Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan Mn

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Fadli Rosyad

109051000137

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SYarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 08 Mei 2013


(5)

i

Dalam sebuah karya sastra, nilai-nilai dakwah selalu bisa dikemas oleh sang pengarang. Novel Penakluk Badai ini mengisahkan tentang kisah dan perjalanan hidup dari seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy’ari. Selama ini, masyarakat mengenal beliau sebagai pendiri dari organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat kental melaksanakan pokok-pokok kepercayaan Ahlussunnah Waljamaah. Menariknya, bagaimana melihat perjuangan beliau dalam mendirikan organisasi tersebut yang pada saat itu justru sedang berkembang organisasi Muhammadiyah dan paham Wahabi. Di satu sisi, beliau merupakan tokoh utama di balik berdirinya NU. Di sisi lain, dalam novel ini dijelaskan kedekatan dan harmonisnya hubungan beliau dengan Kiai Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri dari Muhammadiyah.

Dari uraian di atas, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pesan dakwah aqidah yang terdapat dalam novel Penakluk Badai? Bagaimana pesan dakwah syariah yang terdapat dalam novel Penakluk Badai? Bagaimana pesan dakwah akhlak yang terdapat dalam novel Penakluk Badai? Dari pesan dakwah tersebut, pesan dakwah apa yang paling dominan?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dalam skripsi ini dipakai sebuah metodologi yang disebut metode analisis isi (content analysis) kuantitatif. Menurut Hostly, analisis isi adalah teknik untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, digunakan secara objektif dan sistematis. Pada skripsi ini karakteristik pesan dakwah dan pesan dakwah yang paling dominan. Dalam penghitungan data menggunakan lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditentukan sebelumnya.

Dalam novel Penakluk Badai terdapat pesan-pesan dakwah seperti aqidah, syari’ah, dan akhlak. Setelah dilakukan perhitungan data menggunakan lembar koding yang telah diisi oleh ketiga juri maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel Penakluk Badai adalah pesan syariah dengan prosentase 50%, yang diikuti oleh pesan akhlak 34,25% dan terakhir pesan aqidah dengan 15,75%.


(6)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan MN”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi syarat yang harus ditempuh untuk mendapat gelar Strata 1 sebagai Sarjana Komunikasi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas dukungan, bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang selalu diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tercinta, ayah Hasan Basri, dan ibunda Wardah yang selalu memberikan dukungan, restunya dan atas rasa cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

3. Kakak dan Adik – adik tercinta, Elliyati Hasanah, Ahmad Wiza Walady, Andri Firmansyah, dan Muhammad Raihan Albairuny tercinta yang selalu mendukung, memberi semangat, memberikan keceriaan dirumah dan doa. Semoga kesuksesan selalu mengiringi kita dan semoga kita bisa membahagiakan kedua orang tua kita.

4. Keluarga Besar H. Nasuki dan Cuhanas yang penulis hormati yang senantiasa memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis selama ini.

5. Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

iii

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Drs. Masran, MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing dan memberikan arahan penulis selama menyusun skripsi.

9. Seluruh Pengajar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khusunya dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

10. Seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam pengurusan surat- surat.

11. Ketiga dewan juri, Komalasari, S.Pd., Khurosani, S.Pd.I., dan Zahlah, S.Pd.I., yang telah meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam pengisian coding sheet.

12. Sahabat-sahabat IKRIMA tercinta, khususnya kepada sahabat Ridwan Aditya, Muhammad Ardillah, dan Farhan Hidayat yang selalu berbagi cerita dan

men-support penulis. Semoga Allah lebih mempererat tali persahabatan dan

persaudaraan kita.

13. Sahabat-sahabat di BB Smart Kids tercinta, yakni Muhammad Rifqi Al-Fakhri, Rosyidah Fadhil, Siti Ma’rifah, dan Pipit Fitriani Azizah yang selalu berbagi pengalaman, keceriaan, memberikan dukungan serta memotivasi penulis. Semoga Allah selalu memberikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap urusan yang kita jalankan.

14. Sahabat-sahabat dekat, Achmad Nofal, Muhamad Rizal, Muhamad Rikza, dan Adi yang terus memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat KPI D 2009, khususnya sahabat Eko, Ryan, Bowo, Lephi, Zidni, Arkho, Ucup, Mahdi, Rizky, Bayu, Devi, Noflim, Bintang, Rina, Yudid, Okta, Ririn, Yuli atas semua cerita indah yang terjadi di bangku kuliah.


(8)

iv

16. Sahabat-sahabat KKN, Zaky, Nofal, Oim, Melani, Husen, Islah, Deni, Ani, Mega, Yuli, Aida, Faizah, Nani, dan Dahlia yang telah memberikan kesan dan pengalaman yang tak terlupakan.

17. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 08 Mei 2013 Penulis


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian. ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS A.Pengertian Analisis Isi ... 15

B.Konsep Dakwah ... 17

1. Pengertian Dakwah………. 17

2. Unsur-unsur Dakwah………... 18

3. Pesan Dakwah………. 20

C.Ruang Lingkup Novel ... 26

1. Pengertian Novel………. 26


(10)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL PENAKLUK BADAI

A.Biografi Aguk Irawan MN ... 32 B.Karya-karya Aguk Irawan MN ... 34 C.Sinopsis Novel Penakluk Badai…………...………. 36 BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA

A.Pesan Dakwah Tentang Aqidah dalam Novel Penakluk Badai 41 B.Pesan Dakwah Tentang Syariah dalam Novel Penakluk Badai 52 C.Pesan Dakwah Tentang Akhlak dalam Novel Penakluk Badai 59 D.Pesan Yang Paling Dominan dalam Novel Penakluk Badai .... 66 BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 69 B.Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 3 Rincian Kategorisasi Syariah……….. 54 Tabel 4 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah …... 59 Tabel 5 Rincian Kategorisasi Akhlak……… 61 Tabel 6 Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak ……. 65 Tabel 7 Kalkulasi dari Akumulasi Kesepakatan Juri………….. 65


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit, seolah-olah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali teknologi komunikasi yang sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah sarana yang menghubungkan masyarakat dari tempat satu ke tempat lain. Kecanggihan teknologi ini mempengaruhi juga pada aspek kehidupan manusia.

Salah satu hasil teknologi komunikasi yang saat ini amat berperan dalam kegiatan komunikasi adalah novel. Novel merupakan media komunikasi yang sangat berpengaruh bahkan ampuh dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada masyarakat. Pesan yang disajikan pun dibuat secara halus dan menyentuh hati tanpa harus digurui.1

Karya sastra adalah refleksi masyarakat dari renungan mendalam serta pengolahan serius penciptanya (sastrawan). Karya sastra harus mengandung kebenaran, sastra yang baik adalah yang mengandung kebenaran. Akan tetapi, kebenaran dalam karya sastra bukanlah kebenaran faktual, melainkan lebih kepada kebenaran ideal. Banyak ide dalam karya sastra, ide-ide itu bisa berwujud hal-hal tentang hubungan sesama manusia, tentang hubungan manusia dengan

1

Jakob Subarjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung: Pustaka Latifah, 2004), h.24.


(13)

Tuhannya, hubungan manusia dengan makhluk lainnya, tentang pendidikan, agama, dan lain-lain.2

Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan pada manusia, karena seni adalah keindahan. Keindahan itu adalah segala pikiran manusia yang berguna bagi manusia lain. Maka dari itu, novel selain menghibur juga berguna untuk memanusiakan manusia, karena di sana juga terdapat pesan-pesan yang dapat di ambil hikmahnya.3

Saat ini masih banyak orang yang membaca sebuah karya sastra sekedar menikmatinya sebagai hiburan saja, tanpa berusaha untuk merenungkan apa pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggali isi pesan yang terdapat dalam novel atau karya sastra.

Dalam hal ini, karya sastra merupakan salah satu bentuk tulisan yang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Dalam karya sastra yang menceritakan suatu kisah baik yang fiksi maupun nonfiksi terdapat pesan-pesan yang bermuatan dakwah dan moral. Selain itu, memberikan pengetahuan yang memuat aspek-aspek yang lebih kompleks (seperti sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi). Pengetahuan dan pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui novelnya tersebut diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan setiap orang yang membacanya.

Pada setiap novel terkandung sebuah tema dasar yaitu pemikiran penulis yang disampaikan lewat karya-karyanya. Apabila sebuah novel dimuat dengan tema-tema dakwah yang dikemas oleh penulisnya dalam bentuk sebuah cerita

2

Nguruh Persua, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, (Suara Guru. XII, 1980), h.5.

3

Jakob Subarjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung: Pustaka Latifah, 2004), h.11.


(14)

3

yang imajinatif, maka pesan dakwah yang ingin disampaikan oleh penulis dapat diterima dan dipahami oleh pembacanya.4

Dalam sebuah karya sastra, nilai-nilai dakwah selalu bisa dikemas oleh sang penulis. Karena menyangkut tulisan, dakwah melalui karya sastra termasuk di dalamnya cerpen, cerbung, dan novel adalah bagian dari dakwah Bil Qolam. Maka, jadilah dakwah Bil Qolam sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yaitu dengan membuat tulisan di media.

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini telah jauh dan semakin beragam, namun teknologi penulisan merupakan tahapan yang tidak pernah

lekang, malahan terus berkembang. Apalagi saat ini, ketika “kran” kebebasan

membuka penerbitan dibuka lebar setelah reformasi. Kini semakin banyak media surat kabar dan majalah. Masyarakatpun dengan leluasa bisa memilah dan memilih media yang dikuasainya.5

Novel memberikan peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Boleh jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak hanya ajaran serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat. Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi, banyak mengandung pesan, baik itu pesan sosial, pesan moral, ataupun pesan keagamaan.

Salah satu sifat yang sangat dominan dari sebuah novel ialah mampu merubah pandangan hidup ataupun cara berfikir pembacanya. Oleh karena itu,

4

Ariswendo Atmowiholo, Mengarang Itu Gampang, (Jakarta: PT Suberta Citra Pusaka, 1995), h.69-70

5


(15)

novel merupakan salah satu bentuk sarana yang efektif dalam proses mengubah perilaku seseorang untuk menjadi lebih baik. Tatkala seorang pembaca menikmati isi novel tersebut, kemudian ia menangis maka tangisannya itu adalah hasil dari pemikirannya yang panjang, dan inilah salah satu bentuk novel yang berkualitas.6

Dari sudut pandang sastra, karya novel juga sudah menjamah dan memuat pesan-pesan keagamaan. Sedangkan dari sudut pandang dakwah, perlu diadakan kajian-kajian yang mendalam terhadap novel tersebut, baik kajian mengenai media ataupun mengenai pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Berdakwah melalui sastra membutuhkan setidaknya idealisme yang jelas serta kekayaan bahasa, agar karya kita mampu menggerakkan seseorang. Novel sangat berpotensi sebagai media dakwah untuk mengenalkan keindahan Islam yang dikemas melalui bahasa yang khas, halus, indah, komunikatif, dengan menggunakan metode dakwah yang khas dari seorang pengarang atau penulisnya untuk disampaikan kepada para pembaca dan pecinta novel.

Karya tulisnya bukan bermaksud untuk menggurui para pembaca tetapi hanya sekedar memberitahu tentang ajaran Islam dan perjuangan hidup secara sederhana tapi amat sangat mengena di hati mereka yang membacanya. Salah satu contohnya adalah novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN yang menjadikan karya tulisnya menjadi pelajaran yang patut dicontoh oleh pembacanya.

Novel Penakluk Badai ini mengisahkan tentang kisah dan perjalanan hidup dari seorang ulama besar, KH. Hasyim Asy’ari. Aguk Irawan selaku penulis novel

6

Taringan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. (Bandung: Angkasa. 1993) hlm. 54


(16)

5

ini, mencoba menyingkap detail kharisma dan keagungan KH. Hasyim Asy’ari

yang selama ini hanya direduksi sebagai tokoh besar di kalangan Ormas Nahdhatul Ulama (NU) yang perannya sering hanya diketahui sekedar membela Aswaja dan menolak keras paham wahabi.

Lebih dari itu, dengan mengangkat perjuangan dan sumbangsihnya di bidang pendidikan , KH. Hasyim ditampilkan sebagai Bapak Revolusi Pendidikan Islam. Dimulai dari Tebuireng, KH. Hasyim mendirikan pondok pesantren di tengah-tengah kalangan masyarakat yang akhlaknya buruk, seperti perampok, pemabuk, penjudi, dan prostitusi (asusila). Tindakan beliau ini membuat cengang para Kiai Sepuh karena hal demikian dianggap tidaklah lazim.

Novel Penakluk Badai yang tak lain merupakan biografi dari KH. Hasyim

asy’ari sengaja disusun dengan kemasan fiksi, agar pembaca dapat menikmati alur

cerita serta mudah untuk dapahami. Bahasa yang lugas serta ringan turut menjadi salah satu keunggulan dari novel ini sehingga sosok KH. Hasyim Asy’ari seolah -olah hidup dan berada di tengah-tengah pembaca.

Melalui novel ini, sang pengarang novel juga menggambarkan semangat serta penjabaran sejarah lain dari proses Indonesia merdeka yang belum diketahui banyak oleh pembaca. Salah satunya adalah Piagam Jakarta yang dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai rumusan dari penitia sembilan. Di balik itu, ternyata

sosok Kiai Hasyim Asy’ari lah yang telah memberikan rumusan tersebut kepada anaknya yang termasuk dalam panitia sembilan, yakni Kiai Wahid Hasyim.


(17)

Novel ini juga sarat akan pesan moral dan etika yang sangat menggugah para pembaca untuk mengambil banyak hikmah yang terkandung dalam tulisannya. Dari sinilah penulis termotivasi untuk menulis skripsi yang dilatar belakangi dari permasalahan di atas dengan mengangkat sebuah judul “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Penakluk Badai Karya Aguk Irawan MN.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pada penelitian ini permasalahannya hanya dibatasi pada bagian KH. Hasyim Asy’ari mulai

dilahirkan sampai pada perjuangan KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Organisasi

Islam Nahdlatul Ulama yang terdapat dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN, yang akan diteliti yaitu mengenai kalimat-kalimat di dalam novel

Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN yang mengandung unsur-unsur pesan

dakwah akidah, akhlak, dan syariah.

Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi kali ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana isi pesan dakwah tentang aqidah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?

2. Bagaimana isi pesan dakwah tentang syariah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?

3. Bagaimana isi pesan dakwah tentang akhlak yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?

4. Apa isi pesan yang paling dominan dari novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN?


(18)

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang aqidah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.

2. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang syariah yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.

3. Untuk mengetahui pesan dakwah tentang akhlak yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.

4. Untuk mengetahui pesan dakwah yang paling dominan yang terkandung dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis teks media massa, khususnya studi tentang kajian analisis isi dengan berfokus pada karya sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual, wawasan, dan gambaran secara utuh tentang dunia karya sastra Islam.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi penelitian serupa di masa mendatang, dapat memberi masukan dan menambah wawasan bagi mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta para praktisi dakwah Islam dan menunjukkan bahwa setiap muslim dapat


(19)

berperan aktif dalam mengembangkan tugas dakwah melalui tulisan, salah satunya dengan karya sastra seperti novel.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau disebut juga dengan content analysis yang bersifat kuantitatif. Metode tersebut adalah untuk mengkaji pesan-pesan dalam novel yang akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang kecenderungan isi, tema, dan lain sebagainya. Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang nampak.7

R. Hostly mendefinisikan analisis isi sebagai metode analisis isi pesan dalam suatu yang sisitematis menjadi petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan-pesan tatanan yang disampaikan oleh komunikator.

Metode yang digunakan analisis isi yakni membaca novel Penakluk

Badai karya Aguk Irawan MN dan unit pengamatannya adalah tiap

paragraph dan dialog yang mengandung pesan dakwah dalam novel tersebut.

7

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komuikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2007), cet. Ke-2, h.228.


(20)

9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN, sedangkan objek dari penelitian ini adalah isi pesan dan kandungan pesan dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik random

sampling. Dari populasi yang ada yaitu berjumlah 228 halaman, penulis

mengambil secara acak dengan hanya mengambil pada halaman-halaman ganjil saja, yang berarti totalnya mencapai 114 halaman, yakni 50% dari jumlah populasi.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu dengan cara membaca atau mengamati setiap paragraf dalam novel.

b. Dokumentasi, ialah dengan mengumpulkan variabel berupa catatan, buku-buku penelitian, dakwah, komunikasi, artikel, serta data lainnya tentang novel tersebut.

5. Teknik Analisa Data

Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap paragraf yang masuk ke dalam tiga kategori pesan dakwah, kemudian di analisis untuk mencari isi pesan dakwah apa yang terkandung di dalamnya.


(21)

a. Melakukan kategorisasi terhadap paragraf-paragraf dalam novel

“Penakluk Badai”. Menurut Moch. Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah, pesan dakwah terdiri dari tiga aspek yakni akidah, syariah, dan akhlak. Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Pesan aqidah: yang dimaksud dengan akidah adalah hal-hal yang membahas tentang keyakinan, keimanan yang termasuk dalam rukun iman.

2. Pesan syariah: yang dimaksud dengan syariah adalah hal-hal yang memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam hal ibadah. Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan muamalah berkenaan dengan pergaulan hidup antar sesama manusia seperti perkawinan, kewarisan, pidana, dan peradilan.

3. Pesan akhlak: yang dimaksud dengan akhlak adalah hal-hal yang membahas tentang etika, moral, budi pekerti manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.

b. Memasukkan data ke dalam lembar koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

c. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori-kategori isi novel dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri untuk mengisi lembar koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan.


(22)

11

d. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas dihitung dengan rumus Holsty8, yaitu:

Koefisien Reabilitas: 2M . N1+N2 Keterangan:

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1,N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri

Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri (komposit reabilitas), dengan menggunakan rumus:

Komposit Reabilitas: N (x antar juri) .

1 + (N-1) (x antar juri)

Keterangan: N = Jumlah juri

X = Rata-rata koefisien reabitas antar juri

e. Kemudian dilakukan penghitungan prosentase mengnai pesan dakwah yang dominan yang terdapat dalam novel ini, selanjutnya menganalisa data. Prosentase pesan dakwah yang dominan dihitug dengan rumus: P= F x100%

N

Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah

8


(23)

F. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang novel. Pada penelitian ini akan disampaikan analisis isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Penakluk

Badai karya Aguk Irawan MN. Adapun merujuk penelitian terdahulu seperti

penelitian:

1. Analisis isi pesan dakwah dalam novel Di Atas Sajadah Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy oleh Zakiyah Fiddin, 2008. Skripsi ini membahas tentang novel karya Habiburrahman El-Shirazy yaitu Di Atas Sajadah Cinta yang terdapat 38 pembahasan, namun yang diteliti hanya 19 pembahasan. Ia menganalisisnya per bab dan per dialog. Dalam kategori pesan, Zakiyyah Fiddin membagi tiga kategori yaitu akidah, akhlak, dan syariah. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Dalam skripsi ini ia membahas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel Di Atas Sajadah Cinta yaitu akidah dengan perolehan data sebanyak 52,63%, akhlak 26,31%, dan syariah 5,26%.

2. Analisis isi pesan dakwah novel Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa oleh Dian Kusumaningrum tahun 2009. Pada penelitian ini hanya dibatasi pada salah satu novel karya Helvy Tiana Rosa dan membatasi penelitiannya hanya 12 bab. Metode yang digunakan sama, dengan menggunakan tiga koder/juri. Dengan menganalisis secara bab per bab, dan membahas pesan dakwah yang paling dominan antara ketiga kategori tersebut.


(24)

13

3. Analisis isi pesan dakwah dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ditulis oleh Toni Sultoni tahun 2007. Secara garis besar ia membahas tentang pesan dakwah dan moral yang terdapat dalam novel Gadis

Pantai. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Ia juga mengunakan tiga

koder atau juri dengan kategori akidah, syariah, dan akhlak. Selain itu, Toni Sultoni juga membahas pesan dakwah yang paling dominan dimana akidah menjadi yang tertinggi dengan perolehan data sebanyak 38,1%, akhlak 28,6%, dan syariah 13,2%.

Beberapa penelitian diatas telah lebih dulu mengupas analisis isi pesan dakwah. Serupa tapi tak sama, kelebihan dari skripsi yang akan penulis teliti adalah pada fakta bahwa novel Penakluk Badai merupakan kisah nyata dari seorang tokoh Islam yang sangat terkenal, yaitu KH. Hayim Asy’ari, walaupun mungkin ada penambahan dan dramatisir bahasa namun tidak mengurangi orisinalitas dari cerita sebenarnya, malah lebih menambah tekanan dan kedalaman renungan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan sebagai bahan perbandingan dari penelitian serupa yang telah ada serta menambah khazanah penelitian di bidang novel dalam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. G. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teoritis, yang mencakup pengertian analisis isi, Konsep dakwah yang terdiri dari Pengertian Dakwah, Unsur-unsur dakwah,


(25)

Pesan Dakwah yang terdiri dari Aqidah, Syariah, dan Akhlak, Pengertian Novel serta Novel sebagai Media Dakwah.

Bab III Gambaran Umum, merupakan bab mengenai Biografi Aguk Irawan MN, Karya-karya Aguk Irawan MN, serta Sinopsis Novel Penakluk

Badai karya Aguk Irawan MN.

Bab IV Merupakan bab Temuan Data dan Pembahasan yang mencakup pesan-pesan dakwah dalam novel Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN, Pesan yang paling dominan dalam novel Penakluk

Badai karya Aguk Irawan MN.


(26)

15 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi.1 Analisis isi merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu isi informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis isi secara umum diartikan metode yang meliputi semua analisis yang mengenai isi teks.

Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis, 2 uraian dan analisisnya dapat menggunakan tata cara pengukuran kualitatif dan kuantitatif ataupun kedua-duanya.

Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Tidak hanya itu, analisis isi juga dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, teater, bahkan novel dan lain sebagainya.3

1

Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1 h.66

2

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka, 2001 Cet. Ke-2 h.32

3

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), cet. Ke-II, h.89


(27)

Dalam menganalisis isi, yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang apabila disampaikan dalam bentuk lambang tersebut, maka unit analisis yang digunakan adalah materi dakwah yang berisi tentang pesan aqidah, akhlak, dan syari’ah (ibadah dan muamalah).

Metode analisis isi sangat tepat digunakan dalam bidang ilmu komunikasi karena yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu media komunikasi. Prosedur kerja metode ini hampir sama dengan metode survey, yang membedakan hanyalah objek penelitiannya.4

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita, radio, televisi, iklan, maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian.

Sejarah analisis isi diperkenalkan sebagai sebuah metode sistematik untuk mempelajari media massa oleh Harold D. Laswell pada tahun 1927. Metode ini mulai populer sebagai metodologi riset selama tahun1920-an dan 1930-an untuk menyelidiki isi komunikasi dalam film-film yang mengalami perkembangan sangat cepat saat itu. Pada fase berikutnya perkembangan metode analisis isi sangat dipengaruhi oleh pendekatan kuantitatif yang ditawarkan Bernard Berelson.5

Barelsen mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang

4

Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1 h.68

5

Drs. Jumroni, M.Si. Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1 h.68


(28)

17

manifestasi kiomunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian ini adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. Holsty memberi definisi yang agak lain dan menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis.

B. Konsep Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, da’watan yang merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a, yad’u yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan menjamu.

Dakwah Islam dapat dipahami sebagai ajakan, seruan, serta panggilan kepada umat Islam untuk mengajak orang lain masuk ke dalam Sabilillah (Jalan Allah) secara menyeluruh (Kaffah), baik melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan.6

Menurut Nasarudin Latif, “Dakwah artinya setiap usaha atau aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, serta memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT., sesuai dengan garis-garis aqidah, syariah, dan akhlak Islamiah”.7

Secara terminologi atau istilah, dakwah menurut M. Natsir adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia

6

Ismah Salmah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Dakwah Jurnal dan Komunikasi, h.2 vol.6 no.1

7Rafi’udi dan Maman Abdul Djaliel,

Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet. Ke-2.


(29)

dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.8

Sedangkan menurut Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.9

Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi juga merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.10

Dakwah merupakan kewajiban individual (fardhu ‘ain) seorang muslim, akan tetapi dalam tataran tertentu juga merupakan kewajiban kolektif (fardhu kifayah).

2. Unsur-Unsur Dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah faktor atau muatan-muatan yang mendukung aktifitas dakwah itu sendiri, artinya satu kesatuan yang saling mendukung dan mempengaruhi antara unsur satu dengan yang lainnya, anatara lain:

8

Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), cet. Ke-1 h.5

9

Prof. Toha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1984) , h.1

10

Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), cet. Ke-1 h.8


(30)

19

a. Da’i

Da’I adalah orang yang menyampaikan dakwah, artinya

orang yang dengan sengaja menyampaikan atau mengajak orang, baik individual ataupun bersifat kelompok ke jalan Allah, yakni

Al-Qur’an dan hadits. Da’I ini ada yang melaksanakan

dakwahnya secara individu, namun ada juga yang berdakwah secara kolektif melalui organisasi.11

Yang dimaksud da’I di sini bukan hanya sekedar seorang

khatib yang berbicara dan memengaruhi manusia dengan nasihat-nasihatnya, suaranya, serta kisah yang diucapkannya, walaupun

hal ini merupakan bagian darinya. Yang dimaksud dengan da’I

adalah seseorang yang mengerti hakikat Islam, dan dia juga tahu apa yang sedang berkembang dalam kehidupan sekitarnya serta semua problema yang ada.12

b. Mad’u

Mad’u (objek dakwah) adalah isim maf’ul dari kata da’a, berarti orang yang di ajak, atau yang dikenakan perbuatan

dakwah. Mad’u adalah objek sekaligus subjek dakwah.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah atau yang biasa disebut juga dengan isi pesan dakwah yaitu segala sesuatu yang disampaikan oleh da’I

11

Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet. Ke-1 h.8

12

Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet. Ke-1 h.263


(31)

kepada mad’u yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Materi dakwah meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan

mu’amalah), dan akhlak. 3. Pesan Dakwah

Pesan dakwah mengandung arti “Perintah, nasihat, permintaan,

amanat yang harus dilakukan untuk disampaikan pada orang lain”.13

Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “semua pernyataan

yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.14 Islam sendiri sebagai ajaran yang universal, mengatur kehidupan manusia dari seluruh aspeknya yang berasal dari tauhid mutlak. Aspek-aspek hidup dan kehidupan manusia tersebut ialah aspek ekonomi politik, hukum, pendidikan, sosial, keluarga, kebudayaan dan lain sebagainya.

Sedangkan Drs. Wahidin Saputra dalam bukunya Pengantar Ilmu

Dakwah, menjelaskan materi atau pesan dakwah yang harus disampaikan

adalah mencakup akidah, syariah, dan akhlak, dan kemudian syariah

dibagi menjadi dua cabang pokok, yaitu ibadah dan mu’amalah.15

Titik singgung mengenai materi atau pesan dakwah yang harus

disampaikan oleh seorang da’I kepada mad’u berdasarkan keterangan di

atas adalah: aqidah dengan pokok-pokok keimanannya (arkan al-iman),

syari’ah yang menjadi dua cabang pokok yaitu ibadah dan muamalah,

13

Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.19

14

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-2, h. 43

15

Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet. Ke-1 h.8


(32)

21

serta akhlak, yaitu akhlak kepada sang Khalik, kepada manusia, hewan dan tumbuhan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan atau materi-materi dakwah yang harus disampaikan kepada mad’u atau objek dakwah adalah berkaitan dengan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Pesan Aqidah

Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan. Sedangkan secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau iman.16 Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan telah dikutip oleh

Hassan Saleh adalah “keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang terhujam

dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga mengikat

kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan, dan tindakannya”.

Pembahasan mengenai aqidah Islam umumnya pada arkanul iman (rukun iman yang enam) antara lain:

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat-malaikatNya 3. Iman kepada Kitab-kitabNya 4. Iman kepada Rasul-rasulNya 5. Iman kepada Hari Kiamat 6. Iman kepada Qadha dan Qadar

Aqidah ini merupakan pondasi bagi setiap muslim yang menjadi dasar dan memberikan arah bagi hidup dan kehidupannya. Aqidah

16

E. Hassan Saleh, Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: Penerbit ISTN, 2000), cet. Ke-2, h. 55


(33)

merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah.

Aqidah merupakan tiang penyangga atau pondasi pada keimanan seseorang dalam meyakini suatu kepercayaan. Ibarat gedung yang mempunyai tiang yang berdiri tegak, dia tidak akan mudah roboh bila pondasinya kuat. Sama halnya dengan manusia, jika aqidah sebagai pondasi imannya lemah, maka imannya pun akan lemah dan rapuh sehingga mudah roboh keyakinannya.

b. Pesan Syariah

Secara bahasa (etimologi) kata syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-peraturan mengenai tingkah laku yang mengikat, harus dipatuhi, dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.17 Syariah hal yang sifatnya pokok (dasar), maka Islam juga mengatur manusia melalui praktek. Jika aqidah posisinya menjadi pokok utama, maka diatasnya dibina suatu perundang-undangan (syariat) sebagai cabangnya.

Syariah dalam Islam adalah hubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.18 Ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama disebut muamalah.

17

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ke-1, h.343

18


(34)

23

Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab hadits. Kalau kita berbicara tentang Syariah yang dimaksud adalah firman Tuhan dan sunnah Nabi Muhammad SAW. syariah bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari fiqih. Ia juga merupakan ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, karena itu berlaku abadi.

Dalam pesan Syariah yang dianalisis adalah ibadah dan muamalah. Ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah ada dalam Islam meliputi: shalat, puasa, zakat, haji yang bertujuan membuat roh manusia senantiasa tidak lupa kepada Tuhannya dan bahkan menjadi lebih dekat lagi dengan Tuhannya.

Kita telah mengetahui, bahwa misi manusia di alam ini adalah beribadah kepada Allah. Kita juga telah mengetahui bahwa ibadah adalah mengoptimalkan ketundukan yang disertai dengan mengoptimalkan kecintaan kepada Allah. Ibadah di dalam Islam mencakup agama secara keseluruhan dan meliputi seluruh kehidupan dengan berbagai macam isinya.19

Dalam muamalah yang berasal dari fiil madi “amala” berarti bergaul

dengannya, berurusan (dagang). Muamalah merupakan ketetapan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya (alam sekitarnya).

Dalam muamalah membahas tentang hubungan dalam keluarga yang merupakan satuan terkecil masyarakat yang anggota-anggotanya terikat

19

Yusuf al-Qardhawi, Ibadah dalam Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2005), cet. Ke-1, h.118


(35)

secara bathiniah dan hukum karena pertalian darah dan pertalian pernikahan. Ikatan itu, memberikan kedudukan tertentu kepada masing-masing anggota keluarga, hak dan kewajiban, serta tanggung jawab bersama.

c. Pesan Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, bentuk jama dari khula, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak dari segi istilah (terminologi) adalah budi pekerti, yang berarti perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku.

Menurut Ibn Manzhur berkata, khulq dan khuluq (dengan satu dhammah dan dengan dua dhammah) berarti budi pekerti, dan agama. Kata ini dipakai untuk menyatakan perangai seseorang yang tidak terdapat di dalam fitrahnya (dibuat-buat).20

Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah

laku, atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik.21

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak

20Asma Umar Hasan Fad’aq,

Mengungkapkan Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta: Penerbit Lentera, 1999), h.16

21

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), cet. Ke-2, h.1


(36)

25

mulia (akhlak mahmudah), atau perbuatan buruk, yang disebut akhlak tercela (akhlak madzmumah) sesuai dengan pembinaannya.

Dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khalik dengan perilaku manusianya. Dengan kata lain, dalam pengertian ini, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya, baru menggambarkan nilai akhlak hakiki, manakala suatu tindakan atau perilaku tersebut berdasarkan kepada kehendak Khalik (Tuhan).22

Sedang akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan cara tidak menyekutukan-Nya, dan bertaubat serta mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa dan memohon kepada-Nya dan selalu mencari keridhoan-Nya.23

Sedang akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Tidak melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang beanr. Kemudian jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, dan ucapan yang baik, mendoakan dan saling membantu.

Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lain.

22

Harun Nasution, dkk, Ensiklopedia Media Islam Indonesia Pengantar Studi Akhlak,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-1 h.71

23

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-1, h.147


(37)

Untuk itu, salah satu materi dakwah islam dalam rangka memanifestasikan penyempurnaan martabat manusia serta membuat harmonis tatanan hidup masyarakat, disamping aturan formal yang terkandung dalam syariah, salah satu ajaran etis Islam adalah akhlak. Materi akhlak ini sangat luas sekali, yang tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga sangat melibatkan pikiran.

C. Ruang Lingkup Novel 1. Pengertian Novel

Kata Novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti “baru”.24 Dikatakan baru karena kalaudi bandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul kemudian. Novel sebagai salah satu bentuk dari prosa fiksi, mempunyai arti sebagai sebuah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian kehidupan seseorang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel lebih panjang dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

24

Taringan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung, Angkasa,1993), h.164


(38)

27

Novel merupakan sebuah teks naratif. Novel biasanya menceritakan kisah yang merepresentasikan suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan nyata atau untuk merangsang imajinasi.25

Novel memberikan peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Boleh jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial, karena novel tidak hanya ajaran serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat. Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya terdapat proses komunikasi, banyak mengandung pesan, baik itu pesan sosial, pesan moral, ataupun pesan keagamaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel adalah salah satu karya berbentuk prosa, dimana sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan. Standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan daya bahasa serta gaya cerita yang menarik.26

Karya sastra adalah refleksi masyarakat dari renungan mendalam serta pengolahan serius penciptanya (sastrawan). Karya sastra harus mengandung kebenaran, sastra yang baik adalah yang mengandung kebenaran. Akan tetapi, kebenaran dalam karya sastra bukanlah

25

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra,2010), cet. Ke-1, h. 75

26

Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: PT. Rineko Cipta, 1992), cet. Ke-1 h.99


(39)

kebenaran faktual, melainkan lebih kepada kebenaran ideal. Banyak ide dalam karya sastra, ide-ide itu bisa berwujud hal-hal tentang hubungan sesama manusia, tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan makhluk lainnya, tentang pendidikan, agama, dan lain-lain.27

Novel menjadi cerita rekaan yang lebih banyak menyoroti segala macam-macam persoalan dalam kehidupan manusia, segala persoalan bukan lagi merupakan cita-cita khayalan, akan tetapi seolah-olah kejadian itu benar-benar dirasakan , seperti kesengsaraan, penderitaan kematian, dan percintaan. Bentuk semacam inilah yang dinamakan novel. Novel menceritakan sebagian kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luar biasa dalam hidupnya yang menimbulkan konflik sehingga menjurus kepada perubahan nasib si tokoh.

2. Novel Sebagai Media Dakwah

Media dakwah adalah media atau instrument yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah kepada mad’u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da’I untuk menyampaikan

dakwahnya baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.28

Jadi, media dakwah merupakan perantara atau sarana komunikasi yang menjadi wadah atau wahana untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam. Di antara berbagai media dakwah yang ada, salah satu media yang

27

Nguruh Persua, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, (Suara Guru. XII, 1980), h.5.

28

Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011), cet. Ke-1 h.9


(40)

29

banyak digunakan oleh para da’I dalam menyebarkan dakwahnya adalah media cetak.

Tidak dapat dibantah bahwa media cetak merupakan media komunikasi massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi penyebaran pesan-pesan atau informasi. Media cetak pada umumnya merupakan media komunikasi massa yang mampu mengadakan perubahan dalam masyarakat, baik pola pikir maupun perilakunya.

Oleh karena itu, efektifitas dan efisiensi dari media cetak dalam menyebarkan informasi seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

para da’I dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam melalui media

cetak, salah satunya dengan menggunakan karya sastra atau novel. Meskipun berdakwah menggunakan sarana media cetak memang memerlukan bakat mengarang karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan.

Dalam penyampaian materi-materi dakwah, karya sastra mempunyai kekhususan tersendiri yaitu tidak melakukannya secara langsung. Melainkan sengaja memadukan keseluruhan unsur yang membentuk teks sastra, terutama unsur keindahan dan daya angan. Sebab karya sastra merupakan salah satu wujud karya seni yang notabene mengemban tujuan estetik, dan bukan semata-mata alat propaganda atau informasi.29

29

Rahmat Djoko Damono, Prinsip-prinsip Kritik Sastra, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), h.34


(41)

Dakwah bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen, cerbung, cergam, dan bahkan novel bisa disisipkan milai-nilai dakwah didalamnya. Dakwah yang dikemas dalam bentuk tulisan jauh lebih awet dibandingkan dilakukan secara lisan. Daya jangkaunya juga lebih luas, menembus batas ruang dan waktu.

Dakwah yang dilakukan melaui tulisan, akan dapat dinikmati oleh banyak generasi. Tidak hanya generasi yang hidup pada masa kini, akan tetapi juga akan dapat dinikmati dan dirasakan oleh generasi mendatang, sehingga senantiasa dapat mengambil manfaat darinya.

Tidak sedikit orang yang kaya akan ilmu pengetahuan, tetapi tidak mengikatnya dengan tulisan. Saat itu, ia akan hilang seiring dengan hilangnya usia. Gagasan-gagasannya akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Namanya pun akan berakhir dimakan zaman.30

Setiap manusia suatu saat nanti pasti akan mati. Ini suatu keniscayaan, siapapun tak mungkin dapat mengelak. Maka, sebelum ajal menjemput, alangkah eloknya jika kita dapat meninggalkna karya berharga. Jasad penulis boleh terkubur, tapi tulisannya akan senantiasa bermanfaat bagi orang lain.

Berdakwah melalui sastra membutuhkan setidaknya idealisme yang jelas serta kekayaan bahasa, agar karya kita mampu menggerakkan seseorang. Novel sangat berpotensi sebagai media dakwah untuk mengenalkan keindahan Islam yang dikemas melalui bahasa yang khas,

30


(42)

31

halus, indah, komunikatif, dengan menggunakan metode dakwah yang khas dari seorang pengarang atau penulisnya untuk disampaikan kepada para pembaca dan pecinta novel.

Dengan kelebihan dan kekurangan sebuah novel, perlu diketahui bahwa dengan novel, pembaca (mad’u) tidak merasa digurui, artinya novel bisa memberikan waktu lebih panjang untuk berpikir sehingga orang bisa bercermin lewat novel yang dibacanya.


(43)

32

Aguk Irawan MN, lahir di Lamongan 1 April 1979. Sekolah di MA Negeri Babat sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ulum, Langitan, Widang, Tuban. Selama di MAN ini, ia belajar teater dan menulis puisi pada guru bahasa Indonesianya, yaitu seorang penyair yang cukup terkenal di Lamongan; Pringgo. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Al-Azhar University Cairo, jurusan

Aqidah dan Filsafat, atas beasiswa Majelis A’la Al-Islamiyah sampai tafsiyah. Kemudian melanjutkan belajarnya di institut agama Islam Al-Aqidah Jakarta, dan sekarang, tercatat sebagai penerima beasiswa Depag (diktis) pada program doktoral (S3) UIN Sunan Kalijaga jurusan Studi Islam (SI).

Selama di Kairo, ia banyak menulis karya sastra di berbagai lembaran pers Mahasiswa, terutama di buletin Kinanah, dan berproses kreatif teater di sanggar yang ia turut dirikan Kinanah. Sanggar ini, atas dukungan Gus Mus kemudian menerbitkan Jurnal Kinanah di Indonesia, bekerjasama dengan LkiS Yogyakarta, dan ia dipercaya sebagai Pimrednya. Selama di Kairo, ia juga menjadi aktivis di banyak organisasi, seperti PCINU-Mesir, KSW (Kelompok Studi Walisongo), dan pernah menjabat sebagai ketua umum senat Fakultas Ushuluddin Univ. Al-Azhar Mesir (PPMI 2001-2003), sebelum akhirnya, ia sering dipercaya sebagai juri dalam berbagai apresiasi seni mahasiswa, terlebih dahulu ia kerap memenangkan lomba karya tulis tingkat Mahasiswa di Kairo, baik yang diadakan KBRI atau pers semisal Terobosan.


(44)

33

Menerjemahkan karya sastra Arab, diantaranya karya Drama Taufik El-Hakiem Tahta Dzilaili Syams (Di Bawah Bayangan Matahari), karya klasik Abu

A’la El-Ma’ary, Komedi Al-Ilahiyah (Komedi Langit), Dunya Allah, Najib Mahfudz dan atas dukungan dari Majelis Tsaqafa Mesir, bersama Mahmud Hamzawie ia menerjemahkan sastra Indonesia ke Arab, diantaranya puisi-puisi Sutradji Calzoum Bakrie, O Amuk Kapak (Ath-Tholasim). Karya Soni Farid Maulana, Anak Kabut (Abna Dhobab).

Di Yogyakarta, ia turut mendirikan sanggar SABDA (Learning Center for Rural Society), dan bergabung di sanggar NUN-IAIN Yogyakarta, pernah juga

memimpin buletin Jum’at Al-Iktilaf di tempat ia bekerja dan menjadi aktivis, LkiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial). Keikut sertaannya dalam berbagai komunitas seni di Tanah Air, sering mengundangnya dalam hajatan sastra penting, misalnya di TIM untuk membacakan puisi-puisinya bersama Sitor Situmurang, “Menongok

ke Belakang, Mengintip ke Depan” (2004), Mimbar Dalam Abad yang Berlari (2006), Pertemuan Sastrawan se-Jawa (2007), Temu Sastrawan Indonesia (TSI III, Tanjung Pinang 2010), juga kerap di Taman Budaya Yogyakarta.

Selain itu, beberapa komunitas seni sering memberinya kesempatan dan kepercayaan menjadi Dewan Juri bertaraf Nasional, diantaranya adalah salah seorang Dewan Juri Khatulistiwa Literary Award (2007), bersama Qory Izzatul Muna dan Joni Ariadinata dipercaya menjadi juri karya fiksi se-Jawa yang diadakan Ponpes. Pandanaran, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.Majalah sastra Horison Edisi XXXXI, no 12/2006, memuat tulisan edisi pengarang muda Yogyakarta, dan ia salah satu dari tujuh sastrawan yang dipilih majalah tersebut.


(45)

Ada puluhan buku yang menghimpun tulisannya, diantaranya ”Tragedi 1965, antologi cerpen, esai, puisi dan curhat” (Malka, 2005), “Ini Sirkus Senyum” (Bumi Manusia, 2003), “Negeri Pantai” (Kostela, 2001), “Angin Sahara” (KSI Kairo, 2003), Maha Duka Aceh (PDS HB Jassin, 2005) “Aku telah Dikutuk Jadi Laut” (Syarikat,2007), Seorang Gadis dan Sesobek Indonesia (L. Aksara, 2007),

“Antariksa Dada” (Penyair Tiga Kota, 2008), “Sang Pemberani” (2008), “Ta’bir

Hujan” (2010) dan lain-lain.

Tulisannya baik fiksi maupun non fiksi mampang di berbagai situs internet dan surat kabar, baik Lokal maupun Nasional. Kini ia tergabung di Lesbumi, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DI. Yogyakarta dan dipercaya sebagai pemimpin redaksi Majalah Kalimah, juga Pengurus Pusat Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (PP-LKKNU) Jakarta, bidang riset dan pengembangan.

B. Karya-Karya Aguk Irawan MN 1. Karya Fiksi Aguk Irawan MN

a. Dari Lembah Sungai Nil (Kinanah, 1998) b. Hadiah Seribu Menara (Kinanah, 1999) c. Kado Milenium (Kinanah, 2000)

d. Negeri Sarang Laba-Laba (Galah Press, 2002) e. Binatang Piaraan Tuhan (Kinanah, 2003) f. Liku Luka Kau Kaku (Ombak, 2004) g. Sungai Yang Memerah (Ombak, 2005) h. Penantian Perempuan (Ombak, 2005)


(46)

35

i. Trilogi Risalah Para Pendusta (Pilar Media, 2007) j. Aku, Lelaki Asing, dan Kota Kairo (Grafindo, 2008) k. Balada Cinta Majenun (Cinta Risalah, 2008)

l. Sepercik Cinta dari Surga (Grafindo, 2007) m. Memoar Luka Seorang TKW (Grafindo, 2007) n. Sekuntum Mawar dari Gaza (Grafindo, 2008) o. Hasrat Waktu (Arti Bumi Intaran, 2009) p. Lorong Kematian (Global Media, 2010) q. Sinar Mandar (Global Media, 2010) r. Jalan Pulang (Azhar Risalah, 2011) s. Bait-Bait Cinta (Grafindo, 2008)

t. Penakluk Badai, Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari (Global Media,

2011)

2. Karya Non Fiksi Aguk Irawan MN

a. Kiat Asyik Menulis (Arti Bumi Intaran)

b. Kisah-Kisah Inspiratif Pembuka Surga (Grafindo) c. Di Balik Fatwa Jihad Imam Samudera (Sajadah Press) d. Haji Back-Packer 1 (Edelwes)

e. Haji Back-Packer 2 (Edelwes) f. Ensiklopedi Haji (Qultum Media) g. Islam-Negara-Agama (LKiS)

h. Menyingkap Rahasia Rukuk dan Sujud (Sajadah Press) i. 100 Wasiat Nabi (Grafindo)


(47)

j. Spirit Al-Qur’an (Ar-Arruz Media) k. Samudera Hakikat (Sajadah Press) l. Ashabul Kahfi (Arti Bumi Intaran)

m. Ensiklopedi Sains Al-Qur’an (Arti Bumi Intaran) n. Menjadi Murid Sejati (Lentera Sufi)

o. Tafsir Al-Jilani (Serambi) C. Sinopsis Novel Penakluk Badai

Novel yang diterbitkan oleh Global Media Utama di tahun 2012 ini merupakan novel Islam yang ditulis oleh Aguk Irawan MN yang merupakan penulis buku best seller seri “haji back-packer”. Novel tentang biografi

Hadratussyaih Kiai Hasyim Asy’ari ini merupakan salah satu karya besar yang beliau hadirkan bagi pembaca yang merindukan sesosok pejuang Islam Indonesia.

Penulis kelahiran Lamongan 33 tahun silam ini sempat mengenyam pendidikan di pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang serta beberapa pesantren lainnya. Peran beliau sebagai seorang santri ini terpanggil untuk menuliskan perjalanan hidup jejak perjuangan gurunya yang merupakan salah satu

ulama besar sekaligus pendiri organisasi Islam Indonesia yakni „Nahdatul Ulama’.

Kebiasaan menulis jurnal sastra selama kuliah di Kairo Mesir, menerjemahkan karya sastra, menggelar berbagai lomba karya tulis, serta pegalaman diranah NU semakin mengasah keahlian dalam menulis novel ini. Terbukti Aguk perah menjadi aktivis PCINU-Mesir, ketua umum senat Fakultas Ushuluddin Al Azhar, dan mengikuti PPMI Al Azhar Mesir. Berkat keahliannya dibidang penulisan, Aguk Irawan tidak terlalu kesulitan dalam menyusun Novel


(48)

37

Biografi Hadratussyaih Hasyim Asy’ari sehingga tulisannya begitu mengalir

sesuai kisah dan mudah dipahami pembaca.

Figur besar dan kharismatik Hadratussyaih Hasyim Asy’ari dalam novel

ini seakan-akan hadir dan hidup ditengah-tengah kita. Cerita awal dimulai dari pengembaraan kakeknya dalam mencari ilmu. Dikisahkan beliau sangat santun kepada guru dan tidak kenal lelah mengadapi kebrutalan penduduk sekitar, mulai dari penjudi, pemabuk, dan perampok hingga mereka semua tergerak dan

mengikuti ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin.

Dari pesona kakeknya yang sangat luar biasa hingga mendirikan pesantren di daerah Gedangan ternyata menurun kepada cucunya Hasyim, dari putranya

Asy’ari. Hadratussyaih Hasyim Asy’ari pada masa mudanya sangat haus akan

ilmu, terlebih ilmu agama. Perantauan beliau mencari ilmu dimulai dari pesantrennya yang dibangun ayahnya di Keras, kemudian pesantren kakeknya di Gedangan dan pesantran lainnya. Semangat mencari ilmunya membawa beliau mencari ilmu hingga ke Makkah berguru dengan Syeikh mahfudz Al-Tarmasy yang memiliki sanad keilmuan langsung dari Rasulullah SAW.

Di lain kesempatan, Hadratussyaih Hasyim Asy’ari di tunjuk sebagai salah satu imam sekaligus guru di Masjidil Haram. Ketertarikannya dalam ilmu Hadis, menjadikan beliau sebagai ahli hadis dan dikenal hingga sekarang. Kesempatan yang luar biasa dari semangat menuntut ilmu Hadratussyaih Hasyim Asy’ari dibuktikan ketika beliau nyantri di Semarang dengan Kiai Haji Sholeh Darat bersama Muhammad Darwis (Kh. Ahmad Dahlan). Mereka berdua sangat


(49)

bersemangat dalam menuntut ilmu dan saling tolong menolang seperti saudara kandung.

Mendirikan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat bobrok, perampok, pemabuk, penjudi, prostitusi, dan asusila, itulah keberanian dari

seorang KH. Hasyim Asy’ari yang membuat para kiai sepuh tercengang karena

dianggap tidak lazim. Inilah salah satu nilai yang diangkat oleh Aguk Irawan MN dalam buku fiksi-biografi Bapak Revolusi Pendidikan Islam.

Bagaimana sumbangsihnya di bidang pendidikan dan mengangkat perjuangan Indonesia hingga mencapai kemerdekaannya. Aguk Irawan mencoba mengungkap detail kharisma dan keagungan KH. Hasyim Asy’ari yang selama ini hanya dikenal sebagai tokoh kalangan Ormas Nahdlatul Ulama (NU). Lebih dari itu, beliau adalah pahlawan bangsa Indonesia.

Novel ini, kembali menampilkan KH. Hasyim Asy’ari sebagai sosok yang

kontroversial dengan gagasannya yang selalu melampaui zamannya. Melalui hasil

istikharahnya, KH. Hasyim Asy’ari mau menerima tawaran kerjasama dari

Jepang. Sementara, banyak Kiai lain dan rakyat yang sempat menjadi korban kekejaman Jepang mengkhawatirkan langkah politik yang diambil KH. Hasyim

As’ari tersebut. Jepang sendiri melunak dan mengambil jalan kooperatif terhadap

pribumi lantaran mereka cemas bahwa suatu hari nanti Belanda akan merebut kembali wilayah yang kini diduduki Jepang. Kecemasan itu pun terbukti. Forum Internasional di Wina pada 1942 memutuskan bahwa negara-negara sekutu sepakat akan mengembalikan wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kepada koloni masing-masing.


(50)

39

Landasan logika yang dijadikan pijakan oleh KH. Hasyim Asy’ari adalah

kenyataan bahwa beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dijajah Belanda, sehingga mentalitasnya rapuh dan mudah ciut. Dengan didikan dan gemblengan militer dari Jepang, bangsa Indonesia diharapkan memiliki kesiapan mental dengan suasana peperangan. Hal inilah yang akan menjadi modal untuk kelak merebut kemerdekaan yang sesungguhnya.

Buah karya dari semangat menuntut ilmu beliau buktikan dengan mendirikan pesantren yang sekarang sudah sangat familiar yani Tebuireng.

Diceritakan pula Hadratussyaih Hasyim Asy’ari adalah seorang yang tabah ketika

istri dan anak tercintanya meninggal serta bertubi cobaan yang datang selalu dihadapi dengan sabar. Beliau juga termasuk orang yang mahir dalam menyulut semangat para pemuda Islam untuk berjihad ketika Indonesia sedang dijajah oleh kafir-Belanda, dan berjuang mendapatkan serta mempertahankan kemerdekaan. Dalam novel ini dikupas tuntas secara mendalam bagaimana peran beliau dalam memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.

Novel dengan panjang 20,5 cm dan lebar 13,5 cm serta jumlah sekitar 528 halaman ini disertai dengan lampiran-lampiran, tentang penulis, serta kosa kata sehingga bisa memudahkan pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa, karena bahasa Jawa sering sekali dijumpai dalam novel ini.

Selain itu, novel ini juga mendapat pengantar dari Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj, MA. yang merupakan ketua umum dari PBNU serta mendapat apresiasi tinggi dari tokoh agama dan nasional seperti Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI), Drs. H. Suryadharma Ali (Menteri Agama RI), Prof. Dr. KH. Din Syamsudin


(51)

(Ketua Umum PP. Muhammadiyah), KH. Shalahuddin Wahid (Cucu KH. Hasyim

Asy’ari dan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang), Prof. Dr. Komarudin


(52)

41 BAB IV

ANALISIS TEMUAN DATA

A. Pesan Dakwah Tentang Aqidah dalam Novel Penakluk Badai

Pada pembahasan bab ini, penulis akan menguraikan data dalam memperoleh validitas dan reliabilitas tentang isi pesan dalam novel Penakluk

Badai. Data yang diolah berupa paragraph atau dialog yang mengandung pesan

dakwah. Pengolahan data dalam novel Penakluk Badai sesuai dengan kategori yang telah ditentukan, yaitu kategori aqidah, syariah, dan akhlak. Kemudian ditampilkan dalam data dan jumlah frekuensi.

Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalam novel

Penakluk Badai, peneliti mengadakan pengujian kategori kepada tiga orang juri

atau koder yang dipilih dari orang yang dipandang kredibel. Koder terdiri dari juri 1 Komalasari, S.Pd., juri 2 Khurosani, S.Pd.I., dan juri 3 Zahlah, S.Pd.I. Hasil dari kesekapakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien.

Untuk mencari koefisien reliabilitas kategori antar juri, peneliti menguraikan rumus dari Holsty1, yaitu:

Koefisien Reabilitas: 2M . N1+N2 Keterangan:

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M = Kesepakatan antarjuri

N = Jumlah yang diteliti

1


(53)

Pesan dakwah yang mengandung kategori Aqidah diantaranya adalah: 1. Iman Kepada Allah

Yang dimaksud dengan iman kepada Allah SWT. ialah meyakini dengan sepenuh hati, baik dengan lisan maupun perbuatan bahwa Allah itu ada dengan segala sifat dan kesempurnaan-Nya sebagai Tuhan. Beriman kepada Allah berarti mau menyembah-Nya serta tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Iman kepada Allah merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam.

Adapun paragraph ataupun dialog dalam novel yang mengandung iman kepada Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:

“Lantunan surat Yusuf sangat jelas terdengar oleh Asy‟ari dari mulut

Halimah. Itulah yang membuat ia semakin yakin bahwa Allah akan

memberi kelancaran dalam kelahiran istrinya.”

Kutipan paragraph di atas, diambil dari penantian panjang yang

dilakukan oleh Kiai Asy’ari dalam menunggu kelahiran anak

ketiganya yang belum juga lahir meskipun usia kehamilan sudah mencapai lebih dari setahun. Di sini, pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa Allah SWT. itu maha kuasa atas apa yang

dikehendaki-Nya. Adapun manusia, hanya bisa berusaha dan berdo’a.

Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Allah sebagai berikut:


(54)

43

Kutipan kalimat di atas, diambil dari dialog antara Kiai Hasyim

Asy’ari dengan lima santri seniornya yang sedang berdiskusi tentang

kekejaman yang akan dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap pesantren Tebuireng. Dalam kalimat ini, ingin dijelaskan bahwa sesungguhnya tokoh utama dalam novel ini, yakni KH. Hasyim

Asy’ari sangat yakin akan kekuasaan Allah SWT. yang tidak akan

memberikan sebuah cobaan diluar kemampuan hambanya. 2. Iman Kepada Malaikat Allah

Iman kepada malaikat yaitu meyakini tanpa ragu di dalam hati dan pikiran bahwa selain menciptakan manusia Allah juga menciptakan malaikat dari cahaya, dan bahwa malaikat adalah makhluk yang paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.

Dalam novel yang penulis teliti, tidak ditemui kalimat-kalimat ataupun paragraph yang masuk ke dalam kategori Iman kepada Malaikat Allah.

3. Iman Kepada Kitab Allah:

Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitabnya kepada para nabi atau rasul yang berisi wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada kitab Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:


(55)

“Ia juga mengajak masyarakat untuk gemar menuntut ilmu. Ia berkata “Intisari Al-Qur‟an adalah dorongan kepada umat manusia agar mempergunakan akalnya untuk memenuhi tuntutan hidupnya di

dunia dan akhirat”.”

Kutipan di atas diambil dari cerita tentang Kiai Sholeh Darat

yang merupakan guru dari KH. Hasyim Asy’ari. Dalam paragraph ini

dijelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah menyuruh manusia untuk berpikir dan mempergunakan akalnya agar bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kemudian adapula pesan Aqidah mengenai iman kepada Kitab Allah sebagai berikut:

“Melalui sajak itu, Kiai Hasyim menegaskan, pendapat yang lahir

dari pemikiran seseorang harus direlatifkan kebenarannya, dan karena itu bisa berbeda atau diragukan. Kebenaran mutlak hanyalah kebenaran wahyu yang acapkali berada di luar jangkauan nalar

manusia.”

Kutipan paragraph di atas diambil dari akhir perdebatan antara Kiai Hasyim dengan Kiai Amar Faqih yang masing-masing menulis buku untuk mempertahankan pendapatnya. Dalam paragraph ini, pengarang ingin menyampaikan bahwa segala sesuatunya telah Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an, dan terkadang akal dan pemikiran manusia yang terbatas tidak akan mampu menjangkau kebenaran mutlak yang terdapat dalam Al-Qur’an. Maka meyakini isi yang terkandung dalam Al-Qur’an merupakan bentuk iman kepada kitab Allah.


(56)

45

4. Iman Kepada Rasul Allah

Yang dimaksud iman kepada rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT. untuk menerima wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Rasul Allah dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:

“Menurut Kiai Sholeh Darat, yang dimaksud Nabi Muhammad SAW

dengan golongan yang selamat adalah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan

pokok-pokok kepercayaan Ahlusunnah Waljamaah, Asy‟ariyah, dan

Maturidiyah.”

Kutipan paragraph di atas diambil dari penjelasan Kiai Sholeh Darat yang mengemukakan penafsirannya terhadap sabda Rasulullah SAW mengenai terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan sepeninggal beliau, dan hanya satu golongan yang selamat. Dalam paragraph ini, pengarang berusaha menyampaikan bahwa apa yang terdapat dalam hadits nabi, baik berupa ucapan ataupun perbuatan merupakan bentuk iman kepada Rasul Allah.

5. Iman Kepada Hari Akhir

Yang dimaksud iman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan awal dari kehidupan di akhirat.Allah menjelaskan mengenai hari akhir di dalam Al-Qur’an


(57)

bertujuan agar manusia dapat beriman kepada Allah dan hari akhir, karena pada dasarnya semua yang hidup pasti akan merasakan kematian. Karena itu, manusia janganlah lengah, lupa diri, ataupun terpesona dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya sementara. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Hari Akhir dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:

“Sekitar 15 tahun sejak kepergian kedua santri yang disayangi itu,

Kiai Sholeh Darat wafat di Semarang pada Jum‟at Wage 28

Ramadhan 1321 H/18 Desember 1903 dan dimakamkan di

pemakaman umum Bergota Semarang dalam usia 83 tahun.”

Kutipan di atas diambil dari paragraph ketika Muhammad Hasyim dan Muhammad Darwis pergi dari Pesantren yang diasuh oleh Kiai Sholeh Darat. Pada dasarnya, kematian seseorang dapat

dikatakan sebagai hari akhir „shugra’ atau kecil. Maka meyakini

adanya hari akhir yang telah ditentukan oleh Allah merupakan kemutlakan setiap muslim sebagai langkah penyempurnaan keimanan kepada Allah dan hari akhir-Nya.

6. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluk-Nya. Adapun dialog atau paragraph dalam novel yang mengandung iman kepada Hari Akhir dapat dibaca dari cuplikan novel sebagai berikut:


(58)

47

“Setelah membumi-hanguskan pesantren Tebuireng, komplotan

preman dan opsir Belanda boleh saja puas. Tapi jika mereka beranggapan, kalau sudah hangus seperti itu, Kiai Hasyim dan para santrinya akan berdiam diri, adalah salah besar. Justru dari musibah

inilah, beberapa Hikmah bisa didapatkan.”

Kutipan di atas diambil dari paragraph setelah Belanda menghancurkan dan membakar pesantren Tebuireng. Pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa beriman kepada qadha dan qadar merupakan kunci dalam menghadapi setiap cobaan hidup. Itu dibuktikan setelah terjadinya peristiwa pembakaran tersebut, kalangan muslim khususnya kalangan pesantren mulai bahu-membahu dan terus memperjuangkan tegaknya Islam di bumi pertiwi. Itu berarti, ada hikmah yang akan terjadi setelah mendapatkan sebuah cobaan, atau dengan kata lain, setelah kesulitan pasti akan terdapat kemudahan. Allah SWT. berfirman:



Artinya:

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan


(59)

Berikut ini adalah tabel rincian pesan yang mengandung kategori Aqidah menurut kesepakatan 3 juri.

Tabel 1

Rincian Kategorisasi Aqidah

No. Bab/Paragraf/ Halaman

Kutipan keterangan

1. III/11/53 “Kira-kira anak kita laki-laki atau

perempuan, Nyi?” kata-kata itulah yang

sering dibisikkan Asy’ari pada Halimah,

begitu juga pada kehamilan ketiga ini. Mendengar pertanyaan itu, Halimah hanya tersenyum simpul seakan menaut malu manja.

“Perempuan atau laki-laki sama saja,” begitu jawaban Halimah setelah beberapa kali didesak suaminya.

Iman Kepada Qadha dan

Qadar

2. III/44/63 Begitulah waktu terus menuntun Hasyim kecil, tumbuh dan berkembang dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hingga hri menjadi minggu, minggu menjadi bulan, dan bulan menjelma tahun. Sampai ia berumur enam tahun. Sampailah dunia kanak-kanak yang ceria itu tiba. Hasyim kecil terpisahkan dengan anak-anak tetangga yang seusia dengan dirinya, terpisahkan dari santri-santri Gedang yang sangat menyayanginya, dari lingkungan Gedang yang sudah membesarkannya hingga usia enam tahun. Ini terjadi lantaran Hasyim kecil harus ikut bapaknya Asy’ari pindah ke Keras, sebab di sanalah bapaknya mendirikan pesantren.

Iman Kepada Qadha dan

Qadar

3. IV/57/87 Kiai Sholeh Darat dikenal sebagai pemikir di bidang ilmu kalam. Ia

pendukung teologi Asy’ariyah dan

Maturidiyah. Pembelaannya terhadap paham ini jelas kelihatan dalam bukunya,

Iman Kepada Rasulullah


(1)

Rincian Intercoder Reliability

Dialog

Kategorisasi

Aqidah Syariah Akhlak

Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III Juri I Juri II Juri III

1. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

2. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

3. √ ̵ √ ̵ ̵ ̵ ̵ √ ̵

4. ̵ ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √

5. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

6. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

7. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

8. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵

9. ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵

10. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

11. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

12. ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵

13. ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵ ̵ ̵

14. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

15. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

16. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

17. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

18. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

19. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

20. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

21. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

22. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

23. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

24. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

25. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

26. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

27. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

28. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

29. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

30. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

31. ̵ ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √

32. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

33. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

34. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

35. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

36. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

37. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √


(2)

39. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

40. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

41. √ √ √ ̵ ̵̵ ̵ ̵ ̵ ̵

42. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

43. √ ̵ √ ̵ √ ̵ ̵ ̵ ̵

44. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

45. ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √

46. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

47. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

48. ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √

49. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

50. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

51. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

52. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

53. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

54. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

55. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

56. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

57. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

58. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

59. ̵ ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √

60. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

61. ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵

62. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

63. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

64. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

65. ̵ ̵ ̵ √ - - - √ √

66. ̵ ̵ ̵ √ √ √ - - -

67. ̵ ̵ ̵ √ √ √ - - -

68. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵

69. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

70. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

71. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

72. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

73. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

74. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

75. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

76. √ √ ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ -

77. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

78. ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ - √ -

79. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

80. ̵ ̵ ̵ √ √ √ - - -

81. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ -

82. ̵ ̵ ̵ √ √ √ - - -


(3)

86. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

87. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

88. ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵

89. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

90. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

91. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

92. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

93. ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √

94. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

95. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

96. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

97. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

98. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

99. ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵

100. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

101. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

102. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

103. ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵ ̵

104. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

105. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

106. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

107. ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵

108. √ ̵ √ ̵ √ ̵ ̵ ̵ ̵

109. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

110. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

111. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

112. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

113. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

114. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

115. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

116. ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵

117. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

118. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

119. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

120. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

121. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

122. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

123. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

124. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

125. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

126. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

127. ̵ ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √


(4)

129. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

130. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

131. ̵ ̵ ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵

132. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

133. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

134. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

135. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

136. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

137. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

138. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

139. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

140. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

141. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

142. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

143. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

144. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

145. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

146. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

147. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

148. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

149. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

150. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

151. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

152. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

153. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

154. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

155. √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √

156. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

157. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

158. ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵ √

159. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

160. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

161. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

162. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

163. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

164. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

165. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

166. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

167. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

168. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

169. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

170. ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √

171. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵

172. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵


(5)

176. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

177. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

178. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

179. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

180. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

181. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

182. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵

183. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

184. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

185. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

186. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

187. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

188. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

189. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

190. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

191. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

192. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

193. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

194. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

195. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

196. ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵

197. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

198. ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵

199. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

200. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

201. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

202. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

203. ̵ √ ̵ √ ̵ √ ̵ ̵ ̵

204. ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵ √ √

205. √ ̵ ̵ ̵ √ √ ̵ ̵ ̵

206. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

207. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

208. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

209. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

210. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

211. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

212. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

213. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

214. ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵

215. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

216. √ √ √ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵

217. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵


(6)

219. √ √ ̵ ̵ ̵ √ ̵ ̵ ̵

220. ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵

221. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵

222. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

223. ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ ̵ √ √ √

224. ̵ ̵ ̵ √ √ √ ̵ ̵ ̵