4. Diumumkan dalam sedikit-dikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di
daerah yang bersangkutan. 5.
Pelaksanaan penjualan dilakukan setelah lewat waktu 1satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis.
Oleh karena hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
“Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Penjualan di Bawah Tangan atas Jaminan Fidusia di Perum Pengadaian Cab. Tanjung Morawa”.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Fidusia di
Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa ? 2.
Bagaimana pelaksanaan Penjualan Jaminan Fidusia dalam upaya penyelesaian kredit macet di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa ?
3. Apa hambatan yang timbul dalam praktek penjualan jaminan Fudisua dan
bagaimana cara penyelesaiannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengatahui pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa.
Universitas Sumatra Utara
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Penjualan Jaminan Fidusia dalam
upaya penyelesaian kredit macet di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa.
3. Untuk mengetahui kendala yang timbul dalam praktek penjualan
jaminan Fidusia bagaimana cara penyelesaiannya.
2. Manfaat a. Teoritis
1 Penelitian ini dapat menambah referensi atau khasanah
kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya hukum jaminan secara Fidusia.
2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
bagi penelitian yang akan dapat apabila sama bidang penelitiannya.
b. Manfaat Praktis
1 Hasil penelitian in dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai pelaksanaan lembaga jaminan Fidusia di dalam masyarakat.
2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan
ilmu hukum, khususnya hukum jaminan secara Fidusia.
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai masalah terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Penjualan di Bwatah Tangan atas Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cab.
Tanjung Morawa belum pernah dilakukan dalam topic dan permasalahan yang
sama. Jadi penelitian ini dapat disebut “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan
Universitas Sumatra Utara
yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk meminimalkan tingkat pembiayaan bermasalah salah satu proses yang sangat penting adalah pada saat analisis kredit. Terdapat tiga fungsi yang
menyertai proses kredit, yaitu :
15
a. Business development dan analisis kredit
Aktivitas Business development terkonsentrasi untuk mengidentifikasi debitor yang memiliki potensi lancer dan membangun hubungan dalam
kredit. Analisis kredit adalah proses untuk menaksir resiko termasuk di antaranya
adalah melakukan review data financial debitor. b.
Eksekusi kredit dan administrasi Secara formal staf kredit menerima atau menolak pengajuan kredit dan
melakukan dokumentasi kredit. c.
Review kredit Petugas kredit akan melakukan review kredit secara periodic terutama
ketika masa kredit perlu diperbaharui. Pada saat review tersebut, mungkin masa kredit perlu diubah dan disesuaikan dengan perubahan status debitor.
Sebelum memberikan kredit, pihak kreditor biasanya melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap Character watak, Capcity kemampuan, Capital
15
Henderson, J.W dan Maness, T.S., The Financial Analisys Desk Book ; A Cash Flow Approach to Liquidity, New York :Van Nostrand Reinbold, 1989, hal 67.
Universitas Sumatra Utara
modal, Collateral agunan dan Condition of economic prospek usaha debitor atau yang lebih dikenal dengan istilah 5C. Sebelum melakukan pemberian kredit,
sekurang-kurangnya kreditor harus melakukan analisis kalayakan usaha melalui penerapan factor 5C serta penilaian terhadap aspek kemampuan membayar,
yakni:
16
a. Character
Faktor ini menyangkut kemauan debitor untuk membayar kembali kreditnya. Kemauan debitor dapat dilihat dari track record pembayaran
pinjaman sebelumnya maupun pertimbangan terhadap latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam bisnis.
b. Capacity
Faktor ini untuk menjawab pertanyaan “can he pay?” atau kemampuan debitor untuk membayar kreditnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari cash
flow. Sejarah pembayaran juga akan menjadi pertimbangan untuk melihat kemungkinan pembayaran yang akan datang.
c. Capital
Capital diperlukan untuk menjawab pertanyaan “how much can he pay?”. Capital juga dapat diartikan jumlah uang yang diinvestasikan dalam bisnis
tersebut dan besarnya resiko yang perlu ditanggung ketika bisnis tersebut gagal.
d. Conditional of Economy
16
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000, hal 394
Universitas Sumatra Utara
Penilaian factor ini menyangkut kondisi bisnis seperti tujuan peminjaman ataupun kondisi eksternal yang berada di luar kendali debitor seperti
kondisi ekonomi dan tingkat persaingan usaha. e.
Collateral Apabila terjadi suatu kegagalan oleh debitor yang menyebabkan macetnya
kredit, pemberi pinjaman akan menggunakan agunan collateral untuk melunasi kredit. Jadi agunan merupakan second way out bagi kreditor
untuk menjamin pembayaran kredit atau sebagai bentuk sekuritisasi kreditnya. Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai
jaminan guna kepastian pelunasan dikemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi hutangnya.
17
Kegiatan perkreditan akan berjalan lancer apabila adanya saling mempercayai dari semua pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut. Keadaan itupun dapat
terwujud hanya apabila semua pihak yang terkait mempunyai integritas moral. Kondisi dasar seperti ini sangat diperlukan oleh kreditor dalam usaha dan alokasi
dana untuk kredit, karena dana yang ada pada kreditor kemungkinan sebagian besar dana merupakan milik pihak ketiga yang dipercayakan kepada kreditor
tersebut. Dengan demikian sebaliknya pula bank dituntut dan kewajiban untuk selalu menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pihak ketiga dalam menjalankan
penggunaan dana tersebut. Jika kredit menilai bahwa seorang calon
dibitor telah memenuhi criteria di atas, barulah kreditor mau memberikan kredit yang diminta debitor tersebut.
18
17
Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 56-59
18
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal. 366
Universitas Sumatra Utara
Pemberian kredit atau pembiayaan selalu diminta jaminan dari debitor, jaminan yang dimaksud adalah keyakinan kreditor atas kemampuan debitor untuk
melunasi utangnya. Keyakinan tersebut diperoleh setelah kreditor menilai watak character, kemampuan capacity, modal capital, agunan collateral dan
prospek usaha dari debitor condition of economy. Seringkali kreditor tidak saja memegang agunan pokok yaitu barang yang dibiayai dengan kredit bank, tetapi
juga diminta agunan tambahan dari debitor berupa barang yang tidak dibiayai oleh kredit yang diikat secara hukum. Konsekuensinya jika kreditnya macet, maka
kreditor dapat memperoleh prioritas pengembalian dananya dengan mencairkan melelang agunana yang diberikan nasabah.
19
Oleh karena hal tersebut, dalam perjanjian jaminan kebendaan, benda tetap menjadi milik debitor, benda hanya disiagakan untuk menjaga-jaga terhadap
kemungkinan terjadi wanprestasi. Dalam jaminan perorangan tidak ada benda tertentu yang diikat dalam perjanjian, yang diikat dalam perjanjian adalah
kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban debitor. Dalam jaminan perorangan karena tidak diperjanjikan benda sebagai objek jaminan, maka apabila
terjadi ingkar janji akan berlaku ketentuan jaminan secara umum yang diatur dalam pasal 1131 KUH Perdata dan pasal 1132 KUH Perdata.
Pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara
yang berpiutang itu ada alas an yang sah untuk didahulukan. Ketentuan ini merupakan jaminan umum yang timbul dari undang-undang yang berlaku umum
19
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Jakarta :Program Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2002, hal. 30.
Universitas Sumatra Utara
bagi semua kreditor. Disini para kreditor mempunyai kedudukan yang sama paritas creditorum, kecuali apabila kreditor mempunya hak istimewa.
F. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian