PENDAHULUAN Gambaran Kualitas Hidup Pada Penderita Rinitis Alergi Kelompok Usia Remaja di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rinitis alergi merupakan suatu kelainan yang sangat umum dan diderita oleh semua umur dimana puncaknya adalah pada masa remaja. Kelainan ini sering diabaikan, jarang terdiagnosis atau bahkan salah diagnosis, dan tida mendapat terapi yang adekuat Greiner, Hellings, Ratiroti, et al., 2011. Kondisi ini merugikan kesehatan pasien dan menjadi beban bagi pasien, keluarga, dan masyarakat WAO, 2011. Penyakit ini diderita oleh 10-30 orang dewasa dan 40 anak-anak di dunia. WHO menyatakan bahwa estimasi jumlah penduduk dunia yang mengalami rinitis alergi berkisar 400 juta orang WAO, 2011. Pada tahun 2008, Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma ARIA menyebutkan bahwa prevalensi penyakit alergi di Asia meningkat rinitis alergi mencapai 45. Walaupun data regional untuk pasien dewasa sedikit, 10-32 pasien diestimasi mengalami rinitis alergi ARIA, 2008. Berdasarkan penelitian oleh Nurcahyo dan Eko 2009 dalam Fadhlia 2012, prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-12,4 dan cenderung mengalami penigkatan setiap tahunnya. Menurut Aziz et al. 2007 dalam Rahmawati, Punagi, dan Savitri. 2008, sekitar 10-26 pengunjung poilklinik THT di beberapa rumah sakit besar di Indonesia datang dengan keluhan rinitis alergi. Berdasarkan data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan, pasien rinitis alergi yang tercatat selama tahun 2012 sebanyak 184 pasien perempuan dan 125 pasien laki-laki. Dari seluruh pasien yang tercatat, 195 pasien berasal dari kota Medan dengan usia rata-rata 34.7 tahun. Rinitis alergi menjadi masalah yang signifikan karena gejala yang tidak terkontrol pada kegiatan sehari-hari da Silva, da Silva, Morates, et al., 2009. Tanda dan gejala dari rinitis alergi antara lain rhinorrhea, bersin, hidung tersumbat, gatal pada hidung dan mata, dan mata berair Okubo et al., Universitas Sumatera Utara 2011. Gejala-gejala rinitis alergi memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup penderita. Kay 2000 dalam Blaiss 2003 menyatakan bahwa rinitis alergi dapat menimbulkan efek utama pada fungsi otak seperti fungsi psikomotor, perubahan fungsi kognitif, dan perasaan. Akhir-akhir ini, kualitas hidup menjadi penting dalam perawatan klinis dan riset. WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai “persepsi individu pada posisi mereka dalam kehidupan dengan konteks kebudayaan dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standard, dan kepentingan mereka”. Sementara itu, istilah Health-Related Quality of Life HRQL menurut WHO adalah suatu konsep yang luas mengenai cara yang kompleks dalam kesehatan fisik, keadaan psikologis, kepercayaan personal, hubungan sosial, dan hubungan dengan lingkungan da Silva, da Silva, Morates, et al., 2009. Selain itu, CDC menyatakan bahwa HRQL adalah persepsi kesehatan fisik, mental, dan korelasi antara keduanya termasuk risiko dan kondisi kesehatan, status fungsional, dukungan sosial, dan status sosioekonomi seseorang. Pada investigasi HRQL, parameternya antara lain subjektivitas, kondisi fisik, psikologis, dan sosial, juga bipolaritas autonomi dan ketergantungan da Silva, da Silva, Morates, et al., 2009. Menurut CDC, HRQL dapat diukur dengan angket yang sudah mendapat standardisasi oleh Behavioral Risk Factor Surveillance System BRFSS pada tahun 1993 yang terus diperbarui setiap tahun. Berdasarkan data penelitian mengenai HRQL penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di berbagai negara oleh para ahli, rinitis alergi mempengaruhi kinerja anak-anak dan remaja di sekolah dan memiliki korelasi dengan gangguan ansietas dan depresi Sansone dan Sansone, 2011. Menurut Bousqet 2001 dalam Mullol 2009, ARIA menyatakan bahwa rinitis alergi diklasifikasikan sebagai intermiten atau persisten berdasarkan frekuensi dan durasi rinitis alergi, dan ringan atau sedang-berat berdasarkan gejala dan dampak pada HRQL. Tingkat keparahan rinitis alergi yang berbeda berpengaruh pada keluhan penderita dan sering berkorelasi Universitas Sumatera Utara dengan aspek aspek kualitas hidup yang terganggu Lu et al., 2010. Karena hanya 12,4 penderita rinitis alergi kelompok usia remaja yang berkonsultasi dengan dokter, banyak penderita yang kurang mengerti mengenai rinitis alergi dan risiko yang berhubungan dengan komplikasi pernapasan, berkurangnya produktivitas, dan HRQL Schoenwetter, Dupclay, Appajoysula, et al., 2004. 1.2 Rumusan Masalah Adapun masalah yang dikaji dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran kualitas hidup pada penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di RSUP H. Adam Malik Medan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran kualitas hidup pada penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui derajat keparahan gejala pada penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 2. Mengetahui kemampuan aktivitas hidup sehari-hari pada penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 3. Mengetahui keadaan responden secara umum pada penderita rinitis alergi kelompok usia remaja di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat: 1. Bagi tenaga kesehatan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita rinitis alergi kelompok usia remaja. Universitas Sumatera Utara 2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai kualitas hidup penderita rinitis alergi kelompok usia remaja dan menyediakan data bagi penelitian lanjutan mengenai kualitas hidup penderita rinitis alergi kelompok usia remaja. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan mengenai kualitas hidup penderita rinitis alergi kelompok usia remaja. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA