Uji Multikolinearitas Uji Heterokedastisitas Uji Autokorelasi

3. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan distribusi residual sudah normal.

4.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan angka 10 menandakan terdapat gejala multikolinearitas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas variabel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 2.148 .691 3.110 .005 LGCR 1.196 1.257 .367 .952 .350 .131 7.631 LGWCT .850 .308 .428 2.755 .011 .808 1.238 LGCATA .316 1.809 .050 .175 .863 .242 4.125 LGCLTA -1.526 1.427 -.309 -1.069 .295 .233 4.284 a. Dependent Variable: LGHarga_saham Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel penelitian. Hal ini ditunjukkan dalam angka VIF Variance Inflation Factor dari CR, WCT, CATA, dan CLTA yang 10.

4.1.3 Uji Heterokedastisitas

Tujuan dilakukannya uji heterokedastisitasnya adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat ketidaksamaan pengganggu antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Berikut disajikan hasil dari uji heterokedastisitas yang ditunjukkan dalam grafik scatterplot. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas Berdasarkan grafik scatterplot tersebut dapat kita lihat bahwa titik- titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengidentifikasikan tidak terjadinya heterokedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak pakai. Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu time series. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan pengujian uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi adalah: 1 Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2 Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3 Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Mod el R R Squar e Adjuste d R Square Std. Error of the Estimat e Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang e df1 df2 Sig. F Change 1 .716 a .513 .435 .61580 .513 6.591 4 25 .001 1.494 a. Predictors: Constant, LGCLTA, LGCATA, LGWCT, LGCR b. Dependent Variable: LGHarga_saham Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa angka R sebesar 0,513 yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan harga saham variabel dependen dengan CR, WCT, CATA, CLTA variabel independen kuat karena R 50 0,5. Angka koefisien determinasi adjusted R bernilai 0,435. Angka ini mengindikasikan bahwa 43,5 variasi atau perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh CR, WCT, CATA, CLTA sedangkan sisanya 56,5 dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Tabel diatas menunjukkan bahwa Durbin Watson sebesar 1,494. Angka statistik ini menunjukkan bahwa nilai D-W diantara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi antar residual. 4.2 Pengujian Hipotesis 4.2.1 Uji Signifikansi Simultan Uji F