Analisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, serta pengaruh tarif impor jagung dan harga minyak mentah dunia
PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,
SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA
MINYAK MENTAH DUNIA
Oleh:
ARI SUPRIYATNA A14303050
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(2)
Ari Supriyatna. A14303050. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Di bawah bimbingan Isang Gonarsyah.
Permintaan akan produk peternakan, terutama daging ayam ras cenderung meningkat pesat belakangan ini sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat aka n gizi. Konsekuensi logisnya permintaan pakan ternak mengalami peningkatan termasuk jagung karena jagung merupakan komponen utama penyusun pakan ternak dengan proporsi sebesar 51,4 persen.
Dampak yang ditimbulkan yaitu permintaan jagung selalu lebih tinggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan. Defisit yang terjadi selama periode 1995-2005 rata-rata sebesar 173,72 ribu ton per tahun, Masalah defisit jagung diatasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan impor jagung. Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Bulog kemudian memasuki era liberalisasi perdagangan diserahkan ke pihak swasta sehingga penetapan harga jagung tergantung pada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung di pasar domestik menjadi rentan terhadap harga jagung dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung dunia karena jagung impor banyak digunakan untuk bahan baku pakan tenak.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Jenis data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwareMicrofit 4.0 dan Minitab 14.12.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Tingkat integrasi pasar tersebut cukup lemah karena transmisi harga yang terjadi hanya bersifat satu arah yaitu harga jagung di pasar dunia ditransmiisikan ke pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Harga jagung di pasar domestik tidak dapat mempengaruhi harga jagung dunia dan daging ayam ras domestik. Pasar yang bertindak sebagai price leader dalam analisis ini adalah pasar jagung dunia sedangkan pasar jagung domestik dan pasar daging ayam ras domestik bertindak sebagai price taker.
Variabel harga minyak mentah dunia tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi integrasi pasar antara pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.
Pemberlakuan tarif impor tidak berpengaruh terhadap pembentukan harga jagung di pasar dunia dan domestik tetapi berpengaruh terhadap harga daging ayam ras domestik. Artinya tarif impor mempunyai pengaruh terhadap proses
(3)
pengaruh harga jagung dunia sehingga semakin melemahkan tingkat integrasi pasar yang terjadi. Maka dari itu pemerintah sebaiknya perlu mengkaji ulang kebijakan tarif impor jagung yaitu dengan cara meningkatkan nilai tarif impor menjadi di atas 20 persen dan mulai memberlakukan kuota impor jagung seperti negara lain untuk melindungi pasar jagung domestik dan industri hilirnya dari masuknya jagung impor dengan harga rendah.
(4)
Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia
Nama : Ari Supriyatna
NRP : A14303050
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi,
Prof. Dr. Isang Gonarsyah NIP. 131 846 872
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP.131 124 019
(5)
PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,
SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG
DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA
SKRIPSI
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
ARI SUPRIYATNA A14303050
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN–BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2007
Ari Supriyatna A14303050
(7)
Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada 19 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara keluarga pasangan Endang Juanda dan Elly Yuliansih.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Cawang 11 Pagi dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 268 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai ketua panitia Enterprenur Fair 2005 dan anggota kepanitaan kegiatan lainnya. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB) periode 2003/2004 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM Faperta) periode 2004/2005.
(8)
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Papa, Mama dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang.
2. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, MSi. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberi bimbingan dan dorongan bagi penulis.
3. Dr. Ir. Haryanto, MS sebagai dosen penguji utama.
4. A. Faroby Falatehan SP, ME sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.
6. Pihak BPS Pusat, Bpk. Rico dari Departemen Pertanian Jakarta, Bpk. Bubun dari Bulog, Departemen Perdagangan Jakarta, Departemen ESDM Jakarta, Bank Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan.
7. Mba Pini, Pak Husein dan Pak Basir yang sudah membantu selama penulis kuliah, skripsi, seminar dan sidang.
8. Sefrina Widyanti sebagai teman satu bimbingan dengan penulis atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.
9. Riri, Reni, Andri, Icha, Feby, Dessy, Mpo’ Hanum, Dani, Fitrina, Oka, dan Andi atas dukungan dan bantuan selama proses skripsi sampai sidang.
10.Andri dan Aris atas persahabatan dan kebersamaannya yang bermula dari satu kamar asrama sampai satu tempat tempat tinggal (kos) dimana kita selalu bersama untuk saling berbagi.
11.Teman-teman EPS ’40 dan Wisma Oneng sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan yang tak akan pernah terlupakan.
12.Semua pihak yang selama ini telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu per satu.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia” bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar yang terjadi antara pasar jagung baik dunia maupun domestik dengan pasar daging ayam ras domestik serta melihat pengaruh dari tarif impor jagung yang diberlakukan pemerintah dan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama berlangsungnya penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2007
(10)
vii
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung ... 9
2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung ... 11
2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor ... 13
2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung ... 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
3.1.1. Integrasi Pasar ... 17
3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 18
3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal ... 21
3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif ... 21
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23
3.3. Hipotesis Penelitian ... 27
3.4. Metode Analisis ... 27
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 31
4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32
4.2.1. Penstasioneran Data ... 33
4.2.2. Penentuan Ordo Autoregresi ... 34
4.2.3. Model Integrasi Pasar ... 35
4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 35
4.3. Definisi Operasional ... 36
V. EKONOMI MAKRO JAGUNG DAN DAGING AYAM 5.1. Profil Pasar Jagung Indonesia ... 37
5.2. Profil Pasar Jagung Dunia ... 42
5.3. Kebijakan Perdagangan Jagung ... 48
5.4. Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia ... 50
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Eksplorasi Data ... 53
(11)
PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,
SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA
MINYAK MENTAH DUNIA
Oleh:
ARI SUPRIYATNA A14303050
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(12)
Ari Supriyatna. A14303050. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Di bawah bimbingan Isang Gonarsyah.
Permintaan akan produk peternakan, terutama daging ayam ras cenderung meningkat pesat belakangan ini sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat aka n gizi. Konsekuensi logisnya permintaan pakan ternak mengalami peningkatan termasuk jagung karena jagung merupakan komponen utama penyusun pakan ternak dengan proporsi sebesar 51,4 persen.
Dampak yang ditimbulkan yaitu permintaan jagung selalu lebih tinggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan. Defisit yang terjadi selama periode 1995-2005 rata-rata sebesar 173,72 ribu ton per tahun, Masalah defisit jagung diatasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan impor jagung. Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Bulog kemudian memasuki era liberalisasi perdagangan diserahkan ke pihak swasta sehingga penetapan harga jagung tergantung pada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung di pasar domestik menjadi rentan terhadap harga jagung dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung dunia karena jagung impor banyak digunakan untuk bahan baku pakan tenak.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Jenis data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwareMicrofit 4.0 dan Minitab 14.12.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Tingkat integrasi pasar tersebut cukup lemah karena transmisi harga yang terjadi hanya bersifat satu arah yaitu harga jagung di pasar dunia ditransmiisikan ke pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Harga jagung di pasar domestik tidak dapat mempengaruhi harga jagung dunia dan daging ayam ras domestik. Pasar yang bertindak sebagai price leader dalam analisis ini adalah pasar jagung dunia sedangkan pasar jagung domestik dan pasar daging ayam ras domestik bertindak sebagai price taker.
Variabel harga minyak mentah dunia tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi integrasi pasar antara pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.
Pemberlakuan tarif impor tidak berpengaruh terhadap pembentukan harga jagung di pasar dunia dan domestik tetapi berpengaruh terhadap harga daging ayam ras domestik. Artinya tarif impor mempunyai pengaruh terhadap proses
(13)
pengaruh harga jagung dunia sehingga semakin melemahkan tingkat integrasi pasar yang terjadi. Maka dari itu pemerintah sebaiknya perlu mengkaji ulang kebijakan tarif impor jagung yaitu dengan cara meningkatkan nilai tarif impor menjadi di atas 20 persen dan mulai memberlakukan kuota impor jagung seperti negara lain untuk melindungi pasar jagung domestik dan industri hilirnya dari masuknya jagung impor dengan harga rendah.
(14)
Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia
Nama : Ari Supriyatna
NRP : A14303050
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi,
Prof. Dr. Isang Gonarsyah NIP. 131 846 872
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP.131 124 019
(15)
PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,
SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG
DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA
SKRIPSI
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
ARI SUPRIYATNA A14303050
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(16)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN–BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2007
Ari Supriyatna A14303050
(17)
Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada 19 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara keluarga pasangan Endang Juanda dan Elly Yuliansih.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Cawang 11 Pagi dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 268 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai ketua panitia Enterprenur Fair 2005 dan anggota kepanitaan kegiatan lainnya. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB) periode 2003/2004 dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM Faperta) periode 2004/2005.
(18)
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Papa, Mama dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang.
2. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, MSi. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberi bimbingan dan dorongan bagi penulis.
3. Dr. Ir. Haryanto, MS sebagai dosen penguji utama.
4. A. Faroby Falatehan SP, ME sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.
6. Pihak BPS Pusat, Bpk. Rico dari Departemen Pertanian Jakarta, Bpk. Bubun dari Bulog, Departemen Perdagangan Jakarta, Departemen ESDM Jakarta, Bank Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan.
7. Mba Pini, Pak Husein dan Pak Basir yang sudah membantu selama penulis kuliah, skripsi, seminar dan sidang.
8. Sefrina Widyanti sebagai teman satu bimbingan dengan penulis atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.
9. Riri, Reni, Andri, Icha, Feby, Dessy, Mpo’ Hanum, Dani, Fitrina, Oka, dan Andi atas dukungan dan bantuan selama proses skripsi sampai sidang.
10.Andri dan Aris atas persahabatan dan kebersamaannya yang bermula dari satu kamar asrama sampai satu tempat tempat tinggal (kos) dimana kita selalu bersama untuk saling berbagi.
11.Teman-teman EPS ’40 dan Wisma Oneng sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan yang tak akan pernah terlupakan.
12.Semua pihak yang selama ini telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu per satu.
(19)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.
Skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia” bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar yang terjadi antara pasar jagung baik dunia maupun domestik dengan pasar daging ayam ras domestik serta melihat pengaruh dari tarif impor jagung yang diberlakukan pemerintah dan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama berlangsungnya penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2007
(20)
vii
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung ... 9
2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung ... 11
2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor ... 13
2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung ... 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17
3.1.1. Integrasi Pasar ... 17
3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 18
3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal ... 21
3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif ... 21
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23
3.3. Hipotesis Penelitian ... 27
3.4. Metode Analisis ... 27
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 31
4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32
4.2.1. Penstasioneran Data ... 33
4.2.2. Penentuan Ordo Autoregresi ... 34
4.2.3. Model Integrasi Pasar ... 35
4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 35
4.3. Definisi Operasional ... 36
V. EKONOMI MAKRO JAGUNG DAN DAGING AYAM 5.1. Profil Pasar Jagung Indonesia ... 37
5.2. Profil Pasar Jagung Dunia ... 42
5.3. Kebijakan Perdagangan Jagung ... 48
5.4. Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia ... 50
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Eksplorasi Data ... 53
(21)
viii
6.4. Penentuan Model Integrasi Pasar ... 60
6.5. Pendugaan Koefisien ... 61
6.6. Pembahasan ... 62
6.6.1. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik ... 62
6.6.2. Analisis Pengaruh Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Integrasi Pasar ... 65
6.6.3. Analisis Pengaruh Tarif Impor terhadap Integrasi Pasar ... 66
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 69
7.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(22)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman Teks
1. Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional Tahun 1998 – 2002 ... 2
2. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Jagung Indonesia Tahun 1971 – 2006 ... 38
3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2000 – 2004
(000 ton) ... 40
4. Pertumbuhan Produksi Jagung di Lima Negara Produsen dan Indonesia Tahun 1996 – 2005 (%) ... 44
5. Perkembangan Pangsa Ekspor Jagung Negara Eksportir Utama dan
Indonesia Tahun 1995 – 2004 ... 45
6. Produksi dan Volume Ekspor Jagung Negara Produsen Utama, Rata-rata Tahun 1971 – 2001 dan 2001 – 2005 ... 46
7. Negara-negara Utama Importir Jagung Dunia Tahun 1997 – 2005 (juta ton) ... 47
8. Hasil Uji Unit Root (Level)... 59 9. Hasil Uji Unit Root (First Difference) ... 60 10. Koefisien Model VAR Integrasi Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras ... 61
(23)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman Teks
1. Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2000 – 2005 ... 5
2. Fluktuasi Harga Jagung Domestik dan Dunia, serta Harga Daging Ayam Ras Domestik Tahun 2000 – 2005 ... 6
3. Kurva Supply dan Demand Daerah Potensial Surplus dan Daerah Potensial Defisit ... 19
4. Kurva Excess Supply Daerah A dan Excess Demand Daerah B dalam
Model Perdagangan ... 20
5. Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Impor ... 22
6. Kerangka Pemikiran Operasional... 25
7. Kontribusi Sentra Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2005 ... 39
8. Perkembangan Produksi, Permintaan dan Impor Jagung Tahun
1995 – 2004 ... 41
9. Perkembangan Ekspor – Impor Jagung Indonesia Tahun 1971 – 2005 ... 42
10.Pangsa Produksi Produsen Utama Jagung Dunia dan Indonesia Tahun
1995 – 2005 ... 43
11.Perkembangan Populasi Ayam Ras dan Produksi Daging Ayam Ras
Tahun 1984 – 2006 ... 51
12.Perkembangan Harga Jagung Domestik Januari 2000 s/d Desember 2005 .. 54
13.Perkembangan Harga Jagung Dunia Januari 2000 s/d Desember 2005 ... 55
14.Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Domestik Januari 2000 s/d
Desember 2005... 56
15.Perkembangan Tarif Impor Jagung Januari 2000 s/d Desember 2005... 57
16.Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Januari 2000 s/d
(24)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman Teks
1. Neraca Ekspor – Impor Jagung Indonesia ... 75
2. Perkembangan Harga ... 76
3. Hasil Uji Unit Root pada Tingkat Level ... 79 4. Hasil Uji Unit Root pada Tingkat First Difference ... 81 5. Hasil Uji Lag Optimal ... 84
(25)
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pangan asal ternak sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dengan meningkatnya
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan gizi,
tingkat konsumsi sumber protein hewani cenderung meningkat. Menurut data
SUSENAS tahun 1981-2005, rata-rata konsumsi daging ayam ras selama periode
tersebut adalah sebesar 1,548 kg/kapita/tahun (52,96 persen) dari total empat jenis
daging (sapi, kambing, ayam ras dan ayam buras) yaitu 2,924 kg/kapita/tahun.
Rata-rata konsumsi daging sapi pada periode yang sama sebesar 0,555
kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi daging kambing hanya sebesar 0,098
kg/kapita/tahun.
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan konsumsi, produksi daging
ayam ras juga cenderung meningkat. Perkembangan produksi daging ayam ras
tahun 2004-2006 berfluktuasi namun cenderung meningkat dimana pada tahun
2004 sebesar 813,16 ribu ton, kemudian turun menjadi 749,36 ribu ton di tahun
2005 dan diperkirakan meningkat kembali menjadi 918,25 ribu ton di tahun 2006.
Konsekuensi logisnya akan permintaan pakan ternak mengalami peningkatan
termasuk jagung karena merupakan komponen utama penyusun pakan ternak.
Komponen jagung dalam produksi pakan ternak mempunyai proporsi yang
paling tinggi dibandingkan dengan komponen penyusun lainnya yaitu sebesar
(26)
kandungan gizi yang tinggi dalam pertumbuhan unggas. Pergeseran penggunaan
jagung dari konsumsi rumah langsung ke konsumsi industri pakan terjadi setelah
tahun 1990. Sebelum tahun 1990 permintaan jagung untuk konsumsi rumahtangga
jauh lebih tinggi dibandingkan industri. Namun pada tahun berikutnya sampai
tahun 2005 permintaan jagung untuk konsumsi industri meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan konsumsi rumahtangga (Deptan, 2006). Perkembangan
penggunaan jagung untuk konsumsi pakan selama periode 1990-2005 terus
mengalami pertumbuhan dengan laju sebesar 1,84 persen.
Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan jagung selalu meningkat.
Peningkatan kebutuhan jagung selalu diseimbangkan dengan usaha peningkatan
produksi jagung. Masalah yang terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara
produksi dan permintaan jagung. Selama tahun 1995-2005 jumlah permintaan
jagung selalu lebih tinggi dari jumlah produksi yang dihasilkan. Jumlah rata-rata
produksi jagung sebesar 10.024,06 ribu ton per tahun dan kebutuhannya sebesar
10.197,78 ribu ton per tahun. Pada tahun 1998 jumlah produksi jagung lebih besar
dibandingkan jumlah kebutuhannya karena pada tahun ini terjadi krisis ekonomi
yang menyebabkan beberapa industri pakan ternak menutup usahanya.
Tabel 1. Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional Tahun 1995-2003.
Tahun Produksi (000 ton) Kebutuhan (000 ton)
1995 8.245,90 8.678,10
1996 9.307,42 9.402,10
1997 8.770,85 9.357,50
1998 10.169,49 9.357
1999 9.204,04 9.244,50
2000 9.676,90 10.366,50
2001 9.347,19 9.595,30
2002 9.654,11 10.309,20
2003 10.886,44 11.676,40
2004 11.225,24 11.617
2005 12.523,89 12.572
Rata-Rata 10.024,06 10.197,78
(27)
Masalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan jagung diatasi oleh
pemerintah dengan melakukan impor jagung dari pasar dunia. Berdasarkan data
Departemen Pertanian (2005) rata-rata volume impor jagung Indonesia tahun
1990-2004 setiap tahunnya sebesar 749,9 ribu ton per tahun dengan laju
peningkatan sebesar 10,46 persen per tahun. Volume impor jagung terbesar terjadi
pada tahun 2003 yaitu 1.345,5 ribu ton dan terendah terjadi pada tahun 1992 yaitu
55,7 ribu ton.
Pembukaan keran impor jagung oleh pemerintah, pada awalnya
dimonopoli oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan tujuan untuk
menstabilisasi harga jagung di dalam negeri. Namun setelah Indonesia
meliberalisasi pasar jagungnya, peranan Bulog dalam mekanisme tataniaga dan
penetapan harga jagung dihentikan dan impor jagung diberikan kepada pihak
swasta (Amang, 1993). Sejak saat itu, tataniaga dan mekanisme penetapan harga
jagung diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung
di tingkat domestik menjadi rentan atau sangat tergantung terhadap harga jagung
dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung
dunia karena jagung impor banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.
1.2. Perumusan Masalah
Jagung merupakan komoditi perdagangan dunia yang sangat penting
sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan ternak. Pemenuhan kebutuhan
jagung dunia saat ini hanya dipenuhi dari beberapa negara produsen jagung seperti
Amerika Serikat, Cina, Brazil, Argentina, dan Meksiko. Menurut U.S. Grains
Council dalam Yusdja dan Agustian (2003), pada tahun 2000 sekitar 2,5 juta ton jagung digunakan untuk pakan ternak dan 3,9 juta ton dipakai untuk pangan dan
(28)
lainnya, sementara di negara ASEAN dari total pemakaian jagung sebesar 18,6
juta ton, sebanyak 13,9 juta ton (75 persen) digunakan untuk pakan. Indonesia
merupakan salah satu negara produsen jagung yang belum mampu memenuhi
kebutuhannya khususnya untuk industri pakan. Menurut data Departemen
Perdagangan (2006) selama periode 2000-2004 pangsa konsumsi jagung untuk
industri pakan ternak sebesar 4.196,6 ribu ton (37,56 persen) dari total
penggunaan jagung (11.163,6 ribu ton).
Kebutuhan jagung dalam negeri untuk industri pakan cenderung
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan produksi jagung. Hal ini merupakan
dampak tidak langsung dari besarnya permintaan masyarakat akan daging ayam
ras. Rendahnya produksi jagung dalam negeri menyebabkan kebutuhan jagung
untuk industri pakan harus diimpor dari pasar dunia walaupun dengan harga yang
lebih tinggi. Hal ini terjadi pada bulan April sampai Juni 2004 dimana harga
jagung dunia pada bulan April sebesar Rp. 1.149,20 per kg, Mei sebesar Rp.
1.149,35 per kg dan Juni sebesar Rp. 1.156,85 per kg, sedangkan harga jagung
domestik pada bulan yang sama sebesar Rp. 1.004,09 per kg, Rp. 1.076,52 per kg
dan Rp. 1.145 per kg. Faktor lain yang menyebabkan industri pakan mengimpor
jagung adalah kualitas jagung impor yang lebih baik dibandingkan dengan jagung
lokal. Hal inilah yang menyebabkan industri pakan dalam negeri menjadi sangat
tergantung terhadap jagung impor.
Di pasar dunia, volume perdagangan jagung mengalami penurunan dimana
pada tahun 1996 laju pertumbuhan produksi sebesar 13,92 persen, kemudian di
tahun 2000 turun menjadi -2,46 persen dan turun lagi menjadi -4,13 persen di
(29)
negara produsen utama jagung (USA, Brazil dan Cina) mengurangi ekspornya
untuk memproduksi bioetanol (bahan bakar alternatif) di dalam negeri sebagai
langkah antisipatif dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Perkembangan
harga minyak mentah dunia dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber : Departemen ESDM, 2006 (diolah)
Gambar 1. Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2000-2005.
Sementara produksi jagung dunia mengalami penurunan, konsumsi jagung
justru mengalami peningkatan. Negara pengimpor jagung utama dunia (Asia
Timur dan Asia Tenggara) diprediksikan selama periode 1997-2020 akan
mengalami peningkatan konsumsi sebesar 83 persen. Defisit penawaran jagung
dunia dalam memenuhi permintaan jagung akan menyebabkan harga jagung di
pasar dunia meningkat.
Peningkatan harga jagung ternyata tidak mengurangi volume impor jagung
Indonesia. Marjin yang terjadi antara harga jagung di pasar dunia dan pasar
domestik cenderung meningkat terutama sejak berlakunya kebijakan tarif impor.
Marjin ini menggambarkan adanya keterkaitan antara pasar jagung dunia dan
(30)
Sumber : Bulog, BPS dan Deptan (diolah)
Gambar 2. Fluktuasi Harga Jagung Domestik dan Dunia, serta Harga Daging Ayam Ras Domestik Tahun 2000-2005.
Fluktuasi harga yang terjadi di pasar dunia segera direspon ke pasar
domestik. Berdasarkan Gambar 2 harga jagung dunia dapat mempengaruhi harga
jagung domestik yang ditunjukkan dengan apabila harga jagung dunia mengalami
peningkatan maka harga jagung domestik juga akan meningkat, begitupun
sebaliknya.
Kenaikan harga yang terjadi di pasar dunia dan domestik segera diikuti
oleh kenaikan harga daging ayam ras di pasar domestik. Harga daging ayam ras
jauh lebih tinggi dari harga jagung karena pada daging ayam ras, harga yang
terjadi merupakan penjumlahan seluruh biaya input produksi termasuk jagung.
Pergerakan harga daging ayam ras selama periode 2000-2005 cenderung
mengikuti pergerakan harga jagung yang terjadi di pasar domestik dan dunia.
Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging
(31)
2. Bagaimanakah pengaruh tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak
mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging
ayam ras domestik.
2. Menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga
minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah,
akademisi, dan masyarakat. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan
deskripsi mengenai keadaan perekonomian jagung Indonesia dan dunia serta
peternakan ayam ras. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah dapat menerapkan
kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi para pelaku ekonomi jagung sehingga
dapat meningkatkan efisiensi produksi yang berbahan baku jagung, serta para
pelaku sektor peternakan ayam ras dan industri pakan ternak unggas. Selain itu
juga sebagai acuan untuk meningkatkan produksi jagung nasional agar mampu
mencapai swasembada jagung, meningkatkan kualitas dan mampu bersaing di
pasar internasional.
Bagi penulis, yaitu untuk mempelajari lebih dalam mengenai
perekonomian jagung dan peternakan Indonesia, serta sebagai media
(32)
akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi perkembangan harga jagung di pasar
domestik dan dunia, harga daging ayam ras di pasar domestik dan harga minyak
mentah di pasar dunia. Harga jagung yang digunakan adalah harga jagung yang
jumlahnya paling banyak dikonsumsi, diproduksi dan diperdagangkan yaitu harga
jagung pipilan kering untuk pasar jagung domestik dan harga jagung kuning (US
Yellow No 2) untuk pasar jagung dunia. Harga daging ayam ras di pasar domestik menggunakan harga daging ayam yang banyak dikonsumsi masyarakat dan
menggunakan pakan jagung dengan proporsi besar. Pasar domestik jagung
diwakili oleh propinsi sentra produksi jagung Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pasar
domestik daging ayam ras diwakili oleh pasar DKI Jakarta, Surabaya, Bandung
dan Semarang. Harga minyak mentah dunia diwakili oleh harga minyak mentah di
pasar OPEC. Harga yang digunakan adalah harga bulanan dari tahun 2000 sampai
tahun 2005. Pasar jagung dunia diwakili oleh pasar jagung US Golf Port, Amerika
Serikat karena pasar jagung tersebut merupakan salah satu pasar jagung yang
paling besar di dunia dan sebagai pasar acuan untuk impor jagung Indonesia. Hal
ini terlihat dari total penawaran dan jumlah transaksi perdagangan. Selain itu
Indonesia sebagai importir jagung menjadikan pasar jagung Amerika Serikat
(33)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung
Analisis peramalan permintaan dan penawaran jagung nasional yang
dilakukan oleh Aldillah (2006) dengan menggunakan ARIMA menghasilkan
bahwa permintaan jagung akan selalu melebihi penawarannya. Prediksi
permintaan jagung pada tahun 2006 sebesar 12.448.181 ton dan akan terus
mengalami peningkatan sampai tahun 2015 menjadi sebesar 15.936.369 ton,
sedangkan prediksi penawarannya pada tahun 2002 sebesar 11.588.001 ton dan
pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 15.269.407 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi neraca jagung nasional akan selalu mengalami defisit hingga tahun
2015. Defisit tersebut disebabkan oleh semakin sedikitnya luas lahan produksi
jagung sehingga produksi dan poduktivitas jagung domestik rendah, selain itu
penghasilan petani jagung sangat rendah sehingga tidak mampu mensejahterakan
kehidupannya.
Permintaan jagung di Indonesia menurut Kariyasa dan Sinaga (2004)
dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasar
jagung di Indonesia dengan menggunakan metode 2SLS, dibagi me njadi
permintaan untuk pakan, konsumsi langsung, dan industri pangan. Pendugaan
persamaan permintaan jagung untuk pakan lebih banyak dipengaruhi oleh harga
input yang digunakan khususnya jagung tetapi kurang dipengaruhi oleh harga
pakan itu sendiri. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung memperlihatkan
(34)
dengan elastisitas silang permintaan jagung terhadap beras yang bertanda positif
(0,0903 dalam jangka pendek dan 0,2772 dalam jangka panjang), di sisi lain
jagung merupakan barang inferior karena nilai elastisitasnya terhadap pendapatan per kapita bertanda negatif (-1,0473 dalam jangka pendek dan -3,2141 dalam
jangka panjang). Permintaan jagung untuk industri pangan memperlihatkan bahwa
tepung terigu merupakan barang substitusi dari jagung sedangkan gula dan
minyak goreng merupakan barang komplementer. Berdasarkan hasil pendugaan
menunjukkan bahwa hasil olahan jagung merupakan barang normal yang terlihat
dari nilai parameter dugaan pendapatan per kapita yang bertanda positif.
Permintaan jagung untuk industri pangan dalam jangka pendek hanya responsif
terhadap perubahan pendapatan per kapita, sedangkan dalam jangka panjang
selain sangat responsif terhadap perubahan per kapita juga respon terhadap
perubahan harga jagung dan minyak goreng sebagai inputnya, serta terhadap
harga outputnya sendiri.
Penawaran jagung di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam
penelitian Puspadewi (1998) dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas
jagung. Luas areal panen dipengaruhi oleh harga jagung, harga ubi kayu, harga
pestisida, lag areal panen, variabel dummy perbedaan lokasi dan trend. Penurunan areal panen disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan
untuk pertanian jagung. Kecenderungan ini juga dapat disebabkan dengan adanya
pembangunan irigasi yang semakin maju sehingga pengairan menjadi lancar. Hal
ini menyebabkan lahan pertanian kurang subur yang pada awalnya ditanami
jagung berubah fungsi menjadi areal tanaman padi atau tanaman lainnya.
(35)
perbedaan lokasi, dan trend. Penawaran jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih elastis pada jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjangnya.
Kondisi ini menggambarkan bahwa prospek penawaran jagung dalam jangka
pendek lebih baik dibandingkan jangka panjang.
Kesimpulan yang didapat berdasarkan studi terdahulu mengenai jagung
yaitu penawaran jagung dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas
jagung. Luas areal panen jagung terutama di sentra produksi Jawa Tengah dan
Jawa Timur, cenderung mengalami penurunan selama periode 1977-1997
sehingga penawaran jagung di Indonesia juga mengalami penurunan. Penggunaan
jagung di Indonesia dibagi menjadi permintaan konsumsi langsung, pakan dan
industri pangan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan pakan lebih
banyak dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri. Permintaan dan penawaran
jagung diramalkan akan terus meningkat sampai tahun 2015 dimana peningkatan
permintaan akan selalu lebih besar dibandingkan dengan penawarannya. Hal ini
mengakibatkan neraca jagung Indonesia akan selalu defisit sehingga impor jagung
akan terus terjadi sampai tahun 2015.
2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung
Menurut Kariyasa dan Sinaga (2004) harga jagung Indonesia dalam jangka
panjang hanya respon terhadap perubahan harga jagung impor dan kurang respon
terhadap penawaran jagung. Kondisi di atas menunjukkan bahwa harga jagung
Indonesia akan lebih banyak ditentukan oleh harga jagung impor karena
meningkatnya volume impor jagung Indonesia. Selain itu, harga jagung Indonesia
juga lebih banyak ditentukan oleh pabrik pakan yang cenderung mendekati
(36)
Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap
perubahan penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif
dalam jangka panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa
harga jagung dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan
permintaan jagung dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut
tidak berpengaruh banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang
berpengaruh. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs
rupiah dan lag harga jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia.
Kondisi ini menunjukkan bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh
harga jagung dunia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara
kecil dalam perdagangan jagung dunia.
Penelitian mengenai harga jagung yang dilakukan oleh Purba (1999)
menghasilkan harga jagung domestik dipengaruhi oleh harga jagung impor, harga
pakan ternak, penawaran jagung Indonesia dan lag harga jagung domestik. Harga jagung domestik tidak responsif terhadap semua peubah tersebut karena adanya
kekuatan oligopsoni dan transmisi harga dimana wilayah produksi jagung dan
pabrik pakan ternak memiliki lokasi yang berjauhan. Harga jagung dunia
dipengaruhi oleh ekspor, impor jagung dunia dan lag harga jagung dunia. Harga jagung dunia responsif terhadap perubahan ekspor dan lebih banyak ditentukan
oleh sisi ekspor jagung. Harga jagung impor responsif terhadap perubahan harga
jagung dunia dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan harga jagung impor
akan meningkatkan harga jagung domestik dan sebaliknya tetapi harga jagung
(37)
elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini
menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung
impor yang sampai ke Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga jagung di atas dapat
disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi oleh harga jagung
impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan kurs rupiah.
Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran jagung
di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terdapat transmisi harga pada
harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga jagung dunia berpengaruh
terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor juga berpengaruh terhadap
harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan bahwa peranan Indonesia
dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak sebagai negara kecil atau price taker.
2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor
Erwidodo, Hermanto dan Pudjihastuti (2003) melakukan analisis impor
jagung: perlukah tarif impor diberlakukan? dengan menggunakan analisis
simulasi. Hasil penelitian menunjukkan pengenaan tarif impor sebesar 5 persen
(Rp 60/kg), cateris paribus (nilai tukar Rp 9.000 dan harga CIF jagung US$ 122/ton), menyebabkan harga perdagangan besar jagung meningkat sebesar 3,75
persen, harga jual petani meningkat 3,1 persen, total permintaan menurun 3,95
persen, produksi meningkat 0,39 persen, surplus konsume n menurun Rp 427,3
milyar/tahun, surplus produsen meningkat Rp 309,5 milyar/tahun, biaya sosial
bersih (net social welfare loss) sebesar Rp 68 milyar/tahun, dan penerimaan pemerintah dari tarif sebesar Rp 49,7 milyar/tahun. Semakin tinggi tarif impor
(38)
yang diterapkan maka akan semakin tinggi beban (biaya sosial) yang harus
ditanggung oleh konsumen.
Analisis simulasi peningkatan tarif impor jagung juga dilakukan oleh
Kariyasa (2003) dengan menggunakan regresi 2SLS. Simulasi yang digunakan
dalam analisis ini yaitu dengan meningkatkan tarif impor jagung menjadi 25
persen. Adapun hasil dari analisis ini yaitu berdampak pada menurunnya impor
jagung Indonesia dan dunia sebesar 26,23 persen dan 0,14 persen. Meningkatnya
harga jagung impor menyebabkan harga jagung dalam negeri dan di empat
provinsi kajian (Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan)
meningkat sebesar 10,36 persen dan 3,07-12,35 persen. Harga jagung yang
membaik di empat provinsi kajian merangsang petani untuk meningkatkan
produktivitas dan luas areal jagung. Di sisi permintaan, peningkatan harga jagung
menyebabkan turunnya permintaan untuk semua jenis kebutuhan jagung termasuk
permintaan untuk pakan.
Dampak terhadap produksi di pasar pakan yaitu terjadi penurunan sekitar
12,61 persen sehingga berdampak juga pada peningkatan harga pakan sebesar
9,64 persen. Bagi konsumen pakan, adanya kenaikan harga pakan menyebabkan
permintaan terhadap pakan menurun sebesar 3,54 persen.
Berdasarkan kedua analisis simulasi peningkatan tarif di atas, dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya kenaikan tarif impor jagung berdampak pada
naiknya harga impor jagung sehingga menurunkan volume impor jagung
Indonesia dan merangsang pertumbuhan produksi jagung Indonesia. Kenaikan
(39)
menyebabkan biaya beban sosial yang ditanggung konsumen akan semakin tinggi
dan permintaan pakan akan semakin menurun.
2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung
Keterkaitan mengenai pasar jagung menurut Kariyasa dan Sinaga (2004)
yaitu harga jagung lokal di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera
Utara cukup responsif terhadap perubahan harga jagung di tingkat nasional.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat integrasi yang kuat antara pasar lokal
dan nasional sehingga harga jagung di tingkat nasional secara baik mampu
ditransmisikan ke tingkat harga jagung lokal. Fenomena ini juga menunjukkan
bahwa secara implisit terdapat keterkaitan antara pasar jagung lokal dengan pasar
jagung nasional.
Hasil analisa Kariyasa (2003) dalam menganalisis keterkaitan antara pasar
jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dengan menggunakan regresi
2SLS menunjukkan terdapat keterkaitan antara pasar jagung, pakan dan daging
ayam domestik. Selain itu terdapat pula keterkaitan pasar jagung yang cukup kuat
antara pasar jagung nasional dan lokal. Hal ini menjelaskan bahwa masih
dominannya pabrik pakan dalam menentukan harga pakan sehingga struktur pasar
pakan cenderung mendekati oligopoli. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa
terdapat keterkaitan antara pasar jagung, pakan dan daging ayam di pasar
domestik, tetapi tidak ada keterkaitan antara pasar jagung dengan daging ayam di
pasar dunia. Adanya perubahan pada pasar jagung dunia lebih kuat pengaruhnya
terhadap pasar domestik (jagung, pakan dan daging ayam) dibandingkan adanya
(40)
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya
studi lanjutan mengenai integrasi pasar jagung dimana integrasi yang dianalisis
dalam penelitian ini merupakan integrasi pasar jagung dengan pasar daging ayam
ras yang terpisah secara geografis melalui transmisi harga. Analisis ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan integrasi pasar jagung dunia dengan
pasar jagung dan daging ayam ras domestik, serta pengaruh adanya perubahan
tarif impor dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar
tersebut. Metode yang digunakan dalam analisis inipun berbeda dengan metode
penelitian sebelumnya yang lebih banyak menggunakan metode regresi SLS dan
(41)
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Integrasi Pasar
Integrasi pasar berhubungan dengan proses transmisi harga dari satu pasar
ke pasar lainnya di suatu area tertentu. Menurut Goletti (1994), integrasi pasar
dipengaruhi oleh infrastruktur pasar, stabilisasi harga dan perbedaan produksi.
Studi integrasi pasar dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok pasar yang
terintegrasi tanpa adanya penggandaan intervensi dari pemerintah. Misal jika
pasar A, B, dan C terintegrasi sangat kuat maka pemerintah akan mengurangi
intervensi dalam pembentukan harga di pasar tersebut. Keintegrasian suatu pasar
dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini
disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya. Hal ini menyebabkan
fluktuasi harga yang terjadi pada suatu pasar dapat segera direspon oleh pasar lain
dengan ukuran perubahan yang proporsional.
Berdasarkan hubungan pasar yang dianalisis, integrasi pasar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu integrasi pasar spasial dan integrasi pasar vertikal.
Integrasi pasar spasial adalah tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional
dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar vertikal adalah tingkat keterkaitan
hubungan suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam
(42)
3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial
Integrasi pasar spasial menunjukkan hubungan harga antar pasar yang
terpisah secara geografis yang dapat dianalisis dengan menggunakan model
keseimbangan harga spasial (Tomek dan Robinson, 1972). Model ini dapat
dijelaskan dengan mengembangkan kurva excess supply dan excess demand pada dua daerah yang melakukan perdagangan. Model ini juga memungkinkan untuk
mengestimasi net price yang terbentuk di masing-masing daerah dan jumlah komoditi yang diperdagangkan oleh dua pasar/daerah.
Konsep umum dalam pengembangan model perdagangan antar daerah
dapat diilustrasikan dengan menggunakan diagram fungsi permintaan dan
penawaran di masing-masing daerah. Fungsi permintaan dan penawaran
digambarkan melalui daerah berpotensi surplus dan daerah berpotensi defisit.
Daerah berpotensi surplus merupakan daerah yang memiliki kelebihan cadangan
dalam konsumsi, sedangkan daerah berpotensi defisit merupakan daerah yang
kekurangan cadangan dalam memenuhi konsumsi. Daerah potensial tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3A dan 3B.
Daerah A merupakan daerah berpotensi surplus dan daerah B merupakan
daerah berpotensi defisit. Dalam kondisi tanpa perdagangan (autarki), jumlah komoditi yang diminta dan yang ditawarkan akan sama yaitu 0QA1 pada harga
sebesar 0PA1 di daerah A dan 0QB1 pada harga sebesar 0PB1 di daerah B. Pada
daerah A, jika harga yang terbentuk berada di atas tingkat harga PA1 yaitu PE
maka komoditi yang ditawarkan sebesar 0QA3 dan yang diminta sebesar 0QA2.
Sedangkan pada daerah B, jika harga yang terbentuk berada di bawah tingkat
(43)
diminta sebesar 0QB2. Kelebihan penawaran (excess supply) di daerah A akan
ditransfer atau diekspor ke daerah yang mengalami kelebihan permintaan (excess demand) yaitu daerah B untuk memenuhi kekurangan supply di daerah tersebut.
Gambar 3. Kurva Supply dan Demand Daerah Potensial Surplus dan Daerah Potensial Defisit.
Informasi yang diperoleh dari gambar diatas dapat digunakan untuk
mengembangkan model keseimbangan spasial dengan mengembangkan kurva
excess supply dan excess demand yang dapat dilihat pada Gambar 4. Kurva excess supply berasal dari jarak horisontal antara kurva supply dan demand di daerah A dengan tingkat harga di atas harga keseimbangan (PA1) yaitu PE. Kurva excess
supply memiliki slope yang positif karena gap yang terjadi antara permintaan dan penawaran akan semakin besar seiring harga yang meningkat. Kurva excess demand berasal dari jarak horisontal antara kurva supply dan demand di daerah B dengan tingkat harga di bawah harga keseimbangan (PB1) yaitu PE. Kurva excess
demand memiliki slope yang negatif karena gap yang terjadi antara permintaan dan penawaran akan semakin besar seiring penurunan harga.
QA2 QA3
ESA EDB
A (Potential Surplus) B (Potential Deficit) SB
PE Harga (P)
SA
0 PA1
Komoditi (Q)
PB1
Harga (P)
0
DB
Komoditi (Q) PE
QA1 QB2 QB1 QB3
Sumber : Tomek dan Robinson, 1972 DA
(44)
Gambar 4. Kurva Excess Supply Daerah A dan Excess Demand Daerah B dalam Model Perdagangan.
Berdasarkan Gambar 4 jika tidak ada biaya transfer antar daerah (A dan B)
maka total unit komoditi yang akan ditransfer dari A ke B sebesar 0QE1 dengan
tingkat harga yang sama antara keduanya yaitu sebesar 0PE. Volume perdagangan
antar kedua daerah (A dan B) akan semakin menurun dengan adanya biaya
transfer. Jika biaya transfer lebih besar dari PB1-PA1 maka tidak akan ada
perdagangan antar keduanya. Pada kasus ini, demand dan supply akan sama antar kedua daerah sedangkan perbedaan harga akan semakin kecil dibandingkan biaya
trasnfer.
Efek perubahan biaya transfer yang terjadi antara dua daerah (A dan B)
dapat diilustrasikan dengan membangun garis volume perdagangan (xy). Pada
garis ini dapat dilihat tidak akan ada perdagangan apabila biaya transfer yang
terjadi sebesar PB1-PA1, namun perdagangan akan maksimum (0QE1) jika biaya
transfer sebesar nol. Apabila biaya transfer yang terjadi antar daerah sebesar 0TC
maka jumlah komoditi yang diperdagangkan sebesar 0QE2. Harga komoditi yang
Excess Supply
di Daerah A (ESA)
Excess Demand
di Daerah B (EDB)
Komoditi (Q) Harga (P),
Transfer Cost (TC)
PE PA1
PB1
PB1-PA1
PEB2
PEA2
TC 0
QE1
QE2
E
x y
(45)
terjadi di daerah B akan naik menjadi 0PEB2 dan di daerah A akan turun menjadi
0PEA2. Beradasarkan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya kekuatan
pasar yang menyebabkan perubahan harga pada suatu pasar akan menyebabkan
perubahan harga pada pasar lainnya. Hal ini menunjukkan adanya integrasi pasar
antar kedua daerah yang melakukan perdagangan.
3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal
Integrasi pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan
hubungan antar suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya
dalam satu rantai pemasaran. Integrasi pasar vertikal dipengaruhi oleh penyebaran
informasi harga yang merata ke seluruh lembaga pemasaran (produsen – grosir –
retail – konsumen). Apabila informasi tersebut tidak disebarkan secara sempurna sampai ke konsumen maka harga yang terbentuk di pasar tidak menunjukkan
adanya integrasi pasar vertikal yang baik.
3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif
Proses perdagangan internasional yang dilakukan oleh berbagai negara di
dunia ternyata tidak selalu berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya
hambatan-hambatan perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara untuk tujuan
tertentu seperti untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, dan sebagainya.
Hambatan perdagangan yang diterapkan oleh suatu negara dapat mempengaruhi
harga suatu komoditi yang diperdagangkan. Apabila negara yang memberlakukan
hambatan perdagangan adalah negara besar, maka pemberlakuan hambatan
tersebut akan berpengaruh pada harga komoditi perdagangan dunia. Namun, jika
(46)
pemberlakuan hambatan tersebut hanya berpengaruh pada harga komoditi di
negara tersebut.
Bentuk hambatan perdagangan yang paling sering diterapkan di beberapa
negara adalah tarif impor. Tarif impor adalah pajak atau cukai yang dikenakan
untuk suatu komoditi impor yang diperdagangkan lintas batas teritorial (Salvatore,
1997). Dampak pemberlakuan tarif impor tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.
Px Sx
E
P2
Tarif (T) P1
Dx
X 0 X1 X2 X3 X4
Gambar 5. Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Impor.
Berdasarkan gambar di atas, Dx dan Sx melambangkan kurva permintaan
dan kurva penawaran komoditi X di negara importir. Dalam kondisi perdagangan
bebas, harga komoditi X adalah P1 per unit. Negara importir akan mengkonsumsi
barang X sebanyak OX4 dimana OX1 merupakan produksi domestik sedangkan
X1X4 harus diimpor dari negara lain. Jika negara importir menetapkan tarif impor
spesifik sebesar T per unit maka harga komoditi yang diperdagangkan (P1) akan
meningkat menjadi P2 per unit. Hal ini berdampak pada penurunan konsumsi
domestik menjadi X3 atau terjadi penurunan sebesar X4-X3, tetapi terjadi kenaikan
produksi domestik menjadi X2 atau terjadi kenaikan sebesar X2-X1. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah impor barang X dari X1X4 menjadi
X2X3.
A B C D F
G H I
(47)
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Sistem perekonomian terbuka di suatu negara yang melakukan
perdagangan internasional dapat menyebabkan harga suatu komoditi di negara
tersebut dipengaruhi oleh harga komoditi yang sama di pasar dunia. Apabila suatu
komoditi merupakan komoditi hilir (produk akhir) maka pembentukan harga
komoditi tersebut ditentukan oleh harga input yang digunakan untuk
menghasilkan produk yang bersangkutan. Harga input tersebut dapat berasal dari
harga input domestik yang ditransmisikan dari harga input dunia atau secara
langsung berasal dari harga input dunia apabila input tersebut diimpor langsung
dari negara lain.
Jagung sebagai komoditi pangan terbesar ketiga setelah beras dan gandum
yang diperdagangkan di pasar dunia mempunyai pengaruh terhadap perdagangan
jagung dan daging ayam ras di pasar domestik. Hal ini dikarenakan jagung di
Indonesia banyak digunakan sebagai pakan ayam ras. Pembentukan harga jagung
di pasar domestik dipengaruhi oleh harga jagung di pasar dunia dan intervensi
pemerintah berupa kebijakan perdagangan seperti tarif. Harga jagung yang
terbentuk di pasar dunia ditransmisikan ke pasar jagung domestik, kemudian
ditransmisikan lagi ke pasar daging ayam ras di pasar domestik. Harga jagung di pasar dunia juga dapat berpengaruh langsung ke harga daging ayam ras di pasar
domestik karena sebagian besar bahan baku pakan ayam ras berasal dari jagung
impor.
Secara teori, harga yang terbentuk di pasar dipengaruhi oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. Teori ini terbukti dengan terjadinya pembentukan
(48)
pasar domestik. Harga jagung di pasar dunia lebih banyak dipengaruhi oleh total
penawaran dan permintaan jagung dunia. Selain dari kekuatan permintaan dan
penawaran, harga jagung di pasar dunia juga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar
dunia dan kebijakan-kebijakan dari negara eksportir dan importir jagung.
Penawaran jagung di pasar dunia lebih dominan dipengaruhi oleh total ekspor
jagung dari negara produsen jagung yang cenderung berkurang karena adanya
produksi etanol yang berbahan baku jagung akibat kenaikan harga minyak mentah
dunia, sedangkan permintaan jagung merupakan total impor dari negara importir
jagung (termasuk Indonesia). Posisi Indonesia dalam pasar jagung dunia hanya
berperan sebagai negara kecil yang tidak mempengaruhi harga. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya pangsa impor jagung Indonesia yang hanya sebesar 1,46 persen
dari total impor jagung dunia.
Semenjak berkembangnya industri peternakan dan pakan unggas (ayam
ras) berbahan baku jagung, konsumsi jagung di Indonesia mulai mengalami
pergeseran penggunaan dari penggunaan langsung ke industri. Laju peningkatan
konsumsi jagung untuk industri peternakan lebih cepat dibandingkan untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan
daging ayam ras cukup tinggi. Permintaan jagung untuk industri ternak ayam ras
merupakan permintaan turunan dari permintaan masyarakat akan daging ayam ras.
Permintaan masyarakat yang tinggi akan daging ayam ras merupakan sebuah
implikasi dari meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan serta kesadaran
masyarakat terhadap gizi.
Laju konsumsi jagung yang tinggi menyebabkan persediaan jagung
(49)
memenuhi jumlah permintaan yang diminta. Hal ini dikarenakan laju peningkatan
produksi jagung lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan permintaannya.
Kekurangan persediaan ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
membuka keran impor jagung dari pasar dunia.
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Badan Urusan Logistik
(Bulog) dengan tujuan untuk melindungi produksi dan pasar jagung domestik. Hal Impor Jagung Dunia Ekspor Jagung Dunia Struktur Pasar Dunia Harga Daging Ayam Ras Domestik
Impor Jagung Indonesia Kebijakan Negara
Eksportir dan Importir
Tarif Impor Total Penawaran Produksi Jagung Pertumbuhan Populasi Produksi Ayam Ras Konsumsi Jagung Pendekatan VAR Konsumsi Langsung Harga Jagung Domestik Analisis Integrasi Pasar Industri Pakan & Peternakan Ayam, Ras Total Permintaan Industri Pangan Harga Jagung Dunia Integrasi Pasar Spasial Total Permintaan Total Penawaran
Pendapatan Konsumsi Daging Ayam Ras Impor Daging
Ayam Ras
Harga Minyak Mentah Dunia
(50)
ini dilakukan agar harga jagung di pasar domestik tidak turun karena adanya harga
impor yang lebih rendah. Namun sejak tahun 1998, peranan Bulog dalam
mekanisme dan tataniaga jagung dihapuskan oleh pemerintah karena kerugian
yang dialami Bulog selalu besar. Keputusan ini sekaligus membuka peluang bagi
pihak swasta untuk melakukan impor jagung. Pemberian wewenang pada swasta
untuk mengimpor jagung mengakibatkan volume impor jagung semakin
meningkat. Tingginya volume impor jagung menyebabkan volume perdagangan
semakin besar sehingga terjadi keterkaitan antara pasar jagung di tingkat dunia
dan domestik yang kemudian ditransfer ke pasar daging ayam ras domestik
melalui transmisi harga.
Perkembangan harga jagung di pasar dunia ditransmisikan secara
proporsional ke pasar jagung domestik yang ditunjukkan dengan terbentuknya
harga jagung di pasar domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga
jagung di pasar dunia. Faktor yang menyebabkan harga jagung di pasar domestik
lebih tinggi yaitu biaya transfer (angkut), hambatan perdagangan berupa tarif dan
non tarif di negara pengimpor, perbedaan nilai tukar mata uang, dan lain
sebagainya. Perkembangan tarif yang diterapkan oleh pemerintah mengalami
perubahan dari nol persen (masa liberalisasi) menjadi lima persen (tahun 2004
sampai saat ini).
Masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat
integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan pasar daging ayam ras
domestik yang terjadi melalui transmisi harga. Dalam analisis ini juga
menyertakan variabel tarif impor jagung dan harga minyak mentah dunia.
(51)
kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap proses integrasi pasar yang terjadi
melalui metode vector autoregression (VAR).
3.3. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran terhadap integrasi pasar jagung dunia
dengan pasar jagung dan pasar daging ayam ras domestik yang telah dijelaskan
pada sub bab sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah:
1. Terjadi integrasi antar pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging
ayam ras domestik.
2. Integrasi yang terjadi di pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging
ayam ras domestik dipengaruhi oleh kebijakan tarif impor jagung di dalam
negeri dan kenaikan harga minyak mentah dunia.
3.4. Metode Analisis
Analisis integrasi pasar dapat dianalisis melalui empat pendekatan, yaitu
pendekatan metode korelasi antara harga yang bergerak secara bersamaan pada
pasar yang diuji, metode regresi sederhana, metode kointegrasi, dan metode
Vector Autoregression (VAR). Ke-empat metode tersebut digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar dengan menggunakan harga komoditi dalam
bentuk time series sebagai input yang dianalisis.
Pendekatan metode korelasi digunakan hanya untuk menganalisis
keterkaitan harga pada dua pasar yang berbeda. Kelema han dari metode ini yaitu
hubungan harga antar lokasi diasumsikan dalam bentuk fungsi linier dengan sudut
kemiringan sama dengan satu. Adanya serial korelasi akan menyebabkan uji
(52)
itu pada metode korelasi terdapat juga masalah pada spurious correlation yang dapat menimbulkan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan.
Pendekatan lainnya yang sering digunakan dalam menganalisis integrasi
pasar adalah metode regresi sederhana. Metode ini menjelaskan bahwa harga di
suatu pasar merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Keunggulan yang
terdapat pada metode ini yaitu dapat menunjukkan nilai keeratan hubungan antara
pasar yang terintegrasi. Namun, metode ini juga me miliki kelema han berupa tidak
dapat memisahkan harga sebagai variabel dependen maupun variabel independen
karena model dalam metode ini mempunyai sifat inverse.
Pendekatan metode kointegrasi yang dikembangkan oleh Engle dan
Granger (1987) juga dapat diguna kan untuk menganalisis integrasi pasar. Uji
kointegrasi dapat membuktikan adanya keterkaitan harga pada jangka pendek dan
jangka panjang diantara pasar dalam suatu kawasan. Kelema han yang terdapat
dalam metode kointegrasi yaitu metode ini tidak memiliki prosedur sistematis
untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda secara terpisah, selain itu
tahapan estimasi dalam metode ini melalui dua tahap dimana apabila terjadi
pendugaan yang error pada tahap pertama akan berlanjut ke ta hap kedua.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan VAR
(Vector Autoregression). Kelebihan metode VAR adalah mampu menjelaskan keterkaitan/integrasi antar pasar dan dapat menentukan besarnya pengaruh
diantara pasar yang diuji. Meskipun model ini belum banyak digunakan dalam
menganalisis integrasi pasar, namun model ini dapat digunakan untuk data dari
(53)
besarnya integrasi, arah transformasi harga, pasar yang jadi price taker atau price leader maupun pasar yang terisolasi.
Vector Autoregression Method atau lebih dikenal sebagai VAR yang diciptakan oleh Sims (1980) merupakan salah satu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan ekonomi melalui pendekatan non-struktural. Model VAR
merupakan suatu sistem persamaan dimana setiap peubah sebagai fungsi linier
dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain dalam sistem. Peubah penjelas dalam VAR meliputi nilai lag dari peubah tak bebas (dependen) yang ada dalam sistem persamaan.
VAR dengan ordo p dan peubah n tak bebas pada waktu ke-t dapat
dimodelkan sebagai :
t 0 1 t-1 2 t-2 p t-p t
Y = a + a y + a y + ... + a y + e
Dimana :
Yt : vektor peubah tak bebas (y1.t, y2.t, ..., yn.t) yang berukuran n x 1
a0 : vektor intersep berukuran n x 1
ai : matriks parameter berukuran n x m untuk setiap i = 1, 2, ..., p
et : vektor sisaan (e1.t, e2.t, ..., en.t) yang berukuran n x 1
n : jumlah baris pada matriks n x m
m : jumlah kolom pada matriks n x m
atau dapat juga disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut :
1t ot 11 12 13 14 1t 1t
2 t 0t 21 22 23 24 2t 2t
31 32 33 34
3t 0t 3t 3t
41 42 43 44
4 t 0t 4t 4t
Y
a
a
a
a
a
y
Y
a
a
a
a
a
y
a
a
a
a
Y
a
y
a
a
a
a
Y
a
y
ε
ε
=
+
+
ε
ε
(54)
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
1.t-2( )
k.t k0 k1 1.t-1 k2 2.t-1 kn n.t-1 k1 k2 2.t-2 kn n.t-2 k1 1.t-p k2 2.t-p kn n.t-p k.t
Y = a + a 1 y + a 1 y + ... + a 1 y + a 2 y + a 2 y +
...+ a 2 y + ... + a p y + a p y + ... + a p y + e
Dengan akj(L) adalah unsur baris ke-k dan kolom ke-j dari matriks AL, dapat
diartikan sebagai koefisien peubah ke-j pada persamaan parsial peubah ke-k,
dimana L = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., n.
Asumsi yang harus dipenuhi dalam metode VAR yaitu semua peubah tak
bebas harus bersifat stasioner (mean, variance, dan covariance bersifat konstan) dan semua sistem bersifat white noise yakni memiliki rataan nol, ragam konstan dan saling bebas.
(55)
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
dalam bentuk data deret waktu (time series) dengan periode waktu 72 bulan yaitu dari bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Data yang dianalisis
berupa data produksi, konsumsi dan harga nominal jagung dunia dan domestik,
produksi, konsumsi dan harga nominal daging ayam ras domestik, tarif impor
jagung Indonesia, volume dan nilai ekspor-impor jagung dan daging ayam ras
Indonesia, volume dan nilai ekspor-impor jagung dunia, harga minyak mentah
dunia serta data lainnya yang mendukung penelitian ini. Data tersebut diperoleh
dari berbagai instansi/lembaga pemerintah yang terkait dengan penelitian,
diantaranya adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (Bulog),
Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan, Bank Indonesia, Departemen Energi dan
Sumberdaya Mineral serta instansi terkait lainnya.
Harga jagung yang digunakan diperoleh dari BPS dan Bulog, harga daging
ayam ras diperoleh dari Departemen Perdagangan, dan harga minyak mentah
dunia diperoleh dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Data harga
jagung domestik yang digunakan adalah rataan harga jagung tingkat produsen di
dua propinsi sentra produksi jagung yaitu Jawa Timur dan Jawa Tengah. Harga
jagung dunia yang digunakan adalah harga jagung di pasar US Golf Port, Amerika
(56)
negara sumber impor jagung di Indonesia. Harga daging ayam ras yang digunakan
adalah rataan harga konsumen di DKI Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang.
Harga minyak mentah dunia yang digunakan adalah harga minyak mentah di
pasar OPEC. Tarif impor yang digunakan adalah tarif impor sebesar 5 persen yang
mulai ditetapkan pada tahun 2004 karena sebelumnya tarif impor jagung sebesar
nol persen. Kebijakan tarif ditetapkan untuk mencapai target swasembada jagung
di tahun 2006.
4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif.
Perkembangan jagung dunia, jagung dan daging ayam ras domestik dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi. Integrasi pasar jagung dunia
dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik dianalisis dengan
menggunakan metode kuantitatif melalui pendekatan model vector autoregression (VAR). Data yang diperlukan tersebut diolah dengan menggunakan software Microfit 4.0 dan Minitab 14.12.
Tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode VAR adalah :
a. Penstasioneran data denga n tujuan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan memiliki akar unit (unit root) b. Penentuan ordo VAR
c. Penentuan model integrasi pasar jagung dengan daging ayam ras
d. Pendugaan koefsisien dengan metode VAR
(1)
87
Lampiran 6. Lanjutan
OLS estimation of a single equation in the Unrestricted VAR
******************************************************************************* Dependent variable is DPDDOM
70 observations used for estimation from 2000M3 to 2005M12
******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob] DPJDUN(-1) 3.0235 1.5661 1.9306[.058] DPJDOM(-1) 2.0944 2.1440 .97689[.332] DPDDOM(-1) .071461 .11625 .61473[.541] DPMDUN(-1) 6.0959 23.1339 .26350[.793] DTI(-1) -428.1981 147.6578 -2.8999[.005] ******************************************************************************* R-Squared .19068 R-Bar-Squared .14087 S.E. of Regression 717.9351 F-stat. F( 4, 65) 3.8285[.007] Mean of Dependent Variable 36.1250 S.D. of Dependent Variable 774.5623 Residual Sum of Squares 3.35E+07 Equation Log-likelihood -557.0785 Akaike Info. Criterion -562.0785 Schwarz Bayesian Criterion -567.6997 DW-statistic 2.0080 System Log-likelihood -1538.6 *******************************************************************************
Diagnostic Tests
******************************************************************************* * Test Statistics * LM Version * F Version * ******************************************************************************* * * * * * A:Serial Correlation*CHSQ( 12)= 18.4893[.102]*F( 12, 53)= 1.5853[.124]* * * * * * B:Functional Form *CHSQ( 1)= .053105[.818]*F( 1, 64)= .048590[.826]* * * * * * C:Normality *CHSQ( 2)= .45369[.797]* Not applicable * * * * * * D:Heteroscedasticity*CHSQ( 1)= .61162[.434]*F( 1, 68)= .59939[.441]* ******************************************************************************* A:Lagrange multiplier test of residual serial correlation
B:Ramsey's RESET test using the square of the fitted values C:Based on a test of skewness and kurtosis of residuals
(2)
Lampiran 6. Lanjutan
OLS estimation of a single equation in the Unrestricted VAR
******************************************************************************* Dependent variable is DPMDUN
70 observations used for estimation from 2000M3 to 2005M12
******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob] DPJDUN(-1) .0023084 .0086515 .26682[.790] DPJDOM(-1) .0046776 .011843 .39495[.694] DPDDOM(-1) -.4068E-3 .6422E-3 -.63341[.529] DPMDUN(-1) .054515 .12779 .42658[.671] DTI(-1) -.059396 .81568 -.072818[.942] ******************************************************************************* R-Squared -.012224 R-Bar-Squared -.074514 S.E. of Regression 3.9659 F-stat. F( 4, 65) *NONE* Mean of Dependent Variable .61586 S.D. of Dependent Variable 3.8260 Residual Sum of Squares 1022.4 Equation Log-likelihood -193.1740 Akaike Info. Criterion -198.1740 Schwarz Bayesian Criterion -203.7952 DW-statistic 1.9657 System Log-likelihood -1538.6 *******************************************************************************
Diagnostic Tests
******************************************************************************* * Test Statistics * LM Version * F Version * ******************************************************************************* * * * * * A:Serial Correlation*CHSQ( 12)= 21.2883[.046]*F( 12, 53)= 1.9302[.051]* * * * * * B:Functional Form *CHSQ( 1)= .66215[.416]*F( 1, 64)= .61118[.437]* * * * * * C:Normality *CHSQ( 2)= .60604[.739]* Not applicable * * * * * * D:Heteroscedasticity*CHSQ( 1)= 1.9201[.166]*F( 1, 68)= 1.9179[.171]* ******************************************************************************* A:Lagrange multiplier test of residual serial correlation
B:Ramsey's RESET test using the square of the fitted values C:Based on a test of skewness and kurtosis of residuals
(3)
89
Lampiran 6. Lanjutan
OLS estimation of a single equation in the Unrestricted VAR
******************************************************************************* Dependent variable is DTI
70 observations used for estimation from 2000M3 to 2005M12
******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob] DPJDUN(-1) .4966E-3 .0013503 .36777[.714] DPJDOM(-1) .3162E-3 .0018484 .17105[.865] DPDDOM(-1) -.2057E-4 .1002E-3 -.20521[.838] DPMDUN(-1) .0034312 .019945 .17203[.864] DTI(-1) .0033133 .12730 .026026[.979] ******************************************************************************* R-Squared -.010574 R-Bar-Squared -.072763 S.E. of Regression .61897 F-stat. F( 4, 65) *NONE* Mean of Dependent Variable .071429 S.D. of Dependent Variable .59761 Residual Sum of Squares 24.9034 Equation Log-likelihood -63.1535 Akaike Info. Criterion -68.1535 Schwarz Bayesian Criterion -73.7748 DW-statistic 2.0004 System Log-likelihood -1538.6 *******************************************************************************
Diagnostic Tests
******************************************************************************* * Test Statistics * LM Version * F Version * ******************************************************************************* * * * * * A:Serial Correlation*CHSQ( 12)= .15654[1.00]*F( 12, 53)= .0098993[1.00]* * * * * * B:Functional Form *CHSQ( 1)= .018994[.890]*F( 1, 64)= .017371[.896]* * * * * * C:Normality *CHSQ( 2)= 13627.5[.000]* Not applicable * * * * * * D:Heteroscedasticity*CHSQ( 1)= .21492[.643]*F( 1, 68)= .20942[.649]* ******************************************************************************* A:Lagrange multiplier test of residual serial correlation
B:Ramsey's RESET test using the square of the fitted values C:Based on a test of skewness and kurtosis of residuals
(4)
Agustina, Nia. 2006.
Analisis Integrasi Pasar Kedelai Domestik dan Pasar
Kedelai Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor
. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aldillah, Rizma. 2006.
Analisis
Peramalan Permintaan dan Penawaran Jagung
Nasional serta Implikasinya Terhadap Strategi Pengembangan Agribisnis
Jagung
. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Amang, Bedu. 1993.
Ekonomi Perberasan, Jagung dan Minyak Sawit
. PT.
Dharma Karsa Utama. Jakarta.
BPS. 2004.
Survei Pertanian Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Indonesia
.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
---. 2006.
Statistik Harga Produsen Tanaman Pangan dan Perkebunan Rakyat
.
Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Bulog. 2005.
Buku I Statistik Harga 2001-2004
. Perusahaan Umum Badan Urusan
Logistik. Jakarta
Depdag. 2000-2005.
Statistik Daging Ayam Ras Broiler
. Departemen
Perdagangan. Jakarta.
---. 2006.
Kajian Sistem Distribusi Produk Pertanian Studi Kasus: Daging
dan Jagung
. Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan dengan PT. Oxalis
Subur. Jakarta.
Deptan. 2005.
Data Base Pemasaran Internasional Jagung
. Departemen
Pertanian. Jakarta.
---. 2006.
Outlook Komoditas Pertanian dan Tanaman Pangan
. Pusat Data
dan Informasi Departemen Pertanian. Jakarta.
---. 2006.
Statistik Peternakan
. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen
Pertanian. Jakarta.
---. 2006.
Outlook Komoditas Peternakan
. Pusat Data dan Informasi
Departemen Pertanian. Jakarta.
DESDM. 2007. Statistik Harga Minyak OPEC 1980-2007. Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral. Jakarta.
(5)
72
Erwidodo, Hermanto dan Herena Pudjihastuti. 2003.
Impor Jagung: Perlukah
Tarif Impor
Diberlakukan? Jawaban Analisis Simulasi
.
Jurnal
Agroekonomi Volume 21 No. 2: 175-195. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor.
Goletti, Fransesco. 1994.
The Changing Public Role in a Rice Economy
Approaching Self-Sufficiency: The Case of Bangladesh
. Research Report
International Food Policy Research Institute. Washington DC.
Hafizrianda, Yundy. 2006.
Aplikasi Microfit 4.0 dalam Analisis Error Correction
Model
.
Hand out
Pelatihan
Microfit 4.0
. Tidak dipublikasikan. Bogor.
Kariyasa, I Ketut. 2003.
Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras
di Indonesia
. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kariyasa, Ketut dan Bonar M. Sinaga. 2004.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pasar Jagung di Indonesia
. Jurnal Agroekonomi Volume 22 No.
2: 167-194. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. 2005.
Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan
. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Purba, Helena J. 1999.
Keterkaitan Pasar Jagung dan Pakan Ternak Ayam Ras di
Indonesia: Suatu Analisis Simulasi
. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Puspadewi, M. A. Harry. 1998.
Analisis Respon Penawaran Jagung di Daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur Periode 1977-1997
. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ravallion, Martin. 1986.
Testing Market Integration
. American
Journal of
Agricultural Economics Vol. 68. No. 1. Nevada.
Salvatore, Dominick. 1997.
Ekonomi Internasional
. Diterjemahkan oleh Haris
Munandar. Erlangga. Jakarta.
Sianturi, Reinhard D.C. 2005.
Analisis Integrasi Pasar Gula Domestik dan Pasar
Gula Dunia, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor: Pendekatan dengan
Metode VAR
. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tomek, W. G. dan K. L. Robinson. 1972.
Agricultural Product Prices
. Cornell
Unversity Press. Ithaca and London.
Yusdja, Yusmichad dan Adang Agustian. 2003.
Analisis Kebijakan Tarif Jagung
antara Petani Jagung dan Peternak
. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian
Volume 1 No. 1: 22-40. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
(6)