Analisis Risiko Pembiayaan Perumahaan Di Kota Bogor.
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN PERUMAHAAN DI KOTA
BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ABSTRAK
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI. Analisis Risiko Pembiayaan
Perumahaan di Kota Bogor. Dibimbing JAENAL EFFENDI
Pembiayaan perumahaan adalah salah satu kebutuhan primer masyarakat dan
termasuk ke dalam sektor konstruksi. Kendala yang dihadapi pembiayaan
perumahaan adalah NPF dan penduduk kota Bogor yang memiliki trend meningkat
selama periode 2011-2014. Penelitan ini menganalisis risiko pembiayaan
perumahaan syariah di kota bogor dengan menggunakan metode Enterprise Risk
Management. Hasil penelitian menunjukan risiko dengan nilai tertinggi adalah
nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan, hilangnya berkas dan arsip,
nasabah mengalami default karena usahanya mengalami kebangkrutan. Tindakan
mitigasi risiko yang dapat diambil adalah dengan rescheduling dan mengambil
agunan nasabah atas kompensasi kerugian yang dialami oleh bank, serta
menyediakan salinan lebih dari satu berkas dan dokumen agar tidak kembali hilang
Kata kunci: Bank Syariah , ERM, Konstruksi
ABSTRACT
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI, Housing Finance Risk Analysis at
Bogor City. It Supervised by JAENAL EFFENDI.
Housing finance is one of main society needs and includes into construction sector.
The problem which was faced the Housing finance is NPF and population of Bogor
city that had a growing during periode of 2011-2014. This study analyzed the sharia
housing finance risk in Bogor city using method of Enterprise Risk Management.
The Result of study showed the highest score of risk is customers having delay in
financing return, lost of files and documents, the customer had default situation
because of their effort in bankruptcy. The risk mitigation action which could be
taken with rescheduling and took customer collaterals for loss compesations
experienced by bank, provided more copies files and documents due to having lost.
Keyword: Islamic banking, ERM, Construction
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN PERUMAHAAN DI KOTA
BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Risiko Pembiayaan Perumahaan di Kota
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Prabowo dan Ibu Apriana Dian serta adik dari
penulis atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Jaenal Effendi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,
bimbingan, saran, dan motivasi dalam membantu penulisan skripsi ini.
2. Bapak Deni Lubis selaku dosen penguji dari komisi pendidikan dan Ibu Sri
Mulatsih selaku dosen penguji utama atas kritik dan saran yang telah diberikan
untuk perbaikan skripsi ini.
3. BTN Syariah cabang Bogor, baik para pegawai maupun nasabah serta pihakpihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM
IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5. Teman-teman satu bimbingan, Afrial Hasbi, Rizha Rizki, Akbar Nur Pribadi dan
yang lainnya, yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan
dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49
terimakasih atas doa dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Bogor, Desember 2015
Ahmad Fathan Mujadidi Haqqoni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Bank Syariah
6
Pembiayaan Syariah
6
Risiko
8
Manajemen Risiko
10
ERM
10
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Pikir
14
METODE PENELITIAN
15
Jenis dan Sumber Data
15
Waktu dan Tempat Penelitian
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
15
PEMBAHASAN
19
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
19
Analisis Risiko Pembiayaan
20
Identifikasi Risiko
22
Pengukuran dan Pemetaan Risiko
26
Mitigasi Risiko
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
34
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL
1 Identifikasi Risiko Bank BTN Syariah
25
2 Indikator Kemungkinan Terjadinya Risiko
26
3 Indikator Dampak Terjadinya Risiko
27
4 Klasfikasi Risiko Bank BTN Syariah
28
5 Hasil pemetaan risiko
29
6 Tindakan mitigasi risiko Bank BTN Syariah
32
DAFTAR GAMBAR
1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014
1
2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 2009-2014
2
3 Jumlah penduduk Kota Bogor
3
4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan
3
5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi
4
6 Kubus ERM
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur Organiasi Bank BTN Syariah
37
2 Tabel lengkap hasil analisis
38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang menegaskan kejelasan hukum atas eksistensi perbankan
syariah di Indonesia. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 perbankan syariah telah
berkembang dari kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, perkembangan perbankan
syariah ditunjukan dengan meningkatnya jumlah BUS menjadi 12 BUS pada Juli
2014 dan UUS yang berjumlah 22 pada tahun 2014 (OJK 2015). Sementara dari
sisi kualitas, perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari perkembangan
neraca laba rugi, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) serta jumlah pembiayaan yang
disalurkan yang memiliki tren meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Gambar 2.
3,500
miliar rupiah
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Sumber: OJK 2015
Gambar 1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014
Perkembangan perbankan syariah merupakan indikator feedback yang
positif dari masyarakat atas kinerja sistem perbankan syariah di Indonesia. Sebagai
mediator antara debitur dan kreditur, bank syariah dituntut berhati-hati dalam
memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan yang diberikan
disalurkan melalui berbagai sektor ekonomi. Sektor ekonomi dikategorikan
menjadi delapan, yaitu pertanian kehutanan dan sarana pertanian; pertambangan;
perindustrian; listirk, gas, dan air, konstruksi; perdagangan, restoran, dan hotel;
pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi; jasa guna usaha dan jasa sosial.
Berdasarkan Gambar 2, DPK yang meningkat tiap tahunnya diharapkan dapat
mendorong berkembangnya pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
Meningkatnya pembiayaan yang disalurkan kepada sektor-sektor tersebut
diharapkan mampu meningkatkan laju ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
2
miliar rupiah
180,000
150,000
120,000
90,000
60,000
30,000
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
DPK
total pembiayaan
Sumber: OJK (2015)
Gambar 2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 20092014
Menurut Al-Syaitibi dalam kitab Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah,
kebutuhan manusia dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder dan
tersier. Kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan papan merupakan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak.
Perumahaan merupakan bagian dari sektor konstruksi. Sektor konstruksi memiliki
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, hal ini dibuktikan pada Gambar 2
dengan adanya jumlah pembiayaan pada sektor konstruksi yang terus meningkat.
Kota bogor memiliki potensi pembiayaan perumahan yang baik, menurut BPS
kota Bogor pada tahun 1990 jumlah penduduk di kota Bogor sebanyak 272.251
jiwa, sensus pada tahun 2000 kota Bogor memiliki 750.819 jiwa, dan pada sensus
2010 jumlah penduduk kota Bogor mendekati 1 juta jiwa, dengan jumlah detail
sebesar 950.334 jiwa, pertumbuhan jumlah penduduk dapat dilihat pada Gambar 3.
Pertumbuhan jumlah penduduk dikarenakan tingkat Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di kota Bogor, meningkatnya IPM diukur dari tiga indikator yaitu kesehatan,
pendidikan yang dicapai, dan standart hidup. Indikator IPM di kota bogor
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya angka harapan hidup pada tahun
2012 sebesar 69,7% mengalami peningkatan sebesar 0,5% sehungga besar nya
angka harapan hidup pada tahun 2013 sebesar 70,2%, angka masyarakat melek
huruf juga mengalami peningkatan sebesar 1,5% sehingga pada tahun 2013
masyarakat melek huruf sebesar 96,77%, dan peningkatan rata-rata lamanya
sekolah sebesar 0,01% yang pada tahun 2013 angka peningkatan rata-rata lamanya
sekolah sebesar 8,01%.
3
Jumlah Penduduk Kota Bogor
1000000
jiwa
800000
600000
400000
200000
0
1990
2000
2010
tahun
Jumlah
Sumber: BPRS Kota Bogor (2014)
Gambar 3 Jumlah Penduduk Kota Bogor.
Perkembangan jumlah penduduk selaras dengan perkembangan jumlah
kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan, pada tahun 2010 jumlah total
sebesar 233.975 kepala keluarga dan yang memiliki bangunan pribadi sebesar
155.839 kepala keluarga, tahun 2011 meningkat menjadi 238.227 kepala keluarga
dan jumlah kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 158.671
kepala keluarga, pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga mencapai 252.967 kepala
keluarga dan kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 166.489
kepala keluarga, perkembangan ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status
Penguasaan Bangunan dan Bangunan Pribadi
300000
kepala keluarga
250000
200000
150000
Jumlah
100000
Pribadi
50000
0
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Sumber: BPS Kota Bogor (2014)
Gambar 4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan dan
bangunan pribadi.
4
Rumusan Masalah
Salah satu lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan perumahaan
adalah Bank Tabungan Negara (BTN). BTN merupakan salah satu bank yang
memiliki peran penting dalam perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Hal
ini sesuai dengan visi BTN yakni menjadi lembaga keuangan terbaik dalam jasa
pembiayaan perumahan di Indonesia. Menurut BPS (2010) , jumlah penduduk
Indonesia tumbuh sebesar 1.49% per tahun. Perkembangan pembiayaan di sektor
konstruksi dan pembiayaan KPR bersubsidi meningkat sebesar 40% meningkat
sebesar 45% pada periode 2012-2014. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Menurut Karim (2005), pembiayaan tidak terlepas dari risiko. Risiko kredit
menjadi salah satu risiko yang dihadapi oleh bank dan lembaga pembiayaan. Risiko
pembiayaan sendiri meliputi risiko terhadap produk dan risiko yang berhubungan
dengan pembiayaan perusahaan. Salah satu risiko pembiayaan adalah adanya
pembiayaan bermasalah yang menyebabkan gagal bayar. Sebagai sumber
pendapatan utama bank syariah, praktik pembiayaan tidak terlepas dari berbagai
risiko yang mungkin terjadi sehingga membuat bank syariah perlu memperhatikan
risiko munculnya pembiayaan bemasalah. Tingkat pembiayan bermasalah
dicerminkan dengan rasio Non Performing Financing (NPF) pada bank tersebut.
Tingginya tingkat NPF menunjukkan kesehatan bank yang rendah karena
banyaknya pembiayaan bermasalah yang terjadi dalam kegiatan bank tersebut.
Ismail (2010) menyatakan keberadaan NPF dalam jumlah besar dapat berdampak
pada bank yang terlibat berupa kerugian yang ditanggung oleh bank karena tidak
diterimanya kembali dana yang telah disalurkan. Selain itu, NPF juga berdampak
pada berkurangnya income dari kredit tersebut yang dapat mengurangi laba bank
dan kemampuan memberikan kredit.
9.00
10,000
7.00
8,000
5.00
6,000
3.00
4,000
persen
miliar rupiah
12,000
1.00
2,000
-1.00
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Pembiayaan sektor konstruksi
Sumber: OJK (2015)
Gambar 5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi yang meningkat memiliki
tingkat gagal bayar dengan trend positif periode 2009 hingga 2014. Hal ini
menunjukan bahwa adanya kenaikan alokasi pembiayaan pada sektor konstruksi
tidak terlepas dari risiko yang mungkin terjadi pada sektor tersebut. Penelitian ini
5
menjadikan bank syariah sebagai objek penelitian dan terfokus kepada BTN
syariah, sebagai lembaga keuangan syariah yang berfokus pada bidang pembiayaan
sektor konstrusksi dan perumahaan. Dengan urgensi masyarakat harus memiliki
tempat tinggal yang layak, perbankan syariah memiliki peran yang penting untuk
menjembatani kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal.
Adanya kenaikan proporsi pembiayaan berpotensi adanya kenaikan tingkat
moral hazard oleh masyarakat sehingga risiko yang dihadapi bank juga meningkat.
Oleh karena itu, diperlukan kajian perkembangan pembiayaan syariah untuk sektor
konstruksi terutama pada aspek risiko. Kajian terhadap risiko pembiayaan syariah
pada sektor konstruksi dapat memberikan gambaran mengenai potensi risiko yang
sebenarnya sehingga dapat dijadikan acuan ke depan untuk dapat lebih
mengoptimalkan pembiyaan syariah pada sektor konstruksi. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:
1. Apa risiko dihadapi dalam pebiayaan perumahan oleh BTN Syariah cabang
bogor?
2. Bagaimana pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan perumahan pada BTN
syariah cabang Bogor?
3. Apa saja tindakan mitigasi risiko yang dilakukan Bank BTN Syariah dalam
proses pembiayaan perumahaan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi risiko pembiayaan dan risiko perumahan bersubsidi pada
proses pembiayaan Bank BTN cabang Bogor.
2. Menganalisis pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan untuk dan risiko
lainnya pada proses pembiayaan di Bank BTN cabang Bogor.
3. Menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan dan risiko lainnya pada
proses pembiayaan di Bank BTN cabang bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
yaitu:
1. Bagi pihak Bank BTN syariah cabang Bogor dapat dijadikan sumber informasi
serta rekomendasi mengenai pemetaan risiko pembiayaan dan tindakan mitigasi
risiko pembiayaan, khususnya yang berkaitan dengan prmbiayaan perumahaan
2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan salah satu referensi dan kajian studi lapang
mengenai risiko pembiayaan syariah.
3. Bagi masyarakat yang ingin mengakses jasa pembiayaan perumahaan bersubsidi
bank BTN syariah, dapat dijadikan sumber informasi awal mengenai
pembiayaan syariah.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko pembiayaan Bank BTN
syariah. Penelitian ini hanya mencakup risiko yang terdapat pada kegiatan funding
dan financing di BTN syariah. Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan terhadap
lingkup risiko yang diteliti, yakni hanya mencakup pada risiko pembiayaan dan
risiko operasional pada Bank BTN syariah dan tidak mempertimbangkan risiko
pasar. Pembatasan juga dilakukan terhadap lingkup sektoral yang diteliti, yakni
berfokus kepada pembiayaan syariah untuk perumahaan bersubsidi.
TINJAUAN PUSTAKA
Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsipprinsip syariah. Bank syariah bukan hanya sekadar bank bebas bunga, tetapi juga
memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan.
Karakteristik Bank Syariah
Undang-Undang Nomor 12 juga menjelaskan secara fundamental terdapat
beberapa karakteristik bank syariah, antara lain
1. Penghapusan riba.
2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisakan sasaran sosio-ekonomi
Islam.
3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial
dan bank investasi.
4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena
bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing.
5. Bagi hasil cenderung mempercepat hubungan antara bank syariah dan
pengusaha.
6. Kerangka yang dibangun dalam membantu instrumen pasar uang antarbank
syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah.
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi
tabungan dengan cara yang adil. Sumber dana bank syariah berasal dari modal yang
diberikan dan hasil mobilisasi kegiatan penghimpunan dana melalui rekening giro,
rekening tabungan, rekening investasi umum dan rekening investasi khusus.
Pembiayaan Syariah
Definisi Pembiayaan Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat disamakan dengannya, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan. Antonio
7
(2001) menyatakan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk pemenuhan kebutuhan pihak-pihak yang merupakan unit defisit.
Kategori Pembiayaan Syariah
Rivai (2008) mengatakan bahwa pembiayaan merupakan kepercayaan (trust),
yang berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan
kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus
dipergunakan dengan benar, adil, disertai dengan syarat-syarat yang jelas dan saling
menguntungkan kedua belah pihak. Penyaluran dana pada nasabah, terbagi ke
dalam delapan kelompok secara garis besar dan dibedakan sesuai dengan tujuan
penggunaannya, yaitu:
1. Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
2. Akad salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang
disepakati.
3. Akad isitihna' adalah akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan
pembuataan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pembeli dan penjual.
4. Akad mudharabah dalam pembiayaan adalah akad kerja sama suatu usaha
antara pihak pertama yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua yang
bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai
yang sudah disepakati dalam akad, dan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
pihak pertama.
5. Akad musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.
6. Akad qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan
bahwa nasabah wajib mengembailkan pokok pinjaman tanpa tambahan baik
secara sekaligus maupun cicilan.
7. Akad ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa
diikuti dengan kepemilikan barang itu sendiri.
8. Akad ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa berdasarkan transaksi
sewa dengan pemindahan kepemilikan barang.
Definis Fungsi Pembiayaan
Rivai (2008) menjelaskan bahwa pembiayaan memiliki fungsi-fungsi yang
sangat penting dalam sistem perekonomian baik secara makro maupun mikro.
Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Dapat meningkatkan daya guna dari modal/uang,
2. Dapat meningkatan daya guna dari suatu barang,
3. Dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
4. Dapat menimbulkan gairah usaha masyrakat,
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi negara, seperti: pengendalian inflasi,
8
peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan pokok rakyat,
6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
Risiko
Pengertian Risiko
Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian dan berkaitan dengan
kemungkinan kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Risiko yang muncul
harus dikelola dengan proses sistematis yang disebut manajemen risiko (Siahaan
2009). Jika dilihat dari sudut pandang lembaga keuangan, risiko merupakan suatu
kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat
diperkirakan dan memiliki dampak negatif terhadap pendapatan maupun
permodalan bank (Karim 2009).
Kategori Risiko Bank Umum
Risiko yang dihadapi oleh bank umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu risiko finansial dan risiko non finansial. Risiko finansial selanjutnya dibagi
menjadi menjadi risiko pasar dan risiko kredit. Sedangkan risiko non finansial
diantaranya meliputi: risiko operasional, risiko reguler dan risiko hukum. Berikut
adalah karakteristik risiko-risiko tersebut:
1. Risiko Pasar adalah risiko yang melekat pada instrumen dan aset yang
diperdagangkan di pasar. Fluktuasi harga dipasar akibat pengaruh mikro
maupun makro menimbulkan jenis-jenis risiko pasar yang lain yaitu risiko suku
bunga.
2. Risiko Kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibanya
secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Risiko ini dapat
muncul dalam banking book dan trading book. Dalam banking book, risiko
kredit muncul pada saat nasabah gagal memenuhi kewajiban untuk membayar
hutangnya secara penuh pada waktu yang telah disepakati. Adapun risiko kredit
pada trading book, juga muncul akibat tidak mampu atau ke \engganan nasabah
untuk memenuhi kewajiban yang ada dalam kontrak.
3. Risiko Likuiditas muncul akibat tidak cukupnya liquiditas untuk memenuhi
liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
4. Risiko Operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas, risiko
ini muncul karena kesalahan atau kecelakan manusiawi ataupun teknis.
Definisi Risiko Pembiayaan Syariah
Menurut Karim (2005) secara umum, faktor-faktor yang terdapat risiko aktifitas
fungsional dari perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu, risiko
finansial, risiko pasar, dan risiko operasional. Risiko Pembiayaan adalah risiko
yang dapat menyebabkan pihak ketiga gagal untuk memenuhi kewajibanya. Dalam
konteks perbankan syariah, risiko pembiayaan meliputi risiko yang berhubungan
dengan produk dan berhubungan dengan pembiayaan perusahaan.
1. Risiko yang berhubungan dengan produk
a. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan Natural Certainty Contract
(NCC) dengan menganalisis risiko pembiayaan yang berdasarkan NCC. Proses
dari indentifikasi dan menganalisis semua dampak yang berhubungan dengan
individual klien yang menggunaan jasa pembiayaan NCC, seperti murabahah,
9
ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam dan istishna ketika client telah
memutuskan untuk menggunakan salah satu pembiayaan tersebut, makan akan
dihitung semua faktor-faktor risiko yang terkandung didalam setiap akadnya.
b. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan dari Natural Uncertainty
Contract (NUC) dengan menganlisis risiko pembiayaan yang berbasiskan
NUC, seperti mudharabah dan musyarakah, sehingga ketika ketika diputuskan
akad mana yang akan dipilih, maka bank telah menghitung semua faktor risiko
yang terkandung didalamnya.
2. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan korporasi
Kerumitan dan jumlah dari pembiyaan korporasi telah memberian kenaikan
terhadap risiko tambahan dibandingkan dengan produk perbankan yang lainya.
Tambahan risiko yang harus diantispasi antara lain meliputi risiko timbul dari
kondisi bisnis yang berubah setelah penyaluran pembiayaan. Terdapat tiga tipe
risiko yang mungkin muncul dari perubahan kondisi bisnis klien setelah
pembiayaan diberikan, diantaranya over trading, adverse trading serta liquidty run.
Risiko yang timbul dari komitmen modal yang berlebihan dan risiko yang muncul
akibat analisis yang tidak sehat oleh bank. Terdapat tiga tipe risiko yang akan
muncul dari analisis yang tidak sehat oleh bank, yaitu analisi keuangan yang salah
manipulasi akutansi dan karakter klien.
3. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko yang diantara faktornya disebabkan oleh
ketidakcukupan atau ketidakmampuan dari proses internal bank, human errors,
kesalahan sistematis atau masalah eksternal lainya yang mempengaruhi fungsi
operasional, tiga faktor utama yang menyebabkan risiko operasional:
a. risiko yang berhubungan dengan infrastruktur.
b. risiko yang berhubungan dengan proses.
c. risiko yang berhubungan dengan sumber daya.
Ketiga risiko diatas menimbulkan lima tipe risiko lainya yaitu risiko reputasi,
compliance risk, risiko transaksional, risiko strategi dan risiko legalitas.
Manajemen Risiko
Definisi dan Tujuan Manajemen Risiko
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah juga memerlukan serangkaian proses
manajemen risiko. Manajemen risiko berperan sebagai permberi peringatan dini
terhadap kegiatan usaha bank syariah, Karim (2009) mengemukakan tujuan
manajemen risiko itu sendiri, yaitu:
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
10
Karakteristik Manajemen Risiko Islam
Menurut Karim (2009) karakteristik dari manajemen risiko dalam perbankan
syariah berbeda dari perbankan konvensional, terutama dari adanya beberapa faktor
unik yang terkandung dalam sharia-compliance. Perbedaan mendasar antara bank
syariah dan bank konvensional diukur berdasarkan apa dan bukan bagaimana.
Perbedaan akan terlihat jelas ketika dalam proses operasional dari perbankan
syariah, yang meliputi identifikasi, penilaian, antisipisasi, dan pengawasan risiko.
Enterprise Risk Management
Pengertian Enterprise Risk Management
Enterprise Risk Management (ERM) adalah seluruh metode dan proses yang
digunakan organisasi perusahaan untuk mengelola risiko, baik dalam menghindari
kerugian maupun untuk meraih peluang yang menguntungkan, berkaitan dengan
pencapaian tujuan oraganisasi perusahaan (Siahaan 2009). Dalam kerangka ERM,
dibandingkan sebagai sesuatu yang harus dikurangai atau dihilangkan. Tahapan
pada pengembalian keputusan dalam ERM pun juga meningkat, tidak hanya
berhenti pada tingkatan manajer risiko, namun harus sampai kepada dewan direksi
perusahaan dan dapat menghadapi risio sebagai sebuah peluang yang
menguntungkan menurut Kawamoto dalam D’Arcy (2013).
Secara garis besar, ERM meliputi 3 tahap. Pertama, Pengidentifikasian
keadaan-keadaan yang terjadi berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
untuk mengoptimalkan risiko kerugian dengan pencapaian tujuan perusahaan untuk
mengoptimalkan risiko kerugian dan meraih risiko peluang yang menguntungkan.
Kedua¸menilai risiko dengan 2 dimensi, yaitu dimensi keumungkinan terjadinya
(probability) dan dimensi dampak terjadinya (Impact). Ketiga, menentukan strategi
yang tepat dalam menghadapi risiko yang akan terjadi. Praktisnya, ERM membantu
sebuah lembaga atau perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasi dan
menghindari risiko-risiko yang terjadi alam perjalanan menuju tujuan tersebut.
Siahaan (2009) merujuk pada COSO Standart of Enterprise Risk Management
Integrated Framework, menjelaskan bahwa pengertian ERM adalah suatu proses
yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan lainya dalam
mengaplikasikan pengaturan strategi melingkupi seluruh perusahaan. ERM
dirancang untuk mengidentifikasi potensi kejadian yang dapat mempengaruhi
perusahaan, dan mengelola risiko yang ada memberikan kepastian terhadap
pencapian tujuan perusahaan. RIMS (Risk and Insurance Management Society)
dalam Siahaan (2009) menjelaskan bahwa ERM memiliki pengertian yaitu budaya,
proses dan alat-alat mengidentifikasi peluang strategis dan perspektif strategi, dan
merupakan proses yang mendukung pengurangan ketidakpastian serta
meningkatkan eskploitasi peluang yang menguntungkan.
Kountur (2008) mengatakan ERM adalah suatu proses atau metode yang
digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha
mencapai tujuannya. ERM diartikan secara luas agar dapat diperoleh konsepkonsep penting bagaimana cara perusahaan dalam mengelola risiko dan
memberikan dasar bagi suatu perusahaan. ERM dapat diaplikasikan oleh berbagai
perusahaan. Termasuk perbankan syariah karena pada dasarnya yang ditawarkan
oleh ERM adalah sebuah konsep dan integrasi dalam pengelolaan risiko.
11
Tujuan ERM
Kerangka kerja ERM diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang
ditetapkan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Strategy, yakni sasaran tertinggi harus selalu disesuaikan dan selaras dengan
misi perusahaan.
2. Operation, yakni tujuan operasi menyangkut efektivitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
3. Reporting, yakni tujuan menyangkut dapat dipercaya atau tidaknya sebuah
laporan operasional perusahaan dan laporan-laporan lainnya yang berujung
pada kualitas kendali internal perusahaan.
4. Compliance, yakni tujuan menyangkut ketaatan pada hukum dan regulasi yang
berlaku, misalnya pada bank syariah, ketaatan terhadap peraturan perbankan
dari Bank Indonesia dan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan oleh Dewan
Syariah Nasional.
Tahapan Komponen ERM
Kerangka ERM memiliki delapan tahapan komponen penting yang saling
berkaitan dan berhubungan dalam pengelolaan risiko yang diterapkan oleh sebuah
perusahaan. Delapan tahapan komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Internal environment
Lingkungan internal meliputi jenis organisasi, penetapan dasar tentang
bagaimana cara memandang risiko, termasuk falsafah manajemenrisiko, selera,
integritas, nilai-nilai kepercayaan, etika, dan lingkungan dimana mereka
beroperasi.
2. Objective setting
Perusahaan harus menetapkan tujuan terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi
potensi kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan. ERM
memastikan bahwa manajemen telah menetapkan tujuan-tujuan yang telah
dipilih tersebut agar selaras dengan misi yang ingin dicapai serta konsisten
dengan tingkat risikonya.
3. Event identification
Kejadian-kejadian internal dan eksternal yang dapat memengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan harus dapat diidentifikasi dan dibedakan antara risiko dan
peluang. Setiap peluang disalurkan kembali pada strategi manajemen atau pada
proses penentuan tujuan.
4. Risk assessment
Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan terjadinya (probability) dan
dampak terjadinya (impact) sebagai bahan untuk menentukan bagaimana cara
pengelolaannya.
5. Risk response
Manajemen memilih cara untuk merespon setiap risiko yang ada. Risiko yang
ada dapat dihindari, diterima, dikurangi, dihilangkan atau dibagi. Selanjutnya,
manajemen dapat mengembangkan serangkaian tindakan untuk dapat
menyelaraskan risiko dengan toleransi terhadap risiko itu sendiri dan penilaian
risiko.
6. Control activities
Kebijakan dan prosedur dibentuk dan diimplementasikan untuk memastikan
respon terhadap risiko telah dilaksanakan secara efektif.
12
7. Information and Communication
Setiap informasi yang relevan dan terkait kemudian diidentifikasi, diproses
serta dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang membuat setiap
individu dalam perusahaan mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem
informasi dalam laporan juga berperan dalam pengambilan keputusan dan
pelaporan eksternal. Komunikasi efektif dapat diartikan secara luas yaitu
komunikasi vertikal, horisontal, maupun dengan pihak luar (nasabah, regulator,
dan para pemegang saham).
8. Monitoring
Seluruh manajemen risiko perusahaan dipantau dan dimodifikasi apabila
dibutuhkan. Pemantauan dilakukan melalui kegiatan manajemen yang sedang
berjalan, dievaluasi secara terpisah atau dilakukan secara rutin.
Kubus ERM
Kubus ERM memperlihatkan hubungan langsung antara tujuan dan
komponen ERM. Hubungan ini menggambarkan apa saja kebutuhan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kubus ERM dapat dlihat pada Gambar 1.
Keempat tujuan ERM digambarkan dalam sumbu Y (kolom vertical). 8
komponen ERM digambarkan dalam sumbu X (kolom horizontal) dan urut
organisasi digambarkan dalam sumbu Z. ketiga sumbu ini saling terhubung dan
membentu keterkaitan dalam kerangka kerja ERM.
Gambar 6 Kubus ERM
Efektifitas dan Keterbatasan ERM
Efektivitas ERM dapat dicapai apabila 8 komponen ERM berfungsi secara
efektif dan setiap risiko sudah diperhitungkan sesuai dengan tingkat risiko yang
dapat diterima. Selain itu, dewan direksi dan manajemen harus memahami sejauh
mana tujuan strategis dan opersional perusahaan serta laporan perusahaan yang
dapat dipercaya dan sesuai dengan prinsip maupun hukum yang berlaku.
Keterbatasan dalam ERM terdapat pada penelitian manusia yang subyektif dalam
mengambil keputusan sehingga berujung pada kesalahan atau kegagalan, kesalahan
dapat terjadi karena faktor manusia seperti salah prediksi, adanya korupsi, kolusi
dan adanya wewenang untuk menyampingan hasil keputusan dari ERM.
13
Keterbatasan itulah yang menghalangi adanya jaminan mutlak dalam pencapaian
tujuan organisasi atau perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Tsabita (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa risiko utama dari
pembiayaan syariah pada sektor pertanian yaitu nasabah gagal bayar karena
karekter buruk/moral hazard dan tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan
yakni melakukan rescheduling, restrukturisasi dan pencairan jaminan nasabah.
Penelitian ini mengambil studi kasus di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
Analisis risiko pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan tahapan
Enterprise Risk Management (ERM) dan metode creditrisk+.
Mauliani (2014) dalam penelitian yang bertujuan menganalisis perbedaan
kinerja keuangan Bank Umum Konvensional ( Bank Mandiri Tbk dan Bank Mega
Tbk) dan Bank Umum Syariah (PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mega
Syariah) menunjukkan bahwa Bank Mandiri memiliki kinerja yang lebih baik
daripada Bank Mega. Sementara PT Bank Mega Syariah memiliki kinerja yang
lebih baik daripada PT Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder pada periode 2009 hingga 2013. Metode yang
digunakan adalah analisis kinerja berbasis risiko dengan metode Risk Adjusted
Return on Capital (RAROC).
Rokhmana (2012) menunjukkan bahwa rasio NPF memiliki hubungan negatif
dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat
Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder dengan metode regresi linear sederhana dengan program SPSS 16.0 for
Windows.
Hernawati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen
risiko pembiayaan di BMT Fortisima telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pembiayaan macet sebesar 0.12% dari jumlah
pembiayaan. Pembiayaan pada BMT Fortisima mengalami peningkatan pesat dari
tahun ke tahun. Manajemen risiko pembiayaan yang digunakan dalam
mengidentifikasi risiko pembiayaan yaitu survei dan wawancara. Setelah
diidentifikasi, BMT melakukan pengukuran dengan membagi kedalam empat
golongan, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam pemantauannya,
BMT menggunakan beberapa cara seperti memantau pelunasan nasabah, rekening
anggota, usaha nasabah dan lainnya. Kemudian untuk mengendalikan risiko, BMT
memiliki empat cara, yaitu penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan,
asuransi, peningkatan SDM dan penagihan intensif. Penelitian ini bersifat deskriptif
dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya observasi,
wawancara dan dokumentasi langsung kepada manajer, karyawan dan nasabah
BMT Fortisima.
Penelitian yang dilakukan Anindhita (2012) bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat memprediksi kolektibiltas debitur BMT Al-Fath IKMI,
menghitung pencadangan yang harus disediakan akibat terjadinya default dan
menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan untuk mengurangi kerugian.
Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kolektibilitas debitur yakni usia, pendidikan terakhir, jenis jaminan, total
14
pendapatan dan total biaya hidup. Potensi kerugian pembiayaan yang akan dialami
BMT Al-Fath IKMI dengan menggunakan metode Creditrisk+ Rp 460 050 000 atau
7.06% dari total pembiayaan murabahah dan ijarah dan tindakan mitigasi risiko
yang dilakukan yaitu tidak memberikan pembiayaan kepada debitur yang masuk
pada kolektibilitas 3-5, mensyaratkan jaminan tidak memberikan pembayaan yang
terlalu besar, rescheduling, reconditioning serta meminta izin untuk menjual
jaminan debitur.
Kerangka Pikir
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia mengalami
peningkatan pada periode 2009 hingga 2014. Sementara itu, tingkat gagal bayar
pada sektor tersebut mengalami pertumbuhan fluktuatif dengan tren meningkat.
Meningkatnya pembiayaan gagal bayar pada sektor konstruksi tidak terlepas dari
berbagai risiko yang dihadapi oleh lembaga pembiayaan, dalam hal ini BTN syariah
cabang Bogor, sebagai salah satu lembaga keuangan yang bereperan dalam
pembiayaan perumahan.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam
penelitian ini akan dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang
Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan
bersubsidi. Penelitian ini meggunakan metode Enterprise Risk Management
(ERM). Setelah dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang
Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan
bersubsidi, diharapkan ada output yang dapat dijadikan sebagai saran atau
rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pembiayaan
perumahan bersubsidi di Indonesia.
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia meningkat
Tingkat NPF sektor konstruksi meningkat
BTN syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang
fokus pada pembiayaan perumahan.
Analisis risiko
Pengukuran dan pemetaan
risiko
Saran dan rekomendasi
kebijakan
METODE
PENELITIAN
Gambar
6 Kerangka
pemikiran
15
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak BTN
Syariah cabang Bogor. Data sekunder diperoleh dari arsip dokumen dan laporan
tahunan BTN Syariah di Kota Bogor selain itu pencarian data sekunder juga
dilakukan melalui literatur dari jurnal, buku, artikel, makalah dan internet yang
berkaitan dengan peneilitan ini.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu peneilitan dimulai dari bulan Januari hingga Februari 2014. Penelitian
ini dilakukan di BTN Syariah cabang Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan
dengan sengaja dengan mempertimbangkan BTN syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfokus kepada pembiayaan perumahan. Selain itu, alasan
pemilihan BTN syariah memiliki performa perbankan yang cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari laporan tahunan yang lebih baik dibandingkan dengan bank BTN.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini
menggunakan metode pengamatan (observasi), penelusaran literatur, wawancara
dan diskusi mendalam. Informasi atau keterangan diperoleh melalui wawancara,
baik tatap muka maupun dengan alat komunikasi dengan pihak BTN Syariah
cabang bogor.
Metode Pengumpulan Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive.
Dengan metode ini, responden telah dipilih dengan pertimbangan bahwa responden
yang dipilih memiliki pengetahuan, keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang
dikaji. Responden dari pihak BTN syariah yang dipilih meliputi Kepala cabang,
audit internal, kabid operasional, kabid marketing, dan bagian-bagian dibawahnya
( account officer, legal officer, administrasi pembiayaan (ADMP).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Secara garis besar, pengolahan analisis data dalam penilitian ini adalah:
Metode ERM dan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi risiko pembiayaan
pada proses pembiayaan di BTN syariah.
1. ERM 1: internal environment
Identifikasi lingkungan internal pada BTN syariah didapat dari hasil
observasi dan wawancara dengan kepala cabang BTN syariah.
2. ERM 2: Objective setting
Identifikasi objective setting diperoleh dari jabaran visi dan misi serta
16
sasaran perusahaan yang telah ditetapkan oleh bank BTN syariah.
3. ERM 3 : Event Identification
Mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
pembiayaan dengan cara mendaftar seluruh risiko yang mungkin terjadi.
Teknik atau proses yang dapat digunakan antara lain dengan brainstorming,
wawancara dengan responden yang dipilih, pengamatan secara langsung,
serta pengumpulan data statistic dan data historis dari pihak BTN syariah.
Metode ERM dan metode aproskimasi menganalisis pengkuruan dan
pemetaan risiko pembiayaan di BTN syariah.
4. ERM 4: Risk Assesment
Godfrey (1996) mengatakan bahwa risiko dapat diukur dalam 2 prospektif
yaitu berdasarkan probability (peluang atau kemungkinan terjadi) dan
impact (dampak jika terjadi risiko). Penilaian mengenai kemungkinan
terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 1.
Angka
1
2
3
4
5
Tabel 1 Probabilitas risiko
Skala Probabilitas
Sangat Rendah (Improbable)
Rendah (Remote)
Sedang (Occasional)
Tinggi (Probable)
Sangat Tinggi (frequent)
Sumber: Godfrey (1996)
Keterangan
Hampir tidak mungkin terjadi
Kadang terjadi
Mungkin terjadi
Sangat mungkin terjadi
Hampir pasti terjadi
Tabel 1 menunjukan angka yang berarti nilai skala. Keterangan
mununjukkan penjelasan kualitatif mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya,
penilaian mengenai dampak terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 2.
Angka
1
2
Tabel 2 Dampak Risiko
Skala Dampak
Sangat rendah (negligible)
Rendah (marginal)
3
Sedang (serious)
4
Tinggi (critical)
5
Sangat tinggi (catastrophic)
Sumber: Godfrey (1996)
Keterangan
Tidak menimbulkan masalah
Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi
dengan pengelolaan rutin.
Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk
periode tertentu saja.
Mengakibatikan perusahaan tidak dapat mencapai
sebagaian tujuan jangka panjang, mengganggu
likuiditas perusahaan.
Mengakibatan perusahaan tidak dapat mencapai
seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan
kebangkrutan, kematian, dan hukuman pidana.
Tabel 2 menunjukan anga yang berarti nilai skala. Keterangan menunjukan
penjelasan kualitatif mengenai dampak terjadinya risiko. Evaluasi dampa risiko
seringkali cukup sulit untuk diukur karena bekaitan dengan berbagai macam aspek
dan pertimbangan.
Pengukuran risiko juga dapat menggunakan metode aproksimasi. Kountur
(2008) menjelaskan bahwa metode aprosimasi adalah cara untuk mengetahui
probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan berapa estimasi
probabilitas dan dampak dari suatu risiko kepada orang lain. Pengumpulan
informasi menggunakan metode aproksimasi dapat dilakukan dengan menanyakan
17
opini para ahli. Opini para ahli merupakan salah satu cara pengumpulan informasi
dimana seseorang yang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi
tentang berapa besar kemungkinan atau probabilitas dan berapa besar dampak yang
terjadi dari suatu risiko. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya
ditunjukankan kepada para ahli dan diminta pendapatnya untuk memberikan
perikiraan.
Godfrey (1996) menjelaskan bahwa nilai risiko merupakan perkalian dari
probabilitas dan dampak. Untuk mengukur risiko dapat digunakan rumus
R=PxI
Keterangan:
R
= Tingkat risiko
P
= Kemungkinan risko terjadi
I
= Dampak bila risiko benar-benar terjadi
Selanjutnya, hasil dari pengukuruan risiko dapat dikelompokan ke dalam
pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko sesuai
dengan tingkatan risikonya. Pemetaan tingkat risiko dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pemetaan dan tingkat penerimaan risiko
Kemungkinan
(Probability)
Catastrophic
5
25
Unacceptable
Crititcal
4
20
Unacceptable
Dampak (Impact)
Serious
3
15
Unacceptable
Marginal
2
10
Undesireable
Negligible
1
5
Undesireable
Frequent
5
Probable
4
20
Unacceptable
16
Unacceptable
12
Undesireable
8
Undesireable
4
Acceptable
Occasional
3
jmnRemote
2
Improbable
1
15
Undesireable
10
Undesireable
5
Undesireable
12
Undesireable
8
Undesireable
4
Acceptable
9
Undesireable
6
Undesireable
3
Acceptable
6
Acceptable
4
Acceptable
2
Negligible
3
Negligible
2
Negligible
1
Negligible
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 3 menunjukan bahwa pemetaan risiko dapat dilihat perkalian nilai
kemungkinan terjadinya risiko (probability) dan dampak jika risiko terjadi
(impact). Setelah itu, Godfrey (1996) membagi 4 tingkat penerimaan risiko
berdasarkan kencenderungan peluang terjadinya risiko dan dampaknya, seperti
yang ditunjukan pada Tabel 3. Tingkat penerimaan risiko ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil respon tindakan mitigasi risiko.
Tabel 3 menunjukan empat tingkatan penerimaan risiko yaitu unacceptable,
undesirable, acceptable, dan negligible. Tingkatan pertama adalah unacceptable.
Unacceptable adalah risiko tinggi karena memberian pengaruh signifikan yang
merugikan perusahaan dan memiliki efek domino dalam jangka panjang sehingga
harus mendapat prioritas utama. Respon tindakan utama dalam mengendalikan
risiko ini yaitu dihindari atau ditransfer. Tingkatan kedua adalah undesirable adalah
risiko yang harus diwaspadai karena sudah melewati batas toleransi bank dan
berpengaruh signifikan terhadap perusahaan. Respon tindakan dalam
mengendalikan risiko yaitu dihindari dan dikurangi.
18
Tingkatan ketika adalah acceptable adalah risiko yang dapat diterima.
Risiko ini memberikan dampak bagi perusahaan tetapi masih dalam batas toleransi
sehingga masih dapat diatasi. Respon tindakan dalam mengendalikan ini yaitu tidak
mengambil tindakan apapun (menerinma) atau mengurangi kemunginan terjadinya
risiko (jika memungkinkan).
Tingkatan keempat adalah negligible adalah risiko yang jarang terjadi dan
bila terjadi memiliki dampak yang relatif kecil. Efek dari risiko dapat dikurangi,
namum biasanya dapat saja melebihi dampak risiko yang ditumbulkan. Pada kasus
ini, mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut
1. ERM 5: Risk Response
Respon terhadap peristiwa risiko dianalisis dari hasil pemetaan risiko, studi
literature, dan diskusi dengan pihak BTN Syariah. Risk response dianalisis
secara deskriptif dan dibagi kedalam respon menerima (accept), berbagi
(transfer), mengurangi (reduce), dan menghilangkan risiko (remove).
Menerima risiko berarti pihak bank tidak dapat berbuat banyak terhadap
terjadinya risiko tetapi dapat menyesuaikannya. Mengurangi risiko berarti
risiko tetap terjadi, namun pihak bank dapat melakukan kegiatan untuk
meminimalisisr dampak terjadinya risiko. Berbagi risiko berarti tidak
menghilangkan risiko tetapi memindahkan risiko kepada pihak lain seperti
jasa asuransi. Menghindari risiko berarti pihak bank melakukan kegiatan
antisipasi sebelumnya, misalnya membuat kontrak terlebih dahulu sehingga
dapat terhindar dari risiko tersebut. Menghilangkan risiko berarti
mengeliminasi bahaya tertentu dari kegiatan tersebut atau melakukan
tindakan lain sehingga risiko tidak lagi menimbulkan ancaman. Tindakan
mitigasi risiko yang sudah dijalankan oleh BTN Syariah juga akan
diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif.
2. ERM 6: Control Activities
Kendali terhadap risiko akan dijelaskan melalui pendekatan analisis
deskriptif. Penjalan mengenai kendali aktivitas juga akan melengkapi uraian
dari tindakan mitgasi risiko sebelumnya (Risk Response).
3. ERM 7: Information and Communication
Tindakan mitigasi risiko yang berkaitan dengan alur penyampaian informasi
dan komunikasi dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan dibagi
berdasarkan pihak-pihak yang terkait dalam keseluruhan proses
pembiayaan dan operasional. Pihak-pihak terkait yaitu pihak internal bank,
nasabah bank, para pemegang saham, pihak regulator dan pengawas, serta
pihak eksternal lainnya.
4. ERM 8: Monitoring
Tindakan pengendalian sebagai salah satu komponen mitigasi risiko
dianalisis secara deskriptif dan perolehan informasi didapat dari data
internal BTN Syariah, diskusi dengan pihak BTN syariah, dan observasi
langsung.
19
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BTN syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) atau Unit Usaha
Syariah (UUS) dari BTN konvensional yang menjalankan bisnis dengan prinsip
syariah. BTN syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui
pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini
bertujuan melayani tingginya minat masyarkat dalam memanfaatkan jasa keuangan
syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip perbankan syariah, adanya Fatwa
MUI tentang bunga bank serta melaksanakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham
tahun (RUPS) 2004.
Pengembangan perbankan syariah di Indonesia sesuai dengan Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) melalui sistem perbankan ganda (Dual Banking System)
yang bertujuan untuk mensinergikan BTN konvensional dan syariah untuk
menjalankan fungsi utamanya, yaitu memobilisasi dana masyarakat secara lebih
luas guna meningkatkan perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2014, BTN
syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan
BTN syariah dalam memberikan pembiayaan KPR bersubsidi. Pada tahun 2014,
BTN syariah mampu menyalurkan KPR subsidi sebesar 616 miliar, dengan jumlah
7.292 unit rumah.
Total aset BTN syariah mengalami pertumbuhan sebesar 16.45% dari tahun
2013 sebesar Rp 9,57 truliun menjadi sebesar Rp11,15 triliun pada tahun 2014.
Laba dan realisasi pembiayaan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar
11,88% dan 8,33% dari tahun 2013. Pekembangan jaringan BTN syariah
berkembang pada tahun 2011 dari 39 unit menjadi 50 unit hingga tahun 2014. Total
50 unit BTN syariah tersebut terdiri 22 unit kantor cabang syariah, 21 unit kantor
cabang pembantu
BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ABSTRAK
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI. Analisis Risiko Pembiayaan
Perumahaan di Kota Bogor. Dibimbing JAENAL EFFENDI
Pembiayaan perumahaan adalah salah satu kebutuhan primer masyarakat dan
termasuk ke dalam sektor konstruksi. Kendala yang dihadapi pembiayaan
perumahaan adalah NPF dan penduduk kota Bogor yang memiliki trend meningkat
selama periode 2011-2014. Penelitan ini menganalisis risiko pembiayaan
perumahaan syariah di kota bogor dengan menggunakan metode Enterprise Risk
Management. Hasil penelitian menunjukan risiko dengan nilai tertinggi adalah
nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan, hilangnya berkas dan arsip,
nasabah mengalami default karena usahanya mengalami kebangkrutan. Tindakan
mitigasi risiko yang dapat diambil adalah dengan rescheduling dan mengambil
agunan nasabah atas kompensasi kerugian yang dialami oleh bank, serta
menyediakan salinan lebih dari satu berkas dan dokumen agar tidak kembali hilang
Kata kunci: Bank Syariah , ERM, Konstruksi
ABSTRACT
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI, Housing Finance Risk Analysis at
Bogor City. It Supervised by JAENAL EFFENDI.
Housing finance is one of main society needs and includes into construction sector.
The problem which was faced the Housing finance is NPF and population of Bogor
city that had a growing during periode of 2011-2014. This study analyzed the sharia
housing finance risk in Bogor city using method of Enterprise Risk Management.
The Result of study showed the highest score of risk is customers having delay in
financing return, lost of files and documents, the customer had default situation
because of their effort in bankruptcy. The risk mitigation action which could be
taken with rescheduling and took customer collaterals for loss compesations
experienced by bank, provided more copies files and documents due to having lost.
Keyword: Islamic banking, ERM, Construction
ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN PERUMAHAAN DI KOTA
BOGOR (STUDI KASUS BANK BTN SYARIAH BOGOR)
AHMAD FATHAN MUJADIDI HAQQONI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Risiko Pembiayaan Perumahaan di Kota
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Prabowo dan Ibu Apriana Dian serta adik dari
penulis atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Jaenal Effendi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,
bimbingan, saran, dan motivasi dalam membantu penulisan skripsi ini.
2. Bapak Deni Lubis selaku dosen penguji dari komisi pendidikan dan Ibu Sri
Mulatsih selaku dosen penguji utama atas kritik dan saran yang telah diberikan
untuk perbaikan skripsi ini.
3. BTN Syariah cabang Bogor, baik para pegawai maupun nasabah serta pihakpihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM
IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5. Teman-teman satu bimbingan, Afrial Hasbi, Rizha Rizki, Akbar Nur Pribadi dan
yang lainnya, yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan
dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49
terimakasih atas doa dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Bogor, Desember 2015
Ahmad Fathan Mujadidi Haqqoni
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Bank Syariah
6
Pembiayaan Syariah
6
Risiko
8
Manajemen Risiko
10
ERM
10
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Pikir
14
METODE PENELITIAN
15
Jenis dan Sumber Data
15
Waktu dan Tempat Penelitian
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Pengolahan dan Analisis Data
15
PEMBAHASAN
19
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
19
Analisis Risiko Pembiayaan
20
Identifikasi Risiko
22
Pengukuran dan Pemetaan Risiko
26
Mitigasi Risiko
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
34
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
RIWAYAT HIDUP
44
DAFTAR TABEL
1 Identifikasi Risiko Bank BTN Syariah
25
2 Indikator Kemungkinan Terjadinya Risiko
26
3 Indikator Dampak Terjadinya Risiko
27
4 Klasfikasi Risiko Bank BTN Syariah
28
5 Hasil pemetaan risiko
29
6 Tindakan mitigasi risiko Bank BTN Syariah
32
DAFTAR GAMBAR
1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014
1
2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 2009-2014
2
3 Jumlah penduduk Kota Bogor
3
4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan
3
5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi
4
6 Kubus ERM
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur Organiasi Bank BTN Syariah
37
2 Tabel lengkap hasil analisis
38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang menegaskan kejelasan hukum atas eksistensi perbankan
syariah di Indonesia. Sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 perbankan syariah telah
berkembang dari kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, perkembangan perbankan
syariah ditunjukan dengan meningkatnya jumlah BUS menjadi 12 BUS pada Juli
2014 dan UUS yang berjumlah 22 pada tahun 2014 (OJK 2015). Sementara dari
sisi kualitas, perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari perkembangan
neraca laba rugi, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) serta jumlah pembiayaan yang
disalurkan yang memiliki tren meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Gambar 2.
3,500
miliar rupiah
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Sumber: OJK 2015
Gambar 1 Net income perbankan syariah periode 2009-2014
Perkembangan perbankan syariah merupakan indikator feedback yang
positif dari masyarakat atas kinerja sistem perbankan syariah di Indonesia. Sebagai
mediator antara debitur dan kreditur, bank syariah dituntut berhati-hati dalam
memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Pembiayaan yang diberikan
disalurkan melalui berbagai sektor ekonomi. Sektor ekonomi dikategorikan
menjadi delapan, yaitu pertanian kehutanan dan sarana pertanian; pertambangan;
perindustrian; listirk, gas, dan air, konstruksi; perdagangan, restoran, dan hotel;
pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi; jasa guna usaha dan jasa sosial.
Berdasarkan Gambar 2, DPK yang meningkat tiap tahunnya diharapkan dapat
mendorong berkembangnya pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
Meningkatnya pembiayaan yang disalurkan kepada sektor-sektor tersebut
diharapkan mampu meningkatkan laju ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
2
miliar rupiah
180,000
150,000
120,000
90,000
60,000
30,000
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
DPK
total pembiayaan
Sumber: OJK (2015)
Gambar 2 Perkembangan DPK dan pembiayaan yang disalurkan periode 20092014
Menurut Al-Syaitibi dalam kitab Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah,
kebutuhan manusia dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu primer, sekunder dan
tersier. Kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan papan merupakan kebutuhan akan tempat tinggal yang layak.
Perumahaan merupakan bagian dari sektor konstruksi. Sektor konstruksi memiliki
peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, hal ini dibuktikan pada Gambar 2
dengan adanya jumlah pembiayaan pada sektor konstruksi yang terus meningkat.
Kota bogor memiliki potensi pembiayaan perumahan yang baik, menurut BPS
kota Bogor pada tahun 1990 jumlah penduduk di kota Bogor sebanyak 272.251
jiwa, sensus pada tahun 2000 kota Bogor memiliki 750.819 jiwa, dan pada sensus
2010 jumlah penduduk kota Bogor mendekati 1 juta jiwa, dengan jumlah detail
sebesar 950.334 jiwa, pertumbuhan jumlah penduduk dapat dilihat pada Gambar 3.
Pertumbuhan jumlah penduduk dikarenakan tingkat Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di kota Bogor, meningkatnya IPM diukur dari tiga indikator yaitu kesehatan,
pendidikan yang dicapai, dan standart hidup. Indikator IPM di kota bogor
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya angka harapan hidup pada tahun
2012 sebesar 69,7% mengalami peningkatan sebesar 0,5% sehungga besar nya
angka harapan hidup pada tahun 2013 sebesar 70,2%, angka masyarakat melek
huruf juga mengalami peningkatan sebesar 1,5% sehingga pada tahun 2013
masyarakat melek huruf sebesar 96,77%, dan peningkatan rata-rata lamanya
sekolah sebesar 0,01% yang pada tahun 2013 angka peningkatan rata-rata lamanya
sekolah sebesar 8,01%.
3
Jumlah Penduduk Kota Bogor
1000000
jiwa
800000
600000
400000
200000
0
1990
2000
2010
tahun
Jumlah
Sumber: BPRS Kota Bogor (2014)
Gambar 3 Jumlah Penduduk Kota Bogor.
Perkembangan jumlah penduduk selaras dengan perkembangan jumlah
kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan, pada tahun 2010 jumlah total
sebesar 233.975 kepala keluarga dan yang memiliki bangunan pribadi sebesar
155.839 kepala keluarga, tahun 2011 meningkat menjadi 238.227 kepala keluarga
dan jumlah kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 158.671
kepala keluarga, pada tahun 2014 jumlah kepala keluarga mencapai 252.967 kepala
keluarga dan kepala keluarga yang memiliki bangunan pribadi sebesar 166.489
kepala keluarga, perkembangan ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status
Penguasaan Bangunan dan Bangunan Pribadi
300000
kepala keluarga
250000
200000
150000
Jumlah
100000
Pribadi
50000
0
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Sumber: BPS Kota Bogor (2014)
Gambar 4 Jumlah kepala keluarga menurut status penguasaan bangunan dan
bangunan pribadi.
4
Rumusan Masalah
Salah satu lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan perumahaan
adalah Bank Tabungan Negara (BTN). BTN merupakan salah satu bank yang
memiliki peran penting dalam perkembangan sektor konstruksi di Indonesia. Hal
ini sesuai dengan visi BTN yakni menjadi lembaga keuangan terbaik dalam jasa
pembiayaan perumahan di Indonesia. Menurut BPS (2010) , jumlah penduduk
Indonesia tumbuh sebesar 1.49% per tahun. Perkembangan pembiayaan di sektor
konstruksi dan pembiayaan KPR bersubsidi meningkat sebesar 40% meningkat
sebesar 45% pada periode 2012-2014. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Menurut Karim (2005), pembiayaan tidak terlepas dari risiko. Risiko kredit
menjadi salah satu risiko yang dihadapi oleh bank dan lembaga pembiayaan. Risiko
pembiayaan sendiri meliputi risiko terhadap produk dan risiko yang berhubungan
dengan pembiayaan perusahaan. Salah satu risiko pembiayaan adalah adanya
pembiayaan bermasalah yang menyebabkan gagal bayar. Sebagai sumber
pendapatan utama bank syariah, praktik pembiayaan tidak terlepas dari berbagai
risiko yang mungkin terjadi sehingga membuat bank syariah perlu memperhatikan
risiko munculnya pembiayaan bemasalah. Tingkat pembiayan bermasalah
dicerminkan dengan rasio Non Performing Financing (NPF) pada bank tersebut.
Tingginya tingkat NPF menunjukkan kesehatan bank yang rendah karena
banyaknya pembiayaan bermasalah yang terjadi dalam kegiatan bank tersebut.
Ismail (2010) menyatakan keberadaan NPF dalam jumlah besar dapat berdampak
pada bank yang terlibat berupa kerugian yang ditanggung oleh bank karena tidak
diterimanya kembali dana yang telah disalurkan. Selain itu, NPF juga berdampak
pada berkurangnya income dari kredit tersebut yang dapat mengurangi laba bank
dan kemampuan memberikan kredit.
9.00
10,000
7.00
8,000
5.00
6,000
3.00
4,000
persen
miliar rupiah
12,000
1.00
2,000
-1.00
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
tahun
Pembiayaan sektor konstruksi
Sumber: OJK (2015)
Gambar 5 Perkembangan pembiayaan dan NPF sektor konstruksi
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi yang meningkat memiliki
tingkat gagal bayar dengan trend positif periode 2009 hingga 2014. Hal ini
menunjukan bahwa adanya kenaikan alokasi pembiayaan pada sektor konstruksi
tidak terlepas dari risiko yang mungkin terjadi pada sektor tersebut. Penelitian ini
5
menjadikan bank syariah sebagai objek penelitian dan terfokus kepada BTN
syariah, sebagai lembaga keuangan syariah yang berfokus pada bidang pembiayaan
sektor konstrusksi dan perumahaan. Dengan urgensi masyarakat harus memiliki
tempat tinggal yang layak, perbankan syariah memiliki peran yang penting untuk
menjembatani kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal.
Adanya kenaikan proporsi pembiayaan berpotensi adanya kenaikan tingkat
moral hazard oleh masyarakat sehingga risiko yang dihadapi bank juga meningkat.
Oleh karena itu, diperlukan kajian perkembangan pembiayaan syariah untuk sektor
konstruksi terutama pada aspek risiko. Kajian terhadap risiko pembiayaan syariah
pada sektor konstruksi dapat memberikan gambaran mengenai potensi risiko yang
sebenarnya sehingga dapat dijadikan acuan ke depan untuk dapat lebih
mengoptimalkan pembiyaan syariah pada sektor konstruksi. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji:
1. Apa risiko dihadapi dalam pebiayaan perumahan oleh BTN Syariah cabang
bogor?
2. Bagaimana pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan perumahan pada BTN
syariah cabang Bogor?
3. Apa saja tindakan mitigasi risiko yang dilakukan Bank BTN Syariah dalam
proses pembiayaan perumahaan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi risiko pembiayaan dan risiko perumahan bersubsidi pada
proses pembiayaan Bank BTN cabang Bogor.
2. Menganalisis pengukuran dan pemetaan risiko pembiayaan untuk dan risiko
lainnya pada proses pembiayaan di Bank BTN cabang Bogor.
3. Menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan dan risiko lainnya pada
proses pembiayaan di Bank BTN cabang bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
yaitu:
1. Bagi pihak Bank BTN syariah cabang Bogor dapat dijadikan sumber informasi
serta rekomendasi mengenai pemetaan risiko pembiayaan dan tindakan mitigasi
risiko pembiayaan, khususnya yang berkaitan dengan prmbiayaan perumahaan
2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan salah satu referensi dan kajian studi lapang
mengenai risiko pembiayaan syariah.
3. Bagi masyarakat yang ingin mengakses jasa pembiayaan perumahaan bersubsidi
bank BTN syariah, dapat dijadikan sumber informasi awal mengenai
pembiayaan syariah.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko pembiayaan Bank BTN
syariah. Penelitian ini hanya mencakup risiko yang terdapat pada kegiatan funding
dan financing di BTN syariah. Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan terhadap
lingkup risiko yang diteliti, yakni hanya mencakup pada risiko pembiayaan dan
risiko operasional pada Bank BTN syariah dan tidak mempertimbangkan risiko
pasar. Pembatasan juga dilakukan terhadap lingkup sektoral yang diteliti, yakni
berfokus kepada pembiayaan syariah untuk perumahaan bersubsidi.
TINJAUAN PUSTAKA
Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tentang Perbankan Syariah, bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsipprinsip syariah. Bank syariah bukan hanya sekadar bank bebas bunga, tetapi juga
memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan.
Karakteristik Bank Syariah
Undang-Undang Nomor 12 juga menjelaskan secara fundamental terdapat
beberapa karakteristik bank syariah, antara lain
1. Penghapusan riba.
2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisakan sasaran sosio-ekonomi
Islam.
3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial
dan bank investasi.
4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena
bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing.
5. Bagi hasil cenderung mempercepat hubungan antara bank syariah dan
pengusaha.
6. Kerangka yang dibangun dalam membantu instrumen pasar uang antarbank
syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah.
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi
tabungan dengan cara yang adil. Sumber dana bank syariah berasal dari modal yang
diberikan dan hasil mobilisasi kegiatan penghimpunan dana melalui rekening giro,
rekening tabungan, rekening investasi umum dan rekening investasi khusus.
Pembiayaan Syariah
Definisi Pembiayaan Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat disamakan dengannya, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan. Antonio
7
(2001) menyatakan bahwa pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk pemenuhan kebutuhan pihak-pihak yang merupakan unit defisit.
Kategori Pembiayaan Syariah
Rivai (2008) mengatakan bahwa pembiayaan merupakan kepercayaan (trust),
yang berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan
kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus
dipergunakan dengan benar, adil, disertai dengan syarat-syarat yang jelas dan saling
menguntungkan kedua belah pihak. Penyaluran dana pada nasabah, terbagi ke
dalam delapan kelompok secara garis besar dan dibedakan sesuai dengan tujuan
penggunaannya, yaitu:
1. Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
2. Akad salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang
disepakati.
3. Akad isitihna' adalah akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan
pembuataan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pembeli dan penjual.
4. Akad mudharabah dalam pembiayaan adalah akad kerja sama suatu usaha
antara pihak pertama yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua yang
bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai
yang sudah disepakati dalam akad, dan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
pihak pertama.
5. Akad musyarakah adalah akad kerja sama diantara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.
6. Akad qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan
bahwa nasabah wajib mengembailkan pokok pinjaman tanpa tambahan baik
secara sekaligus maupun cicilan.
7. Akad ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa
diikuti dengan kepemilikan barang itu sendiri.
8. Akad ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa berdasarkan transaksi
sewa dengan pemindahan kepemilikan barang.
Definis Fungsi Pembiayaan
Rivai (2008) menjelaskan bahwa pembiayaan memiliki fungsi-fungsi yang
sangat penting dalam sistem perekonomian baik secara makro maupun mikro.
Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Dapat meningkatkan daya guna dari modal/uang,
2. Dapat meningkatan daya guna dari suatu barang,
3. Dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang,
4. Dapat menimbulkan gairah usaha masyrakat,
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi negara, seperti: pengendalian inflasi,
8
peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan kebutuhan pokok rakyat,
6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.
Risiko
Pengertian Risiko
Risiko didefinisikan sebagai ketidakpastian dan berkaitan dengan
kemungkinan kerugian terutama yang menimbulkan masalah. Risiko yang muncul
harus dikelola dengan proses sistematis yang disebut manajemen risiko (Siahaan
2009). Jika dilihat dari sudut pandang lembaga keuangan, risiko merupakan suatu
kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat
diperkirakan dan memiliki dampak negatif terhadap pendapatan maupun
permodalan bank (Karim 2009).
Kategori Risiko Bank Umum
Risiko yang dihadapi oleh bank umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis
yaitu risiko finansial dan risiko non finansial. Risiko finansial selanjutnya dibagi
menjadi menjadi risiko pasar dan risiko kredit. Sedangkan risiko non finansial
diantaranya meliputi: risiko operasional, risiko reguler dan risiko hukum. Berikut
adalah karakteristik risiko-risiko tersebut:
1. Risiko Pasar adalah risiko yang melekat pada instrumen dan aset yang
diperdagangkan di pasar. Fluktuasi harga dipasar akibat pengaruh mikro
maupun makro menimbulkan jenis-jenis risiko pasar yang lain yaitu risiko suku
bunga.
2. Risiko Kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibanya
secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Risiko ini dapat
muncul dalam banking book dan trading book. Dalam banking book, risiko
kredit muncul pada saat nasabah gagal memenuhi kewajiban untuk membayar
hutangnya secara penuh pada waktu yang telah disepakati. Adapun risiko kredit
pada trading book, juga muncul akibat tidak mampu atau ke \engganan nasabah
untuk memenuhi kewajiban yang ada dalam kontrak.
3. Risiko Likuiditas muncul akibat tidak cukupnya liquiditas untuk memenuhi
liabilitasnya pada saat jatuh tempo.
4. Risiko Operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas, risiko
ini muncul karena kesalahan atau kecelakan manusiawi ataupun teknis.
Definisi Risiko Pembiayaan Syariah
Menurut Karim (2005) secara umum, faktor-faktor yang terdapat risiko aktifitas
fungsional dari perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu, risiko
finansial, risiko pasar, dan risiko operasional. Risiko Pembiayaan adalah risiko
yang dapat menyebabkan pihak ketiga gagal untuk memenuhi kewajibanya. Dalam
konteks perbankan syariah, risiko pembiayaan meliputi risiko yang berhubungan
dengan produk dan berhubungan dengan pembiayaan perusahaan.
1. Risiko yang berhubungan dengan produk
a. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan Natural Certainty Contract
(NCC) dengan menganalisis risiko pembiayaan yang berdasarkan NCC. Proses
dari indentifikasi dan menganalisis semua dampak yang berhubungan dengan
individual klien yang menggunaan jasa pembiayaan NCC, seperti murabahah,
9
ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam dan istishna ketika client telah
memutuskan untuk menggunakan salah satu pembiayaan tersebut, makan akan
dihitung semua faktor-faktor risiko yang terkandung didalam setiap akadnya.
b. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan dari Natural Uncertainty
Contract (NUC) dengan menganlisis risiko pembiayaan yang berbasiskan
NUC, seperti mudharabah dan musyarakah, sehingga ketika ketika diputuskan
akad mana yang akan dipilih, maka bank telah menghitung semua faktor risiko
yang terkandung didalamnya.
2. Risiko yang berhubungan dengan pembiayaan korporasi
Kerumitan dan jumlah dari pembiyaan korporasi telah memberian kenaikan
terhadap risiko tambahan dibandingkan dengan produk perbankan yang lainya.
Tambahan risiko yang harus diantispasi antara lain meliputi risiko timbul dari
kondisi bisnis yang berubah setelah penyaluran pembiayaan. Terdapat tiga tipe
risiko yang mungkin muncul dari perubahan kondisi bisnis klien setelah
pembiayaan diberikan, diantaranya over trading, adverse trading serta liquidty run.
Risiko yang timbul dari komitmen modal yang berlebihan dan risiko yang muncul
akibat analisis yang tidak sehat oleh bank. Terdapat tiga tipe risiko yang akan
muncul dari analisis yang tidak sehat oleh bank, yaitu analisi keuangan yang salah
manipulasi akutansi dan karakter klien.
3. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko yang diantara faktornya disebabkan oleh
ketidakcukupan atau ketidakmampuan dari proses internal bank, human errors,
kesalahan sistematis atau masalah eksternal lainya yang mempengaruhi fungsi
operasional, tiga faktor utama yang menyebabkan risiko operasional:
a. risiko yang berhubungan dengan infrastruktur.
b. risiko yang berhubungan dengan proses.
c. risiko yang berhubungan dengan sumber daya.
Ketiga risiko diatas menimbulkan lima tipe risiko lainya yaitu risiko reputasi,
compliance risk, risiko transaksional, risiko strategi dan risiko legalitas.
Manajemen Risiko
Definisi dan Tujuan Manajemen Risiko
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah juga memerlukan serangkaian proses
manajemen risiko. Manajemen risiko berperan sebagai permberi peringatan dini
terhadap kegiatan usaha bank syariah, Karim (2009) mengemukakan tujuan
manajemen risiko itu sendiri, yaitu:
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
10
Karakteristik Manajemen Risiko Islam
Menurut Karim (2009) karakteristik dari manajemen risiko dalam perbankan
syariah berbeda dari perbankan konvensional, terutama dari adanya beberapa faktor
unik yang terkandung dalam sharia-compliance. Perbedaan mendasar antara bank
syariah dan bank konvensional diukur berdasarkan apa dan bukan bagaimana.
Perbedaan akan terlihat jelas ketika dalam proses operasional dari perbankan
syariah, yang meliputi identifikasi, penilaian, antisipisasi, dan pengawasan risiko.
Enterprise Risk Management
Pengertian Enterprise Risk Management
Enterprise Risk Management (ERM) adalah seluruh metode dan proses yang
digunakan organisasi perusahaan untuk mengelola risiko, baik dalam menghindari
kerugian maupun untuk meraih peluang yang menguntungkan, berkaitan dengan
pencapaian tujuan oraganisasi perusahaan (Siahaan 2009). Dalam kerangka ERM,
dibandingkan sebagai sesuatu yang harus dikurangai atau dihilangkan. Tahapan
pada pengembalian keputusan dalam ERM pun juga meningkat, tidak hanya
berhenti pada tingkatan manajer risiko, namun harus sampai kepada dewan direksi
perusahaan dan dapat menghadapi risio sebagai sebuah peluang yang
menguntungkan menurut Kawamoto dalam D’Arcy (2013).
Secara garis besar, ERM meliputi 3 tahap. Pertama, Pengidentifikasian
keadaan-keadaan yang terjadi berkaitan dengan pencapaian tujuan perusahaan
untuk mengoptimalkan risiko kerugian dengan pencapaian tujuan perusahaan untuk
mengoptimalkan risiko kerugian dan meraih risiko peluang yang menguntungkan.
Kedua¸menilai risiko dengan 2 dimensi, yaitu dimensi keumungkinan terjadinya
(probability) dan dimensi dampak terjadinya (Impact). Ketiga, menentukan strategi
yang tepat dalam menghadapi risiko yang akan terjadi. Praktisnya, ERM membantu
sebuah lembaga atau perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasi dan
menghindari risiko-risiko yang terjadi alam perjalanan menuju tujuan tersebut.
Siahaan (2009) merujuk pada COSO Standart of Enterprise Risk Management
Integrated Framework, menjelaskan bahwa pengertian ERM adalah suatu proses
yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen dan karyawan lainya dalam
mengaplikasikan pengaturan strategi melingkupi seluruh perusahaan. ERM
dirancang untuk mengidentifikasi potensi kejadian yang dapat mempengaruhi
perusahaan, dan mengelola risiko yang ada memberikan kepastian terhadap
pencapian tujuan perusahaan. RIMS (Risk and Insurance Management Society)
dalam Siahaan (2009) menjelaskan bahwa ERM memiliki pengertian yaitu budaya,
proses dan alat-alat mengidentifikasi peluang strategis dan perspektif strategi, dan
merupakan proses yang mendukung pengurangan ketidakpastian serta
meningkatkan eskploitasi peluang yang menguntungkan.
Kountur (2008) mengatakan ERM adalah suatu proses atau metode yang
digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha
mencapai tujuannya. ERM diartikan secara luas agar dapat diperoleh konsepkonsep penting bagaimana cara perusahaan dalam mengelola risiko dan
memberikan dasar bagi suatu perusahaan. ERM dapat diaplikasikan oleh berbagai
perusahaan. Termasuk perbankan syariah karena pada dasarnya yang ditawarkan
oleh ERM adalah sebuah konsep dan integrasi dalam pengelolaan risiko.
11
Tujuan ERM
Kerangka kerja ERM diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan yang
ditetapkan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Strategy, yakni sasaran tertinggi harus selalu disesuaikan dan selaras dengan
misi perusahaan.
2. Operation, yakni tujuan operasi menyangkut efektivitas dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang ada.
3. Reporting, yakni tujuan menyangkut dapat dipercaya atau tidaknya sebuah
laporan operasional perusahaan dan laporan-laporan lainnya yang berujung
pada kualitas kendali internal perusahaan.
4. Compliance, yakni tujuan menyangkut ketaatan pada hukum dan regulasi yang
berlaku, misalnya pada bank syariah, ketaatan terhadap peraturan perbankan
dari Bank Indonesia dan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan oleh Dewan
Syariah Nasional.
Tahapan Komponen ERM
Kerangka ERM memiliki delapan tahapan komponen penting yang saling
berkaitan dan berhubungan dalam pengelolaan risiko yang diterapkan oleh sebuah
perusahaan. Delapan tahapan komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Internal environment
Lingkungan internal meliputi jenis organisasi, penetapan dasar tentang
bagaimana cara memandang risiko, termasuk falsafah manajemenrisiko, selera,
integritas, nilai-nilai kepercayaan, etika, dan lingkungan dimana mereka
beroperasi.
2. Objective setting
Perusahaan harus menetapkan tujuan terlebih dahulu sebelum mengidentifikasi
potensi kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan. ERM
memastikan bahwa manajemen telah menetapkan tujuan-tujuan yang telah
dipilih tersebut agar selaras dengan misi yang ingin dicapai serta konsisten
dengan tingkat risikonya.
3. Event identification
Kejadian-kejadian internal dan eksternal yang dapat memengaruhi pencapaian
tujuan perusahaan harus dapat diidentifikasi dan dibedakan antara risiko dan
peluang. Setiap peluang disalurkan kembali pada strategi manajemen atau pada
proses penentuan tujuan.
4. Risk assessment
Risiko dianalisis berdasarkan kemungkinan terjadinya (probability) dan
dampak terjadinya (impact) sebagai bahan untuk menentukan bagaimana cara
pengelolaannya.
5. Risk response
Manajemen memilih cara untuk merespon setiap risiko yang ada. Risiko yang
ada dapat dihindari, diterima, dikurangi, dihilangkan atau dibagi. Selanjutnya,
manajemen dapat mengembangkan serangkaian tindakan untuk dapat
menyelaraskan risiko dengan toleransi terhadap risiko itu sendiri dan penilaian
risiko.
6. Control activities
Kebijakan dan prosedur dibentuk dan diimplementasikan untuk memastikan
respon terhadap risiko telah dilaksanakan secara efektif.
12
7. Information and Communication
Setiap informasi yang relevan dan terkait kemudian diidentifikasi, diproses
serta dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang membuat setiap
individu dalam perusahaan mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem
informasi dalam laporan juga berperan dalam pengambilan keputusan dan
pelaporan eksternal. Komunikasi efektif dapat diartikan secara luas yaitu
komunikasi vertikal, horisontal, maupun dengan pihak luar (nasabah, regulator,
dan para pemegang saham).
8. Monitoring
Seluruh manajemen risiko perusahaan dipantau dan dimodifikasi apabila
dibutuhkan. Pemantauan dilakukan melalui kegiatan manajemen yang sedang
berjalan, dievaluasi secara terpisah atau dilakukan secara rutin.
Kubus ERM
Kubus ERM memperlihatkan hubungan langsung antara tujuan dan
komponen ERM. Hubungan ini menggambarkan apa saja kebutuhan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kubus ERM dapat dlihat pada Gambar 1.
Keempat tujuan ERM digambarkan dalam sumbu Y (kolom vertical). 8
komponen ERM digambarkan dalam sumbu X (kolom horizontal) dan urut
organisasi digambarkan dalam sumbu Z. ketiga sumbu ini saling terhubung dan
membentu keterkaitan dalam kerangka kerja ERM.
Gambar 6 Kubus ERM
Efektifitas dan Keterbatasan ERM
Efektivitas ERM dapat dicapai apabila 8 komponen ERM berfungsi secara
efektif dan setiap risiko sudah diperhitungkan sesuai dengan tingkat risiko yang
dapat diterima. Selain itu, dewan direksi dan manajemen harus memahami sejauh
mana tujuan strategis dan opersional perusahaan serta laporan perusahaan yang
dapat dipercaya dan sesuai dengan prinsip maupun hukum yang berlaku.
Keterbatasan dalam ERM terdapat pada penelitian manusia yang subyektif dalam
mengambil keputusan sehingga berujung pada kesalahan atau kegagalan, kesalahan
dapat terjadi karena faktor manusia seperti salah prediksi, adanya korupsi, kolusi
dan adanya wewenang untuk menyampingan hasil keputusan dari ERM.
13
Keterbatasan itulah yang menghalangi adanya jaminan mutlak dalam pencapaian
tujuan organisasi atau perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Tsabita (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa risiko utama dari
pembiayaan syariah pada sektor pertanian yaitu nasabah gagal bayar karena
karekter buruk/moral hazard dan tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan
yakni melakukan rescheduling, restrukturisasi dan pencairan jaminan nasabah.
Penelitian ini mengambil studi kasus di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.
Analisis risiko pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan tahapan
Enterprise Risk Management (ERM) dan metode creditrisk+.
Mauliani (2014) dalam penelitian yang bertujuan menganalisis perbedaan
kinerja keuangan Bank Umum Konvensional ( Bank Mandiri Tbk dan Bank Mega
Tbk) dan Bank Umum Syariah (PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mega
Syariah) menunjukkan bahwa Bank Mandiri memiliki kinerja yang lebih baik
daripada Bank Mega. Sementara PT Bank Mega Syariah memiliki kinerja yang
lebih baik daripada PT Bank Syariah Mandiri. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder pada periode 2009 hingga 2013. Metode yang
digunakan adalah analisis kinerja berbasis risiko dengan metode Risk Adjusted
Return on Capital (RAROC).
Rokhmana (2012) menunjukkan bahwa rasio NPF memiliki hubungan negatif
dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA) pada Bank Muamalat
Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder dengan metode regresi linear sederhana dengan program SPSS 16.0 for
Windows.
Hernawati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen
risiko pembiayaan di BMT Fortisima telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya pembiayaan macet sebesar 0.12% dari jumlah
pembiayaan. Pembiayaan pada BMT Fortisima mengalami peningkatan pesat dari
tahun ke tahun. Manajemen risiko pembiayaan yang digunakan dalam
mengidentifikasi risiko pembiayaan yaitu survei dan wawancara. Setelah
diidentifikasi, BMT melakukan pengukuran dengan membagi kedalam empat
golongan, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Dalam pemantauannya,
BMT menggunakan beberapa cara seperti memantau pelunasan nasabah, rekening
anggota, usaha nasabah dan lainnya. Kemudian untuk mengendalikan risiko, BMT
memiliki empat cara, yaitu penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan,
asuransi, peningkatan SDM dan penagihan intensif. Penelitian ini bersifat deskriptif
dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya observasi,
wawancara dan dokumentasi langsung kepada manajer, karyawan dan nasabah
BMT Fortisima.
Penelitian yang dilakukan Anindhita (2012) bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat memprediksi kolektibiltas debitur BMT Al-Fath IKMI,
menghitung pencadangan yang harus disediakan akibat terjadinya default dan
menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan untuk mengurangi kerugian.
Hasil dari penelitian tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kolektibilitas debitur yakni usia, pendidikan terakhir, jenis jaminan, total
14
pendapatan dan total biaya hidup. Potensi kerugian pembiayaan yang akan dialami
BMT Al-Fath IKMI dengan menggunakan metode Creditrisk+ Rp 460 050 000 atau
7.06% dari total pembiayaan murabahah dan ijarah dan tindakan mitigasi risiko
yang dilakukan yaitu tidak memberikan pembiayaan kepada debitur yang masuk
pada kolektibilitas 3-5, mensyaratkan jaminan tidak memberikan pembayaan yang
terlalu besar, rescheduling, reconditioning serta meminta izin untuk menjual
jaminan debitur.
Kerangka Pikir
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia mengalami
peningkatan pada periode 2009 hingga 2014. Sementara itu, tingkat gagal bayar
pada sektor tersebut mengalami pertumbuhan fluktuatif dengan tren meningkat.
Meningkatnya pembiayaan gagal bayar pada sektor konstruksi tidak terlepas dari
berbagai risiko yang dihadapi oleh lembaga pembiayaan, dalam hal ini BTN syariah
cabang Bogor, sebagai salah satu lembaga keuangan yang bereperan dalam
pembiayaan perumahan.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam
penelitian ini akan dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang
Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan
bersubsidi. Penelitian ini meggunakan metode Enterprise Risk Management
(ERM). Setelah dilakukan analisis risiko yang dihadapi oleh BTN syariah cabang
Bogor serta pengukuran dan pemetaannya dalam program pembiayaan perumahan
bersubsidi, diharapkan ada output yang dapat dijadikan sebagai saran atau
rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pembiayaan
perumahan bersubsidi di Indonesia.
Perkembangan pembiayaan sektor konstruksi di Indonesia meningkat
Tingkat NPF sektor konstruksi meningkat
BTN syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang
fokus pada pembiayaan perumahan.
Analisis risiko
Pengukuran dan pemetaan
risiko
Saran dan rekomendasi
kebijakan
METODE
PENELITIAN
Gambar
6 Kerangka
pemikiran
15
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak BTN
Syariah cabang Bogor. Data sekunder diperoleh dari arsip dokumen dan laporan
tahunan BTN Syariah di Kota Bogor selain itu pencarian data sekunder juga
dilakukan melalui literatur dari jurnal, buku, artikel, makalah dan internet yang
berkaitan dengan peneilitan ini.
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu peneilitan dimulai dari bulan Januari hingga Februari 2014. Penelitian
ini dilakukan di BTN Syariah cabang Bogor. Pemilihan tempat ini dilakukan
dengan sengaja dengan mempertimbangkan BTN syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfokus kepada pembiayaan perumahan. Selain itu, alasan
pemilihan BTN syariah memiliki performa perbankan yang cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari laporan tahunan yang lebih baik dibandingkan dengan bank BTN.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diguanakan dalam penelitian ini
menggunakan metode pengamatan (observasi), penelusaran literatur, wawancara
dan diskusi mendalam. Informasi atau keterangan diperoleh melalui wawancara,
baik tatap muka maupun dengan alat komunikasi dengan pihak BTN Syariah
cabang bogor.
Metode Pengumpulan Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive.
Dengan metode ini, responden telah dipilih dengan pertimbangan bahwa responden
yang dipilih memiliki pengetahuan, keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang
dikaji. Responden dari pihak BTN syariah yang dipilih meliputi Kepala cabang,
audit internal, kabid operasional, kabid marketing, dan bagian-bagian dibawahnya
( account officer, legal officer, administrasi pembiayaan (ADMP).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Secara garis besar, pengolahan analisis data dalam penilitian ini adalah:
Metode ERM dan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi risiko pembiayaan
pada proses pembiayaan di BTN syariah.
1. ERM 1: internal environment
Identifikasi lingkungan internal pada BTN syariah didapat dari hasil
observasi dan wawancara dengan kepala cabang BTN syariah.
2. ERM 2: Objective setting
Identifikasi objective setting diperoleh dari jabaran visi dan misi serta
16
sasaran perusahaan yang telah ditetapkan oleh bank BTN syariah.
3. ERM 3 : Event Identification
Mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
pembiayaan dengan cara mendaftar seluruh risiko yang mungkin terjadi.
Teknik atau proses yang dapat digunakan antara lain dengan brainstorming,
wawancara dengan responden yang dipilih, pengamatan secara langsung,
serta pengumpulan data statistic dan data historis dari pihak BTN syariah.
Metode ERM dan metode aproskimasi menganalisis pengkuruan dan
pemetaan risiko pembiayaan di BTN syariah.
4. ERM 4: Risk Assesment
Godfrey (1996) mengatakan bahwa risiko dapat diukur dalam 2 prospektif
yaitu berdasarkan probability (peluang atau kemungkinan terjadi) dan
impact (dampak jika terjadi risiko). Penilaian mengenai kemungkinan
terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 1.
Angka
1
2
3
4
5
Tabel 1 Probabilitas risiko
Skala Probabilitas
Sangat Rendah (Improbable)
Rendah (Remote)
Sedang (Occasional)
Tinggi (Probable)
Sangat Tinggi (frequent)
Sumber: Godfrey (1996)
Keterangan
Hampir tidak mungkin terjadi
Kadang terjadi
Mungkin terjadi
Sangat mungkin terjadi
Hampir pasti terjadi
Tabel 1 menunjukan angka yang berarti nilai skala. Keterangan
mununjukkan penjelasan kualitatif mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya,
penilaian mengenai dampak terjadinya risiko dapat dilihat pada tabel 2.
Angka
1
2
Tabel 2 Dampak Risiko
Skala Dampak
Sangat rendah (negligible)
Rendah (marginal)
3
Sedang (serious)
4
Tinggi (critical)
5
Sangat tinggi (catastrophic)
Sumber: Godfrey (1996)
Keterangan
Tidak menimbulkan masalah
Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi
dengan pengelolaan rutin.
Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk
periode tertentu saja.
Mengakibatikan perusahaan tidak dapat mencapai
sebagaian tujuan jangka panjang, mengganggu
likuiditas perusahaan.
Mengakibatan perusahaan tidak dapat mencapai
seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan
kebangkrutan, kematian, dan hukuman pidana.
Tabel 2 menunjukan anga yang berarti nilai skala. Keterangan menunjukan
penjelasan kualitatif mengenai dampak terjadinya risiko. Evaluasi dampa risiko
seringkali cukup sulit untuk diukur karena bekaitan dengan berbagai macam aspek
dan pertimbangan.
Pengukuran risiko juga dapat menggunakan metode aproksimasi. Kountur
(2008) menjelaskan bahwa metode aprosimasi adalah cara untuk mengetahui
probabilitas dan dampak risiko dengan cara menanyakan berapa estimasi
probabilitas dan dampak dari suatu risiko kepada orang lain. Pengumpulan
informasi menggunakan metode aproksimasi dapat dilakukan dengan menanyakan
17
opini para ahli. Opini para ahli merupakan salah satu cara pengumpulan informasi
dimana seseorang yang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan informasi
tentang berapa besar kemungkinan atau probabilitas dan berapa besar dampak yang
terjadi dari suatu risiko. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya
ditunjukankan kepada para ahli dan diminta pendapatnya untuk memberikan
perikiraan.
Godfrey (1996) menjelaskan bahwa nilai risiko merupakan perkalian dari
probabilitas dan dampak. Untuk mengukur risiko dapat digunakan rumus
R=PxI
Keterangan:
R
= Tingkat risiko
P
= Kemungkinan risko terjadi
I
= Dampak bila risiko benar-benar terjadi
Selanjutnya, hasil dari pengukuruan risiko dapat dikelompokan ke dalam
pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko sesuai
dengan tingkatan risikonya. Pemetaan tingkat risiko dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pemetaan dan tingkat penerimaan risiko
Kemungkinan
(Probability)
Catastrophic
5
25
Unacceptable
Crititcal
4
20
Unacceptable
Dampak (Impact)
Serious
3
15
Unacceptable
Marginal
2
10
Undesireable
Negligible
1
5
Undesireable
Frequent
5
Probable
4
20
Unacceptable
16
Unacceptable
12
Undesireable
8
Undesireable
4
Acceptable
Occasional
3
jmnRemote
2
Improbable
1
15
Undesireable
10
Undesireable
5
Undesireable
12
Undesireable
8
Undesireable
4
Acceptable
9
Undesireable
6
Undesireable
3
Acceptable
6
Acceptable
4
Acceptable
2
Negligible
3
Negligible
2
Negligible
1
Negligible
Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 3 menunjukan bahwa pemetaan risiko dapat dilihat perkalian nilai
kemungkinan terjadinya risiko (probability) dan dampak jika risiko terjadi
(impact). Setelah itu, Godfrey (1996) membagi 4 tingkat penerimaan risiko
berdasarkan kencenderungan peluang terjadinya risiko dan dampaknya, seperti
yang ditunjukan pada Tabel 3. Tingkat penerimaan risiko ini dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam mengambil respon tindakan mitigasi risiko.
Tabel 3 menunjukan empat tingkatan penerimaan risiko yaitu unacceptable,
undesirable, acceptable, dan negligible. Tingkatan pertama adalah unacceptable.
Unacceptable adalah risiko tinggi karena memberian pengaruh signifikan yang
merugikan perusahaan dan memiliki efek domino dalam jangka panjang sehingga
harus mendapat prioritas utama. Respon tindakan utama dalam mengendalikan
risiko ini yaitu dihindari atau ditransfer. Tingkatan kedua adalah undesirable adalah
risiko yang harus diwaspadai karena sudah melewati batas toleransi bank dan
berpengaruh signifikan terhadap perusahaan. Respon tindakan dalam
mengendalikan risiko yaitu dihindari dan dikurangi.
18
Tingkatan ketika adalah acceptable adalah risiko yang dapat diterima.
Risiko ini memberikan dampak bagi perusahaan tetapi masih dalam batas toleransi
sehingga masih dapat diatasi. Respon tindakan dalam mengendalikan ini yaitu tidak
mengambil tindakan apapun (menerinma) atau mengurangi kemunginan terjadinya
risiko (jika memungkinkan).
Tingkatan keempat adalah negligible adalah risiko yang jarang terjadi dan
bila terjadi memiliki dampak yang relatif kecil. Efek dari risiko dapat dikurangi,
namum biasanya dapat saja melebihi dampak risiko yang ditumbulkan. Pada kasus
ini, mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut
1. ERM 5: Risk Response
Respon terhadap peristiwa risiko dianalisis dari hasil pemetaan risiko, studi
literature, dan diskusi dengan pihak BTN Syariah. Risk response dianalisis
secara deskriptif dan dibagi kedalam respon menerima (accept), berbagi
(transfer), mengurangi (reduce), dan menghilangkan risiko (remove).
Menerima risiko berarti pihak bank tidak dapat berbuat banyak terhadap
terjadinya risiko tetapi dapat menyesuaikannya. Mengurangi risiko berarti
risiko tetap terjadi, namun pihak bank dapat melakukan kegiatan untuk
meminimalisisr dampak terjadinya risiko. Berbagi risiko berarti tidak
menghilangkan risiko tetapi memindahkan risiko kepada pihak lain seperti
jasa asuransi. Menghindari risiko berarti pihak bank melakukan kegiatan
antisipasi sebelumnya, misalnya membuat kontrak terlebih dahulu sehingga
dapat terhindar dari risiko tersebut. Menghilangkan risiko berarti
mengeliminasi bahaya tertentu dari kegiatan tersebut atau melakukan
tindakan lain sehingga risiko tidak lagi menimbulkan ancaman. Tindakan
mitigasi risiko yang sudah dijalankan oleh BTN Syariah juga akan
diidentifikasi dan dianalisis secara deskriptif.
2. ERM 6: Control Activities
Kendali terhadap risiko akan dijelaskan melalui pendekatan analisis
deskriptif. Penjalan mengenai kendali aktivitas juga akan melengkapi uraian
dari tindakan mitgasi risiko sebelumnya (Risk Response).
3. ERM 7: Information and Communication
Tindakan mitigasi risiko yang berkaitan dengan alur penyampaian informasi
dan komunikasi dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan dibagi
berdasarkan pihak-pihak yang terkait dalam keseluruhan proses
pembiayaan dan operasional. Pihak-pihak terkait yaitu pihak internal bank,
nasabah bank, para pemegang saham, pihak regulator dan pengawas, serta
pihak eksternal lainnya.
4. ERM 8: Monitoring
Tindakan pengendalian sebagai salah satu komponen mitigasi risiko
dianalisis secara deskriptif dan perolehan informasi didapat dari data
internal BTN Syariah, diskusi dengan pihak BTN syariah, dan observasi
langsung.
19
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BTN syariah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) atau Unit Usaha
Syariah (UUS) dari BTN konvensional yang menjalankan bisnis dengan prinsip
syariah. BTN syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui
pembukaan Kantor Cabang Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini
bertujuan melayani tingginya minat masyarkat dalam memanfaatkan jasa keuangan
syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip perbankan syariah, adanya Fatwa
MUI tentang bunga bank serta melaksanakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham
tahun (RUPS) 2004.
Pengembangan perbankan syariah di Indonesia sesuai dengan Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) melalui sistem perbankan ganda (Dual Banking System)
yang bertujuan untuk mensinergikan BTN konvensional dan syariah untuk
menjalankan fungsi utamanya, yaitu memobilisasi dana masyarakat secara lebih
luas guna meningkatkan perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2014, BTN
syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan
BTN syariah dalam memberikan pembiayaan KPR bersubsidi. Pada tahun 2014,
BTN syariah mampu menyalurkan KPR subsidi sebesar 616 miliar, dengan jumlah
7.292 unit rumah.
Total aset BTN syariah mengalami pertumbuhan sebesar 16.45% dari tahun
2013 sebesar Rp 9,57 truliun menjadi sebesar Rp11,15 triliun pada tahun 2014.
Laba dan realisasi pembiayaan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar
11,88% dan 8,33% dari tahun 2013. Pekembangan jaringan BTN syariah
berkembang pada tahun 2011 dari 39 unit menjadi 50 unit hingga tahun 2014. Total
50 unit BTN syariah tersebut terdiri 22 unit kantor cabang syariah, 21 unit kantor
cabang pembantu