Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

(1)

Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten

Pakpak Bharat

TESIS

OLEH:

IMMANUEL KARSELIUS KAROSEKALI

107020014/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten

Pakpak Bharat

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Teknik Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

IMMANUEL KARSELIUS KAROSEKALI

107020014/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENANGGULANGAN BENCANA

Studi Kasus : Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa

Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten

Pakpak Bharat

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat

karya yang pernah diajaukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan , Febuari 2014


(4)

Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan

Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak

Bharat

Nama mahasiswa : IMMANUEL K KAROSEKALI

No Pokok

: 10700020014

Program studi

: TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang kekhususan : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(Prof .Abdul GhaniSalleh,BEc,MSc, Ph.D) (Ir.N vinky Rahman ,M.T)

Ketua

Anggota

Ketua Program Studi,

Dekan,


(5)

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji

: Prof .Abdul GhaniSalleh,BEc,MSc, Ph.D

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir.N. VinkyRahman, MT

2. Dr. Ir. Bauni Hamid, M.DesS

3. Dr. Grace Yuswita Harahap, ST, MT

4. Salmina Wati Ginting, ST, MT


(6)

masyarakat. Bencana tidak dapat hanya dilihat sebagai tanggung

jawab pemerintah semata, tetapi harus mendapatkan dukungan yang

kuat dari masyarakat Penanggulangan bencana merupakan seluruh

upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan

sesudah terjadi bencana.Peran serta masyarakat untuk terlibat dalam

penanggulangan bencana sangat penting.Pemerintah Kabupaten

Pakpak Bharat telah mendorong peran serta masyarakat sebagai salah

penanggulangan bencana melalui pembentukan Kelompok Peduli

Bencana, tetapi belum membuahkan hasil optimal

Tujuan penulisan untuk mengetahui informasi tentang kondisi

dan peran serta masyarakat di daerah rawan bencana sehingga dapat

mengoptimalisasikan program peran penanggulangan bencana dan

menganalisa faktor penyebab yang mempengaruhi peran serta

masyarakat Kelompok Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif data primerdengan

melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait dan data

sekunder dengan mengumpulkan sumber tertulis atau dokumen yang

berasal dari instansi terkait dan buku pustaka.Data yang terhimpun

kemudian dianalisis dengan teknik trianggulasi. Pemilihan alternatif

kebijakan menggunakan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang

dilakukan, Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kecamatan Sitelu tali Urang Jehe belum optimal karena (1) peran

serta masyarakat baru sebatas pada tanggap darurat pada saat terjadi

bencana (2) kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih

kurang optimal karena baru berdiri. (3)sumber daya manusia yang

masih kurang mendukung dalam program peran serta masyarakat

dalam penanggulangan bencana. (4)kemampuan Logistik dalam

mendukung peran serta masyarakat untuk penanggulangan bencana

belum memadai

Dalam

mengatasi

permasalahan

tersebut

maka

diusulkan:(1)komitmen dan koordinasi yang solid dari pemerintah,

dalam

peran

serta

masyarakat

dalam

penanggulangan

bencana.(2)peningkatan kapasitas peran serta masyarakat dalam

penanggulangan bencana (3)mensinergikan kebijakan dan program


(7)

penanggulangan bencana mulai kesiapsiagaan hingga rehabilitasi dan

rekonstruksi

Kata kunci :peran serta masyarakat, penanggulangan bencana,

peningkatan kapasitas


(8)

get strong support from the entire community disaster management is

a comprehensive and proactive efforts began in before, during and

after the bencana.Peran and communities to get involved in disaster

relief so penting.Pemerintah District pakpak Bharat has encouraged

community participation as one of disaster management through the

establishment of disaster Care Group , but has not produced optimal

results

The purpose of writing to find out information about the condition and

the role of communities in disaster-prone areas so as to optimize the

role of disaster management programs and analyzes causal factors

that affect the role of the community group Disasters Tanjung Mulia .

This study is a descriptive study of primary data by conducting

direct interviews with stakeholders and secondary data sources to

collect written or documents from relevant agencies and pustaka.Data

books collected and analyzed by triangulation techniques . The

selection of policy alternatives using SWOT analysis . Based on the

analysis and discussion of research conducted , Community

participation in disaster management in the district Sitelu Urang rope

Jehe not optimal because ( 1 ) new limited community participation in

emergency response in the event of disaster ( 2 ) the capacity of the

Regional Disaster Management Agency is still less than optimal

because of the new stand . ( 3 ) human resources are lacking to

support the programs of community participation in disaster

management . ( 4 ) the ability of logistics in supporting community

participation in disaster management has not adequately.

In addressing the problems it is proposed : ( 1 ) a solid

commitment and coordination of government , the role of the

community in disaster management . ( 2 ) increasing the capacity of

community participation in disaster management ( 3 ) synergy

between government policies and programs with the potential that

exists in community so that programs and planned activities actually

relevant to their aspirations and circumstances of people who are

expected to provide optimal results ( 4 ) integration of community

participation in disaster preparedness to start the rehabilitation and

reconstruction


(9)

(10)

karunia-Nya kepada kita semua. penulis telah dapat menyelesaikan

penyusunan tesis ini yang berjudul Peran Serta Masyarakat Dalam

Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat

Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang

Jehe Kabupaten Pakpak Bharatsebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Teknik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

Bapak Prof .Abdul GhaniSalleh,BEc,MSc, Ph.Dsebagai ketua

komisi pembimbing danBapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, sebagai

anggota komisipembimbing yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan. SemogaTuhan selalu memberi berkat dan

kebijakan

Medan, Febuari 2014


(11)

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 April 1982,

merupakan anak kedua dari pasangan Pdt DR L Karosekali ,MTh dan

dr. Senang Ate Ginting . MenamatkanSekolah Dasar di SD PKMI 1

jalan Hang Tuah Medan Tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP S K Immanuel Medan padatahun 1997 dan Sekolah

Menengah Umum (SMU) di SMUN 4 Medan pada tahun 2000.Pada

tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik,

JurusanTeknik Sipil , Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan

studi tahun 2007.Pada tahun 2010 penulis mendapatkan kesempatan

untuk melanjutkan pendidikandi Program studi Teknik Arsitektur

bidang Manajemen pembangunan kota Pascasarjana di Universitas

Sumatera Utara.


(12)

(13)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Serta Masyarakat ... 5

2.1.1. Pengertian Peran Serta Masyarakat ... 5

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat ..… 6

2.1.3. Tingkat Peran Serta Masyarakat ... 7

2.1.4. Bentuk dan Jenis Peran Serta Masyarakat ... 9

2.1.5. Peran Serta Masyarakat dalam proses Pembangunan ... 9

2.2. Konsep Penanggulangan Bencana ... 13

2.3. Kajian Risiko Bencana ... 15


(14)

2.4.1 Kelompok Peduli bencana ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 23

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

3.3. Lokasi Penelitian ... 23

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.6. Teknik Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 28

4.1.1. Letak Wilayah Penelitian ... 28

4.1.2. Curah Hujan ... 31

4.1.3. Kependudukan ... 32

4.1.4. Mata Pencaharian dan Tingkat Pendapatan Penduduk ... 34

4.1.5. Morfologi ... 35

4.1.6.Penggunaan Lahan... 36

4.2.Potensi bencana di Kabupaten Pakpak Bharat ... 37

4.3.Penanggulangan bencana di Kabupaten Pakpak Bharat ... 42

4.3.1 Kebijakan Peran serta Masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten PakpakBharat ... 43


(15)

menghadapi bencana ... ………..45

4.3.4 Program Pemerintah Terkait Peran serta masyarakat dalam Penanggulangan Bencana ...45

4.4.Persepsi masyarakat Kecamatan SitelluTalli UrangJehe terhadap Peran serta masyarakat dalam Penanggulangan Bencana ... 46

4.5. Pengembangan Kelompok Peduli Bencana sebagai Upaya peningkatan peran serta dalam penanggulangan bencana... 47

4.5.1. Dasar Pembentukan Kelompok Peduli Bencana ... 47

4.5.2.Pengembangan Kelompok Peduli Bencana... 48

4.5.3. Strategi Pengembangan Kelompok Peduli Bencana ... 49

4.5.4 Kegiatan pengembangan Kelompok Peduli Bencana ... 49

4.5.5. Pendanaan Kelompok Peduli Bencana ... 50

4.6. Kelompok Peduli Bencana di Desa Tanjung Mulia ... 51

4.6.1.Keanggotaaan Kelompok Peduli Bencana ... 51

4.6.2 Peraturan dan Kesepakatan Masyarakat Rencana kerja Kelompok Peduli Bencana ... 51

4.7. Kegiatan Kelompok Peduli Bencana Desa Tanjung M ... 52

4.7.1 Pengkajian Risiko Bencana daerah ... 52


(16)

4.8 Analisis peran serta masyarakat dalam penanggulangan

bencana Kecamatan SitelluTalli UrangJehe ... 56 4.9 Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan bencana

melalui Pembentukan Kelompok Peduli Desa Tanjung mulia... 57 4.10 Analisis Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan

bencana melalui Pembentukan Kelompok Peduli

Desa Tanjung mulia ... 59 4.11. Usulan Peningkatan Kapasitas peran serta

masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kecamatan SitelluTalliUrangJehe ………... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan... 74 5.2.Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN


(17)

Tabel 4 b Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe... 31 Tabel 4c frekuensi bencana di Kecamatan Sitellu Tali UrangJeh...35 Tabel 4d Matrik SWOT Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe...64


(18)

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Penanggulan Bencan... 14

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian. Sumber: Bappeda Kab.PakpakBharat 2010...,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.... 27

Gambar 4.2 : Peta curah hujan kabupaten PakpakBharat ... 30

Gambar 4.3 Peta kemiringan lereng Kabupaten PakpakBha... 33

Gambar 4.4 :Peta pengunaan lahan Kabupaten PakpakBharat... 34

Gambar 4.5 : Foto bencana tanah longsor kab. PakpakBharat... 36

Gambar 4.6 : foto kejadian Gempa bumi 6 September 2011... 38

Gambar 4.7 : foto bencana angin puting beliung 18 Maret 2012... 39

Gambar 4.8 foto musyawarah Kelompok Peduli bencana Desa Tanjung mulia……….... 55


(19)

masyarakat. Bencana tidak dapat hanya dilihat sebagai tanggung

jawab pemerintah semata, tetapi harus mendapatkan dukungan yang

kuat dari masyarakat Penanggulangan bencana merupakan seluruh

upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan

sesudah terjadi bencana.Peran serta masyarakat untuk terlibat dalam

penanggulangan bencana sangat penting.Pemerintah Kabupaten

Pakpak Bharat telah mendorong peran serta masyarakat sebagai salah

penanggulangan bencana melalui pembentukan Kelompok Peduli

Bencana, tetapi belum membuahkan hasil optimal

Tujuan penulisan untuk mengetahui informasi tentang kondisi

dan peran serta masyarakat di daerah rawan bencana sehingga dapat

mengoptimalisasikan program peran penanggulangan bencana dan

menganalisa faktor penyebab yang mempengaruhi peran serta

masyarakat Kelompok Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif data primerdengan

melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait dan data

sekunder dengan mengumpulkan sumber tertulis atau dokumen yang

berasal dari instansi terkait dan buku pustaka.Data yang terhimpun

kemudian dianalisis dengan teknik trianggulasi. Pemilihan alternatif

kebijakan menggunakan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang

dilakukan, Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kecamatan Sitelu tali Urang Jehe belum optimal karena (1) peran

serta masyarakat baru sebatas pada tanggap darurat pada saat terjadi

bencana (2) kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih

kurang optimal karena baru berdiri. (3)sumber daya manusia yang

masih kurang mendukung dalam program peran serta masyarakat

dalam penanggulangan bencana. (4)kemampuan Logistik dalam

mendukung peran serta masyarakat untuk penanggulangan bencana

belum memadai

Dalam

mengatasi

permasalahan

tersebut

maka

diusulkan:(1)komitmen dan koordinasi yang solid dari pemerintah,

dalam

peran

serta

masyarakat

dalam

penanggulangan

bencana.(2)peningkatan kapasitas peran serta masyarakat dalam

penanggulangan bencana (3)mensinergikan kebijakan dan program


(20)

penanggulangan bencana mulai kesiapsiagaan hingga rehabilitasi dan

rekonstruksi

Kata kunci :peran serta masyarakat, penanggulangan bencana,

peningkatan kapasitas


(21)

get strong support from the entire community disaster management is

a comprehensive and proactive efforts began in before, during and

after the bencana.Peran and communities to get involved in disaster

relief so penting.Pemerintah District pakpak Bharat has encouraged

community participation as one of disaster management through the

establishment of disaster Care Group , but has not produced optimal

results

The purpose of writing to find out information about the condition and

the role of communities in disaster-prone areas so as to optimize the

role of disaster management programs and analyzes causal factors

that affect the role of the community group Disasters Tanjung Mulia .

This study is a descriptive study of primary data by conducting

direct interviews with stakeholders and secondary data sources to

collect written or documents from relevant agencies and pustaka.Data

books collected and analyzed by triangulation techniques . The

selection of policy alternatives using SWOT analysis . Based on the

analysis and discussion of research conducted , Community

participation in disaster management in the district Sitelu Urang rope

Jehe not optimal because ( 1 ) new limited community participation in

emergency response in the event of disaster ( 2 ) the capacity of the

Regional Disaster Management Agency is still less than optimal

because of the new stand . ( 3 ) human resources are lacking to

support the programs of community participation in disaster

management . ( 4 ) the ability of logistics in supporting community

participation in disaster management has not adequately.

In addressing the problems it is proposed : ( 1 ) a solid

commitment and coordination of government , the role of the

community in disaster management . ( 2 ) increasing the capacity of

community participation in disaster management ( 3 ) synergy

between government policies and programs with the potential that

exists in community so that programs and planned activities actually

relevant to their aspirations and circumstances of people who are

expected to provide optimal results ( 4 ) integration of community

participation in disaster preparedness to start the rehabilitation and

reconstruction


(22)

(23)

1.1 Latar Belakang

Bencana yang terjadi mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat, baik berupa korban jiwa manusia kerugian harta benda, maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.Indonesia merupakan negara rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara terus menerus, baik yang disebabkan oleh faktor alam (gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor), maupun oleh faktor non alam seperti berbagai akibat kegagalan teknologi dan ulah manusia.

Ancaman bencana penting diperhatikan sebagai prioritas, dikarenakan posisi geografis Indonesia merupakan wilayah yang dihuni banyak sekali jenis ancaman bencana. Masyarakat harus mempunyai ketahanan diri dan kemampuan mengantisipasi terjadinya bencana, agar ketika ancaman bencana terjadi risiko bencana dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.

Penanggulangan bencana merupakan seluruh upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana bertujuan untuk:

a. Mencegah kehilangan jiwa.

b. Mengurangi penderitaan manusia.


(24)

d. Mengurangi kerusakan infrastruktur utama,harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.Penanggulangan bencana sebagai bagian dari proses pembangunan sehingga mewujudkan ketahanan terhadap bencana.

Persoalan bencana tidak dapat hanya dilihat sebagai tanggung jawab pemerintah semata, tetapi harus mendapatkan dukungan yang kuat dari masyarakat.Peran serta masyarakat untuk terlibat dalam penanggulangan bencana sangat penting.

Upaya-upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana utamanya dalam hal kemampuan mengurangi risiko bencana sangat diperlukan. Masyarakat sekitar wilayah rentan ancaman bencana merupakan faktor utama yang harus mampu menolong dirinya sendiri dari ancaman bahaya/bencana.

Kabupaten Pakpak Bharat secara geografis berada pada 2,0°-3,0°,dan 3,00oLU dan 96,00o-98,30oBT dengan luas wilayah 1.218,3 Km2 atau 1,70% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian wilayah sekitar350-1.400 M dari permukaan laut terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, 52 (lima puluh dua) desadenganjumlah penduduk sebanyak 38.851 jiwa(7.879 KK)merupakan kawasan pegunungan yang struktur bawahnya labil dan lempeng berpasir sehingga rentan terhadap bencana alam.Setiap tahun pada saat musim penghujan sebagian besar wilayah Kabupaten Pakpak Bharat secara rutin terjadi bencana alam terutama bencana tanah longsor yang menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda yang besar.


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat telah mendorong peran serta masyarakat sebagai salah penanggulangan bencana melalui pembentukan Kelompok Peduli Bencana, tetapi belum membuahkan hasil optimal, termasuk di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Berdasarkan fokus penelitian dan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan latar belakang masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi eksisting peran serta masyarakat di daerah rawan bencana? 2. Mengapa peran serta masyarakat di daerah rawan bencana sampai dengan saat

ini masih belum optimal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana tanah di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, adalah:

1. Untuk mengetahui informasi tentang kondisi dan peran serta masyarakat di daerah rawan bencana sehingga dapat mengoptimalisasikan program penanggulangan bencana.

2. Menganalisa faktor penyebab yang mempengaruhi peran serta masyarakat Kelompok Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia tidak optimal dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di Kecamatan Sitellu Tali UrangJehe.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfat sebagai berikut:

1. Sebagai karya ilmiah, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana, dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya penanggulangan bencana; dan

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaanperan serta masyarakat penanggulangan bencana yang telah dilakukan masyarakat, sehingga akan menjadi bahan masukan dan alternatif pertimbangan dalam penyempurnaan penyusunan program, khususnya dalam penggulangan bencana.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Serta Masyarakat

Tinjauan ini menguraikan pengertian peran serta masyarakat, faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat bentuk dan jenis peran serta masyarakat, tingkat peran serta masyarakat, dan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan.

2.1.1 Pengertian peran serta masyarakat

Peran serta masyarakat adalah suatu proses yang melibatkan masyarakat yaitu proses komunikasi dua arah yang terus menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas proses kegiatan(Carter,1991).

Peran serta masyarakat adalah suatu usaha untuk menumbuhkan semangat dan rasa memilikiterhadap berbagai kegiatan pembangunan masyarakat berdasar atas keterlibatannya dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan (Syam, 2005). Sedangkan menurut Oetomo dalam Budiarti (2006) peran serta seseorang/masyarakat diartikan sebagai bentuk penyerahan sebagianperan dalam kegiatan dan tanggung jawab tertentu dari suatu pihak ke pihak lain. Sudharto (1999) menyebutkan bahwa dalam peran serta masyarakat terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan pada


(28)

kelompok dalam upaya mencapai tujuan dan bertanggung jawab terhadap usaha yangdilakukan. Selanjutnya Sastropoetro dalam Hardiati (2007) menambahkan bahwa keterlibatan diri/ego masyarakat yang terlibat dalam peran serta memiliki sifatnya lebih dari sekedar keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, namun juga keterlibatan tersebut meliputi pikiran dan perasaannya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat menurut Sudharto(1999) dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Adapun faktor-faktor internal tersebut adalah: (a) jenis kelamin; (b) usia;(c) tingkat pendidikan; (d) tingkat penghasilan; (e) mata pencaharian; (f) status kepemilikan lahan.

Selain faktor internal yang disebutkan diatas, menurut Thoha (2002) faktor internal lain yang mempengaruhi peran serta masyarakat adalah: (a) persepsi; (b) ikatan filologis; (c) kepemimpinan. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Informasi tersebut dapat melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi akan melandasi tindakan dan interaksi seseorang dalam berperan serta atau terlibat dalam suatu kegiatan.

Peran serta juga dipengaruhi oleh seringnya seseorang berinteraksi yang membawa konsekuensi semakin kuatnya ikatan psikologis dengan lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini hubungan yang didasarkan kesamaan kepentingan antar masyarakat terhadap suatu obyek yang perlu diselamatkan dari ancaman bahaya maka


(29)

makin tinggi ikatan psikologis dengan lingkungan yang berpengaruh pada besarnya keinginan dan dorongan untuk terlibat dalam kegiatan bersama. Selain itu yang menggerakkan keaktifan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan bersama adalah pengaruh kepemimpinan. Hal ini dapat dimengerti karena pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku orang lain yang dipimpinnya.

Faktor eksternal yang mempengaruhi peran serta menurut Sunarti dalam Hardiati (2007) adalah semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program. Pengaruh disini adalah kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh stakeholder atas program, berupa kekuatan untuk mengendalikan keputusan yang dibuat dan memfasilitasi pelaksanaan program. Stakeholder tersebut antara lain: lembaga pendapingan (LSM), instansi pemerintahataulembagakeuangan. Berkaitan dengan faktor eksternal instansi pemerintah,Kurniawan(2004)dalam penelitiannya menyebutkan bahwa komitmen pemerintah yang belum optimal menyebabkan koordinasi antar dinas/instansi tidak optimal yangmengakibatkan menyebabkan perbedaan persepsi dalam pelaksanaan program dan kurangnya komitmen dalam pengalokasian dana berpengaruh terhadap kinerjapelaksanaan kegiatan.

2.1.3Tingkat Peran Serta Masyarakat

Arnstein dalam Hadi (1999) menggolongkan tingkat peran serta masyarakat dalam program pembangunan menjadi delapan tingkatan berdasarkan kadar kekuatan masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan atau yang lebih dikenal dengan


(30)

delapan jenjang peran serta masyarakat, yaitu: (a) manipulation atau manipulasi;(b)

therapy atau penyembuhan; (c) informingatau pemberian informasi;(d) consultation

atau konsultasi; (e) placation atau peredaman; (f) partnership atau kemitraan; (g)

delegated power atau pelimpahan kekuasaan; (h) citizen control atau pengawasan masyarakat. (Keterangan Gambar 1.1)

Gambar1.1Eightrungs on The Ledder of CitizenParticipation

Sumber:Arnstein, 1969 dalam Hadi, 1999

Selanjutnya Hadi (1999) menerangkan bahwa pada tingkat paling bawah

manipulation;kedua,therapy disimpulkan sebagai tingkat bukan peran serta. Tujuan

pada tingkat ini untuk “mendidik” dan “mengobati” peserta dalam peran serta;tingkat ketiga informing; tingkat keempat, consultation disebut tokeinisme atau sekedar formalitas yang menungkinkan masyarakat untuk mendengar dan memiliki hak untuk memberikan suara, namun pendapat mereka belum tentu menjadi bahan pengambilan


(31)

keputusan; tingkat kelima,placation dipandang sebagaitokeinisme yang lebih tinggi dimana masyarakat memiliki hak memberikanadvicetetapi kekuasaan pengambilan keputusan tetap ditangan pemrakarsa kegiatan;pada tingkat keenam,partnership masyarakat memilki ruang untuk bernegosiasidan terlibat trade-off para pemegang kekuasaan; pada tingkat ketujuh,delegatedpower dan tingkat kedelepan, citizencontrol, masyarakat memiliki kekuatan mayoritas untuk mengambilkeputusan. (Keterangan Gambar 1.1)

2.1.4 Bentuk dan Jenis Peran Serta Masyarakat

Bentuk kontribusi peran serta dapat berbentuk gagasan, tenaga dan materi. Adapun jenis-jenis peran serta menurut Sastropoetro dalam Hardiati (2007) meliputi: (a) pikiran (psychologicalparticipation); (b) tenaga(physicalparticipation); (c) pikiran

dan tenaga (psychologicaland physicalparticipation); (d) keahlian

(participationwithskill); (e) barang(material participation);(f) uang

(moneyparticipation).

2.1.5Peran Serta Masyarakat Dalam Proses Pembangunan

Secara umum peran serta masyarakat dalam pembangunan dapat ditinjau dari keterlibatannya dalam tahap-tahap pembangunan.Terdapat lima tahap proses pembangunan yakni: (1) inisiasi; (2) legitimasi; (3) perencanaan; (4) implementasi; (5)evaluasi dan perencanaan kembali. Sedangkan menurut Tjokroamidjoyo (1998)


(32)

proses pembangunan terdiri dari enam tahap yang saling berhubungan yaitu:(1) formulasi tujuan, sasaran dan target; (2) penelitian,survey daninventaris; (3) persiapan perencanaan; (4) perencanaan yang diterima; (5) implementasi, operasi dan pemeliharaan; (6) evaluasi.

Menurut Purba (2002) menyatakan untuk menciptakan

cleanenvironmentalmanagementandgoodenvironmentalgovernance, menuntut persyarat adanya keterbukaan,kesetaraan, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sertaakuntabilitas.

Lahirnya pembangunan partisipasi khususnya dalampengelolaan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana dilatarbelakangi oleh program, proyekdan kegiatan pembangunan yang selama ini dilakukan sering gagal. Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana yang selama ini dikembangkan dan dipraktekkan cenderung mengarah pada dua pendekatan yang bertolak belakang yaknistate-based dan community-based.Model state-basedseringkali mengalami kegagalan atau hambatan hal tersebut dikarenakan model tidak fleksibel,lemah dalam kapasistas kelembagaan, kurang tepatnya disain dan implementasi serta kurangnya peran serta masyarakat (Oetomo, 1997 dalam Budiarti 2006.Pendekatan state-basedyang cenderung top-downumumnya digunakan dalam program-program yang relatif cepat. Namun demikian dalam pelaksanaannya banyak menghadapi kendala, khususnya berkaitan denganperan serta masyarakat. Budiarti (2006),menyatakan


(33)

keterbatasan birokrasi dalam pemenuhan kebutuhan standar pengelolaan seperti: (1) keterbatasan pengetahuan; (2) keterbatasan informasi; (3) rendahnya kualitas sumberdaya manusia; (4) buruknya kelembagaan dalam pengelolaan pengaturan sumberdaya alam; (5) kurangnya partisipasi dan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan pengelolaan yang berimplikasi pada tidak adanya dukungan

masyarakat lokal. Sedangkan pendekatan communitybasedmenekankan pada

pemberian kewenangan dan otoritas pada komunitas untuk lebih berperan di dalam pengelolaan lingkungan. Pendekatan ini bersifat bottomupkarena aspirasi, kewenangan, dan otoritas pengelolaan lingkungan lebih bersumber dari bawah atau masyarakat, tidak sebagaimana statebasedyang cenderung dari atas. Pendekatan

communitybased, menekankan masyarakat berperan sebagai pihak yangterlibat langsung dalam manajemen, sedang pemerintah dan swasta berpartisipasi secara tidak langsung. Pemerintah berperan sebagai koordinator dan pemberi bantuan dalam proses konsultasi, sedangkan kelompok masyarakat sebagai pelaku/pelaksana yang berperan sangat dominan dan LSM sebagai pemberi masukan dalam pelaksanaannya

(Oetomo 1997 dalam Budiarti 2006). Namun demikian, pendekatan

communitybasedjuga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: (1) lemahnya institusi lokal (terutama kurangnya mekanisme resolusi konflik); (2)keterbatasan informasi dan teknologi; (3) kurangnya sistem pendukung seperti informasi pasar, peningkatan kapasitas, technicalassistance, fasilitas keridit dan kebijakan. Atas kelemahan kedua pendekatan tersebut, muncul pendekatan kemitraan dan partisipasi. Pendekatan ini mempunyai fungsi penting karena: (1) saling melengkapi, menutup kekurangan


(34)

masing-masing aktor serta memberdayakan aktor yang kurang diuntungkan; (2) sebagai pendekatan yang fleksibel untuk mengurangi kegagalan pencapaian tujuan; (3) efisiensi. Oleh karena itu, perludilakukan reorientasi terhadap strategi pembangunan masyarakat yang lebih mengedepankan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Hikmat, 2004). Tjokroamijoyo (1998) menguraikan kaitan partisipasi dengan pembangunan adalah sebagai berikut:

a. Keterlibatan aktif atau peran serta masyarakattersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses sosial hubungan antar kelompok kepentingan dalam masyarakat.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggungjawab dalam

pelaksanaan pembangunan.Hal ini dapat berupa sumbangan dalam memobilisasi sumber-sumber pembiayaan dalam pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan lain-lain.

c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu.


(35)

Pendekatan partisipatif memberikan perhatian pada proses pengembangan pola pikir dan pola sikap, pengkayaan pengalaman dan pengetahuan serta proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperkuat asosiasi masyarakat dan mekanisme baru, sehingga dengan mekanisme ini lembaga pemerintah dapat mempertanggung jawabkan aksinya. Pendekatan partisipastif memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan (sharingidea), jalin kepentingan (knittinginterest) dan pemaduan karya (synergy of action) diantarastakeholders, terutama pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal untuk terlibat dalam pelaksanaan programpembangunan (Thompson, 1999 dalam Budiarti 2006).Pendekatan partisipatif dapat digunakan sebagai strategi untuk meminimalkan terjadinya kegagalan/hambatan dalam pelaksanaan program-program pemerintah. Hal ini disebabkan pendekatan partisipatif mendorong munculnya partisipasi yang lebih besar dalam masyarakat mulai dari perencanaan sampai implementasi. Selain tentunya, partisipasi juga dapat mengembangkan kemandirian, mengurangi ketergantungan serta mewujudkan partsisipasi dan pemberdayaan masyarakat (Glaser& Joseph, 1997 dalam Budiarti 2006). Salah satu teknik upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan adalah ParticapatoryRuralAppraisal(Hikmat, 2004).

Adapun prinsip-prinsip ParticipatoryRuralAppraisalyang harus dilakukan adalah:

a. Masyarakat dipandang sebagai subyek bukan obyek;


(36)

c. Dalam menentukan parameter yang standar, lebih baik mendekati benar dari pada benar-benar salah;

d. Masyarakat yang membuat peta, model, diagram, pengurutan, memberi angka atau nilai, mengkaji atau menganalisis, memberikan contoh, mengidentifikasi masalah, menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan aksi;

e. Pelaksanaan evaluasi, termasuk penentuan indikator keberhasilan dilakukan

secara partisipatif. Pendekatan terhadap kegunaan teknik-teknik

ParticipatoryRuralAppraisaltersebut dengan mudah dapat dikaji melalui pendekatan sistem sosial (Hikmat, 2004).

2.2. Konsep Penanggulangan Bencana

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. DalamUndang-undang tersebut, terdapat ketentuan umum yang mendefinisikan penyelenggaraan.Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilita. Dari definisi tersebut terlihat bahwa penanggulangan bencana adalah upaya pengurangan risiko bencana pada fase sebelum, saat dan setelah bencana.

Pada fase sebelum bencana dilaksanakan upaya pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan, pencegahan, mitigasi, pengalihan risiko dan kesiapsiagaan bencana. Pada fase saatbencana terjadi dilaksanakan upaya


(37)

tanggap darurat. Pada fase setelah bencanaterjadi dilaksanakan upaya pemulihan dampak bencana.Selanjutnya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Pada Pasal 5, dinyatakan bahwa pelaksanaan penanggulangan bencana ini membutuhkan Rencana Penanggulangan Bencana yang disusun pada situasi tidak terjadi sebagaimana Undang-undang No. 24 tahun 2007, Peraturan Kepala Badan

Penanggulangan Bencana Nomor 04 tahun 2008 tentang Pedoman

PenyusunanRencana Penanggulangan Bencana juga menyebutkan bahwa

penanggulanganbencana terdiri dari beberapa fase, yaitu fase pencegahan dan mitigasi, fase kesiapsiagaan, fase tanggap darurat dan fase pemulihan (Keterangan Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Penanggulan Bencana Sumber : Perka BNPB No. 04 Tahun 2008


(38)

2.3 Kajian Risiko Bencana

Kajian risiko bencana yang terdapat dalam Perka BNPB No. 04 tahun 2008, disusun berdasarkan analisis risiko bencana dan digambarkan sebagai berikut:

R = H x V/C………..……(2.1)

R = Risiko Bencana.

H = HazardatauPotensi Bencana. V = Vulnerabilityatau Kerentanan. C = Kapasitas.

2.3.1 Potensi Bencana

Potensi bencana suatu wilayah tergantung pada kondisi wilayah

yangbersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari data kejadian bencana yang terjadi di wilayah tersebut:

a. Gempabumi, dampak yang dapat timbul oleh gempabumi ialah

berupakerusakan atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit danbangunan umum lain) dan konstruksi prasarana fisik (jalan,

jembatan,bendungan, pelabuhan laut/udara, jaringan listrik dan

telekomunikasi, dan lain-lain)serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnyakepanikan.

b. Tsunami, adalah gelombang pasang yang timbul akibat


(39)

di laut.Namun, tidak semua fenomena tersebut dapat memicu terjadinya tsunami.

c. Letusan Gunung Api, dampak/risiko yang ditimbulkan oleh jatuhan materialletusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung api dan bencanasekunder berupa aliran lahar.

d. Banjir, sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagaiakibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerahhulu,kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut. Potensi terjadinyaancaman bencana banjir dan tanah longsor saat ini disebabkan keadaan badansungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air,

pelanggaran tata ruangwilayah, pelanggaran hukum meningkat,

perencanaan pembangunan kurangterpadu dan disiplin masyarakat yang rendah.

e. Tanah Longsor, merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,ataupun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dariterganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi sertakelerengan tebing.

f. Kebakaran, potensi bahaya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia cukupbesar. Hampir setiap musim kemarau Indonesia menghadapi bahayakebakaran lahan dan hutan dimana berdampak sangat luas tidak


(40)

hanyakehilangan keanekaragaman hayati tetapi juga timbulnya gangguan asap diwilayah sekitar yang sering kali mengganggu negara-negara tetangga.

g. Kekeringan, fenomena ini dialami berbagai wilayah di Indonesia hampir setiap musim kemarau. Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahandalam menyimpan air. Penurunan fungsi tersebut ditengarai akibatrusaknyaekosistem pemanfaatan lahan yang berlebihan. Dampak dari kekeringan iniadalah gagal panen, kekurangan bahan makanan hingga dampak yangterburuk adalah banyaknya gejala kurang gizi bahkan kematian.

h. Epidemi dan wabah penyakit. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkatsecara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerahtertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Epidemi baik yang berupamengancam manusia maupun hewan ternak berdampak serius berupakematian serta terganggunya roda perekonomian.

i. Kebakaran gedung dan permukiman. Kebakaran gedung dan

permukimanpenduduk sangat marak pada musim kemarau. Hal ini terkait dengankecerobohan manusia diantaranya pembangunan gedung/rumah yang tidakmengikuti standar keamanan bangunan, tidak dilaksanakannya pembaruankabel listrik yang sudah ada serta perilaku manusia


(41)

j. Kegagalan teknologi merupakan kejadian yang diakibatkan oleh kesalahandesain,pengoperasian, kelalaian dan kesenjangan manusia dalam penggunaan teknologi dan industri.

2.3.2 Kerentanan Masyarakat Terhadap Bencana

Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan atau sifat/prilaku manusia ataumasyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan ini dapat berupa:

a. Kerentanan fisik.

Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakatberupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu. Misalnya, kekuatanbangunan rumah bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa.Adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tertinggal di bantaransungai dan sebagainya.

b. Kerentanan ekonomi.

Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakatsangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Padaumumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebihrentan terhadap bahaya, karenatidak mempunyai kemampuan finansial yangmemadai untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana.

c. Kerentanan Sosial.

Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkatkerentanan terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, umur, jeniskelamin, kekurangan


(42)

pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akanmengurangi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan terhadap bahaya.

d. Kerentanan Lingkungan.

Lingkungan hidup suatu masyarakat sangatmempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang tinggal di daerah yang keringdan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. 2.3.3Kemampuan menghadapi Bencana

Kemampuan menghadapi bencana merupakan seluruh upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.Penanggulangan bencana disusun untuk mengurangi risiko bencana. Perencanaan dimulai dari kajian

risiko bencana dan analisis tingkat ketahanan. Kebijakan dan

strategipenanggulanganbencanadanstrategimerupakanpayungdalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Kebijakan penanggulangan bencana menghasilkan visi,misi dan strategi penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Strategi penanggulangan bencana meliputi:

1. Pada tahap pencegahan, strategi yang ditempuh mengutamakan upaya preventif agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan jika terjadi bencana. 2. Pada tahap tanggap darurat, dilakukan upaya penyelamatan, pencarian dan

evakuasi serta pemberian bantuan darurat berupa tempat penampungan sementara, bantuan pangan dan pelayanan medis bagi korban bencana.


(43)

3. Pada tahap rehabilitasi, dilakukan upaya perbaikan fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan mengembalikan harkat hidup terhadap korban bencana secara manusiawi.

4. Pada tahap rekonstruksi, dilakukan upaya pembangunan kembali sarana/prasarana serta fasilitas umum yang rusak, agar kehidupan masyarakat dapat dipulihkan kembali.

2.4Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana sangat ditekankan karena pada dasarnya masyarakat lebih memahami kondisi dan bagaimana memperlakukan lingkungannya dengan kearifan yang mereka miliki. Masyarakat yang semula diposisikan sebagai objek pasif menjadi subjek aktif dan dengan kesadaran diri bertanggung jawab untuk melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana melalui berbagai kegiatan penanggulangan bencanamelalui berbagai kegiatan yaitu pengembangan budaya sadar bencana, penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan serta peningkatan pemahaman tentang kerentananmasyarakat. Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana yang berorientasi pada pemberdayaan dan kemandirian melalui peran serta masyarakat akan mengarah kepada:

1. Melakukan upaya penanggulangan bencana bersama masyarakat di kawasan rawan bencana secara mandiri;


(44)

2. Menghindari munculnya kerentanan baru dan ketergantungan masyarakat di kawasan rawan bencana pada pihak luar;

3. Penanggulangan risiko bencana merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam untuk kelangsungan kehidupan di kawasan rawan bencana, dan

4. Pendekatan multisektor, multidisiplin, dan multibudaya.

2.4.1Kelompok Peduli Bencana

Kelompok masyarakat peduli bencana adalah kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana. Dengan demikian kelompok masyarakat peduli bencana merupakan sebuah kelompok masyarakat yang dibentuk untuk memiliki kemampuan mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana Kemampuan ini diwujudkan dalam pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan peningkatan kapasitas untuk pemulihan pasca keadaan darurat.

Pengembangan kelompok masyarakat peduli bencana merupakan salah satu upaya penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah segala bentuk upaya untuk menanggulangi ancaman


(45)

bencana dan kerentanan masyarakat, dan meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan, yang direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama. Dalam kelompok masyarakat peduli bencana, masyarakat terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, mengevaluasi dan mengurangi risiko-risiko bencana yang ada di wilayah mereka, terutama dengan memanfaatkan sumber dayalokal.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengkaji kenyataan lapangan guna mendapatkan gambaran faktual dan akurat tentang obyek yang akanditeliti. Menurut Arikunto (1998) penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam proses penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati serta memanfaatkan informan untuk dapat mengungkapkan data yang dikaji.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan meliputi beberapa pokok, antara lain: a. Peran serta masyarakat dan Kelompok Peduli Bencanadi Kecamatan Sitellu

Tali UrangJehe dalam upaya mencegah dan menanggulangi bencana tanah longsor.


(47)

b. Kondisi sosial masyarakat dan Kelompok Peduli Bencanadi Kecamatan Sitellu Tali UrangJehe.

3.3Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Sitellu Tali UrangJehe KabupatenPakpak Bharat. Alasan pemilihan lokasi adalah karenaKecamatan Sitellu Tali Urang Jehe memiliki posisi strategis yakni satu satunya akses dari Sumatera Utara ke Aceh bagian Selatan (Subbusallam, Singkil dan Aceh Selatan) di samping karena pada wilayah tersebut sangat rawan bencana.

3.4Jenis dan Sumber Data

Menurut Moleong (2002) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sedangkan jenis data dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumberdata tertulis, foto dan data statistik.Pada penelitian ini digunakan 2 (dua) jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu


(48)

unsurPemerintah Kabupaten, Kecamatan, Desa, LSM, dan masyarakat serta observasi di lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengumpulkan sumber tertulis atau dokumen yang berasal dari instansi terkait dan buku pustaka yang terkait dengan penelitian ini.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dari narasumber sebagai bahan penggalian informasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan berupa tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung yaitu antara pewawancara (interviewer) danyang diwawancarai. Wawancara ini berguna untuk:(1) mendapatkan data dari tangan pertama; 2) pelengkap teknik pengumpulan data lainnya; (3) sebagai penguji data (primer)yang didapat. Wawancara dilakukan terhadap sumber yang mengetahui secara lebih mendalam dengan permasalahan penelitian dengan berpedoman pada

interviewguide. 2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati di lapangan. Pertimbangan digunakannya teknik ini


(49)

adalah bahwa apa yang orang katakan sering kali berbeda dengan apa yang dilakukan, sehingga peneliti dapat menggali dan memperoleh masukan data, informasi serta permasalahan yang dihadapi masyarakat.

3.6Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang dipakai sebagai berikut: 1. Analisis Data Lapangan

Analisa data adalah suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Analisis data yang digunakan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini adalah menggunakan analisis data secara induktif. Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dihimpun melalui wawancara dan observasi lapangan maupun dokumen resmi dari beberapa instansi terkait. Setelah ditelaah dan dipelajari kemudian digeneralisasikan kedalamsuatu kesimpulan yang bersifat umumyang didasarkan pada fakta-fakta empiris di lokasi penelitian. Tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan pemeriksaan data. Dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yangdiperoleh melalui: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa


(50)

c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan berbagai narasumber.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan. 2. Analisis Kondisi.

Untuk penilaian kondisi, alat analisis yang digunakan adalah SWOT (Strength–Weakness–Opportunity–Threats). Pada tahap ini data dan informasi yang terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi data internal dan eksternal. Kondisiinternal menggambarkan kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang dimiliki, sedangkan kondisi eksternal menggambarkan peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) yang ada. Selanjutnya data dan informasi tersebut disusunkedalammatrik faktor strategi internal (Internal StrategyFactorsSummary-IFAS) dan matrikfaktor strategi eksternal (External StrategyFactorsSummary-EFAS). Data kemudian dibuatkemungkinan strategi pengelolaan berdasarkanpertimbangan kombinasi empat set faktor strategis tersebut. Faktor-faktor IFAS dan EFAS ditransferke dalam matrikdiagram

silang SWOT. Bedasarkan pendekatan tersebut kemudian dibuat

berbagaikemungkinan alternatif strategi (Rangkuti, 2006; Hinger, 2003). Startegi itu adalah:

a. Strategi SO–strategi memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang sebesar-besarnya.


(51)

b. Strategi ST–strategi menggunakan kekuatan yang dimilki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO–strategi mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. d. Strategi WT–strategi mengatasi kelemahan dan menghadapi ancaman.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Letak wilayah penelitian

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe merupakan bagian dari Kabupaten Pakpak Bharat sejak tahun 2001. Berdasarkan Peraturan daerah No. 33 Tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Lae Parira, dan sesuai pula Peraturan daerah No. 33 Tahun 2001 tersebut, pada tanggal 15 Februari 2001 resmilah Sitellu Tali Urang Jehe menjadi Kecamatan yang berkedudukan di Sibande (Keterangan Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian


(53)

Adapun letak geografis wilayah penelitian ini adalah: 1. Terletak antara:

Lintang Utara : 2,250– 2,450

Bujur Timur : 960– 970

Sebelah Selatan :

2. Letak di atas permukaan laut : 650 s/d 950 meter

3. Luas Wilayah : 473,62km2

4. Berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Silima Pungga-pungga Kecamatan

Lae Parira,Kecamatan Sidikalang.

Sebelah Selatan : Kecamatan Salak dan Kerajaan.

Sebelah Timur : Kecamatan Kerajaan.

Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Singkil Propinsi Nangroe

Aceh Darussalam.

Luas wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe adalah 473.62 Km2dengan luas masing-masing desa sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Luas Wilayah Menurut Desa Tahun 2010

No. Desa Luas

(Km2)

Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%)

1 2 3 4

. Kaban Tengah

Bandar Baru Tanjung Meriah Tanjung Mulia Simberuna Perolihen 115.10 77.20 15.25 79.60 21.00 20.00 24.45 16.40 3.26 16.91 4.46 4.25


(54)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No. Desa Luas

(Km2)

Rasio Terhadap Total Luas Kecamatan (%)

1 2 3 4

. Maholida Perjaga Malum Mbinalun 18.00 18.90 73.40 35.17 3.82 4.02 15.59 6.84

Jumlah 473.62 100.00

Sumber: Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe 4.1.2Curah hujan

Data curah hujan diperlukan dalam kaitannya dengan aktivitas bencana di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat. Data curah hujan diperoleh dari BPBD Provinsi Sumatera Utara. (Gambar 4.2).

Gambar 4.2Peta Curah Hujan KabupatenPakpakBharat 2011 Sumber: Peta BPBD 2011


(55)

Dari Peta diatasrata-rata curah hujan Kabupaten Pakpak Bharat berada antara 4.000-4.500 mm yang berarti peresapan air ke tanah sangat tinggi.

4.1.3Kependudukan

Penduduk Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe data Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dalam Angka 2010 berjumlah 9596 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 4727jiwa (49%) dan penduduk perempuan 4869 jiwa (51%). Datakependudukan yang terutama diperlukan dalam penelitian ini adalah kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehedisajikan sebagaimana Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe

Luas, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2009

No. Desa Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

KepadatanPenduduk (Jiwa/ Km2)

1 2 3 4 5

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kaban Tengah Bandar Baru Tanjung Meriah Tanjung Mulia Simberuna Perolihen Maholida 115.10 77.20 79.60 15.25 21.00 20.00 18.00 1.251 1.456 1.335 1.462 550 802 683 10 18 16 95 26 40 37


(56)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No. Desa Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

KepadatanPenduduk (Jiwa/ Km2)

1 2 3 4 5

8. 9. 10. Perjaga Malum Mbinalun 18.90 73.40 35.17 437 454 1.166 23 6 33

Jumlah 473.62 9.596 20

Sumber: Kecamatan Sitellu Tali Urang JeheTahun 2010 4.1.4Mata pencaharian dan tingkat pendapatan penduduk

Mata pencaharian penduduk diperlukan karena akan sangat terkait dengan bencana tanah longsor terutama mata pencaharian yang berhubungan dengan pemanfaatanlahan.Adapun mata pencaharian penduduk di wilayah studi bedasarkan sektor-sektor kegiatan ekonomi yang ada, terdiri atas pertanian: perdagangan, jasa-jasa, serta pengangkutan dan komunikasi.

MenurutdataKabupaten Pakpak Bharatdalam Angka 2010,matapencaharian penduduk di Kabupaten Pakpak Bharat terdiri atas:

1. Bidang pertanian, sebanyak 189.030 jiwa atau 97,79%. 2. Jasa-jasa, sebanyak 21.080 atau 7,34%.


(57)

Sedangkan menurut laporan tahunan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2010 mata pencaharian penduduk Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, terdiri atas:

1. Petani, sebanyak 7.753 jiwa atau 71,77%. 2. Pedagang, sebanyak 946 jiwa atau 8,15%. 3. Pegawai Negeri, sebanyak 404 jiwa atau 3,48%. 4. TNI/POLRI, sebanyak 48 jiwa atau 0,41%. 5. Buruh, sebanyak 1.858 jiwa atau 16,00%.

Berdasarkan data Kabupaten Pakpak Bharat dalam angka 2010, besarnya pendapatan PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku tahun 2010 sebesar Rp. 5.651.525,84,- dan besarnya PDRB perkapita berdasarkan harga konstan sebesar Rp. 4.172.023,20,-.

4.1.5 Morfologi

Berdasarkan peta kemiringan lereng Kabupaten PakpakBharat dari BPBD

Sumatera Utara, secara garis besar keseluruhan wilayah

KabupatenPakpakBharatmemiliki:

1. Bentuk medan yang sangat terjal. 2. Kemiringan lereng 50-70%.


(58)

Gb 3.12

Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten PakpakBharat Sumber: Peta BPBD Kabupaten PakpakBharat 2012 4.1.6 Penggunaan lahan

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe secara keseluruhan mempunyai luas 1242hektar, dengan penggunaan lahan antara lain: pemukiman, sawah, perkebunan, ladang, tegalan/ladang, kebun campuran dan belukar. Kondisi lahan pada daerah perkampungan umumnya masih memungkinkan untuk dikembangkan karena lahan yang kosong masih cukup luas. Diperkirakan luas areal hutan berkisar 75% dari luas keseluruhan daerah penelitian telah beralih fungsi menjadi areal perkebunan rakyat yang umumnya ditanami tanaman pendudukberupa nilam. (Gambar 4.4)


(59)

Gambar 4.4PetaPengunaan Lahan KabupatenPakpakBharat Sumber: Peta BPBD KabupatenPakpakBharat 2012

4.2 Potensi Bencana di Kabupaten PakpakBharat

Kecamatan SitelluTali UrangJeheKabupaten PakpakBharat memiliki potensi bencana, selain disebabkan oleh aktivitas alam.Dari identifikasi data, diperoleh potensi bencana yang adalah:

Tabel 4.3 Frekuensi Bencana di Kecamatan Sitellu Tali UrangJehe

No. Jenis/Kejadian Bencana Frekuensi Keterangan

1. Tanah Longsor 20 kali 71 titik

2. Gempa Bumi 1 kali 451 rumah

3. Angin Putting Beliung 2 kali 4 rumah


(60)

1. Tanah Longsor

Tanahlongsormerupakansalah satu jenis gerakan massatanahataubatuan, ataupunpencampurankeduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakantanah ini adalah curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing.

Kabupaten PakpakBharat berada pada ketinggian antara 700-1.500 meter di atas permukaan laut, keadaan lereng di dominasi oleh lereng bergelombang, terjal dan curam. Oleh karena kondisi lereng tersebut menyebabkan bencana tanah longsor sering terjadi di Kabupaten PakpakBharat.

Kondisi klimatologi Kabupaten PakpakBharat yang memiliki curah hujan yang tinggi sebesar 3.161 mm per hari atau rata-rata sekitar 263,41 mm tiap bulannya mengakibatkan semakin tingginya kerentana terjadinya bencana tanah longsor. Selain tanah longsor, kondisi iklim tersebut juga mengakibatkan terjadinya angin puting beliung yang bersamaan dengan hujan deras.

Darilaporananalisa taksiran Kerugian dan kerusakan (DaLa)yang

dikeluarkan BPBD Kabupaten Pakpak Bharat 2011, tanah longsor sangat sering terjadi diKecamatan Sitellu Tali UrangJehe Kabupaten Pakpak Bharatmengakibatkan kerusakan infrastruktur seperti jalan,saluran irigasi maupun perumahan-perumahan penduduk yang cukup tinggi serta kerugian akibat bencana terutama penduduk yang besar. (Tabel 4.3 dan Gambar 4.5)


(61)

Gambar 4.5:Foto Bencana Tanah Longsor Kabupaten PakpakBharat Sumber : Dokumentasi tanah longsor BPBD Kabupaten PakpakBharat 2012

2. GempaBumi

Gempa bumi, dampak yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum lain) dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dan lain-lain)serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan.

Kabupaten PakpakBharat adalah gempa bumi. Kabupaten Pakpak Bharat berbatasan langsung dengan Provinsi NAD yaitu dengan Kabupaten Aceh


(62)

Singkil dan Kota Subulussalam, yang merupakan daerah yang sering terjadi gempa bumi. Bilamana terjadi gempa bumi di daerah tersebut maka Kabupaten Pakpak Bharat akan mengalami hal sama. Selain itu Kabupaten Pakpak Bharat juga berbatasan dengan Kabupaten Dairi, dimana terdapat patahan renun yang sangat berpotensi mengakibatkan gempa bila terjadi pergerakan di patahan tersebut.

Tanggal 6 September 2011 pukul 00.55 Wib telah terjadi bencana Gempa Bumi di Kabupaten Pakpak Bharat dengan kekuatan 6,7 SR pada 59 Km Timur Laut Singkil Baru.Pusat gempa bumi berada di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi NAD yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pakpak Bharat. (Tabel 4.3).

Akibat Bencana Gempa Bumi tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan perumahan, rumah ibadah, fasilitas umum pemerintahan,

pendidikan, kesehatan jalan/jembatan, irigasi, MCK/air bersih

diKabupatenPakpak Bharat sebagai berikut: 1. Korban Jiwa:

a.Meninggal Dunia dan Luka Berat : Tidak ada

b.Luka Ringan : 6 orang

2. Taksiran Kerusakan dan Kerugian:

a.Kerusakan fisik akibat bencana sebesar Rp 62.253.000.000,-


(63)

Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.105. 253.000.000,-

Gambar 4.6:Foto Kejadian Gempa Bumi 6 September 2011 Sumber : Dokumentasi gempa bumi BPBD Kabupaten PakpakBharat2011 3. Angin Puting Beliung

Kondisi klimatologi Kabupaten Pakpak Bharat yang memiliki curah hujan yang tinggi sebesar 3.161 mm per hari atau rata-rata sekitar 263,41 mm tiap bulannya mengakibatkan semakin tingginya kerentanan terjadinya bencana angin puting beliung.Kondisi iklim tersebut juga mengakibatkan terjadinya angin puting beliung yang bersamaan dengan hujan deras.

Pada hari Senin tanggal 18 Maret 2012 sekira pukul 16.30WIB telah terjadi angin puting beliung yang mengakibatkan robohnya atap bangunan antara lain: Rumah tempat tinggal masyarakat sejumlah 97unit, Balai Desa 1 Unit


(64)

dan standdi Pekan 9 unit serta pohon di sekitarrumah penduduk ada yang tumbang menerpa rumah penduduk dan jaringan listrik.Tidak ada korban jiwa,hanya ada 1 orang yang luka ringan. (Tabel 4.3 dan Gambar 4.7)

Gambar 4.7:Foto Bencana Angin Puting Beliung, 18 Maret 2012 Sumber : Dokumentasi angin putting beliung BPBD Kabupaten PakpakBharat

2012

4.3 Peran SertaMasyarakat dalamPenanggulanganBencana di KabupatenPakpak Bharat

Peranserta masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Pakpak Bharat merupakan upayamengatasi bencana mulai sebelum, saat hingga pasca terjadinya bencana. Upaya peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencanadimulai dengan adanya kebijakan yang bertujuan menanggulangi bencana sesuai dengan peraturan yang ada. Strategi yang ditetapkan dalam menanggulangi


(65)

bencana perlu disesuaikan dengan kondisi daerah. Operasi peran serta masyarakat

dalampenanggulangan bencana perlu dipastikan efektif, efisien dan

berkelanjutan.Untukmendukung pengembangan sistem peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana yang mencakup kebijakan, strategi, peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Pakpak Bharat meliputi kebijakan dan strategi dalam peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.

4.3.1 Kebijakan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di

Kabupaten Pakpak Bharat

Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari upaya penanggulangan bencanayang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat, kebijakan ini diuraikan dari 10 (sepuluh) sasaran dan 5 (lima) tujuan penanggulangan bencana. Selanjutnya terdapat 3 (tiga) misi yang hendak dicapai untuk mewujudkan visi peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di Kabupaten Pakpak Bharat “Pakpak Bharat Tangguh dan

Menghadapi Bencana”. Adapun misi penanggulangan bencana Kabupaten Pakpak Bharatadalah:


(66)

2. Mengurangi risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan dan infrastruktur diseluruh lini secara terencana dan terpadu.

3. Memulihkan dampak bencana secara fisik dan psikologis.

Dari misi tersebut, ditetapkan 5 (lima) tujuan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu:

1. Membangun sistem peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana Kabupaten Pakpak Bharat yang handal.

2. Membangun kesiapsiagaan bencana secara partisipatif.

3. Mempersiapkan infrastruktur peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana yang tangguh.

4. Meminimalkan korban saat bencana dan mempercepat penyelesaian

masadarurat bencana.

5. Melaksanakanupaya rehabilitasi dan rekonstruksi dalam rangkapemulihan stabilitas kehidupan daerah korban bencana.

4.3.2 Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana

mengutamakanpengurangan risiko bencana

Peransertapenanggulangan bencana mengutamakan pengurangan risiko bencanadengantetapmelakukan penanganan darurat yang cepat dan tepat. Pengurangan risiko bencana dilakukan dengan mengidentifikasibencana. Terkait


(67)

bencana,kerentanan bencana, kemampuan menangani bencanadan analisa resiko bencana.Peristiwa bencana telah menimbulkankorban jiwa, kerusakan sarana dan prasarana yang signifikandantelah memberikan kerugian secara tidak langsung terhadap faktor sosial dan ekonomi di wilayah ini.

Kerentanan wilayah dan penduduk terhadap ancaman meliputi kerentanan fisik, kerentanan sosial, dan kerentanan ekonomi.Kemampuan menangani bencana meliputikemampuan kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM), dan sumber pendanaan yang didayagunakan dalam penanggulangan bencana.Penilaian atau analisis risiko bencana bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah berdasarkan tingkat risikonya terhadap bencana. Hasil analisis menjadi acuan dalam perumusan tindakan prioritas pengurangan risiko bencana.

4.3.3 Mengembangkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana

Peranserta dalam penanggulangan bencana dilaksanakan dengan mendukung dan mengembangkan voluntarisme yang mempunyai kapasitas dalam menghadapi bencana.Peningkatan kapasitas bertujuan membangun kultur masyarakat untuk menghadapi ancaman dan sadar akan bahaya yang akan dihadapi.

Halyangpentingdalampeningkatankapasitasadalahmemandang masyarakat

sebagai subjek bukan sebagai objek. Penanggulangan bencanadalam proses pembangunanperlu dikembangkan upaya sebagai berikut:


(68)

1. Pendidikan bencana, melalui program formal maupun informal,pelatihan,pembangunan institusi untuk memberikan pengetahuan yang profesional dan kompetensi yang diperlukan

2. Sosialisasi pengetahuan tentang bahaya maupun sarana untuk memerangi bahaya dapat menjadikan program implementasi menjadi lebih efektif

3. Pelatihandansimulasi dalam rangka memahami bencana yang akan

ditimbulkan.

4.3.4 Programpemerintahterkaitperansertamasyarakat dalampenanggulangan bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Pakpak Bharat mempunyai beberapa tugas pokok, yaitu:

1. Menetapkanpedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan

bencanayang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan setara.

2. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana. 4. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana.

5. Evaluasi dan monitoring penyelenggaraan penanggulanganbencanadalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana.


(69)

6. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran logistik penanggulangan bencana.

Diperlukanlangkah-langkah nyata di lapangan sebagai upaya untuk penanggulangan bencana yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan kerugian akibat bencana.

4.4 Persepsi Masyarakat Kecamatan SitelluTalliUrangJeheterhadap Peran Serta MasyarakatdalamPenanggulangan Bencana

Persepsimasyarakat Kecamatan SitelluTalliUrang Jehe peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana tidak dapat dipisahkan secara serta merta dengan pola hidup dan kebiasan masyarakat. Persepsi yang didefinisikan sebagai suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahamiinformasi tentang lingkungannya. Informasi tersebut dapat melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Bagi masyarakat di Kecamatan SitelluTalliUrangJehebencana merupakan ancaman yang sangat membahayakan dan merasa tidak mampu menghadapi bencana. Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana sangat besar yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana merupakan mutlak urusan yang harus melindungi masyarakatnya. Kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana belum optimal karena BPBD masih baru berdiri dan sumber daya manusiadidalamnya masih belum optimal.


(70)

4.5 Pengembangan Kelompok Peduli Bencana sebagaiUpaya Peningkatan Peran Serta dalam Penanggulangan Bencana

Dalam rangkapeningkatan peran serta penanggulangan bencana terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat, pemerintah melakukan upaya penanggulangan bencana melalui aksi nyata di lapangan. Upaya tersebut diwujudkan dengan membentuk kelompok masyarakat peduli bencana di daerah rawan bencana melalui Keputusan Bupati Pakpak Bharat yangmelibatkan peran serta aktif masyarakat sekitar kawasan rawan bencana.

4.5.1 Dasar pembentukan kelompok peduli bencana

Pasal4 Undang-undang No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.Keputusan Bupati Pakpak BharatNomor 21 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kelompok masyarakat peduli bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitellu TalliUrangJehe, mengingat

masyarakat merupakan komponen utama dalam penanggulangan

bencanadanketerbatasanpemerintahbaikdari pendanaan maupun sarana prasaranadalam peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana. Pelibatan masyarakat diharapkan akan dapat membantu penanggulangan bencana,hal ini dilakukan dengan pertimbangan karena pemukiman masyarakat tersebar dan dekat dengan lokasi terjadinya bencana.


(71)

4.5.2 Pengembangan kelompok peduli bencana

Pasal 4 Undang-undang No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana

menyatakanbahwa penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

Kelompok masyarakat peduli bencana adalah kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan, jika terkena bencana.Kemampuan ini diwujudkan dalam proses pembangunan yang mengandung upaya-upaya pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas.

Dalam kelompok masyarakat Peduli Bencana, masyarakat terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, mengevaluasi dan mengurangi risiko-risikobencana yang ada di wilayah mereka, terutama dengan memanfaatkan sumber dayalokal demi menjamin keberkelanjutan.

Sesuai Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Pemerintah danPemerintah Daerah menjadi penanggung jawab penyelenggaran

penanggulangan bencana. Pengembangan Kelompok Peduli Bencanapada

hakikatnyamerupakan bagian dari pelaksanaan tanggung jawab ini yang pengaturannya diserahkan kepada masyarakat, dan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah akan memfasilitasi program ini dengan menyediakan sumber daya


(72)

dan bantuan teknis yang dibutuhkan oleh Kelompok Peduli Bencana. Mekanisme perencanaan dan penganggaran program dibahas melalui forum musyawarah.

4.5.3 Strategi pengembangan kelompok peduli bencana

Strategi-strategi yang dapat diterapkan Kelompok Peduli Bencanaantara lain meliputi:

1. Pelibatan masyarakat penggunaan dan pemanfaatan sumber daya mandiri setempat.

2. Dukungan dalam bentuk komitmen kebijakan, sumber daya dan bantuan teknis dari pemerintah sesuai kebutuhan dan bila dikehendaki masyarakat. 3. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan potensi ancaman

bencana.

4. Pengurangan kerentanan masyarakat untuk mengurangi risiko bencana. 5. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk mengurangi dan beradaptasi dengan

risiko bencana.

4.5.4 Kegiatan pengembangan kelompok peduli bencana

Padakajian ini merupakan bentuk kegiatan pengembanganKelompok

PeduliBencanayangmeliputiPerencanaan Kelompok Peduli Bencana,Pelaksanaan Rencana Aksi, Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Aksi.


(73)

Rencanapenanggulangan bencana merupakan rencana strategis untuk mobilisasi sumber daya, baik pemerintah maupun masyarakat dalam lingkup wilayah desa. Rencana penanggulangan bencana yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan, harus ada payung hukum pelindung yakni peraturan terkait penanggulangan bencana dan kesepakatan antar masyarakat dalampenanggulanganbencana. Kesepakatan antar masyarakat dalam penanggulangan bencanayang direpresentasikan oleh para anggota dalam musyawarah. Rencana penanggulangan bencana dalam program ini disusun sepenuhnya bersama masyarakat.

b. Pelaksanaan Rencana Aksi.

Rencana peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana perlu diimplementasikan dalampelaksanaan Rencana Aksi oleh seluruh warga. Untuk itu dibutuhkan pendanaan dan alokasi sumber daya yang memadai. c. Pemantauan, Evaluasi dan PelaporanAksi.

Perangkat pemantauan dan evaluasi perlu dibuat sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah, sumber daya yang ada dan kapasitas warga, serta dapat memberikan bukti-bukti yang diperlukan untuk memberi penilaian.

4.5.5 Pendanaan kelompok peduli bencana

Kelompok Peduli Bencana merupakan upaya pelibatan masyarakat secara suka rela, tidak ada anggaran operasional dan insentif khusus. Berdasarkan susunan tim, maka pembinaan Kelompok Peduli Bencana dilakukan olehBPBD sebagai instansi terkait penanggulangan bencana tidak hanya dilakukan untuk meningkatkan


(74)

namunjugapembinaankerjasamamasyarakat dalam mengambil keputusan bersama untuk kepentingan bersama.

4.6 Kelompok Peduli Bencana di Desa Tanjung Mulia Kecamatan SitelluTalliUrangJehe

Atas dasar Keputusan Bupati Pakpak BharatNomor 21 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kelompok masyarakat peduli bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitellu TalliUrangJehedesa.Berikut kami sajikan proses pembentukan, keanggotaan, rencana kerja dan kegiatan yang telah dilakukan kelompok.

4.6.1 Keanggotaan kelompok peduli bencana

Keanggotaan kelompok peduli bencana adalah masyarakat yang berdomisili pada daerah yang dinyatakan rawan bencana oleh BPBD dan peduli akan penanggulangan bencana dan ditetapkan melalui Keputusan Bupati Pakpak Bharat.

4.6.2 Peraturan dan kesepakatan masyarakatrencana kerja kelompok peduli bencana Rencana peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan, harus ada payung hukum pelindung yakni peraturan terkait peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana dan kesepakatan antar masyarakat dalam penanggulangan bencana.Kesepakatan masyarakat merupakan aturan yang disepakati anggota masyarakat dalam hal teknis


(1)

f. Membangun koordinasi antara pemerintah dan masyarakat dalamperan sertadalam penanggulangan bencana melalui upayapembinaan, penyuluhan dan kerjasama program/kegiatan antarapemerintah dan kelompok peduli bencana serta kelompok masyarakat lain;

g. Meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah terkait peran serta dalam penanggulangan bencana, terutama dalam membangun komitmenbersama terkait peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana melaluipelaksanaan program masing-masing sektor yang saling mendukung.

Sedangkan untuk penanganan dalam jangka panjang maka upayayang perlu dilakukan adalah:

a. Pengintegrasian peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana mulai kesiapsiagaan hingga rehabilitasi dan rekonstruksi;


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai temuan penelitian sebagai berikut:

1. Peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana di KecamatanSitelu Tali Urang Jehe baru sebatas pada tanggap darurat pada saat terjadi bencana. 2. Persepsi masyarakat yang masih menganggap bahwa bencana itu adalah suatu

takdir yang tidak dapat dihindari dan harus dihadapi setiap orang sehingga merasa tidak mampu untuk menghadapi bencana.

3. Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah masih kurang optimal karena baru berdiri.

4. Sumber daya manusia yang masih kurang mendukung dalam program peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.

5. Logistik dalam mendukung peran serta masyarakat untuk penanggulangan bencana belum memadai.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, perlu dikemukakan saran untuk pemerintah yang berkaitan dengan hasil penelitian ini, yaitu:

1. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana diperlukan suatu komitmen dan koordinasi yang solid dari pemerintah, terutama dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan akhir yang diinginkan yaitu ketahanan masyarakat dalam penanggulangan bencana.

2. Menyelesaikanpermasalahan bencanahendaknya dilakukandengan melakukanpemecahan masalah pada sumbernya melalui:peningkatan pengetahuan dan kesadaranmasyarakat akan dampak bencana, meningkatkan kemampuanmasyarakat dalam pengolahan, peningkatan ketrampilan masyarakat, peningkatan sarana dan prasarana peran serta masyarakatdalam penanggulangan bencana

3. Upaya pengelolaan lingkungan khususnya dalamperan serta masyarakat penanggulangan bencana perlu melibatkan masyarakat mulai dariproses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan termasukmensinergikan kebijakandan program pemerintah dengan potensi yang adadalam masyarakat


(4)

Sedangkan saran yang dapat disampaikan untuk peneliti lain guna menambahkhasanah pengetahuan tentang peran serta masyarakat dalam penanggulangan bencana adalahmelakukan penelitian dengan topik yang sama padalokasi lain terutama pada lokasi daerah rawan bencana.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1990. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Budiarti, L. 2006. Penerapan Co-Management dalam Pengelolaan Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan di Jawa Tengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Carter, W.N. 1991. Disaster Management: A Disaster Manager’s Handbook, Manila: National Library of the Phillipine

Hadi, Sudharto P. 1999. Peran Serta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Makalah pada Seminar Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Jakarta 3-4 Februari 1999-2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2007. Bahan Kuliah Matrikulasi Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang

Hardiati, E.S, 2007. Peran Serta Masyarakat dalam Pemeliharaan Kebersihan dan Keteduhan Kota Pati. Tesis. Program Magister Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Undip, Semarang

Hikmat, H., 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung

Kurniawan, Bernanda, 2004. Evaluasi Program Bangun Paraja dengan Studi KasusKota Semarang Jawa Tengah, Tesis Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang Moleong, Lexi, J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Purba, J. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta


(6)

Tjokroamidjoyo, B, 1998. Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan (Perkembangan, Teori dan Penerapan), LP3ES, Jakarta

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik IndonesiaNomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyunan Rencana Penanggulangan Bencana


Dokumen yang terkait

Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 74 101

Sistem Usahatani dan Pemasaran Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat(Studi Kasus : Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Sitellu TAli Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat)

5 53 131

Analisis Potensi Pengolahan Minyak Nilam Di Kabupaten Pakpak Bharat (Studi Kasus di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan)

0 42 84

Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat

5 80 81

BENTUK PENYAJIAN MUSIK TARI ANGGUN POLA PADA MASYARAKAT PAKPAK DI DESA SINGGABUR KECAMATAN SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

1 9 32

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 18

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 4

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 4

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 19

Peran Serta Masyarakat Dalam Penanggulangan Bencana dengan Studi Kasus: Kelompok Masyarakat Peduli Bencana Desa Tanjung Mulia Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat

0 0 2