Manajemen risiko pembiayaan al-istishna' pada BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang-Bogor

(1)

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH, LEUWILIANG-BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

RISA SAFARIYANI NIM : 107046101817

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011


(2)

ii


(3)

iii


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Juni 2011 M 21 Rajab 1432 H


(5)

v

ABSTRAK

Risa Safariyani, 107046101817, “Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ Pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor”. Skripsi Strata satu (S1) Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011, xiii + 113 + 35 halaman.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui mekanisme pembiayaan Al-Istishnâ„ serta manfaat dan jenis risiko yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah. Selanjutnya tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui praktek manajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah dalam akad Al-Istishnâ„.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan menggambarkan permasalahan yang didasari dengan data yang didapat dari hasil survei, wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode induktif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, dikelompokkan dan dirumuskan hasil penelitian dan dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko pada pembiayaan Al-Istishnâ„ disesuaikan pada sumber datangnya risiko, karena pada pembiayaan Al-Istishnâ„ terdapat 3 pihak yang terlibat yaitu pihak nasabah, pihak bank, dan pihak developer. Dari proses manajemen risiko tersebut, BPRS Amanah Ummah telah mampu untuk meminimalisir dampak dari risiko pembiayaan Al-Istishnâ„.

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Al-Istishnâ„, BPRS Amanah Ummah. Pembimbing : 1. Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A.

2. Erika Amelia, SE., M.Si.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberikan pertolongan dan petunjuk yang tiada batasnya kepada seluruh ummatnya, termasuk kepada saya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya yang telah senantiasa setia dan taat kepadanya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur setelah proses yang panjang dan melelahkan yang sarat akan gangguan dan hambatan, akhirnya dengan limpahan kasih dan sayang-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor”.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam peyusunan skripsi ini. karena berkat bantuan mereka jugalah skripsi ini dapat terselesaikan.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak dapat terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk capan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA.MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah


(7)

vii

mencurahkan baktinnya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Mukmin Rauf M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 3. Bpk Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA., dan Ibu Erika Amalia, SE.,M.Si selaku

pembimbing skripsi yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.

5. Seluruh staf dan pihak lainnya dari perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta Peupustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membatu dan memberikan fasilitas kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Pihak BPRS Amanah Ummah, khususnya Bpk. Dwi Mulyadi, SE., yang telah

berkenan untuk melaksanakan wawancara, dan Ibu Dian yang telah banyak membantu penulis dan memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Rasa Ta‟zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta Apa H. Aliyuddin dan Mamah A. Nurhayati yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik, perhatian serta cinta dan kasih


(8)

viii

sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian do‟a yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai masa depan.

8. Tak lupa pula untuk keluargaku dan saudaraku tercinta, Aa Opik, adikku Meli, Ibrahim dan dede Sabila yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan selalu menjadi inspirasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Tempat curahan hatiku Mas Deny Arius yang selalu sabar menghadapi keluh kesah penulis, dan selalu memberikan semangat serta dukungan kepada penulis. *Semoga Allah mendengar dan mengabulkan doa-doa kita.

10.Teman, sekaligus sahabat terbaikku “The Kaspersky” Mbak Atik yang telah setia menemaniku 3 tahun tinggal bersama, Ismi sebagai teman pertamaku di UIN yang selalu hadir dengan keceriaan dan senyuman, Tiwi yang selalu perhatian dan bikin kita penasaran, Oka yang selalu punya cerita banyak dan seru yang sayang kalau terlewatkan, dan ayuk Elda Wediana yang selalu memberikan saran dan terus mendorong untuk tetap menjadi orang yang berguna dan bermanfaat. Terimakasih kepada sahabat yang selalu siap sedia menemani penulis dalam suka maupun duka, membantu penulis ketika dalam kesulitan, dan tempat berbagi cerita dan keceriaan selama penulis tinggal di Ciputat, sampai akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan selama ini. Hidup di Ciputat tanpa kalian semua seperti malam tak berbintang. Keep our friendship forever and ever.


(9)

ix

11.Juga ucapan terimakasihku kepada, Bang Ipul, Joni, Pajri, yang telah memberikan bantuan dan fasilitas kepada penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Dan tak lupa kepada teman-teman seperjuanganku kelas PS D angkatan 2007 yang telah memberikan do‟a serta dukungannya kepada penulis. Semoga kisah persahabatan kita tetap terukir sepanjang masa.

12.Tanpa mengurangi rasa hormat, kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas semua bantuan dan dukungannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Ciputat, 09 Juni 2011 M 07 Rajab 1432 H


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ... 10

E. Review Studi Terdahulu ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 14


(11)

xi

BAB II. TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN PEMBIAYAAN

AL-ISTISHNÂ

A. KONSEP RISIKO ... 19

1. Pengertian Risiko... 19

2. Peristiwa yang Menyebabkan Timbulnya Risiko ... 20

3. Risiko Perbankan dan Jenis-Jenis Risiko Perbankan ... 22

B. KONSEP MANAJEMEN ... 25

1. Pengertian Manajemen ... 25

2. Konsep Manajmen Dalam Islam ... 26

C. MANAJEMEN RISIKO ... 27

1. Pengertian Manajemen Risiko ... 27

2. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko ... 29

3. Tujuan Manajemen Risiko ... 30

4. Proses Manajemen Risiko ... 31

D. KONSEP PEMBIAYAAN ... 33

1. Pengertian Pembiayaan ... 33

2. Fungsi Pembiayaan ... 36

3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah ... 37

E. KONSEP ISTISHN„ ... 38

1. Pengertian Istishnâ ... 38

2. Landasan Hukum dan Operasional Istishnâ ... 40


(12)

xii

BAB III. TINJAUAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH

A. Sejarah Berdirinya ... 46

B. Produk-Produk ... 48

C. Struktur Organisasi ... 51

D. Visi dan Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan ... 53

E. Susunan Pengurus ... 53

F. Manajemen Dana Pembiayaan ... 54

BAB IV. ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„ PADA BPRS AMANAH UMMAH A. Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâdi BPRS Amanah Ummah ... 59

B. Manfaat Serta Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ ... 62

C. Penyebab terjadinya Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ ... 68

D. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâdi BPRS Amanah Ummah ... 72

1. Risiko yang bersumber dari pihak Nasabah ... 75

2. Risiko yang Bersumber dari Developer/Pengembang ... 93

3. Risiko yang Bersumber dari Pihak Internal Bank ... 97

4. Risiko yang Bersumber dari Faktor Eksternal ... 98

E. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah ... 100


(13)

xiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu... 12

2. Tabel 3.2 Jumlah Pembiayaan Per Akad ... 55

3. Tabel 3.3 Jumlah Pembiayaan Per Lokasi ... 56


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1 Kerangkan Pemikiran Penelitian ... 11 2. Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPRS Amanah Ummah ... 52 3. Gambar 4.1 Skema Pembiayaan Al- Istishnâ„... 60 4. Gambar 4.2 Skema Proses Pengendalian Risiko Yang Bersumber Dari


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bisnis keuangan syariah pada saat ini menempati posisi yang strategis karena telah mampu bertahan ketika krisis global melanda keuangan dunia. Ketika perekonomian melambat, pertumbuhan bisnis keuangan syariah seperti industri perbankan syariah tidak punya masalah berarti sehingga tetap dapat melayani kebutuhan masyarakat akan transaksi keuangan. Terlebih daripada itu, saat ini Indonesia membuat kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir karena sudah ada Undang-Undang Perbankan Syariah yang secara jelas dan komprehensif mengatur segala kegiatan perbankan syariah. Peraturan itu muncul di saat yang tepat bagi industri untuk masuk ke pasar, termasuk pasar internasional.1 Semua hal itu merupakan momentum bagus bagi keuangan syariah karena adanya kejelasan peraturan, baik untuk investor asing maupun pemain lokal. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Pertumbuhan industri keuangan Syariah yang pesat yang diikuti dengan terus bertumbuhnya lembaga Bank-Bank Syariah baru, serta lembaga keuangan syariah non bank merupakan suatu hal yang sangat positif bagi pengembangan ekonomi syariah di tanah air. Dengan begitu, wacana menjadikan sistem ekonomi syariah sebagai solusi alternatif terhadap sistem ekonomi kapitalisme yang dianut Indonesia

1 Anonimous, “Bagaimana Perkembangan Industri Perbankan Syariah Saat Ini”, artikel diakses pada 30 Desember 2010 dari http://bataviase.co.id/node/282552.


(17)

2

dan sudah terbukti rentan terhadap krisis menjadi terbuka lebar. Dapat kita lihat dari statistik pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia hingga bulan Januari tahun 2011 tercatat terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 bank Umum Konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS), dan terdapat 151 jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).2 Hal ini dapat menunjukkan bahwasannya semakin hari industri perbankan syariah telah dapat menunjukkan eksistensinya di antara industri perbankan di Indonesia.

Potensi industri keuangan syariah dalam hal ini termasuk perbankan syariah yang demikian besar harus disertai dengan kualitas pelayanan kepada nasabah. Pendapat dari para nasabah tersebut tidak terlepas dari berbagai macam produk dan akad yang terdapat di Perbankan syariah. Produk yang terdapat di Bank Syariah adalah tidak jauh berbeda dengan produk yang terdapat di bank konvensional, yaitu terdiri dari produk penghimpunan (funding), penyaluran (financing), dan produk jasa. Yang membedakan disini adalah berbagai macam akad yang digunakan dalam praktek dan aplikasi yang terdapat di Perbankan Syariah, dan juga tentunya bebas dari unsur bunga. Produk perbankan syariah adalah sebagai jawaban akan kebutuhan masyarakat akan transaksi perbankan yang menggunakan prinsip syariah.

Salah satu akad yang terdapat di perbankan syariah adalah akad Istishnâ„ yang merupakan salah satu akad pembiayaan dari produk penyaluran dana (financing) yang terdapat di Perbankan Syariah, baik itu di Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha

2

Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2011, diakses pada 2 Januari 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0111.htm


(18)

3

Syariah (UUS), maupun pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Istishnâ„ merupakan salah satu akad pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memperoleh sesuatu, dan sering pula memerlukan pihak lain untuk membuatkannya.

Istishnâ„ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran; apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.3 Sedangkan menurut fatwa DSN-MUI No: 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishnâ„, Istishnâ„ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).4 Ba‟i al -Istishnâ„ merupakan suatu jenis khusus dari akad ba‟i as-salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur.

Istishnâ„ termasuk ke dalam kelompok akad Jual Beli karena memang pada akad Istishnâ„ pada prinsip nya adalah perjanjian jual beli, hanya saja berupa pemesanan barang. Akad Istishnâ„ ini juga termasuk kepada akad tijarah yang

3

Abu Bakar Ibn Mas‟ud al-Kasani, al-Bada‟i was-Sana‟i fi Tartib al-Shara‟i (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi edisi ke-2), Review Buku Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke

Praktik (Jakarta: Gema Insani Pres, 2009), h.113. 4

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, DSN, 2003), h. 34.


(19)

4

merupakan segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.5 Apabila dilihat dari perspektif berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya, Istishnâ„ termasuk ke dalam Natural Certainty Contract (NCC). Natural Certainty Contract (NCC) adalah suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktu penyerahannya. Yang dimaksud dengan memiliki kepastian adalah masing-masing pihak yang terlibat dapat melakukan prediksi terhadap pembayaran maupun waktu pembayarannya. Dengan demikian, sifat transaksinya fixed dan predetemined (tetap dan dapat ditentukan besarannya).6

Pada prakteknya, akad Istishnâ„ yang dipraktekkan di Perbankan Syariah adalah akad Istishnâ„ paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan Istishnâ„ oleh Bank Syariah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua bank syariah bukanlah produsen barang yang dimaksud.7 Oleh karena itu, Bank Syariah membutuhkan keterlibatan pihak ketiga, yaitu pihak developer/pengembang untuk membuat atau memproduksi barang yang dipesan oleh nasabah kepada pihak Bank.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 dalam Pasal 1 Ayat 9 adalah Bank Syariah yang dalam

5

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: PT Rajawali Press, 2008), h. 70.

6

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), h.16.

7


(20)

5

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.8 Sedangkan dasar hukum dari bank pembiayaan rakyat syariah ini adalah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.11/23/PBI/2008 tanggal 1 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Tujuan utama yang hendak dicapai dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi Umat Islam, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena BPRS ini memang khusus melayani masyarakat pedesaan.9

Perkembangan akad Istishnâ„ di Perbankan Syariah, khususnya pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menunjukkan angka yang cukup besar, yaitu sampai dengan bulan Januari tahun 2011, total pembiayaan Istishnâ„ pada BPRS mencapai angka Rp. 26.569.000.000.10 Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan yang didasarkan pada Akad Istishnâ„ telah dipercaya oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan nya disamping akad-akad yang lainnya. Selain itu juga dapat diindikasikan bahwasannya BPRS juga telah mampu menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat bahwa ia juga mampu untuk mengaplikasikan dan mengembangkan pembiayaan berdasarkan akad Istishnâ„ ini.

Dalam dunia perbankan, khususnya dalam hal pembiayaan yang dilakukan kepada nasabah pasti terdapat berbagai kendala dan masalah yang dihadapi. Hambatan atau kendala tersebut merupakan sebuah konsekuensi logis yang akan

8

UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Pasal 1 Ayat 9. 9

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 92. 10

Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah 2011, diakses pada 2 Januari 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Syariah/sps_0111.htm


(21)

6

dihadapi sebuah organisasi, termasuk perbankan dalam mencapai suatu tujuan. Bank, sebagaimana lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam menjalankan kegiatan guna mendapatkan hasil usaha (return) selalu dihadapkan kepada risiko. Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi Bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya.11 Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan (unanticipated), yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan modal bank.12

Untuk mengantisipasi berbagai risiko tersebut, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan risiko atau sering disebut sebagai manajemen risiko. Manajemen risiko akhir-akhir ini menjadi bagian pertimbangan dari bisnis yang tidak dapat dihindarkan. Pengembangan budaya manajemen risiko pada bank merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab otoritas pengawasan dan regulator.

Suatu proses manajemen risiko adalah mutlak bagi setiap bisnis yang dijalankan, tanpa terkecuali bagi pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka, bahwasannya pelaksanaan akad Istishnâ„ di perbankan tidak hanya melibatkan pihak bank dan nasabah saja, melainkan juga terdapat keterlibatan pihak

11

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h.6.

12

Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah, artikel diakses pada 31 Desember 2010 dari http://hendrowibowo.niriah.com/2010/04/26/manajemen-risiko-bank-syariah/.


(22)

7

pengembang/developer sebagai pihak yang memproduksi barang yang dipesan nasabah. Dapat kita lihat dari mekanisme Istishnâ„ paralel ini yang melibatkan banyak pihak, tentunya dapat diiringi dengan risiko-risiko yang mungkin saja terjadi, baik risiko pada saat penyerahan barang, risiko gagal bayar, risiko operasional, dll. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu penelitian tentang jenis-jenis risiko pada pembiayaan yang menggunakan akad Istishnâ„ yang selanjutnya dikaji tentang manajemen risiko dari akad ini.

Pembiayaan yang menggunakan Akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah merupakan Akad pemesanan rumah dari nasabah kepada Bank dengan kriteria dan jangka waktu tertentu. Selanjutnya, dari pihak Bank melakukan kerjasama kepada pihak developer/pengembang untuk membuat barang yang dipesan ini. BPRS Amanah Ummah sebagai salah satu BPRS yang melaksanakan akad Istishnâ„ dalam praktiknya tentu merasakan kendala-kendala dan risiko yang ditimbulkan dari akad ini. Terlebih karena BPRS Amanah Ummah ini adalah sebuah BPRS yang melayani masyarakat pedesaan yang memiliki ruang lingkup yang lebih kecil daripada Bank Umum telah mampu mengaplikasikan pembiayaan yang cukup besar dengan akad Istishnā„. Oleh karena itu, analisis dan pembahasan mengenai implementasi manajemen risiko akad Istishnâ„ sangat perlu untuk di bahas.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu kiranya penulis menganalisis lebih dalam tentang manajemen risiko dan prakteknya atas pembiayaan berdasarkan akad Istishnâ„ pada BPRS Syariah Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor dalam upaya menghadapi risiko tersebut. Oleh karena itu, penulis memberi judul skripsi ini dengan


(23)

8

judul “MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„, PADA BPRS

AMANAH UMMAH, LEUWILIANG-BOGOR”.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini khusus menganalisis tentang mekanisme pembiayaan Al- Istishnâ„ dan pelaksanaan manajemen risiko yang diterapkan oleh BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor dalam menghadapi risiko dari pembiayaan Istishnâ„. Akad Istishnâ„ dalam skripsi ini dibatasi pada akad Istishnâ„ kepemilikan rumah yang diapplikasikan pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme pembiayaan Al- Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah?

2. Apa manfaat serta risiko yang ditimbulkan dari pelaksanaan pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah?

3. Bagaimanakah mekanisme manajemen risiko yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah dalam menghadapi risiko Akad Istishnâ„ ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan diatas, namun secara khusus dikemukakan sebagai berikut:


(24)

9

1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan Al-Istishnâ„ yang dilaksanakan oleh BPRS Amanah Ummah

2. Untuk mengetahui manfaat serta risiko apa saja yang ditimbulkan dari pelaksanaan pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah.

3. Untuk mengetahui praktek dan mekanisme manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah dalam akad Istishnâ„.

Adapun hasil dari penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

1. Bagi Lembaga Keuangan

Hasil penelitian ini diharapkan juga akan memberikan manfaat dan sumbangsih pemikiran bagi sektor Lembaga Keuangan, termasuk perbankan syariah, khususnya bagi BPRS dalam menghadapi berbagai risiko yang timbul dari Akad Istishnâ„, sehingga melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan dalam aplikasi perbankan dalam manajemen risiko Akad Istishnâ„.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak akademisi yang merupakan sumber referensi dan saluran pemikiran di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.


(25)

10

D. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

Risiko merupakan suatu ancaman atau kemungkinan suatu tindakan/kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.13 Risiko dalam konteks perbankan adalah suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.14 Manajemen Risiko merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.15

Akad Al- Istishnâ„ merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).

Diperlukan adanya suatu penerapan dan implementasi manajemen risiko atas pembiayaan yang menggunakan akad Istishnā„, karena dalam akad Istishnâ„memuat berbagai risiko yang menyebabkan pihak Bank ataupun dari pihak nasabah mendapatkan kerugian. Selain itu, dari sisi pihak yang terlibat dalam akad Istishnâ„ ini juga rentan untuk terjadinya suatu risiko karena terdapat 3 (tiga) pihak yang terkait, yaitu pihak nasabah, bank, dan pihak pengembang/developer.

13

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2008), h. 4. 14

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 793.

15


(26)

11

Kerangka pemikiran yang dibuat dalam penelitian ini mengenai analisis pelaksanaan manajemen risiko pada pembiayaan al-Istishnâ„adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

E. REVIEW STUDI TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang manajemen risiko, tetapi belum ada penelitian yang membahas tentang pelaksanaan manajemen risiko pembiayaan akad Istishnâ„ pada BPRS. Meskipun demikian, terdapat beberapa penelitian yang dapat menunjang dan dapat membantu mencarikan jalan keluar demi kesempurnaan hasil penelitian kali ini, dimana terdapat perbedaan pembahasan didalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Pembiayaan Al-Istishnâ‘pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor

Penerapan dan Mekanisme Manajemen Risiko atas Risiko tersebut

Manfaat dan Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ

Analisis Jenis Risiko dan Sumber Penyebab Terjadinya Risiko Tersebut Pada Pembiayaan Al-Istishnâ‘pada BPRS Amanah


(27)

12

Tabel 1.2 Tabel Review Studi Terdahulu

No .

Judul, Penulis, Tahun Hasil Penelitian Perbedaan

1 Skripsi, “Akad Istishnâ„ Dalam Pembiayaan Rumah pada Bank Syariah Mandiri (Studi Kasus pada BSM Cinere)”. Oleh Erdi Marduwira, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2010

Membahas mekanisme Akad Istishnâ„pada pembiayaan rumah di BSM, pembiayaan bermasalah pada Akad Istishnâ„ serta penyelesaian pembiayaan yang dilakukan oleh BSM. Pembiayaan bermasalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah pembiayaan bermasalah dari pihak nasabah.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memfokuskan hasil analisis pada jenis risiko yang ditimbulkan dari pembiayaan Istishnâ„ dan penerapan manajemen risiko atas risiko tersebut yang diterapkan oleh BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor.

3 Skripsi, “Manajemen Risiko Operasional Bank Syariah (Studi pada UUS Bank Bukopin)”. Oleh Harun Masykur, Fakultas

Membahas proses

identifikasi dan pengukuran, pengendalian dan pelaporan, proses pengukuran dana dengan metode the Basic Indicator Approach (BIA)

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah membahas mengenai risiko secara umum yang dihadapi oleh BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor yang


(28)

13 Syariah dan Hukum

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2008.

dan hambatan-hambatan dalam manajemen risiko operasional

ditimbulkan dari Akad Istishnâ„ serta pelaksanaan manajemen risiko atas akad ini.

4 Skripsi, “Manajemen Risiko Pada Pegadaian Syariah”. Oleh Murni Yulianti, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010.

Membahas jenis risiko yang dihadapi Pegadaian Syariah secara umum, dampak dari masing-masing risiko tersebut terhadap kelangsungan bisnis, dan strategi yang ditempuh dalam menanggulangi risiko.

Penelitian memiliki perbedaan perspektif , yaitu pada penelitian yang akan dilakukan penulis mengkaji tentang risiko dan aplikasi manajemen risiko salah satu akad yang terdapat lembaga BPRS yaitu akad Istishnâ„.

5 Jurnal Manajemen, “Risk

Management, Suatu

Kebutuhan bagi

Pengelolaan Perbankan

yang Sehat”. Oleh

Widigdo Sukarman16

Membahas pentingnya suatu pengelolaan manajemen risiko pada bank untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, serta mambahas kemungkinan terjadinya risiko.

Perbedaan pembahasan dari jurnal ini dan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada akan dibahas secara khusus mengenai manajemen risiko pada pembiayaan Istishnâ„.

16

Widigdo Sukarman, Risk Management, Suatu Kebutuhan bagi Pengelolaan Perbankan yang Sehat, Jurnal diakses pada 7 Januari 2011 dari http: //e-jurnal.perpustakaan.ipb.ac.id/files/WidigdoSukarman_RiskManagement.pdf.


(29)

14

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan karena data yang dianalisis tidak untuk menerima/menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati.17 Selain itu, deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta yang berkenaan dengan hubungan antar fenomena yang diteliti.18 Dari data-data yang telah dikumpulkan, diolah dan dianalisis dan dapat menyajikan data yang didasarkan kepada pendekatan fenomena yang terjadi dalam praktek pelaksanaan manajemen risiko Akad Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah dengan melakukan studi pada BPRS Amanah Ummah sebagai lembaga perbankan yang melaksanakan Akad Istishnâ„ dan yang mengelola risiko dari akad tersebut.

3. Jenis, Kriteria, dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi mekanisme pembiayaan Istishnâ„ dan pelaksanaan manajemen risiko akad Istishnâ„ pada BPRS

17

M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), h.17. 18


(30)

15

Amanah Ummah Bogor. Kalaupun ada data berupa angka-angka maka sifatnya hanya sebagai penunjang, pendukung dan pelengkap dari data kualitatif yang diperoleh.19

b. Kriteria Data

Data dalam penelitian ini dikualifikasi menjadi dua kriteria, yaitu: 1) Data Primer

Yaitu data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara.20 Dalam penelitian ini, data primer yaitu berupa informasi dari hasil wawancara pihak yang melakukan manajemen risiko dan studi dokumentasi dari pihak BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor.

2) Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, seperti buku-buku serta sumber yang berkaitan dengan manajemen risiko dan Akad Istishnâ„ baik berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Survei, untuk mendapatkan data tentang manajemen risiko pembiayaan Al- Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah, maka dilakukan tahap awal yaitu survei langsung ke BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor dan memastikan

19

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.51. 20

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.


(31)

16

bahwasannya manajemen risiko pada pembiayaan Al- Istishnâ„ telah dilaksanakan.

b. Wawancara (interview), penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan hal yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan manajemen risiko Akad Istishnâ„ di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor. Penulis melakukan proses wawancara dengan bagian yang bertugas untuk melaksanakan manajemen risiko, yaitu bagian Account Officer dan dibantu oleh bagian Umum BPRS.

c. Studi Dokumentasi. Yang dimaksud dengan studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditunjukkan kepada subyek penelitian.21 Studi ini dilakukan dengan cara melihat dokumen serta arsip yang dijadikan obyek penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian ini, seperti data nama-nama nasabah yang melakukan pembiayaan Istishnâ„, dan laporan keuangan BPRS Amanah Ummah tahun 2010.

d. Studi Pustaka

Dalam metode ini penulis melakukan penelitian dan mempelajari buku-buku kepustakaan, literatur, artikel, bahan-bahan kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan skripsi ini.

5. Metode Analisis Data

21

Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian (petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula), (Yogyakarta: UGM Press, 2004), h.100.


(32)

17

Dalam mengolah dan menganalisa data, penulis menggunakan metode analisis yang bersifat bersifat induktif, yaitu analisis yang lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan fenomena yang dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan.22 Data diolah dari data-data yang telah dikumpulkan dari BPRS Amanah Ummah, kemudian dikelompokkan dan dirumuskan hasil penelitian yang bersifat umum bagi BPRS Amanah Ummah.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kajian terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN

PEMBIAYAAN AL-ISTISHNĀ„

Yaitu membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan isi dari skripsi ini, yaitu meliputi teori tentang Risiko, Manajemen, Manajemen Risiko, dan Teori tentang Akad Istishnâ„ dan Istishnâ„ Paralel.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h.6.


(33)

18

BAB III : GAMBARAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG-BOGOR

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian yaitu menggambarkan secara umum BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa yang ada di BPRS ini.

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN AL-ISTISHN„

PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG-BOGOR

Dalam bab ini, penulis menguraikan hasil dari penelitian dan hasil dari analisis data yang telah diperoleh. Yaitu Analisa data, yang menganalisa data mengenai Prosedur Pembiayaan Al-Istishnâ„di BPRS Amanah Ummah, Manfaat dan Risiko Pembiayaan Istishnâ„, Penyebab terjadinya Risiko Pembiayaan Istishnâ„, Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Al- Istishnâ„, dan Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishnâ„ pada BPRS Amanah Ummah

BAB V : PENUTUP

Meliputi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan.


(34)

19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO DAN PEMBIAYAAN

AL-ISTISHNÂ

1. KONSEP RISIKO

a. Pengertian Risiko

Risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.23

Sedangkan dalam Kamus Manajemen, risiko adalah ketidakpastian yang mengandung kemungkinan kerugian dalam bentuk harta atau kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis.24

Selain itu, risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Ferry N. Idroes memberikan pengertian risiko yang lebih luas, yaitu sebagai ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.25

Selanjutnya Bank Indonesia memberikan definisi risiko yang tertuang dalam PBI sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank.26

Risiko sering dikatakan sebagai uncertainty atau ketidakpastian. Ketidakpastian atau uncertainty sering diartikan dengan keadaan dimana ada

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.959.

24

BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: CV Muliasari, 2003), h.317. 25

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.4.

26

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.


(35)

20

beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu sendiri tidak diketahui secara kuantitatif. Sedangkan pengertian dasar risiko terkait dengan adanya ketidakpastian dan ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif.27

Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh berbagai pihak, dimana inti dari pengertian itu sendiri adalah sama, hanya saja terdapat perbedaan redaksi kata saja, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya risiko adalah peluang dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan (merugikan) baik bagi perusahaan/lembaga, maupun bagi orang per orang.

b. Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko (risk event)

Peristiwa yang menyebabkan terjadinya risiko (risk event) didefinisikan sebagai munculnya kejadian yang dapat menciptakan potensi kerugian atau hasil yang tidak diinginkan.28 Risk event secara sederhana dapat didefinisikan sebagai penyebab terjadinya suatu risiko. Peristiwa tersebut dapat berasal dari kejadian internal ataupun eksternal.

Kejadian internal yang dimaksud adalah kejadian yang bersumber dari dalam institusi itu sendiri, seperti kesalahan sistem, kesalahan manusia, kesalahan prosedur, dan lain-lain. Kejadian internal pada dasarnya bisa dicegah agar tidak terjadi. Sebaliknya, kejadian eksternal adalah kejadian yang bersumber dari luar yang tidak

27

Bramantyo Djohanoputro, Manajemen Risiko Terintegrasi, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h.16.

28

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, h.7.


(36)

21

mungkin dapat dihindari. Peristiwa yang menyebabkan timbulnya risiko bagi Bank yang bersumber dari eksternal seperti bencana alam, bencana akibat ulah manusia seperti kerusuhan dan perang, krisis ekonomi global, krisis ekonomi regional, krisis ekonomi lokal, hingga dampak sistemik yang ditimbulkan oleh masalah pada lembaga keuangan atau Bank lain.

Menurut Soeisno Djojosoedarso, risiko timbul disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), ketidakpastian alam (uncertainty of nature), dan ketidakpastian manusia (human uncertainty).29

Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty) yang dimaksud disini adalah kejadian-kejadian yang timbul dari kondisi dan perilaku pelaku ekonomi. Ketidakpastian ini dapat berupa perubahan sikap, perubahan selera, perubahan harga dan perubahan teknologi.

Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh alam yang merupakan kejadian yang bersumber dari luar yang sulit diprediksi dan tidak mungkin dapat dihindari, seperti badai, banjir, gempa, dan lain-lain. Sedangkan ketidakpastian manusia (human uncertainty) yaitu ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia itu sendiri seperti peperangan, pencurian, penggelapan, dan sebagainya.

29

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 2003), h.3.


(37)

22

c. Risiko Perbankan dan Jenis-Jenis Risiko Perbankan

Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas, memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return). Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat (inherent) pada seluruh aktivitas bank.30 Meskipun manajer bank berusaha untuk menghasilkan keuntungan setinggi-tingginya, secara simultan mereka harus juga memperhatikan adanya kemungkinan risiko yang timbul menyertai keputusan-keputusan manajemen tentang struktur aset dan liabilitasnya.31

Risiko pada perbankan beserta jenis dari risiko tersebut telah tercantum pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.32 Adapun jenis-jenis risiko yang dihadapi pada dunia perbankan menurut PBI tersebut adalah sebagai berikut:

1. Risiko Kredit

Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya.

30

Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan Pemahaman Pendekatan Pilar Kesepakatan Basel II, h.7.

31

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h.61.

32

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.


(38)

23 2. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar yang dimaksud adalah suku bunga (interest rate) dan nilai tukar (foreign exchange rate) dan nilai tukar (foreign exchange rate).

Perbankan Islam juga berpotensi menghadapi risiko tersebut kecuali risiko tingkat bunga (interest rate risk), karena Perbankan Islam tidak akan berurusan dengan bunga.

3. Risiko Likuiditas

Likuiditas secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai.

4. Risiko Operasional

Menurut definisi Basle Committee, risiko operasional adalah risiko akibat dari kurangnya (deficiencies) sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Pangeran Muhammad Al Faisal menyatakan bahwa khususnya bagi bank Islam, yang sangat diperlukan adalah good governance, transparancy, and accounting standard.

5. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari potensi terjadinya pelanggaran kontrak, kasus pengadilan ata kebijakan yang salah yang dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap kondisi keuangan maupun operasional bank.


(39)

24 6. Risiko Reputasi

Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial sebagai akibat opini negatif publik terhadap kegiatan bank sehingga bank mengalami penurunan jumlah nasabah atau menimbulkan biaya besar karena gugatan pengadilan atau penurunan pendapatan bank..33

7. Risiko Strategik

Risiko strategik adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Akibat dari keputusan yang tidak tepat ini Bank harus mengeluarkan biaya yang besar dan gagal mencapai target bisnisnya.

8. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk)

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Dari berbagai risiko perbankan yang tercantum dalam PBI diatas adalah berlaku pula pada jenis-jenis risiko yang terdapat pada perbankan syariah, baik bank umum maupun bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Hal ini dikarenakan baik bank umum konvensional ataupun syariah menghadapi risiko yang sama yang kerap kali terjadi dalam melaksanakan kegiatan usahanya, hanya saja di Bank

33

Imam Ghozali, Manajemen Risiko Perbankan, (Semarang: Pusat Penerbit Universitas Diponegoro, 2007), h.17.


(40)

25

Syariah, baik bank umum syariah maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak berhubungan dengan risiko tingkat suku bunga. Risiko yang dihadapi bank syariah secara umum antara lain terdiri dari risiko pembiayaan, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan.34 Jadi, selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah, penerapan manajemen risiko bagi bank umum dapat diadopsi dan diterapkan di bank syariah.

2. KONSEP MANAJEMEN

a. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam bahasa Indonesia, dapat diartikan mengendalikan, menangani, atau mengelola.35

Selain itu, kata manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.36 Demikian pula seperti apa yang dikatakan oleh Stephen P. Robbins, manajemen berarti proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.37 Dalam bahasa yang sederhana efisiensi itu menunjukkan kemampuan organisasi dalam menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai tingkat output dan input seoptimal mungkin. Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu

34

Bank Indonesia, Pedoman Pengawasan Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan Pengawas Syariah, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2006), h.4.

35

Yayat M Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grasido, 2001), h.1. 36

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.708.

37 Stephen P. Robbins, Management Sixth edition Edisi Bahasa Indonesia, Penerjemah T. Hermaya, (Jakarta: Prenhallindo, 1999), h.8.


(41)

26

perusahaan dalam mencapai sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.38 Jadi, proses manajemen pada dasarnya ditujukan Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan sehingga suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya.

b. Konsep Manajemen dalam Islam

Pengeritan manajemen dalam Elias‟ Modern Dictionary English Arabic, kata management (inggris) sepadan dengan kata tadbir, Idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur‟an dari terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dari kata kerja dabbara, yudabbiru, tadbiran yang berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan. Secara istilah, idarah (manajemen) adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.39

Bentuk-bentuk ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur‟an diantaranya adalah terdapat pada surat Yunus ayat 3:

38

Amirullah, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.8. 39


(42)

27                                                

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Yunus/10: 3)

Pada dasarnya ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah juga ijma‟ ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba terarah dan teratur. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif Islam.40 Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk-makhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini juga telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut.

3. MANAJEMEN RISIKO

a. Pengertian Manajemen Risiko

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya setiap perusahaan, atau bahkan setiap orang yang menjalankan suatu aktivitas termasuk aktivitas bisnis memiliki berbagai risiko. Risiko dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola dengan semestinya. Sebaliknya risiko yang

40

Hefniy, Manajemen dalam Perspektif Islam, artikel diakses pada tanggal 31 Mei 2011 dari http://hefniy.wordpress.com/2008/10/06/manajemen-dalam-perspektif-islam/.


(43)

28

dikelola dengan baik akan memberikan ruang pada terciptanya peluang untuk memperoleh suatu keuntungan yang lebih besar. Demikian pula halnya pada sebuah bank, kompleksitas risiko yang mengancam sebuah bank harus diantisipasi untuk meminimalkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu manajemen risiko untuk mengelola risiko tersebut.

Terdapat beberapa pengertian manajemen risiko yang telah dikemukakan oleh para pakar dan lembaga terkait. Pengertian yang dikemukakan oleh Syafri Ayat, manajemen Risiko merupakan suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai jenis risiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola risiko tersebut dengan tujuan agar terhindar dari risiko.41

Zainul Arifin mengartikan manajemen risiko sebagai pengambilan keputusan yang rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko termasuk risk assessment sebagaimana tindakan-tindakan untuk membangun dan menerapkan pilihan-pilihan kontrol risiko.42

Menurut Herman Darmawi, manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efesiensi yang lebih tinggi.43 Bank Indonesia dalam PBI No. 5/8/2003 mendefinisikan Manajemen Risiko secara lebih spesifik yaitu sebagai serangkaian prosedur dan metodologi yang

41

Syafri Ayat, Manajemen Risiko, (Jakarta: Gema Akastri, 2003), h.1. 42

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.252. 43


(44)

29

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari kegiatan usaha Bank.44

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya memiliki esensi yang sama mengenai pengertian dari manajemen risiko, yaitu sebagai sebuah metode atau sebuah proses yang ditujukan untuk mengelola dari risiko-risiko yang muncul dari kegiatan sebuah perusahaan yang ditujukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan.

b. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko

Manajemen risiko suatu organisasi hanya dapat efektif bila mampu menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:45

1. Manajemen risiko haruslah memiliki nilai tambah

2. Manajemen risiko adalah bagian terpadu dari proses organisasi 3. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan. 4. Manajemen risiko secara khusus menangani aspek ketidalpastian. 5. Manajemen risiko bersifat sistemik, terstruktur dan tepat waktu. 6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia. 7. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunanya.

8. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.

44

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

45

Leo J. Susilo, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000: Untuk Industri Non Perbankan, (Jakarta: PPM Manajemen, 2010), h.22.


(45)

30

9. Manajemen risiko harus transparan dan inklusif.

10.Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap perubahan.

11.Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan peningkatan organisasi secara berlanjut.

c. Tujuan Manajemen Risiko

Diterapkannya proses suatu manajemen risiko di dalam ruang lingkup manajemen perusahaan tentunya memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan manajemen risiko menurut Soeisno Djojosoedarso adalah sebagai berikut:46

(a) Tujuan sebelum terjadinya peril47

Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril antara lain:

1. Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya penanggulangan kemampuan kerugian dengan cara yang paling ekonomis melalui teeknik analisis keuangan.

2. Hal-hal yang bersifat non ekonomis, misalnya upaya untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya penanggullangan maka kondisi tersebut dapat diatasi.

(b) Tujuan sesudah terjadinya peril

46

Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta: Salemba Empat, 1999), h.12.

47


(46)

31

Tujuan yang ingin dicapai menyangkut hal-hal sesudah terjadinya peril dapat berupa:

1. Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya perusahaan harus dapat mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan perusahaan dapat berjalan setelah perusahaan tetap berjalan setelah perusahaan terkena peril. 2. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak

sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya.

3. Mencari upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan terkena peril.

4. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial terhadap perusahaan.

d. Proses Manajemen Risiko

Dari pengertian manajemen risiko yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwasannya dalam proses manajemen risiko terdapat prosedur-prosedur atau proses yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Setidaknya terdapat 4 langkah umum yang terdapat dalam proses manajemen risiko, sebagaimana yang telah tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Tahap 1: Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, analisis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Namun demikian, ada risiko yang dominan, ada pula risiko yang minor.48

48


(47)

32

Pengidentifikasian risiko ini merupakan proses penganalisisan untuk menemukan cara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan.49

Pelaksanaan proses identifikasi Risiko dalam Peraturan Bank Indonesia sekurang-kurangnya dilakukan dengan melakukan analisis terhadap:50

a. Karakteristik Risiko yang melekat pada Bank; dan b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha Bank

Tahap 2: Pengukuran Risiko

Pada dasarnya, pengukuran risiko mengacu pada dua faktor: kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur51, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.52

Dalam rangka melaksanakan pengukuran Risiko, Bank wajib sekurangkurangnya melakukan:

a. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur Risiko;

b. Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran Risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi dan faktor Risiko yang bersifat material.

49

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.34. 50

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, diakses pada tanggal 13 Pebruari 2011 dari http: //www.bi.go.id.

51

Eksposur adalah risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu kejadian terburuk.

52


(48)

33

Tahap 3: Pemantauan Risiko

Dalam rangka melaksanakan pemantauan Risiko, Bank wajib sekurangkurangnya melakukan:

a. Evaluasi terhadap eksposur Risiko;

b. Penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor Risiko, teknologi informasi dan sistem informasi Manajemen Risiko yang bersifat material.

Tahap 4: Monitor dan Pengendalian

Tahap monitor dan pengendalian menjadi penting karena yang pertama adalah manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan dan mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

4. KONSEP PEMBIAYAAN

1. Pengertian Pembiayaan

Istilah pembiayaan yang terdapat pada perbankan syariah pada bank syariah pada dasarnya sama dengan istilah kredit pada bank konvensional, yang berarti penyaluran dana perbankan. Disebut pembiayaan karena bank Syariah menyediakan


(49)

34

dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak memperolehnya.53 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.54

Perbedaan pokok antara kredit pada perbankan konvensional dengan pembiayaan pada perbankan syariah adalah dilarangnya riba (bunga) pada pembiayaan syariah. Kredit atau pembiayaan konvensional dilakukan melalui pemberian pinjaman uang (lending) kepada nasabah sebagai peminjam dimana pemberi pinjaman memperoleh imbalan berupa bunga yang harus dibayar oleh peminjam. Untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (bunga) maka perbankan syariah menempuh cara memberikan pembiyaan (financing) berdasarkan prinsip jual beli (al-bai„), prinsip sewa-beli (ijarah muntahia bi tamlik) atau berdasarkan prinsip kemitraan (partnership) yaitu prinsip penyertaan (musyarakah) atau prinsip bagi hasil (mudharabah).

Istilah pembiayaan menurut Veithzal Riva‟i pada intinya berarti I Believe, I trust, „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟.55 Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan.

53

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h.200. 54

Kasmir, Dasar—Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 102. 55 Veithzal Riva‟i,

Islamic Financial Management, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.3.


(50)

35

Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Nisa: 29 dan surat Al-Maidah: 1.

                                     

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa: 29)

                                   

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Maidah: 1)

Sedangkan pengertian pembiayaan menurut Bank Indonesia adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.56 Secara luas, pengertian tersebut dapat diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan pihak lain yang mewajibkan pihak memnjam

56 Bank Indonesia, “

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah”,


(51)

36

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil.

2. Fungsi Pembiayaan

Sama halnya dengan perkreditan, pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan adalah sebagai berikut:57

1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

Uang yang terhimpun dari penabung dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh lembaga keuangan. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

2. Pembiayaan meningkatkan Utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Pembiayaan yang disalurkan yang disalurkan melelui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya secepri cek, bilyet giro, wesel, promes, dan sebagainya melalui pembiayaan.

4. Pembiayaan menimbulkan gairah Usaha Masyarakat

57Veithzal Riva‟i,


(52)

37

Dengan pembiayaan, maka akan menimbulkan semangat dan gairah usaha masyarakat. Karena melalui pembiayaan, masyarakat akan mendapatkan modal/tambahan modal bagi kelangsungan bisnis usahanya.

5. Pembiayaan sebagai alat stabilitas ekonomi

Pembiayaan dapat diarahkan untuk menambah perputaran suatu barang serta memperlancar distribusi barang-barang dan pendapatan agar merata ke seluruh lapisan masyarakat.

6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan Pendapatan nasional

Semakin meningkatnya suatu pembiayaan, maka akan terjadi pula peningkatan usaha. Apabila usaha tersebut dapat terus meningkat, maka pajak yang dikeluarkan pun akan meningkat pula. Secara tidak langsung, maka pembiayaan dapat meningkatkan pendapatan nasional.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.58 Sedangkan dasar hukum dari bank pembiayaan rakyat syariah ini adalah mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.11/23/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Tujuan utama yang hendak dicapai dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi Umat Islam, terutama masyarakat golongan

58 Bank Indonesia, “

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 Ayat 9”, diakses pada tanggal 5 Januari 2011 dari http: //www.bi.go.id.


(53)

38

ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, karena BPRS ini memang khusus melayani masyarakat pedesaan.59

Pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang tercantum dalam UU No. 21 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah; 2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau Istishnâ;

3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh;

4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

5. KONSEP ISTISHNA

1. Pengertian Istishna‟

Dalam kamus Bahasa Arab, kata Istishna„ berasal dari kata عنص (shana„a) yang artinya membuat.60 Kemudian ditambah huruf alif, sin dan ta‟ menjadi عانصتسإ (Istishnâ ) yang berarti minta membuat (sesuatu). Istishna„ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, dimana dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli.61 Menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh

59

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 92. 60

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap, cetakan ke- 14, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), h.796.

61Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik,

(Jakarta: Gema Insani Pres, 2009), h113.


(54)

39

Sunnah-nya, Istishnâ adalah menjual barang yang dibuat (seseorang) sesuai dengan pesanan.62

Menurut Moh. Rifa‟i, Istishnâ„ ialah kontrak/transaksi yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan sutu jenis barang tertentu atau suatu perjanjian jual beli dimana barang yang akan diperjualbelikan belum ada.63 Sama halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili, Istishnâ„ adalah perjanjian dengan pekerja atau pembuat barang untuk membuat sesuatu yang telah ditentukan, atau dengan kata lain akad pembelian suatu barang yang dibuat oleh pekerja (Shani‟) dan barang serta pengerjaannya dari pihak Shani‟.64 DSN MUI menjelaskan pengertian Istishnâ„, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).

Istishna„ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran; apakah pembayaran dilakukan

62

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terjemahan H. Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT

Al-Ma‟arif, 1987), Jilid 12, h.87.

63Moh. Rifa‟i,

Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: Wicaksana, 2002), h.73. 64

Wahbah Zulhaili, Fiqh Muamalat Perbankan Syariah Kapita Selekta Al-Fiqhu Al-Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Bank Mu‟amalat Indonesia, 1999), h.5.


(55)

40

di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang.65

Menurut jumhur fuqaha, bai‟ Al-Istishnâ merupakan suatu jenis khusus dari akad bai‟ as-Salam. Biasanya jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai‟ al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai‟ as-Salam.

2. Landasan Hukum dan Operasional Istishna‟

Landasan hukum Syari‟ah pelaksanaan Akad Al-Istishnâ„ adalah merujuk pada ayat Al-Qur‟an, yaitu sebagai berikut:

….        ….

Artinya: ”.... dan Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....” (Q.S. Al-Baqarah/2: 275)

….                ….

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar...” (Q.S. Al-Baqarah/2: 282).

Selain itu, para Ulama juga membahas lebih lanjut tentang hukum kebolehannya akad Al-Istishnâ. Menurut mazhab Hanafi, bai‟ Al-Istishnâ termasuk akad yang dilarang karena bertentangan dengan semangat ba‟i secara qiyas. Mereka mendasarkan pada Sargumentasi bahwa pokok kontrak penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual, sedangkan dalam Istishnâ„, pokok kontrak itu belum ada atau

65Abu Bakar Ibn Mas‟ud al

-Kasani, al-Bada‟i was-Sana‟i fi Tartib al-Shara‟i (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi edisi ke-2), review buku Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke


(56)

41

tidak dimiliki penjual. Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak Istishnâ„ atas dasar istihsan karena alasan-alasan berikut ini:66

a. Masyarakat telak mempraktikkan bai‟ Al-Istishnâ„ secara luas dan terus menerus tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan bai‟ Al-Istishnâ„sebagai kasus ijma‟ atau konsensus umum.

b. Di dalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma‟ ulama.

c. Keberadaan bai‟ Al-Istishnâ„ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak orang seringkali memerlukan barang yang tidak tersedia di pasar sehingga mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka.

d. Bai‟ Al-Istishnâ„ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash atau aturan syariah.

Dalam madzhab Maliki, Syafi‟i dan Hambali, Istishnâ„ adalah sah berdasarkan akad jual beli Salam dan kebiasaan masyarakat Islam seperti dalam Salam. Mengingat Al-Istishnâ„ merupakan lanjutan dari bai‟ as-salam, maka secara umum landasan syariah yang berlaku pada bai‟ as-Salam juga berlaku pada bai‟ Al-Istishnâ„.

Sementara itu, menurut Maulana Taqi Utsmani dalam Buku Standarisasi Akad yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menegaskan beberapa perbedaan pokok Istishnâ„ dan Salam, yaitu:67

66Syafi‟i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik , h.115.


(1)

121

9. Untuk masalah jaminan, apa saja jaminan yang harus disediakan oleh nasabah untuk pembiayaan Istishnâ„ ini?

Mengenai jaminan, rumah yang dipesan adalah jaminan utamanya. Pada saat rumah sudah jadi, maka surat-surat/sertifikat rumah disimpan dulu di bank sebagai jaminan sampai masa perjanjian/akad Istishnâ„ selesai (sampai pembayaran angsuran lunas). Tetapi nasabah juga bisa mengajukan jaminan lain, misalnya BPKB mobil, dengan syarat nilai dari BPKB tersebut dapat meng-cover total pembiayaan (melebihi total pembiayaan)

10.Selama pembiayaan Istishnâ„ dilakukan, apakah ada permasalahan/risiko yang telah dihadapi oleh pihak BPRS? Apa saja kah risiko tersebut?

Selama pembiayaan istishna‟ berlangsung, telah terjadi permasalahan/risiko, seperti:

3. Adanya keluhan dari nasabah mengenai rumah yang telah jadi. Terdapat nasabah yang mengeluh/protes karena rumah yang baru ditempati 2 bulan atapnya sudah bocor, rumah yang dipesan tidak sesuai dengan keinginan nasabah, dll.

4. Adanya pembayaran angsuran pembiayaan nasabah yang macet yang

disebabkan karena faktor internal dari nasabah itu sendiri.

11.Selain risiko yang telah terjadi pada pembiayaan Al- Istishnâ„ apakah ada kemungkinan risiko lain yang akan muncul dari pembiayaan Al- Istishnâ„?

Risiko pada setiap akad yang dilakukatn pasti ada, tergantung dari jenis pembiayaan itu sendiri. Sedangkan pada pembiayaan Istishna ini terdapat 3 pihak yang terlibat,


(2)

122

yaitu pihak bank, nasabah dan pihak developer. Jadi, terjadinya risiko juga pasti berasal dari ketiga itu, ditambah mungkin dari faktor eksternal seperti bencana alam. Misalnya dari pihak developer, bisa saja data yang dilaporkan ke pihak BPRS itu adalah laporan palsu, atau bisa saja pihak developer itu kabur. Atau bisa saja terjadi kesalahan dari dalam BPRS itu sendiri, seperti penilaian nasabah yang tidak obyektif, dan lain-lain.

12.Siapakah yang berwenang untuk mengelola risiko yang dihadapi oleh bank? Jawab:

Pihak yang mengelola risiko pembiayaan di BPRS Amanah Ummah adalah Accout Officer (AO) dan bagian lain yang termasuk ke dalam bidang marketing, jadi tidak ada divisi khusus yang mengelola risiko yang terjadi. AO di BPRS Amanah Ummah memiliki tanggung jawab sepenuhnya atas berlangsungnya pembiayaan, dari mulai nasabah mengajukan pembiayaan, risiko yang dihadapi, sampai nasabah menyelesaikan akad pembiayaan tersebut.

13.Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan risiko itu terjadi?

Faktor-faktor dari penyebab terjadinya risiko adalah pasti bersumber dari pihak yang melakukan akad pembiayaan. Untuk pembiayaan Al- Istishnâ„ pastilah risiko tersebut bisa datang dari internal bank, nasabah, developer. Misalnya, pernah terjadi risiko pada pembiayaan Al- Istishnâ„:

a. Untuk rumah yang baru selesai, tiba-tiba ada keluhan kerusakan maka itu dimungkinkan adanya kesalahan dari pihak developer.


(3)

123

b. Untuk pembayaran angsuran yang macet, berasal dari faktor internal nasabah, seperti gangguan cash-flow (keuangan) nasabah, dan ada juga faktor masalah pribadi yang lain, seperti terjadi perceraian sehingga tidak dapat melanjutkan angsuran pembiayaan.

14.Apabila di tengah-tengah masa akad harga bahan bangunan naik, maka itu tanggung jawab Bank atau developer?

Apabila terjadi demikian, maka itu tanggung jawab developer, karena pada masa awal akad sudah disepakati harga. Tetapi selama pembiayaan ini dilakukan, belum terjadi kasus seperti itu karena rentan waktu pembangunan hanya berkisar 3 bulan. 15.Langkah-langkah apa saja yang ditempuh pihak manajemen BPRS Amanah Ummah

dalam Proses manajemen risiko?

Proses manajemen risiko yang dilaksanakan oleh BPRS Amanah Ummah dalam menghadapi risiko pembiayaan melalui berbagai tahapan yang seluruhnya dilaksanakan oleh bagian pembiayaan. tetapi tahapan yang paling penting dan mendasar adalah tahapan pertama, yaitu tahapan pengenalan/identifikasi karakter dan kondisi nasabah.

Langkah-langkah yang ditempuh Bank dalam proses manajemen risiko pembiayaan Al- Istishnâ„ antara lain adalah:

1. Pada saat nasabah pertama kali datang ke Bank untuk mengajukan

pembiayaan, maka aspek 5C sangat diperhatikan untuk meminimalkan risiko.

2. Untuk meminimalkan risiko, maka pihak bank menunjuk pihak developer yang


(4)

124

3. Bank membayar biaya pembangunan rumah secara bertahap kepada

developer

4. Bank terjun langsung ke developer (melihat secara langsung progress dari pembangunan rumah tersebut)

5. Bank meminta laporan dari pihak developer atas progress pembangunan rumah tersbeut secara bertahap.

6. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran sampai batas waktu maksimal (4 bulan berturut-turut), maka pihak bank akan melakukan tindakan sebagai berikut:

1) Mengirimkan surat panggilan kepada nasabah, apabila surat panggilan tersebut tidak diindahkan, maka dilanjutkan ke tahap ke-2.

2) Mengirimkan surat peringatan kepada nasabah untuk segera melunasi cicilan angsran.

3) Apabila kedua surat tersebut tidak ada hasilnya, maka nasabah harus menandatangani surat pernyataan pemindah tangan an rumah (take over) kepada pihak lain, dengan kata lain, pihak bank menjual kembali rumah tersebut kepada pihak lain.

Apabila terjadi take over, maka uang muka, ditambah angsuran pokok (tidak beserta margin) yang telah dibayarkan nasabah dikembalikan kepada nasabah, dan angsuran selanjutnya di lanjutkan oleh pihak lain yang membeli rumah.


(5)

125

7. Apabila terjadi keluhan dari nasabah mengenai rumah yang sudah jadi, maka

diadakan garansi atas rumah tersebut berkisar 3-6 bulan, itu menjadi tanggung jawab pihak developer. Maka apabila ada keluhan sampai dengan batas waktu tersebut, maka nasabah dapat langsung mengajukan protes, dan developer langsung memperbaikinya.

16.Bagaimana kerangka kerja manajemen risiko tersebut?

Pada BPRS Amanah Ummah, tidak ada kerangka kerja manajemen risiko secara terstruktur, tetapi pihak Bank lebih menitik beratkan kepada pelaksanaan manajemen risiko untuk meminimalisir/untuk menghadapi risiko yang ada. Jadi, apabila terjadi risiko/permasalahan, maka pihak Bank langsung menempuh langkah-langkah untuk mengantisipasi risiko tersebut.

17.Apakah langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank dalam menghadapi risiko istishna sama dengan pembiayaan yang lainnya?

Langkah-langkah yang dilakukan Bank dalam menghadapi risiko adalah sama dengan langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk pembiayaan yang lainnya, hanya saja pada pembiayaan Istishna‟ ini agak berbeda karena adanya pihak developer/pengembang, jadi langkah-langkah untuk mengatasi risiko nya disesuaikan dengan akad dan kebutuhan. Upaya pencegahan yang dilakukan yang dilakukan yaitu dengan melakukan tahapan pertama kali nasabah melakukan pembiayaan, yaitu pada proses pengenalan dan identifikasi nasabah. Hal ini menjadi sangat penting karena sebagian besar risiko pembiayaan adalah berasal dari nasabah,


(6)

126

sehigga karakter nasabah lah yang menjadi acuan pertama kali untuk proses kelancaran pembiayaan.

18.Apa peran DPS dalam proses manajemen risiko ini?

DPS tidak berperan langsung kepada manajemen risiko pembiayaan, yang terjun langsung ke dalam proses pengelolaan risiko ini adalah pihak AO. DPS hanya bertugas untuk mengawasi kesyariah an dari produk-produk yang dilaksanakan di BPRS.