Polisi 4. Penelitian ini berlangsung sejak bulan September sampai dengan November 2012.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Pemilihan Sekolah Dasar ini dilakukan secara purposive berdasarkan kriteria kondisi sosial ekonomi rata-rata siswa yaitu menengah atas. Cara pengambilan contoh yaitu siswa SD Polisi 4 kelas V, dengan menggunakan kriteria inklusi yaitu: 1) Siswa yang dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, 2) Siswa tidak memiliki riwayat penyakit kronik atau turunan (penyakit jantung, asma, dan lain-lain), 3) Siswa tidak sedang dalam keadaan sakit selama penelitian dilakukan. Jumlah contoh yang didapatkan dari perhitungan diketahui jumlah contoh untuk penelitian adalah 40 contoh. Selain siswa kelas V yang dijadikan contoh penelitian, orangtua siswa juga dijadikan sebagai contoh dalam penelitian ini.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari contoh yang dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan semi terbuka tentang karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan riwayat kesehatan), karakteristik keluarga (tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga), pengetahuan gizi, kuantitas konsumsi pangan (konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi), dan aktivitas fisik. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian dan data mengenai siswa yang diperoleh dari literatur dan SD yang bersangkutan. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut:


(39)

Tabel 11 Jenis dan cara pengumpulan data

No Jenis data Variabel Cara Pengumpulan Data 1. Karakteristik

contoh Umur Jenis kelamin Riwayat kesehatan Berat badan Tinggi badan Pengisian kuesioner

Timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg

Microtoise dengan ketelitian 0.1 cm 2. Karakteristik

keluarga Tingkat pendidikan orang tua Jenis pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua Besar keluarga Pengisian kuesioner

3. Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi Pengisian kuesioner 4. Kuantitas

konsumsi pangan

Konsumsi energi dan zat gizi

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi

Food recall 2x24 jam pada hari sekolah

6. Aktivitas fisik Record aktivitas fisik responden 2x24 jam dengan wawancara langsung

8. Gambaran umum lokasi penelitian

Profil sekolah Berdasarkan literatur SD Polisi 4 Bogor

Berat badan contoh diukur dengan menggunakan timbangan injak yang telah dikalibrasi dengan ketelitian 0.1 kg sedangkan tinggi badan contoh diukur menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data status gizi anak diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007.

Pengetahuan gizi diperoleh dari pengisian kuesioner oleh contoh. Konsumsi pangan contoh diperoleh dengan food recall selama 2x24 jam pada hari sekolah. Konsumsi pangan anak pada hari sekolah (food recall) diperoleh dari pencatatan kuesioner dengan metode wawancara. Kebiasaan makan contoh diperoleh dengan menggunakan metode FFQ (food frequency questionare).

Data aktivitas fisik (PAL) didapatkan dengan metode wawancara langsung (recall) dan hasilnya akan diolah dengan cara mengalikan bobot nilai per aktivitas (PAR) dengan lamanya waktu yang digunakan untuk beraktivitas. Menurut FAO (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:


(40)

Keterangan :

PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 18 jenis kategori berdasarkan PAR seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR

Kategori Keterangan PAR

PAL1 Tidur (tidur siang dan malam) 1 PAL2 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan

membaca

1.2 PAL3 Duduk sambil menonton TV 1.72 PAL4 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri),

berhias

1.5

PAL5 Makan dan minum 1.6

PAL6 Jalan santai 2.5

PAL7 Berbelanja (membawa beban) 5

PAL8 Mengendarai kendaraan 2.4

PAL9 Menjaga anak 2.5

PAL10 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75 PAL11 Setrika pakaian (duduk) 1.7

PAL12 Kegiatan berkebun 2.7

PAL13 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik)

1.3 PAL14 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir

membawa arsip)

1.6

PAL15 Olahraga (badminton) 4.85

PAL16 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5

PAL17 Olahraga (bersepeda) 3.6

PAL18 Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola, dan lain-lain)

7.5

Sumber : FAO (2001)

Selanjutnya PAL akan dikategorikan menjadi empat kategori menurut FAO (2001), seperti yang disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL Aktivitas Sangat Ringan < 1.40 Aktivitas Ringan 1.40- 1.69 Aktivitas Sedang 1.70-1.99 Aktivitas Berat 2.00-2.40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Pusat kebugaran jasmani dan rekreasi menyusun rangkaian tes yang diberi nama Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang kategorinya dikelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1) Umur 6 s/d 9 tahun; 2) Umur 10 s/d 12 tahun; 3) Umur 13 s/d 15 tahun; 4) Umur 16 s/d 19 tahun. Kategori dengan membedakan


(41)

juga jenis kelamin dimana kategori putra dan putri. TKJI merupakan battery test dimana terdiri dari tes lari sprint, tes pull-up/sit-up, sit-up,vertical jump, dan tes lari jarak sedang (Nurhasan & Cholil 2007). Penilaian terhadap masing-masing tes disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Penilaian untuk setiap butir tes TKJI

Untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani, maka nilai kelima butir tes tadi dijumlahkan kemudian dicocokan hasil penjumlahan tersebut dengan Norma TKJI pada Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) No. Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22-25 Baik Sekali (BS) 2 18-21 Baik (B)

3 14-17 Sedang (S) 4 10-13 Kurang (K)

5 05-09 Kurang Sekali (KS)

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah

Tes Nilai Usia 6-9 tahun Usia 10-12 tahun

Putra Putri Putra Putri

Lari cepat 40 meter

5 sd –5,5’’ sd –5,8’’ sd –6,3’’ sd –6,7’’ 4 5,8’’ –6,1’’ 5,9’’ –6,6’’ 6,4’’ –6,9’’ 6,8’’ –7,5’’ 3 6,2’’ –6,9’’ 6,7’’ –7,8’’ 7,0’’ –7,7’’ 7,6’’ –8,3’’ 2 7,0’’ –8,6’’ 7,9’’ –9,2’’ 7,8’’ –8,8’’ 8,4’’ –9,6’’ 1 8,7’’ – dst 9,3’’ – dst 8,9’’ – dst 9,7’’ – dst

Tes dorong tubuh 60 detik (push-up)

5 40 ke atas 33 ke atas 51 ke atas 30 ke atas 4 22 – 39 18 – 32 31 – 50 20 – 39 3 9 – 21 9 – 17 15 – 30 8 – 19

2 3 – 8 3 – 8 5 – 14 2 – 7

1 0 – 2 0 – 2 0 – 4 0 – 1

Tes baring duduk 30 detik (sit-up)

5 17 ke atas 15 ke atas 23 ke atas 20 ke atas 4 13 – 16 11 – 14 18 – 22 14 – 19 3 7 – 12 4 – 10 12 – 17 7 – 13

2 2 – 6 2 – 3 4 – 11 2 – 6

1 0 – 1 0 – 1 0 – 3 0 – 1

Tes loncat tegak (vertical jump)

5 38 ke atas 38 ke atas 46 ke atas 42 ke atas 4 30 – 37 29 – 37 38 – 45 34 – 41 3 22 – 29 22 – 28 31 – 37 28 – 33 2 13 – 21 13 – 21 24 – 30 21 – 27 1 0 – 12 0 – 12 0 – 23 0 – 20

Tes lari 600 meter

5 sd –2’.39’’ sd –2’.53’’ sd –2’.09’’ sd –2’.32’’ 4 2’.40’’ –3’.00’’ 2’.54’’ –3’.23’’ 2’.10’’ –3’.30’’ 2’.33’’ –2’.54’’ 3 3’.01’’ –3’.45’’ 3’.24’’ –4’.08’’ 2’.31’’ –2’.45’’ 2’.55’’ –3’.28’’ 2 3.’46’’ –4’.48’’ 4’.09’’ –5’.03’’ 2’.46’’ –3’.44’’ 3’.29’’ –4’.22’’ 1 4’.49’’ ke atas 5’.04’’ ke atas 3’.45’’ ke atas 4’.23’’ ke atas


(42)

disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner sehingga memudahkan pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning yaitu melakukan pengecekan ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Statistical Program for Social Sciences (SPPS) versi 16.0. Perbedaan antar variabel menggunakan uji beda t (Independent Samples T-test). Hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman.

Data pengetahuan gizi contoh yang diperoleh dengan memberikan pertanyaan tentang pangan dan gizi diberikan member nilai 1 pada jawaban yang benar dan member nilai 0 pada jawaban yang salah. Persentase hasil dari nilai pengetahuan gizi contoh dibandingkan dengan persentase skor berdasarkan Khomsan (2000) yaitu 1) rendah, jika kurang dari 60% (<60%); 2) sedang, jika 60-80%; dan 3) Baik, jika lebih dari 80% (>80%). Data antropometri diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) menggunakan timbangan injak, sedangkan pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm.

Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data yang telah diperoleh, yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Tabel 16 menunjukkan Nilai Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) yaitu menurut WHO (2007):

Tabel 16 Nilai indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U)

Variabel Kategori

≤-3 SD Sangat Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD Kurus

-2 SD sampai dengan 1 SD Normal >1 SD sampai dengan 2 SD Gemuk

>2 SD Obesitas

Sumber: WHO (2007)

Hasil yang diperoleh berdasarkan indikator IMT/U dengan menggunakan software WHO anthroplus 2007, dikategorikan ke dalam status sangat kurus (≤-3 SD), kurus (-3SD<Z<-2SD), normal (-2SD<Z<+1SD), gemuk (+1SD<Z<+2SD), dan obese (>2SD).

Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT dikonversi ke dalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan


(1)

Lampiran 2 (lanjutan)

Correlations

stgizi kualitasmenu

Spearman's rho stgizi Correlation Coefficient 1.000 -.252

Sig. (2-tailed) . .116

N 40 40

kualitasmenu Correlation Coefficient -.252 1.000

Sig. (2-tailed) .116 .

N 40 40

Correlations

tktkebugaran kualitasmenu

Spearman's rho tktkebugaran Correlation Coefficient 1.000 .419**

Sig. (2-tailed) . .007

N 40 40

kualitasmenu Correlation Coefficient .419** 1.000

Sig. (2-tailed) .007 .

N 40 40


(2)

Lampiran 3 Frekuensi konsumsi berdasarkan sumber pangan

Jenis Pangan

Frekuensi

Total

0 1-3 3-6 >6

n % n % n % n % n %

Sumber karbohidrat:

Nasi 0 0 2 5 22 55 16 40 40 100

Mie 10 25 29 72,5 1 2,5 0 0 40 100

Roti 21 52,5 17 42,5 1 2,5 1 2,5 40 100

Kentang 38 95 2 5 0 0 0 0 40 100

Protein hewani:

Telur 4 10 25 62,5 11 27,5 0 0 40 100

Ayam 3 7,5 31 77,5 6 15 0 0 40 100

Sosis 38 95 2 5 0 0 0 0 40 100

Ikan 36 90 3 7,5 1 2,5 0 0 40 100

Nugget 39 97,5 1 2,5 0 0 0 0 40 100

Udang 39 97,5 1 2,5 0 0 0 0 40 100

Protein nabati:

Tempe 9 22,5 26 65 5 12,5 0 0 40 100

Tahu 22 55 18 45 0 0 0 0 40 100

Sayur:

Bayam 22 55 18 45 0 0 0 0 40 100

Kangkung 31 77,5 9 22,5 0 0 0 0 40 100

Gambas 36 90 4 10 0 0 0 0 40 100

Sop 19 47,5 21 52,5 0 0 0 0 40 100

Brokoli 39 97,5 1 2,5 0 0 0 0 40 100

Capcay 37 92,5 3 7,5 0 0 0 0 40 100

Lodeh 39 97,5 1 2,5 0 0 0 0 40 100

Daun singkong

38 95 2 5 0 0 0 0 40 100

Sawi 39 97,5 1 2,5 0 0 0 0 40 100

Buah-buahan

Melon 35 87,5 5 12,5 0 0 0 0 40 100

Pisang 33 82,5 7 17,5 0 0 0 0 40 100

Minuman:

Teh 11 27,5 23 57,5 4 10 2 5 40 100

Kopi 37 92,5 3 7,5 0 0 0 0 40 100

Air putih 0 0 0 0 3 7,5 37 92,5 40 100

Susu 25 62,5 5 12,5 10 25 0 0 40 100

Jus 36 90 4 10 0 0 0 0 40 100

Sop buah 38 95 2 5 0 0 0 0 40 100


(3)

Lampiran 4 Data antropometri siswa

Kode Sampel Usia (th)

BB (kg)

TB (cm)

IMT

Status Gizi

5201

11

32

143

15.65

Normal

5202

10

35.8

139.5

18.40

Normal

5203

10

31

136

16.76

Normal

5204

10

40.1

133.2

22.60

Obesitas

5205

10

28.2

134.2

15.66

Normal

5206

10

31.5

130.5

18.50

Normal

5207

10

50.7

140.1

25.83

Obesitas

5208

10

31.6

132.5

18.00

Normal

5209

11

33.2

131.5

19.20

Normal

5210

10

50.3

145

23.92

Obesitas

5211

10

27.5

128.5

16.65

Normal

5212

10

46

151.5

20.04

Gemuk

5213

10

29.6

135.5

16.12

Normal

5214

10

32.2

146.6

14.98

Normal

5215

10

26.1

137.8

13.74

Normal

5216

10

41.4

135.4

22.58

Obesitas

5217

10

38.4

140.5

19.45

Gemuk

5218

10

42.6

136

23.03

Obesitas

5219

10

52.6

141.5

26.27

Obesitas

5220

10

38

150

16.89

Normal

5221

10

31.4

134.5

17.36

Normal

5222

11

23.5

133.7

13.15

Kurus

5223

10

38.7

140

19.74

Gemuk

5224

10

40.8

139.6

20.94

Gemuk

5225

10

27.3

133.6

15.30

Normal

5226

10

53

155

22.06

Gemuk

5227

10

36

141.5

17.98

Normal

5228

10

28.9

141.4

14.45

Normal

5229

10

52.1

149.5

23.31

Obesitas

5230

10

29.5

138.5

15.38

Normal

5231

10

29.5

143

14.43

Normal

5232

11

34.5

131

20.10

Gemuk

5233

10

31

132

17.79

Normal

5234

11

48.6

150

21.60

Gemuk

5235

10

51.8

139.5

26.62

Obesitas

5236

10

42.6

142

21.13

Gemuk

5237

11

27.8

137.5

14.70

Normal

5238

10

32.4

134

18.04

Normal

5239

11

28.8

133.5

16.16

Normal


(4)

Lampiran 5 Hasil tes kebugaran jasmani Indonesia

Kode Sampel Lari 40 m

(detik) Nilai Sit up Nilai Push up Nilai

Vertical jump

(cm) Nilai

Lari 600 m

(detik) Nilai

Total Nilai

Tingkat Kebugaran

5201 7.23 4 17 4 18 3 26 2 4.33 1 14 Sedang

5202 6.93 4 15 3 20 3 26 2 3.52 1 13 Kurang

5203 7.22 3 13 3 11 2 27 2 3.25 2 12 Kurang

5204 7.53 3 17 3 17 3 25 2 4.10 1 12 Kurang

5205 7.1 3 21 4 23 3 33 3 4.18 1 14 Sedang

5206 7.06 4 2 2 32 4 29 3 5.21 1 14 Sedang

5207 6.71 5 17 4 34 4 31 3 3.62 2 18 Baik

5208 5.57 5 21 5 33 4 29 3 3.75 2 19 Baik

5209 5.85 5 21 5 34 4 24 2 3.72 2 18 Baik

5210 7.5 3 20 5 25 4 30 3 4.67 1 16 Sedang

5211 4.85 5 23 5 20 3 33 3 2.58 2 18 Baik

5212 5.11 5 21 4 20 3 24 2 4.46 1 15 Sedang

5213 4.85 5 15 3 25 3 30 2 4.11 1 14 Sedang

5214 5.57 5 24 5 25 3 29 2 2.58 2 17 Sedang

5215 6.3 5 12 3 19 3 23 2 3.38 2 15 Sedang

5216 5.24 5 19 4 25 3 33 3 3.56 1 16 Sedang

5217 5.57 5 23 5 27 3 26 2 2.96 2 17 Sedang

5218 5.92 5 23 5 25 4 28 3 3.73 2 19 Baik

5219 6.71 4 20 4 21 3 24 2 2.92 2 15 Sedang

5220 6.44 5 12 3 24 4 30 3 5.21 1 16 Sedang

5221 7.5 4 12 3 23 4 24 2 4.33 1 14 Sedang

5222 7.32 4 16 4 26 4 22 2 4.08 2 16 Sedang

5223 8.31 3 12 3 26 4 25 2 4.08 2 14 Sedang

5224 7.99 3 16 4 24 4 33 3 4.90 1 15 Sedang

5225 5.08 5 25 5 31 4 28 3 3.03 3 20 Baik

5226 9.51 2 16 4 33 4 27 2 4.43 1 13 Kurang

5227 5.99 5 18 4 28 4 34 4 3.11 3 20 Baik


(5)

Kode Sampel Lari 40 m

(detik) Nilai Sit up Nilai Push up Nilai

Vertical jump

(cm) Nilai

Lari 600 m

(detik) Nilai

Total Nilai

Tingkat Kebugaran

5234 5.49 5 22 4 21 3 29 2 2.95 2 16 Sedang

5235 6.36 5 17 3 22 3 27 2 3.78 1 14 Sedang

5236 5.26 5 24 5 24 3 28 2 3.25 2 17 Sedang

5237 5.22 5 28 5 23 3 35 3 4.08 1 17 Sedang

5238 7.98 3 2 2 26 4 21 2 4.33 1 12 Kurang

5239 6.00 5 16 3 28 3 30 2 3.23 2 15 Sedang


(6)

Lampiran 3 Foto kegiatan penelitian

Tes Push Up

Tes Vertical Jump

Tes Lari Jarak 600 m Tes Sit Up

Pengisian Kuesioner Pengukuran Tinggi Badan