Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)

(1)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

ANALISIS POTENSI PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTA G. RAJAGUKGUK 040308038/TEKNIK PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

ANALISIS POTENSI PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTA G. RAJAGUKGUK 040308038/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (Achwil Putra Munir, STP, M.Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(3)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

ABSTRACT

Nilam is one of volatile oil product. Indonesia is one of the largest exporter of patchouli oil in the world. Inadequate dissemination of information leads to reduction in productivity and quality of patchouli oil produced. The purpose of this research was to analyze the potential of patchouli oil and the problems that occur in the process of patchouli oil. The data was obtained using survey method through observations , interviews, and questionnaire. The analysis was conducted using the approach system followed by evaluation of three aspects. The first was the equipment applied in cultivation and distillation of patchouli oil. The second was the social paradigm of the patchouli community farming. The third was economic size of the welfare of a community group. The results of this analysis were interpreted in black box diagram.

Key words : productivity, quality, system approach, analysis

ABSTRAK

Nilam adalah salah satu produk minyak atsiri. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor terbesar minyak nilam dunia. Penyebaran yang kurang memadai mengakibatkan berkurangnya produktifitas dan kualitas minyak nilam yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis potensi minyak nilam dan masalah-masalah yang terjadi dalam proses pengolahan minyak nilam. Data diperoleh dengan menggunakan metode survei dengan cara observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem yang dilanjutkan dengan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting. Yang pertama aspek teknis untuk melihat peralatan yang digunakan selama melakukan budidaya nilam dan penyulingan nilam. Yang kedua aspek sosial menganalisis pola pikir masyarakat terhadap sistem usaha tani nilam. Yang ketiga aspek ekonomi menyangkut ukuran kesejahteraan suatu kelompok masyarakat. Hasil dari analisis ini diinterpretasikan ke dalam kotak hitam.


(4)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

RINGKASAN

CHRISTA GEMINI RAJAGUKGUK “Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat (Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)”, dibimbing oleh Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Achwil Putra Munir, STP, M. Si sebagai anggota.

Nilam merupakan salah satu produk minyak atsiri yang belum begitu dikenal masyarakat luas. Sebagian besar tanaman diusahakan oleh petani daerah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Wilayah Indonesia yang cocok untuk pertanian secara khusus untuk pertanian nilam tidak serta merta meningkatkan produktifitas dan kualitas minyak nilam yang dihasilkan. Hal ini karena berbagai permasalahan tertentu.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pakpak Bharat. Analisis dilakukan dengan pendekatan sistem untuk melihat potensi minyak nilam dan masalah-masalah dalam sistem usaha tani. Metode penelitian adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan kuisioner.

Dalam pendekatan sistem tahapan pertama yang dilakukan adalaha analisi kebutuhan para stakeholder. Pelaku-pelaku sistem yang termasuk di dalam sistem usaha tani nilam antara lain :

a. Petani (kelompok tani)

Adapun kebutuhan-kebutuhan petani adalah :

• Modal yang besar untuk memulai usaha tani nilam


(5)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

• Adanya penyuluhan yang mendalam dan menjawab permasalahan mengenai budi daya (penyakit, pemupukan, dll) juga mengenai perawatan alat penyulingan nilam.

• Tenaga kerja (teknologi) untuk mempercepat proses kerja dalam pengolahan lahan.

• Produktifitas yang tinggi

• Tenaga ahli dalam menolong masyarakat untuk menggunakan dan merawat alat penyulingan.

b. Petani penyuluh pertanian (PPL)

Adapun kebutuhan-kebutuhan dari petani penyuluh lapangan adalah :

• Pelatihan-pelatihan baik tentang bagaimana menghadapi masyarakat maupun mengenai pertanian yang mayoritas digeluti masyarakat (usaha tani nilam, gambir, kopi dll.)

c. Pengumpul

Adapun kebutuhan-kebutuhan dari pengumpul adalah :

• Adanya produk yang kontinu dan kualitas terjamin

• Harga yang stabil

d. Pemerintah (dinas yang terkait)

Adapun kebutuhan-kebutuhannya adalah :

• Training untuk membangun saran dan prasarana pendukung pengembangan pertanian

Tahapan selanjutnya adalah menentukan ruang lingkup permasalahan yang ada. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh petani nilam adalah sebagai berikut


(6)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Usaha tani nilam membutuhkan modal yang cukup besar untuk pengerjaan lahan, pembibitan pemupukan pengendalian hama dan untuk pengolahan daun nilam menjadi minyak nilam. Petani nilam memiliki modal yang sangat terbatas.

b. Minimnya pemahaman tentang pertanian nilam

Pertanian nilam masih dikerjakan secara kebiasaan turun temurun. Hal ini karena terbatasnya kegiatan pelatihan bagi pertanian nilam. Datangnya penyakit layu daun dan permasalah ini sangat jauh dari jangkauan petani sehingga tidak ada pengendalian atau pengobatan yang dilakukan.

c. Tidak adanya PPL khusus untuk petani nilam

Sehingga ketika ada permasalahan seperti di atas, PPL kurang bisa memberi saran dikarenakan PPL bukan orang yang berkompeten akan hal itu. Masyarakat juga sangat kesulitan karena tidak adanya tenaga ahli untuk memperbaiki alat penyulingan nilam dan tidak ada bengkel untuk memperbaikinya.

d. Kurangnya tenaga kerja

Dengan wilayah pertanian yang sangat luas dan masih banyaknya potensi pembukaan lahan pertanian, tapi tenaga kerja masyarakat yang sangat minim untuk mengerjakan pengolahan lahan sehingga lahan yang bisa diolah juga cukup terbatas. Di Pakpak Bharat tidak ada traktor untuk pengolahan lahan dikarenakan topografi lahan yang cukup curam.

e. Harga nilam yang tidak stabil

Penurunan harga nilam yang sangat drastis dimulai tahun 2008 menyebabkan petani beralih ke usaha tani lain, seperti gambir. Adanya


(7)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

animo petani menanam nilam jika harga tinggi dan mata pencaharian petani berubah-ubah tidak hanya tegantung pada nilam. Hal ini mengakibatkan tidak kontinunya produk nilam yang dijual.

Pendekatan sistem dilanjutkan dengan evalusai terhadap tiga aspek yaitu aspek teknik, aspek sosial dan aspek akonomi. Hasil analisis ini diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam yang terdiri dari input, parameter rancangan sistem, output dan manajemen pengendalian sistem. Sistem ini di bagi dalam dua bagian yaitu sistem budidaya nilam dan sistem pengolahan hasil


(8)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

RIWAYAT HIDUP

CHRISTA GEMINI RAJAGUKGUK lahir di Lau Mil, Tigalingga pada tanggal 16 Juni 1985 dari Ayah Erpin Rajagukguk dan Ibu Norta Justina Sinaga. Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri No. 030311 Lau Mil, tahun 2001 lulus dari SLTP N 2 Tigalingga, tahun 2004 lulus dari SMU N 17 Medan dan diterima di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian) dan UKM KMK UP FP (Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Unit Pelayanan Fakultas Pertanian). Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PKS Sinar Langkat Perkasa, Langkat.


(9)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Ynag Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam di Kabupaten Pakpak Bharat (Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua serta keluarga besar yang selalu mendoakan penulis. Terima kasih kepada petani nilam, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan seluruh pihak di Kabupaten Pakpak Bharat yang telah memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini. Kepada sahabatku Dian, Damayanti, Kristina, Krisna, seluruh TEP angkatan 2004, adik kelompok dan teman kelompok yang telah memberikan dukungan moril selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2009


(10)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iii

RINGKASAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Batasan Penelitian ... 3

TINJAUAN LITERATUR ... 4

Tanaman Nilam ... 4

Pengolahan Lahan ... 5

Pembibitan ... 6

Penanaman ... 7

Penyulaman ... 7

Penyiangan ... 7

Pemangkasan... 8

Pemupukan... 8

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 9

Pembumbunan ... 9

Perajangan dan Pengeringan ... 9

Penyulingan Nilam ... 11

Mutu Minyak Nilam ... 13

Pengertian Sistem ... 14

Pemodelan Sistem ... 16

Pendekatan Sistem... 19

Metodologi Sistem ... 19

Demografi ... 21

METODOLOGI PENELITIAN ... 23

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

Alat dan Bahan Penelitian ... 23

Metode Penelitian ... 23

Prosedur Penelitian ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Menentukan Stakeholder Sistem ... 25

Formulasi Masalah Sistem ... 26

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe ... 28


(11)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pengolahan Lahan ... 29

Penanaman... 29

Penyulaman ... 30

Penyiangan ... 30

Pemupukan ... 30

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 31

Pemangkasan ... 31

Pembumbunan ... 31

Pemanenan ... 31

Pemasaran... 32

Kecamatan Kerajaan... 33

Kondisi Topografi ... 33

Pengolahan Lahan ... 34

Penanaman... 34

Penyulaman ... 35

Penyiangan ... 35

Pemupukan ... 35

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 36

Pemangkasan ... 36

Pembumbunan ... 36

Pemanenan ... 36

Pemasaran... 37

Produktifitas ... 38

Kondisi Alat Penyulingan Nilam ... 40

Evaluasi Aspek ... 42

Penyusunan Diagram Kotak Hitam ... 46

Sistem Budidaya Nilam ... 46

Sistem Pengolahan Minyak Nilam ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 55


(12)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

DAFTAR TABEL


(13)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

DAFTAR GAMBAR

1. Skema tataniaga pemasaran nilam ... 37

2. Produksi nilam di Kecamatan STTU Jehe ... 38

3. Produksi nilam di Kecamatan Kerajaan ... 39

4. Frekuensi umur petani di Kecamatan STTU Jehe ... 44

5. Frekuensi umur petani di Kecamatan Kerajaan ... 44

6. Frekuensi pendidikan di Kecamatan STTU Jehe ... 45

7. Frekuensi pendidikan di Kecamatan Kerajaan ... 45

8. Bantuan yang dibutuhkan petani... 46

9. Diagram kotak hitam sistem budidaya minyak nilam ... 51

10. Diagram kotak hitam sistem pengolahan minyak nilam ... 52

11. Varietas nilam Sidikalang ... 68

12. Bibit dan tanaman nilam yang ditumpang sari dengan jagung... 68

13. Daun nilam kering dan kayu bakar yang digunakan ... 68

14. Tungku dengan ketel air dan pipa uap air ... 69

15. Penutup ketel daun nilam dan Ketel nilam ... 69

16. Ketel daun dan pipa uap bercampur minyak ... 69

17. Bak pendingan dan pipa spiral ... 70


(14)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner budidaya tanaman nilam ... 55

2. Kuisioner pengolahan minyak nilam ... 57

3. Flowchart penelitian ... 59

4. Produksi nilam per tahun di Kecamatan STTU Jehe ... 60

5. Produksi nilam per tahun di Kecamatan Kerajaan... 60

6. Karakteristik petani sampel di Kecamatan STTU Jehe... 61

7. Rata-rata produksi nilam per petani sampel di Kecamatan STTU Jehe ... 62

8. Rata-rata pemakaian pupuk di Kecamatan STTU Jehe... 63

9. Karakteristik petani sampel di Kecamatan Kerajaan ... 64

10. Rata-rata produksi nilam per petani sampel di Kecamatan Kerajaan ... 65

11. Rata-rata pemakaian pupuk di Kecamatan Kerajaan ... 66

12. Bantuan yang dibutuhkan petani ... 67

13. Alat penyulingan nilam ... 67


(15)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nilam yang sering juga disebut Pogostemon patchouli Pellem merupakan tanaman yang belum begitu dikenal secara meluas oleh masyarakat. Nilam merupakan salah satu produk minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak atsirinya banyak diambil dari daunnya. Negara Indonesia telah mendapat sebutan produsen ‘patchouli sumatera’, karena sebagian besar tanaman nilam diusahakan oleh petani daerah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia mampu menghasilkan minyak nilam sekitar 90% dari kebutuhan dunia. Walaupun daunnya saat itu belum dapat diolah sendiri tapi tanaman ini telah menjadi barang dagangan yang menarik. Barulah pada awal tahun 1920 penyulingan minyak nilam dapat dilakukan sendiri. Namun kualitas nilam yang dihasilkan nilam masih rendah, karena sering didapati tercampur minyak nabati dari tanaman lain.

Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dari kandungan utamanya yaitu patchouli alcohol (C15H26) dan sebagai bahan

pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam juga digunakan sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetika (di antaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, sampo lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (di antaranya untuk essence atau penambah rasa), kebutuhan farmasi


(16)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

(untuk pembuatan obat antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflasi, antidepresi, antiflogistik, serta dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku

campound dan pengawetan barang, serta berbagai kebutuhan industri lainnya

(Mangun, 2006).

Sebagaimana kita ketahui bersama Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai ragam tanaman dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkembangkan potensi masyarakat dan petani yang dimilikinya sehingga bermanfaat bagi peningkatan taraf hidupnya. Di lain pihak, potensi dan kondisi ini dapat di arahkan menuju suatu ruang lingkup yang berbasis agroindustri dan agrobisnis. Selama ini daerah atau wilayah yang telah mengembangkan tanaman nilam seperti di Aceh (hampir seluruh wilayah), Sumatera Utara (Nias, Tapanuli dan Dairi), Bengkulu (daerah transmigrasi Kuro Tidur), Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat (Garut, Tasikmalaya, dan Majalengka, Jawa Tengah (Purwokerto, Purbalingga, Pemalang dan Banjarnegara), bahkan dapat dijumpai juga pada areal pemukiman transmigran di daerah Kalimantan Tengah (Pangkalan Bun). Namun pengelolaan perkebunan, proses penyulingan, dan mesin penyulingan yang digunakan masih bersifat tradisionil. Sementara itu, prospek usaha ini sangat memberikan suatu gambaran peluang mengenai keuntungan yang akan diraih dibandingkan jenis usaha perkebunan lain saat ini dan di masa mendatang (Mangun, 2006).

Penyebarluasan informasi pada petani nilam tentang bagaimana pengolahan minyak nilam masih kurang memadai. Permasalahan seperti ini masih jauh dijangkau petani karena masyarakat petani cenderung kurang aktif untuk belajar atau mencari informasi. Banyak petani masih beranggapan bahwa


(17)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

informasi pembangunan hanyalah milik agen pembangunan, sehingga para petani tetap miskin informasi. Penerbitan buku bertanam nilam termasuk salah satu penyebarluasan informasi yang dapat membantu para petani nilam dalam bercocok tanam dan memproduksi minyak nilam (Santoso, 1990).

Analisis adalah suatu proses berfikir. Tahap analisis ini nantinya akan memberikan pemahaman terhadap sistem yang berlaku dengan model sistem yang dibuat. Hasil analisis dapat berguna bagi manajemen sebagai bahan evaluasi dan pengawasan sistem pengolahan minyak nilam.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengolahan potensi minyak nilam dan masalah-masalah yang terjadi dalam proses pengolahan minyak nilam. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk melengkapi syarat melaksanakan ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian diharapkan berguna bagi penduduk desa di Kabupaten Pakpak Bharat.

3. Sebagai input informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Batasan Penelitian

Batasan ini diasumsikan mulai dari pengolahan lahan hingga menjadi minyak mentah yang siap untuk dijual.


(18)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Nilam

Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dalam bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun). Klasifikasi ilmiah dari nilam :

Regnum : Plantae

Division : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon cablin

Nama binomial : Pogostemon cablin Benth

Setiap jenis nilam memiliki kadar dan kualitas minyak berbeda-beda. Untuk mendapatkan jenis nilam yang memiliki kadar dan kualitas yang baik, kita akan mengidentifikasi ketiga jenis nilam sebagai berikut :

1. Pogostemon cablin

Menurut pengamatan para ahli, nilam jenis ini terdapat di Filipina, Brazillia, Malaysia, Paraguai, Madagaskar, dan Indonesia. Daunnya agak membulat seperti jantung, di bagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya nampak pucat. Nilam jenis ini tidak atau jarang


(19)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

sekali berbunga. Kadar minyaknya tinggi sekitar 2,5 sampai dengan 5% dan komposisi minyaknya bagus.

2. Pogostemon heyneanus

Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan-pekarangan rumah atau tempat-tempat yang jarang dijamah oleh manusia. Oleh karena itu sering disebut “Nilam Hutang”. Di Jawa, jenis nilam ini sering disebut “Nilam Jawa”. Daunnya lebih tipis daripada daun nilam jenis Pogostemon

cablin dan ujung daunnya agak runcing. Spesifikasi nilam jenis ini adalah

berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0,5 sampai dengan 1,5% dari berat daun kering. Komposisi minyak-minyaknya kurang baik.

3. Pogostemon hortensis

Nilam jenis ini dapat digunakan sebagai pengganti sabun, sehingga disebut “Nilam Sabun”. Bentuknya hampir sama dengan Pogostemon heyneanus. Daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan berbunga. Kadar minyaknya rendah yaitu 0,5 sampai dengan 1,5% dari berat daun kering dan komposisi minyaknya jelek

Santoso, (1990). Pengolahan Lahan

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200m di atas permukaan laut. Akan tetapi nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400m di atas permukaan laut. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab serta memerlukan curah hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam yang berkisar antara 2500-3500 mm/tahun dan


(20)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

merata sepanjang tahun. Sedangkan suhu yang baik untuk tanaman ini adalah 240C-280C dengan kelembaban lebih dari 75%. Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan oleh tanaman nilam. Pada tanah yang subur tersebut nilam dapat memberikan hasil yang sangat baik. Pada tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem drainase yang baik dan intensif karena jika air tergenang maka tanaman ini mudah terserang penyakit busuk akar yang disebabkan cendawan Phytoptora (Sudaryani dan Sugiharti ,1998).

Pengolahan lahan dapat dimulai 1-2 bulan sebelum tanam, dengan pencangkulan tanah sedalam ± 30cm. tujuan untuk pencangkulan selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur dan remah, sekaligus untuk membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma). Setelah tanah tersebut dicangkul, kemudian dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami nilam. Tanah bedengan tersebut dibiarkan selama 2 minggu, dan kemudian dicangkul lagi sampai terbentuk gumpalan-gumpalan tanah yang halus. Bersamaan dengan pencangkulan kedua ini, dapat sekaligus diberikan pupuk organis (pupuk kandang). Kebutuhan pupuk organis per hektar sebanyak 10-20 ton tergantung dari bahan organis pada tanah yang bersangkutan (Santoso, 1990).

Pembibitan

Nilam diperbanyak dari stek, yamg diambil dari batang atau cabang yang sudah mengayu dari bagian tengah tanaman yang belum terlalu lama, tetapi juga tidak muda lagi. Stek yang dipilih untuk bibit harus sehat dan bebas dari jenis tanaman yang produksinya tinggi. Stek harus dipotong sepanjang 15-23 cm. Stek harus ditanam di kebun yang sudah diolah tanahnya (Sudaryani dan Sugiharti ,1998).


(21)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Penanaman

Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari agar tanaman tidak layu. Dengan jarak tanaman sesuai dengan tingkat kesuburan dan jenis tanah.

- Dataran rendah yang tanahnya subur, jarak tanam 100x100cm, sedangkan pada tanah kandungan liatnya tinggi, jarak tanamnya 50x100cm.

- Pada tanah lipatit, jarak tanamnya 75x75 cm

- Pada tanah berbukit dengan mengikuti garis contour adalah 50x100cm atau 30x100cm

(Sudaryani dan Sugiharti ,1998).

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau layu agar jumlah tanaman sesuai target yang diinginkan. Bila umur tanaman telah mencapai 1 bulan dilakukan penyulaman (Mangun, 2005).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan. Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum berupa cangkul atau sabit. Sementara cara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan herbisida sesuai dosis berdasarkan pertimbangan jarak tanaman dan waktu penyemprotan (Mangun, 2005).


(22)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah umur tanaman 3 bulan. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas terhadap tanaman (Mangun, 2005).

Pemupukan

Selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman nilam, maka waktu pemberian dan dosis pemupukan susulan adalah sebagai berikut :

- umur 1 bulan : - 23-34,50 kg N/ha atau 50-75 kg Urea/ha - 10,50-15,75 kg N/ha atau 50-75 kg ZA/ha - 23-34,50 kg P2O5/ha atau 50-75 kg TSP/ha

- 13-26 kg K2O/ha atau 25-50 kg KCL/ha

- umur 3 bulan : - 11,50-23 kg N/ha atau 25-50 kg Urea/ha - 5,25-10,50 kg N/ha atau 25-50 kg ZA/ha - 6,50-13 kg K2O/ha atau 12,50-25 kg KCL/ha

- umur 5 bulan : - 11,50 kg N/ha atau 25 kg Urea/ ha - 5,25 kg N/ha atau 25 kg ZA/ha - 6,50 kgK2O/ha atau 12,50 kg KCL/ha

Selanjutnya, setiap habis panen tetap kita lakukan pemupukan yaitu : masing-masing sekitar 50-75 kg urea, ZA, TSP, dan KCL per hektarnya. Pupuk daun diberikan 2 kali sebulan yakni pada waktu tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan, dan setelah panen. Pupuk daun yang biasa digunakan : PPC sitozim, Gandasil D, Bayfolan, Atonik, dan sebagainya. (Santoso, 1990).


(23)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama penting yang sering menyerang tanaman nilam adalah sebagai berikut : ulat pemakan daun, belalang, walang sangit, wereng dan ulat penggulung daun. Pengendalian hama dapat dilakukan secara preventif, yakni dengan perbaikan kultur teknis (pergiliran tanaman, tumpang sari, dan teknis bertanam lainnya). Bila tingkat serangan dirasa masih awal dapat dikendalikan secara mekanis. Namun bila tingkat serangan sudah berada di atas ambang ekonomi, harus diberantas dengan insektisida, baik sebagai racun perit atau racun kotak. Selain hama , tanaman nilam juga mengalami gangguan penyakit seperti penyakit kusta dan penyakit mati bujang. Penyebab kedua penyakit ini belum jelas, maka teknik pengendaliannya masih dalam pengkajian, yakni dengan menyemprotkan fungisida atau nematisida. Selain itu, tanaman nilam yang diberi tanaman pelindung juga dapat mengakibatkan gulma. Penyiangan merupakan salah satu alternatif pengendaliannya. Di lain pihak, bila pertumbuhan gulma sudah dianggap serius, perlu dilakukan penyemprotan herbisida (Santoso, 1990).

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan setelah proses panen selesai. Cabang-cabang dan dahan serta ranting yang ditinggalkan sesudah panen yang letaknya dekat dengan tanah ditimbun setinggi 10-15 cm. dalam pembumbunan ini diharapkan terbentuk rumpun tanaman yang padat dengan beberapa anakan (Mangun, 2005).

Perajangan dan Pengeringan Nilam

Sebelum daun nilam dikeringkan sebelumnya panenan daun-daun nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm. Proses pengambilan atau peralatan yang


(24)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

digunakan dalam pengolahan minyak pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengolahan minyak atsiri lain. Selain umur petik daun yang tepat dan pelaksanaan pengambilan minyak melalui prosedur yang benar, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan mutu minyak nilam adalah penanganan pasca panen daun. Daun nilam yang akan diambil minyak atsirinya harus dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan daun perlu dilakukan secepatnya, yakni sebelum daun tersebut mengalami perubahan warna. Pengeringan sebaiknya tidak dilakukan terlalu cepat, tetapi juga tidak terlalu lambat. Pengeringan daun nilam yang terlalu cepat dapat mengakibatkan daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Sebaliknya bila pengeringan terlalu lambat, maka daun akan menjadi lembap dan timbul bau yang tidak disenangi akibat tumbuhnya jamur. Akhirnya, mutu minyak nilam yang dihasilkan menurun. Proses pengeringan daun nilam sebaiknya ditempuh melalui dua tahap agar nantinya bisa dihasilkan minyak nilam yang bermutu baik. Pengeringan bertujuan menguapkan air yang terdapat dalam daun. Kadar air daun terbaik yaitu sekitar 15%. Kedua tahap pengeringan daun nilam tersebut sebagai berikut :

- tahap pertama : daun nilam dikeringkan di panas matahari selama 5-6 jam atau dapat juga dengan menggunakan alat pengering buatan pada suhu 40-500 selama 4-5 jam.

- tahap ke dua : daun nilam selanjutnya dikering-anginkan dengan cara membuka semua jendela rumah pengeringan selama 2-3 hari hingga daun menjadi kering.


(25)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Penyulingan Nilam

Minyak atsiri yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat diperoleh melalui 3 cara, yaitu : pengempaan (expression), ekstraksi menggunakan pelarut (solvent

extraction), dan penyulingan (distillation). Penyulingan adalah salah satu cara

untuk mendapatkan minyak atsiri, dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan, atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Penyulingan ini sendiri masih dapat dipilah menjadi 3 cara, yaitu :

- Penyulingan dengan air

Menyuling minyak atsiri dengan air merupakan cara yang tertua. Bangsa Mesir dan India telah melakukan penyulingan dengan air ini. Sekarang pun masih dilakukan terutama oleh petani tradisionil. Prinsip kerja penyulingan dengan air ini adalah sebagai berikut : ketel penyulingan diisi air sampai volumenya hampir separoh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan ke dalam ketel penyulingan. Dengan demikian penguapan air dan minyak atsiri berlangsung bersamaan. Cara penyulingan seperti ini sering disebut : penyulingan langsung (direct distillation). Bahan baku yang digunakan biasanya dari bunga atau daun yang mudah bergerak di dalam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air. Penyulingan secara sederhana ini sangat mudah dilakukan, dan tidak perlu modal yang banyak. Namun, kualitas minyak yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan.


(26)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

- Penyulingan dengan air dan uap

Penyulingan minyak atsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun lebih baik. Prinsip kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut : ketel penyulingan diisi air sampai pada batas saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Maka, cara penyulingan semacam ini disebut : penyulingan tidak langsung (indirect distillation). Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dari air. Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh para petani atsiri. Produk minyak yang dihasilkannya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaannya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori eksport.

- Penyulingan langsung dengan uap

Penyulingan minyak atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya yang cukup besar. Karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian besar peralatan terbuat dari stainless steel (SS) dan mild steel (MS). Walaupun memerlukan biaya yang besar, kualitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh lebih sempurna. Prinsip kerja alat penyulingan seperti ini hampir sama dengan cara menyuling dengan air dan uap (indirect distillation), namun antar ketel uap dan ketel penyulingan harus


(27)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi pengembunan sehingga uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Cara ini biasanya digunakan oleh perusahaan atau perorangan yang kaya. Karena membutuhkan modal yang besar. Kualitas produk minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan ke dua cara yang lainnya, sehingga harga jualnya pun jauh lebih tinggi

(Santoso, 1990).

Mutu Minyak Nilam

Standart mutu minyak nilam yang selama ini diberlakukan di Indonesia menurut SP-6-1975 dan revisi bulan Maret 1982 adalah sebagai berikut :

- warna : kuning muda sampai cokelat tua - bobot jenis pada 250C : 0,943-0,983 - bilangan asam : maksimum 5% - bilangan ester :10%

- zat asing (lemak, minyak kruing, alkohol tambahan, dan minyak mineral : negatif (tidak nyata)

- kelarutan dalam etanol 90% : larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1-1- bagian.

- rekomendasi bau : segar, khas minyak nilam - rekomendasi putaran optic : (-47)-(-66).


(28)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Adapun kemasan yang diharuskan untuk wadah minyak nilam adalah botol kaca, drum timah putih, atau drum lapis timah putih. Kemasan besi galvanis bisa pula digunakan kalau masa penyimpanan atau pengangkutan memerlukan waktu lama (Lutony dan Rahmawati, 2002).

Pengertian Sistem

Dari segi etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “systema”, yang dalam bahasa inggris dikenal dengan “system”, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

Menurut filsuf Stoa bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem (Vaja, 2007).

Selain klasifikasi sistem sebagai entitas dan sebagai metode, terdapat pula klasifikasi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Davis (1993), sebagai berikut :

1. Sistem abstrak dan sistem fisik

Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh : sistem teologi tentang Ketuhanan. Sistem fisik adalah sistem yang teraga, mewujud, dapat dilihat misalnya sistem transportasi.


(29)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Sebuah sistem tertutup adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi atau energi dengan lingkungannya, dikenal sebagai mandiri (self contained). Contoh : reaksi kimia di dalam sebuah tabung berisolasi dan tertutup. Sistem terbuka adalah sistem yang mewadahi pertukaran informasi, materi atau energi dengan lingkungannya, memiliki sifat adaptasi atau dapat menyesuaikan terhadap perubahan dalam lingkungannya. Contoh : sistem biologis seperti manusia.

3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik

Sebuah sistem deterministik beroperasi dalam cara yang diramalkan secara tepat. Sistem probabilistik adalah sistem yang tidak dapat dipastikan secara ekstrak keluaran yang dihasilkan

(Budihardjo, 1995).

Agar dapat diketahui apakah sesuatu itu termasuk sistem atau bukan, dapat diidentifikasi ciri-ciri yang dimilikinya sebagai berikut :

1. pada hakikatnya sistem ini bersifat terbuka, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

2. setiap sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem, dan setiap subsistem terbentuk dari beberapa subsistem yang lebih kecil.

3. antar subsistem terjalin saling ketergantungan, dalam arti bahwa satu subsistem membutuhkan masukan (input) dari subsistem lain dan keluaran (output) dari subsistem tersebut diperlukan sebagai masukan bagi subsistem yang lain lagi.

4. setiap sistem memiliki kamampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, melalui mekanisme umpan balik (feedback).


(30)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

5. setiap sistem mempunyai keandalan dalam mengatur diri sendiri (self

regulation).

6. setiap sistem mempunyai tujuan atau sasaran tertentu yang ingin dicapai. (Awad, 1979 dalam Budihardjo, 1995).

Mengenai tujuan sistem, dapat disebutkan bahwa pada umumnya tujuan sistem adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang berharga, memiliki nilai, dengan memadukan berbagai macam bahan atau masukan dengan suatu cara tertentu (Amirin, 1993 dalam Budihardjo, 1995).

Pemodelan Sistem

Pemodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling” untuk menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka pemodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model. Sebagai landasan pengertian pemodelan diperlukan suatu penelaahan tentang model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem (Eriyatno, 2003).

Menurut Whitten, dkk (2004) model dapat dibuat pada sistem yang sudah ada sebagai cara untuk memahami sistem tersebut dengan lebih baik. Salah satu jenis model logika adalah pemodelan proses. Model proses yang paling sederhana didasarkan pada input, output, dan sistem itu sendiri yang ditampilkan pada proses.

Obyek-obyek merupakan komponen dari sebuah sistem. Dipandang dari sudut pandang statik, maka obyek suatu sistem berupa bagian-bagian dari sistem tersebut. Akan tetapi dipandang dari segi pandangan fungsional, objek-objek suatu sistem adalah fungsi-fungsi dasar yang dilaksanakan oleh bagian dari


(31)

sistem-Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

sistem tersebut. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek-objek dari sesuatu sistem adalah :

- Masukan (inputs) - Proses (process) - Keluaran (outputs)

- Pengawasan/pengendalian feedback (feedback control)

Input yang masuk ke dalam suatu sistem dapat berupa : zat, energi, manusia, atau informasi. Ia merupakan kekuatan yang menggerakkan yang memberikan kepada sistem yang bersangkutan, apa yang diperlukannya untuk beroperasi. Sistem-sistem dapat memiliki banyak input, yang semuanya merupakan output dari sistem-sistem lain. Kadang-kadang input diklasifikasikan orang dalam tiga kategori dasar yaitu input seri (serial input), output acak (random output) dan umpan balik (feedback input).

Proses pada suatu sistem merupakan aktivitas yang mentransformasikan input menjadi output. Dengan demikian dapat berupa sebuah mesin, sebuah komputer, sebuah bahan kimia atau peralatan.

Output seperti halnya input, dapat berupa produk-produk, jasa-jasa, informasi seperti misalnya sebuah printout komputer, atau energi seperti misalnya output sebuah perusahaan hidroelektrik. Output merupakan hasil-hasil pengoperasian dari proses-proses, atau dengan perkataan lain tujuan adanya sistem yang bersangkutan..

Umpan balik adalah parameter yang berkaitan dengan unsur output yang dikembalikan kepada input. Feedback sebagai parameter merupakan sebuah


(32)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

integral dari setiap sistem, yang perlu dipertimbangkan secara simultan dengan ketiga parameter lainnya, yakni :input-proses-output.

Hubungan-hubungan merupakan menghubungkan obyek-obyek. Pada sistem-sistem kompleks di mana masing-masing obyek atau parameter merupakan sebuah sistem, hubungan-hubungan adalah ikatan yang menyatukan subsistem-subsistem tersebut. Atribut-atribut merupakan sifat dari obyek-obyek dan hubungan-hubungan. Mereka memanifestasikan sesuatu yang dikenal, diobservasi, atau yang diintroduksi di dalam sebuah proses.

Setiap sistem memiliki hal yang internal baginya, dan pula eksternal baginya. Apa yang bersifat eksternal bagi sistem tersebut hanya berkaitan dengan lingkungannya, dan bukan dengan sistem itu sendiri. Lingkungan sebuah sistem tidak hanya mencakup apa saja yang berada di luar kendali lengkap sistem tersebut. Tetapi pada saat yang sama, ia juga mendeterminasi dengan cara tertentu performa sistem tersebut. Mengingat bahwa lingkungan berada di luar sistem yang ada, maka berarti bahwa sistem tersebut tidak dapat mengendalikan secara langsung, perilaku lingkungan tersebut.

Hal-hal yang berkaitan erat dengan lingkungan adalah batas-batas sistem. Batas-batas memisahkan sistem yang ada dengan lingkungannya. Kita perlu mengingat bahwa batas-batas sebuah sistem bersifat elastis, dalam arti bahwa kita kadang-kadang dapat mengekspansi batas-batas tersebut, hingga dengan demikian kondisi ini, sistem tersebut “mengambil alih” sebagian dari lingkungan yang mengelilinginya, atau kita dapat mengkontraksi batas-batas sebuah sistem, dengan akibat bahwa sebagian dari elemen sistem “ditolak” ke luar, dan menjadi bagian dari lingkunganya (Nisjar dan Winardi, 1997).


(33)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara sistematik dan menyeluruh untuk memecahkan masalah yang melibatkan suatu sistem. Ini adalah suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks (Khisty dan Lall, 2005).

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu proses suatu operasi dari sistem dianggap efektif. Metode penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem tersebut (Eriyatno, 1999).

Metodologi Sistem

Metodologi sistem mempunyai tujuan untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi. Tahap ini dimulai sesuatu yang primitif, yaitu mengerti akan adanya kebutuhan sistem yang harus dicukupi. Suatu analisa yang dilakukan secara hati-hati terhadap kebutuhan dilanjutkan dengan menentukan hal-hal yang harus dikerjakan, dalam bentuk suatu operasi yang dapat bermanfaat. Pada dasarnya yang dinyatakan sebagai analisa kebutuhan adalah segala keinginan sumber-sumber yang terseleksi dan dapat digunakan. Pada tahap ini tersusun suatu pernyataan masalah yang harus diselesaikan oleh sistem yang telah dirancang dan atau dikelola. Hasil dari tahap evaluasi adalah satu set alternatif dari kebutuhan yang telah diidentifikasi.


(34)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis meliputi : 1. analisa kebutuhan, 2. identifikasi sistem, 3. formulasi masalah, 4. pembentukan alternatif sistem, 5. determinasi dari realisasi fisik, sosial, ekonomi dan politik, 6. penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (financial). Analisa sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran utama untuk mengembangkan ataupun memodifikasi sistem tersebut. Dengan kata lain, sistem analisa melibatkan penyelidikan dan disain sistem dalam urutan untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan sangat sukar dikerjakan terutama dalam menentukan dari sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang ada mana kebutuhan yang dapat dipenuhi (Khisty dan Lall, 2005).

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat (causal-loop). Yang penting di dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (blackbox diagram) (eriyatno,1999).

Formulasi permasalahan mempunyai tujuan untuk mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya. Para pemecah masalah telah belajar untuk benar-benar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan


(35)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah gejala dari masalah yang berbeda, yang mendalam dan mendasar. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah lain (Whitten, dkk, 2004).

Dalam formulasi masalah yang lebih utama adalah untuk mengetahui masalah yang ada pada suatu sistem. Kesulitan akan dialami untuk menyelesaikan permasalahan tersebut jika kita tidak tahu pangkal permasalahannya. Tujuan dari tahap ini bukan untuk menjawab permasalahan yang ada tapi untuk memperlihatkan apa sesungguhnya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah (Davis, 1983).

Demografi

Kata Demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti ’Demos’ adalah rakyat atau penduduk dan ’Grafein’ adalah menulis. Jadi Demografi adalah tulisan atau karangan mengenai penduduk. Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Stuktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Stuktur ini berubah-ubah yang disebabkan oleh proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Selain ketiga faktor tersebut struktur penduduk ditentukan juga oleh faktor yang lain misal perkawinan, perceraian


(36)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

NO KOMPONEN SISTEM URAIAN

A INPUT SISTEM

A.1 Input lingkungan sistem

(eksogenus)

1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak

dipengaruhi sistem

2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah.

A.2 Input yang endogen (yang

terkendali dan tidak terkendali)

1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem

dalam pengoperasiannya.

A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja

sistem selama pengoperasian

3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal, dan informasi.

A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem

2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenus)

karena disiapkan oleh perancang

B OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh

sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

B.2 Output yang tak dikehendaki 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

2. Selalu diidentifikasi dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang

dikehendaki.

C PARAMETER

RANCANGAN SISTEM

1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem

2. Merupakan peubah keputusan penting bagi

kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan

2. Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan yang berubah-ubah

3. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas tersendiri untuk diidentifikasi

D MANAJEMEN

PENGENDALI

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.


(37)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat (Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan) dan mulai dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2009.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. data primer yaitu data-data yang diperoleh dari petani sampel

2. data sekunder yaitu data-data yang diperoleh selain dari petani sampel Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. alat tulis 2. kamera photo 3. komputer

Metode Penelitian

Metode penelitian ini akan menggunakan pendekatan sistem yang bersifat menggali informasi dan pengetahuan dari seluruh pihak yang terkait dengan cara melakukan penyebaran kuisioner, wawancara, dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholder-stakeholder pada sistem usaha tani nilam 2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder pada sistem


(38)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada sistem tersebut 4. Menentukan ruang lingkup dari permasalahan yang ada

5. Mengevaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap penting di dalam identifikasi sistem yaitu aspek teknis, aspek sosial dan ekonomi.

6. Menyusun ke dalam diagram kotak hitam (balckbox diagram) sebagai hasil dari identifikasi.


(39)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menentukan Stakeholder Sistem

Whitten, dkk (2004) mendefinisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar. Semua stakeholder yang terkait dalam sistem usaha tani nilam mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing stakeholder terhadap sistem tersebut.

Pelaku-pelaku sistem yang termasuk di dalam sistem usaha tani nilam antara lain :

e. Petani (kelompok tani)

Adapun kebutuhan-kebutuhan petani adalah :

• Modal yang besar untuk memulai usaha tani nilam

• Harga nilam yang stabil

• Adanya penyuluhan yang mendalam dan menjawab permasalahan mengenai budidaya (penyakit, pemupukan, dll) juga mengenai perawatan alat penyulingan nilam.

• Tenaga kerja (teknologi) untuk mempercepat proses kerja dalam pengolahan lahan.

• Produktifitas yang tinggi

• Tenaga ahli dalam menolong masyarakat untuk menggunakan dan merawat alat penyulingan.


(40)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

f. Petani penyuluh pertanian (PPL)

Adapun kebutuhan-kebutuhan dari petani penyuluh lapangan adalah : Pelatihan-pelatihan baik tentang bagaimana menghadapi masyarakat maupun mengenai pertanian yang mayoritas digeluti masyarakat (usaha tani nilam, gambir, kopi dll.)

g. Pengumpul

Adapun kebutuhan-kebutuhan dari pengumpul adalah :

• Adanya produk yang kontinu dan kualitas terjamin

• Harga yang stabil

h. Pemerintah (dinas yang terkait)

Adapun kebutuhan-kebutuhannya adalah :

Training untuk membangun sarana dan prasarana pendukung pengembangan pertanian

Formulasi Masalah Sistem

Beberapa masalah yang dapat diformulasikan pada sistem adalah : f. Kurangnya modal

Usaha tani nilam membutuhkan modal yang cukup besar untuk pengerjaan lahan, pembibitan, pemupukan pengendalian hama dan untuk pengolahan daun nilam menjadi minyak nilam. Petani nilam memiliki modal yang sangat terbatas.

g. Minimnya pemahaman tentang pertanian nilam

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu wilayah yang sangat berpotensi untuk pertanian nilam dilihat dari topografi dan luasnya wilayah tapi masyarakat masih kurang memahami secara teoritis tentang


(41)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

bagaimana sesungguhnya bertani nilam yang baik. Pertanian nilam masih dikerjakan secara kebiasaan turun temurun. Hal ini karena terbatasnya kegiatan pelatihan bagi pertanian nilam.

Hal ini terlihat ketika beberapa tahun terakhir, munculnya penyakit layu daun dan masyarakat tidak mengetahui cara pengendalian sama sekali. Saat ini petani hanya memotong atau mencabut bagian yang terkena penyakit, hal ini kurang efektif karena penyakit tersebut cenderung menyerang tanaman nilam yang lain.

h. Tidak adanya PPL khusus untuk petani nilam

Sehingga ketika ada permasalahan seperti di atas, PPL kurang bisa memberi saran dikarenakan PPL bukan orang yang berkompeten akan hal itu. Masyarakat juga sangat kesulitan karena tidak adanya tenaga ahli untuk memperbaiki alat penyulingan nilam dan tidak ada bengkel untuk memperbaikinya.

i. Kurangnya tenaga kerja

Dengan wilayah pertanian yang sangat luas dan masih banyaknya potensi pembukaan lahan pertanian, tetapi tenaga kerja masyarakat yang sangat minim untuk mengerjakan pengolahan lahan sehingga lahan yang bisa diolah juga cukup terbatas. Di Kabupaten Pakpak Bharat tidak ada traktor untuk pengolahan lahan dikarenakan topografi lahan yang cukup curam. j. Harga nilam yang tidak stabil

Penurunan harga nilam yang sangat drastis dimulai tahun 2008 menyebabkan petani beralih ke usaha tani lain, seperti gambir. Adanya animo petani menanam nilam jika harga tinggi dan mata pencaharian


(42)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

petani berubah-ubah tidak hanya tergantung pada nilam. Hal ini mengakibatkan tidak kontinunya produk nilam yang dijual.

Di bulan Maret-April petani menjual nilam dengan harga Rp 260.000-Rp 310.000/ Kg.

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU Jehe) Kondisi Topografi

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe terletak diantara Lintang Utara 2,250 -2,450 dan Bujur Timur 960-970, berada pada ketinggian 650-950 meter diatas permukaan laut. Luas wilayahnya adalah 473,62 km2, dengan suhu udara subtropis atau sedang dan curah hujan 2500-3000 mm/tahun. Batas-batas wilayah yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kecamatan Lae Parira

Kecamatan Sidikalang.

Sebelah Selatan : Kecamatan Salak dan Kerajaan Sebelah Timur : Kecamatan Kerajaan

Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Singkil

Propinsi Nangroe Aceh Darussalam

Kecamatan STTU Jehe terdiri dari 10 (sepuluh) desa, yaitu 1. Desa Kaban Tengah, 2. Desa Bandar Baru, 3. Desa Tanjung Meriah, 4. Desa Tanjung Mulia, 5. Desa Simberuna, 6. Desa Perolihen, 7. Desa Maholida, 8. Desa Malum, 9. Desa Perjaga, dan 10. Desa Mbinalum.


(43)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pengolahan Lahan

Menurut Sudaryani dan Sugiharti (1998) tanaman nilam berproduksi secara optimum apabila ditanam pada lahan dengan ketinggian 10-400 dpl, beriklim panas, curah hujan antara 2.500-3.500 mm/tahun, suhu ideal antara 24-280C dengan kelembapan di atas 75%.

Lahan diolah dengan mengunakan cangkul, kemudian petani menaburkan kompos setelah 1-2 minggu dengan rata-rata pemberian 0,05-0,625 kg/m2, tapi ada juga petani yang tidak memberikan kompos hal ini dikarenakan lahan tersebut baru dibuka jadi petani beranggapan lahan tersebut masih kaya akan unsur hara sisa pembusukan daun-daun selama bertahun dan ada juga karena masyarakat tidak mempunyai modal. Menurut Santoso (1990) pemberian kompos sebagai pupuk dasar bertujuan untuk membuat struktur tanah menjadi remah dan gembur, pemberian pupuk kandang sekitar 10-20 ton/ha. Kepemilikan lahan untuk usaha tani nilam di daerah ini yaitu 0,12 ha-2.5 ha/KK.

Pada umumnya masyarakat membuat bedengan dengan ukuran yang tidak terlalu diperhatikan, hanya perkiraan saja. Tanaman nilam tidak menghendaki adanya air tergenang, untuk itu perlu adanya bedengan.

Penanaman

Penanaman harus dilakukan pada musim penghujan karena nilam sangat membutuhkan air semasa pertumbuhannya. Bibit biasanya diperoleh dari tanaman sebelumnya, yang dibeli seharga Rp 100/ batang. Bisa dikatakan pengambilan bibit seperti ini sangat asal-asalan. Bibit ini tidak terjamin kualitasnya dan kondisi kesehatannya. Oleh karena itu tidak heran jika nilam yang ditanam oleh petani sering terserang oleh penyakit.


(44)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Bibit itu sebagian dipolybag terlebih dahulu tapi kebanyakan petani menanam secara langsung, tanpa disemai atau dipolybag. Varietas nilam yang ada pada petani saat ini adalah nilam Sidikalang.

Jarak tanam diperkirakan saja dengan jarak 30cm x 30cm, 30cm x 50cm, 30cm x 100cm, tapi petani sering mengatakan bahwa dalam 1 meter terdapat 3 tanaman.

Penyulaman

Istilah dalam petani sering disebut ‘penyisipan’ yaitu menyisipkan tanaman untuk mengganti tanaman yang mati. Tanaman yang mati bisa dilihat setelah 2-4 minggu dan langsung bisa disisip, dengan teknik yang sama seperti penanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membuang tanaman pengggangu dilakukan pada umur 3 bulan, penyiangan bisa 1- 3 kali selama umur produktif tanaman dan biasanya menggunakan cangkul.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah penyiangan, pupuk yang sering digunakan masyarakat adalah kompos, Urea, Ponska 1515, ZA, KCL, SS, dan SP 36 dengan rata-rata penggunaan yang sangat kecil. Pemupukan hanya dilakukan sekali karena umur produktif tanaman yang hanya 1 tahun (2 kali panen). Menurut Santoso (1999) pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali sebelum panen yang pertama. Pemupukan I pada umur 1 bulan rata-rata pemberian pupuk Urea 50-75 kg/ha, ZA 50-75 kg/ha, TSP 50-75 kg/ha dan KCL 25-50 kg/ha. Pemupukan II


(45)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

dan III masing-masing pada umur 3 bulan dan 5 bulan dengan rata-rata pemberian setengah dari jumlah pemupukan yang I. Pemupukan dilakukan lagi 2-4 minggu setelah pemanenan selama masa produktif.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hampir tidak ada petani yang menggunakan obat-obatan untuk pengendalian hama dan penyakit, hal ini karena masyarakat tidak tahu obat-obatan apa yang harus digunakan jika penyakit tertentu datang. Penyakit yang sering menyerang yaitu penyakit layu daun yang muncul pada umur 4 bulan. Saat ini petani hanya mencabut atau memotong tanaman yang terserang tapi hal ini kurang efektif karena penyakit akan menyerang tanaman yang lain atau bagian yang lain. Obat-obatan yang pernah digunakan oleh petani yaitu Drusbun.

Pemangkasan

Tidak ada dilakukan karena masyarakat meyakini bahwa lebih banyak daun lebih baik walaupun terkadang banyak yang saling mengganggu untuk memperoleh sinar matahari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan setelah pemanenan tetapi dilakukan sekaligus penyiangan kedua, jadi hampir tidak diperhatikan berapa tinggi tanah yang harus ditimbun.

Pemanenan

Umur panenan nilam yang pertama setelah 6 bulan dengan menggunakan pisau tajam. Jarak pemanenan itu sekitar 25-40 cm dari tanah. Petani tidak ada


(46)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

melakukan perajangan hanya mematah-matahkan daun dengan tangan sepanjang ± 10 cm. Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan menggelar di atas tikar. Petani mengenali daun yang sudah bisa disuling dari kerapuhan dan warna hitam kecoklatan atau setelah dikeringkan selama 2-3 hari di bawah matahari yang cukup terik. Daun yang sudah kering biasanya dibiarkan selama semalam sebelum disuling.

Alat penyulingan yang digunakan masyarakat yang modern merupakan hasil sumbangan pemerintah berkapasitas 300 kg dengan waktu penyulingan 10 jam. Pada umumnya masyarakat kurang mengetahui cara kerja alat tersebut, petani hanya melakukan penyulingan berdasarkan kebiasaan seperti telah diajarkan oleh teknisi yang pernah memperkenalkan alat tersebut kepada masyarakat.

Penyuluhan pernah dilakukan sebanyak 2 kali, dan pengawasan juga pernah dilakukan tapi hanya 2-3 kali di awal pengenalan alat.

Petani dikenakan biaya untuk penyulingan sebesar Rp 30.000/suling. Penyulingan membutuhkan kayu bakar sebanyak 3 kubik/suling dengan harga Rp75.000-Rp100.000/kubik.

Pemasaran

Sistem pemasaran minyak nilam di kecamatan ini masih tradisionil. Dari produsen (petani) dibeli oleh pedagang pengumpul di kecamatan kemudian dijual kepada pedagang besar dan kemudian di jual ke eksportir dalam negeri dan akhirnya kepada importir luar negeri. Rantai pemasaran terlalu panjang sehingga kurang menguntungkan petani produsen. Sejauh ini tanggapan pengumpul terhadap kualitas minyak nilam cukup bagus karena pembeli sendiri mempunyai


(47)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

alat penguji ketika melakukan pembelian minyak. Harga nilam di masyarakat pada bulan Maret- April yaitu Rp260.000-Rp310.000/Kg.

Kecamatan Kerajaan Kondisi Topografi

Kecamatan Kerajaan dengan ibukotanya Sukaramai terletak di antara Lintang Utara 980-98,30 dan Bujur Timur 250-300. Dengan luas wilayah 147,61 km2 yang terletak 700-1.400 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah yaitu,

Sebelah Utara : Kabupaten Dairi Sebelah Timur : Kecamatan Tinada

Sebelah Selatan : Kecamatan Pergetteng-getteng sengkut Sebelah Barat : Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

Kecamatan ini terdiri dari 10 desa yaitu Majanggut I, Majanggut II, Pardumuan, Perpulungan, Kutasaga, Kutadame, Kuta Mariah, Sukaramai, Surung Mersada dan Perduhapen. Pada umumnya daerah ini berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi antara 700-1.400 m sehingga terjadi iklim hujan tropis yang dipengaruhi angin musim. Kondisi topografi sebagai berikut :

- Datar : 1.824 ha - Berombak : 1.520 ha - Bergelombang : 7.904 ha - Curam : 912 ha - Terjal : 18.240 ha


(48)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Iklim di kecamatan ini tidak menentu adakalanya musim penghujan dan adakalanya musim kemarau. Musim penghujan biasanya pada bulan Januari, Maret, dan Juli-Desember setiap tahunnya. Pada umumnya kecamatan ini mempunyai udara yang dingin hanya sebagian kecil desa yang udaranya agak panas yaitu Majanggut II (Kuta Liang).

Pengolahan lahan

Lahan diolah dengan mengunakan cangkul, kemudian petani menaburkan kompos setelah 1-2 minggu dengan rata-rata pemberian 0,01-0,01667 kg/m2, hampir semua masyarakat menggunakan kompos. Hal ini karena masyarakat diberi penyuluhan tentang pertanian nilam di tahun 2006. Luas nilam di Kecamatan Kerajaan masih sempit karena masyarakat rata-rata masih baru memulai penanaman nilam sejak tahun 2006 yaitu 0,12-0,5 ha/KK.

Pada umumnya masyarakat tidak membuat bedengan karena menurut mereka tidak terlalu berpengaruh karena lahan yang cukup miring sehingga kemungkinan air tergenang kecil.

Penanaman

Penanaman harus dilakukan pada musim penghujan, dan bibit biasanya diperoleh dari tanaman sebelumnya, yang dibeli seharga Rp 100/ batang.

Bibit itu ada sebagian dipolybag terlebih dahulu tapi kebanyakan petani menanam secara langsung, tanpa disemai atau dipolybag. Varietas nilam yang ada pada petani saat ini adalah nilam Sidikalang karena pembibitan selalu diambil dari tanaman sebelumnya milik sendiri atau dari sesama petani.


(49)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Jarak tanam diperkirakan saja dengan jarak 30cm x 30cm, 30cm x 50cm, 30cm x 100cm, tapi petani sering mengatakan bahwa dalam 1 meter terdapat 3 tanaman.

Penyulaman

Istilah dalam petani sering disebut ‘penyisipan’ yaitu menyisipkan tanaman untuk mengganti tanaman yang mati. Tanaman yang mati, bisa dilihat setelah 2-4 minggu dan langsung bisa disisip, dengan teknik yang sama seperti penanaman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membuang tanaman pengggangu dilakukan pada umur 3 bulan, penyiangan bisa 1- 3 kali selama umur produktif tanaman. Teknisnya biasanya dengan menggunakan cangkul. Petani tidak pernah menggunakan bahan kimia dalam proses penyiangan karena bahan kimia tersebut bisa merusak tanaman nilam.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah penyiangan, pupuk yang sering digunakan masyarakat adalah kompos/dolomit, Urea, TSP, KCL, SS, dan SP 36. dengan rata-rata penggunaan yang sangat kecil. Pemupukan hanya dilakukan sekali karena umur produktif tanaman yang hanya 1 tahun (2 kali panen).


(50)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Petani tidak ada yang menggunakan obat-obatan untuk pengendalian hama dan penyakit, hal ini karena masyarakat tidak tahu obat-obatan apa yang harus digunakan jika penyakit tertentu datang.

Pemangkasan

Tidak ada dilakukan karena masyarakat meyakini bahwa lebih banyak daun lebih baik walaupun terkadang banyak yang saling menggangu untuk memperoleh sinar matahari.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan setelah pemanenan tetapi dilakukan sekaligus penyiangan kedua, jadi hampir tidak diperhatikan berapa tinggi tanah yang harus ditimbun.

Pemanenan

Umur panenan nilam yang pertama setelah 7-8 bulan dengan menggunakan pisau tajam. Jarak pemanenan itu sekitar 10-30 cm dari tanah. Petani tidak ada melakukan perajangan hanya mematah-matahkan daun dengan tangan sepanjang ± 10 cm. Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari yang digelar di atas tikar. Petani mengenali daun yang sudah bisa disuling dari kerapuhan dan warna hitam kecoklatan atau setelah dikeringkan selama 2-3 hari di bawah matahari yang cukup terik. Daun yang sudah kering biasanya dibiarkan selama semalam sebelum disuling.

Alat penyulingan yang digunakan masyarakat yang modern merupakan hasil sumbangan pemerintah berkapasitas 100 kg dengan waktu penyulingan 6-8


(51)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

jam. Penyuluhan pernah dilakukan sebanyak 2 kali tapi hanya kepada ketua kelompok tani dan pengawasan juga pernah dilakukan 2-3 kali di awal pengenalan alat.

Petani dikenakan biaya untuk penyulingan sebesar 1 ons minyak/suling dengan biaya operator Rp30.000/suling. Operator itu sendiri adalah ketua kelompok tani yang ikut dalam penyuluhan tentang alat tersebut, tapi masyarakat yang sudah paham menggunakan alat tersebut tidak perlu meminta diawasi oleh operator. Penyulingan membutuhkan kayu sebanyak 1-1,5 kubik/suling dengan harga Rp60.000-Rp75.000/kubik.

Pemasaran

Saat ini petani masih menjual di kalangan pengumpul walaupun ada juga petani yang langsung menjual ke pedagang besar. Harga nilam di masyarakat pada bulan Maret-April yaitu Rp260.000-Rp310.000/Kg. Rantai pemasaran masih cukup panjang, dapat dilihat pada skema di bawah ini

Gambar 1. Skema tataniaga pemasaran nilam Petani

(Produsen)

Pedagang Pengumpul Pedagang Besar


(52)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Dalam sistem tataniaga ini, petani menjual minyak nilam mereka kepada pedagang pengumpul atau pedagang besar yang ada di desa. Lalu pedagang akan menjual minyak nilam tersebut kepada eksportir.

Produktifitas

Produktifitas nilam diukur dari banyaknya produksi minyak tiap tahunnya dari tiap lokasi. Petani melakukan pengolahan daun nilam hingga menjadi minyak untuk mendapatkan nilai jual lebih. Baik menggunakan alat suling modern maupun alat suling tradisional. Produktifitas nilam sendiri dipengaruhi oleh luas lahan, kondisi lahan, teknik budidaya dan teknik pengolahan daun nilam.

Analisis produktifitas dilakukan dengan menggunakan data produksi nilam selama 6 tahun dari tahun 2003-2008. Tabel di bawah ini menunjukkan data produktifitas nilam di Kecamatan STTU Jehe dan Kecamatan Kerajaan. Tabel tersebut menunjukkan perubahan produktifitas nilam di dua tempat tersebut tidak berbeda jauh.

0 20 40 60 80 100 120 140 160

2003 2004 2005 2006 2007 2008

TAHUN

P

RO

DUK

S

I

Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)


(53)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

0 5 10 15 20 25 30

2003 2004 2005 2006 2007 2008

TAHUN

PR

OD

U

KSI

Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Gambar 3. Produksi nilam di Kecamatan Kerajaan

Pada tahun 1998/1999 harga minyak nilam naik dengan drastis mencapai harga Rp 1.000.000, harga ini bertahan hingga tahun 2003. Dengan kondisi harga yang melambung tinggi tersebut banyak petani nilam bahkan masyarakat non petani berbondong-bondong menanam nilam. Perkembangan areal yang semakin besar di tahun 2005-2007 tidak secara signifikan menambah produktifitas karena tidak didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tersebut. Teknik budidaya yang kurang baik membuat produktifitasnya hampir sama setiap tahunnya. Salah satunya adalah pengambilan bibit yang asal-asalan, tanpa memperhatikan kesehatan bahkan ketahanannya terhadap penyakit. Tidak adanya pemberian obat-obatan sehingga tanaman mudah diserang oleh hama dan penyakit.

Pada tahun 2008 terjadi penurunan luas areal di Kecamatan STTU Jehe tetapi meningkat dalam jumlah produktifitas. Sedangkan di Kecamatan Kerajaan luas areal meningkat tinggi tetapi menurun dari segi jumlah produk hal ini


(54)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

disebabkan adanya penyakit yang menyerang. Penyakit itu menyerang hampir seluruh tanaman nilam.

Kondisi Alat Penyulingan Nilam

Alat penyulingan pada masyarakat ada 2 jenis alat suling tradisional dan alat suling modern.

Alat suling tradisional merupakan alat yang dibuat oleh masyarakat sendiri terbuat dari drum bekas, dengan tipe alat penyulingan dengan uap. Jadi adanya pemisahan antara ketel air dan ketel daun. Alat ini ada yang berkapasitas 15 kg dan 30 kg. Biasanya alat ini digunakan oleh petani dengan jumlah produksi nilam yang sedikit.

Alat suling modern merupakan alat dari subsidi pemerintah yang ada di bawah tanggung jawab Dinas Perindustrian. Alat ini diserahkan kepada kelompok tani di tahun 2006. Saat ini ada 11 alat penyulingan dengan kapasitas berbeda yang tersebar pada masyarakat di wilayah petani nilam di Pakpak Bharat tapi hanya 2 yang beroperasi yaitu di Kaban Tengah (Kecamatan STTU Jehe) dan di Perduhapen (Kecamatan Kerajaan).

Tanggung jawab terhadap alat tersebut diserahkan kepada kelompok tani baik perawatan dan pengawasan dilakukan oleh kelompok tani sendiri. Tetapi petani mempunyai kesulitan ketika alat ini mengalami kerusakan, seperti halnya di Kecamatan Kerajaan yang ini mengalami kerusakan di bagian penutup Ketel Daun. Hal ini mengakibatkan keluarnya uap sehingga akan mengurangi produksi minyak.


(55)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

1. Dapur pembakaran

Terbuat dari beton berbentuk persegi yang dibagian atas terdapat ketel air. Di bagian bawah terdapat celah untuk memasukkan kayu bakar. Di bagian belakang terdapat cerobong asap dengan lubang terarah ke bagian atas, dengan tinggi sekitar 3 meter.

2. Ketel air (labu destilasi)

Menyatu dengan tungku pembakaran oleh beton. Ketel ini terbuat dari

stainless steel dengan posisi horizontal. Di bagian atas terdapat pipa

saluran air, alat pengukur suhu dan pipa saluran uap. 3. Ketel daun

Terbuat dari bahan stainless steel, dengan posisi vertikal. Pipa uap dialirkan dari bagian bawah ketel. Di bagian dalam terdapat saringan yang membatasi daun dengan dasar ketel. Daun akan dialiri uap panas yang akan membawa uap bercampur minyak. Uap ini akan dialirkan melalui lubang yang terdapat di bagian atas ketel, uap akan di bawa oleh pipa ke bak pendingin.

4. Bak pendingin

Terbuat dari besi berbentuk bak yang diisi air untuk mendinginkan uap sehingga air dan minyak akan terpisah. Di bagian dalam terdapat pipa berbentuk spiral yang merupakan pipa kondensat, pipa ini terbuat dari besi. Dimana di dalamnya terdapat uap panas yang akan didinginkan sepanjang pipa berlilit tersebut, hingga akhirnya ke luar dari bagian bawah bak.


(56)

Christa G. Rajagukguk : Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan), 2009.

Minyak dan air yang ke luar dari pipa akan masuk ke tong pemisah berbentuk seperti ember dengan 2 ruangan yang dibatasi, terbuat dari

stainless steel. Tong ini akan berisi air di bagian bawah dan minyak di

bagian atas yang terpisah karena perbedaan berat jenis. Di lengkapi dengan keran buka tutup untuk memudahkan saat mengeluarkan minyak dan air.

Evaluasi Aspek

Identifikasi usaha tani nilam meliputi pengevaluasian tiga aspek yang cukup penting, yaitu aspek teknis, aspek sosial dan ekonomi.

Aspek teknis menyangkut peralatan yang digunakan selama melakukan budidaya nilam dan pengolahan hasil. Peralatan yang digunakan dalam budidaya nilam sangat sederhana yaitu hanya berupa cangkul, pisau tajam, dan pengeringan masih secara alami.

Secara umum teknis dikerjakan oleh manusia secara langsung, tanpa campur tangan teknologi, mulai dari proses pengolahan tanah hingga pengeringan daun nilam. Daun nilam yang sudah kering biasanya hanya ditempatkan di rumah sebelum disuling, jadi tidak ada gudang khusus untuk penyimpanannya.

Petani sendiri memiliki luas usaha tani yang cukup luas untuk bertani. Usaha tani masih dikerjakan oleh tangan manusia secara langsung. Sehingga petani sangat membutuhkan tenaga kerja untuk membantu petani meningkatkan produktifitas lahan.

Aspek sosial menyangkut pola pikir masyarakat terhadap sistem usaha tani nilam. Aspek ekonomi menyangkut ukuran kesejahteraan suatu kelompok masyarakat. Petani nilam kebanyakan diawali karena harga nilam yang sangat


(1)

Lampiran 10. Produktsi Nilam Per Petani Sampel di Kecamatan Kerajaan

No Sampel

Luas Lahan Nilam (m2)

Jumlah Tanaman

(Batang)

Produksi Daun Kering

(kg)

Minyak Nilam (kg)

Rata-rata produksi (kg/m2)

1 2000

-

1000 20 0.01

2 1200

-

200 4 0.003333333

3 1600

-

350 7 0.004375

4 1200

-

300 6 0.005

5 1200

-

300 6 0.005

6 5000

-

1200 24 0.0048

7 2000

-

650 13.5 0.00675

8 1200

-

80 2.5 0.002083333

9 5000

-

2250 69 0.0138

10 1200

-

200 4 0.003333333

11 1200

-

200 4 0.003333333

12 1200

-

300 6 0.005

13 1200 7200 200 4 0.003333333

14 1200 10800 300 6 0.005

15 2000 8000 450 9 0.0045

16 1200 7200 300 6 0.005

17 2400 9600 500 10 0.004166667

18 1200 7200 250 5 0.004166667

19 2000 12000 450 9 0.0045

20 1200 10800 400 8 0.006666667

21 1200 7200 225 4.25 0.003541667

22 1200 7200 160 2.5 0.002083333

23 1200 4800 60 0.5 0.000416667


(2)

Lampiran 11. Rata-rata pemakaian pupuk di Kecamatan Kerajaan

No

Sampel

Luas (m2)

Kompos Urea TSP

Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2) Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2) Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2)

13 1200 375 320 120000 0.3125 20 2000 40000 0.016667 0 0 0 0

14 1200 175 320 56000 0.1458333 6 2000 12000 0.005 0 0 0 0

15 2000 625 240 150000 0.3125 20 2000 40000 0.01 0 0 0 0

16 1200 500 320 160000 0.4166667 15 2000 30000 0.0125 0 0 0 0

17 2400 625 240 150000 0.2604167 35 2000 70000 0.014583 20 7500 150000 0.008333 18 1200 375 280 105000 0.3125 20 2000 40000 0.016667 20 7500 150000 0.016667

19 2000 500 240 120000 0.25 30 2000 60000 0.015 0 0 0 0

20 1200 500 320 160000 0.4166667 20 2000 40000 0.016667 20 7500 150000 0.016667

21 1200 0 0 0 0 0 0 0 0 10 7500 75000 0.008333

22 1200 500 320 160000 0.4166667 15 2000 30000 0.0125 15 7500 112500 0.0125

23 1200 100 240 24000 0.0833333 15 2000 30000 0.0125 0 0 0 0

24 1200 250 600 150000 0.2083333 20 2000 40000 0.016667 0 0 0 0

No Sampel

KCL SS SP36

Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2) Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2) Jumlah (kg) Harga @ (Rp) Harga (Rp) Rata-rata (kg/m2)

13 10 7000 70000 0.0083333 0 0 0 0 0 0 0 0

14 5 7000 35000 0.0041667 0 0 0 0 0 0 0 0

15 10 9500 95000 0.005 0 0 0 0 20 7500 150000 0.01

16 10 10000 100000 0.0083333 0 0 0 0 15 7500 112500 0.0125

17 20 10000 200000 0.0083333 0 0 0 0 0 0 0 0

18 10 7500 75000 0.0083333 0 0 0 0 0 0 0 0

19 10 7000 70000 0.005 10 10000 100000 0.005 0 0 0 0


(3)

Lampiran 12 . Bantuan yang dibutuhkan petani

Lampiran 13. Alat penyulingan nilam dan lokasinya

No

Bantuan yang

diharapkan

1

2

3

Contoh Nyata

1.

Modal

22

21

5

Pupuk, Perawatan tanaman dan

Obat-obatan

2.

Penyuluhan

23

24

1

Penanggulangan penyakit

Teknik pemupukan

3.

Lain-lain

3

3

4

Harga yang stabil, Tenaga kerja,

dan Teknologi

No

Lokasi UPH Nilam

Asal Bantuan/Tahun Anggaran

Kapasitas

Pengolahan/Spesifikasi

1.

UPH Nilam, Desa Kuta Tinggi

Kecamatan Salak

Departemen Perindustrian RI

TA.2006

100 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem steam)

2.

UPH Nilam, Desa Perduhapen

Kecamatan Kerajaan

Departemen Perindustrian RI

TA.2006

100 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem steam)

3.

UPH Nilam Desa Malum

Kecamatan STTU Jehe

Departemen Perindustrian RI

TA.2006

100 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem steam)

4.

UPH Nilam, Desa Simberuna

Kecamatan STTU Jehe

DIPA Tugas Pembantuan

Departemen Perindustrian RI

TA.2007

300 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem steam)

5.

Rektifikasi Minyak Nilam, Desa

Simberuna

Kecamatan STTU Jehe

Departemen Perindustrian RI

TA.2006

150 liter /batch

(Dengan mesin)

6.

UPH Nilam, Desa Kaban

Tengah

Kecamatan STTU Jehe

DIPA Tugas Pembantuan

Departemen Perindustrian RI

TA.2007

300 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem kukus)

7.

UPH Nilam, Desa Tanjung

Meriah

Kecamatan STTU Jehe

DIPA Tugas Pembantuan

Departemen Perindustrian RI

TA.2007

300 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem kukus)

8.

UPH Nilam, Desa Mbinalum

Kecamatan STTU Jehe

DIPA Tugas Pembantuan

Departemen Perindustrian RI

TA.2007

300 Kg daun nilam

kering/batch

(system kukus)

9.

UPH Nilam, Desa Perjaga

Kecamatan STTU Jehe

APBD Kab. Pakpak Bharat

TA.2007

110 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem kukus)

10.

UPH Nilam, Desa Kuta Jungak

Kecamatan STTU Jehe

APBD Kab. Pakpak Bharat

TA.2007

110 Kg daun nilam

kering/batch

(sistem kukus)

11.

UPH Nilam, Desa Maholida

Kecamatan STTU Jehe

DIPA Tugas Pembantuan

Departemen Perindustrian RI

TA.2007

60-70Kg daun nilam

kering/batch

(sistem steam)


(4)

Gambar 11. Varietas nilam Sidikalang

Gambar 12. Bibit dan tanaman nilam yang ditumpang sari dengan jagung


(5)

Gambar 14. Tungku dengan ketel air dan pipa uap air

Gambar 15. Penutup ketel daun nilam dan Ketel nilam


(6)

Gambar 17. Bak pendingan dan pipa spiral

Gambar 18. Tong pemisah minyak dari air


Dokumen yang terkait

Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 74 101

Sistem Usahatani dan Pemasaran Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat(Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Sitellu TAli Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat)

5 53 131

Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat

5 80 81

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

5 48 101

Analisis Pendapatan Peternak Kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat

0 7 57

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 4

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 19

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 2

BAB II GAMBARAN UMUM - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 0 21