Hubungan Status Gizi (TB/U) dengan Status Kesehatan dan Prestasi Akademik Anak Usia Sekolah

HUBUNGAN STATUS GIZI (TB/U) DENGAN STATUS
KESEHATAN DAN PRESTASI AKADEMIK
ANAK USIA SEKOLAH

DIMAS BAGUS ARIEF FIKRI AZIZ

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi
(TB/U) dengan Status Kesehatan dan Prestasi Akademik Anak Usia Sekolah
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Dimas Bagus A.F.A.
NIM I14110010

ABSTRAK
DIMAS BAGUS A.F.A. Hubungan Status Gizi (TB/U) dengan Status Kesehatan
dan Prestasi Akademik Anak Usia Sekolah. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara status gizi
(TB/U) dengan status kesehatan dan prestasi akademik siswa kelas 4, 5, dan 6 SD
di Desa Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan
adalah cross sectional study, dengan subjek penelitian berjumlah 76 orang yang
terdiri atas 38 contoh berstatus gizi normal dan 38 contoh berstatus gizi stunting.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan, status gizi (TB/U),
tinggi badan ibu, pendapatan keluarga, tingkat kecukupan zat gizi (energi dan zat

gizi), dan status kesehatan (frekuensi dan lama sakit) pada contoh dengan status
gizi stunting signifikan lebih rendah dibandingkan dengan contoh normal (p <
0.1). Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan tingkat
kecukupan energi dan protein; pendapatan keluarga dengan tingkat kecukupan zat
gizi (energi, protein, zat besi, vitamin A, vitamin C, dan seng); besar keluarga
dengan tingkat kecukupan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan
seng); tinggi badan ibu dan tingkat kecukupan zat gizi (energi dan zat gizi)
dengan status gizi (TB/U); serta status gizi (TB/U) dengan status kesehatan
(frekuensi dan lama sakit). Semakin baik status gizi (TB/U), maka semakin baik
pula status kesehatan (semakin rendah frekuensi dan lama sakit) contoh.
Kata kunci: anak usia sekolah, prestasi akademik, status gizi, dan status
kesehatan.

ABSTRACT
DIMAS BAGUS A.F.A. The Association between Nutritional Status (H/A) and
Health Status and Academic Achievement in School-Aged Children. Supervised
by SITI MADANIJAH.
The aims of this study was to determine the association between nutritional
status (H/A) and health status and also between nutritional status (H/A) and
academic achievement of student in 4th, 5th, and 6th grade in Sukamakmur

Village, Bogor district. The design was a cross sectional study with 76 subjects,
consisting of 38 normal subjects and 38 stunting subjects. The result showed that
average subject’s height; subject’s nutritional status (H/A); mother’s height;
family income; nutritional adequacy level (energy and nutrients); and health status
(frequency and period of illness) in stunting subjects were significantly lower than
normal subjects (p < 0.1). There was a significant correlation between mother’s
education and nutritional adequacy level (energy and protein); family income and
nutritional adequacy level (energy, protein, iron, vitamin A, vitamin C, and zinc);
household size and nutritional adequacy level (energy, protein, vitamin A, vitamin
C, and zinc); mother’s height and nutritional status (H/A) and also nutritional
adequacy level (energy and nutrients) and nutritional status (H/A); and also
nutritional status (H/A) and health status (frequency and period of illness).

viii
Therefore, subjects with higher nutritional status (H/A) tend to have better health
status (lower frequency and period of illness).
Key words: academic achievement, health status, nutritional status, and schoolage children.

HUBUNGAN STATUS GIZI (TB/U) DENGAN STATUS
KESEHATAN DAN PRESTASI AKADEMIK

ANAK USIA SEKOLAH

DIMAS BAGUS ARIEF FIKRI AZIZ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

x

Judul
Nama

NIM

: Hubungan Status Gizi (TB/U) dengan Status Kesehatan dan
Prestasi Akademik Anak Usia Sekolah
: Dimas Bagus Arief Fikri Aziz
: I14110010

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

xii


vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai Februari 2015 ini
adalah stunting, dengan judul Hubungan Status Gizi (TB/U) dengan Status
Kesehatan dan Prestasi Akademik Anak Usia Sekolah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan memberi
saran kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS, atas
kesediaannya sebagai dosen pemandu seminar dan penguji pada ujian skripsi.
Terima kasih kepada rekan-rekan penelitian, pihak Sekolah SD Sukamakmur 01
dan 02, dan pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Supangat dan Ibu Asiqatul Alwiyah
selaku orang tua penulis yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis selama penyelesaian karya ilmiah ini. Selain itu, ucapan terima kasih
disampaikan kepada teman-teman Departemen Gizi Masyarakat angkatan 48 dan
pihak-pihak yang telah memberikan doa serta dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Dimas Bagus A.F.A.

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
Hipotesis...............................................................................................................3
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 4
KERANGKA PEMIKIRAN....................................................................................4
METODE PENELITIAN.........................................................................................7
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ............................................................... 7
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh................................................................ 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................................... 8
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................................. 9
Definisi Operasional ......................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 11
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 11
Karakteristik Contoh ......................................................................................... 13
Status Gizi ......................................................................................................... 15
Karakteristik Keluarga ...................................................................................... 16
Konsumsi Pangan...............................................................................................20
Status Kesehatan.................................................................................................26
Prestasi Akademik..............................................................................................27
Hubungan antar Variabel....................................................................................29
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................32
Simpulan.............................................................................................................32
Saran .................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

x

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19


Jenis dan cara pengumpulan data
Sebaran contoh berdasarkan usia dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan tinggi badan ibu dan status gizi
Rata-rata asupan energi dan zat gizi contoh berdasarkan status gizi
Rata-rata tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Rata-rata frekuensi konsumsi pangan contoh
Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan frekuensi, lama sakit, dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik dan status gizi
Sebaran contoh berdasarkan metode belajar dan status gizi


9
13
14
14
15
16
17
18
19
19
20
21
21
23
25
26
27
28
28

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Kerangka pengambilan contoh

6
8

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kesehatan
merupakan salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia. Faktor gizi
memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Meningkatnya derajat kesehatan akan meningkatkan kualitas SDM menjadi SDM
yang sehat, cerdas, dan produktivitas kerja tinggi.
Indonesia yang merupakan negara berkembang masih menghadapi masalah,
yaitu rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat. Masalah gizi di Indonesia
bukan hanya masalah gizi kurang, namun masalah gizi lebih pun juga melanda
Indonesia. Salah satu masalah gizi kurang yaitu kependekan (stunting). Stunting
merupakan gangguan pertumbuhan linear yang disebabkan oleh masalah gizi
kurang kronis yang terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Stunting dapat
menjadi suatu indikasi terjadinya masalah kesehatan masyarakat karena
berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas. Stunting
(kurang gizi kronis) dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi suatu negara
sebesar 8%. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan produktivitas kerja,
kemampuan kognitif, dan penurunan masa pendidikan (Horton dan Steckel 2013).
Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak
umur 5–12 tahun adalah 30.7 % (12.3 % sangat pendek dan 18.4 % pendek).
Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (14.9 %) dan tertinggi di
Papua (34.5%). Persentase anak laki-laki pendek usia 6 tahun sebesar 27.7% dan
perempuan sebesar 25.5% dan angka tersebut semakin meningkat sampai usia 12
tahun sebesar 37.7% (laki-laki) dan 34.9% (perempuan) (Balitbangkes 2013).
Prevalensi anak stunting usia sekolah (6-12 tahun) di Jawa Barat mencapai 34.2%
yang terdiri atas13.9% sangat pendek dan 20.3% pendek (Balitbangkes 2010).
Stunting erat kaitannya dengan status sosial ekonomi (Supariasa et al.
2001). Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi stunting di daerah pedesaan lebih
tinggi dibanding di perkotaan dengan selisih 8.5%. Hasil kajian Sandjaja et al.
(2013) berdasarkan survei pada 7211 anak 0.5-12 tahun di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi stunting di wilayah perkotaan sebesar 25.2% dan
39.2% di wilayah pedesaan. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prevalensi
stunting menurut pekerjaan paling tinggi pada petani/nelayan/buruh sebesar 40%.
Tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bogor masih tergolong rendah, hal ini dapat
dilihat dari jumlah keluarga miskin yang ada di pedesaan maupun di perkotaan.
Keluarga miskin yang ada di pedesaan sebesar 38,7%, sedangkan dikawasan
perkotaan jumlah keluarga miskin mencapai 28,8%. Jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Bogor lebih banyak tinggal di pedesaan yang erat kaitannya dengan
sektor pertanian (Balitbangkes 2010). Menurut Khuwaja et al. (2005), pekerjaan
ayah sebagai petani menjadi faktor risiko stunting anak sekolah dasar di Pakistan.
Terdapat hubungan kuat antara kemiskinan rumah tangga dan pendapatan per
kapita dengan tinggi badan anak sekolah dasar di Afrika Selatan (Tinnaeus dan
Ngidi 2011).

2
Masalah stunting dapat menghambat perkembangan anak dengan dampak
negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Kerusakan yang
diakibatkan oleh anak pendek tidak dapat dirubah (Horton dan Steckel 2013).
Anak stunting berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun, dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa.
Anak-anak stunting menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh
menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat, dan
lebih rentan terhadap penyakit (Horton dan Steckel 2013). Victora et al. (2008)
menyimpulkan dari hasil studi kohort The Maternal and Child Undernutrition
Study Group bahwa ukuran bayi lahir yang kecil dan stunting pada masa anakanak berhubungan dengan tinggi badan dewasa yang rendah, penurunan massa
tubuh tanpa lemak, rendahnya masa sekolah, berkurangnya fungsi intelektual,
berkurangnya pendapatan, dan berat bayi lahir yang rendah dari ibu yang stunting
pada masa anak-anak.
Penelitian pada anak usia sekolah yang mengalami stunting menunjukkan
buruknya tes perhatian, memori kerja, belajar, dan kemampuan visuospasial.
Stunting mempengaruhi proses perkembangan kognitif yang sedang berlangsung
pada masa usia sekolah (Kar et al. 2008). Hasil penelitian di Kabupaten
Bengkayang Bidayuh, Kalimantan Barat pada anak sekolah yang berusia 7-8
tahun menunjukan bahwa anak yang stunting berat memiliki skor IQ yang lebih
rendah dibandingkan dengan anak yang mengalami stunting ringan (Webb dan
Block 2005). Hasil penelitian Mukudi (2003) yang meneliti pengaruh status gizi
pada pencapaian skor akademik di sekolah dasar di Kenya menunjukkan bahwa
anak perempuan yang kurang gizi mencapai skor tes yang lebih rendah.
Stunting memiliki konsekuensi negatif jangka panjang pada kesehatan.
Prevalensi stunting yang cukup tinggi banyak ditemui di lingkungan yang
dikarakteristikkan dengan prevalensi penyakit infeksi yang tinggi (de Onis dan
Blossner 2003). Stunting mengurangi daya tahan tubuh sehingga dapat
meningkatkan derajat keparahan penyakit infeksi, misalnya malaria (Verhoef et
al. 2002). Hubungan signifikan antara malaria dan stunting ditemukan dari hasil
penelitian kohort pada anak balita di Kenya (Nyakeriga et al. 2004). Oleh karena
itu, berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
stunting dengan status kesehatan dan prestasi akademik anak usia sekolah.

Perumusan Masalah
Stunting (kurang gizi kronis) dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi suatu
negara sebesar 8%. Anak stunting berhubungan dengan prestasi pendidikan yang
buruk, lama pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang
dewasa. Anak-anak stunting menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk
tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat
dan lebih rentan terhadap penyakit (Horton dan Steckel 2013). Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik anak yang stunting dan normal (umur, jenis kelamin,
dan uang saku) dan karakteristik keluarga (umur orang tua, besar keluarga,
pendidikan dan pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita, serta tinggi ibu)?

3
2. Bagaimana perilaku konsumsi (jenis, frekuensi, dan jumlah) pangan anak
sekolah dasar yang stunting dan normal?
3. Bagaimana perbedaan antara prestasi akademik anak sekolah dasar yang
stunting dengan anak yang normal?
4. Bagaimana hubungan antara status gizi (TB/U) dan prestasi akademik anak
usia sekolah?
5. Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh anak sekolah dasar yang stunting
dan normal?
6. Bagaimana perbedaan status kesehatan (lama dan frekuensi) anak sekolah
dasar yang stunting dengan anak yang normal?
7. Bagaimana hubungan antara status gizi (TB/U) dan status kesehatan anak usia
sekolah?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan mengkaji status kesehatan dan prestasi
akademik anak usia sekolah yang stunting dan normal.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi dan membedakan karakteristik anak yang stunting dan
normal (usia, jenis kelamin, dan uang saku) dan karakteristik keluarga (umur
orang tua, besar keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, pendapatan per
kapita, serta tinggi badan ibu).
2. Mengidentifikasi dan membedakan perilaku konsumsi (jenis, frekuensi, dan
jumlah) anak sekolah dasar yang stunting dengan anak yang normal.
3. Mengidentifikasi dan membedakan status kesehatan dan prestasi akademik
anak yang stunting dengan anak yang normal.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik anak (uang saku) dan karakteristik
keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan per kapita, dan besar keluarga)
dengan konsumsi pangan anak.
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga (tinggi badan ibu) dan
konsumsi pangan anak dengan status gizi.
6. Menganalisis hubungan antara status gizi (TB/U) dengan status kesehatan dan
prestasi akademik anak.

Hipotesis
1. Terdapat perbedaan antara karakteristik anak, karakteristik keluarga, perilaku
konsumsi, status kesehatan, dan prestasi akademik anak yang stunting dengan
anak yang normal.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik anak (uang saku) dan karakteristik
keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan per kapita, dan besar keluarga)
dengan konsumsi pangan anak.
3. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga (tinggi badan ibu) dan
konsumsi pangan anak dengan status gizi.

4
4. Terdapat hubungan antara status gizi (TB/U) dengan status kesehatan dan
prestasi akademik anak.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
bahwa masalah stunting pada anak sebaiknya menjadi perhatian baik di kalangan
pemerintah sebagai pembuat kebijakan maupun pihak swasta dan masyarakat
terutama orang tua. Gambaran dari penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya
pemberian stimulus yang tepat untuk perkembangan anak, baik pada prestasi
pendidikan dan status kesehatannya. Selain itu, dukungan gizi serta pola asuh
makan yang tepat sangat dibutuhkan oleh anak guna menciptakan pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal sehingga terwujudnya sumber daya manusia
yang berkualitas di masa mendatang.

KERANGKA PEMIKIRAN
Anak-anak lebih sering terlihat seperti anak yang hiperaktif dan susah untuk
dikontrol. Penelitian ini menggunakan subjek anak-anak Sekolah Dasar (SD)
karena anak SD masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan khususnya
perkembangan kognitif. Selain itu, anak SD juga terlihat sangat aktif bermain
dengan teman-temannya dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga
dikhawatirkan anak-anak akan lebih sering terkena penyakit, seperti diare.
Perkembangan otak pada anak sangat cepat pada tahap prenatal dan
berlanjut setelah lahir. Pada masa anak-anak, lingkungan juga memiliki pengaruh
yang penting dalam perkembangan dan pertumbuhan sistem saraf pusat.
Kekurangan gizi pada masa kanak-kanak berdampak serius pada perkembangan
otak terutama pada jaringan saraf dan penyimpangan perilaku seperti kesulitan
belajar dan retardasi mental (UNICEF 2001). Kekurangan gizi yang
menggambarkan keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita adalah status gizi TB/U
(stunting), hal ini memberikan gambaran fungsi pertumbuhan atau tinggi badan
yang dilihat dari keadaan pendek (stunting).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status gizi, khusunya status
gizi TB/U, yaitu karakteristik keluarga dan karakteristik anak. Karakteristik
keluarga meliputi umur orang tua, besar keluarga, pendidikan orang tua,
pendapatan keluarga, dan tinggi badan ibu. Karakteristik orang tua, seperti umur
orang tua terutama ibu berpengaruh kepada kualitas pengasuhan serta pengalaman
dan kematangan ibu dalam pola pengasuhan dan penentuan makan anak. Menurut
Senbanjo et al. (2011), besar keluarga menentukan pemenuhan kebutuhan
makanan. Semakin banyak anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah,
semakin kecil jumlah pangan yang diperoleh anak. Shi et al. (2005) juga
menyatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh (pendidikan)
memiliki hubungan yang signifikan positif dengan asupan dan tingkat kecukupan
energi. Selain itu, menurut Suharjo (2003), tingkat pendapatan juga akan

5
mempengaruhi riwayat pemberian ASI pada anak dan kecukupan konsumsi
pangan pada suatu rumah tangga yang akan mempengaruhi asupan dan status gizi
anak. Status gizi anak akan berdampak pada perkembangan anak, khususnya
prestasi akademik.
Prestasi akademik adalah hasil pendidik terhadap proses belajar dan hasil
belajar siswa (Atkinson et al. 2000). Effendi (2012) menyatakan bahwa ada
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik, di antaranya status
gizi, faktor psikologi (minat, bakat, motivasi), faktor sosial, dan pendekatan
belajar (metode dan strategi belajar). Menurut Agustini et al. (2013), selain status
gizi, faktor genetik, dan lingkungan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik. Namun, faktor lingkungan yang paling banyak berpengaruh
pada prestasi akademik.
Faktor sosial yang mempengaruhi prestasi akademik anak meliputi umur
orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga
yang dimasukkan dalam karakteristik keluarga. Pendapatan per kapita keluarga
menggambarkan tingkat sosial ekonomi keluarga. Kemiskinan akan menyebabkan
keterbatasan keluarga dalam menyediakan berbagai fasilitas bermain sehingga
dapat menyebabkan otak anak kurang mendapatkan stimulasi. Hal ini dapat
menghambat perkembangannya. Menurut Puspitasari (2008) bahwa semakin
tinggi pendapatan keluarga, maka pola asuh belajar yang diberikan orang tua
semakin baik sehingga prestasi akademik anak semakin baik pula.
Anak-anak stunting menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk
tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat
dan lebih rentan terhadap penyakit (Horton dan Steckel 2013). Kemungkinan hal
yang diteliti adalah riwayat status kesehatan. Anak-anak biasanya aktif bermain
dan berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Hal itu membuat anak-anak
menjadi mudah untuk terkena penyakit, misalnya diare. Karakteristik anak yang
terdiri atas usia dan jenis kelamin mempengaruhi kekebalan tubuh anak. Pada
aspek usia, semakin bertambahnya usia anak, daya tahan tubuh anak biasanya
semakin meningkat. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki
biasanya memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat daripada anak perempuan.
Bagan kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

6

Karakteristik keluarga:
- Besar keluarga
- Umur orang tua
- Pendidikan orang tua
- Pekerjaan orang tua
- Pendapatan orang tua

Riwayat
pemberian
ASI pada anak

Karakteristik
anak:
- Jenis kelamin
- Umur
- Urutan Lahir
- Uang Saku
Konsumsi
Pangan:
- Jenis Pangan
- Frekuensi
- Jumlah

Asupan
- TKE & zat gizi
lain

Status Kesehatan

Faktor genetik:
- Tinggi badan ibu

Status Gizi (TB/U)

Prestasi
Akademik

Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel tidak diteliti
= Hubungan antar variabel yang dianalisis
= Hubungan antar variabel yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan status gizi dengan status kesehatan

7

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study.
dilakukan di SD Sukamakmur 01 dan 02, Kecamatan Sukamakmur,
Bogor yang dipilih secara purposive dengan pertimbangan cukup
kejadian anak sekolah dasar yang stunting di daerah tersebut.
berlangsung di bulan Januari-Februari 2015.

Penelitian
Kabupaten
banyaknya
Penelitian

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Teknik pemilihan SD dilakukan secara purposive. Populasi dalam penelitian
ini adalah anak SD kelas 4, 5, dan 6. Penentuan contoh dilakukan dengan
penerapan kriteria inklusi, yaitu contoh memiliki ibu yang tinggal dalam satu
rumah, tinggal di Desa Sukamakmur, serta ibu dan contoh bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Jumlah minimal contoh yang digunakan
berdasarkan perhitungan dari rumus Lemeshow dan David (1997).
n = (Z21-α/2 x p x q x N) / (d2 (N-1)+ Z21-α/2 x p x q)
n = [1.962 x 0.342 x (0.658) x 261] / [0.152 x (261-1)+(1.962 x 0.342 x 0.658)]
n = 33.60
Keterangan:
n
= besar contoh yang akan diteliti
Z21-α/2 = nilai z skor pada 1-α/2 dengan tingkat kepercayaan 95% (1.96)
p
= estimasi prevalensi stunting di Jawa Barat, yaitu sebesar 34.2% (Riskesdas 2010)
N
= total populasi contoh
d
= ketelitian atau presisi, yaitu 15%.

Berdasarkan perhitungan, maka contoh minimal yang dibutuhkan adalah 34
contoh untuk masing-masing kelompok anak stunting dan normal. Untuk
mengantisipasi jika terjadi drop out pada masing-masing kelompok, maka jumlah
minimal contoh ditambah sebanyak 10%. Jadi, jumlah minimal untuk masingmasing kelompok adalah 38 contoh sehingga total contoh dalam penelitian ini
adalah 76 contoh. Kerangka pengambilan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan siswa kelas 4, 5, dan 6
sebagai contoh adalah pada kelas 4, 5, dan 6 anak berada pada tahap kemampuan
komunikasi, penggunaan bahasa dan pengembangan pemikiran logis, sedangkan
pada tahap sebelumnya, yakni kelas 1, 2 dan 3 anak berada pada tahap
pengembangan membaca, menulis dan kemampuan matematik. Berdasarkan hal
tersebut, diharapkan pada tahap kedua yakni ketika berada di kelas 4, 5, dan 6,
siswa telah menguasai tugas perkembangan di tahap pertama sekolah dasar
sehingga memudahkan pelaksanaan penelitian. Selain itu, siswa kelas 4, 5, dan 6
sudah mulai aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan sehingga hal tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan status kesehatan anak.

8
Total populasi kelas 4, 5, 6
N = 261

SD Sukamakmur 01
n = 131
drop out (n=28)

Normal
n = 74

Stunting
n = 29

SD Sukamakmur 02
n = 130
drop out (n=25)

Normal
n = 70

Stunting
n = 35

Pemilihan sampel berdasarkan
kriteria inklusi dan Simple
Randomized Sampling

SD Sukamakmur 01
Normal
n = 19
Kelas 4 = 8
Kelas 5 = 7
Kelas 6 = 4

Stunting
n = 19
Kelas 4 = 6
Kelas 5 = 7
Kelas 6 = 6

SD Sukamakmur 02
Normal
n = 19
Kelas 4 = 5
Kelas 5 = 8
Kelas 6 = 6

Stunting
n = 19
Kelas 4 = 6
Kelas 5 = 9
Kelas 6 = 4

Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
mencakup karakteristik keluarga, karakteristik anak, status gizi anak, status
kesehatan anak/riwayat penyakit anak, dan frekuensi konsumsi pangan anak.
Pengambilan data dilakukan melalui metode pengamatan langsung dan
wawancara menggunakan kuesioner kepada anak dan ibu anak, serta pengukuran
langsung kepada anak-anak. Data sekunder adalah prestasi akademik, data
mengenai kondisi umum geografis, karakteristik demografi, dan sosial ekonomi
masyarakat yang diperoleh dari data sekolah dan kantor desa setempat.
Karakteristik keluarga terdiri atas besar keluarga, umur orang tua,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita keluarga, besar
keluarga, dan tinggi badan ibu. Karakteristik anak meliputi usia, jenis kelamin
anak, urutan lahir anak, dan uang saku.

9
Status kesehatan anak meliputi ada tidaknya penyakit yang dialami anak
dalam satu bulan terakhir, serta lama dan frekuensi sakitnya. Data pola asuh
makan anak meliputi riwayat pemberian ASI pada anak. Sedangkan frekuensi
konsumsi pangan menggambarkan kebiasaan konsumsi pangan yang penting bagi
tumbuh kembang anak, dalam satu bulan terakhir. Data status gizi anak
dikumpulkan menggunakan data antropometri melalui pengukuran tinggi badan.
Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Variabel
Primer
Karakteristik
Keluarga

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
Indikator
Cara pengumpulan
data
-

umur orang tua
pendidikan orang tua
pekerjaan orang tua
pendapatan
per
kapita
keluarga
- besar keluarga
- tinggi badan ibu
Karakteristik Anak
- usia
- jenis kelamin anak
- uang saku
Status Kesehatan
- jenis penyakit yang dialami
Anak
anak dalam satu bulan
terakhir
- lama sakit
- frekuensi sakit
Pola Asuh Makan
Riwayat Pemberian ASI pada anak
Konsumsi Pangan
Food Recall 2x24 jam
Kebiasaan konsumsi pangan dalam
satu bulan
Antropometri
- TB/U
Sekunder
Prestasi Akademik Nilai ujian enam bulan terakhir

Wawancara
dan
Antropometri

Wawancara

Wawancara

Wawancara
Wawancara
Wawancara
Antropometri
Data Sekolah

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan Statistical Packages for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0 for
windows. Berat badan dan tinggi badan anak dikonversikan ke dalam bentuk nilai
terstandar (z-skor) dengan menggunakan software WHO Anthro plus. Kemudian
dibandingkan menurut indeks TB/U dan IMT/U untuk anak usia 5-19 tahun.
Status gizi berdasarkan indeks TB/U adalah sangat pendek (z-skor < -3 SD),
pendek (-3SD ≤ z-skor < -2SD), normal (z-skor ≥ -2SD). Status gizi berdasarkan
indeks IMT/U adalah sangat kurus (z-skor < -3SD), kurus (-3 SD ≤ z-skor < -2
SD), normal (-2 SD ≤ z-skor < +2 SD), dan gemuk (z-skor ≥ +2 SD) (WHO

10
2007). Data uang saku per hari dikategorikan menjadi kecil (≤ Rp4 000) dan besar
(> Rp4 000) sesuai dengan rataan dari seluruh contoh.
Karakteristik keluarga meliputi usia orang tua, tinggi badan ibu, besar
keluarga, tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta pendapatan per kapita
keluarga. Usia orang tua dikelompokkan dewasa muda (20-29 tahun), madya (3049 tahun), dan lanjut (≥ 50 tahun) (WNPG 2004). Tinggi badan ibu dikategorikan
menjadi < 145 cm dan ≥ 145 cm (ACC/SCN 1992). Besar keluarga
dikelompokkan berdasarkan kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), besar (≥ 8
orang) (BKKBN 1997). Pendidikan dan pekerjaan orang tua dikelompokkan
berdasarkan jenjang pendidikan dan pekerjaan. Pendapatan keluarga
dikelompokkan menjadi miskin (≤ Rp285 076) dan tidak miskin (> Rp285 076)
(BPS 2014).
Asupan energi dan zat gizi diperoleh dari metode food recall 2x24 jam dan
dibandingkan dengan AKG 2013 untuk mendapatkan tingkat kecukupan energi
dan zat gizi. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan
zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah (Hardinsyah dan Briawan 1994):
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan:
KGij
= Penjumlahan energi dan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan
yang dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij
= Kandungan energi dan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan

Tingkat kecukupan merupakan persentase konsumsi aktual anak dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan. Secara umum tingkat kecukupan
zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994):
TKGi = (Ki/AKGi) x 100%
Keterangan:
TKGi = Tingkat kecukupan energi dan zat gizi i
AKGi = Kecukupan energi dan zat gizi i yang dianjurkan
Ki
= Konsumsi energi dan zat gizi i

Kategori tingkat kecukupan energi dan protein dikelompokkan menjadi
defisit (< 90%), normal (90-119%), dan kelebihan (≥ 120%) (Depkes 2003).
Kategori vitamin dan mineral dikelompokkan menjadi kurang (< 77%) dan cukup
(≥ 77%) (Gibson 2005). Selain itu, frekuensi konsumsi pangan diperoleh dari
metode Food Frequency Questionaires (FFQ) melalui pengisian kuesioner oleh
contoh yang mendapat penjelasan dan bimbingan dalam pengisiannya.
Status kesehatan diperoleh dari data frekuensi dan lama sakit yang
dikategorikan menurut nilai median yang telah dihitung. Kategori tingkat
morbiditas (frekuensi dan lama sakit) dapat dikelompokkan menjadi rendah (≤
nilai median) dan tinggi (> nilai median) (Untoro et al. 2005). Frekuensi sakit
dikategorikan rendah jika ≤ 2x/bulan sedangkan lama sakit ≤ 7 hari. Prestasi
akademik dilihat dari rata-rata nilai ujian mata pelajaran pada semester ganjil
tahun ajaran 2014/2015, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS.
Rata-rata nilai tersebut dikelompokkan ke dalam kategori kurang (< 60), cukup
(60-69), lebih dari cukup (70-79), dan baik (≥ 80) (Depdiknas 2008).

11
Analisis univariat (deskriptif) dilakukan terhadap semua variabel. Uji beda
dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk data yang tidak tersebar
normal sedangkan uji T-test untuk data yang tersebar normal. Analisis bivariat,
yaitu menganalisis keberadaan hubungan yang dilakukan dengan uji korelasi.
Data yang tersebar normal menggunakan uji hubungan Pearson, sedangkan data
yang tidak tersebar normal menggunakan uji hubungan Spearman.

Definisi Operasional
Anak Usia Sekolah adalah anak berusia 6-12 tahun. Contoh dalam penelitian
berada pada kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.
Keluarga adalah unit terkecil dalam sosial masyarakat yang terikat oleh
hubungan pernikahan serta hubungan darah atau adopsi, terdiri atas ayah,
ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu atap.
Pekerjaan Orang Tua adalah pekerjaan utama orang tua (ayah dan ibu) yang
memberikan penghasilan bagi keluarga.
Tingkat Pendidikan Orang Tua adalah pendidikan formal terakhir yang pernah
diikuti ayah atau ibu contoh, yang ditandai dengan surat tanda tamat
belajar/ijazah, tanpa memperhitungkan lama tinggal kelas. Pendidikan orang
tua dikategorikan menjadi Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan
Perguruan Tinggi.
Tingkat Pendapatan Keluarga adalah penghasilan per bulan yang diperoleh dari
pendapatan utama dan tambahan orang tua.
Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri atas keluarga kecil
(8 orang).
Status Kesehatan Anak adalah ada atau tidaknya penyakit infeksi yang diderita
oleh anak dalam satu bulan terakhir serta lama dan frekuensi sakitnya.
Pola Asuh Makan Anak adalah kemampuan orang tua (pengasuh) dalam
pemberian ASI pada anak.
Frekuensi Konsumsi Pangan adalah kebiasaan konsumsi masing-masing jenis
pangan sumber protein hewan dalam satu bulan terakhir.
Prestasi Akademik adalah gambaran mengenai penguasaan anak terhadap materi
pelajaran di sekolah. Prestasi akademik diukur melalui rata-rata nilai ujian
enam bulan terakhir dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA, dan IPS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Sukamakmur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dan sebagai ibu kota
Kecamatan Sukamakmur. Desa Sukamakmur di sebelah utara berbatasan dengan
dengan Desa Sukajaya, Kecamatan Jonggol, di sebelah timur Desa Sukamakmur
berbatasan dengan Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, di sebelah selatan

12
Desa Sukamakmur berbatasan dengan Kecamatan Cisarua dan Kecamatan
Megamendung sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibadak dan
Desa Pabuaran. Jarak tempuh dari desa Sukamakmur ke pusat fasilitas terdekat
adalah ± 12 Km, jarak ke kantor kecamatan adalah ± 0.5 Km, jarak ke ibu kota
kabupaten ± 31 Km, sedangkan jarak ke ibu kota propinsi ± 120 Km, dan jarak ke
ibu kota negara ± 64 Km.
Luas wilayah Desa Sukamakmur adalah ± 1 643.61 ha2. Wilayah Desa
Sukamakmur terdiri atas perumahan/pemukiman dan pekarangan, persawahan,
ladang/ hutan, perkebunan rakyat, kehutanan, kolam/tambak, sungai, pasar,
lapangan olah raga, perbukitan, tempat pemakanan umum, dan lain-lain. Desa
Sukamakmur terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri atas 8 RW (Rukun Warga) dan
18 RT (Rukun Tetangga). Struktur organisasi dan tata kerja pemerintahan desa
terdiri atas pemerintahan Desa Sukamakmur, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
dan kependudukan. Pemerintahan Desa Sukamakmur terdiri atas kepala desa,
sekertaris desa, kepala dusun, P3N, dan anggota BPD. Sedangkan lembaga
kemasyarakatannya ada anggota LPM, TP PKK, LINMAS, ketua RT dan RW.
Data kependudukan sampai dengan akhir bulan Maret 2014 meliputi jumlah
penduduk di Desa Sukamakmur adalah 6 458 orang yang terdiri atas penduduk
laki-laki sebanyak 3 223 dan penduduk perempuan sebanyak 3 235. Kepala
Keluarga di desa ini berjumlah 2 029 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk
desa Sukamakmur beragama islam dan hanya beberapa orang yang beragama
khatolik. Mata pencaharian penduduk Desa Sukamakmur umumnya adalah petani
baik petani padi, kopi, pisang, cengkeh, palawija, petani serabutan, dan petani
perikanan. Selain petani, mata pencaharian lain di Desa Sukamakmur antara lain
pedagang seperti pedagang sembako, nasi, kelontong, alat bangunan, dan lainlain. Kemudian, ada peternak di antaranya peternak sapi, kambing, dan ikan.
Selain itu, pekerjaan lainnya adalah wiraswasta, pengrajin, tukang bagunan,
penjahit, tukang ojek, sopir, bengkel, dan buruh pabrik. Data pemerintahan Desa
Sukamakmur tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan
pendidikan yang ditamatkan yaitu sebanyak 670 orang tidak tamat SD, 563 orang
tamat SD, 502 orang tamat SMP, 405 orang tamat SMA, 3 orang tamat akademi, 9
orang sarjana muda, dan 7 orang tamat perguruan tinggi. Data tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Sukamakmur cukup rendah.
Beberapa sarana telah ada di Desa Sukamakmur, di antaranya sarana
pemerintahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
umum, dan fasilitas perekonomian/perdagangan. Sarana kesehatan yang ada di
Desa Sukamakmur adalah puskesmas sebanyak 1 buah, posyandu 6 buah, tenaga
bidan 1 orang, bidan desa 1 orang, dan 3 dokter termasuk di antaranya dokter
puskesmas dan dokter gigi. Puskesmas yang terdekat merupakan UPT Puskesmas
kecamatan Sukamakmur. Jumlah posyandu di Desa Sukamakmur adalah 6 buah
posyandu yang terdiri atas posyandu Mawar 1 sampai dengan Mawar 6.
Posyandu ini terlaksana berkat bantuan para kader yang berjumlah sekitar 34
orang dan 1 orang bidan desa. Sarana pendidikan di Desa Sukamakmur terdiri atas
3 TK/ PAUD, 5 SD/ MI, 5 Madrasah Diniah, 2 SLTP/ MTS, dan 8 Pondok
Pesantren. Sarana pemerintahan terdiri atas 1 unit gedung kantor desa, 1 unit
gedung kantor BPD, 5 Pos Kamling, dan 1 Pos Kamdes. Fasilitas perekonomian
di Desa Sukamakmur terdiri atas pasar desa, terminal bayangan, toko, kios pupuk,
toko material, warung/kios, dan sebagainya.

13
Menurut data kesehatan Desa Sukamakmur tahun 2013, cakupan
pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di Desa Sukamakmur adalah K/S
(58.8%), D/S (58.1%), N/S (52.6%) dan N/D (94.4%). Artinya banyaknya bayi
yang datang ke posyandu dan ditimbang serta tingkat partisipasi kegiatan
posyandu masih rendah. Berdasarkan data BPB (Bulan Penimbangan Balita)
tahun 2013 diketahui balita gizi sangat kurang sebesar 1.3%, balita gizi kurang
sebesar 5.7%, gizi normal 90.7%, dan gizi lebih sebesar 2.3%.
Masalah kesehatan lain di Desa Sukamakmur adalah masalah kesehatan
lingkungan, terutama dalam rumah sehat, sarana air bersih (SAB), jamban
keluarga (JAGA), dan saluran pembuangan air limbah (SPAL). Berdasarkan data
tahun 2013, cakupan rumah sehat hanya mencapai 18%, saluran air besih sebesar
80%, jamban keluarga sebesar 25%, dan saluran pembuangan air limbah sebesar
18%. Artinya, di Desa Sukamakmur masih perlu adanya sosialisasi terkait dengan
kesehatan lingkungan terutama lingkungan keluarga.

Karakteristik Contoh
Subjek dalam penelitian ini adalah anak SD kelas 4, 5, dan 6. Karakteristik
contoh yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan uang
saku. Subjek yang diamati sebanyak 76 orang yang berasal dari dua sekolah yang
berbeda, yaitu SD Sukamakmur 01 dan SD Sukamakmur 02.
Usia
Rata-rata usia baik pada contoh stunting dan normal adalah 11 tahun.
Proporsi usia 12-14 tahun pada contoh stunting (42%) lebih banyak daripada
contoh normal (31%). Hasil menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
prevalensi stunting akan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan usia,
walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar usia kedua kelompok
contoh (p > 0.1) (Tabel 3). Hasil ini sejalan dengan penelitian Arifin (2015)
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar usia kelompok stunting dan
normal. Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Yasmin et al.
(2014) dan Friedman et al. (2005) bahwa peningkatan prevalensi kejadian
stunting berbanding lurus dengan peningkatan usia. Hasil analisis Yasmin et al.
(2014) menunjukkan bahwa semakin bertambah usia, maka rata-rata nilai z-skor
TB/U akan semakin menjauh dari nilai mediannya. Sebaran usia contoh dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia dan status gizi
Stunting
Normal
Total
Karakteristik
n
%
n
%
n
%
8-9 tahun
1
2.6
4
10.5
5
6.6
10-12 tahun
28
73.7
30
79.0
58
76.3
13-14 tahun
9
23.7
4
10.5
13
17.1
Total
38
100
38
100
76
100
Median (Min, Max)
11 (9,14)
11 (8,14)
11 (8,14)
1)

uji Mann-Whitney

p-value1)

0.140

14
Usia pada contoh stunting lebih dewasa dibandingkan dengan contoh
normal. Hal ini dapat menunjukkan bahwa terdapat contoh stunting yang
mengalami keterlambatan usia masuk sekolah dan tidak naik kelas. Hal tersebut
sesuai dengan analisis Daniels dan Adair (2004) bahwa anak stunting
berhubungan dengan keterlambatan usia masuk sekolah, tidak naik kelas, prestasi
belajar rendah, dan drop out.
Jenis Kelamin
Presentase jumlah anak perempuan dan laki-laki pada analisis ini hampir
sama, yaitu perempuan sebesar 48.7% dan laki-laki sebesar 51.3%. Proporsi
perempuan pada contoh normal (47.4%) lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki
(52.6%). Berbeda dengan contoh stunting, proporsi perempuan dan laki-laki sama
besar, yaitu 50%. Sebaran jenis kelamin contoh dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan status gizi
Stunting
Normal
Total
p-value1)
Karakteristik
n
%
n
%
n
%
Laki-laki
19
50
20
52.6
39
51.3
0.818
Perempuan
19
50
18
47.4
37
48.7
Total
38
100
38
100
76
100
1)

uji chi-square

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antar jenis kelamin kedua kelompok (p > 0.1). Hal ini sejalan dengan hasil analisis
Arifin (2015) dan Dekker et al. (2010) bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara stunting dengan jenis kelamin anak. Namun, berbeda dengan
Yasmin et al. (2014) dan El Hioui et al. (2011) di mana prevalensi stunting lebih
tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan memiliki perbedaan
yang signifikan.
Uang Saku
Uang saku merupakan uang yang diterima siswa setiap hari saat masuk
sekolah dari orang tua sebagai pegangan untuk jajan di sekolah. Rata-rata uang
saku pada contoh stunting sebesar Rp3 000 lebih kecil dibandingkan contoh
normal, yaitu sebesar Rp4 000. Uang saku contoh dibagi menjadi dua kategori,
yaitu kecil (≤ Rp4 000) dan besar (> Rp4 000). Pengkategorian uang saku contoh
dibuat berdasarkan rataan dari seluruh contoh. Sebaran uang saku contoh dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku dan status gizi
Stunting
Normal
Total
p-value1)
Kategori
n
%
n
%
n
%
Kecil (≤ Rp4 000)
26 68.4 21
55.3
47
61.8
0.228
Besar (> Rp4 000)
12 31.6 17
44.7
29
38.2
Total
38
100
38
100
76
100
Median (Min, Max)
3 000 (2
4 000 (2
3 000 (2
000, 10 000) 000, 10 000) 000, 10 000)
1)

uji Mann-Whitney

15
Proporsi uang saku pada contoh stunting yang termasuk ke dalam kategori
kecil (68.4%) lebih besar dibandingkan dengan contoh normal (55.3%). Hasil
analisis menunjukkan bahwa hasil uji beda Mann-Whitney tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada uang saku antar kedua kelompok (p >
0.1). Namun, terdapat kecenderungan bahwa pada contoh stunting memiliki uang
saku yang lebih kecil daripada contoh normal. Hal tersebut diperkuat oleh
kenyataan sebagian besar rata-rata pendapatan keluarga pada contoh stunting
termasuk ke dalam kategori miskin (65.8%). Hasil ini sejalan dengan penelitian
Arifin (2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara dua kelompok dengan uang saku.

Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi (Almatsier 2006). Penilaian status gizi secara antropometri
dapat menggunakan tiga indikator status gizi, yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Stunting dapat dinyatakan dengan nilai z-skor tinggi badan
menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan WHO (2007). Sebaran kategori status gizi contoh dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Stunting
Normal
Total
Kategori
n
%
n
%
n
%
Tinggi badan (cm)
Rata-rata±SD
131.1±7.1
138.4±9.9
134.7±9.3
TB/U
Median (Min, Max)
-2.0 (-3,-2)
-1.0 (-1,1)
-1.5 (-3,1)
IMT/U
Sangat kurus
1
2.6
0
0
1
1.3
Kurus
2
5.3
1
2.6
3
4.0
Normal
35
92.1
37
97.4
72
94.7
Total
38
100
38
100
76
100
Median (Min, Max)
0.0 (-3.0,0.0) 0.0 (-2.0,1.0) 0.0 (-3.0,1.0)
1)

p-value
0.0001)
0.0002)

0.9132)

uji t; 2)uji Mann-Whitney

Tabel 5 menunjukkan bahwa contoh stunting memiliki rata-rata tinggi badan
sebesar 131.1±7.1 cm adalah signifikan lebih rendah 7 (tujuh) cm dari rata-rata
tinggi badan contoh normal sebesar 138.4±9.9 cm (p < 0.1). Selain itu, rata-rata
nilai z-skor TB/U contoh stunting (-2.0 SD) signifikan lebih rendah daripada
contoh normal (-1.0 SD) (p < 0.1). Arifin (2015) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata tinggi badan contoh stunting dan
contoh normal serta terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai zskor TB/U contoh stunting dan contoh normal pada anak usia 10-13 tahun. Hasil
yang serupa diperoleh Yasmin et al. (2014) yang menunjukkan bahwa rata-rata
tinggi badan dan nilai z-skor TB/U contoh stunting signifikan lebih rendah

16
daripada contoh normal pada anak usia 6-12 tahun di delapan provinsi di
Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat,
Jawa Barat, Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Bali.
Pada indeks IMT/U, terdapat contoh stunting yang termasuk dalam kategori
sangat kurus sebesar 2.6% dan kurus sebesar 5.3%. Berbeda dengan contoh
normal, hanya sebesar 2.6% yang termasuk dalam kategori kurus dan sisanya
masuk dalam kategori normal (97.4%). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai zskor IMT/U contoh stunting tidak memiliki perbedaan yang signifikan (p > 0.1)
dengan contoh normal. Hasil ini sejalan dengan Jinabhai et al. (2003) yang
menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara stunting dengan overweight
pada anak usia 8-11 tahun di Afrika Selatan. Namun, berbeda halnya dengan
Arifin (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara status gizi IMT/U dengan stunting. Hal ini diduga karena sebagian besar
contoh stunting memiliki tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang masih
tergolong defisit sehingga tidak akan menyebabkan contoh menjadi overweight.

Karakteristik Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Karakteristik keluarga yang
diamati dalam penelitian ini adalah usia orang tua, pendidikan orang tua,
pekerjaan orang tua, besar keluarga, pendapatan per kapita, dan tinggi badan ibu.
Usia Orang Tua
Rata-rata usia ayah dan ibu keseluruhan contoh adalah 45 tahun dan 37
tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia ayah dan ibu pada contoh stunting
dan normal tidak terdapat perbedaan (p > 0.1). Usia orang tua dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu dewasa muda (20-29 tahun), madya (30-49 tahun), dan lanjut
(≥ 50 tahun). Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua dan status gizi dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan usia orang tua dan status gizi
Stunting
Normal
Total
p-value
Kategori
n
%
n
%
n
%
Usia ayah
Dewasa muda
2
5.3
1
2.6
3
4.0
Dewasa madya
23
60.5
30
79.0
53
69.7
0.1461)
Dewasa lanjut
13
34.2
7
18.4
20
26.3
Median
(Min,
45.5(25,70)
41.5 (27,70)
45 (25,70)
Max)
Usia ibu
Dewasa muda
6
15.8
6
15.8
12
15.8
Dewasa madya
29
76.3
31
81.6
60
78.9
0.6342)
Dewasa lanjut
3
7.9
1
2.6
4
5.3
Rata-rata±SD
36.9±8.0
36.2±6.3
36.6±7.2
Total
38
100
38
100
76
100
1)

uji Mann-Whitney; 2) uji t

17
Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata usia orang tua pada contoh stunting
lebih tua daripada contoh normal. Proporsi usia ayah pada contoh stunting yang
termasuk dalam kategori dewasa lanjut (34.2%) hampir 2 kali lipat lebih besar
daripada contoh normal (18.4%), walaupun hasil analisis uji Mann-Whitney tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar dua kelompok tersebut (p >
0.1). Begitu pula dengan usia ibu pada contoh stunting yang termasuk dalam
kategori dewasa lanjut (7.9%) lebih besar daripada contoh normal (2.6%),
walaupun hasil analisis uji T-test tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antar dua kelompok tersebut (p > 0.1).
Hasil analisis ini sejalan dengan Arifin (2015) dan Yasmin et al. (2014)
bahwa usia orang tua pada kelompok contoh stunting dan normal tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Dekker et al. (2010) juga menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara