Persoalan Membangun Gerakan SETTING PENELITIAN

untuk memenuhi amanat strategi dan taktik untuk intervensi ajang elektoral pemilu 2009, juga setelah memandang tidak terlalu berbedanya situasi ekonomi politik bangsa, LMND mengulang taktik politik parlementariannya dengan sebuah semangat yang baru, yaitu: Pembebasan Nasional dari Imperialisme.

C. Persoalan Membangun Gerakan

Fenomena apatisme sosial dan apolitisme massa rakyat menjadi penghambat tersendiri dalam aktivitas pembelaan, sehingga kerap yang muncul adalah frustasi sosial dan kebingungan massa terhadap masalah yang mereka hadapi. Tidak mudah memang untuk membangun gerakan pun gairahnya. Gerakan hari ini begitu fluktuatif, karena kondisi sistem sosial yang begitu dinamis di masyarakat. Negara melalui aparatus ideologisnya menyibukkan mahasiswa dengan aktifitas studi di kampus yang membuat mereka melupakan atau berkurang sensifitasnya terhadap persoalan sosial yang sedang terjadi di sebelahnya. Kreatifitas dalam membangun gerakan bagi LMND sendiri dirasa perlu melihat situasi dan kondisi kekinian. Apolitisme mahasiswa dan ideologi hedonis yang telah didoktrin pada kalangan mahasiswa memang bisa menjadi hambatan untuk mengambangkan gerakan. Namun, disisi lain, kondisi seperti ini sebenarnya justru menjadi peluang bagi organisasi untuk membangkitkan kembali kesadaran mereka. Artiannya, semakin mahasiswa tidak sadar dan dibekap oleh berbagai ideologi yang menyesatkan yang coba ditanamakan oleh sistem saat ini, semakin kuat pula perjuangan LMND untuk menghidupkan kesadaran akan peranannya sebagai mahasiswa yang menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. Status sebagai mahasiswa tentu bukanlah kelas tersendiri dalam masyarakat saat ini, sebagaimana Marx telah membagi masyarakat dalam dua kelas, yakni kelas borjuis pemilik modal dan kelas proletar. “Ini kosekuensi sebenarnya. Iklim pendidikan atau iklim gerakan yang saat ini lebih mundur dari tahun-tahun kemarin memang enggak menemukan musuh bersama. Kalau dulu 1998 jelas, ada Soeharto dan rezimnya. Kemudian, kalau sekarang sendiri-sendiri, karena kepentingannya berbeda-beda. Nah, soal kondisi kesadaran massa, ini wajar soal NKKBKK, tapi bahasanya lebih softly, dimana mahasiswa ini ada yang namanya aparatus ideologis. Dia harus jadi manusia yang profesional, yang begitu-begitulah yang kumaksud tadi, ini diturunkan peraturan lewat Dikti lewat pihak rektorat, kemudian memaksa mahasiswa tidak punya cukup waktu luang untuk berdiskusi atau berbincang-bincang soal situasi nasional. Ini lebih disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang menumpuk yang enggak karu-karuan. Kemudian, dengan persaingan bursa kerja yang semakin luar biasa ” Isnan, 22, September 2010 Orientasi mahasiswa pada studi di kampus saja memang menandakan bahwa aparatus ideologis begitu kuat merubah kesadaran mahasiswa. Orientasi mahasiswa lebih cenderung pada kuliah cepat, lulus dan kerja. Jurusan yang dipilih adalah jurusan yang banyak dibutuhkan oleh kebutuhan produksi saat ini, seperti komputerisasi. LMND menyebutnya sistem pendidikan buruh. Dinamika masyarakat menjadi bagian bagi gerakan LMND kedepannya. Begitu banyak peluang untuk memperkuat gerakan disamping tantangan-tantangan tang kemudian muncul dari luar organisasi, seperti sentimen komunis terhadap LMND sendiri. “Selama di Indonesia jumlah rakyat miskinnya jauh lebih banyak ketimbang yang menindasnya ini, ya peluangnya besar, asal serius untuk ngerjainnya. Tantangannya memang soal cap komunis tadi. Sampai gua ini enggak tahu komunis itu apa. Karena bicara komunis di Indonesia ini bicara soal paham anti Tuhan, enggak punya Tuhan dan lain-lain sebagainya. Padahal yang namanya kader-kader kita ini, yang namanya shalat, ya, haruslah. Karena itu jadi kewajiban. Kalau ke gereja ya wajib. Kalau ke pura ya wajib.” Isnan, 22, September 2010 Persoalan mengenai membangun gerakan memang bisa muncul dari mana saja dan LMND sendiri menyikapinya dengan budaya berpikir mereka dengan pisau analisa gerakan. Mengidentifikasi dan memformulasi sampai menurunkan pada tindakan konkrit. Merumuskan konsepsi dan prakteknya kemudian dengan mengunakan Marxisme.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN