Analisis preferensi risiko dan efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor

(1)

ANALISIS PREF

TEKNIS USAHA

SEKO

INSTITU

EFERENSI RISIKO DAN EFISIENS

HATANI TALAS DI KOTA BOGOR

NURUL QOMARIA

OLAH PASCASARJANA

ITUT PERTANIAN BOGOR

2011

NSI

R


(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:

ANALISIS PREFERENSI RISIKO DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TALAS DI KOTA BOGOR

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah menyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Februari 2011

Nurul Qomaria NRP H353080071


(3)

ABSTRACT

NURUL QOMARIA. Risk Preferences and Technical Efficiency Analysis of Talas Farming in Bogor City (NUNUNG KUSNADI as a Chairman and RATNA WINANDI as a Member of the Advisory Committee).

Risk preferences play an important role in farmer’s decisions on input allocation

and hence in output supply. Talas productivity in Bogor City was low that it was influenced by risk preferences of farmer. The objectives of this study were to analyze: (1) technical efficiency of talas farming in Bogor City, (2) talas farming technical inefficiency sources in Bogor City, (3) risk preferences of farmer in the face of talas farming production risk in Bogor City, and (4) the effect of risk preferences of farmer to talas farming technical efficiency in Bogor City. Frontier production function model with heteroskedastic error structure estimated by Maximum Likelihood estimation developed by Kumbhakar was adopted to analyze risk preferences of farmer and technical efficiency of talas farming in Bogor City. Sixty five samples were drawn by simple random sampling method. The results show talas farming are technically efficient, and farmer socio-economic characteristics such as land holding and age influence talas farming technical inefficiency sources in Bogor City. All farmers are risk taker that influences input allocation and technical efficiency. Result shows risk taker farmers used input higher that yield high technical efficiency and high productivity.


(4)

RINGKASAN

NURUL QOMARIA. Analisis Preferensi Risiko dan Efisiensi Teknis Usahatani Talas di Kota Bogor (NUNUNG KUSNADI sebagai Ketua dan RATNA WINANDI sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Talas merupakan komoditas yang penting di Kota Bogor karena Kota Bogor telah lama dikenal sebagai sentra produksi talas, yang disebut talas Bogor. Berdasarkan perkembangan areal tanam, produksi dan produktivitas talas di lima Kecamatan di Kota Bogor selama tahun 2004 sampai dengan 2009, maka rata-rata areal tanam sebesar 154.17 hektar per tahun, rata-rata produksi sebesar 850.07 ton per tahun dan rata-rata produktivitas sebesar 5.51 ton per hektar per tahun. Produksi talas tertinggi dihasilkan di Kecamatan Bogor Barat sebesar 250.26 ton dan produktivitas talas tertinggi adalah di Kecamatan Bogor Timur sebesar 5.85 ton per hektar (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2010). Rata-rata produktivitas talas sebesar 5.51 ton per hektar per tahun di Kota Bogor masih lebih rendah dari produktivitas optimal talas di Indonesia. Menurut BPP Teknologi (2000) produktivitas optimal talas di Indonesia adalah 30 ton per hektar.

Produktivitas talas yang rendah di Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh tingkat efisiensi teknis. Tingkat efisiensi teknis dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input pada produksi talas. Berdasarkan studi Apriani (2007) dan studi Silalahi (2009) menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk kandang dan pupuk TSP belum melebihi dosis anjuran. Sedangkan penggunaan pupuk urea sudah melebihi dosis anjuran pada studi Silalahi (2009). Studi Apriani (2007) dan studi Silalahi (2009) menunjukkan rata-rata penggunaan pupuk kandang masih rendah yaitu adalah 300 karung per hektar dan 200 karung per hektar. Hasil-hasil studi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang masih dapat ditingkatkan karena penggunaan pupuk kandang pada produksi talas adalah 400 karung per hektar (Prana et al., 2002 dalam Apriani, 2007). Tingkat efisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Beberapa karakateristik sosial ekonomi petani yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis adalah pendidikan, umur dan pengalaman usahatani. Saat ini usahatani talas di Kota Bogor banyak diusahakan oleh petani tua dan berpendidikan rendah. Hal ini diduga berpengaruh pada efisiensi teknis talas. Risiko adalah ciri yang melekat dalam usahatani. Salah satu risiko pada usahatani adalah risiko produksi. Menurut Kumbhakar (2002) keputusan petani dalam alokasi input produksi dipengaruhi oleh preferensi petani terhadap risiko produksi. Preferensi risiko petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam alokasi dan penggunaan input, yang akhirnya akan mempengaruhi output dan tingkat efisiensi teknis usahatani talas. Tingkat efisiensi teknis akan mempengaruhi produktivitas talas. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor; (2) sumber-sumber inefisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor; (3) preferensi risiko petani terhadap risiko produksi pada usahatani talas di Kota Bogor; dan (4) pengaruh preferensi risiko petani terhadap alokasi input dan tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor.


(5)

Penelitian dilakukan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor, karena merupakan sentra produksi talas di Kota Bogor berdasarkan tingkat produksi dan produktivitas talas. Sampel penelitian sebanyak 66 petani sampel dan diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Model fungsi produksi

frontier dengan fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis (Kumbhakar, 2002) diadopsi untuk menganalisis tujuan penelitian pertama dan kedua sedangkan model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1995) dalam Coelli et al. (1998) digunakan untuk menganalisis tujuan penelitian ketiga. Metode yang digunakan adalahMaximum Likelihood Estimation

dan pendugaannya menggunakan program-program Frontier 4.1 dan LIML SAS 9.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani talas di Kota Bogor sudah efisien secara teknis. Berdasarkan hal tersebut maka produktivitas talas rendah di Kota Bogor apabila dibandingkan dengan produktivitas optimum talas di Indonesia tidak disebabkan oleh efisiensi teknis. Tingkat efisiensi teknis pada usahatani talas di Kota Bogor dipengaruhi sumber-sumber inefisiensi teknis yaitu status kepemilikan lahan dan umur. Status kepemilikan lahan dan umur berpengaruh pada kemampuan manajerial petani dalam berusahatani talas, khususnya dalam alokasi penggunaan input pada produksi talas. Preferensi risiko petani terhadap penggunaan input-input pada produksi talas di Kota Bogor adalah

risk taker, sehingga meskipun talas merupakan komoditi lokal namun berorientasi pasar. Preferensi risiko petani talas yang risk taker memiliki konsekuensi pada alokasi penggunaan input-input produksi. Secara umum penggunaan input-input produksi talas pada petani talas yang risk takeradalah relatif besar dan usahatani talas sudah efisien secara teknis, bahkan rata-rata produktivitas talas sudah optimum secara teknis.

Saran yang bisa dikemukan berdasarkan penelitian ini adalah: (1) karena telah efisien secara teknis maka untuk meningkatkan produksi dan produktivitas talas perlu dilakukan introduksi teknologi baru melalui penggunaan bibit yang dapat menghasilkan produksi dan produktivitas yang lebih tinggi dan cocok dengan kondisi geografis di Kota Bogor; (2) introduksi teknologi baru bibit unggul talas dapat dilakukan melalui penyuluhan produksi kepada petani talas yang semuanya berpreferensi risk taker; dan (3) perlu dibentuk kelompok tani talas di Kota Bogor. Karena adanya kelompok tani talas dapat membantu penyerapan dan penyebaran bibit unggul talas serta membantu meningkatkan

bargaining powerpetani dalam transaksi harga jual talas.


(6)

©Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

ANALISIS PREFERENSI RISIKO DAN EFISIENSI TEKNIS

USAHATANI TALAS DI KOTA BOGOR

NURUL QOMARIA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi (Dosen Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)

Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang: Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS

(Dosen Departemen Manajemen,


(9)

Judul Tesis : Analisis Preferensi Risiko dan Efisiensi Teknis Usahatani Talas di Kota Bogor

Nama : Nurul Qomaria NRP : H353080071

Mayor : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Dr. Ir. Ratna Winandi, MS Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Analisis Preferensi Risiko dan Efisiensi Teknis Usahatani Talas di Kota Bogor”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui preferensi risiko petani dan efisiensi teknis usahatani talas di sentra produksi talas di Kota Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS dan Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah mengarahkan dan memberikan masukan dalam proses penelitian dan pelaksanaan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A selaku Ketua Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

2. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS yang telah memberikan masukan ide topik tesis dan Dr. Elys Fauziyah, SP. MP yang telah memberikan bimbingan olah data dalam penelitian ini.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku Penguji Luar Komisi dan Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS selaku Penguji yang Mewakili Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang pada Ujian Tesis, yang telah memberikan masukan bagi perbaikan tesis ini.

4. Muhamad Syawal Rawosi yang sudah memberikan kesempatan bagi penulis untuk kuliah di IPB, Zahrah Batrisyia Rawosi dan Naufal Abqary Rawosi,


(11)

kalian adalah pendorong dan pelita bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Master ini. Terima kasih atas kesabaran dan cinta kalian terhadap penulis.

5. Teman-teman EPN angkatan 2008 (Retno B. R, Roeskani S, Ida I, Trees A.P, Juliana C.K, Liston S, Gonang B, Andrew M. dan Thato T), terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama kuliah.

6. Seluruh staf Mayor EPN (Mba Rubi, Mba Yani, Ibu Kokom dan Pak Husein) yang senantiasa sabar dan membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir penulis menyelesaikan studi.

7. Pihak-pihak lain (terutama responden) yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu namun telah banyak memberikan saran dan informasi selama penulisan tesis ini.

Secara khusus dengan penuh hormat dan rasa cinta, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan doa Ibu Mariati, Bapak Sutasmin dan Saudara-saudaraku (Dhori, Ida, Sofi dan Dhani) untuk keberhasilan penulis. Penulis berharap penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan pendidikan dan sektor pertanian khususnya usahatani talas di Indonesia. Semoga Allah SWT menerima karya ini sebagai amal kebaikan dan tanda syukur penulis. Amin.

Bogor, Februari 2011


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 November 1975 dari Ibu Mariati dan Bapak Sutasmin. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Surabaya, Kotamadya Surabaya dan pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pendidikan Sarjana tersebut diselesaikan pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang master pada Program Magister Sains di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.

Penulis pernah bekerja sebagai staf ekspor impor di PT Ken Putra Pasuruan tahun 1999, guru biologi SMP– SMA di Sekolah Ciputra Surabaya tahun 2000–

2001, asisten peneliti di Lembaga Manajemen Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor tahun 2001 dan staf administrasi impor di PT Citrabuana Indoloka Jakarta tahun 2003. Sejak tahun 2008 sampai sekarang penulis bekerja sebagai asisten dosen di Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bidang ilmu yang menjadi konsentrasi penulis adalah kebijakan dan pembangunan pertanian serta ekonomi pertanian.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Tinjauan Studi Terdahulu ... 8

2.1.1. Studi Mengenai Risiko dan Preferensi Risiko ... 8

2.1.2. Studi Mengenai Efisiensi ... 10

2.1.3. Studi Mengenai Risiko dan Efisiensi... 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 17

3.1. Kerangka Teori ... 17

3.1.1. Konsep Risiko Produksi ... 17

3.1.2. Konsep Efisiensi ... 23

3.1.3. Konsep Alokasi Sumberdaya dengan Adanya Risiko Produksi... 28

3.1.4. Spesifikasi Model Risiko Produksi, Preferensi Risiko Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif ... 32

3.1.5. Model Pengukuran Sumber Inefisiensi... 38

3.2. Kerangka Konseptual... 39

3.3. Hipotesis ... 41

IV. METODE PENELITIAN ... 42

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

4.2. Pemilihan Petani Sampel ... 42


(14)

4.4. Metode Pengumpulan Data... 43

4.5. Analisis Data... 44

4.5.1. Analisis Model Fungsi Produksi, Fungsi Risiko Produksi dan Fungsi Inefisiensi Teknis ... 44

4.5.2. Analisis Model Efek Inefisiensi Teknis... 48

4.5.3. Tahapan Analisis ... 50

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN... 53

5.1. Keadaan Geografis... 53

5.2. Kependudukan ... 55

5.2.1. Tenaga Kerja... 56

5.2.2. Sosial... 57

5.3. Sarana dan Prasarana ... 58

5.4. Hasil Produksi Pertanian... 59

VI. KERAGAAN USAHATANI TALAS DI DAERAH PENELITIAN ... 61

6.1. Karakteristik Petani Responden... 61

6.2. Karakteristik Usahatani Talas... 65

6.3. Keragaan Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar Petani Responden Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi dan Usahatani pada Usahatani Talas di Kota Bogor ... 66

6.4. Usahatani Talas... 75

6.4.1. Persiapan Lahan dan Penanaman... 75

6.4.2. Pemupukan ... 77

6.4.3. Pemeliharaan... 80

6.4.4. Pemanenan ... 81

VII. PREFERENSI RISIKO PETANI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TALAS DI KOTA BOGOR... 84

7.1. Analisis Fungsi ProduktivitasFrontier, Fungsi Risiko Produktivitas dan Fungsi Inefisiensi Teknis... 84

7.2. Analisis Efisiensi Teknis ... 99

7.3. Analisis Sumber-sumber Inefisiensi Teknis ... 101

7.4. Analisis Preferensi Risiko Petani... 106 7.5. Analisis Pengaruh Preferensi Risiko Petani terhadap Alokasi


(15)

Input dan Efisiensi Teknis ... 112

VIII. SIMPULAN DAN SARAN... 121

8.1. Simpulan ... 121

8.2. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Areal Tanam, Produksi dan Produktivitas Talas Per Kecamatan

di Kota Bogor Tahun 2009 ... 2 2. Perkembangan Areal Tanam, Produksi dan Produktivitas Talas

di Lima Kecamatan Kota Bogor Tahun 2004–2009... 3 3. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005–2009... 55 4. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Karakteristik Sosial

Ekonomi pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 62 5. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Karakteristik Usahatani

Talas di Kota Bogor... 65 6. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar

Berdasarkan Umur Petani Responden di Kota Bogor ... 68 7. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar

Berdasarkan Pendidikan Petani Responden di Kota Bogor... 70 8. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar

Berdasarkan Pengalaman Petani Responden di Kota Bogor ... 71 9. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar Berdasarkan

Sumber Pendapatan Lain Petani Responden di Kota Bogor... 72 10. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar

Berdasarkan Sumber Bibit Petani Responden di Kota Bogor ... 74 11. Produktivitas dan Koefisien Variasi Talas per Hektar Berdasarkan

Status Kepemilikan Lahan Petani Responden di Kota Bogor ... 74 12. Alokasi Penggunaan Tenaga Kerja dan Koefisien Variasi Talas

pada Usahatani Talas di Kota Bogor ... 76 13. Alokasi Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik

per Hektar pada Usahatani Talas di Kota Bogor ... 78 14. Alokasi Penggunaan Input per Hektar dan Koefisien Variasi Input

Usahatani Talas di Kota Bogor... 79 15. Produktivitas, Keuntungan dan Koefisien Variasi Keuntungan Talas

per Hektar di Kota Bogor ... 82 16. Hasil Pendugaan Fungsi ProduktivitasFrontier, Fungsi Risiko


(17)

17. Estimasi Tingkat Efisiensi Teknis Petani Talas di Kota Bogor ... 100 18. Hasil Pendugaan Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis ... 102 19. Preferensi Risiko Produktivitas Petani Talas di Kota Bogor

pada setiap Input Produksi... 107 20. Pengaruh Preferensi Risiko Petani Terhadap Alokasi Input

dan Efisiensi Teknis pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 113 21. Pengaruh PreferensiRisk TakerTerhadap Alokasi Input

dan Efisiensi Teknis pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 117


(18)

Nomor Halaman

1..Fungsi Utilitas... 19

2..Kurva Indiferen Menghubungkan Varians Pendapatan dengan Pendapatan yang Diharapkan ... 21

3..Perubahan Teknis antara Dua Periode ... 23

4. Ukuran Efisiensi ... 24

5. Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi... 27

6. Produktivitas dan Risiko... 31

7. Alur Kerangka Konseptual ... 40

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1..Data Karakteristik Sosial Ekonomi dan Usahatani Talas Petani Responden di Kota Bogor ... 127

2..Data Produksi Usahatani Talas Petani Responden di Kota Bogor Musim Tanam 2009 ... 130

3. Harga Output dan Input-Input Usahatani Talas Petani Responden di Kota Bogor Musim Tanam 2009... 132


(19)

4. Hasil Pendugaan Fungsi ProduktivitasFrontierdan

Efek Inefisiensi Teknis... 134 5. Hasil Pendugaan Fungsi Risiko ... 135 6. Hasil Pendugaan Fungsi Inefisiensi Teknis ... 136 7..Preferensi Risiko Petani dan Sebaran Nilai Efisiensi Teknis

Tiap Petani Responden pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 137 8..Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap Bibit

pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 139 9..Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap Tenaga Kerja

pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 142 10. Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap Pupuk Urea

pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 145 11. Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap

Pupuk Kandang pada Usahatani Talas di Kota Bogor ... 148 12. Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap Pestisida

pada Usahatani Talas di Kota Bogor... 151 13. Uji t Rata-rata Nilai θ dan λ Petani Respondenpada Usahatani Talas


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut dapat digambarkan melalui kontribusi yang nyata sebagai: (1) pembentukan kapital, (2) penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, (3) penyerap tenaga kerja, (4) sumber devisa negara, (5) sumber pendapatan, dan (6) pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan (Departemen Pertanian, 2009).

Menurut Departemen Pertanian (2009) salah satu tantangan pembangunan pertanian Indonesia ke depan adalah meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas pertanian. Salah satu komoditi pertanian yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi untuk dikembangkan adalah talas.

Talas memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia. Tanaman talas yang merupakan penghasil karbohidrat berpotensi sebagai substitusi beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan dan bahan baku industri. Di Indonesia talas dibuat menjadi makanan enyek-enyek, dodol talas, cheese stick talas dan juga untuk pakan ternak (termasuk daun dan batangnya). Talas mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena berbagai manfaat dan dapat dibudidayakan dengan mudah (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010).

Di Indonesia talas tumbuh hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1 000 m, baik liar maupun ditanam.


(21)

Tingkat produksi tanaman talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi lingkungan tempat tumbuh (BPP Teknologi, 2000).

Kota Bogor telah lama dikenal sebagai sentra produksi talas, yang disebut talas Bogor. Berdasarkan luas areal tanam, produksi dan produktivitas talas menurut kecamatan di Kota Bogor pada tahun 2009 (Tabel 1), maka terdapat lima kecamatan yang merupakan sentra produksi talas di Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Timur, Bogor Selatan, Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Utara (Dinas Pertanian Kota Bogor, 2010).

Tabel 1. Areal Tanam, Produksi dan Produktivitas Talas Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2009

Kecamatan Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Bogor Barat 43.00 250.26 5.82

Bogor Timur 28.00 163.80 5.85

Bogor Utara 25.00 135.00 5.40

Bogor Selatan 42.00 243.60 5.80

Tanah Sareal 20.00 112.00 5.60

Bogor Tengah 2.00 9.60 4.80

Rata-rata 26.67 152.38 5.54

Sumber: Dinas Pertanian Kota Bogor, 2010.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi talas tertinggi dihasilkan di Kecamatan Bogor Barat yaitu sebesar 250.26 ton dan produktivitas talas tertinggi adalah di Kecamatan Bogor Timur yaitu sebesar 5.85 ton per hektar. Kota Bogor merupakan sentra produksi talas, tetapi rata-rata produktivitas talas di kota tersebut hanya sebesar 5.54 ton per hektar, masih lebih rendah dari produktivitas optimal talas di Indonesia yaitu 30 ton per hektar (BPP Teknologi, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas usahatani talas belum optimal di Kota Bogor.


(22)

Perkembangan areal tanam, produksi dan produktivitas talas di Kota Bogor selama tahun 2004 sampai dengan 2009 berfluktuatif (Tabel 2). Selama tahun 2004 sampai dengan 2009 produktivitas talas menunjukkan perkembangan yang lambat. Hal tersebut terkait dengan fluktuasi produksi dan luas areal tanam.

Menurut studi Silalahi (2009) terjadinya fluktuasi areal tanam talas karena adanya konversi lahan yang dilakukan oleh petani dan petani juga tidak serta merta menanam talas setiap tahun. Sedangkan terjadinya fluktuasi produksi talas karena usaha peningkatan talas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti modal, tenaga kerja, lahan dan manajemen.

Tabel 2. Perkembangan Areal Tanam, Produksi dan Produktivitas Talas di Lima Kecamatan Kota Bogor Tahun 2004–2009

Tahun Tanam (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2004 152.00 784.50 5.16

2005 150.00 802.90 5.35

2006 147.00 811.70 5.52

2007 161.00 902.03 5.60

2008 157.00 894.64 5.70

2009 158.00 904.66 5.73

Rata-rata 154.17 850.07 5.51

Sumber: Dinas Pertanian Kota Bogor, 2010.

Berdasarkan perkembangan areal tanam, produksi dan produktivitas talas di lima Kecamatan di Kota Bogor selama tahun 2004 sampai dengan 2009, maka rata-rata areal tanam sebesar 154.17 hektar per tahun, rata-rata produksi sebesar 850.07 ton per tahun dan rata-rata produktivitas sebesar 5.51 ton per hektar per tahun (Tabel 2). Rata-rata produktivitas talas sebesar 5.51 ton per hektar per tahun di Kota Bogor masih lebih rendah dari produktivitas optimal talas di Indonesia.


(23)

Menurut BPP Teknologi (2000) produktivitas optimal talas di Indonesia adalah 30 ton per hektar.

Talas merupakan komoditi yang mempunyai prospek pengembangan yang menguntungkan karena berdasarkan hasil penelitian Silalahi (2009), analisis nilai R/C ratio atas biaya tunai tanaman talas adalah 2.30. Artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.00 akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2.30.

Usaha pengembangan talas telah semakin berkembang, seperti kripik talas, tepung talas dan dodol. Dalam upaya mengembangkan industri pengolahan talas maka Pemerintah Kota Bogor telah membuka usaha pengolahan talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Tanah Sareal (Pemerintah Kota Bogor, 2007).

Adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia maka diduga permintaan talas akan meningkat. Namun adanya produktivitas usahatani talas yang rendah di Kota Bogor (Tabel 2) maka diduga produksi talas belum efisien. Menurut Coelli

et al. (1998) produktivitas adalah rasio antara output terhadap input produksi. Produksi frontier digunakan untuk mendefinisikan hubungan antara input dan output, dan produksi frontiermenunjukkan output maksimum yang dapat dicapai dari tiap tingkat input. Usahatani yang beroperasi di bawah frontier adalah usahatani yang belum efisien secara teknis.

Efisiensi teknis pada usahatani dipengaruhi oleh alokasi penggunaan input produksi. Menurut Kumbhakar (2002) hampir di setiap proses produksi, khususnya dalam produksi pertanian, risiko berperan penting dalam keputusan penggunaan input dan output. Keputusan petani dalam alokasi input produksi dipengaruhi oleh preferensi petani terhadap risiko produksi.


(24)

Oleh karena itu penting untuk meneliti preferensi risiko petani dan efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor karena dengan mengetahui preferensi risiko petani maka dapat diketahui sejauhmana tingkat risiko produksi, input-input produksi mana yang risk-increasing atau risk-decreasing dan tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor. Informasi input-input yang risk-increasingataurisk-decreasingakan berguna bagi petani dalam manajemen risiko usahatani talas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan tingkat produktivitas yang rendah dan perkembangan produktivitas talas yang lambat di Kota Bogor selama tahun 2004 – 2009 maka timbul permasalahan penelitian secara umum yaitu apa yang mempengaruhi tingkat produktivitas yang rendah pada usahatani talas di Kota Bogor. Mengkaji persoalan tentang produktivitas sebenarnya adalah mengkaji masalah efisiensi teknis karena ukuran produktivitas pada hakekatnya menunjukkan pada seberapa besar keluaran (output) dapat dihasilkan per unit masukan (input) tertentu (Tajerin et al., 2005). Pada usahatani talas, tingkat efisiensi teknis dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input pada produksi talas. Berdasarkan studi Apriani (2007) dan studi Silalahi (2009) menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk kandang dan pupuk TSP belum melebihi dosis anjuran. Sedangkan penggunaan pupuk urea sudah melebihi dosis anjuran pada studi Silalahi (2009). Studi Apriani (2007) dan studi Silalahi (2009) menunjukkan rata-rata penggunaan pupuk kandang masih rendah yaitu sebesar 300 karung per hektar dan 200 karung per hektar. Hasil-hasil studi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang masih dapat ditingkatkan karena dosis anjuran pupuk


(25)

kandang pada produksi talas adalah 400 karung per hektar (Prana et al., 2002

dalam Apriani, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan pertama yaitu: Bagaimana tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor?

Selain dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan input-input produksi maka tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor juga diduga dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Beberapa karakateristik sosial ekonomi petani yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis adalah pendidikan, umur dan pengalaman usahatani. Saat ini usahatani talas di Kota Bogor banyak diusahakan oleh petani tua dan berpendidikan rendah. Hal ini diduga mempengaruhi kemampuan manajerial pada produksi talas sehingga akan berpengaruh pada tingkat efisiensi teknis usahatani talas. Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan kedua yaitu: Apakah yang menjadi sumber-sumber inefisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor?

Risiko adalah ciri yang melekat dalam usahatani. Salah satu risiko pada usahatani adalah risiko produksi. Adanya risiko produksi akan mendapat respon dari petani berupa preferensi petani terhadap risiko produksi. Menurut Kumbhakar (2002) keputusan petani dalam alokasi input produksi dipengaruhi oleh preferensi petani terhadap risiko produksi. Berdasarkan uraian tersebut maka timbul permasalahan ketiga yaitu: Bagaimana preferensi risiko petani pada usahatani talas di Kota Bogor?

Preferensi risiko petani akan mempengaruhi keputusan petani dalam alokasi dan penggunaan input, yang akhirnya akan mempengaruhi output (Kumbhakar, 2002). Pada penelitian ini preferensi risiko petani talas terhadap risiko produksi akan mempengaruhi keputusan petani dalam alokasi penggunaan


(26)

input dan output, sehingga akan mempengaruhi tingkat efisiensi teknis usahatani talas. Tingkat efisiensi teknis akan mempengaruhi produktivitas talas. Berdasarkan uraian tersebut maka timbul permasalahan keempat yaitu: Bagaimana pengaruh preferensi risiko petani terhadap alokasi input dan tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas, efisiensi teknis dan risiko produksi pada usahatani talas di Kota Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor.

2. Menganalisis sumber-sumber inefisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor.

3. Menganalisis preferensi risiko petani pada usahatani talas di Kota Bogor. 4. Menganalisis pengaruh preferensi risiko petani terhadap alokasi input dan

tingkat efisiensi teknis usahatani talas di Kota Bogor. 1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur dan Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.

2. Fokus penelitian ini meliputi analisis produktivitas, efisiensi teknis, risiko produksi dan preferensi risiko petani.

3. Pengukuran efisiensi hanya dilakukan dari sisi input karena diduga usahatani talas di lokasi penelitian belum efisien secara teknis.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Studi Terdahulu

2.1.1. Studi Mengenai Risiko dan Preferensi Risiko

Penelitian mengenai risiko sudah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah kajian Hranaiova (2002), Hartoyoet al. (2004) dan Fariyantiet al. (2007).

Studi Hranaiova (2002) menggunakan asumsi maksimisasi utilitas yang diharapkan dari keuntungan dan nonparametrik metode elastisitas untuk mengkaji perilaku produksi dan preferensi risiko dengan adanya ketidakpastian harga output pada usahaternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkiraan sikap risiko petani yang diwakili oleh marjinal premium risiko individu juga berkaitan dengan atribut sosial ekonomi petani. Selain itu secara keseluruhan, luas usahatani berperan penting dalam menjelaskan perbedaan produktivitas dan skala, dan memiliki efek negatif paling signifikan padarisk averse.

Hartoyo et al. (2004) menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk mengkaji tingkat efisiensi dan model fungsi utilitas kuadratik (quadratic utility function) untuk mengkaji risiko harga output sesudah panen yang dihadapi oleh petani padi di Desa Kemang Cianjur dan petani hortikultura di Desa Cisarua Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi berkaitan dengan hama dan serangga adalah relatif tinggi untuk usahatani hortikultura di Desa Cisarua Kabupaten Sukabumi. Penggunaan yang tinggi pada pestisida adalah bertujuan untuk menurunkan risiko kegagalan panen. Akan tetapi penggunaan pestisida yang tinggi berdampak pada kesehatan konsumen, karena tingginya residu pestisida dalam produk yang dikonsumsi oleh konsumen dan adanya residu pestisida di lahan usahatani menyebabkan degradasi lahan. Hasil


(28)

penelitian juga menunjukkan bahwa petani hortikultura cenderung risk averse

dalam menggunakan pestisida di Desa Cisarua Kabupaten Sukabumi. Sementara itu di Desa Kemang Kabupaten Cianjur, petani padi relatif risk neutral dalam harga output karena sebagian besar produksi padi digunakan untuk konsumsi domestik.

Fariyanti et al. (2007) menggunakan model Generalized Autoregressive

Conditional Heteroskedasticity (GARCH) untuk mengkaji perilaku ekonomi

rumahtangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada komoditas kubis sedangkan risiko harga produk pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Kegiatan diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi usahatani kentang atau kubis. Perilaku rumah tangga petani dalam produksi dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk risk averse dengan melakukan pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

Berdasarkan gambaran studi-studi terdahulu tersebut maka dapat disimpulkan bahwa studi terdahulu mengenai risiko dan preferensi risiko sudah banyak dilakukan dengan aspek kajian, model dan komoditi yang berbeda. Misalnya ada yang menggunakan model fungsi utilitas kuadratik (quadratic utility

function) untuk mengkaji risiko harga output dan model Generalized

Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) untuk mengkaji


(29)

2.1.2. Studi Mengenai Efisiensi

Penelitian mengenai efisiensi sudah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya adalah studi Sukiyono (2004), Tajerin et al. (2005), Adhiana (2005), Kibaara (2005), Tijani (2006) dan Madau (2007).

Sukiyono (2004) menggunakan fungsi produksi stochastic frontier untuk mengkaji efisiensi teknik cabai merah di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas variabel bebas adalah signifikan dan mempunyai tanda yang sesuai dengan yang diharapkan kecuali tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efisiensi teknik yang dicapai oleh petani antara 9.01 persen hingga 99.05 persen dengan rata-rata 61.20 persen dan lebih dari 60 persen petani menjalankan usahataninya di atas 50 persen efisien secara teknik.

Tajerin et al. (2005) menggunakan fungsi produksi stochastic frontier

untuk mengkaji tingkat efisiensi teknis (produktivitas) dan efek inefisiensi teknis pada budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis yang diterima oleh petani ikan kerapu di jaring apung kandang adalah 0.76 dan relatif mulus karena koefisien variasinya adalah 0.18. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pada yang berpengaruh pada efek inefisiensi teknis budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di Lampung adalah pangsa pendapatan dari usaha budidaya ikan kerapu terhadap total pendapatan keluarga, pelatihan budidaya ikan kerapu, pendapatan per kapita dan umur pembudidaya ikan.


(30)

Berbeda dengan studi Sukiyono (2004) dan Tajerin et al. (2005), kajian Adhiana (2005) menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual untuk mengkaji efisiensi ekonomi usahatani lidah buaya di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata petani lidah buaya di daerah penelitian cukup efisien secara teknis dan alokatif, namun belum efisien secara ekonomis. Model fungsi produksistochastic frontieryang digunakan terdiri dari 6 variabel penjelas. Nilai efisiensi teknis rata-rata petani responden bernilai 0.813 dan rata-rata nilai efisiensi alokatif dan ekonomis masing-masing petani bernilai 0.707 dan 0.547. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani responden adalah umur, pendidikan, dan pengalaman, sedangkan faktor manajemen dan pendapatan luar usahatani tidak berpengaruh nyata. Selain itu juga ditemukan bahwa supply chain (rantai pasokan) pada usahatani lidah buaya belum berjalan secara efisien.

Kibaara (2005) mengkaji mengenai efisiensi teknis dan menentukan karakteristik sosial ekonomi dan manajemen yang mempengaruhi efisiensi teknis produksi jagung di Kenya dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis produksi jagung di Kenya adalah 0.490 dan usahatani monokultur jagung lebih efisien daripada usahatani tumpang sari jagung. Karakteristik sosial ekonomi petani jagung seperti lamanya pendidikan formal, umur, kesehatan, gender dalam rumah tangga, penggunaan mesin dan pendapatan di luar usahatani berdampak pada efisiensi teknis produksi jagung. Selain itu penggunaan bibit hibrida yang dibeli dapat meningkatkan efisiensi teknis produksi jagung.


(31)

Tijani (2006) menggunakan fungsi produksi stochastic frontier translog

untuk mengkaji efisiensi teknis usahatani padi di lahan Ijesha di Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis usahatani padi adalah 0.866, maka dalam jangka pendek ada peluang untuk meningkatkan efisiensi teknis usahatani padi di lokasi penelitian. Studi ini juga menunjukkan bahwa efisiensi secara positif dan signifikan berkaitan dengan aplikasi metode persiapan yang tradisional dan pendapatan di luar usahatani.

Madau (2007) juga menggunakan fungsi produksi stochastic frontier tranlsogdan Cobb-Douglas untuk mengkaji efisiensi teknis pada usahatani sereal konvensional dan organik di Italia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani sereal konvensional lebih efisien dibandingkan dengan usahatani sereal organik dan efisiensi berperan penting dalam faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas sereal organik. Namun, hasil penelitian ini tidak dapat menjadi generalisasi bagi usahatani sejenis lainnya. Sehingga penelitian lanjutan diperlukan untuk memperoleh informasi lebih lanjut yang dapat menghasilkan implikasi kebijakan pada usahatani sereal organik.

Berdasarkan gambaran studi terdahulu mengenai efisiensi usahatani maka dapat disimpulkan bahwa studi mengenai efisiensi sudah banyak dilakukan dengan aspek kajian, model dan komoditi yang berbeda. Misalnya ada yang menggunakan fungsi produksistochastic frontier translog, fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi biaya dual untuk menganalisis efisiensi ekonomi usahatani.


(32)

2.1.3. Studi Mengenai Risiko dan Efisiensi

Penelitian mengenai risiko dan efisiensi sudah banyak dilakukan dengan model dan kajian yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah Villano et al. (2005), Serraet al. (2007), Changet al. (2008) dan Fauziyah (2010).

Villanoet al. (2005) mengkaji mengenai risiko produksi, preferensi risiko dan efisiensi teknis dari usahatani padi di dataran rendah tadah hujan di Filipina dengan menggunakan model fungsi risiko produksi yang dikembangkan oleh Kumbhakar (2002) dan menggunakan panel data. Selain itu kerangka heteroskedastis dan stochastic frontier dipertemukan dan diperluas untuk mengakomodasi preferensi risiko petani dalam analisis risiko produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inefisiensi teknis sangat ditekankan dalam lingkungan produksi oleh petani yangrisk averse.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tenaga kerja dan pupuk adalah input risk-increasing dan herbisida adalah input risk-decreasing.

Sejalan dengan Villano et al. (2005), kajian Serra et al. (2007) menggunakan model fungsi risiko produksi yang dikembangkan oleh Kumbhakar (2002) untuk mengkaji dampak program pemerintah pada inefisiensi teknis usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model additivelebih baik dalam menunjukkan perilaku produksi usahatani di Kansas daripada model

multiplicative. Model additive menghasilkan ukuran inefisiensi teknis yang tidak hanya tergantung pada efek inefisiensi teknis stochastic, tetapi juga yang tergantung pada penggunaan input. Secara spesifik, inefisienis teknis berhubungan positif dengan varians output dan berhubungan negatif dengan fungsi produksi rata-rata. Maka proses decoupling yang mengubah penggunaan input usahatani akan berdampak pada tingkat inefisiensi teknis. Studi ini menunjukkan bahwa


(33)

peningkatan dalam transfer-transfer decoupled akan mendorong peningkatan (penurunan) dalam DARA (IARA) inefisiensi teknis petani jika input X adalah

risk-decreasing. Studi ini juga menunjukkan bahwa untuk sebagian besar usahatani, sebuah peningkatan dalam pembayaran decoupledakan meningkatkan inefisiensi teknis usahatani dan petani mungkin merespon penurunan dalam bantuan harga dengan menurunkan efisiensi mereka. Hasil ini menguatkan nilai positif elastisitas pembayaran yang menunjukkan bahwa sewa yang lebih rendah menurunkan motivasi untuk berproduksi secara efisien.

Chang et al. (2008) mengkaji perbedaan dalam produksi, efisiensi produksi dan risiko produksi pada petani dengan dan tanpa pekerjaan di luar usahatani padi di Taiwan. Penelitian ini menggunakan model stochastic production frontier untuk mengakomodasi inefisiensi teknis dan risiko produksi secara simultan, serta mengaplikasikan kriteria dominasi stochastic untuk menggolongkan efisiensi teknis yang diduga dan risiko produksi pada petani tanpa pekerjaan di luar usahatani dan petani dengan pekerjaan di luar usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapital adalah input produksi yang dapat meningkatkan efisiensi teknis sedangkan pestisida adalah input produksi yang dapat menurunkan efisiensi teknis produksi padi pada petani padi yang mempunyai pekerjaan di luar usahatani.

Studi ini juga menunjukkan bahwa mesin dan pestisida adalah input risk-decreasing sedangkan tenaga kerja luar keluarga dan curah hujan adalah input

risk-increasing pada produksi padi dari petani tanpa pekerjaan di luar usahatani. Pada produksi padi dari petani dengan pekerjaan di luar usahatani menunjukkan


(34)

bahwa pestisida adalah input risk-decreasing sedangkan suhu adalah input risk-increasing.

Efisiensi teknis pada petani padi dengan pekerjaan di luar usahatani adalah secara signifikan mempunyai tingkat efisiensi teknis yang lebih rendah dibandingkan dengan petani padi tanpa pekerjaan di luar usahatani. Hal ini mendorong petani padi mencari pekerjaan di luar usahatani. Hasil penelitian juga menunjukkan dengan bahwa petani padi dengan pekerjaan di luar usahatani menghadapi risiko produksi lebih tinggi dibandingkan dengan petani padi tanpa pekerjaan di luar usahatani.

Fauziyah (2010) mengkaji mengenai pengaruh perilaku risiko produksi petani terhadap alokasi input usahatani tembakau di Pamekasan menggunakan model fungsi produksi frontier dengan fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis yang di kembangkan oleh Kumbhakar (2002) dan sumber-sumber inefisiensi teknis dengan model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1995) pada usahatani tembakau di Pamekasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perilaku risiko petani tembakau adalah risk averse. Agroekosistem dan sistem usahatani tidak mempengaruhi perilaku risiko produksi petani tembakau, tetapi ukuran usahatani mempengaruhi perilaku risiko produksi. Konsekuensi perilaku risk averse yang dipilih petani adalah berdampak pada alokasi input. Semakin takut petani terhadap risiko produksi maka semakin sedikit alokasi input yang digunakan, tingkat efisiensi teknisnya semakin rendah, produktivitas dan keuntungan yang diperoleh semakin kecil.


(35)

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa berdasarkan sistem usahatani maka petani tembakau yang menggunakan sistem kemitraan mempunyai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani swadaya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber inefisiensi teknis pada usahatani tembakau yaitu pendidikan, kelompok tani, penyuluhan pertanian dan keanggotaan dalam koperasi dapat menurunkan inefisiensi teknis.

Berdasarkan gambaran studi terdahulu mengenai risiko dan efisiensi maka dapat dilihat bahwa studi dilakukan dengan aspek kajian, model dan komoditi yang berbeda. Misalnya ada yang menggunakan model fungsi produksi frontier, fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Kumbhakar (2002).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada aspek kajian dan model yaitu penelitian ini akan mengkaji mengenai preferensi risiko petani dan efisiensi teknis dengan pendekatan model fungsi produksi frontier, fungsi risiko produksi dan fungsi inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Kumbhakar (2002) dan mengkaji sumber-sumber inefisiensi teknis dengan menggunakan model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1995) dalam Coelli et al. (1998). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: (1) komoditi yaitu talas, dan (2) lokasi penelitian yaitu pada usahatani talas di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur dan Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.


(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teori

3.1.1. Konsep Risiko Produksi

Konsep risiko dalam usahatani sudah berkembang sejak dahulu. Menurut Anderson dan Dillon (1992) dalam McConnell dan Dillon (1997) menyatakan bahwa hidup adalah berisiko.

Risiko berkaitan dengan ketidakpastian (uncertainty). Dalam usahatani, ketidakpastian dan risiko berjalan beriringan. Mereka adalah ciri yang dapat menembus lingkungan usahatani. Bagaimana untuk menangani risiko yang sering berkaitan dengan ketidakpastian adalah aspek yang paling sulit dari sistem perencanaan dan manajemen usahatani. Umumnya, semakin pendek periode perencanaan, maka semakin sedikit ketidakpastian (McConnell dan Dillon, 1997).

Ketidakpastian sering secara sederhana didefinisikan sebagai kurangnya kepastian. Dari sudut pandang teori perusahaan, pertimbangan yang paling penting adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pembuatan keputusan manajer (Doll dan Orazem, 1984).

Knight (1921) dalam Doll dan Orazem (1984) mendefinisikan dua sub kelas untuk menggambarkan situasi kurangya pengetahuan, yaitu risiko dan ketidakpastian (uncertainty). Seorang petani didefinisikan menghadapi risiko dalam sebuah proses produksi ketika hasil dari proses produksi adalah sebuah variabel random dengan distribusi peluang diketahui. Sedangkan seorang petani didefinisikan menghadapi ketidakpastian ketika peluang hasil dari proses produksi tidak diketahui.


(37)

Namun risiko dapat juga diinterpretasikan sebagai berikut: (1) risiko dapat merujuk kepada kemungkinan atau peluang yang lebih tinggi dari sebuah hasil yang merugikan, sebuah bahaya, atau sebuah kerugian potensial, (2) risiko dapat merujuk kepada besaran atau ukuran dari kerugian jika terjadi, dimana besaran kerugian dapat secara relatif sedang atau dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan, dan (3) risiko dapat merujuk kepada nilai yang diharapkan dari kerugian potensial (Milleret al., 2004).

Berdasarkan konsep risiko dan ketidakpastian yang telah dikembangkan oleh Knight (1921), Doll dan Orazem (1984), McConnell dan Dillon (1997), dan Miller et al. (2004) maka dapat disimpulkan bahwa risiko dan ketidakpastian terjadi akibat pengetahuan yang tidak sempurna dari petani. Risiko berhubungan dengan peluang dari sebuah hasil yang tidak menguntungkan dan peluang terjadinya diketahui. Sedangkan ketidakpastian berhubungan dengan peluang dari sebuah hasil yang tidak menguntungkan dan peluang terjadinya tidak diketahui.

Bilamana ketidakpastian selalu ada, maka risiko tidak. Risiko hanya ada ketika hasil ketidakpastian dari sebuah keputusan adalah dikaitkan dengan pembuat keputusan sebagai suatu yang signifikan atau berharga untuk dikhawatirkan, misalnya ketika hasil keputusan tersebut mempengaruhi kesejahteraannya. Risiko yang dihadapi oleh manajer usahatani dapat dikategorikan terdiri dari dua sumber yaitu: (1) lingkungan eksternal yang terkait dengan usahatani, dan (2) lingkungan operasional internal dari usahatani (McConnell dan Dillon, 1997).

Fungsi utilitas digunakan dalam menggambarkan preferensi petani ketika menghadapi risiko produksi. Menurut Doll dan Orazem (1984) utilitas dari


(38)

kejadian tertentu adalah dipertimbangkan dalam konteks meningkatkan atau menurunkan kekayaan. Pada usahatani talas maka utilitas dari kejadian tertentu dipertimbangkan dalam konteks meningkatkan atau menurunkan pendapatan petani. Tiga kemungkinan fungsi utilitas diilustrasikan pada Gambar 1.

A. Risk-Neutral B. Risk-Averter

C. Risk-Preferrer (Risk-Lover/ Risk Taker)

Sumber: Doll dan Orazem (1984)

Gambar 1. Fungsi Utilitas

Dalam tiap kasus, utilitas, U, adalah dikaitkan sebagai fungsi dari kekayaan (pendapatan), W. Pada Gambar 1A, fungsi utilitas petani adalah fungsi linear dari pendapatan. Setiap tambahan rupiah dalam pendapatan mempunyai marjinal utilitas yang sama. Sehingga dalam kasus ini, petani dikatakan risk-neutral.

U2

U1

U0

W2

W1

W0

U2

U1

U0

W2

W1

W0

U2

U1

U0


(39)

Pada Gambar 1B, fungsi utilitas petani adalah fungsi cekung dari pendapatan. Setiap tambahan rupiah dalam pendapatan menambah sedikit utilitas sehingga marjinal utilitas adalah positif tetapi menurun. Sehingga dalam kasus ini, petani dikatakan risk averse. Sedangkan pada Gambar 1C, fungsi utilitas petani adalah fungsi cembung dari pendapatan. Setiap tambahan rupiah dalam pendapatan maka marjinal utilitas juga meningkat. Sehingga dalam kasus ini, petani dikatakan risk preferrer. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat tiga preferensi perilaku petani dalam menghadapi risiko yaiturisk neutral,risk averter

danrisk preferrer(risk lover).

Maksimisasi utilitas digunakan untuk menentukan pilihan yang dibuat oleh petani. Seperti dalam Gambar 1 dapat dilihat adanya tiga kemungkinan fungsi yang menghubungkan utilitas dengan pendapatan. Utilitas tidak hanya merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan, tetapi juga varians pendapatan. Menurut Debertin (1986) kurva indiferen menghubungkan varians pendapatan dengan pendapatan yang diharapkan, dengan rumusan sebagai berikut:

U = z + bz2………..(3.1)

dimana z adalah beberapa variabel penting yang menghasilkan utilitas untuk produsen/petani, seperti pendapatan. Misalkan ada ketidakpastian yang berkaitan dengan tingkat pendapatan, maka z diganti dengan z yang diharapkan atau E(z). Sehingga utilitas yang diharapkan adalah:

E(U) = E(z) + bE(z2)………. ……....(3.2)

Nilai yang diharapkan dari variabel yang dikuadratkan adalah sama dengan varians dari variabel ditambah kuadrat nilai yang diharapkan. Maka:


(40)

E(U) = E(x) + b[E(x)2] + bσ2….………...……….(3.4)

Maka utilitas adalah fungsi yang tidak hanya dari pendapatan yang diharapkan, tetapi juga dari variansnya.

Sumber: Debertin (1986)

Gambar 2. Kurva Indiferen Menghubungkan Varians Pendapatan dengan Pendapatan yang Diharapkan

Gambar 2 mengilustrasikan kurva indiferen yang menunjukkan kombinasi-kombinasi yang mungkin dari pendapatan dan variansnya yang menghasilkan jumlah yang sama dari utilitas untuk petani yang mungkin diperoleh dengan mengasumsikan bahwa U sama dengan U0 dan memperoleh diferensial total dari fungsi utilitas sebagai berikut:

I1 I2 I3

I1 I2 I3

I1 I2 I3 Expected

Income

Income Variance 1. Risk-Averse

Expected Income

Income Variance 2. Risk-Neutral

Expected Income

Income Variance 3. Risk-Preferrer


(41)

dU0= 0 = (1 + 2b) dE(x) + bd(σ2)……….(3.5) dE/dσ2= -b / [1 + 2bE(x)]………...………...…(3.6)

Nilai [1 + 2bE(x)] akan selalu positif. Bentuk kurva indiferen akan tergantung pada nilai b. Jika b = 0 maka petani adalah risk neutral. Jika b > 0 maka petani adalah risk lover dan kurva indiferen akan mempunyai slope negatif. Jika b < 0 maka petani adalahrisk aversedan kurva indiferen akan mempunyai slope naik ke kanan atas.

Dalam usahatani adanya ketidakpastian akan mempengaruhi jumlah optimal penggunaan input dan output yang dihasilkan sehingga akan mempengaruhi permintaan input dan penawaran output. Ketidakpastian produksi dalam usahatani dapat disebabkan oleh perubahan cuaca, hama dan penyakit.

Petani sebagai produsen dalam menjalankan usahataninya bertujuan memaksimumkan keuntungan. Adanya risiko usahatani akan mempengaruhi keuntungan usahatani. Sehingga risiko usahatani merupakan salah satu pertimbangan petani dalam memilih jenis komoditi yang akan dikembangkan pada usahatani. Lima sumber utama risiko usahatani adalah: (1) risiko produksi atau teknis, (2) risiko pasar atau harga, (3) risiko teknologi, (4) risiko legal atau sosial, dan (5) risiko karena kesalahan manusia (Sonka dan Patrick, 1984 dalam

Adiyoga et al., 1999). Menurut Adiyoga et al. (1999) kelima sumber risiko tersebut dapat menimbulkan efek jangka pendek maupun jangka panjang terhadap usahatani.

Beberapa strategi untuk mengatasi risiko dan ketidakpastian dalam usahatani adalah: (1) asuransi pertanian untuk mengatasi gagal panen, (2) kontrak penjualan untuk mengatasi risiko harga, (3) fasilitas dan peralatan pertanian yang


(42)

fleksibel, (4) diversifikasi untuk mengatasi ketidakpastian output dan harga, dan (5) program pemerintah yang mendukung harga dan pendapatan untuk petani (Debertin, 1986).

3.1.2. Konsep Efisiensi

Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya jika metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika menghasilkan nilai output yang sama besarnya.

Sumber: Coelliet al. (1998)

Gambar 3. Perubahan Teknis antara Dua Periode

Menurut Coelli et al. (1998) perubahan teknis akibat adanya perbaikan teknologi akan menggeser kurva fungsi produksifrontierke atas, sehingga dengan penggunaan input (x) yang sama akan menghasilkan output (y) yang lebih besar (Gambar 3). Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada periode F1, seluruh

F1 F0

0 x

y

x0 y0

y1 y


(43)

usahatani dapat secara teknis memproduksi output lebih banyak untuk tiap tingkat input, dibandingkan dengan periode F0.

Farrel (1957) dalam Coelli et al. (1998) menyatakan bahwa efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk berproduksi pada isoquant batas, sedangkan alokatif mengacu pada kemampuan untuk berproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan rasio input pada biaya minimum. Sebaliknya inefisiensi teknis mengacu pada penyimpangan dari isoquant frontier, sedangkan inefisiensi alokatif mengacu pada penyimpangan dari rasio input pada biaya minimum. Konsep efisiensi dari sisi input diilustrasikan oleh Farrel (1957) dalam

Coelli et al. (1998) pada Gambar 4. Konsep efisiensi Farrel ini diasumsikan pada kondisiconstant return to scale.

Sumber: Farrel (1957)dalamCoelliet al. (1998).

Gambar 4. Ukuran Efisiensi S

P

Q

R x2/y

x1/y S’

A’

0 A


(44)

Pada Gambar 4, kurvaisoquantfrontier SS’ menunjukkan kombinasi input

per output (x1/y dan x2/y) yang efisien secara teknis. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x1/y dan x2/y yang sama. Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik Q menunjukkan perusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena beroperasi pada kurva isoquant frontier). Titik P mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan output di titik Q, tetapi dengan jumlah input yang lebih banyak. Maka inefisiensi teknis dari perusahaan adalah ditunjukkan oleh jarak QP, yang merupakan jumlah dimana seluruh input dapat secara proposional dikurangi tanpa penurunan output. Titik Q mengimplikasikan bahwa perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan output di titik P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio 0Q/0P menunjukkan efisiensi teknis (TE) perusahaan, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P diturunkan, rasio input per output (x1/y : x2/y) konstan, sedangkan output tetap.

Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif (AE) dapat ditentukan. Garis

isocost (AA’) digambarkan menyinggungisoquant SS’ di titik Q’ dan memotong garis 0P di titik R. Titik R menunjukkan rasio input-output optimal yang meminimumkan biaya produksi pada tingkat output tertentu karena slope isoquant

sama dengan slope isocost. Titik Q secara teknis efisien tetapi secara alokatif inefisien karena perusahaan di titik Q berproduksi pada tingkat biaya yang lebih

tinggi dari pada di titik Q’. Jarak 0R-0Q menunjukkan penurunan biaya produksi


(45)

efisiensi alokatif (AE) untuk perusahaan yang beroperasi di titik P adalah rasio 0R/0Q. Total efisiensi ekonomi (EE) adalah didefinisikan sebagai rasio 0R/0P.

Bentuk umum ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t didefinisikan sebagai berikut (Coelli, 1996):

TEi=

( | , )

( ∗| , ) = [exp(− ) / ]………….………...…(3.7)

dimana nilai TEiantara 0 dan 1 atau 0≤ TEi≤ 1.

Pada saat produsen telah menggunakan sumberdaya pada tingkat produksi yang masih mungkin ditingkatkan, berarti efisiensi teknis tidak tercapai karena adanya faktor-faktor penghambat. Penentuan sumber dari inefisiensi teknis tidak hanya memberikan informasi tentang sumber potensial dari inefisiensi, tetapi juga saran bagi kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk mencapai tingkat efisiensi total (Kurniawan, 2008).

Battese dan Coelli (1995) dalam Coelli et al. (1998) mengembangkan model efek inefisiensi teknis. Variabel ui yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N

(μ i, σu2). Bentuk umum model inefisiensi teknisnya sebagai berikut:

ui= δzi+ Wi………..………..………...…(3.8) dimana:zadalah vektor (1×M) dari variabel-variabel penjelas yang dapat diamati

dan nilainya konstan serta diperkirakan mempengaruhi inefisiensi teknis; δ adalah

vektor (M×1) dari parameter-parameter skalar yang tidak diketahui dan akan diestimasi (yang umumnya diharapkan memasukkan sebuah parameter intersep); dan Wi adalah random error term yang diasumsikan bebas dan distribusinya


(46)

Tingkat efisiensi teknis akan mempengaruhi produktivitas usahatani. Produktivitas adalah rasio antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. Hubungan efisiensi teknis dan produktivitas adalah diilustrasikan pada Gambar 5 (Coelliet al., 1998).

Sumber: Coelliet al. (1998)

Gambar 5. Produktivitas, Efisiensi Teknis dan Skala Ekonomi

Gambar 5 mengilustrasikan tiga garis yang berasal dari titik 0 yang mengukur produktivitas pada titik data tertentu dan kurva produksi frontier 0F’.

Slope masing-masing garis ini adalah y/x yang merupakan ukuran produktivitas. Jika usahatani beroperasi pada titik A dan berpindah ke titik B yang efisien secara teknis, slope garis akan menjadi lebih besar, yang menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi pada titik B. Jika produksi pindah ke titik C, maka garis dari titik 0 adalah bersinggungan dengan produksi frontierdan merupakan titik maksimum kemungkinan produktivitas. Pergerakan sepanjang garis yang bersinggungan dengan produksi frontier merupakan contoh eksploitasi skala ekonomi. Titik C

F’

A B C

y

x 0


(47)

adalah titik (secara teknis) skala optimal. Produksi pada titik lain pada produksi

frontiermenghasilkan produktivitas yang lebih rendah.

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa produktivitas berbeda dengan efisiensi teknis. Selain itu dari Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa meskipun usahatani dapat secara teknis efisien tetapi masih dapat untuk meningkatkan produktivitasnya dengan mengeksploitasi skala ekonomi.

3.1.3. Konsep Alokasi Sumberdaya dengan Adanya Risiko Produksi

Adanya risiko produksi akan mempengaruhi keputusan alokasi penggunaan sumberdaya. Pengaruh risiko pada alokasi sumberdaya dijelaskan oleh Anderson et al. (1977), Hey (1979) dan Young (1979) dalam Doll dan Orazem (1984). Pendekatan umum untuk mengetahui pengaruh risiko pada alokasi sumberdaya dijelaskan dalam bentuk persamaan berikut (Doll dan Orazem, 1984):

Π = PyY–PxX– TFC………...……….…(3.9) dimana X adalah input variabel dan Y adalah output, Pydan Pxadalah harga input, dan TFC adalah total biaya tetap.

Persamaan keuntungan tradisional adalah disesuaikan untuk situasi risiko dengan mengasumsikan bahwa satu atau lebih variabel (Py, Px, Y, X) adalah

random (jika X adalah random, kemudian Y, dimana adalah fungsi dari X, juga akanrandom). Utilitas didefinisikan sebagai sebuah fungsi dari keuntungan, maka

Utilitas = U(П). Produsen diasumsikan untuk memaksimumkan utilitas yang

diharapkan. Dalam kebanyakan kasus elementer, Pxadalah diasumsikan tetap dan X dapat dikontrol oleh produsen. Output, Y, adalah variabelrandomdengan harga Py, yang jugarandom.


(1)

Lampiran 11. Lanjutan

U'

U''

U'''

AR

DR

θ1

θ2

θ

λ1

λ2

λ

2.60E+10

-2.47E+07

1190274.9

0.00095

4.58E-05

0.00058

1.40890

0.00041

0.97055

2.21022

0.43912

9.52E+11

-5.69E+08

17221900.0

0.00060

1.81E-05

0.00039

1.41351

0.00028

0.96706

2.20490

0.43859

6.32E+11

-3.61E+08

10398759.6

0.00057

1.65E-05

0.00041

1.42135

0.00029

0.96033

2.19456

0.43759

4.84E+10

-3.30E+07

1137842.6

0.00068

2.35E-05

0.00052

1.42683

0.00036

0.95544

2.18704

0.43687

2.82E+10

-2.53E+07

1150935.8

0.00090

4.09E-05

0.00058

1.41322

0.00041

0.96689

2.20461

0.43858

1.43E+11

-9.94E+07

3496036.5

0.00070

2.45E-05

0.00045

1.41342

0.00032

0.96700

2.20480

0.43859

3.40E+10

-2.90E+07

1253007.2

0.00085

3.68E-05

0.00055

1.41327

0.00039

0.96692

2.20465

0.43858

2.89E+14

-5.45E+10

519858824.6

0.00019

1.80E-06

0.00013

1.41391

0.00009

0.96728

2.20530

0.43862

1.32E+12

-4.63E+08

8219263.4

0.00035

6.24E-06

0.00031

1.44077

0.00022

0.94387

2.16930

0.43511

7.08E+10

-4.72E+07

1587456.1

0.00067

2.24E-05

0.00048

1.42126

0.00034

0.96027

2.19447

0.43759

1.85E+10

-2.28E+07

1416075.5

0.00123

7.66E-05

0.00055

1.39015

0.00040

0.98638

2.23451

0.44143

1.83E+11

-1.09E+08

3301149.6

0.00060

1.80E-05

0.00039

1.41351

0.00028

0.96706

2.20490

0.43859

6.49E+11

-4.06E+08

12861390.3

0.00063

1.98E-05

0.00034

1.40030

0.00024

0.97842

2.22237

0.44026

1.41E+09

-2.85E+06

290467.8

0.00202

2.05E-04

0.00075

1.38190

0.00054

0.99246

2.24377

0.44232

1.01E+10

-1.03E+07

529047.6

0.00102

5.22E-05

0.00062

1.40884

0.00044

0.97052

2.21016

0.43912

7.63E+09

-7.98E+06

421806.2

0.00105

5.53E-05

0.00059

1.40335

0.00042

0.97522

2.21739

0.43981

7.45E+10

-4.16E+07

1172735.1

0.00056

1.57E-05

0.00043

1.42695

0.00030

0.95551

2.18716

0.43687

9.02E+10

-5.89E+07

1942819.4

0.00065

2.15E-05

0.00047

1.42127

0.00033

0.96028

2.19448

0.43759

1.32E+11

-8.34E+07

2656577.0

0.00063

2.01E-05

0.00045

1.42129

0.00032

0.96029

2.19450

0.43759

4.54E+10

-3.71E+07

1532497.8

0.00082

3.38E-05

0.00053

1.41330

0.00037

0.96694

2.20469

0.43858

8.69E+10

-7.56E+07

3325880.5

0.00087

3.83E-05

0.00047

1.40007

0.00033

0.97829

2.22214

0.44025

Keterangan: θ1

= nilai teta pembilang;

θ2

= nilai teta penyebut;

λ1

= nilai lamda pembilang; dan

λ2

= nilai lamda penyebut


(2)

Lampiran 12. Prosedur Perhitungan Preferensi Risiko Petani terhadap Pestisida pada Usahatani Talas di Kota Bogor

U'

U''

U'''

AR

DR

θ1

θ2

θ

λ1

λ2

λ

8.08E+10

51211669.91

-0.00027

-0.00063

-0.00000

0.04469

1.50940

0.02961

0.88617

2.08075

0.42589

2.36E+09

2713863.002

0.00000

-0.00115

0.00000

0.08402

1.51621

0.05541

0.88112

2.07305

0.42503

6.09E+09

7241302.78

0.00000

-0.00119

0.00000

0.07275

1.48693

0.04893

0.90637

2.11187

0.42918

4.64E+09

4991279.802

0.00000

-0.00108

0.00000

0.07402

1.50547

0.04917

0.89024

2.08706

0.42655

2.02E+10

15864928.62

0.00000

-0.00078

0.00000

0.05386

1.50516

0.03578

0.89006

2.08675

0.42653

8.70E+10

52821057.66

0.00000

-0.00061

0.00000

0.04475

1.51743

0.02949

0.87921

2.07005

0.42473

1.75E+11

93753645.22

0.00000

-0.00054

0.00000

0.04052

1.52181

0.02663

0.87533

2.06407

0.42408

1.18E+12

5.10E+08

0.00000

-0.00043

0.00000

0.03381

1.52966

0.02210

0.86840

2.05340

0.42291

1.36E+11

77313944.3

0.00000

-0.00057

0.00000

0.04155

1.51557

0.02741

0.88076

2.07242

0.42499

5.19E+09

5340927.297

0.00000

-0.00103

0.00000

0.07120

1.50664

0.04726

0.88916

2.08539

0.42637

6.62E+09

7253943.698

0.00000

-0.00110

0.00000

0.07996

1.51614

0.05274

0.88108

2.07299

0.42503

1.67E+11

92322020.19

0.00000

-0.00055

0.00000

0.04046

1.51618

0.02669

0.88020

2.07156

0.42490

4.14E+09

4044635.034

0.00000

-0.00098

0.00000

0.07156

1.51665

0.04718

0.88047

2.07203

0.42493

7.15E+10

42161864.03

0.00000

-0.00059

0.00000

0.04302

1.51559

0.02838

0.88077

2.07244

0.42499

3.93E+10

26698717.29

0.00000

-0.00068

0.00000

0.04503

1.49887

0.03004

0.89532

2.09481

0.42740

1.12E+10

10443741.65

0.00000

-0.00093

0.00000

0.06814

1.51597

0.04495

0.88098

2.07282

0.42502

1.31E+10

11976506.43

0.00000

-0.00091

0.00000

0.06569

1.51313

0.04342

0.88339

2.07652

0.42542

2.91E+10

20912127.79

0.00000

-0.00072

0.00000

0.05183

1.51367

0.03424

0.88262

2.07531

0.42530

1.68E+11

92056755.11

0.00000

-0.00055

0.00000

0.04102

1.52047

0.02698

0.87650

2.06587

0.42428

1.53E+09

1735388.384

0.00000

-0.00114

0.00000

0.07805

1.50554

0.05184

0.89028

2.08713

0.42656

3.24E+11

159110173.2

0.00000

-0.00049

0.00000

0.03666

1.51969

0.02412

0.87708

2.06676

0.42438

1.09E+10

8872068.237

0.00000

-0.00081

0.00000

0.05570

1.50518

0.03700

0.89008

2.08677

0.42653

Keterangan: θ1

= nilai teta pembilang;

θ2

= nilai teta penyebut;

λ1

= nilai lamda pembilang; dan

λ2

= nilai lamda penyebut


(3)

Lampiran 12. Lanjutan

U'

U''

U'''

AR

DR

θ1

θ2

θ

λ1

λ2

λ

1.51E+10

11925989.63

0.00000

-0.00079

0.00000

0.05436

1.50516

0.03612

0.89007

2.08675

0.42653

1.95E+10

15382849.38

0.00000

-0.00079

0.00000

0.05759

1.51581

0.03799

0.88089

2.07266

0.42501

4.23E+09

4408687.303

0.00000

-0.00104

0.00000

0.07157

1.50543

0.04754

0.89022

2.08702

0.42655

1.66E+09

1842709.59

0.00000

-0.00111

0.00000

0.07628

1.50551

0.05067

0.89026

2.08710

0.42655

2.88E+10

21985263.17

0.00000

-0.00076

0.00000

0.05240

1.50513

0.03481

0.89005

2.08672

0.42653

7.01E+10

40683273.67

0.00000

-0.00058

0.00000

0.04238

1.51558

0.02797

0.88076

2.07243

0.42499

9.29E+09

8209067.006

0.00000

-0.00088

0.00000

0.06155

1.50762

0.04083

0.88809

2.08373

0.42620

2.91E+09

3209491.26

0.00000

-0.00110

0.00000

0.08314

1.52200

0.05463

0.87606

2.06527

0.42419

2.32E+11

116534314.3

0.00000

-0.00050

0.00000

0.04185

1.54166

0.02715

0.85817

2.03769

0.42115

3.97E+09

4239033.845

0.00000

-0.00107

0.00000

0.07862

1.51793

0.05179

0.87950

2.07055

0.42477

7.00E+10

38481683.75

0.00000

-0.00055

0.00000

0.04012

1.51555

0.02647

0.88074

2.07240

0.42499

2.85E+09

2546977.484

0.00000

-0.00089

0.00000

0.06152

1.50528

0.04087

0.89013

2.08687

0.42654

1.02E+09

1318135.861

0.00000

-0.00129

0.00000

0.09953

1.52712

0.06518

0.87194

2.05897

0.42348

8.13E+09

7543791.54

0.00000

-0.00093

0.00000

0.06799

1.51659

0.04483

0.88044

2.07198

0.42493

3.53E+10

25271187.63

0.00000

-0.00072

0.00000

0.04919

1.50508

0.03269

0.89002

2.08667

0.42653

1.69E+10

12034439.42

0.00000

-0.00071

0.00000

0.04885

1.50508

0.03246

0.89002

2.08667

0.42653

7.79E+10

46611927.42

0.00000

-0.00060

0.00000

0.04514

1.52188

0.02966

0.87536

2.06414

0.42408

1.45E+10

11864860.15

0.00000

-0.00082

0.00000

0.05979

1.51584

0.03944

0.88091

2.07269

0.42501

2.34E+12

804564167.5

0.00000

-0.00034

0.00000

0.02424

1.50908

0.01606

0.88599

2.08044

0.42587

6.26E+10

39295504.3

0.00000

-0.00063

0.00000

0.04583

1.51563

0.03024

0.88079

2.07248

0.42499

6.01E+10

38689467.92

0.00000

-0.00064

0.00000

0.04427

1.50500

0.02941

0.88997

2.08659

0.42652

1.09E+11

65206068.75

0.00000

-0.00060

0.00000

0.04347

1.51560

0.02868

0.88077

2.07245

0.42499


(4)

Lampiran 12. Lanjutan

U'

U''

U'''

AR

DR

θ1

θ2

θ

λ1

λ2

λ

8.87E+09

6960935.082

0.00000

-0.00079

0.00000

0.05924

1.52208

0.03892

0.87548

2.06434

0.42410

3.12E+11

148530791.4

0.00000

-0.00048

0.00000

0.03938

1.54061

0.02556

0.85903

2.03901

0.42130

2.59E+11

146089283.6

0.00000

-0.00056

0.00000

0.04123

1.51556

0.02721

0.88075

2.07241

0.42499

2.10E+10

15116546.89

0.00000

-0.00072

0.00000

0.05242

1.51573

0.03459

0.88085

2.07258

0.42500

1.01E+10

7958014.049

0.00000

-0.00078

0.00000

0.05918

1.52208

0.03888

0.87548

2.06434

0.42410

5.32E+10

33399990.22

0.00000

-0.00063

0.00000

0.04580

1.51563

0.03022

0.88079

2.07248

0.42499

1.27E+10

9757185.222

0.00000

-0.00077

0.00000

0.05619

1.51579

0.03707

0.88088

2.07264

0.42501

1.08E+14

18311667128

0.00000

-0.00017

0.00000

0.01242

1.51513

0.00820

0.88051

2.07198

0.42496

6.56E+11

277330387.3

0.00000

-0.00042

0.00000

0.03087

1.51541

0.02037

0.88067

2.07226

0.42498

2.90E+10

19111141.32

0.00000

-0.00066

0.00000

0.04812

1.51567

0.03175

0.88081

2.07252

0.42500

5.82E+09

5464212.658

0.00000

-0.00094

0.00000

0.05744

1.48667

0.03864

0.90622

2.11160

0.42916

6.82E+10

36741997.18

0.00000

-0.00054

0.00000

0.03931

1.51554

0.02594

0.88074

2.07238

0.42499

2.44E+11

138789340.5

0.00000

-0.00057

0.00000

0.03431

1.48397

0.02312

0.90799

2.11427

0.42946

3.22E+08

357409.419

0.00000

-0.00111

0.00000

0.08102

1.51616

0.05344

0.88109

2.07301

0.42503

3.80E+09

3492706.209

0.00000

-0.00092

0.00000

0.06326

1.50530

0.04202

0.89015

2.08689

0.42654

3.02E+09

3022358.692

0.00000

-0.00100

0.00000

0.06033

1.48442

0.04064

0.90825

2.11472

0.42949

3.44E+10

21473320.76

0.00000

-0.00062

0.00000

0.04288

1.50498

0.02849

0.88996

2.08657

0.42652

3.49E+10

21312548.63

0.00000

-0.00061

0.00000

0.04716

1.52637

0.03090

0.87151

2.05822

0.42343

5.42E+10

33807859.75

0.00000

-0.00062

0.00000

0.04552

1.51563

0.03003

0.88079

2.07248

0.42499

1.63E+10

11509978.06

0.00000

-0.00071

0.00000

0.05378

1.52324

0.03531

0.87436

2.06261

0.42391

2.70E+10

17607999.5

0.00000

-0.00065

0.00000

0.04766

1.51566

0.03145

0.88081

2.07251

0.42500

Keterangan: θ1

= nilai teta pembilang;

θ2

= nilai teta penyebut;

λ1

= nilai lamda pembilang; dan

λ2

= nilai lamda penyebut


(5)

Lampiran 13. Uji t Rata-rata Nilai

θ dan λ

Petani Responden pada

Usahatani Talas di Kota Bogor

No

Rata-rata θ

i

-μ )

2

Rata-rata λ

i

-μ )

2

1

0.14490

0.00069

0.47994

2.58E-07

2

0.27331

0.01042

0.48430

2.36E-05

3

0.23370

0.00390

0.48213

7.26E-06

4

0.23922

0.00462

0.48267

1.05E-05

5

0.17012

0.00000

0.47886

3.35E-07

6

0.14380

0.00075

0.47929

2.03E-08

7

0.13152

0.00158

0.47970

7.01E-08

8

0.11264

0.00344

0.48113

2.87E-06

9

0.13481

0.00133

0.47976

1.04E-07

10

0.22967

0.00341

0.48221

7.71E-06

11

0.26313

0.00844

0.48443

2.49E-05

12

0.12938

0.00175

0.47857

7.45E-07

13

0.22902

0.00334

0.48174

5.32E-06

14

0.13746

0.00114

0.47872

5.05E-07

15

0.14265

0.00082

0.47824

1.44E-06

16

0.22070

0.00245

0.48213

7.26E-06

17

0.21581

0.00199

0.48276

1.11E-05

18

0.16517

0.00004

0.47931

1.55E-08

19

0.13468

0.00134

0.48057

1.30E-06

20

0.24420

0.00532

0.48104

2.58E-06

21

0.11981

0.00265

0.47995

2.62E-07

22

0.17491

0.00001

0.47861

6.76E-07

23

0.16974

0.00000

0.47804

1.95E-06

24

0.18662

0.00024

0.48106

2.66E-06

25

0.22642

0.00304

0.48097

2.34E-06

26

0.23887

0.00457

0.48086

2.02E-06

27

0.16750

0.00001

0.47959

2.50E-08

28

0.13546

0.00128

0.47869

5.61E-07

29

0.19673

0.00065

0.48051

1.16E-06

30

0.27220

0.01019

0.48454

2.61E-05

31

0.13725

0.00116

0.48055

1.25E-06

32

0.25460

0.00695

0.48335

1.54E-05

33

0.12587

0.00206

0.47705

5.68E-06

34

0.18182

0.00011

0.47457

2.37E-05

35

0.31825

0.02161

0.48549

3.66E-05


(6)

Lampiran 13. Lanjutan

No

Rata-rata θ

i

-μ )

2

Rata-rata λ

i

-μ )

2

38

0.15167

0.00038

0.47703

5.78E-06

39

0.14576

0.00065

0.47968

5.93E-08

40

0.19000

0.00035

0.47992

2.36E-07

41

0.07782

0.00873

0.47779

2.69E-06

42

0.14631

0.00062

0.47890

2.85E-07

43

0.14140

0.00089

0.47880

4.01E-07

44

0.14097

0.00092

0.47987

1.89E-07

45

0.18322

0.00014

0.47785

2.51E-06

46

0.13059

0.00165

0.48115

2.96E-06

47

0.13592

0.00125

0.48087

2.06E-06

48

0.16256

0.00008

0.47730

4.57E-06

49

0.18303

0.00014

0.47784

2.53E-06

50

0.14621

0.00063

0.47890

2.88E-07

51

0.17397

0.00001

0.47760

3.38E-06

52

0.03998

0.01723

0.47743

4.01E-06

53

0.09819

0.00534

0.47744

3.97E-06

54

0.14943

0.00048

0.47698

6.04E-06

55

0.17778

0.00004

0.47770

3.01E-06

56

0.12245

0.00238

0.47640

9.24E-06

57

0.10990

0.00376

0.47824

1.43E-06

58

0.23953

0.00466

0.47740

4.12E-06

59

0.18938

0.00033

0.47582

1.30E-05

60

0.17840

0.00005

0.47445

2.48E-05

61

0.13037

0.00167

0.47472

2.22E-05

62

0.14651

0.00061

0.47691

6.38E-06

63

0.14417

0.00073

0.47827

1.36E-06

64

0.16668

0.00002

0.47740

4.13E-06

65

0.15009

0.00045

0.47802

2.00E-06

Rata-rata

0.17125

0.16809

0.47943

0.00037

Varians

0.00259

Varians

5.68062E-06

Standar Deviasi

0.05085

Standar Deviasi

0.00238

t hitung

3.368

t hitung

201.155

df

63

α

0.1

1.296-1.289

tolak H0

tolak H0

H0: θ = 0

H0: λ = 0