Pengepresan penutupan kaleng dilakukan setelah ekshausting, saat suhu Sterilisasi. Proses ini dilakukan secepat mungkin setelah penutupan Cooling pendinginan. Setelah sterilisasi dilakukan proses pendinginan

memperhatikan sisa ruangan di bagian atas kaleng headspace 1-2 cm dari permukaan kaleng. Menurut Haryadi, dkk., 2006, isi kaleng yang terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung sehingga mutunya dapat disangka buruk. Headspace berguna untuk merapatkan penutupan kaleng. Saat uap air mengembun dalam kaleng, tekanan dalam headspace turun dan tekanan atmosfir di luar akan menekan tutup kaleng sehingga penutupan menjadi kuat.

2. Ekshausting. Ekshausting adalah suatu proses penghampaan udara, yaitu

pengeluaran udara dalam kemasan untuk mengurangi tekanan di dalamnya selama proses pemanasan Lopez, 1981. Kondisi vakum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran kaleng dan reaksi-reaksi oksidasi lainnya yang akan menurunkan mutu. Suhu ruangan ekshausting 80-90 C dam proses berlangsung selama 8-10 menit.

3. Pengepresan penutupan kaleng dilakukan setelah ekshausting, saat suhu

masih relative tinggi. Proses ini dilakukan dengan menggabungkan badan kaleng dengan tutupnya double seaming.

4. Sterilisasi. Proses ini dilakukan secepat mungkin setelah penutupan

kaleng. Jika terlalu lama, jumlah mikroba awal sebelum sterilisasi akan terlalu banyak sehingga standar proses sterilisasi yang ditetapkan mungkin tidak dapat membunuh mikroba target. Sterilisasi dilakukan dengan autoclave yaitu pemanasan basah dengan menggunakan uap pada suhu 121 C selama kurang lebih 40 menit. Proses sterilisasi yang dilakukan pada Gudeg Mbak Yayah ini termasuk dalam sterilisasi komersial. Sterilisasi komersial merupakan suatu kondisi yang diperoleh dari pengolahan pangan dengan menggunakan suhu tinggi dalam periode yang cukup lama sehingga tidak lagi terdapat mikroorganisme yang hidup Hariyadi, dkk., 2006. Pemanasan ini dilakukan pada suhu di atas 100 C dalam waktu yang cukup lama untuk membunuh spora bakteri Syarief, dkk., 1989. Dampaknya adalah pada nilai gizi dari bahan pangan yang di sterilisasi khususnya protein dan vitamin yang sangat rentan pada proses pemanasan. Hal ini dibuktikan bahwa kandungan gizi pada gudeg ini tidak ada vitaminnya. tambahkan kandungan yg lain ya. Namun hal itu tidak terlalu mempengaruhi konsumen karena tidak semua nilai gizi hilang, serta kebanyakan para konsumen melihat dari segi kesukaan dan nilai bahwa gudeg adalah makanan khas suatu daerah.

5. Cooling pendinginan. Setelah sterilisasi dilakukan proses pendinginan

dengan menggunakan air dingin. Pada umumnya pendinginan dilakukan sampai suhu air dalam retort mencapai 38-40 C Muchtadi, 1995. Pendinginan dilakukan secepat mungkin setelah proses sterilisasi untuk mencegah overcooking dan pertumbuhan kembali mikroba terutama bakteri termofilik. Pendinginan ini juga difungsikan untuk mengetahui kebocoran dari kaleng karena kaleng ditenggelamkan pada air dan apabila ada kebocoran akan timbul gelembung udara pada air sehingga dapat dikendalikan adanya penurunan kualitas produk karena kebocoran. Setelah tahap cooling, dilanjutkan dengan pengelapan produk untuk kemudian disimpan.

6. Penyimpanan. Penyimpanan dilakukan di ruang karantina pada suhu ruang