Latar belakang Kehidupan Amar De Gapi

dilihat dari pribadi pengarangnya, keinginan pengarang dalam berdakwah, dan pengetahuan pengarang mengenai Islam. Dalam novel terdapat banyak pesan-pesan dakwah yang dapat disampaikan dari setiap uraian kalimat yang diuntai oleh pengarang. Pengarang juga dapat menyisipkan pengetahuan Islam mereka kedalam alur cerita sebuah novel. Pembaca juga dapat mengikuti alur cerita yang dibuat pengarang, pembaca mulai menenggelamkan atau menyatu dengan alur cerita. Biasanya tanpa sadar pembaca, juga ikut membayangkan dan ikut merasakan menjadi tokoh utama . Pemanfaatan novel Islam sebagai media komunikasi dakwah merupakan salah satu alternatif pengarang dalam mencapai target dakwah penggemar novel. Pengarang sebagai dai bisa memasukkan materi-materi dakwah dan referensi mengenai pengetahuan Islam ke dalam teks narasi dalam sebuah novel Dengan membaca novel Islam, secara tidak langsung pembaca telah mendapat pesan-pesan dakwah dan pengetahuan tentang Islam, pembaca juga tidak merasa digurui. Novel juga dapat memberikan waktu kepada pembaca untuk memahami pesan-pesan dakwah dalam novel tersebut. Pembaca diharapkan dapat mengaplikasikan pesan-pesan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI AMAR DE GAPI

A. Latar belakang Kehidupan Amar De Gapi

Penulis novel Pesantren Ilalang adalah Amar De Gapi yang merupakan nama pena dari Muammar S.Si. Pria kelahiran Blang Kumot, Aceh pada 12 Januari 1977, saat ini bermukim di komplek Griya Melati, Blok D, Bubulak Bogor. Bang Amar begitu pria ini akrab dipanggil, merupakan pribadi yang sedikit pemalu, saat ditemui disela-sela aktivitas mengajarnya di sekolah alam pada Rabu, 13 Mei 2009 di daerah Parung. Bang Amar banyak bercerita tentang dirinya. Alasan mengapa ia menggunakan nama pena juga dijelaskan, Amar merupakan nama panggilannya sejak kecil. Sedangkan Gapi merupakan sebutan bagi anak-anak Aceh yang memiliki kulit putih atau cerah. Bang Amar juga menceritakan kalau dia merupakan anak kedua dari pasangan M. Yacob dan Khadijah Yusuf. Kakaknya sudah lama merantau jadi perhatian orang tuanya tercurah seluruhnya untuknya. Saat bang Amar kecil, pemberontak GAM telah membuat keadaan di Aceh menjadi daerah operasi militer, karena GAM telah membuat rakyat Aceh risau. Bang Amar juga termasuk anak yang jahil, suasana di Aceh sedikit mencekam bila malam tiba. Pada waktu itu bila Maghrib tiba pintu rumah sudah mulai tetutup. Bang Amar kecil bersekolah di SDN Lhok Igeuh, Aceh Pidie. Dia bercerita saat SD dia termasuk anak yang cukup nakal. Dia suka tidak mengikuti pengajian, dan malah bersembunyi di kolong tempat tidur, biasanya ayahnya akan memarahinya. 52 Bang Amar tergolong anak yang cukup pintar karena, ia selalu bersekolah di sekolah negeri, seperti pendidikan SMP yang ditempuhnya di SMP No.1 Kota Bakti, Aceh Pidie. Kehidupannya semasa SMP sama seperti anak SMP kebanyakan. Bakat menulisnya telah terlihat sejak kecil. Tapi ia mulai 52 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 memberanikan diri untuk mempublikasikan tulisannya, saat ia duduk bangku SMA yang ditempuhnya di SMA N Darussalam Banda Aceh. Saat itu ia mengikuti semacam lomba menulis kreatif yang diadakan oleh kantor pos dekat rumahnya dan tidak disangka dirinya memenangkan lomba tersebut, bahkan tulisannya sempat dipajang di kantor pos tersebut 53 . Hobi menulisnya berlanjut hingga di bangku kuliah, bang Amar berkuliah di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh jurusan Matematika. Bang Amar merupakan mahasiswa yang cukup aktif, ia merupakan salah satu anggota BEM, sehingga biasanya tulisannya dimuat di buletin kampus. Terbukti dengan pengalaman organisasinya sebagai Ketua Humas KAMMI periode 1998-2001 daerah Aceh, Banda Aceh, NAD. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua Rohani Islam Rohis Badan Eksekutif Mahasiswa BEM FMIPA Unsyiah, Banda Aceh-NAD periode 1999-2001. Ia juga menjadi Ketua Bidang Jurnalistik dan Data, Social Service Centre, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI Banda Aceh pada tahun 1998-2001, karena dirinya aktif menulis 54 . Dia juga cukup sering mengirimkan hasil tulisannya ke majalah-majalah Islam seperti Annida, Sabili, Koran Republika dan masih banyak lagi. Biasanya tulisannya berkisah tentang pengalaman pribadi yang dialaminya, maupun pengalaman pribadi orang lain yang diceritakannya kembali ke dalam tulisan dengan sangat baik. Sama halnya dengan novel Pesantren Ilalang yang merupakan novel pertamanya. Novel ini merupakan pengalaman pribadinya saat mengajar di 53 Ibidh 54 Ibidh Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil selama 2001-2004. Pengalamannya selama mengajar selalu ditulisnya dibuku catatan hariannya, sehingga tidak ada satu pun kejadian menarik yang dialaminya luput dari tulisannya 55 . Bang Amar beraktivitas sebagai pengajar di sekolah alam School of Universe Parung, Bogor. Bang Amar sangat dekat dengan dunia pendidikan, karena dia menganggap mengajar sama dengan berdakwah. Bang Amar sangat mendedikasikan dirinya dalam mengajar, ia hampir mempergunakan seluruh waktunya di sekolah dari pukul 08.00-16.00, dirinya berada di sekolah. Jadi ia jarang sekali berada di rumah, ia mengkhususkan waktunya pada hari Sabtu dan Minggu hanya untuk keluarga. Dalam urusan rumah tangga Bapak dari Muhammad Faruq Abdillah dan Muhammad Afif Abdillah ini menyerahkan masalah pendidikan yang terbaik untuk anaknya kepada sang istri Susanna. Kebetulan istrinya merupakan lulusan S2 IPB, sehingga sang istri mendedikasikan seluruh waktunya menjadi ibu rumah tangga, hanya untuk mencurahkan segala perhatian kepada anaknya. Bapak yang satu ini sangat menyayangi keluarganya, ia juga sempat menyatakan alasan mengapa ia memberanikan diri untuk mengirimkan tulisannya kepada penerbit yaitu agar hasil tulisannya kelak bisa menjadi referensi yang baik bagi anak cucunya kelak dan anaknya bisa belajar dari pengalaman pribadi bapaknya. 55 Ibidh Alasan yang cukup sederhana tetapi merupakan salah satu hal yang cukup penting 56 . Sebenarnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mengirimkan hasil tulisannya selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil, dijadikan sebuah novel. Hal ini bisa terwujud karena dorongan sang istri, saat mengetahui dirinya telah menyelesaikan tulisannya, sang istri memberikan ide untuk mengirimkannya kepada penerbit. Saat itu bang Amar berfikir kenapa tidak dicoba, kemudian dia memasukkan hasil tulisannya ke sebuah penerbit. Tetapi ternyata penerbit tersebut menolak untuk menerbitkan tulisannya menjadi novel. Alasan penerbit tersebut menolak tulisan bang Amar karena tulisannya tidak sesuai dengan konsep penerbit tersebut 57 . Bang Amar tidak berputus asa, ia kemudian mencari tahu tentang penerbit lewat browsing internet. Kemudian pilihannya jatuh ke penerbit diva press, karena menurutnya cover buku yang diterbitkan penerbit tersebut sangat menarik. Saat ia mengirimkan tulisannya ke penerbit diva press tidak berselang lama, ia dikabari pihak penerbit bahwa tulisannya bisa diterbitkan menjadi sebuah novel. Hal ini bisa terwujud berkat dorongan istri dan teman-temannya. Bahkan teman mengajarnya ada yang didaulat menjadi editor untuk mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada tanda baca pada tulisannya 58 . Bang Amar sangat mencintai pekerjaannya sebagai pengajar disekolah tempatnya mengajar saat ini, karena sekolah alam dimana ia mengajar merupakan sekolah inklusif. Sekolah alam tersebut juga memiliki metode belajar khusus, 56 Percakapan melalui handphone, pada 2 Juni 2009 57 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 58 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 yaitu anak didiknya belajar di alam terbuka. Anak didik bang Amar di sekolah alam juga tidak hanya berasal dari anak-anak normal seperti kebanyakan, tetapi juga terdapat anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak-anak autis yang bersosialisasi di kelas yang sama. Dalam menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus bang Amar dituntut memiliki kesabaran lebih dibanding dengan mengajar anak-anak normal lain. Metode belajar yang diberikan juga tidak sama dengan anak-anak normal. Selain harus memiliki kesabaran lebih, dirinya juga dituntut harus memiliki daya kreatifitas tinggi dalam mengajar 59 . Novel Pesantren Ilalang menceritakan segala pengalaman pribadi yang dirasakan Bang Amar selama mengajar di Pondok Pesantren Modern Husni Thamrin, Subulussalam-Aceh Singkil. Novel ini sedikit berbeda dengan novel- novel best seller lain yang banyak menekankan cerita tentang percintaan. Novel ini bisa menjadi sumber inspirasi bagi tenaga pengajar lain yang baru terjun menjadi pengajar di tempat terpencil dengan segala keterbatasan fasilitas. Novel ini bisa menjadi sedikit gambaran bagi pembaca yang belum pernah merasakan kehidupan pesantren. Dalam novel ini bang Amar juga ingin menyampaikan pesan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membuat anak-anak didiknya patah semangat. Bahkan mantan anak didik bang Amar di pesantren ada yang menuntut ilmu sampai ke negara Mesir. Dan tidak sedikit yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas tidak membatasi prestasi seseorang, asal kita memiliki niat, doa, dan usaha. 59 Ibidh Pesantren Ilalang merupakan novel perdana bang Amar, ia berharap novel ini dapat menjadi awal yang baik bagi dirinya dalam melakukan aktivitas dakwah melalui media tulisan atau novel. Bang Amar berharap novel Pesantren Ilalang dapat diterima masyarakat dan penggemar novel Islam. Saat ini bang Amar juga sedang menulis mengerjakan novel berikutnya, masih berkisah mengenai pengalaman pribadinya sendiri. Novel ini bercerita tentang masa kecil bang Amar di Aceh, yang saat itu masih dilanda kecemasan karena saat itu Gerakan Aceh Merdeka GAM melakukan pemberontakan dan berkuasa. Bang Amar ingin menggambarkan bagaimana suasana sangat mencekam dan rasa tidak aman mengancam warga Aceh sewaktu-waktu saat itu 60 . Bang Amar sangat independent dalam menulis, karena dirinya menulis sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya dan apa yang dirasakannya. Dirinya mengaku tidak pernah terpengaruh oleh karya-karya pengarang novel lain. Itu sebabnya dia lebih memilih membuat novel berdasarkan pengalaman pribadi dirinya 61 . Menulis merupakan salah satu cara bang Amar dalam berdakwah, namun dirinya mengaku akivitasnya sebagai pengajar juga merupakan salah satu cara dalam berdakwah. Ia akan sangat senang bila novel Pesantren Ilalang bisa menjadi referensi postif bagi pembacanya. Bang Amar juga sempat bercerita novel Pesanten Ilalang akan segera diterbitkan di negara Malaysia. Dan novel berikutnya yang saat ini sedang dikerjakannya bisa segera diterbitkan 62 . 60 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009 61 Percakapan melalui handphone pada 2 Juni2009 62 Wawancara pribadi dengan Amar De Gapi, Rabu 13 Mei 2009

B. Unsur Intrinsik dan Sinopsis Novel Pesantren Ilalang