Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan

(1)

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI

KOTA MEDAN

Oleh:

TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL 070100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR

KOTA MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL 070100301

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Status Gizi Dengan Prestasi Akademik Anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan

Nama : Tn Badiuzzaman Bin Tuan Ismail NIM : 070100301

---

Pembimbing Dosen Penguji I

(dr. Evo Elidar Harahap, Sp Rad) ( dr. Shafrizal, Sp PD )

Dosen Penguji II

( dr. Mistar Ritongga, SpF )

Medan, 14 Desember 2009 Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Dekan

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP: 19540220 198011 101


(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Upaya pembaikan gizi telah bermula sejak tahun enam puluhan

dan semakin berkembang hari demi hari. Tetapi sekarang, terdapat masalah dimana asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memperihatinkan. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang baik sehingga menjadi penerus bangsa yang unggul.

Tujuan : Dalam penelitian ini menguji pengaruh status gizi terhadap tingkat

pencapaian akademik terhadap anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan.

Metode : Penelitian deskriptiif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan

pengambilan data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, umur dan nilai prestasi akademik. Seramai 90 orang(36,29%) responden penelitian dari 248 orang siswa-siswi kelas 4,5 dan 6 diambil sebagai responden dengan metode

simple random sampling.

Hasil : Seramai 47 orang(55,2%) lelaki dan 43 orang(48,88%) perempuan telah

diambil sebagai responden menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-Square dengan membandingkan status gizi dengan nilai prestasi akademik dengan

hasil nilai (p = 0,488) berdasarkan tinggi badan menurut umur. Dengan menggunakan nilai pembatasan (p < 0,05), hasil untuk penelitian ini adalah tiada menunjukkan pengaruh yang signifikan status gizi terhadap prestasi akademik.

Kesimpulan : Rata-rata siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal

mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi responden yang mempunyai status gizi kurang dan malnutrisi juga mendapat pencapaian yang cemerlang dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang (12,22%) dan status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%). Maka, tiada pengaruh antara status nutrisi dengan tingkat pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan


(5)

ABSTRACT

Background: Efforts to restore nutrition has been started since the sixties and

growing day by day. But now, there are issues where nutrition intake of children of primary school in some parts of Indonesia is very apprehensive. Yet, every day needs good nutrition to these children to have health growth and intellectual development of good to become a winning nation next.

Objectives: In this study there is there to test the influence of nutritional status on

academic achievement for students SD in Kota Medan.

Method: The study descriptive-analytic cross-sectional approach and data

acquisition through weight measurement, height, age and value of academic achievement. 90 people (36,29%) respondents from the 248 students of grade 4, 5 and 6 was taken as respondents by using simple random sampling method.

Results: 47 students (55.2%) men and 43 students (44.88%) women had been

taken as the respondents indicated no impact on Chi-Square test to compare the nutritional status of the value of academic achievement with the value (p = 0.488) for a count of nutritional status based on height by age. By using the restriction value (p <0.05), the results of this research is to show no significant influence of nutritional status on academic achievement.

Conclusion: Average students in a normal nutritional status and also received the

outstanding result in their study and no influence of nutritional status with a value of academic achievement students SD in Kota Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul “Pengaruh Status Gizi Dengan

Tingkat Pencapaan Akademik Anak-ank Sekolah Dasar Di Kota Medan”

disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU.

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A (K) selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran USU.

3. Dr Evo Elidar Harahap, SpRad selaku pembimbing penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaian studi.

5. Bapak Drs. Sumarno selaku kepala sekolah SD Swasta Muhammadiyah 03, Kota Medan dengan keikhlasan telah memberikan izin dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

7. Teman-teman mahasiswa Stambuk 2007 Fakultas Kedokteran USU yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan dalam proses menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti masih menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 24 Nopember 2010 Peneliti

Tn Badiuzzaman Bin Tuan Ismail NIM : 070100301


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Definisi Gizi ... 5

2.2. Hubungan Pangan, Gizi dan Pembangunan Manusia Indonesia ... 6

2.3. Jenis-jenis Status Gizi ... 8

2.4. Metode Mengetahui Status Gizi ... 9

2.5. Jenis Parameter Status Gizi ... 9

2.6. Penilaian Status Gizi ... 11

2.7. Berat Badan Menurut Umur ... 16

2.8. Pengertian Belajar ... 17


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 27

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 27

3.2. Definisi Operasional ... 27

3.3 Hipotesa ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Rancangan Penelitian ... 30

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.5. Metode Analisis Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden ... 33

5.1.3. Pengukuran Antropometri ... 34

5.1.4. Nilai Prestasi ... 34

5.1.5. Hubungan Status Nutrisi Dengan Nilai(Tinggi) ... 35

5.2 Pembahasan ... 36

5.2.1. Karekteristik Responden ... 36

5.2.2. Status Nutrisi ... 36

5.2.3. Nilai Prestasi ... 37

5.2.4. Hubungan Status Nutrisi Dengan Nilai Prestasi ... 37

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi hasil penilaian IMT ... 13

3.1 Variabel dan definisi operasional ... 27

5.1 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin... 33

5.2 Sebaran Responden Menurut Umur ... 33

5.3 Sebaran Menurut Status Nutrisi Berdasarkan Tinggi ... 34

5.4 Sebaran Responden Menurut Nilai Prestasi ... 34

5.5 Analisa Status Nutrisi Dengan Nilai(Tinggi Badan) ... 35


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 3.1 Kerangka konsep status gizi anak


(12)

ABSTRAK

Latar belakang : Upaya pembaikan gizi telah bermula sejak tahun enam puluhan

dan semakin berkembang hari demi hari. Tetapi sekarang, terdapat masalah dimana asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memperihatinkan. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang baik sehingga menjadi penerus bangsa yang unggul.

Tujuan : Dalam penelitian ini menguji pengaruh status gizi terhadap tingkat

pencapaian akademik terhadap anak-anak Sekolah Dasar di Kota Medan.

Metode : Penelitian deskriptiif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan

pengambilan data melalui pengukuran berat badan, tinggi badan, umur dan nilai prestasi akademik. Seramai 90 orang(36,29%) responden penelitian dari 248 orang siswa-siswi kelas 4,5 dan 6 diambil sebagai responden dengan metode

simple random sampling.

Hasil : Seramai 47 orang(55,2%) lelaki dan 43 orang(48,88%) perempuan telah

diambil sebagai responden menunjukkan tiada pengaruh berdasarkan uji

Chi-Square dengan membandingkan status gizi dengan nilai prestasi akademik dengan

hasil nilai (p = 0,488) berdasarkan tinggi badan menurut umur. Dengan menggunakan nilai pembatasan (p < 0,05), hasil untuk penelitian ini adalah tiada menunjukkan pengaruh yang signifikan status gizi terhadap prestasi akademik.

Kesimpulan : Rata-rata siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal

mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi responden yang mempunyai status gizi kurang dan malnutrisi juga mendapat pencapaian yang cemerlang dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang (12,22%) dan status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%). Maka, tiada pengaruh antara status nutrisi dengan tingkat pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan


(13)

ABSTRACT

Background: Efforts to restore nutrition has been started since the sixties and

growing day by day. But now, there are issues where nutrition intake of children of primary school in some parts of Indonesia is very apprehensive. Yet, every day needs good nutrition to these children to have health growth and intellectual development of good to become a winning nation next.

Objectives: In this study there is there to test the influence of nutritional status on

academic achievement for students SD in Kota Medan.

Method: The study descriptive-analytic cross-sectional approach and data

acquisition through weight measurement, height, age and value of academic achievement. 90 people (36,29%) respondents from the 248 students of grade 4, 5 and 6 was taken as respondents by using simple random sampling method.

Results: 47 students (55.2%) men and 43 students (44.88%) women had been

taken as the respondents indicated no impact on Chi-Square test to compare the nutritional status of the value of academic achievement with the value (p = 0.488) for a count of nutritional status based on height by age. By using the restriction value (p <0.05), the results of this research is to show no significant influence of nutritional status on academic achievement.

Conclusion: Average students in a normal nutritional status and also received the

outstanding result in their study and no influence of nutritional status with a value of academic achievement students SD in Kota Medan.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mempertinggi derajat kesehatan dan gizi masyarakat dalam rangka peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Peningkatan ini diupayakan melalui perbaikan kesehatan masyarakat yang meliputi perbaikan gizi, penyuluhan kesehatan, penyehatan lingkungan pemukiman dan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Masalah gizi masyarakat berkaitan erat dengan masalah ekonomi, pertanian, pendidikan, politik dan lingkungan tempat tinggal (Soekirman, 2000).

Faktor lingkungan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat kesehatan masyarakat (S. Santoso & A. L. Ranti, 1995), yang meliputi kondisi geografis, keadaan sosial budaya dan agama, keadaan status sosial dan keadaan perumahan.

Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk yang antara lain ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi, anak balita, dan ibu maternal, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang; masih tingginya angka kematian akibat beberapa penyakit menular serta kecenderungan semakin meningkatnya penyakit tidak menular; kesenjangan kualitas kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah/daerah, gender, dan antar kelompok status sosial ekonomi; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan; serta terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan dan belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. (Departemen Kesehatan, 2005)


(15)

Pada saat ini kegiatan perbaikan gizi masyarakat meliputi penyuluhan gizi, pelayanan gizi di posyandu, pemanfaatan lahan pekarangan, peningkatan pendapatan keluarga serta pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan. Perbaikan keadaan gizi masyarakat merupakan syarat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik, mental dan sosial anak, dan juga untuk meningkatkan produktivitas kerja serta prestasi akademik dan prestasi olahraga. Oleh karena itu, keadaan gizi masyarakat merupakan salah satu ukuran penting dari kualitas sumber daya manusia. ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000)

Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ), yaitu asupan melebihi keluaran atau sebaliknya, atau kesilapan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergangguan ini utamanya berupa penyakit kronis, berat badan yang lebih dan kurang, pica, karies dentis dan alergi. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, lebih kurang 30% balita di dunia memiliki berat badan rendah, dengan kisaran 11% (sekitar 6.4 juta orang ) di Amerika Latin, 27% (31.6 juta orang ) di Afrika, dan 41% (154.8 juta ) di Asia. Prevalensi berat badan rendah terus menurun dari 42.6% pada tahun 1975 menjadi 34.6% di tahun 1995, tetapi kasus malnutrisi tidak berkurang sesuai dengan angka yang diharapkan. Sebahagian besar anak di dunia ( sekitar 80%) yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Tahun 1995, diperkirakan bahawa, lebih dari 200 juta ( 30% ) anak BALITA dunia berkutat dengan malnutrisi, keadaan yang menjerumuskan 50% anak dunia ke liang kubur. Sekarang, asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan. Padahal, setiap harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan kesehatan dan perkembangan intelektual yang baik, sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pengaruh asupan makanan ini adalah sangat mempengaruhi terhadap prestasi anak-anak di sekolah. Bukti akan


(16)

pentingnya asupan makanan yang sehat terhadap prestasi anak di sekolah diungkapkan hasil riset terhadap pelajar di Nova Scotia, Kanada, yang dimuat dalam Journal of School Health edisi April 2008. Dalam riset yang bertajuk Children Lifestyle and School-perfomance Study, Veugelers dan timnya memantau sekitar 4.600 anak kelas lima SD di Nova Scotia. Data riset mencatat ada 875 siswa atau 19,1 persen di antara partisipan, yang gagal melewati tes kemampuan dasar. Dari hasil penelitian terungkap, pelajar yang mengkonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang mulai dari buah-buahan, sayur, protein, serat dan komponen sehat lainnya secara signifikan memiliki prestasi yang baik di sekolah. Jadi dari penelitian ini,kita dapat membuktikan apa yang telah diperolehi di negara barat ini juga turut bisa dibuktikan di Indonesia. (Dr. H. Tb. Rachmat Sentika SpA, 2008), (UNICEF, 2007), (Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), 2005-2009), (Dr.Paul J.Veugelers, Journal of School Health edisi April, 2008)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan untuk mengetahui adakah status gizi mempengaruhi prestasi akademik anak-anak sekolah dasar bagi SD Swasta Muhammadiyah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1 di Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh status gizi dengan tingkat pencapaian akademik pada anak-anak sekolah dasar bagi kelas SD Swasta Muhammadiyah 03. 2. Mengetahui berat badan dalam kilogram(kg) anak-anak sekolah dasar

Swasta Muhammadiyah 03.

3 Mengetahui tinggi badan dalam sentimeter(cm) anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03.

4 Mengetahui prestasi akademik anak-anak kelas anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03.


(17)

Kegunaan atau manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah Kota Medan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan, untuk mengadakan kebijakan sebagai solusi bagi meningkatkan status gizi pada anak-anak yang kurang mampu di Kota Medan.

2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meingkatkan prestasi anak-anak sekolah di Kota Medan.

3. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan maklumat bagi mengetahui status gizi anak-anak sekolah dasar tersebut dan seterusnya mencari resolusi pada peringkat sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik anak-anak SD sekolah tersebut.

4. Bagi pihak masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas terutamanya dalam segi pendidikan.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002)

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).

Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang. (Moch. Agus Krisno Budiyonto)

Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga


(19)

berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting walaupun air dapat disediakan di luar bahan pangan. ( Moch. Agus Krisno Budiyonto )

Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi. (Ari Agung, 2002).

2.2.Hubungan pangan, gizi, dan pembangunan manusia Indonesia

GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan yang sedang kita galakkan bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebahagian dari modal pembangunan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah subjek dan objek dari pembangunan. Membangun manusia Indonesia seutuhnya bearti


(20)

menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup tercermin pada kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian pembangunan. Perlu ditekankan di sini, pengukuran itu tidak hanya kuantitatif, tetapi lebih diperhatikan kualitatifnya. Keadaan gizi masyarakat tidak lain adalah pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan tersebut.

Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong. Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50 sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada kemunduran kemampuan satu generasi.

Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:

I. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan. II. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia

muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.

III. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk bekerja, yang berarti menurunnya produtktivitas kerja manusia.


(21)

Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh. (Rachmad Soegih dkk, 1987).

Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. (Husaini,1997).

2.3 Macam-Macam Status Gizi

Menurut Supariasa, dkk, (2002) bahwa status gizi terbagi pada dua macam; status gizi normal dan malnut risi yaitu:

2.3.1 Status Gizi Normal

Keadaan tubuh yang mencerminkan kesimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh (adequate).

2.3.2. Malnutrisi

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk:

a) Under nutriton: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu

b) Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan

iodium, Fe dll


(22)

d) Imbalance: keadaan disproporsi zat gizi, misalnya tinggi kolesterol

karena tidak imbangnya kadar LDL, HDL dan VLDL

2.4 Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi 2.4.1 Survey:

Digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi dan/atau menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau menyeluruh, dengan cara survei cross-sectional.

2.4.2 Surveillence

Dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status gizi populasi tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang, sehingga dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

2.4.3 Penapisan (screening)

Untuk mengidentifikasi individu malnutrisi yang memerlukan intervensi, dengan cara membandingkan hasil pengukuran-pengukuran individu dengan baku rujukan (cut off point).

2.5 Jenis Parameter Status Gizi

Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

2.5.1 Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang salah.


(23)

Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Contoh: Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan 3 bulan 27 hari dihitung 3 bulan.

2.5.2 Berat Badan

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa,dkk, 2002).

Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk mengetahui keadaa gizi dan tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih 1998).

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.

2.5.3 Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.


(24)

2.5.4 Lingkar Kepala

Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran serebrospinal seperti hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.

2.5.5 Lingkar Lengan Atas

Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat badan.

2.5.6 Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit bagian triseps dan subskapular menggambarkan refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).

2.6 Penilaian Status Gizi

Macam-macam penilaian status gizi (Supariasa, dkk, 2002)

2.6.1 Penilaian status gizi secara langsung A. Antropometri

I. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

II. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola


(25)

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

III. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)

IMT= --- Tinggi Badan(m) x Tinggi Badan(m)

Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 IMT Indonesia

Status Kategori IMT


(26)

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan

17,0 – 18,5

Normal Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0

Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas.

B. Klinis

I. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

II. Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid

clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

C. Biokimia


(27)

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

II. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

D. Biofisik

I. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

II. Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2.6.2 Penilaian gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

A. Survei Konsumsi Makanan

I. Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.


(28)

II. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

B. Statistik Vital

I. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan.

II. Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

C. Faktor Ekologi

I. Pengertian

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

II. Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.6.3 Klasifikasi Status Gizi

Klasisifikasi status gizi dilakukan dengan menggunakan Skor Simpangan Baku (z-skor). Dalam hal ini standar deviasi unit (z-skor) digunakan untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi unit ini digunakan untuk


(29)

mengetahui klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan kriteria yang ditetapkan, antara lain berat badan, umur dan tinggi badan. Rumus perhitungan z-skor adalah:

z - skor = Nilai simpangan baku rujukan

Nilai individu subjek - nilai median baku rujukan

(Supariasa, dkk 2002: 71)

Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus diatas adalah sebagai berikut : (1) status gizi obes bila skor = >+2 SD ; (2)status gizi lebih bila z-skor = > +1 SD; (3) status gizi normal bila z-z-skor = +1 SD sampai -2 SD; (4) status gizi kurang bila z-skor = -3 SD sampai <-2 SD; dan (5) status gizi buruk bila z-skor = <-3 SD (WHO NCHS).

2.7 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) 2.7.1 Pengertian

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan –perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. (Supariasa, dkk, 2002).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti : dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau


(30)

lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

nutritional status)

2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Indeks BB/U

1. Kelebihan Indeks BB/U

I. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum II. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

III. Berat badan dapat berfluktuasi

IV. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil V. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

2. Kelemahan Indeks

I. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites

II. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.

III. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun

IV. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan

V. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.

2.8 Pengertian Belajar

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang


(31)

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (P. Irawan, dkk 1997).

Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons (P. Irawan, dkk 1997).

Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia atau dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi seorang pelajar (P. Irawan, dkk 1997).

Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh seorang anak (P. Irawan, dkk 1997).

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.8.1 Prinsip-prinsip Belajar

Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah :


(32)

1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapan.

2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku pelajaran itu sendiri.

Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

3. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.

4. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.

5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.

6. Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.

(Zainal Aqib 2002)

2.8.2 Teori-teori Belajar

Teori belajar yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:

1. Teori Conditioning

Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.

2. Teori Connectinism (Thorndike)

Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu: I. Trial and error (mencoba dan gagal)

II. Law of effect yaitu segala tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaaan yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

3. Teori Psikology Gestalt

Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat memahami/mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu


(33)

dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154).

2.8.3 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes maupun evaluasi (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.

Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang diungkap dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.

2.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Faktor internal (faktor dalam diri manusia)

Faktor ini meliputi:


(34)

I) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.

II) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.

III) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :

a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.

b. Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya.

Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa (SLB).

B. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) Faktor psikologi meliputi:

I) Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan


(35)

di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

II) Bakat

Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya.

ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah.

III) Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.

IV) Motivasi

Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.

VI) Faktor kesehatan mental

Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan


(36)

hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan

dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi :

A. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain :

I) Perhatian Orang tua

Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.

II) Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa,kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.

III) Hubungan antara anggota keluarga

Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat


(37)

kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

B. Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu factor alat dan kondisi gedung :

I) Guru, yang meliputi :

Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa.

II) Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa.

III) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;

a) Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk ruangan

b) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor c) Lantai tidak becek, licin atau kotor

d) Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar. Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.


(38)

C.Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial (Masyarakat)

I) Faktor media massa meliputi ; bioskop, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

II) Lingkungan sosial

a) Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagianak tersebut.

b) Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya,apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah,menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.

c) Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.

2.8.5 Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas (A. Zainul dan N. Nasution, 1997: 5).

Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu yang dianggap benar (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik, misalnya sopan santun, budi pekerti dan hubungan sosial dengan teman dan


(39)

lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit berikutnya (A. Zainul dan N. Nasution, 1997).

2.9 Pengaruh Status Gizi terhadap Prestasi Belajar

Status gizi adalah pengukuran kadar gizi dalam tubuh seseorang yang dapat diukur dengan skala berat bedan. Berat badan dapat menentukan terhadap asupan makanan apa yang dikonsumsi seseorang. Hal ini tentu berhubungan dengan kecukupan gizi yang sesuai baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.

Pada usia anak sekolah kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas atau kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/hari.

Kebutuhan energi sangat dibutuhkan pada proses pembelajaran anak, karena pada proses belajar ilmu pengetahuan yang diterima berhubungan dengan jasmaniah yang diperoleh melalui panca indera, sehingga apabila salah satu panca inderanya rusak maka anak tidak akan sempurna menerima pelajaran yang berdampak terhadap buruknya prestasi belajar mereka. Anak dengan status gizi kurang atau buruk selain mengalami hambatan pertumbuhan fisik juga akan mengalami gangguan belajar antara lain berupa penurunan prestasi akademik di sekolah.


(40)

Status gizi

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, hubungan kerangka konsep tentang status gizi dengan prestasi akademik anak-anak sekolah dasar ini akan diuraikan berdasarkan variabel yaitu hasil dari pengukuran antropometri dalam bentuk status nutrisi dan dihubungkan dengan prestasi akademik anak-anak sekolah dasar tersebut.

Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan status gizi anak dan prestasi akademik anak.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Antropomet ri

BB adalah jumlah massa tubuh yang dihitung dalam

kilogram(kg)

TB adalah panjang tubuh yang dihitung dari

Penimban g,

pengukur tinggi dan tabel indeks

Pengukuran TB dan penimbanga n

-BB(kg) -TB(cm) Tingkat

Pencapaian Akademik


(41)

telapak kaki hingga atas kepala dalam unit sentimeter(c m)

Status gizi Adalah keadaan tubuh akibat konsumsi zat-zat makanan BB dan TB dan umur BB(kg) dan TB(cm) menurut umur(tahun) berdasarkan tabel dengan hasil hitungan z-skor -Obesitas (>+2 SD) -terlebih gizi(>+1 SD) -normal(+1 SD hingga -2 SD) -kurang gizi(<-2 SD) -malnutrisi(< -3 SD) Ordina l Prestasi akademik Hasil ujian anak kenaikan kelas Raport terakhir Pengamatan data hasil ujian anak

-sangat baik (≥ 80) -baik (79-60) -kurang baik (59-40) -tidak baik (≤ 39)

Ordina l


(42)

Petunjuk: BB=berat badan TB=tinggi badan

Hasil pengukuran antropometri dan prestasi akademik merupakan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Penentuan hasil pengukuran antropometri dengan menggunakan pengukuran tinggi dan berat badan anak-anak tersebut dan dinilai menggunakan tabel indeks antropometri. Berat badan adalah jumlah massa tubuh anak-anak sekolah dasar yang dihitung dalam kilogram (Kg). Tinggi badan adalah panjang tubuh anak-anak sekolah dasar yang diukur dari telapak kaki hingga ke bagian atas kepala dalam unit sentimeter (cm).

Pengukuran indeks antropometri menurut berat badan, tinggi badan dan umur bagi anak-anak sekolah dasar akan menentukan tingkat status gizi anak-anak sekolah dasar tersebut.

Prestasi akademik merupakan hasil penilaian daripada ujian anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

3.3. Hipotesa

Ho : Tiada pengaruh antara status gizi dengan prestasi akademik anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

Hα : Ada pengaruh antara status gizi dengan prestasi akademik anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan mencari hubungan tingkat status gizi dengan prestasi akademik pada anak-anak sekolah dasar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan menurut umur pada anak-anak Sekolah Dasar Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan dan menilai prestasi akademiknya.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan bertempat di sebuah sekolah dasar yaitu SD Swasta

Muhammadi

yah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1 di

Kota Medan. Waktu penelitian direncanakan antara bulan Juli-Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03 bagi kelas 4, 5 dan 6 mewakili seluruh anak sekolah dasar usia 9 – 13 tahun yang berada di wilayah penelitian merupakan populasi dan sampel yang diteliti. Asupan gizi amat terpengaruh terhadap perkembangan intelektualitas anak-anak pada usia ini kerana pada usia inilah terjadi perkembangan otak yang pesat. Jadi, perkembangan aspek intelektualitas sangat berpengaruh dengan tingkat asupan gizi.

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 0.1 (Notoatmodjo, S. 2002). Maka diperoleh 82.5479 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 120 sampel:

n = ___N

1 + N (d)2 (Notoatmodjo, 2002) ____


(44)

n = besar sampel N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0.1) Data:

Anak-anak SD Muhammadi

yah 03, Jalan Setiabudi, Pasar 1

di Kota Medan:

Total : 473 orang.

n = ___

1 + 473(0.12) 473__

= 82.5479

Jumlah sampel diamabil seramai 90 orang bagi mendapatkan penelitian yang lebih

valid.

A) Ciri-ciri Inklusif

I) 90 anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

II) Lelaki dan wanita anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan kelas 4, 5 dan 6 dipilih secara rawak dari 284 orang murid.

III) Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan kelas 4, 5 dan 6 yang dipilih secara rawak mewakili keseluruhan anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan.

B) Ciri-ciri eksklusif

I)Anak-anak SD Swasta Muhammadiyah 03, Pasar 1, Kota Medan kelas 1, 2 dan 3.


(45)

4.4.Metode Pengumpulan Data

4.5.Responden pada penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar yang terpilih sebagai sampel pada penelitian ini. Metode yang digunakan adalah porposive sampling Untuk pengukuran status gizi, tinggi serta berat badan juga diambil menggunakan timbangan dan juga alat pengukur tinggi standar. Seterusnya diklasifikasikan berdasarkan indeks

antropometri dengan berdasarkan umur.

Untuk nilai prestasi akademik diambil dari pihak admistrasi sekolah tersebut atau raport terakhir dimana nilai tersebut adalah nilai ujian dari ujian kenaikan kelas.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap pengukuran akan diperiksa silang (cross-checked). Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Data yang lengkap akan dimasukkan ke dalam komputer. Pada proses pemasukan data akan dilakukan analisis tingkat status gizi dengan prestasi akademik akan dilakukan dengan menggunakan Statistic Package

for social Science Version 17(SPSS). Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk table dan grafik.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 03, Jalan Setiabudi kecamatan Pasar 1 di Kota Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 4. Sebaran Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Bilangan(orang) Persen(%)

Laki-laki 47 55,22 Perempuan 43 48.88

Total 90 100,00

Daripada tabel di atas responden penelitian kebanyakan adalah laki-laki dengan jumlah 47 orang atau 55,2 persen. Manakala responden perempuan berjumlah 43 orang atau 48,88 persen. Penelitian juga dipengaruhi oleh kehadiran anak-anak tersebut ke sekolah pada hari pengambilan data.

Tabel 5. Sebaran Responden Penelitian Menurut Umur

Umur Bilangan(orang) Persen (%)

9 tahun 5 5,6 10 tahun 25 27,8 11 tahun 31 34,4

12 tahun 25 27,8

13 tahun 4 4,4

Total 90 100,00

Tabel di atas didapati umur kebanyakan yang dilteliti adalah umur 11 tahun sebanyak 31 orang atau 34,4 persen. Umur kedua terbanyak yang diteliti


(47)

27,8 persen. Umur yang paling kurang diteliti adalah umur 13 tahun serta umur 9 tahun masing-masing seramai 4 orang atau 4,4 persen dan 5 orang atau 5,6 persen.

5.1.3. Pengukuran Antropometri

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Status Nutrisi Tinggi Badan Menurut Umur

Status Malnutrisi Bilangan(orang) Persen(%)

Malnutrisi 5 5, 55 Kurang Gizi 25 27.77 Normal 60 66.66 Terlebih Gizi 0 0,00 Obesitas 0 0,00

Total 90 100,00

Tabel 6 memperlihatkan jumlah responden penelitian yang telah dibagikan mengikut nilai z-skor yang dihitung menggunakan tinggi badan(cm) menurut umur. Dengan mengklasifikasikannya kepada 5 kategori yaitu dengan status malnutrisi, kurang gizi, normal, terlebih gizi dan obesitas. Hasilnya adalah sebanyak 5 orang atau 5,55 persen adalah malnutrisi, 25 orang atau 27,7 persen kurang gizi, 60 orang atau 66,66 persen dalam rentang normal. Tiada yang terlebih gizi mahupun obesitas.

5.1.4. Nilai Prestasi

Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Nilai Prestasi

Nilai prestasi Bilangan(orang) Persen(%) Cemerlang 32 35,55 Baik 58 64,44 Sedang 0 0,00 Gagal 0 0,00


(48)

Tabel 7 memperlihatkan rentang nilai-nilai prestasi akademik siswa-siswi yang telah diambil berdasarkan nilai ujian semester 2 yang sebelumnya. Nilai tersebut adalah nilai yang digunakan untuk proses kenaikan tingkatan untuk mereka. Nilai-nilai tersebut dihitung dalam bentuk persen dimana ia telah diklasifikasikan kepada 4 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang dan juga tidak baik. Hasilnya adalah sebanyak 32 orang atau 35,55 persen mendapat prestasi sangat baik, 58 orang atau 64,44 persen mendapat nilai baik dan tidak ada yang mendapat nilai sedang atau tidak baik.

5.1.5. Hubungan Antara Status Nutrisi Menurut Tinggi Badan Dengan Nilai Prestasi

Tabel 8 Sebaran Anak Menurut Status Nutrisi Tinggi Badan Dengan Nilai Prestasi

Status Nutrisi

Nilai P*

Cemerlang Baik Nilai P*

n(orang) Persen n(orang) Persen

0,488

Malnutrisi 1 1,11% 4 4,44%

Kurang Gizi

11 12,22% 14 12,22%

Normal 20 22,22% 40 44,44%

Terlebih Gizi

0 0,00% 1 1,11%

Total 32 58

*Uji statistic Chi-Square

Tabel 8 memperlihatkan jumlah dan persen apabila status nutrisi berdasarkan hitungan z-skor tinggi badan(cm) menurut umur(tahun) dibandingkan dengan nilai prestasi. Hasilnya dilampirkan menurut klasifikasi status nutrisi yaitu untuk malnutrisi, terdapat hanya 2 orang atau 2,22 peratus dengan nilai baik. Untuk kurang gizi pula terdapat 1 orang atau 1,11 persen dengan nilai cemerlang, 12 orang atau 13,33 persen dalam rentang nilai baik dan 2 orang atau 2,22 persen dengan nilai sedang. Untuk yang normal adalah 9 orang atau10,00 persen


(49)

mendapat nilai cemerlang dan 63 orang atau 70,00 persen dengan nilai baik. Tabel ini juga memperlihatkan hasil analisa status nutrisi berdasarkan hitungan z-skor tinggi badan(cm) menurut umur(tahun) dibandingkan dengan nilai prestasi yang menggunakan uji Chi-Square. Hasilnya adalah tidak bermakna berdasarkan nilai p = 0,488 dimana ia melebihi batas kemaknaan p = < 0,05. Jadi hipotesa nol diterima dimana tiada pengaruh antara status nutrisi berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan nilai prestasi akademik anak-anak SD Swasta Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.

Hal ini adalah berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa-siswi sekolah dasar di Nova Scotia, Kanada yang termuat dalam Journal of School Health edisi April 2008 dimana dalam penelitian yang bertajuk Children Lifestye and School-performance Study oleh Veugelers dan timnya menunjukkan terdapatnya pengaruh status nutrisi terhadap prestasi akademik murid-murid sekolah dasar di Nova Scotia.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Secara keseluruhannya, responden penelitian ini terdiri dari 47 orang laki-laki atau 55,22 persen dan juga 43 orang perempuan atau 47,77 persen. Hal ini dapat menggugurkan anggapan bahawa murid perempuan sentiasa mendominasi pretasi akademik di sekolah.

5.2.2. Status Nutrisi

Untuk status nutrisi berdasarkan hitungan z-skor tinggi badan(cm) menurut umur(tahun) pula, status nutrisi dalam rentang normal masih mendominasi keadaan dimana seramai60 orang atau 66,67 persen antara mereka adalah normal, diikuti kurang gizi 25 atau 27,77 persen, seterusnya malnutrisi seramai 5 orang atau 5,55 persen .Jadi ini masih menunjukkan kebanyakan antara mereka mempunyai status nutrisi yang normal. Hal ini juga menunjukkan yang asupan makanan sehari-hari mereka adalah mencukupi mengikut kebutuhan proses tumbesaran mereka.


(50)

Status gizi dapat ditentukan dengan 2 kaedah yaitu dengan menilai berat badan(kg) menurut umur(tahun) atau tinggi badan(cm) menurut umur(tahun). Proses penelitian ini, saya menggunakan tainggi badan(cm) menurut umur(tahun).

5.2.3. Nilai Prestasi

Dari hasil penelitian ini, dapat dikatakan secara keseluruhannya adalah baik karena 58 orang atau 64,44 persen antara mereka menunjukkan nilai yang baik. Seterusnya adalah 32 orang atau 35,55 persen mendapat nilai yang sangat baik manakala tiada responden yang mendapat nilai sedang dan nilai tidak baik.

5.2.4. Hubungan Antara Status Nutrisi Dengan Nilai Prestasi

Dengan menganalisa atau membandingkan status nutrisi berdasarkan hitungan z-skor tinggi badan(kg) menurut umur(tahun) dibandingkan dengan nilai prestasi. 14orang atau 4,44 persen responden yang dalam keadaan malnutrisi mendapat nilai yang baik. Seterusnya untuk kurang gizi pula terdapat seramai 14 orang atau 12,22 persen mendapat nilai baik dan 40 orang atau 44,44 persen gizi normal mendapat nilai yang baik. Seterusnya 1 orang 1,11 persen responden dengan malnutrisi mendapat nilai sangat baik. Manakala 11 orang atau 12,22 persen dengan kurang gizi mendapat nilai sangat baik dan seramai 20 orang atau 22,22 persen responden dengan gizi normal mendapat nilai sangat baik.

Penilaian hubungan menggunakan uji Chi-Square dimana hasilnya adalah nilai p = 0,488 menggunakan tinggi badan. Jadi, berdasarkan menggunakan batas kemaknaan p < 0,05, kedua-duanya menunjukkan hipotesa nol diterima dan menyatakan bahwa tiada hubungan antara status nutrisi dengan tingkat pencapaian prestasi akademik untuk murid-murid SD Swasta Muhammadiyyah 03, Pasar 1, Kota Medan. Hal ini mungkin karena banyak faktor genetik turut memainkan peranan. Anak-anak yang mempunyai tingkat kecerdasan otak yang tinggi(IQ) biasanya diturunkan oleh orang tuanya yang turut mempunyai tingkat IQ yang tinggi.Kesannya, penelitian pada mereka ini tidak begitu menunjukkan pengaruh yang signifikan.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1-Hipotesa nol diterima. Tidak hanya status nutrisi mempengaruhi tingkat pencapaian akademik anak-anak. Banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat pencapaian akademik antaranya adalah faktor genetik dari segi tingkat kecerdasan otak(IQ) yang diwarisi daripada orang tua mereka.

6.2. Saran

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1-Dinas Kesihatan mengadakan program kesihatan di sekolah dengan mengadakan penyuluhan status gizi kepada anak-anak dan orang tua dengan mempertingkatkan pengetahuan mereka tentang pemberian asupan gizi yang sempurna seperti pemberian makanan secara 4 sehat dan 5 sempurna kepada anak-anak.

2-Pihak sekolah harus mempertingkatkan lagi kadar latihan dan pembelajaran terhadap anak untuk mempertingkatkan lagi pencapaian akademik anak-anak tersebut selain menyediakan tempat yang kondusif untuk pembelajaran anak-anak.

3-Orang tua haruslah memberikan dukungan secara psikologis dan motivasi kepada anak-anak untuk meningkatkan pencapaian akademik mereka.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Budianto A K.,2009. Pangan, Gizi, dan Pembangunan Manusia Indonesia: Dasar- Dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM Press 1-16

Arisman., 2010. Gizi Remaja Dalam: Gizi Dalam Daur Kehidupan,Jakarta: EGC, 64-74

Black, James A dan Dean J Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian

Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Dalyono,M. 2001. Psikologi Pendidikan. .Jakarta: PT Rineka Cipta

Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Veugelers P. J., Children Lifestyle and Shool-perfomance Study, Journal of

School Health edisi April,2008.

Gaspersz, Vincent. 1991. Teknik Pemarikan Contoh untuk Penelitian Survei. Bandung: Tarsito.

Notoatmodjo, S. 2007. Teknik Pengambilan Sampel Dalam: Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta, 79-92

Peckenpaugh J. N.,2007. Growth and Development Issues In promoting Good Health In: Nutritional Essentials and Diet Therapy, NY: Elsevier Sauders, 358-372

Sastroasmoro S, Ismael S.,2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Ke–II, Segung Setung, Jakarta

Sumadi Suryabrata. 2004 . Psikologi Pendidikan. P.T. Grapindo Persada : Jakarta. Supariasa. et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 895

Zainul, A. Dan Nasution, A. (1994). Penilaian Hasil Belajar, Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud


(53)

LAMPIRAN

FORMULIR PERSETUJUAN (Informed Consent)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SURAT PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN: Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat Lengkap :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian tersebut dibawah ini yang berjudul: PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP

PENCAPAIAN AKADEMIK ANAK-ANAK SD SWASTA MUHAMMADIYAH 03, PASAR 1,KOTA MEDAN

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas, dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun , berhak membatalkan persetujuan ini.

Mengetahui, Medan,…………2009

Penanggung jawab penelitian Yang menyetujui

(TN BADIUZZAMAN TUAN ISMAIL) (………)


(54)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tn. Badiuzzaman Bin Tuan Ismail Tempat / Tanggal Lahir: Terengganu, Malaysia / 21 Oktober 1987

Agama : Islam

Alamat : Jln Dr. Mansur, Sei Padang , no. 78

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Tengku Ampuan Intan(1994) 2. Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Berang(2000) 3. Kolej Matrikulasi Negeri Sembilan (2005)

Riwayat Organisasi : 1. Naib Yang di-Pertua PKPMI-CM 2. Setiausaha kelab badminton PM-USU


(55)

No. Nama Berat (kg) Tinggi(cm) Umur(tahun) Prestasi Jantina 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Abiyyu Surya Amanda Azizsyah Aulia Luthfi Wiraduya Fadhilla Aulia Fikri Hafidz Hasan Syaifullah M. Afrizal Arianto M. Fadhlan Amri M. Haditya Nursyafa Ramadhani Satrio Marshalino Siti Nurhalizah Tiara Ratu Pertiwi Umar faruq Zahra Athariq Fariz Muslim Yoesoef Angga Royfandi Diana Safitri M. Fikri Jasumi Fikri Aryanta Isra NurQuraini Intan Fadhillah M. Zul Ikram Naufal Akram Nabilla Ananda Rizqika Anggita Raihan Ahmad Sultan Amar Syuci Ramadhani Stefhan Andrian Annisa Pratiwi Abdul latif Ajri Khairuna Add Arya Tama Ahmad Fauzi Adinda Alfira Adetya Nurul Bunga Tria Dini Hanifah Devitri Geraldi Riza Roesandi M. Iqra M. Fernanda 24.00 24.00 39.00 23.00 24.00 21.00 25.00 23.00 24.00 24.00 24.00 21.00 23.00 29.00 25.00 35.00 20.00 48.00 23.00 40.00 27.00 25.00 23.00 25.00 23.00 23.00 20.00 39.00 36.00 23.00 28.00 56.00 33.00 35.00 39.00 43.00 30.00 32.00 27.00 26.00 32.00 25.00 22.00 141.70 125.50 137.60 121.60 124.00 127.00 125.00 125.80 131.00 125.00 131.50 125.90 128.50 127.50 137.90 140.00 123.00 137.00 121.90 135.10 121.00 124.00 131.50 125.50 130.20 124.00 117.50 125.00 131.90 126.00 136.50 138.00 132.50 136.40 139.20 142.00 136.50 139.90 138.00 134.50 139.60 130.00 125.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 9.00 9.00 10.00 10.00 10.00 9.00 10.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 10.00 9.00 10.00 11.00 10.00 10.00 9.00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 10.00 10.00 84.70 82.60 87.80 77.70 96.80 87.10 89.80 88.00 87.50 90.80 76.00 83.00 81.40 89.90 81.80 86.30 74.00 76.00 77.00 69.00 73.00 75.00 74.00 75.00 69.00 80.00 71.00 73.00 76.00 76.00 76.70 77.72 75.45 74.10 81.59 78.00 71.50 67.20 71.54 65.18 73.59 79.80 74.60 L P P L L L L L L L L P L P L P P L P P L L P P P L P L P L P L L P P P P P L L L L L


(56)

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 M.Vegamas Triatmaja M.Theo Handoko Mutiara Khairunnisa Nurul Syakila Nurul Kamila Rahmah Safira Riska Aprillia Rizki Esa Jati Siti Nurhaliza Lubis Said Al Fahri Sella Dwi Pratiwi Thoriq Mahfuz Ummu Ainun Zulfikar Alif Akhbar Aris Munandar Nandito Syahputra Al Rizal sukr i Annisa Fahira Bima Arya Buana Doni Prayoga Filza Husna Fahmi Fadillah Farin Raniza Faisal Najib Isna Laksmita Indah Wahyu Watri Jihan Dinda Safira M. Nindo M. Farid Dwiki Nurul Nisa Rismaya Nurul Amalia Nur Utami Sarah Ratihsyafira Riski Ananda Akbar Sri Dewi Lestari Syahnaz Adilla Sarah Khairunnisa Widya Ayu Lestari Widya Ningrum Zaki Mubarok M.Prasetya Dwi Zikri M. Juli M. Kawalib Siti Aisyah 52.00 32.00 32.00 31.00 40.00 32.00 21.00 45.00 20.00 24.00 20.00 25.00 26.00 23.00 44.00 22.00 44.00 42.00 22.00 24.00 24.00 35.00 31.00 31.00 25.00 25.00 35.00 26.00 29.00 35.00 43.00 29.00 32.00 35.00 35.00 23.00 32.00 21.00 30.00 36.00 25.00 50.00 25.00 39.00 32.00 29.00 141.20 143.00 139.90 133.10 143.50 147.40 133.30 141.90 116.90 131.00 116.90 131.00 134.80 128.00 139.00 128.50 138.80 143.90 131.00 133.20 128.00 141.50 148.00 135.50 130.50 139.60 139.80 132.90 135.60 144.50 145.00 137.70 133.00 143.50 145.70 126.90 134.00 133.00 150.40 144.50 136.50 147.00 127.50 1139.00 139.00 132.40 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 11.00 10.00 10.00 10.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 13.00 12.00 12.00 12.00 13.00 11.00 12.00 13.00 12.00 12.00 13.00 11.00 12.00 11.00 11.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 11.00 12.00 12.00 12.00 82.60 85.00 68.50 78.60 76.20 72.90 76.80 74.09 83.80 66.70 81.90 87.80 76.30 77.40 68.00 83.00 79.00 75.30 80.00 73.70 75.20 81.30 77.60 78.30 82.20 82.50 71.40 73.30 76.80 87.60 76.40 70.20 71.00 76.80 80.30 83.30 75.20 77.70 87.50 87.50 76.00 85.54 73.00 79.80 72.60 63.70 P L P P P L P L P L P L L L L L P L L P L L L P P P L L P P P P L P L P P P L L L L L P L P


(57)

(58)

Data Lengkap:

Data Analisa Induk

Output Uji Hubungan Status Nutrisi Berdasarkan Tinggi Dengan Nilai Prestasi:

SNtinggi * Nilai Crosstabulation

Nilai

Total

cemerlang baik sedang

SNtinggi Malnutrisi Count 1 4 0 5

% within Nilai 1.11% 4.44% .0% 5.55%

Kurang gizi Count 11 14 0 25

% within Nilai 12.22% 12.22% .0% 27.77%

Normal Count 20 40 0 60

% within Nilai 22.22% 22.22% .0% 66.66%

Terlebih gizi Count 0 0 0 0

% within Nilai .0% .0% .0% .0%

Total Count 32 58 0 90

% within Nilai 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.435a 2 .488

Likelihood Ratio 1.465 2 .481

Linear-by-Linear Association .042 1 .837


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tn. Badiuzzaman Bin Tuan Ismail

Tempat / Tanggal Lahir: Terengganu, Malaysia / 21 Oktober 1987

Agama : Islam

Alamat : Jln Dr. Mansur, Sei Padang , no. 78

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Tengku Ampuan Intan(1994) 2. Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Berang(2000) 3. Kolej Matrikulasi Negeri Sembilan (2005)

Riwayat Organisasi : 1. Naib Yang di-Pertua PKPMI-CM 2. Setiausaha kelab badminton PM-USU


(2)

No. Nama Berat (kg) Tinggi(cm) Umur(tahun) Prestasi Jantina 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Abiyyu Surya Amanda Azizsyah Aulia Luthfi Wiraduya Fadhilla Aulia Fikri Hafidz Hasan Syaifullah M. Afrizal Arianto M. Fadhlan Amri M. Haditya Nursyafa Ramadhani Satrio Marshalino Siti Nurhalizah Tiara Ratu Pertiwi Umar faruq Zahra Athariq Fariz Muslim Yoesoef Angga Royfandi Diana Safitri M. Fikri Jasumi Fikri Aryanta Isra NurQuraini Intan Fadhillah M. Zul Ikram Naufal Akram Nabilla Ananda Rizqika Anggita Raihan Ahmad Sultan Amar Syuci Ramadhani Stefhan Andrian Annisa Pratiwi Abdul latif Ajri Khairuna Add Arya Tama Ahmad Fauzi Adinda Alfira Adetya Nurul Bunga Tria Dini Hanifah Devitri Geraldi Riza Roesandi M. Iqra M. Fernanda 24.00 24.00 39.00 23.00 24.00 21.00 25.00 23.00 24.00 24.00 24.00 21.00 23.00 29.00 25.00 35.00 20.00 48.00 23.00 40.00 27.00 25.00 23.00 25.00 23.00 23.00 20.00 39.00 36.00 23.00 28.00 56.00 33.00 35.00 39.00 43.00 30.00 32.00 27.00 26.00 32.00 25.00 22.00 141.70 125.50 137.60 121.60 124.00 127.00 125.00 125.80 131.00 125.00 131.50 125.90 128.50 127.50 137.90 140.00 123.00 137.00 121.90 135.10 121.00 124.00 131.50 125.50 130.20 124.00 117.50 125.00 131.90 126.00 136.50 138.00 132.50 136.40 139.20 142.00 136.50 139.90 138.00 134.50 139.60 130.00 125.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 9.00 9.00 10.00 10.00 10.00 9.00 10.00 10.00 10.00 11.00 10.00 10.00 10.00 9.00 10.00 11.00 10.00 10.00 9.00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 10.00 10.00 84.70 82.60 87.80 77.70 96.80 87.10 89.80 88.00 87.50 90.80 76.00 83.00 81.40 89.90 81.80 86.30 74.00 76.00 77.00 69.00 73.00 75.00 74.00 75.00 69.00 80.00 71.00 73.00 76.00 76.00 76.70 77.72 75.45 74.10 81.59 78.00 71.50 67.20 71.54 65.18 73.59 79.80 74.60 L P P L L L L L L L L P L P L P P L P P L L P P P L P L P L P L L P P P P P L L L L L


(3)

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 M.Vegamas Triatmaja M.Theo Handoko Mutiara Khairunnisa Nurul Syakila Nurul Kamila Rahmah Safira Riska Aprillia Rizki Esa Jati Siti Nurhaliza Lubis Said Al Fahri Sella Dwi Pratiwi Thoriq Mahfuz Ummu Ainun Zulfikar Alif Akhbar Aris Munandar Nandito Syahputra Al Rizal sukr i Annisa Fahira Bima Arya Buana Doni Prayoga Filza Husna Fahmi Fadillah Farin Raniza Faisal Najib Isna Laksmita Indah Wahyu Watri Jihan Dinda Safira M. Nindo M. Farid Dwiki Nurul Nisa Rismaya Nurul Amalia Nur Utami Sarah Ratihsyafira Riski Ananda Akbar Sri Dewi Lestari Syahnaz Adilla Sarah Khairunnisa Widya Ayu Lestari Widya Ningrum Zaki Mubarok M.Prasetya Dwi Zikri M. Juli M. Kawalib Siti Aisyah 52.00 32.00 32.00 31.00 40.00 32.00 21.00 45.00 20.00 24.00 20.00 25.00 26.00 23.00 44.00 22.00 44.00 42.00 22.00 24.00 24.00 35.00 31.00 31.00 25.00 25.00 35.00 26.00 29.00 35.00 43.00 29.00 32.00 35.00 35.00 23.00 32.00 21.00 30.00 36.00 25.00 50.00 25.00 39.00 32.00 29.00 141.20 143.00 139.90 133.10 143.50 147.40 133.30 141.90 116.90 131.00 116.90 131.00 134.80 128.00 139.00 128.50 138.80 143.90 131.00 133.20 128.00 141.50 148.00 135.50 130.50 139.60 139.80 132.90 135.60 144.50 145.00 137.70 133.00 143.50 145.70 126.90 134.00 133.00 150.40 144.50 136.50 147.00 127.50 1139.00 139.00 132.40 11.00 11.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 11.00 10.00 10.00 10.00 11.00 11.00 11.00 12.00 11.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 13.00 12.00 12.00 12.00 13.00 11.00 12.00 13.00 12.00 12.00 13.00 11.00 12.00 11.00 11.00 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 11.00 12.00 12.00 12.00 82.60 85.00 68.50 78.60 76.20 72.90 76.80 74.09 83.80 66.70 81.90 87.80 76.30 77.40 68.00 83.00 79.00 75.30 80.00 73.70 75.20 81.30 77.60 78.30 82.20 82.50 71.40 73.30 76.80 87.60 76.40 70.20 71.00 76.80 80.30 83.30 75.20 77.70 87.50 87.50 76.00 85.54 73.00 79.80 72.60 63.70 P L P P P L P L P L P L L L L L P L L P L L L P P P L L P P P P L P L P P P L L L L L P L P


(4)

(5)

Data Lengkap:

Data Analisa Induk

Output Uji Hubungan Status Nutrisi Berdasarkan Tinggi Dengan Nilai Prestasi:

SNtinggi * Nilai Crosstabulation

Nilai

Total cemerlang baik sedang

SNtinggi Malnutrisi Count 1 4 0 5

% within Nilai 1.11% 4.44% .0% 5.55%

Kurang gizi Count 11 14 0 25

% within Nilai 12.22% 12.22% .0% 27.77%

Normal Count 20 40 0 60

% within Nilai 22.22% 22.22% .0% 66.66%

Terlebih gizi Count 0 0 0 0

% within Nilai .0% .0% .0% .0%

Total Count 32 58 0 90

% within Nilai 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.435a 2 .488

Likelihood Ratio 1.465 2 .481

Linear-by-Linear Association .042 1 .837


(6)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.435a 2 .488

Likelihood Ratio 1.465 2 .481

Linear-by-Linear Association .042 1 .837

N of Valid Cases 90

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.78.