berpedoman pada indikator tambahan yang ditentukan oleh Bank Indonesia, Indikator tersebut pada dasarnya tetap memperhatikan apa yang disebut sebagai
kolektibilitas, yaitu keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang
ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya.
59
D. Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah
Penanggulangan kredit bermasalah dapat berupa upaya-upaya preventif maupun upaya-upaya represif. Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah,
pertama-tama bank harus melakukan upaya preventif dengan memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Sebelum kredit diberikan, bank harus melakukan
penilaian secara seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitor karena pengembalian kredit sangat tergantung kepada
keberhasilan proyek yang dibiayai. Apabila upaya preventif telah dilakukan, tetapi kredit yang diberikan
menunjukkan gejala-gejala bermasalah, bank akan melakukan upara represif, yaitu upaya-upaya penyelamatan kredit dengan melakukan tindakan yang tepat.
Yang dimaksud upaya-upaya penyelamatan kredit adalah upaya-upaya bank untuk melancarkan kembali kredit yang tergolong dalam kolektibilitas kurang lancar,
diragukan atau macet, sehingga debitor mempunyai kemampuan lagi untuk membayar kepada bank, baik bunga maupun pokoknya.
60
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 264BPPP Tanggal 29 Mei
59
Muhammad Djumhana, Op.cit., hal. 429
60
Sutan Remy Sjahdeini, Penyelamatan dan Penagihan Kredit Serta Permasalahannya. Makalah Jakarta, 1993, hal. 17.
Universitas Sumatra Utara
1993 tentang kualitas Aktiva Produktif dan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,
61
1. Penjadwalan Kembali
upaya-upaya penyelamatan kredit ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
Penjadwalan kembali atau rescheduling adalah perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu
pelunasannya, 2.
Persyaratan kembali Persyaratan kembali reconditioning adalah perubahan sebagian atau
seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum kredit. 3.
Penataan Kembali Penataan kembali restructiuring adalah perubahan syarat-syarat kredit
yang menyangkut: a.
Penambahan dana bank dan atau; b.
Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru dan atau;
c. Konversi seluruh atau sebagian kredit menjadi pernyataan dalam
perusahaan yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan kembali.
Selanjutnya, dalam upaya penyelamatan kredit, undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan juga secara khusus mengatur mengenai penataan
61
Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 264BPPP tanggal 29 Mei 1993 mencabut Surat Edaran Direksi Bank Indonesia No. 2312BPPP tanggal 28-2-1991 tentang Penggolongan
Kolektibilitas Aktiva Produktif dan Pembentukan Cadangan Atas Aktiva yang diklasifikasikan.
Universitas Sumatra Utara
kembali kredit yang telah diberikan, dengan cara melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit dimaksud menjadi modal bank untuk sementara waktu.
Pasal 7 huruf c undang-undang tersebut berbunyi sebagai berikut: “Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6,
Bank umum dapat pula melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat harus menarik kembali
pernyataannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.”
Sebagai petunjuk dari Pasal 7 huruf c undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tersebut Bank Indonesia SEB1 Nomor 251BPPP Tanggal 17 November
1992 perihal Pernyataan Modal dan Pemilikan Saham oleh Bank. Berdasarkan SEBI tersebut, penyertaan modal sementara untuk mengatasi kegagalan kredit
tersebut dibatasi selama-lamanya lima tahun atau kurang dari lima tahun untuk penyertaan bank tersebut telah terlampaui, tetapi perusahaan tersebut belum
memperoleh laba, bank wajib menghapus bukukan penyertaan modal dimaksud. Upaya penyelamatan kredit bermasalah, dapat saja dibarengi dengan upaya
mencari mitra usaha yang bersedia memasukkan tambahan modal fresh money dan keharusan bagi nasabah untuk menjual asetnya yang tidak produktif.
62
Apabila tindakan-tindakan penyelamatan kredit sudah dilakukan, tetapi tidak diperoleh hasil yang diharapkan, atau tindakan penyelamatan tersebut tidak
dilakukan bank dengan pertimbangan tidak mungkin menjadi lancar kembali, maka bank akan melakukan tindakan-tindakan penagihan dan penyelesaian kredit
bermasalah tersebut tindakan penagihan atau penyelesaian kredit bermasalah di
62
Sutan Remy Sjahdeini, Menanggulangi Kredit Bermasalah, Makalah bahan kuliah pada program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta: 1996, hal, 14.
Universitas Sumatra Utara
sini ialah upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitor dan atau penjaminnya atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah
dengan atau tanpa melikuidasi agunannya. Upaya apa yang akan ditempuh bank dalam penyelesaian kredit bermasalah tergantung kepada beberapa hal sebagai
berikut:
63
1. Kemauan baik nasabah untuk membayar kembali kredit;
2. Tersediana agunan, jenis agunan dan nilai agunan;
3. Penguasaan agunan oleh bank berkenaan dengan bentuk atau cara
pengikatannya. Dalam rangka penanggulangan kredit bermasalah ini upaya-upaya
penagihan atau penyelesaian kredit yang disediakan oleh hukum dan peraturan perundang-undangan meliputi:
1. Penyelesaian berdasarkan perikatan yang mengikat Bank dan debitor;
2. Penyelesaian melalui arbitase dengan meneantumkan Klausul arbitase
dalam perjanjian kredit sebagai alternatif untuk menyelesaikan kredit macet;
64
3. Penyelesaian melalui proses litigasi;
4. Penyelesaian melalui PUPN;
5. Penyelesaian melalui instansi Kejaksaan;
6. Penyelesaian melalui lembaga penyanderaan gijzeling.
Dalam rangka hendak melakukan proses litigasi melalui pengadilan, terdapat beberapa hal yang perlu dianalisa terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:
63
Ibid, hal. 16.
64
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, hal.
269.
Universitas Sumatra Utara
1. Status hukum debitor apakah individu, firma partnership, atau perseroan
terbatas. Apabila debitor berupa firma partnership tuntutangugatan ditujukan kepada nama firma atau atas nama para partner. Apabila firma
hanya dijalankan oleh satu orang saja sole proprietor, tuntutangugatan dapat ditujukan baik kepada nama pribadi orang tersebut atau atas nama
firma. Adapun kepada nama perusahaan sebagaimana terdaftar dalam daftar perusahaan.
2. Ada tidaknya asset debitor yang masih berharga yang dapat dieksekusi
untuk melaksanakan keputusan pengadilan. Dalam hal ini harus diperhitungkan juga biaya-biaya pengadilan dan biaya
lainnya seperti biaya pengacara. Perintah untuk melakukan tuntutangugatan kepada pengacara atau bagian hukum perusahaan. Di dalam pemberian perintah
untuk melakukan tuntutangugatan harus dipastikan bahwa mereka jurist telah diberi cukup informasi, misalnya mengenai tujuan dari klaim diajukan. Kapan
kewajiban debitor timbul untuk segera melunasi kredit, besarnya nilai klaim, status hukum debitor, informasi rinci lainnya yang relevan, serta bukti-bukti srat
dan lain sebagaimana yang dapat membuktikan bahwa debitor wanprestasi.
65
65
Herbert Edward, Op. cit., hal. 405-406.
Universitas Sumatra Utara
BAB IV PENJUALAN DI BAWAH TANGAN JAMINAN FIDUSIA ATAS KREDIT
MACET DIPERUM PEGADAIAN CAB. TANJUNG MORAWA
A. Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa