Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam (Studi Terhadap Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU)

(1)

SKRIPSI

Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam

(Studi Terhadap Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU)

Oleh:

EDO 070905007

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Oleh :

Nama : EDO Nim : 070905007

Judul : Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam (Studi Terhadap Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU)

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

Drs. Ermansyah, M.Hum Dr.FikarwinZuska

NIP : 19660304 199203 1 002 NIP : 19621220 198903 1 005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. NIP : 19680525 199203 1 002


(3)

PERNYATAAN ORIGINALITAS

GERAKAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

(STUDI TERHADAP GERAKAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT FISIP USU)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Dalam skripsi ini juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis memang sengaja menjadi acuan saya dan itu disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain dengan apa yang saya katakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Mei 2012


(4)

KATA PENGANTAR

Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi yang beraktifitas di FISIP USU. Dalam kaitannya dengan gerakan mahasiswa, maka dapat dikatakan HMI Komisariat FISIP USU merupakan organisasi gerakan mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat dari aktifitas-aktifitas organisasi yang berperan aktif dalam mendukung gerakan mahasiswa. Terdapat beberapa contoh aksi yang akan dideskripsikan dalam tulisan ini di antaranya : Aksi penolakan kenaikan uang SPP USU, dan aksi penolakan rencana kenaikan BBM. Kasus-kasus aksi tersebut sebagai bahan yang membuktikan bahwasannya HMI Komisariat FISIP USU merupakan organisasi gerakan mahasiswa.

Hasil penilitian ini merupakan syarat yang harus dipenuhi penulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dari Departemen Antropologi FISIP USU. Penulis berharap kajian gerakan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU dalam sudut pandang antropologi tersebut dapat berguna untuk pengembangan khasanah keilmuan dalam bidang antropologi.


(5)

ABSTRAK

Terdapat beberapa organisasi gerakan mahasiswa di FISIP USU. Organisasi tersebut dikatakan sebagai organisasi mahasiswa karena terdapatnya aktifitas-aktifitas organisasi yang mendukung terwujudnya aksi-aksi mahasiswa yang mendukung kepentingan umum. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi yang dimaksud.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang gerakan mahasiswa yang diperankan HMI Komisariat FISIP USU. Studi terhadap penelitian ini dilihat dari pespektif antropologi. Hubungan perpektif antropologi dengan tulisan ini dapat dilihat dari peran dan fungsi organisasi dalam mengawal gerakan mahasiswa HMI Komisariat FISIP USU. Penelitian dari skripsi ini dikaji dengan pendekatan kualitatif, dan pengumpulan data dari wawancara dan observasi berpartisipasi. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa alumni yang sebelumnya pernah menjadi kader HMI Komisariat FISIP USU dan Anggota-anggota aktif HMI Komisariat FISIP USU. Klasifikasi dari informan adalah mereka yang sebelumnya pernah menjabat posisi-posisi strategis di kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU.

Hasil dari penelitian menunjukkan peran dan fungi organisasi HMI Komisariat FISIP USU dalam mengawal gerakan mahasiswa. Terdapat beberapa pertanyaan yang terjawab dalam penelian ini seperti: penulis mengetahui visi dan misi HMI Komisariat FISIP USU adalah sebagai alat perjuangan mahasiswa untuk menata kehidupan ke arah kebenaran, nilai-nilai yang terdapat di HMI Komisariat FISIP USU berdasarkan bentukan proses berjalannya komisariat sebagai organisasi mahasiswa, untuk membangun gerakannya komisariat harus menanamkan pada setiap anggota nilai-nilai dimilikinya, dan aksi-aksi yang dilakukan komisariat cukup bervariasi, variasi aksi tersebut berdasarkan pada settingan aksi yang ingin dilakukan.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahhirabbil”alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam (Studi Terhadap Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU”ini dengan baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan kritik, saran dan masukan yang konstruktif bagi perkembangan penulis dalam menyelesaikan skripsi. Bimbingan yang bapak berikan telah membawa perkembangan diri yang sangat berarti bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Drs. Sri Alem sembiring, Msi selaku dosen penasehat akademik. Ibu sebagai dosen PA telah menyelesaikan tugas ibu dengan baik, nasehat-nasehat yang pernah ibu berikan telah menjadi suatu spirit bagi penulis untuk meraih gelar kesarjanaan. Berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ibu berikan juga telah menjadi inspirasi hidup bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska sebagai Ketua Departemen Antropologi FISIP USU sekaligus sebagai dosen. Pengetahuan-pengetahuan yang diberikan telah memotivasi penulis untuk mendalami Ilmu Antropologi. Demikian juga kepada Bapak Drs. Agustrisno, MSP Sekretaris Departemen Antropologi FISIP USU sekaligus dosen pengajar di antropologi yang memberikan gagasan-gagasan yang sangat bersahabat, dan


(7)

berlaku sangat tenang dalam memotivasi mahasiswa. Terima kasih juga kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi FISIP USU yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, dan Kak Nur sebagai staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh kerabat di Antropologi FISIP USU. Secara khusus juga untuk kerabat-kerabat seperjuangan penulis di antropologi seperti Nur Azizah, Rabithah, Indri yang selalu setia memberikan catatan-catatan perkuliahan, Rendi, Alfi, Fikri, Vino, Sri paulina, Martha yang selalu berusaha jadi yang terbaik, Fauzi, Inggrid, Rini, Anggel, Jonathan, Davi, Fardin, Tata, Siti Diannur, Utti, Dian Angraini, Cristina.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU yang dalam hal ini penulis memohon maaf sebelumnya karena tidak bisa menulisnya satu persatu. Kehadiran komisariat dalam kehidupan penulis telah menjadi suatu yang sangat berarti bagi kehidupan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan penulis di HMI Komisariat FISIP USU angkatan 2007 seperti Afdhal (politisi Aceh ni), Budi, Ferdi, Ojan (sebelum batu nisan tertancap, pantang menyerah ya kawan awak), Dedi, Firdha, Aya, Rholand, akbar, Roji, Acong, Amir, Dika, Taufik, Ika, Rini, Indra, Tri, Wanda, Miftah, Kiki, Aink, Wirda,

Terima kasih yang amat terdalam juga kepada kedua orang tua kandung penulis yang dalam hal ini orang tua tersebut telah memberikan seluruh kasih dan


(8)

sayangnya kepada penulis sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara penulis lain seperti; kak Ika, bg fandi, bg Leo sekeluarga, Joki, Azzam Alfanka dalam hal ini sebagai jagoan penulis, dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Adinda Dina Aryanti atas segala perhatian, bantuan dan dukungan moril yang telah diberikan.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

1.4. Tinjauan Pustaka ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 16

1.5.1. Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.5.2. Lokasi Penelitian ... 20

1.6. Teknik Analisa Data ... 20

BAB II. DESKRIPSI ORGANISASI MAHASISWA DI FISIP USU.... 22

2.1. Universitas Sumatera Utara... 22

2.2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 25

2.3. Organisasi Mahasiswa di USU ... 27

2.3.1. Organisasi Intra di USU Sesuai dengan Tata Laksana Organisasi Mahasiswa ... 29

2.3.2. Organisasi Mahasiswa Ekstra di USU ... 31

2.4. Organisasi Mahasiswa di FISIP USU ... 33

2.4.1. Organisasi Intra di FISIP USU ... 34

2.4.2. Organisasi Ekstra di FISIP USU ... 37

2.5. Sekretariat HMI FISIP USU ... 38

BAB III.HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT FISIP USU 41 3.1. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU ... 41


(10)

3.1.2. Sejarah HMI di Indonesia ... 45

3.1.3. Sejarah HMI Komisariat FISIP USU ... 46

3.1.4. Pengurus HMI Komisariat FISIP USU ... 51

3.1.4.1. Bidang Penelitian dan Pengembangan ... 54

3.1.4.2. Bidang Pembinaan Anggota ... 55

3.1.4.3. Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda ... 56

3.1.4.4. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi ... 57

3.1.4.5. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan ... 58

3.1.4.6. Bidang Keuangan Logistik... 59

3.2. Konstruksi Nilai Gerakan HMI Komisariat FISIP dan Prinsip Gerakan HMI Komisariat FISIP ... 60

3.3. Posisi HMI FISIP dalam Menyikapi Situasi yang Tidak Berpihak dengan Rakyat ... 64

3.4. Jaringan Sosial HMI Komisariat FISIP USU... 68

BAB IV.STRATEGI dan AKSI HMI KOMISARIAT FISIP USU ... 71

4.1. Penanaman Nilai HMI Komisariat FISIP USU Bagi Anggota 71 4.2. Penempatan Anggota HMI di Struktur-struktur Organisasi Mahasiswa ... 75

4.3. Membangun Wacana Pada Tingkatan Mahasiswa di Kampus 78 4.4. Aksi-aksi Yang Dilakukan HMI Komisariat FISIP USU (Suatu Kasus) ... 81

4.4.1. Aksi-aksi HMI Komisariat FISIP USU di Kampus (Kenaikan Uang SPP USU) ... 85

4.4.2. Aksi-aksi HMI Komisariat FISIP USU di Luar Kampus (Aksi Tolak Harga Kenaikan Bahan Bakar Minyak) .... 94

BAB V. PENUTUP... 110

5.1. Kesimpulan ... 110

5.2. Saran ... 113


(11)

DAFTAR GAMBAR

Foto Judul Halaman 1. Wawancara penulis dengan Kakanda Surya Utama ... 50 2. Wawancara penulis dengan Kakanda Dadang Darmawan ... 62 3. Selebaran Wacana-Wacana Provokativ di Depan Pintu Kantin .... 66 4. Selebaran Wacana-Wacana Provokativ di Depan Pintu Kantin .... 66 5. Aksi Bakar Lilin Pada Malam Ulang Tahun Kemerdekaan ... 67 6. Ketua Umum HMI Komisariat FISIP USU Periode 2011-2012.... 75 7. Ketua Bidang PTKP HMI Komisariat FISIP USU


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman 1. Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti ... 25 2. Daftar Nama Jurusan yang Terdapat di FISIP Pada

Awal PerkembanganFISIP ... 26 3. Daftar Nama Unit Kegiatan Mahasiswa Setingkat Universitas

di USU .. ... 30 4. Daftar Nama Organisasi Ekstra di USU yang Berdasarkan

Kepercayaan atau Ideologi ... 31 5. Daftar Nama Organisasi Ekstra di USU yang Berdasarkan

Kedaerahan atau Organisasi Primordial ... 33 6. Daftar Nama Organisasi HMD yang Tedapat di FISIP USU ... 36 7. Datar Nama UKM Tingkat Fakultas yang Terdapat

di FISIP USU ... 37 8. Daftar Nama Organisasi Ekstra Yang Beraktifitas di FISIP USU . 38 9. Daftar Nama Ketua Umum dan Sekretaris Umum


(13)

ABSTRAK

Terdapat beberapa organisasi gerakan mahasiswa di FISIP USU. Organisasi tersebut dikatakan sebagai organisasi mahasiswa karena terdapatnya aktifitas-aktifitas organisasi yang mendukung terwujudnya aksi-aksi mahasiswa yang mendukung kepentingan umum. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi yang dimaksud.

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang gerakan mahasiswa yang diperankan HMI Komisariat FISIP USU. Studi terhadap penelitian ini dilihat dari pespektif antropologi. Hubungan perpektif antropologi dengan tulisan ini dapat dilihat dari peran dan fungsi organisasi dalam mengawal gerakan mahasiswa HMI Komisariat FISIP USU. Penelitian dari skripsi ini dikaji dengan pendekatan kualitatif, dan pengumpulan data dari wawancara dan observasi berpartisipasi. Informan dalam penelitian ini adalah beberapa alumni yang sebelumnya pernah menjadi kader HMI Komisariat FISIP USU dan Anggota-anggota aktif HMI Komisariat FISIP USU. Klasifikasi dari informan adalah mereka yang sebelumnya pernah menjabat posisi-posisi strategis di kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU.

Hasil dari penelitian menunjukkan peran dan fungi organisasi HMI Komisariat FISIP USU dalam mengawal gerakan mahasiswa. Terdapat beberapa pertanyaan yang terjawab dalam penelian ini seperti: penulis mengetahui visi dan misi HMI Komisariat FISIP USU adalah sebagai alat perjuangan mahasiswa untuk menata kehidupan ke arah kebenaran, nilai-nilai yang terdapat di HMI Komisariat FISIP USU berdasarkan bentukan proses berjalannya komisariat sebagai organisasi mahasiswa, untuk membangun gerakannya komisariat harus menanamkan pada setiap anggota nilai-nilai dimilikinya, dan aksi-aksi yang dilakukan komisariat cukup bervariasi, variasi aksi tersebut berdasarkan pada settingan aksi yang ingin dilakukan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan kelompok kecil dari generasi muda yang berkesempatan mengenyam pendidikan formal di perguruan tinggi. Ia memiliki peran dan tanggung jawab sebagai mahasiswa yakni; tanggung jawab ideologis sebagai pewaris utama perjuangan bangsa, maupun tanggung jawab profesional yang dipersiapkan untuk menjadi ahli dalam bidang-bidang tertentu agar dapat berperan aktif dalam proses pembangunan.

Pada umumnya keberadaan mahasiswa telah menjadi sorotan di mata masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan puncak status bagi para pelajar yang nanti akan dapat memperbaiki kehidupan perekonomian keluarga. Selain itu mahasiswa di Indonesia khususnya juga telah mengambil arti penting dalam sejarah perkembangan bangsa. Peran mahasiswa dalam perubahan di Indonesia tidaklah terlepas dari peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. Peran tersebut ditunjukkan melalui berbagai rangkaian aktifitas yang dilakukan mahasiswa, atau dengan kata lain rangkaian kegiatan mahasiswa tersebut dapat disebut dengan kata gerakan mahasiwa1.

Sejarah Indonesia telah membuktikan bahwa setiap gerakan-gerakan perlawanan rakyat terhadap penguasa yang mengarahkan pada bergantinya rezim

1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gerakan mengandung arti (1) perbuatan atau keadaan bergerak ; (2) pergerakan, usaha, atau kegiatan dl lapangan sosial (politik dsb): ~ kaum buruh


(15)

yang berkuasa pada saat itu, tidaklah terlepas dari kehadiran peran dan fungsi mahasiswa. Seperti peristiwa lengsernya kepemimpinan orde lama pada tahun 1966 menuju kepemimpinan orde baru, dan berakhirnya rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun dengan peristiwa yang masih segar dalam ingatan yaitu reformasi tahun 1998.

Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Indonesia mengidentifikasikan bahwa mahasiswa memiliki peranan dalam perubahan. Keterlibatan mahasiswa dalam peristiwa yang dimaksud bukanlah merupakan gerakan yang diperankan secara individu-individu mahasiswa, melainkan peran mahasiswa hadir secara berkelompok atau kolektif. Gerakan seperti ini dapat terlihat dengan adanya segerombolan mahasiswa yang menentang kebijakan pada saat itu.

Perjuangan mahasiswa juga tidaklah lepas dari peran dan fungsi organisasi mahasiswa. Hal itu dikarenakan organisasi dapat menjadi wadah untuk berinteraksi mahasiswa dengan sesama untuk memperluas pengetahuan dan pemahamannya. Selain itu organisasi mahasiswa secara khusus dapat menjadi kekuatan pemersatu di tataran mahasiswa untuk mempermudah mencapai tujuan. Kembali merujuk sejarah Indonesia, maka dapat disaksikan bahwa perjuangan mahasiswa saat itu diwujudkan melalui organisasi mahasiswa2. Seperti hal-nya juga pada tahun 1998 (peristiwa reformasi), di waktu itu organisasi-organisasi

2

Seperti gerakan mahasiswa angkatan tahun 1966 yang mengakibatkan lengsernya rezim orde lama dengan terbentuknya satu kekuatan besar yang terhimpun dari beberapa organisasi mahasiswa. Sejarah membuktikan pada saat itu mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasiMunculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain


(16)

(http://www.scribd.com/doc/3262926/Sejarah-Perjuangan-Mahasiswa-mahasiswa juga mengambil peran strategis dalam perlawanan terhadap rezim orde baru di antaranya; KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), HAMMAS (Himpunan Mahasiswa Muslim Antar Kampus), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FAMRED (Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi), FORKOT (Forum Kota), LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi), KOMRAD (Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi) „Prasetyantoko & Indriyo (2001:9)‟. Berdasarkan sejarah tersebut organisasi mahasiswa telah menjadi sarana mahasiswa untuk mengawal perubahan.

Secara khusus di Universitas Sumatera Utara (USU) yaitu tepatnya di Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik (FISIP) terdapat beberapa organisasi mahasiswa yang masih menjalankan peran dan fungsinya untuk mengawal perubahan. Salah satu dari organisasi mahasiswa yang penulis maksud adalah organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat (HMI) FISIP USU. Alasan penulis mengatakan HMI Komisariat FISIP USU adalah karena penulis melihat organisai tersebut aktif dalam merespon berbagai isu yang tidak pro terhadap kepentingan mahasiswa maupun masyarakat secara umum. Keaktifan tersebut dapat dilihat dari aksi-aksi yang dimotori HMI Komisariat FISIP di lapangan. Salah satu contohnya adalah aksi mengenai penolakan kenaikan uang SPP USU 2010, dan aksi penolakan kenaikan BBM bersubsidi yang direncanakan oleh pemerintah pada awal April 2012.

Berdasarkan uraian dan paparan sebelumnya mengenai gerakan mahasiswa, maka secara khusus peran HMI Komisariat FISIP USU sebagai


(17)

organisasi gerakan mahasiswa akan menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini penulis dapat mendeskripsikan setiap rangkaian kegiatan organisasi HMI Komisariat FISIP USU yang dapat mendukung terwujudnya aksi-aksi di lapangan. Hal tersebut juga dapat menjelaskan orientasi gerakan HMI Komisariat FISIP USU, isu dan wacana yang berkembang di tataran mahasiswa, dan tata cara organisasi menyampaikan aspirasinya. Adapun yang akan menjadi fokus tempat penelitian saya adalah kampus FISIP USU dan sekretariat organisasi HMI Komisariat FISIP USU .

Kajian terhadap gerakan HMI Komisariat FISIP USU tersebut akan dilihat dalam sudut pandang antropologis. Antropologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kompleksitas kehidupan secara komprehensif, maka aktifitas HMI Komisariat FISIP USU akan ditelusuri dengan pendekatan Antropologi. Kaitan permasalahan di atas dengan antropologi dapat dilihat dari tata cara pelaksanaan organisasi, fungsi organisasi, individu yang menjalankan peran di organisasi dan tata cara organisasi memaksa tujuannya. Hubungan tersebut juga dapat dilihat dari nilai yang terkandung di organisasi, dan tata cara nilai tersebut disosialisasikan sehingga adanya identitas bagi organisasi.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian di latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana gerakan mahasiswa yang diperankan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU?


(18)

Rumusan masalah tersebut akan dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai ruang lingkup penelitian yakni :

1. Apa Visi dan Misi didirikan HMI Komisariat FISIP USU? 2. Apa nilai yang terkandung di HMI Komisariat FISIP USU?

3. Bagaimana organisasi HMI Komisariat FISIP USU membangun gerakan mahasiswa di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus?

4. Seperti apa aksi-aksi mahasiswa yang diperankan HMI Komisariat FISIP USU untuk mempengaruhi kebijakan pihak yang memiliki otoritas?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan tentang gerakan mahasiswa di organisasi HMI Komisariat FISIP USU. Oleh karena itu, penulis akan mendeskripsikan visi dan misi organisasi berdiri, nilai yang terkandung di komisariat, serta aksi-aksi yang dilakukan komisariat untuk mempengaruhi kebijakan. Secara akademis penelitian ini dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan, khususnya Antropologi. Secara praktis penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan atau masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal membuat kebijakan, dan hal-hal yang terkait dengan organisasi gerakan mahasiswa.


(19)

1.4. Tinjauan Pustaka

Mahasiswa merupakan sekelompok generasi muda yang terdaftar secara administratif di perguruan tinggi. Keterikatan generasi muda tersebut terhadap perguruan tinggi telah mengharuskan generasi muda itu untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai akademisi (menuntut pengetahuan serta menggali dan mengembangkan khasanah keilmuan atau belajar). Konsumsi pengetahuan yang didapatkan secara terus menerus memunculkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir secara sistematis dan komprehensif dalam melihat sesuatunya. Hal ini menjadikan mahasiswa orang-orang yang memiliki kemampuan intelektulitas. Terdapatnya kemampuan tersebut akan menjadikan mahasiswa semakin kritis ketika ada pandangan yang tidak lazim menurut pemikirannya (idealisme).

Implementasi dari sikap kritis tersebut akan menuju pada pola-pola tindakan mahasiswa yang berusaha mengembalikan suatu kondisi pada kondisi yang ideal. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Syari‟ati (1998:42) bahwa orang yang memiliki intelektualitas adalah orang mempunyai tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab yang dimaksud seperti mencari sebab-sebab yang sesungguhnya dari keterbelakangan masyarakatnya, dan menemukan penyebab sebenarnya dari kemandegan dan kebobrokan rakyat dalam lingkungannya.

Sejarah perkembangan Indonesia telah membuktikan bahwasannya mahasiswa ikut mengambil peran dalam perubahan. Seperti apa yang dipaparkan Suharsih & Kusuma (2007:37-38), mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang kritis dan


(20)

memiliki intelektualitas. Mahasiswa sering dianggap sebagai agent of change dan

agent of sosial control karena mahasiswa merupakan kelompok yang mampu

mengenyam pendidikan sampai taraf tinggi.

Kemampuan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa mengarahkan mahasiswa untuk peka dengan kondisi. Kemampuan intelektualitas pada dasarnya berbasis pada teori-teori untuk menemukan suatu kebenaran dari pengetahuan, sehingga dengan teori-teori yang dimiliki mahasiswa dapat menilai suatu kondisi. Berdasarkan penilaian dari kondisi tersebut mahasiswa dapat menyimpulkan tepat atau tidaknya suatu keadaan dengan ide yang dimiliki. Ketika kondisi yang diketahui tidak sesuai dengan ide yang dimiliki, maka mahasiswa berusaha untuk menyesuaikan ide tersebut dengan kondisi. Dalam kaitannya dengan kondisi masyarakat, penyesuaian ide tersebut telah menagarahkan mahasiswa untuk melakukan aksi-aksi dalam berbagai tindakan yang dapat merubah kondisi atau lebih dikenal dengan gerakan mahasiswa

Menurut Harapan & Basril (2000:3-4), gerakan mahasiswa merupakan seperangkat kegiatan mahasiswa yang bergerak menentang dan mempersoalkan realitas objektif yang dianggap bertentangan dengan realitas subyektif mereka. Acapkali gerakan mahasiswa dimulai dari tuntutan-tuntutan menentang kebijakan pendidikan, terutama otoritas perguruan tinggi, kemudian bergerak menuju kebijakan nasional, kemudian kekuasaan pemerintah yang sedang berlangsung.

Menurut Sanit (1999:32), ada lima faktor yang menjadikan mahasiswa peka dengan masalah kemasyarakatan, sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh


(21)

pendidikan yang terbaik, mahasiswa mempunyai pandangan luas untuk dapat bergerak di antara semua lapisan masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik melalui akulturasi sosial budaya yang tinggi di antara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan memiliki kelebihan tertentu dalam masyarakat. Kelima, seringnya mahasiswa terlibat dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah di masyarakat. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya jika mahasiswa mampu melakukan gerakan-gerakan yang solid untuk menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik.

Gerakan yang diperankan mahasiswa saat menyuarakan aspirasinya bukanlah merupakan gerakan individualis, melainkan gerakan kolektif. Sesuai dengan apa yang dikatakan Sunarto (2004:203) bahwa gerakan yang diperankan mahasiswa diklasifikasikan sebagai bentuk perilaku kolektif, maka dapat disebut sebagai gerakan sosial (social Movement). Gerakan sosial ditandai dengan adanya tujuan kepentingan bersama. Gerakan sosial dilain pihak ditandai dengan adanya tujuan jangka panjang yaitu untuk mengubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.

Sejarah perlawanan mahasiswa di Indonesia khususnya merupakan gerakan kolektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat beberapa peristiwa sejarah Bangsa Indonesia yang telah dilalui. Seperti yang diketahui pada saat itu,


(22)

keterlibatan organisasi mahasiswa telah menjadi faktor penentu dengan membawa wacana bersama untuk menolak rezim yang berkuasa.

Organisasi-organisasi mahasiswa dan kelompok pemersatu (aliansi) mahasiswa telah menjadi kendaraan mahasiswa dalam gerakan mahasiswa seperti; Tanggal 25 Oktober 1966, pada saat itu mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi (http://www.scribd.com). Tahun 1998, beberapa organisasi terhimpun yang memberikan perlawanan di tahun 1998 adalah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), HAMMAS (Himpunan Mahasiswa Muslim Antar Kampus), FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta), FAMRED (Front Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi), FORKOT (Forum Kota), LMND (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi), KOMRAD (Komite Mahasiswa dan Rakyat untuk Demokrasi) „‟Prasetyantoko & Indriyo (2001:9)‟‟. Organisasi adalah sekumpulan individu yang tergabung dalam satu wadah.

Bisa dipastikan sekumpulan orang ini memiliki kesamaan ide, keinginan dan kebutuhan, serta tujuan yang diwujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan bersama. Sesuai dengan definisi organisasi menurut Robbins (2001:4) bahwa organisasi diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang dikoordinasikan dengan sadar, organisasi terdiri dari 2 orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama.

Tujuan organisasi terdiri dari kumpulan nilai-nilai, nilai yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi acuan ideal bagi individu-individu dalam


(23)

menentukan aturan hidupnya. Seperti halnya menurut Koentjaraningrat (1974), nilai merupakan konsepsi-konsepsi yang ada dalam pikiran masyarakat dan organisasi mengenai hal-hal yang berarti dalam hidup. Dalam konteks nilai budaya organisasi, hal ini berarti pedoman atau kepercayaan yang dijadikan acuan dalam menjalankan tugas organisasi.

Proses organisasi dalam rangka mencapai tujuan telah mewujud pada karakteristik organisasi sebagai identitas dari organisasi atau dapat disebut dengan budaya organisasi. Hal inilah yang membedakan antara setiap organisasi yang ada. Menurut Schein (dalam Sobirin, 2007:132), budaya organisasi adalah pola asumsi dasar yang dianut bersama oleh sekelompok orang. Setelah sebelumnya mereka mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi. Interaksi komisariat dengan setiap individunya mengharuskan individu tersebut berubah sesuai dengan inginnya komisariat. Sesuai dengan yang dikatakan oleh H Bonner (dalam Santoso, 1999:15) bahwa dalam interaksi sosial, kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia.

Perubahan yang diinginkan komisariat dari individu yang didekati adalah perubahan cara berpikir dan perubahan dalam berperilaku. Perubahan cara


(24)

berpikir yang dimaksud yakni mahasiswa yang awalnya di kampus hanya bertujuan untuk mendapatkan nilai dari dosen, menamatkan kuliah, dan meraih kerja yang layak berubah menjadi mahasiswa yang memiliki tanggung jawab sosial. Perubahan juga dapat dilihat dari mahasiswa yang awalnya hanya beranggapan proses belajar hanya di ruang-ruang kuliah, berubah menjadi sebaliknya dengan menganggap di mana saja dapat belajar. Perubahan-perubahan pola pikir tersebut telah mempengaruhi perilaku mahasiswa yang berinteraksi secara berkelanjutan dengan komisariat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Kurt Lewin (dalam Santoso 1999:5) bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya. Jadi jelaslah bahwa kelompok itu memang benar –benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.

Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organisasi mahasiswa yang masih melaksanakan perannya di kampus. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU dalam menjalankan perannya di kampus tidaklah terlepas dengan nilai-nilai yang telah menjadi identitas kelompok atau dengan kata lain budaya organisasi. Kesamaan pola asumsi dasar di tubuh organisasi terbentuk karena adanya kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan secara bersama.

Menurut Koenjaraniggrat (1982:140), adanya kesamaan antara individu satu dengan individu yang lainnya. Hal inilah yang kemudian dipolakan dalam kelompok sosialnya, sehingga akhirnya menjadi sebuah acuan dalam bertindak dan berkehidupan masing-masing manusia dalam kelompok tersebut. Selanjutnya


(25)

menurut Mutis (2007:106-121), sesuatu yang terpola atau sesuatu yang telah menjadi kebiasaan ini disebut dengan istilah budaya atau kebudayaan. Menurutnya sesuatu yang disebut dengan budaya apabila hal yang dimiliki manusia tersebut sifatya :

1. Sudah menjadi milik bersama dengan orang lain yang ada dikelompoknya.

2. Sesuatu itu didapat lewat proses belajar dan tidak didapat secara biologis atau genitas. Artinya, budaya sifatnya harus dipelajari dan tidak bisa diturunkan begitu saja dari generasi sebelumnya. Akal manusia akan selalu memproses pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar ini, sehingga budaya cenderung akan mengalami modifikasi dan perubahan, baik sifatnya lambat (evolusi) maupun (cepat).

Hal tersebut dikarenakan adanya proses sharing terjadi di antara sesama anggota. Proses sharing terjadi baik dalam bentuk formal maupun non formal. Seperti apa yang dikatakan Sunarto (2004:31), apabila hasil dari proses sharing ini terus disosialisasikan dan dimantapkan akhirnya akan membentuk pemahaman yang sama tentang sesuatu, relatif memiliki kesamaan kesamaan pola pengetahuan, bahkan dalam banyak hal relatif memiliki artefak atau meterial yang sama.

Dalam kondisi tertentu HMI Komisariat FISIP USU saat melakukan aksi tidaklah tunggal, melainkan melibatkan jaringan jaringan-jaringan sosial yang dimilikinya. Menurut Andrian Mayer (dalam Sokadijo, 1987;36-37), jaringan merupakan suatu keseluruhan hubungan-hubungan antar manusia. Dalam teori jaringan itu tak terbatas, karena selera kehendak ego dari keseluruhan kehendak


(26)

itu sejumlah orang tertentu dapat diklasifikasikan menjadi satu berdasarkan sesuatu kriterium. Kelompok-kelompok yang demikian itu disebut dengan „set‟. Sebagai contoh disebutnya kelas. Apabila seseorang mempunyai hubungan sementara tampa lebih lanjut, kelompok ini merupakan „set aksi‟ (action set). Yang demikian kelompok orang-orang yang ingin memilih calon tertentu sebagai anggota DPRD. Aksi atau kegiatan itu sementara, hanya sampai pemilihan, kemudian bubar. Di antara anggota-anggota tidak ada ikatan, hak atau kewajiban lain. Dalam suatu “aksi” yang biasanya memegang peranan ialah “para patron dan makelar‟”. Patron ialah orang yang dapat memberi sesuatu (misal, pimpinan aksi, koordinator aksi). Sumbernya sudah pasti terbatas dan ia bertanggung jawab atas perannya. Makelar adalah dia yang menjadi perantara antara pihak yang terkait. Bentuk terakhir antara individu dan kelompok yang ditunjuk oleh Mayer ialah “kelompok semu‟‟ (quasi group). Ini terbentuk kalau yang termasuk suatu sek aksi itu berulang kali orang-orang yang sama. Jadi dalam pola yang diusulkan oleh Mayer itu dapat ditentukan perkembangan dari jaringan kelompok.

Selanjutnya menurut Boissevain (1974), beberapa konsep-konsep itu dikembangkan lebih lanjut. Mula-mula pengertian jaringan dianalisisnya lebih teliti lagi. Ia membedakan tiga bentuk jaringan:

a. Jaringan intim, terdiri atas dengan orang-orang yang dihubungkan dengan ego.

b. Jaringan efektif, terdiri atas orang-orang yang mengenal ego, dan tetapi hubungannya tidak mendalam;


(27)

c. Jaringan luas, terdiri atas orang-orang yang tidak dikenal oleh ego, akan tetapi memang dapat berhubungan dengan dia: para „teman dari teman (Friends of Friends)

Boissevain secara umum menjabarkan koalisi sebagai „kebersamaan sementara dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan terbatas tertentu‟.

Gerakan penolakan mahasiswa dapat termanifestasi melalui aksi-aksi politik, aksi tersebut dimulai dari yang bersifat sangat lunak hingga bersifat sangat keras yaitu: penyebaran poster, selebaran, tulisan di medai massa, diskusi-diskusi politik, lobby, dialog, petisi, mogok makan, mimbar bebas, pawai di kampus, mengunjungi lembaga negara, turun ke jalan secara massal, pendudukan fasilitas lembaga negara dan lain-lain. Ragam metode aksi-aksi di lapangan sesuai kondisi dan kesepakatan, hal tersbut memungkinkan aksi-aksi yang dimainkan mahasiswa bukanlah suatu kondisi yang statis melainkan dinamis.

Dalam hal untuk mempengaruhi kebijakan, lobi dikenal dengan metode aksi yang paling lunak. Seperti yang dikatakan Robert Saliburry (dalam Lofland, 2003;287), Lobi merupakan bentuk paling dangkal dalam mempengaruhi kebijakan yang melibatkan usaha-usaha yang vulgar. Tiga variasinya adalah lobio professional, mobilisasi konstitusi dan interaksi informal antara elit kelompok dengan elit target. Dalam sebuah representasi, juru bicara kelompok dianggap telah mewakili (kepentingan kelompok secara terbuka menurut mekanisme lembaga yang menentukan kebijakan kelas. Mobilisasi komprehensif juga dilakukan untuk menyatukan kelompok-kelompok kepentingan dengan organisasi lain yang tujuan jangka panjangnya untuk mobilisasi dukungan masyarakat luas.


(28)

Sebagai usaha untuk mengendalikan mekanisme kebijakan pemerintah dengan kata lain perjuangan diplomatis atau santun melibatkan persuasi tawar-menawar. Selanjutnya demontrasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan bersama dengan melibatkan massa yang dimobilisasi untuk turun kepermukaan publik. Tujuan demontrasi juga pada intinya untuk mengungkapkan aspirasi-aspirasi dari kelompok. Sesuai dengan apa yang dikatakan Turner (dalam Lofland, 2003;287) bahwa aksi untuk menunjukkan atau membuktikan sesuatu dengan cara-cara yang nyata, dan mencolok, dan serta pengungkapan aspirasi kelompok secara publik.

Seperti apa yang dikatakan Koentjaraninggrat (1980:96) bahwasannya manusia sebagai mahluk yang mengandung kemampuan akal, ia memiliki kemampuan untuk membentuk gagasan-gagasan, dan konsep yang makin lama makin tajam dalam memilih tindakan alternatif yang menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya. Gagasan dan konsep itu dapat dikomunikasikan dengan lambang-lambang vokal yang kita sebut bahasa, tidak hanya kepada individu-individu lain dalam kelompoknya, melainkan juga kepada keturunannya

Saat ingin mempengaruhi kerbijakan, maka HMI Komisariat FISIP USU melakukan aksi-aksi. Bentuk dari aksi yang dilakukan HMI Komisariat FISIP USU cukup bervariasi. Pembagian aksi menurut Ralp Turner (dalam Lofland, 2003:289), aksi penolakan dibedakan menjadi persuasi, bargaining dan koersif. Lofland juga mengurutkan aksi aksi penolakan dimulai dari tingkat ketengangan yang terendah sampai pada tingkat ketegangan yang tinggi. Pertama kelas aksi penolakan yang berada pada tingkatan ketegangan terendah adalah „aksi simbolik‟ yaitu cara-cara yang teratur, tidak merusak dan kurang begitu aktraktif yang


(29)

dilakukan secara kolektif untuk mengemukakan keluhan (misal: aksi jalan, parade). Aksi simbolik seperti ini, tergolong pada aksi yang bersifat persuasif.

Kedua aksi anti kerja sama/ noncooperation yaitu penolakan untuk meneruskan tatanan sosial yang telah ada (misal; pemogokan, penggembosan, boikot). Ketiga

aksi intervensi yang dapat menghancurkan pola-pola, kebijakan dan hungan perilaku serta lembaga yang dianggap sebagai penghambat. Aksi ini cenderung melibatkan kekerasan. Aksi intervensi dapat dibagi menajdi empat pola intervensi sebagai berikut:

1. Harrasment (pelecehan), dilakukan melalui kegiatan-kegiatanb yang menentang orang dengan cara yang tidak lazim.

2. System overloading, karena terlalu banyaknya proses-proses yang

diintervensi.

3. Blockade, pemprotes secara temporer menghambat gerakan orang atau

properti dari pihak yang ditentang

4. Occupation/ pendudukan, yang dilakukan dengan „memasuki atau

menolak meninggalkan tempat-tempat yang tidak diinginkan atau dari tempat yang terlarang.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamanati (dalam Moleong, 2005:4).


(30)

Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang gerakan mahasiswa yang diperankan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU.

1.5.1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Berpartisipasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi berpartisipasi3. Observasi tersebut dilakukan dibeberapa titik lokasi penelitian seperti; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU, sekretariat HMI Komisariat FISIP USU, lokasi-lokasi yang menjadi titik aksi mahasiswa (Bundaran SIB, Kampus USU, DPRD). Pilihan-pilihan lokasi tersebut sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan.

Informasi mengenai aktifitas organisasi yang dapat mendukung komisariat sebagai organisasi gerakan mahasiswa dapat didapatkan di kampus, dan sekretariat HMI Komisariat FISIP USU. Informasi yang dimaksud tersebut seperti; informasi mengenai proses perekrutan dan pembinaan anggota, proses manajemen aksi, informasi mengenai aktifitas setiap bidang di kepengurusan komisariat, dan informasi mengenai agenda-agenda yang bertujuan memprofokasi pikiran mahasiswa. Sementara itu, informasi mengenai pola-pola aksi di lapangan didapatkan saat HMI Komisariat FISIP USU melakukan aksi di titik-titik lokasi yang dimaksud.

3

Observasi berpartisipasi dilakukan oleh peneliti dengan mengamati suatu gejala dalam kedudukannya sebagai orang yang terlibat dalam kegiatan sosial dari orang-orang atau masyarakat yang ditelitinya. Dengan kata lain peneliti berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan yang diamanati oleh peneliti. Si peneliti mengamati dan mencoba memahami yang diamatinya tersebut dengan menggunakan kaca mata orang-orang yang ditelitinya ’emic ie ’(Lubis, 2007. Artikel mengenai Modal Penelitian Metode Kualitatif).


(31)

Selama melakukan observasi berpartisipasi, penulis tidak memiliki kendala untuk mendapatkan infomasi. Hal tersebut dikarenakan penulis adalah bagian dari keanggotaan HMI Komisariat FISIP USU. Status penulis tersebut sangatlah membantu penulis untuk mendapatkan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Penulis dalam hal ini juga mendokumentasikan hasil dari observasi. Hal tersebut untuk menguatkan hasil dari observasi. Dalam hal mendapatkan infomasi tersebut penulis menggunakan kamera sebagai alat bantu.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview)4. Saat melakukan wawancara peneliti juga menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara ini sangat diperlukan sebagai poin-poin pertanyaan penting yang diajukan di lapangan. Peneliti juga menggunakan alat bantu bantu lainnya seperti buku tulis, pena, dan alat perekam saat melakukan proses wawancara. Informan tidak meresa terganggu dengan alat yang digunakan tersebut, karena saat proses berlangsug peneliti sudah meminta izin sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan peneliti mengingat kembali saat penulisan dalam satu bentuk karya ilmiah. Peneliti melakukan hal tersebut dikarenakan peneliti sadar akan kekurangan peneliti untuk mengingat semua proses yang berlangsung, hal tersebut juga untuk menghindari wawancara yang berulang.

4

Wawancara Mendalam (depth interview) biasanya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan yaitu, berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek-aspek yang ingin didapatkan informasinya (Lubis, 2007. Artikel


(32)

Wawancara yang dilakukan pada saat pelaksanaan bersifat kondisional. Penulis melakukan wawancara terbuka ataupun tertutup, terencana ataupun tidak terencana. Peneliti mewawancarai informan di berbagai tempat seperti; kantin FISIP USU, sekretariat HMI Komisariat FISIP, rumah-rumah senior atau alumni yang menjadi informan, dan lokasi-lokasi yang menjadi tempat kunjungan aksi HMI komisariat FISIP USU. Saat ingin mewawancarai senior atau alumni, maka penulis sebelumnya menghubungi senior ataupun alumni yang dimaksud untuk membuat janji bertemu, dan menjelaskan perihal maksud penulis. Dalam proses membuat janji tersebut, biasanya tempat yang disepakati untuk melakukan proses wawancara adalah rumah senior ataupun alumni dan warung nongkrong yang mudah dikunjungi. Sementara itu untuk melakukan proses wawancara bersama dengan pengurus HMI Komisariat FISIP USU, penulis tidak membuat janji sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan pengurus komisariat dapat dengan mudah dijumpai di kampus dan di sekretariat HMI Komisariat FISIP USU.

Wawancara juga dilakukan disaat komisariat melakukan aksi, untuk hal ini penulis sebelumnya harus terus meng-update informasi terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan komisariat. Saat penulis mendapatkan informasi mengenai komisariat akan melakukan aksinya, maka penulis juga ikut menyertai massa aksi dan begitu mendapat kesempatan penulis langsung melakukan proses wawancara. Penulis tidak memiliki masalah untuk mendapatkan informasi, baik dari kalangan senioren, alumni ataupun anggota. Hal ini dikarenakan status penulis adalah angggota komisariat dan pernah menjadi pengurus komisariat.


(33)

Di kepengurusan HMI Komisariat FISIP USU penulis pernah menjadi Departemen, Wakil Sekretaris Umum dan Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Pemuda (PTKP) HMI Komisariat FISIP USU. Pengalaman yang penulis miliki tersebut sangat membantu untuk mengumpulkan data sesuai dengan topik penelitian. Wawancara yang dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi seperti; sejarah HMI Komisariat FISIP USU, konstruksi nilai HMI Komisariat FISIP USU, peran pengurus komisariat selama satu periodesasi dari setiap bidangnya, wacana yang berkembang di HMI Komisariat FISIP USU, strategi gerakan komisariat, dan makna dari bentuk-bentuk aksi yang dilakukan.

1.5.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam hal ini adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU dan Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU. Alamat FISIP USU adalah Jalan Dr. Ahmad Sofyan No. 1, sedangkan alamat sekretariat HMI komisariat FISIP USU saat ini adalah Jalan Intisari No.16 Tanjung Rejo, Medan.

1.6. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa data interpretatif kualitatif, yakni menganalisa data tentang gerakan mahasiswa di HMI Komisariat FISIP USU. Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Peneliti melakukan pengecekan ulang atau check and recheck terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah


(34)

secara sistematis, sehingga peneliti kemudian menemukan tema-tema yang saling berkaitan. Kemudian diuraikan ke dalam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai dengan temanya masing-masing, sehingga ditemukan sebuah konsep dan sebuah kesimpulan yang dapat menjawab persoalan penelitian.


(35)

BAB II

DESKRIPSI ORGANISASI MAHASISWA DI FISIP USU

2.1. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota Medan. Secara historis Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Yayasan ini diurus oleh suatu dewan pimpinan yang diketuai langsung oleh Gubernur Sumatera Utara dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim (Ketua); Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua); Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara); Ir. R. S. Danunagoro, Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota). Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul


(36)

Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.

Pada Tanggal 31 Desember 1951, dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro, dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain dewan pimpinan yayasan, organisasi USU pada awal berdirinya terdiri dari: dewan kurator, presiden universitas, majelis presiden dan asesor, senat universitas, dan dewan fakultet.

Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada Tanggal 20 Agustus 1952, berhasil didirikan fakultas kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa di antaranya dua orang wanita. Tanggal 20 Agustus 1952, telah ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun.

Kemudian disusul dengan berdirinya fakultas hukum dan pengetahuan masyarakat (1954), fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (1956), dan fakultas pertanian (1956). Pada Tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia

Pada tahun 1959, dibuka fakultas teknik di Medan dan fakultas ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian disusul berdirinya fakultas kedokteran hewan dan peternakan (1960) di


(37)

Banda Aceh. Pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh.

Selanjutnya menyusul berdirinya fakultas kedokteran gigi (1961), fakultas sastra (1965), fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam (1965), fakultas ilmu-ilmu sosial dan ilmu politik (1982), sekolah pascasarjana (1992), fakultas kesehatan masyarakat (1993), fakultas farmasi (2007), fakultas psikologi (2008), dan fakultas keperawatan (2009).

Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah fakultas ekonomi dan fakultas kedokteran hewan dan peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU. Berikut adalah daftar nama pimpinan USU dari awal berdiri hingga sekarang.


(38)

Tabel 1

Daftar Nama Pimpinan USU, Jabatan, dan Masa Bakti

NO. Tahun Nama Pimpinan Jabatan

1. 1957-1958 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium

2. 1958-1962 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium

3. 1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium

4. 1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium

5. 1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor

6. 1966

(Mei-Nov)

Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor

7. 1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor

8. 1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor

9. 1978

(Mei-Juli)

O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium

10. 1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor

11. 1986-1994 Prof. M. Jusuf Hanafiah, Rektor

12. 1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis,

D.T.M.&H., Sp.A.(K),

Rektor

13. 2010-2015 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K)

Rektor Sumber: www.usu.ac.id

2.2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas yaang terdapat di Universitas Sumatera Utara. Secara historis FISIP resmi menjadi fakultas pada tahun 1982. Keputusan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, isi dari SK tersebut adalah menetapkan FISIP sebagai fakultas ke 9 (sembilan) di USU. Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU itu sudah muncul pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada Tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama dilakukan pada Tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.


(39)

Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Mendikbut R.I itu, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut :

Tabel 2

Daftar Nama Jurusan yang Terdapat di FISIP Pada Awal Perkembangan FISIP.

NO Nama Jurusan

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

5. Jurusan Ilmu Adminstrasi

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud R.I. Nomor : 0535 / 0 / 83 itu, karena pembukaan Jurusan pada tahap awal di lakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.

Dewasa ini FISIP USU mempunyai 6 (enam) departemen, satu program diploma III, dan satu program pasca sarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Ilmu Administrasi yang dibagi ke dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara, dan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosiologi, Departemen Antropologi, dan Departemen Ilmu politik. Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakkan dan Pogram Studi S2 Megister Studi Pembangunan


(40)

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, FISIP merupakan salah satu fakultas yang tersedia di USU. Secara geografis letak FISIP masih dalam ruang lingkup USU. FISIP tepatnya berada di jalan Dr. Ahmad Sofyan No. 1. Wilayah FISIP tepatnya berada di wilayah paling Selatan USU dan tepatnya paling belakang USU, telah memungkinkannya FISIP untuk ditempuh dengan berbagai alternatif jalan yang tersedia bagi para pengguna.

Secara geografis pada bagian Timur FISIP berbatasan dengan wilayah lapangan bola kaki. Batas bagian selatan berbatasan dengan jalan Dr. Ahmad Sofyan. Pada bagian Barat FISIP berbatasan dengan fakultas pertanian dan sedangkan pada bagian Utara berbatasan dengan pelataran parkiran fakultas ekonomi.

Saat ini, FISIP USU dipimpin oleh Prof.Dr.Badaruddin, M.Si dengan jabatan sebagai Dekan FISIP. Dekan dalam menjalankan masa bakti diperbantukan oleh 3 (tiga) Pembantu Dekan, yakni: Drs.Zakaria, MSP sebagai Pembantu Dekan I, Dra. Rosmiani, MA sebagai Pembantu Dekan II dan Drs. Edward, MSP sebagai Pembantu Dekan III.

2.3. Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) di USU

Wadah mahasiswa untuk berekspresi di kampus selain dalam kegiatan akademis adalah organisasi mahasiswa. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155 /U/1998 mengenai pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan antara perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan


(41)

diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.

Kegiatan-kegiatan dari organisasi mahasiswa menurut keputusan tersebut meliputi kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan akademik yang meliputi: kuliah, pertemuan kelompok kecil (seminar, diskusi, responsi), bimbingan penelitian, praktikum, tugas mandiri, belajar mandiri, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (kuliah kerja nyata, kuliah kerja lapangan dan sebagainya). Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi masyarakat.

Menurut keputusan tersebut mengharuskan di setiap perguruan tinggi harus terdapat satu organisasi kemahasiswaan yang dapat menaungi semua aktifitas kemahasiswaan (Bab II, Pasal 3). Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai salah satu perguruan tinggi dalam hal organisasi kemahasiswaan tetap berpedoman dengan keputusan tersebut. Terdapatnya organisasi-organisasi kemahasiswaan intra di USU, baik pada tingkatan universitas maupun tingkatan fakultas merupakan bukti penyesuaian USU terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya mengenai berjalan mekanisme pada organanisasi kemahasiswaan di USU diatur dalam tata laksana organisasi mahasiswa (TLO) USU.

Dalam kenyataannya di lapangan Universitas Sumatera Utara sama halnya dengan perguruan tinggi lain. Selain keberadaan organisasi intra, terdapat juga organisasi ekstra yang tidak bisa dinafikan dalam mengambil peran sebagai


(42)

organisasi mahasiwa. Walaupun keberadaan organisasi ekstra sebenarnya tidak mencakup di dalam keputusan menteri maupun TLO USU. Baik organisasi intra maupun organisasi ekstra sama-sama mempunyai tujuan, tujuan tersebut tergantung dengan kesepakatan yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (Ad/Rt) masing-masing organisasi.

2.3.1. Organisasi Intra di Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Tata Laksana Organisasi Mahasiswa

Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara disebut dengan nama Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang selanjutnya disingkat dengan Ormawa USU. Kedudukan Ormawa USU diatur dalam tata laksana organisasi mahasiswa (TLO) USU. Organisasi mahasiswa USU terdapat dalam beberapa bentuk sesuai dengan TLO. Perbedaan bentuk tersebut berdasarkan tingkatan organisasi dan spesialisasi minat, bakat. Terdapat beberapa organisasi mahasiswa intra yang mencakup universitas.

Pertama, majelis permusyawaratan mahasiswa universitas (MPMU)

merupakan organisasi di tingkat universitas dan merupakan lembaga legislatif tertinggi di dalam organisasi mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Fungsi dari MPMU adalah sebagai wadah aspirasi mahasiswa, sebagai lembaga yang menjalankan fungsi legislasi dan sebagai lembaga yang menjalankan pengawasan eksekutif anggota MPMU berjumlah 49 orang. Keanggotaan MPMU ditetapkan berdasarkan jumlah perolehan suara yang diraih kelompok aspirasi mahasiswa (KAM) disaat pemilu berlangsung.


(43)

Kedua, pemerintahan mahasiswa universitas sumatera utara (Pema USU) berkedudukan di tingkat universitas sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi di organisasi mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Pemerintahan mahasiswa USU juga berfungsi sebagai lembaga eksekutif yang melaksanakan kegiatan kemahasiswaan. Kepengurusan Pema USU terdiri dari presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri yang mengepalai departemen-departemen. Presiden dan wakil presiden dipilih melalui pemilihan umum. Presiden dibantu oleh wakil presiden untuk membentuk kabinet. Masa jabatan kepengurusan Pema USU adalah satu priode kepengurusan (1 tahun).

Ketiga, unit kegiatan mahasiswa (UKM) merupakan organisasi spesialisasi

minat dan bakat. Terdapat sejumlah UKM universitas di USU, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3

Daftar Nama Unit Kegiatan Mahasiswa Setingkat Universitas di Universitas Sumatera Utara

NO Nama Organisasi

1. Pramuka Gudep 08137-08138 Kampus USU.

2. Satuan Resimen Mahasiswa Kader Perintis USU,

3. Kompas USU

4. Pers Mahasiswa Suara USU.

5. Ad Dakwah USU.

6. Kebaktian Mahasiswa Kristen USU

7. Kebaktian Mahasiswa Kristen Albertus Magnus USU.

8. Tenis Lapangan USU.

9. Paduan Suara Mahasiswa USU.

10. Fotografi USU

11. Tenis Meja USU

12. Bola Volli USU

13. Teater O USU

14. Sepak Bola USU

15. Bola Basket USU


(44)

Fungsi dari UKM sebagai wadah penyaluran minat, bakat dan keagamaan mahasiswa USU. Kedudukan UKM universitas berada dibawah kordinasi Pema USU.

2.3.2. Organisasi Mahasiswa Ekstra di Universitas Sumatera Utara.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, walaupun organisasi ekstra tidak tercakup di dalam aturan tersebut. Khususnya organisasi ekstra di Universitas Sumatera Utara, tetap beraktifitas dikampus dan mengambil peran sebagai organisasi mahasiswa yang mengisi kehidupan mahasiswa di kampus USU. Terdapat beberapa organisasi ektra yang beraktifitas di USU, terlepas diakui USU atau tidak. Hal tersebut dikarenakan organisasi ekstra mempunyai kedudukan secara struktur di luar wewenang kampus seperti :

Tabel 4

Daftar Nama Organisasi Ekstra di Universitas Sumatera Utara yang Berdasarkan Kepercayaan atau Ideologi Tertentu : NO Nama Organisasi

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

2. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

3. Front Mahasiswa Nasionalis (FMN)

4. Gerakan Mahasiswa Marhaen Indonesia (GMNI)

5. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

6. Ikatan Mahasiswa Muhammadiah (IMM)

7. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Organisasi ekstra kampus adalah organisasi yang mempunyai struktur organisasi tersendiri di luar dari wewenang pihak kampus. Pada umumnya organisasi ekstra kampus adalah organisasi yang terkait dengan aliran kepercayaan atau ideologi tertentu. Kedudukan tertinggi organisasi ekstra secara struktural berdasarkan letak teritorial wilayah secara geografis. Berdasarkan organisasi yang telah dipaparkan, maka setiap organisasi ekstra USU mempunyai


(45)

kedudukan tertinggi pada tingkatan kota yang dikenal dengan sebutan cabang. Berhubung USU masih dalam teritorial Kota Medan secara geografis, maka setiap organisasi ekstra di USU mempunyai kedudukan struktural tinggi pada tingkatan kota dengan sebutan Cabang Medan. Wilayah operasional cabang meliputi organisasi setingkat di bawahnya dengan sebutan komisariat.

Komisariat merupakan struktural di bawah cabang. Komisariat dari setiap organisasi tersebutlah yang beraktifitas di lingkungan USU. Komisariat mencakup wilayah universitas dan fakultas, hal ini tergantung organisasinya. Seperti: HMI, GMNI, GMKI, KAMMI di USU mempunyai beberapa komisariat di USU yang beraktifitas di beberapa fakultas. Sedangkan FMN dan IMM, di USU hanya mempunyai satu komisariat, organisasi tersebut mencakup USU dan dikenal dengan sebutan komisariat USU setelah sebutan nama organisasi.

Organisasi ekstra kampus yang beraliran atau berideologi tertentu, secara umum kegiatannya di kampus adalah merekrut dan membina anggota sesuai dengan nilai yang ada di tubuh organisasi. Selain itu, kegiatan organisasi tersebut tidak luput dari mengkritisi kebijakan kampus dan pemerintah yang dinilai merugikan atau menyimpang (demonstrasi, tulisan di mading, selebaran). Syarat keanggotaan dapat diraih oleh mahasiswa yang telah memenuhi syarat sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (Ad/Rt) organisasi. Saat mahasiswa bersangkutan menjadi anggota, maka anggota tersebut akan menjalankan beberapa kewajiban yang harus dijalani. Salah satu kewajiban anggota adalah menjadi pengurus organisasi.


(46)

Selain organisasi ekstra yang beraliran kepercayaan atau ideologi tertentu, khusus di USU terdapat juga organisasi ekstra yang berdasarkan kedaerahan atau organisasi primordial. Secara umum aktifitas organisasi kedaerahan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat tali silaturahmi. Berikut adalah daftar nama organisasi kedaerahan atau organisasi primordial yang terdapat di USU adalah sebagai berikut :

Tabel 5

Daftar Nama Organisasi Ekstra di Universitas Sumatera Utara yang Berdasarkan Kedaerahan atau Organisasi Primordial NO Nama Organisasi

1. Generasi Muda Nias (Gema Nias)

2. Forum Mahasiswa Nias (Forman)

3. Ikatan Mahasiswa Imam Bonjol (IMIB)

4. Ikatan Mahasiswa Jakarta dan Sekitarnya (IMAJAKSEK)

5. Ikatan Pemuda Tanah Rencong (IPTR)

6. Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Riau (IPMR)

7. Ikatan Mahasiswa Padang Sidempuan (IMAKO PASID)

8. Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Duri (IKAPEMADU)

9. Ikatan Mahasiwa dan Pemuda 50 Kota (IMAPALIKO)

10. Ikatan Mahasiswa Jambi (IMAJA)

2.4. Organisasi Mahasiswa di FISIP USU.

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) merupakan salah satu fakultas di USU yang kehidupan mahasiswanya tidak terlepas dari keberadaan organisasi mahasiswa. Deskripsi organisasi mahasiswa di USU yang telah dipaparkan sebelumnya, hampir secara keseluruhan organisasi yang dimaksud beraktifitas di FISIP. Organisasi intra fakultas maupun organisasi ekstra telah mengambil peran di FISIP, sehingga telah menjadi warna tersendiri bagi kehidupan mahasiswa di FISIP. Hal ini dapat dibuktikan dengan sejak masuknya mahasiswa baru di FISIP, mahasiswa akan bersentuhan langsung dengan


(47)

organisasi-organisasi mahasiswa. Sentuhan yang dimaksud, berupa sosialisasi dari organisasi maupun rangkaian kegiatan organisasi mahasiswa.

2.4.1. Organisasi Intra di FISIP USU

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) di Universitas Sumatera Utara (USU) terdapat beberapa organisasi intra mahasiswa. Organisasi intra di FISIP USU terbagi berdasarkan tingkatan dan spesifikasi minat bakat mahasiswa. Berikut adalah organisasi intra yang terdapat di FISIP berdasarkan tingkatan:

Pertama, majelis perwakilan mahasiswa fakultas (MPMF) merupakan organisasi di tingkat fakultas dan merupakan lembaga legislatif tertinggi di tingkat organisasi mahasiswa FISIP. Fungsi dari MPMF adalah sebagai wadah aspirasi mahasiswa, sebagai lembaga yang menjalankan fungsi legislasi dan sebagai lembaga yang menjalankan pengawasan eksekutif. Anggota MPMF berjumlah 15 orang. Keanggotaan MPMF ditetapkan berdasarkan jumlah perolehan suara yang diraih kelompok aspirasi mahasiswa (KAM) disaat pemilu berlangsung. Bagi mahasiswa yang berkeinginan untuk menjadi MPMF, maka mahasiswa tersebut harus membuat dan mendaftarkan KAM ke komisi pemilihan umum (KPU).

Kedua, Pemerintahan mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (Pema FISIP) berkedudukan di tingkat fakultas sebagai pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi di organisasi mahasiswa FISIP. Fungsi Pema FISIP adalah sebagai pemegang kekuasaan eksekutif untuk menjabarkan serta melaksanakan garis besar program kerja organisasi fakultas (GBPKOF), dan sebagai lembaga eksekutif yang melaksanakan kegiatan mahasiswa di tingkat fakultas. Kepengurusan Pema FISIP terdiri dari gubernur, wakil gubernur, dan ketua


(48)

bidang, serta anggota bidang. Gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur dibantu oleh wakil gubernur untuk membentuk bidang-bidang dalam kepengurusan. Masa jabatan Pema FISIP adalah satu periode kepengurusan (1 tahun). Terdapat beberapa tugas dan wewenang gubernur dan wakil gubernur, yaitu sebagai berikut :

Membuat progja sesuai dengan GBPKOF.

Mengajukan rancangan anggaran pendapatan belanja organisasi fakultas (RAPBOF) kepada MPMF.

Berkoordinasi dengan HMD dan UKM Fakultas

Memberikan laporan pertanggungjawaban selama satu periode kepengurusan kepada MPMF

Menjadi perwakilan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan di tingkat fakultas.

Ketiga, himpunan mahasiswa departemen (HMD) merupakan lembaga

eksekutif tertinggi pada tingkatan organisasi mahasiswa di departemen. Fungsi dari HMD adalah sebagai wadah pengembangan profesi mahasiswa sesuai bidang keilmuannya, dan sebagai wadah aspirasi mahasiswa di tingkat departemennya. Kedudukan HMD merupakan lembaga semi otonom. Himpunan mahasiswa departemen berada di bawah koordinasi Pema fakultas. Himpunan mahasiswa departemen bertangung jawab terhadap anggotanya. Setiap HMD memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (Ad/Art) sebagai landasan bergerak. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HMD haruslah disesuaikan dengan tata laksana organisasi mahasiswa. Berhubung di FISIP USU terbagi atas delapan


(49)

departemen dan satu program studi D III, maka setiap departemen dan program studi mempunyai himpunan mahasiswa departemen yaitu:

Tabel 6

Daftar Nama Organisasi Himpunan Mahasiswa Departemen yang Tedapat di FISIP USU

No Nama Departemen/ Program Studi

Nama Organisasi Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD)

1. Sosiologi Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI)

2. Administrasi Negara Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Adminstrasi Negara (IMDIAN)

3. Komunikasi Ikatan Mahasiswa Jurusan Komunikasi (IMAJINASI)

4. Antropologi Ikatan Dongan Sabutuha Antropologi

(INSAN)

6. Kesejahteraan Sosial Ikatan mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial (IMIKS)

7. Ilmu Politik Ikatan Mahasiswa Departemen Politik (IMADIP)

8. Administrasi Perpajakan

Ikatan Mahasiswa Program Studi Administrasi Perpajakan (IMPROSAJA)

9. Administrasi Bisnis Ikatan Mahasiswa Program Studi Bisnis (IMPRODIAS)

Keanggotaan dari masing-masing organisasi di atas, akan didapatkan dengan dua syarat. Pertama, mahasiswa tersebut terdaftar secara administratif di departemen atau jurusan bersangkutan. Kedua, mahasiswa departemen atau jurusan besangkutan harus mengikuti kegiatan penyambutan di saat menjadi mahasiswa baru yang diadakan himpunan mahasiswa departemen yang bersangkutan. Kegiatan penyambutan mahasiswa baru departemen atau jurusan di FISIP terdapat perbedaan dalam penyebutannya. Hal itu tergantung kesepakatan di himpunan mahasiswa departemen atau jurusan yang bersangkutan seperti: ada sebutan INISIASI, INAGURASI, PMB, TEMU RAMAH. Walaupun sebutan itu berbeda antara departemen yang bersangkutan, namun fokus di kegiatan tersebut adalah


(50)

untuk melakukan penyambutan dan pengesahan mahasiswa yang menjadi peserta untuk menjadi anggota di himpunan mahasiswa tersebut. Sedangkan mengenai pengurus, pengurus himpunan mahasiswa departemen berdasarkan kebijakan ketua terpilih dengan syarat mahasiswa tersebut adalah anggota dari himpunan mahasiswa bersangkutan.

Keempat, unit kegiatan mahasiswa (UKM) fakultas berada di bawah

koordinasi Pema fakultas. Unit kegiatan mahasiswa universitas memiliki koordinasi dengan UKM fakultas yang memiliki spesifikasi sama. Berikut daftar UKM yang terdapat di FISIP USU, berdasarkan data dari Pema FISIP terbaru ;

Tabel 7

Datar Nama Unit Kegiatan Mahasiswa Tingkat Fakultas yang Terdapat di FISIP USU.

NO. Nama Organisasi/

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Spesifikasi Minat dan Bakat

1. Bola Sepak Bola Kaki

2. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Kerohanian Islam

3. Fish Club Bahasa Inggris

4. Kelompok Mahasiswa Kristen Kerohanian Kristen

5. Kelompok Riset Sosiologi Penelitian

6. Badminton Bulu tangkis

7. Komika Musik dan Seni

8. New Magazine Jurnalis

9. Riset Club Penelitian

2.4.2. Organisasi Ekstra di FISIP USU

Mahasiswa di FISIP USU selain bersentuhan dengan organisasi intra, mahasiswa FISIP juga harus bersentuhan dengan organisasi ekstra. Keadaan demikian dikarenakan organisasi ekstra memainkan peran dan fungsinya di FISIP sebagai organisasi mahasiswa. Peran dan fungsi organisasi ekstra dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang diperankan organisasi ekstra di FISIP dalam rangka


(51)

untuk mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut dimulai dari sosialisasi organisasi ekstra terhadap mahasiswa baru yang masuk FISIP, pendisribusian kader organisasi ekstra ke organisasi intra, perekrutan anggota, pembinaan anggota sampai aksi-aksi yang dilakukan organisasi mahasiswa.

Organisasi ekstra di FISIP berbeda antara satu dan lainya dikarenakan landasan ideologis atau dasar organisasi yang berbeda. Terdapat beberapa organisasi ekstra di FISIP yang terus menjalankan aktifitas organisasi hingga kini. Adapun organisasi ekstra di FISIP yang tetap menjalankan aktifitas di FISIP adalah:

Tabel 8

Daftar Nama Organisasi Ekstra yang Beraktifitas di FISIP USU

NO Nama Organisasi Landasan/ Dasar Organisasi

Alamat Sekretariat Organisasi 1. Gerakan Mahasiswa Kristen

Indonesia (GMKI) Komisariat FISIP USU

Kristen Jl. Iskandar Muda no. 107A

2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIP USU

Islam Jl. Intisari no.16

3. Gerakan Mahasiswa

Nasionalis Indonesia (GMNI) Komisariat FISIP USU

Marhaen

4. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat

Islam

5. Front Mahasiswa Nasionalis Indonesia (FMN) Komisariat USU

Nasionalis Jl. Jamin Ginting. Gg Surbakti No. 15

2.5. Sekretariat HMI FISIP USU

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FISIP USU merupakan salah satu organinasi ekstra yang beraktifitas di FISIP USU. Selain beraktifitas di


(52)

FISIP USU, HMI Komisariat FISIP juga mempunyai sekretariat khusus. Sekretariat adalah tempat lain yang digunakan organisasi untuk dapat beraktifitas selain di kampus.

Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU sampai sejauh ini belum memiliki sekretariat tetap. Sekretariat HMI komisariat FISIP masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Hal tersebut terjadi dikarenakan sekretariat yang ditempati merupakan sebuah rumah yang dikontrak selama jangka waktu tertentu.

Semenjak berdirinya HMI Komisariat FISIP, sekretariat sudah mengalami tiga belas (13) kali perpindahan. Pertama sekretariat HMI komisariat FISIP bertempat di Monora Jalan Jamin Ginting No. 483. Kedua Jalan Dr. Mansyur No.48D lantai II. Ketiga Perumahan Dosen di Jalan Dr. Mansyur. Keempat Jalan Dr. Mansyur Gg Saudara No. 9. Kelima Jalan Kenanga. Keenam Komplek Mobil Jalan Dr Mansyur di belakang PPIA. Ketujuh Jalan dr Mansyur Gg. Saudara No.

1A. Kedelapan Jalan AR. Nasution No. 81. Kesembilan Jalan Eka Rasmi, Johor.

Kesepuluh Jalan Kenanga Raya, Gg Sosial No. 4 Tanjung Sari. Kesebelas Pasar 5

Jalan Sembada. Keduabelas Jl. Intisari no.16 Tanjung Rejo.

Saat ini sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU berada di Jalan Intisari No. 16 Kelurahan Tanjug Rejo Medan. Sekretariat memiliki beberapa fungsi bagi HMI Komisariat FISIP di antaranya: sekretariat sebagai sentral informasi bagi angggota, sekretariat sebagai tempat menyusun langkah-langkah strategis dan taktis komisariat, sekretariat tempat berdiskusi, sekretariat sebagai tempat meningkatkan kreatifias melalui pelatihan-pelatihan,


(53)

sekretariat sebagai tempat sekretariat tempat anggota beristirahat setelah mngerjakan aktifitas dan sekretariat merupakan tempat bersilahturahmi. Pengelolaan sekretariat terdapat pada wewenang kepengurusan.


(54)

BAB III

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) KOMISARIAT FISIP USU

3.1. HMI Komisariat FISIP USU

3.1.1. Gerakan HMI di Indonesia dan Basis Nilai Gerakan HMI

Sebagai organisasi mahasiswa yang dideklarasikan pada tahun 1947 di Yogyakarta, HMI telah mengambil peran dalam perjalanan bangsa. Pada saat itu, kemunculan HMI diiringi dengan situasi nasional yang belum stabil. Situasi seperti itu dapat tergambarkan dengan adanya perjuangan dari bangsa Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan Negara dari agresi militer Belanda. Keterlibatan HMI dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara penuh, dapat dilihat dari keterlibatan anggota-anggota HMI dalam perang kemerdekaan melawan agresi militer Belanda. Pada saat tersebut HMI melalui organisasi Compi Mahasiswa (CM) yang sengaja dibentuk, terlibat langsug dalam peperangan bersenjata melawan militer belanda. Fase perjuangan bersenjata tersebut berakhir ditandai dengan pengakuan kedaulatan rakyat tanggal 27 Desember 1949 (Sitompul, 1995;56).

Kemunculan HMI pada tahun 1947 juga menjadi suatu kenyataan yang berbeda dibandingkan dengan organisasi mahasiswa secara umum saat itu. Pada tahun-tahun 1947, organisasi mahasiswa saat itu merupakan bagian dari partai-partai politik seperti; Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta yang merupakan organisasi bawahan Partai Komunis Indonesia, dan Gerakan Pemuda Islam yang


(1)

belajar, sebagai wadah beraspirasi, dan sebagai wadah pengikat silahturahmi antara sesame mahasiswa.

Pertanyaan kedua dapat dipahami bahwa nilai-nilai yang terdapat di HMI Komisariat FISIP USU tidak hanya berdasarkan nilai yang sudah terdapat di HMI pada umumnya. Khusus di HMI Komisariat FISIP USU nilai-nilai yang terkandung di dalamnya berdasarkan proses waktu yang berlangsung. Seperti nilai-nilai kerakyatan yang berupa nilai keberanian, anti penindasan, anti kemapanan, keberanian, dan kebenaran didapatkan dari persentuhan komisariat dengan organisasi-organisasi kerakyatan. Persentuhan tersebut dapat terjadi dikarenakan terdapatnya senior-senior dari HMI Komisariat FISIP USU yang beraktifitas di organisasi rakyat tersebut. Berdasarkan persentuhan tersebut komisariat melakukan pengayaan-pengayaan pengetahuan yang didapatkan dari organisasi-organisasi rakyta, dan dijadikan nilai komisariat.

Pertanyaan ketiga dapat dijelaskan bahwa dalam membangun gerakannya HMI Komisariat FISIP USU harus dapat menanamkan nilai-nilai komisariat seutuhnya pada anggota dan calon anggota komisariat. Jika nilai tersebut dapat tertanam pada setiap anggota komisariat, maka komisariat dapat terus bergerak sesuai dengan konsep-konsep yang ideal komisariat. Selain hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus dilakukan komisariat untuk mendukung gerakan komisariat di antaranya sebagai berikut; komisariat perlu menempatkan anggota-anggotanya di organisasi intra kampus untuk mendukung gerakan komisariat, komisariat perlu memperluas dan menjaga jaringan sosialnya, dan serta


(2)

komisariat harus membentuk wacana yang diinginkan untuk fokus gerakan komisariat.

Pertanyaan keempat dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk aksi yang dilakukan HMI Komisariat FISIP USU adalah cukup bervariasi. Variasi dari bentuk-bentuk aksi tersebut dilakukan sesuai dengan tekanan yang diberikan komisariat pada otoritas yang ditujukan. Bentuk-bentuk aksi tersebut dimulai dari bentuk yang paling lunak sampai betuk terkeras. Hal tersebut nantinya ditentukan sesuai dengan kesepakatan yang diambil dalam manajemen aksi. Namun dalam proses yang berjalan sering terjadinya penyesuaian bentuk aksi, hal ini sangat terkait dengan situasi dan kondisi yang berlangsung di lapangan.

Berdasarkan jawaban-jawaban dari ke empat pertanyaan tersebut, maka dapat dipahami bahwa gerakan mahasiswa yang diperankan HMI Komisariat FISIP USU bukanlah merupakan gerakan kepentingan kelompok atau individu-individu tertentu. Hal tersebut berdasarkan nilai yang terkandung di tubuh komisariat, maka jika komisariat bergerak sesuai dengan nilai yang ada, dapat dikatakan bahwa gerakan yang diperankan komisariat adalah gerakan kerakyatan. Gerakan tersebut haruslah pro terhadap kepentingan rakyat secara umum. Serangkaian kegiatan yang dilakukan komisariat atau yang diskenariokan harus dapat bertujuan pada nilai-nilai yang terdapat di komisariat. Maju mundurnya gerakan komisariat dapat dilihat dari memudar atau tidaknya nilai yang dipahami oleh anggota-anggota komisariat.


(3)

5.2. Saran

Dalam menjalankan perannya sebagai organisasi gerakan mahasiswa, maka sangat penting bagi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU untuk dapat melakukan penyesuaian dengan kondisi zaman yang sedang dihadapi. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan dari permulaan perekrutan anggota, pembentukan anggota, dan sampai pada aksi-aksi yang nyata. Hal tersebut harus diperhatikan dengan langkah-langkah inovatif dan kreatif yang harus dimunculkan komisariat. Perlunya penyesuaian adalah untuk mengembangkan gerakan HMI Komisariat FISIP USU.

Tindakan-tindakan yang berupa evaluasi harus dapat terus dilakukan. Hal tersebut untuk menilai sejauh mana penerimaan lingkungan sekitar terhadap pola gerakan yang dimainkan komisariat. Situasi dan kondisi dari lingkungan sekitar tersebut penting menjadi perhatian karena komisariat hidup dan bergerak di tengah-tengah lingkungan yang dimaksud. Seandainya hal tersebut dilakukan secara berkala, pastinya gerakan yang dibawa komisariat tidak akan mengalami kemunduran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari Luthfi. 2003. PROTES; Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan

Sosial. Yogyakarta; INSIST Press.

Balandier Georges. 1967. Political Anthropology. Preses Universitaires de France (Dalam terjemahan Budi Santoso. 1986. Antropologi Politik. CV Rajawali, Pelepah Hijau, Jakarta).

Dhaniel, Dhakidae. 1989. Soe Hok Gie Catatan Seorang Demonstran. Jakarta. LP3ES

Harahap, Muchtar E & Basril, Adris, 2000. Gerakan Mahasiswa Dalam Politik

Indonesia. Jakarta. NSEAS.

H. J. M. Claessen. 1974. Politikeke Antropologie, Een terreinverkening. Koninklijke van Gorcum & Comp. B. V., Assen (Dalam terjemahan R. G. Soekadijo. 1987. Antropologi Politik. Jakarta. Erlangga)

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta. PT. Gramedia.

---. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Manan, Munafrizal. 2005. Gerakan Rakyat Melawan Elite. Yogyakarta. Resis Book.

M. Saleh, Hasanuddin. 1996. HMI dan Rekayasa Tunggal Azas Pancasila. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Mukhtar, Sidratahta. 2006. HMI dan Kekuasaan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Mutis, Thoby, dkk. 2007. Keadaan publik: Menata masyarakat Kultural Yang

Santun. Jakarta: Universitas Trisakti pers.

Prasetyantoko & Indriyo Wahyu. Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di

Indonesia. Bukit Pakar Timur, P.T. Alumni.

Ranuwihardjo, A. Dahlan. 2002. Bung Karno dan HMI, Dalan Pergulatan

Sejarah, Mengapa Bung Karno Tidak Membubarkan HMI?. Intrans


(5)

Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi. San Diego. Prentice Hall International, Inc.,.

Santoso, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Jl. Sawo Raya.

Santoso, Listiyono,dkk, 2006 Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar Ruzz,

Syari‟ati, Ali. 1998. Membangun Masa Depan Islam: Pesan Untuk Para Intelektual Muslim, Bandung. Mizan.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Sobirin, Akhmad. 2007. Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya

dalam Kehidupan Organisasi. Yogyakarta.Unit Penerbit dan Percetakan

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Zubir, Zaiyardam, 2002. Radikalisme Kaum Pinggiran: Studi tentang Ideologi,


(6)

Sumber-Sumber Internet

Rida,2007. Ketika kreatifitas semakin terkekang. Http://indiebandung.com/article_6.htm.

(http://www.scribd.com/doc/3262926/Sejarah-Perjuangan-Mahasiswa-Indonesia-1908 13 April 2011, pukul 04.24)

http://id.shvoong.com/law-and-politics/2097289-sejarah-gerakan-mahasiswa-di indonesia/#ixzz1M4hBy438 (12 Mei 2011, pukul 03.00 Wib)