diterima. Hal ini berarti Asimetri Informasi X1 dan Kualitas Audit X2 secara simultan berpengaruh terhadap Manajemen Laba Y.
Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Variabel Asimetri Informasi X1 dan Kualitas Audit X2 terhadap Manajemen Laba Y
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Pengaruh Asimetri Informasi X1 terhadap Manajemen Laba Y pada PT. Kereta Api Indonesia Persero Bandung
Setelah melakukan penyebaran kuesioner kepada PT. Kereta Api Indonesia Persero Bandung, dapat disimpulkan bahwa variabel asimetri
informasi berada dalam kategori kurang baik, sedangkan variabel manajemen laba berada dalam kategori cukup baik. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari
indikator asimetri informasi yaitu Moral Hazard Penyimpangan perilaku berada dalam kategori kurang baik, hal ini berhubungan dengan fenomena adanya
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan manajemen sehingga menimbulkan terjadinya asimetri informasi yang menyebabkan terjadi
manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI. Hasil jawaban dari indikator Moral Hazard Penyimpangan perilaku ini menjawab fenomena yang terjadi
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
t
tbl
= -18,546
3
t
tbl
= 18,456
pada PT. KAI, sehingga ada indikasi masih dapat terjadi asimetri informasi pada PT. KAI, berdasarkan hasil dari jawaban kuesioner pada PT. KAI.
Terdapat hubungan yang kuat antara asimetri informasi terhadap manajemen laba yang hasilnya sebesar 0,693, Maka hasil dari hubungan antara
asimetri informasi terhadap manajemen laba tersebut dapat dikategorikan cukup. Selanjutnya pengaruh antara asimetri informasi terhadap manajemen laba hasilnya
sebesar 48,02, sisanya sebesar 51,98 yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya : ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kualitas audit,
kepemilikan institusional dan struktur kepemilikan. Maka dapat disimpulkan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara Asimetri Informasi terhadap Manajemen
Laba. Penelitian ini pun didukung dari teori yang dikemukakan oleh Sulistyanto
2008:84, yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan perusahaan dipengaruhi oleh asimetri informasi yang terjadi dipasar. Semakin tinggi asimetri
informasi akan membuat tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan semakin rendah. Artinya, semakin tinggi asimetri informasi akan membuat
manajer semakin leluasa untuk mengatur informasi apa saja yang harus diungkapkan, disembunyikan, ditunda, atau diubah. Upaya semacam ini disebut
dengan manajemen laba. Selanjutnya penelitian ini pun didukung dari hasil penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh Dini Tri Wardani dan Masodah
2011, yang menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba.