Analisis isi pesan dakwah dalam novel perempuan berkalung sorban karya abidah el-khalieqy

(1)

1

KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Siti Rizkia Kamilah 105051001875

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.


(2)

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH

DALAM NOVEL

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)

Oleh

Siti Rizkia Kamilah 105051001875

Pembimbing

DR. Hj. Roudhonah, MA NIP. 19580910 198703 2001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTASILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H./2010 M.


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 4 Juni 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarafah, MA NIP.19700903 199603 1 001 NIP.19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA Drs. Sunandar, M.Ag. NIP. 19630405 199403 1 001 NIP. 19620626 199403 1 002

Pembimbing

DR. Hj. Roudhonah MA. NIP. 19580910 198703 2 001


(4)

Persembahan Terakhir Untuk Bunda Andai semua tahu…

Bundaku hanyalah,

Seorang wanita yang polos, namun ia mudah bergaul Seorang wanita yang sederhana, namun ia bersahaja

Seorang wanita yang dikala lemah, namun ia tetap berkata kuat Seorang wanita yang dikala sedih, namun ia tetap ceria

Seorang wanita yang dikala susah, namun ia tetap ada untuk keluarganya

Seorang wanita yang dikala sakit, namu ia tetap memperhatikan suami dan anak-anaknya. Seorang wanita yang selalu taat pada suami dan Tuhannya

Seorang wanita yang tak pernah bosan untuk selalu mencurahkan rasa kasih dan Sayang pada suami dan anaknya,

Serta do`anya yang maqbul selalu menyertai anak-anaknya agar kelak menjadi orang-orang yang berguna bagi agama,nusa dan bangsa.

Belum puas ku merawatmu bunda, namun engkau telah pasrah Belum puas ku disampingmu, namun engkau berkata sudahlah… Belum puas ku membahagiakanmu, namun engkau telah tiada

Belum puas ku rasanya, karna hanya ini yang dapat ku persembahkan, Belum puas ku rasakan nikmatnya membahagiakanmu Bunda,

Namun tuhan berkata lain, apalah daya tangan tak sampai

Jika ini adalah yang terbaik, kami yakin engkau bahagia di alam sana Selamat jalan Bunda…,

Bakti mu pada keluarga tak kan lekang oleh waktu. Selamat jalan Bunda…,

Doa dinda slalu menyertaimu.

Allahummagfirlaha..warhamha..wa`fu anha..

Pondok Pucung Indah, 18 Oktober 2010 , Mengenang Bunda almarhumah Hj.Siti Awilah binti H.Muchtar yang telah tiada…(alfaatihah..)…Asykurukum, Siti Rizkia Kamilah.


(5)

i Abidah El-Khalieqy

Menyikapi perkembangan zaman saat ini, berdakwah tidak lagi harus terpaku dengan ceramah, pidato dan sebagainya. Ada banyak media dan strategi, lahir sebagai pencerahan dan penyegaran dalam kegiatan berdakwah. Artinya isi pesan dakwah tidak lagi dikemas secara monoton. Sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi da`i sebagai pelaku dakwah dalam penyampaian pesan dakwah. Dengan tujuan agar mad`u sebagai objek dakwah dapat mengimplementasikan isi pesan dakwah di kehidupan sehari-hari.

Novel adalah sebuah karangan berbentuk prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sikap prilaku di sekelilingnya. Sikap novel yang mampu mengubah sikap hidup seseorang tentunya merupakan sarana yang efektif untuk berdakwah. Maka novel dapat dikatakan sebagai media alternatif dalam berdakwah yang cukup representatif dalam penyampaian pesan dakwah.

Belakangan ini memang banyak novelis muslim yang concern dengan (dakwah bil qalam) melalui novel. Tentunya sudah tidak asing lagi ketika mendengar nama Helvi Tiana Rosa, Pipit Senja, Asma Nadia dan sebagainya. Lain halnya dengan Abidah, sebagai novelis muslim, selain pesan moral yang ia jadikan intisari di setiap novelnya, ia juga selalu mengangkat permasalah kesetaraan gender. Terlepas dari itu semua, Abidah tetap berpegangan teguh dan berpedoman pada ajaran Al-Qur`an dan Hadist. Walaupun novelnya yang berjudul

Perempuan Berkalung Sorban ini menimbulkan kontroversi, setelah diangkat sebagai film layar lebar oleh Starvision, namun Abidah tetap santai dan bijak dalam menyikapinya.

Dalam skripisi ini peneliti menggunakan metode penelitian analisis isi kuantitatif. Peneliti melakukan pengkategorisasian isi pesan dakwah dengan membuat koding yang dikutip dari beberapa paragraf dan dialog novel tersebut, kemudian diuji berdasarkan hasil kesepakatan 3 juri sehingga menghasilkan isi pesan yang paling dominan.

Setelah melakukan pengolahan data, diketahui bahwa isi pesan dakwah dalam novel Perempuan Berkalung Sorban didominasi oleh pesan syariah dengan memperoleh nilai prosentase 39.26%, kemudian diikuti pesan akhlak dengan nilai prosentase 37.04%, dan pesan akidah 23.70%.

Dilihat dari prosentase hasil olah data tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa novel Perempuan Berkalung Sorban memiliki kecendrungan pesan dakwah yang bermuatan syariah. Dalam hal ini Abidah El-Khalieqy banyak menyampaikan pesan syariah berupa Ilmu Fiqih, dan sebagainya. Pesan akhlak dan akidah pun dikemas melalui rangkaian permasalahan kesetaraan gender. Adapun pesan yang ingin disampaikan oleh Abidah untuk kaum perempuan dalam novel ini adalah “tubuhmu adalah milikmu, tak seorang pun yang boleh menguasainya, juga lelaki pasangan hidupmu.”


(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya sehingga berkat izin-ciptaan-Nya pula akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya minadzulumatiin ila nuur. Dan kesejahteraan semoga selalu menyertai keluarga beliau, sahabat-sahabatnya, dan kita sebagai umatnya yang mengharapkan syafa‟at dari beliau.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna baik dalam hal bentuk maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Dan sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Pembantu Dekan (PUDEK) I Drs. Wahidin Saputra, MA, PUDEK II Drs. Mahmud Djalal, MA, dan PUDEK III Drs. Study Rizal LK, MA

2. Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Umi Musyarofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan KPI. Serta para dosen dan staf pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah


(7)

iii

3. DR. Hj. Roudhonah, MA, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diinginkan.

4. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu memberikan kelancaran kepada penulis dalam penyelesaian administrasi. Serta pimpinan dan segenap karyawan perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan FIDIK, yang telah memfasilitasi penulis untuk mempelajari dan mencari bahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teruntuk Mbak Abidah EL-Khalieqy sebagai pengarang novel Perempuan Berkalung Sorban penulis ucapkan terima kasih karena dengan baik hati telah menerima, membantu, dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan wawancara dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.

6. Kepada ketiga Juri yakni: Dra. Yayah Huriah (Juri I), Efa Nurazizah (Juri II), dan Yulia Rahman (Juri III) yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia menjadi juri dalam penelitian ini. Semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

7. Orang tua penulis Ayahanda tercinta H. Ahmad Sanusi dan Ibunda tercinta Hj. Siti Awilah, yang dengan penuh kesabaran membesarkan dan merawat penulis dengan penuh rasa cinta kasih dan sayang. Serta lantunan doa dan ridho yang tak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas


(8)

iv bangsa.

9. Kepada seluruh kakak kandungku serta kakak ipar yang selalu memberikan dukungan baik secara moril ataupun materil. Dan special untuk seluruh keponakanku tersayang, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk terus berjuang menyelesaikan studi S1.

10.Teman-teman KPI A 2005…,Novi, Resti, Arsil, Eva, Gita, Hj. Leli, Islah dan lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungan yang tiada henti dari kalian, semoga kita dapat meraih kesuksesan bersama.

11.Teman – teman KKS Puraseda 2008, Rahmat saiful Bahri, Fadli, Uti, Selvi.S, Selvi.O, Syauki, dll..serta para sahabat penulis seperjuangan Uut, Indi, dan sahabat-sahabat alumni Daarul Rahman Wenda, Popo, Wiwit, Isna, k Ikbal dll, semoga setiap langkah dan perbuatan yang telah kita lakukan bermanfaat di masa depan dan dapat melanggengkan tali silaturahim sampai kapan pun. 12.Kepada Kanda Ahmad Saifullah Buaykundo, terimakasih atas segala

kebaikan, dukungan dan perhatian yang telah memacu semangat penulis. Penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juni 2010


(9)

(10)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dakwah ... 19

1. Pengertian Dakwah ... 19

2. Unsur-Unsur Dakwah ... 21

B. Ruang Lingkup Novel ... 31

1. Pengertian Novel ... 31

2. Unsur Intrinsik Novel ... 33

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel ... 37

4. Novel sebagai Media Dakwah ... 38

BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN A. Konsep Dasar Pembuatan Novel Perempuan Berkalung Sorban ... 40

B. Visi dan Misi Novel Perempuan Berkalung Sorban ... 42


(11)

vi

Abidah el-Khalieqy ... 51

BAB IV

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

A. Pesan Dakwah dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban ... 55 1. Pesan Dakwah yang Mengandung Kategori

Aqidah ... 56 2. Pesan Dakwah yang Mengandung Kategori

Akhlak ... 64 3. Pesan Dakwah yang Mengandung Kategori

Syariah ... 68 B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam novel Perempuan

Berkalung Sorban ... 74 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran-saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(12)

vii

1. Kategorisasi Pesan Dakwah (Aqidah, Akhlak, Syariah) ... 11

2. Rincian Kategorisasi Aqidah ... 62

3. Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Aqidah ... 63

4. Rincian Kategorisasi Akhlak ... 66

5. Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Akhlak ... 68

6. Rincian Kategorisasi Syariah ... 70

7. Nilai Kesepakatan Juri Mengenai Pesan Syariah ... 73


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Menyikapi perkembangan zaman saat ini, media dan strategi dalam berdakwah juga mengalami kemajuan yang prospektif. Berdakwah saat ini, tidak harus dengan cara menggurui apalagi mendoktrin secara paksa. Dakwah merambah ke berbagai aspek kehidupan, karena itu media dan sarananya pun beragam. Kini seorang da`i tidak hanya mengandalkan dengan cara berdiri di atas mimbar kemudian berpidato atau berkhutbah begitu saja, namun ada banyak cara lain yang bisa dijadikan alternatif, tergantung objek dakwahnya.

Remaja atau anak muda yang dikenal gemar dengan seni musik, tentu akan lebih mudah didekati dengan syair-syair lagu yang indah dan menyentuh. Para ilmuwan akan tergetar hatinya dengan pendekatan mikro terhadap alam ciptaan-Nya. Para ekonom dan akuntan akan terpesona dengan penjelasan

rinci ”hitung-hitungan” yang ada dalam Al-Qur`an; tentang mengapa riba diharamkan, kemudian jual beli dihalalkan dan sedekah dianjurkan. Namun apapun media, sarana dan strategi yang dipilih oleh para da`i dan da`iyah tetap berpedoman pada dalil Al-Qur`an sebagai berikut:


(14)

Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf 1 dan mencegah dari yang mungkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali `Imron:104)

Begitu pula dengan adanya perintah membaca dalam Al-Qur`an seperti yang tertera dalam (Q.S. Al-`Alaq:1-19) menjelaskan tentang pentingnya arti tulisan dan fungsi membaca bagi manusia. Maka bagi para juru dakwah hendaknya mampu berdakwah dengan lisan dan tulisan.

Namun demikian, di antara sekian banyak pilihan sarana dakwah, salah satu yang mulai diperhitungkan adalah sastra. Seperti yang dikatakan oleh Abdul Razak dalam bukunya Adakah Bangsa Dalam Sastra menyatakan bahwa sebenarnya berdakwah secara tidak langsung melalui sastra sudah pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Ulama-ulama serta para sufi terdahulu tidak terhitung banyaknya yang mendedikasikan diri untuk menyampaikan pesan dakwahnya melalui sastra atau puisi, di antaranya seperti : Robiatu Al- Adawiyah, Jalaluddin Al-Rumi, Ibnu Arabi, dan Hamzah Fansuri. Semua tokoh di atas sangat berperan dalam pengembangan sastra khususnya sastra Indonesia, karena selain dijadikan rujukan dan bahan diskusi juga dijadikan sebagai media dakwah.2

Pamusut Eneste menyatakan dalam bukunya Buku Pintar Sastra Indonsia bahwa ada banyak hal yang dapat dipelajari dari karya sastra. Masalah yang diperbincangkannya dapat meluaskan pengalaman seseorang

1“Ma`ruf”, segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan “Munkar” ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

2

Abdul Rozak Zaidun Dedi Sugono, Adakah Bangsa Dalam Sastra, (Jakarta : Progres bekerja sama dengan Pusat Bahasa Dep-Nas, 2003), h. 124.


(15)

dari sudut sosial, budaya, politik, ekonomi, sejarah, agama, seni, bahkan filsafat. Tokoh-tokoh yang ditemui disana juga diperkenalkan kepada para pembaca pada keluasan kemungkinan pengenalan hidup manusia, apakah itu dilihat dari keragaman wataknya, kualitas perkembangannya, tenaga dan pekerjaannya, serta harapan dari impian-impiannya. Tidak ketinggalan pula cara pengungkapan karya sastra juga dapat membangun kehalusan budi dan mengembangkan perasaan para pembaca. Mendidik untuk bertoleransi dan berempati, dan karena pengalaman itu secara perlahan membentuk seseorang menjadi manusia yang lebih manusiawi.3

Adapun Terry Eogleton menjelaskan dalam bukunya Teori Sastra Sebuah Pengantar Komprehensif, bahwa secara umum bentuk karya sastra terbagi tiga, yaitu puisi, prosa, dan drama. Masing-masing bentuk karya sastra tersebut memiliki ciri khas sebagai pembedanya. Salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa adalah novel.4

Novel merupakan cerita prosa tentang kehidupan manusia seperti halnya cerpen dan roman. Perbedaannya novel memiliki cerita lebih panjang daripada cerpen, tetapi isinya lebih terbatas daripada roman.5

Sikap novel yang mampu mengubah sikap hidup seseorang tentunya merupakan sarana yang efektif untuk kegiatan berdakwah, karena pada intinya kegiatan dakwah dimaksudkan untuk merubah perilaku yang buruk menjadi perilaku yang baik dan hal itu tidak hanya bisa dilakukan melalui

3

Pamusut Eneste, Buku Pintar Sastra Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2001), edisi ke-3 4

Terry Eogleton, Teori Sastra Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra, 2006), cet. Ke-1, h. 1-2

5


(16)

mimbar masjid, tulisan-tulisan di koran atau tempat-tempat formal keagamaan yang lain tetapi dakwah juga bisa dilakukan melalui dunia sastra yang mempunyai efek lain kepada para pembacanya.

Menurut penjelasan Burhan Nurianto dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi, Bahwa dalam karya sastra yang berbentuk novel tidak lepas dari latar belakang pengarangnya apabila pengarang tersebut adalah seorang muslim, sangat besar kemungkinan untuk menyampaikan pesan moral yang terkandung dalam ajaran agamanya baik peristiwa yang dialaminya sendiri ataupun satu peristiwa yang sedang berlangsung.6

Jika mengingat sederetan novelis wanita ternama, seperti Helvi Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Pipit Senja, yang selalu mengukir karya tulisannya dengan cerita-cerita yang berpesan moral serta bernuansa Islami, Pun tak kalah menarik seorang penulis wanita yang hampir seluruh karya tulisnya bercirikan memperjuangkan hak-hak perempuan ,menyuarakan kesetaraan gender, namun konsisten dan setia pada ajaran-ajaran Al-Qur`an dan Hadist sebagai pedoman ialah Abidah El-Khalieqy.

Abidah dikenal sebagai penulis sekaligus aktifis dalam beberapa forum perempuan dan dunia sastra yang lahir dari didikan pesantren. Selepas dari Madrasah Ibtidaiyah, ia melanjutkan sekolahnya di Pesantren Putri Modern PERSIS, Bangil, Pasuruan. Di pesantren inilah ia mulai mengasah bakatnya dalam menulis puisi dan cerpen dengan nama Idasmara Prameswari, Ida Arek Ronopati, Atau Ida Bani Kadir.

6

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogjakarta : Gajah Mada University Press, 1995), h.322.


(17)

Penulis novel kelahiran Jombang, 01 Maret 1965 ini, Juga dikenal sebagai perempuan penyair nasional yang cukup kuat dengan sajak-sajak religiusnya. Cita rasa bahasa yang puitis sangat mempengaruhi dalam menulis fiksi. Tidak berlebihan jika ia dianggap sebagai salah seorang novelis terbaik di Indonesia. Novel-novelnya bahkan dapat dinilai sebagai puncak sastra Islami – bukan fiksi pop Islami.7

Beberapa waktu yang lalu salah satu hasil karya tulis Abidah yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban sempat menjadi karya sastra bernafaskan Islam yang menuai banyak kontroversi serta aksi protes dari berbagai elemen Islam, pengamat seni sastra, bahkan penikmat novel dan film. Sebab cerita novel yang diangkat Hanung Bramantyo sebagai judul film tersebut, dianggap telah memberikan citra yang buruk terhadap Islam sehingga dapat meresahkan masyarakat awam, Begitulah tanggapan dari Imam besar Masjid Istiqlal KH. Ali Mustafa Ya`qub yang diberitakan di berbagai media, mengenai pemutaran film Perempuan Berkalung Sorban yang dapat disaksikan oleh masyarakat luas di berbagai bioskop.8

Novel ini mengisahkan tentang seorang wanita bernama Anisa lahir dari keluarga pesantren yang kental dengan budaya patriarkat. Disini Anisa hidup untuk memperjuangkan haknya sebagai perempuan yakni dengan menegakkan kesetaraan gender. Tokoh Anisa digambarkan sebagai perempuan muslim yang tidak radikal, tokoh feminis yang mengungkapkan gugatannya

7

Harian Republika, Seni dan Budaya, 13 Juli 2008. hal. 9 8

Indra Yogi , Dibalik Novel „Perempuan Berkalung Sorban‟, artikel diakses pada tanggal 05 februari 2009 dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0405/01/hib01.html pada pukul 18.30 WIB


(18)

tidak dengan amarah, bersifat plural dan terbuka, namun berani mengkritisi dunia lelaki, yakni dunia patriarki.

Dalam novel ini juga menceritakan tentang pembelaan terhadap pemilikan tubuh dan hak-hak reproduksi perempuan. Sebab menurut Abidah sebagai penulis novel, meskipun telah banyak orang yang berbicara soal gender, baginya hanyalah berbicara di ruang kosong. Realitasnya perempuan banyak mengalami kekerasan, terutama dalam kehidupan rumah tangga dengan beribu wajah dan bentuknya, seperti yang digambarkan melalui novelnya.9

Disini juga dikisahkan sosok Khudori yang hadir sebagai seseorang yang amat dikagumi oleh Anisa. Ia lelaki berpengetahuan luas, menguasai kitab kuning, berpikir moderat dan rasional. Ia selalu menafsirkan agama dari sudut pandang substansi, bukan formalisme agama.

Namun atas dasar kekuasaan ayahnya, Anisa pun dijodohkan dengan Samsudin, anak seorang kiyai ternama kawan lama ayahnya. Lelaki yang baru dikenalnya satu jam sebelum ijab kabul itu, ternyata baru diketahui setelah menikah bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Kekerasan dalam rumah tangga harus dirasakan Anisa, ketika sosok Khudori yang selama ini jadi panutannya berada di luar negeri untuk melanjutkan studi, Anisa seperti kehilangan arah namun ia tetap tegar dalam menghadapi cobaan ini.

Sekian lama akhirnya Khudori kembali ke Indonesia dan membantu Anisa untuk menyelesaikan sekelumit masalah rumah tangganya, dan akhirnya

9Wawancara dengan Abidah El Khalieqy melalui Email di: „elkhaliey@yahoo.com‟, pada tanggal 26 Juli 2009, pkl. 10.25 WIB.


(19)

Anisa merasakan bahagia setelah menikah dengan Khudori. Namun tak lama dari lahirnya buah hati mereka, Khudori mengalami kecelakaan sehingga Anisa pun harus kehilangan sosok yang amat dicintainya.

Novel yang diangkat sebagai film keluarga ini, dipenuhi dengan nilai pesan gender, moral, budaya dan agama yang syarat makna. Namun yang lebih menariknya lagi, novel ini telah menuai banyak kontroversi dari kalangan para ulama dan pengamat seni.

Untuk itu peneliti sangat tertarik untuk mencari dan meneliti isi pesan dari novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy tersebut yang di dalamnya banyak mengandung unsur ilmu pengetahuan dan pelajaran baik secara Aqidah, Akhlak, maupun Syariah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa peneliti memilih untuk

mengangkat judul penelitian yaitu “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El- Khalieqy”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas, maka penulis membatasi penelitian pada isi dialog di dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy yang mengandung unsur-unsur pesan dakwah yakni akidah, akhlak dan syariah.

Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini adalah :


(20)

1. Apa saja isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy ?

2. Pesan apakah yang lebih dominan diantara pesan-pesan dakwah (Akidah, Akhlak, Syariah) dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, Maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy

b. Untuk mengetahui pesan dakwah yang paling dominan tentang akidah, akhlak dan syariah yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban

c. Untuk dapat mengklasifikasikan pesan dakwah dalam novel

Perempuan Berkalung Sorban 2. Kegunaan Penelitian

a. Segi Akademis

Di harapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif pada khazanah keilmuan dalam bidang dakwah melalui media cetak, khususnya tentang penelitian analisis isi novel sebagai media dakwah melalui media cetak.


(21)

b. Segi Praktis

Untuk menambah wawasan para juru dakwah tentang pentingnya pemanfaatan segala bentuk media yang ada sebagai alat bantu atau media dakwah. Juga setiap muslim bisa ikut berperan aktif dalam pengembangan tugas dakwah, tidak terkecuali para seniman sastra.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau disebut juga dengan Content Analysis yang bersifat kuantitatif, yaitu dengan cara mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan, yang akhirnya akan melahirkan generalisasi. Adapun pengertian isi yang nyata di sini merupakan isi yang tersurat, yang berarti isi tersebut harus di-coding seperti apa adanya yang tersurat (tampak), bukan seperti yang dirasakan oleh peneliti.10

Metode tersebut adalah untuk mengkaji pesan-pesan dalam media yang akan menghasilkan kesimpulan tentang kecendrungan isi, tema dan lain sebagainya. Barelson mendefinisikan kajian isi adalah tehnik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. 11

10

Suprayogo Imam & Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) Cet.ke 2 h.155

11

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) Cet. Ke-1, h. 13


(22)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah novel berjudul Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El-Khalieqy. Dan objek penelitian ini adalah isi pesan dan kandungan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.12 Di sini penulis membaca dan memahami isi pesan dakwah yang terkandung dalam novel tersebut. Setelah itu penulis mengutip kemudian mencatat dialog-dialog ataupun paragraf yang mengandung pesan dakwah pada novel Perempuan Berkalung Sorban untuk dijadikan sebagai codingsheet, yakni rangkaian pencatatan lambang atau pesan secara sistematis untuk kemudian diberi interpretasi oleh juri.

b. Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data dengan melakukan komunikasi tatap muka (face to face) antara peneliti dan sumber penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Abidah El-Khalieqy sebagai penulis novel

Perempuan Berkalung Sorban. Wawancara dilakukan melalui email,

12

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1


(23)

telephone, dan sms. Hal ini disebabkan oleh jarak yang jauh antara penulis dan sumber.

c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini, internet dan lain sebagainya.

4. Olah Data

a. Kategorisasi Pesan

Pada tahapan olah data peneliti menampilkan pesan dakwah berdasarkan kategorisasi secara sistematik yang terdiri dari Aqidah, Akhlak dan Syariah dalam bentuk table. Berikut table kategorisasi:

Tabel I Kategorisasi Pesan

No Kategorisasi Sub Kategori

1. Aqidah a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada Rasul

2. Syariah a. Ibadah

b. Muamalah

3. Akhlak a. Akhlak kepada

Allah

b. Akhlak kepada sesama manuisa c. Akhlak kepada


(24)

Berdasarkan kategori tersebut penulis membuat definisi operasional sebagai berikut:

1) Aqidah

Yang dimaksud dengan aqidah adalah hal-hal yang membahas tentang keyakinan, kepercayaan, keimanan yang termasuk dalam rukun-rukun iman. Yakni seperti iman kepada Allah dan iman kepada Rasul.13 2) Syariah

Yang dimaksud dengan syariah yaitu hal-hal yang memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasulullah Saw dalam hal ibadah dan muamalah. Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan Muamalah berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia seperti perkawinan, kewarisan, pidana, peradilan dan politik.14

3) Akhlak

Yang dimaksud dengan akhlak adalah hal-hal yang membahas tentang etika, moral, budi pekerti manusia dengan Allah SWT., manusia dengan sesama makhluk, dan manusia dengan lingkungan hidup.15

Untuk menghitung prosentase hasil penelitian kecendrungan pesan dari ketiga table kategori di atas dihitung dengan rumus Holsty 16:

P =

N F

X 100%

13

AA. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah wal Jama`ah, (Jakarta, Niaga Swadaya, 2004) h. 34

14

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus, 1994),hal.343 15

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1992) h.2 16

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1


(25)

P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Polulasi b. Penjurian / Koder

Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas kategori isi pesan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban, penulis mengadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dari orang yang dianggap kredibel.

Hasil kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas. Untuk mencapai koefisien reliabilitas kategori antar juri, peneliti menguraikan dengan rumus Holsty,17 yaitu :

Koefisiensi Reabilitas =

2 N 1 N M 2  Keterangan :

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri M = Kesepakatan antar juri

N = Jumlah yang diteliti

Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri (komposit reabilitas) dengan menggunakan rumus :

Komposit Reliabilitas =



antarjuri x 1 N 1 antarjuri x N   17


(26)

Keterangan : N = Jumlah juri X = Rata-rata (x) 5. Tehnik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul, yang sudah diperoleh dari penilaian juri akan diamati, dihitung dan diberi nilai untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui koefisien reliabilitas tiap juri. Antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, 2 dan 3. Koder yang terdiri dari Juri I, Drs. Yayah Huriyah (Ustadzah), Juri II, Efa Nurazizah S.SI. (PNS), dan Juri III, Yulia Rahman S.SI. (Mahasiswi Pasca Sarjana UIN Syahid Jakarta) menampilkan kutipan paragraf dan dialog-dialog yang mengandung muatan dakwah berdasarkan kategorisasi secara sistematik, dari hal ini maka dibuat kategorisasi nilai Akidah, Akhlak dan Syariah untuk mengamati isi pesan novel Perempuan Berkalung Sorban. Adapun kategorisasi tersebut diambil dalam bukunya M. Munir, dan Wahyu Illahi, yang berjudul Manajemen Dakwah, yang mengkategorisasikan pesan dakwah menjadi empat macam, yaitu Aqidah, Syariah, Ibadah dan Akhlak.18 Tetapi penulis hanya mengambil tiga kategorisasi saja yaitu pesan Akidah, Akhlak dan Syariah.

18

M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 24-28


(27)

6. Tehnik Penulisan

Untuk keperluan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syahid Jakarta (Jakarta: CeQDA, 2007). Dan juga buku Metode-metode Penelitian Komunikasi, penerbit UIN Jakarta Press, Cet.ke-1 2006.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja ada beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, diantaranya yaitu:

Skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan dakwah dalam Novel Mahligai Perkawinan Karya Anni Iwasaki yang disusun oleh Julia Amrestiani NIM 105051001859 tahun 2009, skripsi ini menganalisis tentang novel yang terbit ditahun 1986, bercerita tentang masalah kehidupan dalam berumah tangga. Lalu ada pula skripsi yang berjudul Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Kapas-Kapas di Langit karya Pipit Senja yang disusun oleh Rahmat Hidayat NIM 103051028593 tahun 2008, skripsi ini menganalisis isi pesan dakwah dari novel Islami yang penulisnya sudah lama mengidap penyakit Thalasemia namun tetap berjuang untuk hidup. Kemudian adapula skripsi yang berjudul


(28)

Gapi yang disusun oleh Triani Sugianingsih NIM 105051001915 tahun 2009, dan Analisis Isi Pesan Dakwah Novel Akira:Muslim Watashi Wa karya Helvy Tiana Rosa disusun oleh Syaiful Anwar NIM 103051028599 tahun 2008. Serta masih ada lagi beberapa judul skripsi yang serupa yang menganalisis isi pesan novel yang berbeda, biasanya novel yang diteliti adalah novel yang memiliki banyak peminat atau best seller, atau juga novel yang memiliki keunikan tersendiri.

Tetapi ada pula judul skripsi yang hampir mirip namun berbeda yakni,

Analisis Isi Pesan Dakwah pada Film Perempuan Berkalung Sorban yang disusun oleh Siti Muthiah NIM 105051001951, skripsi ini menganalisis pesan dakwah yang terdapat pada film Perempuan Berkalung Sorban yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduksi oleh Starvision Plus yang sebagaimana kita ketahui filmnya telah menuai banyak kontroversi di kalangan para ulama dan pengamat seni.

Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/i yang meneliti tentang novel Perempuan Berkalung Sorban. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis novel Perempuan Berkalung Sorban.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub bab sebagai berikut:


(29)

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan tentang konsep dan pengertian dakwah secara etimologis dan terminologis, pengertian novel, novel sebagai media dakwah.

BAB III : SEKILAS TENTANG NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Pada bab ini berisikan tentang konsep dasar pembuatan novel

Perempuan Berkalung Sorban, sinopsis novel Perempuan Berkalung Sorban,visi dan misi novel, kontroversi seputar novel dan film Perempuan Berkalung Sorban, dan yang terakhir profil penulis novel Perempuan Berkalung Sorban.

BAB IV : ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang pesan dakwah yang terkandung dalam novel Perempuan Berkalung Sorban serta menguraikan pesan dakwah yang paling dominan.


(30)

BAB V : PENUTUP

Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(31)

19 C. Konsep Dakwah

3. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah sering ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminoligi. Adapun secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab yakni da`a, yad`u, du`aah/da`watan. Jadi kata dua`a atau dakwah adalah isim mashdar dari du`aa, yang keduanya mempunyai arti

yang sama yaitu „ajakan‟ atau „panggilan‟.

Asal kata du`aa ini bisa diartikan dengan bermacam-macam arti, tergantung kepada pemakaiannya dalam kalimat. Misalnya „da`aahu‟ dapat diartikan memanggil atau menyeru ia akan dia. „Da`aalahu‟ dengan arti mendokan dia baginya.1

Pengertian dakwah secara terminologi menurut beberapa ahli yang diantaranya adalah H.M Arifin mengatakan dakwah adalah kegiatan menyeru, baik dalam bentuk lisan dan tulisan, maupun tingkah laku dan lain sebagainya yang dilakukan secara individual atau kelompok. Supaya timbul dalam dirinya suatu pengetahuan kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama, sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa unsur paksaan.2

1

Muhammad Idris Abduh Rauf Al Marbawi, Qamus Idris Al-Marbawii (Mesir: Mustafa baabil habli wa auladah, 1350), h.203

2


(32)

Amarullah Ahmad dalam bukunya Dakwah Islam dan Perubahan Sosial menyatakan bahwa pada hakikatnya dakwah Islam merupakan :

“Usaha mengaktualisasikan nilai-nilai imani atau teologis dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap,dan bertingkah laku dalam tataran realitas individu dan social cultural dalam rangka mewujudkan nilai Islami di semua kehidupan dengan menggunakan cara-cara tertentu”.3

Sementara Didin Hafidhudin mendefinisikan bahwa kegiatan dakwah adalah suatu aktifitas yang mulia di mana setiap muslim dapat melakukan amar ma`ruf nahii mungkar sehingga dapat tercipta tujuan dakwah yang hakiki yakni membentuk khairul ummah. Karena pada dasarnya hakikat dakwah suatu proses mengukuhkan sasaran dakwah agar masuk ke jalan Allah SWT. Secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.4

Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah merupakan kegiatan menyeru atau mengajak orang lain baik secara individu ataupun kelompok, agar menjalankan syariat Islam sebaik mungkin tentunya sesuai dengan pedoman Al-Qur`an dan Hadist dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang berharga baik di dunia maupun akhirat.

3

Amarullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Yogyakarta, PLP2M:1985), h.43

4


(33)

4. Unsur-Unsur Dakwah

Yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah komponen yang selalu ada dalam kegiatan dakwah diantara unsur-unsur dakwah adalah:

a. Subjek Dakwah

Yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah da`i. Da`i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da`i sering disebut kebanyakan orang dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan dimuka, sebutan tersebut lebih sempit dari sebutan da`i yang sebenarnya. Apabila kita kembali kepada Al-Qur`an dapat disimpulkan pelaku dakwah pertama itu adalah Nabi Muhammad SAW.5

b. Objek Dakwah

Objek dakwah adalah mad`u atau jamaah, yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.6

c. Materi Dakwah

Unsur lain dalam proses dakwah adalah maddah atau materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da`i

5

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cet. Kel. H. 75-77 6


(34)

kepada mad`u. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesan mengandung arti perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain.7 Sementara itu Onong Uchana Efendi mengatakan bahwa pesan (message) merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.8 Materi dakwah atau isi pesan dakwah yang utama adalah yang terdapat dalam Al-Qur`an dan Hadist. Adapun pengertian dari materi atau pesan dakwah ialah segala pernyatan yang berupa lambang bermakna yang disampaikan untuk mengajak atau memengaruhi manusia (individu atau kelompok), agar mengikuti ajaran Islam dan mampu merealisasikannya dalam kehidupan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Lambang yang dimaksud disini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan, baik berupa informasi atau opini mengenai hal-hal yang konkrit maupun yang abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan yang akan datang. 9

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999) h.761

8

Onong Uchana Efendi, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 1994) h.18

9

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1993),h.165


(35)

a) Aqidah, secara etimologi diambil dari kata “aqad” yakni ikatan yang kuat.

Dapat berarti juga teguh, permanen, saling mengikat, dan rapat. Dalam Ensiklopedi Islam, aqidah dalam i`tikad bersifat yang mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman. 10

Pengertian akidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Akidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian akidah dalam agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan, seperti akidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.11

Aqidah dalam Islam adalah bersifat itiqad bathiniyah yang mecakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.12

1) Iman kepada Allah SWT 2) Iman kepada Malaikat

3) Iman kepada Kitab Allah SWT 4) Iman kepada Rasul Allah SWT 5) Iman kepada Hari Kiamat 6) Iman kepada Qadha dan Qadar

b) Akhlak, kata ahlak secara etimologi berasal dari bahasa arab. Dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku atau

10

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Wijaya,1971)h.1 11

A.A. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu sunnah wal Jamaah, (Jakarta :Niaga Swadaya, 2004),h.34

12


(36)

tabiat.13 Secara linguistik kata akhlak merupakan isim dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (AllahSWT).

Menurut Al-Ghozali akhlak diartikan sebagai suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran secara garis besar akhlak terbagi menjadi: 1) Akhlak kepada Allah SWT,

2) Akhlak Kepada sesama manusia, 3) Akhlak terhadap lingkungan sekitar.

c) Syariah, secara etimologi berarti jalan. Syariah adalah segala yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW berbentuk wahyu di dalam Al-Qur`an dan sunnah. Sedangkan secara terminologi syariah ialah ketentuan (norma) illahi yang mengatur dengan sesamanya (muamalah). 14

1) Ibadah (dalam arti sempit) seperti Thaharah, Sholat, Zakat, Shaum (puasa), haji.

2) Muamalah (dalam arti sempit) meliputi :Al-Qaunul Khas (hukum perdata), Muamalah (hukum niaga), Munakahat (hukum nikah),

Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Kemudian Al-Qaunul`am

(hukum publik), Hinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum negara), Jihad (hukum perang dan damai), dan sebagainya.

13

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fiqih,(Jakarta:PT.Pustaka Firdaus,1994),h. 25 14


(37)

d. Metode Dakwah

Dalam bahasa yunani metode berasal dari kata “methodos”, artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut Thariq.15Adapun pengertian metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:







Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125)

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:

1) Al-Hikmah

Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, lapang dada, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama dan Tuhan.

Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran dan pengamalannya, ketepatan dalam perkataan dan pengamalannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali

15


(38)

dengan memahami al-Qur‟an dan mendalami syariat-syariat Islam serta hakikat iman.16

Menurut M. Abduh, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dapat diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya.17

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan dan ketepatan da‟i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif

mad‟u. al-hikmah merupakan kemampuan da‟i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan bahasa yang komunikatif dan argumentasi logis. Oleh karena itu al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

2) Al-Mau‟idzatu Al-Hasanah

Menurut Lois Ma`luf dalam bukunya Munjid fi al-Lughah wa a‟lam, secara bahasa mau‟idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu,

mau‟idzah dan hasanah. Kata mau‟idzah dapat diartikan sebagai nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang artinya hasanah adalah

kebaikan dan sayyi‟ah adalah keburukan.18

Menurut Abdul Hamid, mau‟idzah hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan

16

Ibnu Qoyim, At-Tafsirul Qoyyim, h.226 17

Abu Hayyan, al-Bahrul Muhith, Jilid I h. 392 18Lois Ma‟luf, Munjid fi al-Lughah wa a‟lam


(39)

memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.19

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Mauidzah Hasanah mengandung arti nasihat dengan kata-kata yang masuk ke dalam kalbu yang penuh dengan rasa kasih sayang dan kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

3) Al-Mujadalah bi-al-Lati Hiya Ahsan

Dalam metode dakwah mujadalah dapat diartikan sebagai debat atau perdebatan. Kata „jadala‟ dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan. 20

Menurut Ali al-Jarisiyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-almunadzaroh, mengartikan bahwa ”al-jidal” secara bahasa dapat bermakna `datang untuk memilih kebenaran`. Dan apabila berbentuk isim ”al-jadlu” maka berarti `pertentangan atau persetujuan yang tajam`.21

19

Abdul Hamid al-Bilali,Fiqh al-Dakwah fi ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989) h.260

20

M.Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana 2006) cet. Ke 2. hal 17 21

Ali al-Jarisyah, Adab al-Khiwar wa al-Mudhoroh, (Al-Munawaroh: Dar al-Wifa, 1989) cet. I h.19.


(40)

Dari pengertian diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa al-mujadalah bi al- lati hiya ahsan merupakan upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yang lainnya saling menghargai dan menghormati, pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.

e. Media Dakwah

Pengertian Media secara etimologi diambil dari bahasa latin yaitu

„Median‟ yang berarti „alat perantara‟ dalam buku Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Asmuni Syukri mendefinisikan media sebagai sesuatu yang dapat dijadikan alat perantara untuk mencapai tujuan tertentu, dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.22

Secara teori dakwah dapat dilakukan melalui tiga hal, yakni: 1) Dakwah bil lisan, yakni dakwah yang lebih bersifat informatif.

meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarahkan kepada loyalitas mengikuti ajaran, agama, sebab dakwah bil lisan pada dasarnya memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak . strategi dakwah bil lisan ini sebagai taktik dalam pemahamannya tentang Islam dan

22


(41)

berangsur-angsur terjadi perubahan sikap dan perilakunya menjadi lebih baik. Umumnya dakwah bil lisan dilakukan para da`i atau da`iyah dalam kegiatan pidato, ceramah ataupun khutbah.

2) Dakwah bil hal, merupakan pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai kegiatan dakwah agar tumbuh loyalitas kepada tuhannya terhadap ajaran agama . Strategi dakwah bil hal cenderung di terapkan sebagai langkah mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya . Dalam dakwah bil hal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya seperti berikut: melalui lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga pendidikan, akhlak karimah (uswatun hasanah).

3) Dakwah bil qalam, berdakwah melalui media cetak/ tulisan memiliki kelebihan tersendiri diantaranya, media tulisan memiliki sifat tahan lama, menyeluruh, serta keberadaannya tidak terikat oleh ruang waktu dan dapat dinikmati oleh ratusan bahkan ribuan pembaca. Dakwah macam ini dapat dilakukan pada koran, majalah, buku, novel dan sebagainya.

Kebutuhan dakwah terhadap media untuk menyampaikan pesan dakwah sangat urgen sekali seperti yang diungkapkan oleh M. Bahri

Ghazali „Kepentingan dakwah terhadap media atau alat sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan menggunakan media, dakwah akan mudah dicerna dan diterima oleh komunikan (mad`u nya).23

23

M Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1984), cet. Ke 2, h. 225


(42)

Menyikapi perkembangan teknologi saat ini, para juru dakwah pun tak boleh ketinggalan. Ada berbagai macam media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Sehingga para da`i tak perlu lagi merasa kesulitan dalam mengemban amanah untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Bahkan pesan dakwah yang ingin disampaikan para da`i, dapat tersebar secara serempak ke seluruh penjuru tempat. Maka dengan begitu akan lebih banyak lagi mad`u yang terjangkau. Adapun macam media yang dapat dijadikan sebagai sarana dakwah dewasa ini diantaranya ialah: 1) Media Visual

Media visual merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan pemanfaatan indera penglihatan dalam menangkap datanya. Contohnya : Koran, majalah, buku, slide, gambar foto diam, dan

overhead proyektor. 2) Media Audio

Media auditif dalam pemahaman komunikatif merupakan alat komunikasi yang berbentuk hasil teknologi canggih dalam wujud

hardware, media auditif dapat di tangkap melalui indera pendengaran. Contohnya: radio, handphone dll.

3) Media Audio Visual

Media audio visual merupakan perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melalui indera pendengar maupun penglihat. Apabila dibandingkan dengan media yang telah dikemukakan sebelumnya,


(43)

ternyata media audio visual lebih paripurna, contohnya: Televisi, Film, Video.24

Media merupakan sarana seseorang untuk menuangkan ide-idenya dan menyampaikan pesan kepada khalayak. Di Indonesia saat ini media yang paling sering digunakan/dinikmati dan mudah dijangkau diantaranya ialah televisi dan buku. Jika seseorang ingin membuat suatu karya yang paling mudah untuk dijangkau maka akan efektif bila melalui kedua media tersebut.

Karenanya di Indonesia saat ini penyampaian pesan melalui pembuatan film yang ceritanya diangkat dari sebuah karya novel begitu kian marak. Ada banyak film yang dihasilkan dari alur cerita yang disadur dari beberapa novel, sebab dengan begini pesan yang ingin disampaikan akan mudah dijangkau dalam waktu yang bersamaan

D. Ruang Lingkup Novel 1. Pengertian Novel

Novel menurut bahasa latin berasal dari kata novellas yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian, berikut yang dinyatakan oleh Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-prinsip Dasar Sastra.25

24

Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 96 25

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra,(Jakarta:Penerbit Arloka, 1999),h.25


(44)

Ada banyak para ahli sastra memberikan istilah novel diantaranya yakni Abdullah Ambary mengatakan bahwa novel ialah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya. Lain halnya penuturan dari P. Suparman Nata Wijaya tentang novel yakni, novel ialah kisah realita dari perjalanan seseorang.26

Sedangkan menurut Suprapto, Novel ialah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku. 27

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia novel ialah jenis prosa yang menceritakan kehidupan baik yang menyangkut perwatakan tokoh atau lingkungan sekitar. Bentuknya hampir mirip roman tetapi lebih sederhana. Alurnya penuh konflik dan berakhir penyelesaian konflik. 28

Dalam sebuah novel, paling banyak mengandung dua atau tiga orang pelaku penting termasuk seorang yang jadi pelaku utama. Jalan cerita lurus kepada penaka pohon cemara atau dua garis siku-siku yang berakhir atau bertema di ujung cerita.29

Dapat ditarik kesimpulan bahwa novel ialah sebuah karya seni sastra yang berbentuk prosa, di mana di dalamnya menggunakan bahasa yang mengandung unsur kesusastraan, yakni dengan penggunaan kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik.

26

Abdullah Ambary, Inti Sari Sastra Indonesia, Bandung: Djantika, 1983 27

Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, (Surabaya : Indah, 1993),h.53

28

Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,

29

Putu Arya Tirtawirya, Apresiasi Puisi dan Prosa (Ende Flores: Nusa Indah, 1983), Cet. Ke IV, h. 102


(45)

2. Unsur Intrinsik Novel

Novel memiliki unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur yang dimaksud antara lain: plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, point of view atau sudut pandang.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi. Menurut Welleck dan Waren, sebagaimana dikutip Burhan Nurgiantoro bahwa unsur-unsur tersebut antara lain keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.30

Diantara beberapa unsur intrinsik dalam novel atau prosa yaitu: a. Plot

Plot / alur merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi dua bagian, yaitu alur maju (progresif) dan alur mundur (flash back progresif). Adapun alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu peristiwa yang terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

30

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1995). H.23


(46)

Plot terbagi menjadi lima elemen penting, yaitu pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan masalah.31

b. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai

jawaban terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “ada berapajumlah pelaku novel itu?” dan lain sebagainya. Sedangkan

penokohan menunjuk kepada watak perwatakan, ataupun karakter, yakni lebih kepada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, maka penokohan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Seperti yang dikatakan Jones, sebagaimana dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.32

Tokoh dapat dibedakan menjadi lima macam yakni: tokoh utama, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu. Berikut penjelasannya :

a. Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Termasuk konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.33 Kriteria yang digunakan untuk menentukan

31

Jacob Sumardjo dan Saini K. M, Apresiasi Kesustraan, (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia 1986), h.49

32

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.164-165. 33


(47)

tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh-tokoh di dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.34

b. Tokoh Protagonis

Altenberhand dan Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro, mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh yang kita kagumi, tokoh yang berpendirian pada norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.35

c. Tokoh Antagonis

Yaitu tokoh atau pelaku yang menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita.36

d. Tokoh Tritagonis

Yaitu tokoh yang menjadi penengah antara pelaku protagonis dengan antagonis.

e. Tokoh Pembantu atau Tambahan

Yaitu pelaku yang bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai cerita, pelaku pembantu mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai penenang atau penengah jika terjadi konflik.

34

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h. 16

35

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.178. 36


(48)

f. Setting atau latar

Setting atau latar, menurut M.H. Abrams adalah sebagaimana yang dikutip oleh Burhan Nurgiantoro dapat juga disebut sebagai landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu lampau berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.37 g. Sudut Pandang atau Point of View

Sudut pandang atau point of view menurut Robert Stanton, sebagaimana yang dikutip oleh Adib Sofia Sugihastuti, diartikan sebagai posisi yang merupakan dasar berpijak kita untuk melihat secara hati-hati agar ceritanya dapat memiliki hasil yang sangat memadai.38

Sudut pandang dalam novel tersebut memiliki keindahan dan tatanan bahasa, yang tetap sesuai dengan gaya bahasa sastra dan menggugah pembacanya untuk terus membaca dan tidak merasa bosan terlarut dalam cerita yang diceritakan.

Unsur lain yang menarik dari novel dapat dilihat dari isi dialog dalam sebuah novel. Dialog dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

37

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h.180. 38

Adib Sofia dan Sugihastuti, Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h. 16


(49)

memiliki arti percakapan (sandiwara atau cerita), atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.39 3. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam novel ialah : a. Nilai Sosial

Nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan manusia lain.

b. Nilai Ethik

Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari dan dihargai oleh para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari seorang pengarang untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia.

c. Nilai Hedorik

Nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan.

d. Nilai Spirit

Nilai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian yang tangguh percaya akan dirinya sendiri.

39

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1999) h. 661


(50)

e. Nilai Koleksi

Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan.

f. Nilai Kultural

Novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban masyarakat, sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat lain daerah.40

4. Novel sebagai Media Dakwah

Dalam Kamus Ilmiah Popular, Media berarti sebuah perantara (informasi); penengah; wahana; dan atau wadah. 41Maka dapat dikatakan bahwa media dakwah merupakan perantara komunikasi yang menjadi wadah untuk merealisasikan ajaran-ajaran Islam.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, saat ini banyak media yang dapat dijadikan sebagai sarana dakwah. Selain media massa, seperti koran, majalah, radio dan televisi, ada juga sarana lain yang cukup efektif, yaitu melalui buku, termasuk dalam hal ini adalah novel. Melihat animo masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan menjadikan dakwah melalui buku bisa dijadikan sebagai alternatif yang cukup representatif.42

40

Arianto Sam, Pengertian Novel, Artikel diakses di

http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.htm, pada tanggal 08 April 2010, pukul

16.00 wib 41

Pius A. Partantu dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arloka, 1994),h.448

42

Badiyah Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, (Bandung : penerbit MQ Media Qalbu, 2004), h.41


(51)

Kini novel terbukti telah menjadi salah satu sarana dakwah yang efektif dan representatif. Lahirnya film-film Islami yang alur ceritanya disadur dari kisah-kisah yang ada pada novel, membuat kegiatan berdakwah semakin terasa menarik dan refresh bagi para da`i maupun mad`unya. Dakwah dulu dianggap sebagai kegiatan yang monoton, namun kini dengan memanfaatkan dakwah melalui media cetak, pesan dakwah menjadi lebih mudah diterima dan mampu menjangkau wilayah yang cukup luas. Bahkan sifat novel yang sangat pribadi ini, membuat novel lebih mudah dalam mempengaruhi daya pikir seseorang.


(52)

40

NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

F. Konsep Dasar Pembuatan Novel Perempuan Berkalung Sorban

Menurut Abidah persoalan perempuan itu tidak pernah lekang dari zaman. Sejak Adam sampai Muhammad, sejak zaman Muhammad sampai sekarang, persoalan perempuan dengan berbagai sisinya masih saja aktual untuk dibicarakan. Itu sebabnya perempuan disebut-sebut dalam Al-Qur`an dan Hadist sebagai bagian dari masalah kehidupan dunia selain kekuasaan dan harta. Dalam sejarahnya sampai kini, persoalan perempuan timbul lebih disebabkan oleh sumber-sumber tiranik yang bergerak melalui sistem patriarki. Oleh pikiran dan konstruksi budaya kaum lelaki. Termasuk di dalamnya sistem nilai agama yang hanya ditafsirkan demi kepentingan kuasa kaum lelaki.1

Bagi Abidah sebagai penulis novel, yang menjadi konsep dasar dalam pembuatan novel Perempuan Berkalung Sorban ialah pertama sebagai pengingat dan motivasi bagi kaum lelaki dan perempuan, khususnya kaum muslimah, untuk melakukan perubahan sosial dan budaya yang didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang tersurat dalam Al-Qur`an maupun Hadist, bahwa laki-laki dan perempuan, suami dan istri, muslim dan muslimah itu memiliki kedudukan yang sama di hadapan tuhan. Sehingga tidak seorang

1

Wawancara Pribadi dengan Abidah El Khalieqy melalui email di „elkhalieqy@yahoo.com‟,pada tanggal 26 Juni 2009


(53)

pun di antara makhluk tuhan itu yang boleh menindas dan merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Kedua, sebagai penyemangat kaum muslimah yang harus berani mengkritisi dan memberontak jika diperlukan, terhadap ajaran-ajaran Islam (khususnya hadist-hadist misoginis) yang disalahgunakan atau dijadikan alasan untuk menindas kaum perempuan. Maka untuk mencapai semua itu perempuan harus memiliki ilmu, memiliki pengetahuan agama dan budaya yang memadai. Berani membangun sikap mandiri, berani meluruskan yang bengkok, dan tetap teguh dalam iman. Yang ketiga adalah sebagai upaya dalam memahami, mengubah dan memperbaiki pandangan-pandangan yang berkaitan dengan posisi, status dan eksistensi kaum perempuan dengan kacamata perempuan. Artinya, semangat juang kaum perempuan tidak mungkin dapat meruntuhkan sistem budaya patriarki itu tanpa terlebih dahulu mengubah pandangan hidup, sikap dan tatalaku dari kaum perempuan itu sendiri yang kurang atau tidak sesuai dengan prinsi-prinsip agama dan kemanusiaan. Dengan kata lain kaum muslimah mesti berani berkaca, berani berefleksi, namun tidak terjebak dalam pepatah yang banyak digunakan orang:‟wajah buruk cermin dipecah‟. Hal inilah yang melatarbelakangi Abidah dalam membuat novel Perempuan Berkalung Sorban.

Oleh sebab itu Abidah berinisiatif menulis novel Perempuan Berkalung Sorban, sebagai media alternatif pemberdayaan perempuan di kalangan pesantren, serta sosialisasi isu gender dan hak-hak reproduksi. Sedangkan pemrakarsa utama dari penulisan novel ini ialah Mba Ruchah dan Mukhotib MD, dari YKF (Yayasan Kesejahteraan Fatayat). Keduanya begitu


(54)

antusias mendorong energi spiritualitas, imajinasi dan pikiran Abidah untuk berani berkarya melalui proses kreatif yang agak berbeda dengan penulisan novel pada umumnya.2

G. Visi dan Misi Novel Perempuan Berkalung Sorban

Sebagai karya seni, novel dan film itu jelas berbeda. Keduanya memiliki hukum dan konvensinya sendiri yang tidak bisa disamakan. Tapi secara substansial, novel dan film PBS memiliki visi dan misi yang sama. Memang banyak hal-hal yang tersirat dalam novel, kemudian diolah dan disuratkan melalui film. Begitu sebaliknya, banyak siratan makna dari film itu yang tersurat dalam novelnya.3

Hampir dari setiap tulisannya, Abidah sebagai pengarang novel selalu menggambarkan sosok perempuan yang kuat, cerdas dan pandai. Hal ini merupakan sebuah harapan dari Abidah agar menjadi inspirasi bagi para pembacanya, terutama bagi generasi perempuan saat ini dan mendatang. Dan itu merupakan bagian penting dari proses kreatif dalam hasil karyanya.

Secara ideal, perempuan menginginkan keadilan dan persamaan peran pada segala dimensi kesehariannya, seperti keadilan di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Harapan itu sepertinya hanya sebatas mimpi yang sulit mewujudkan. pada kenyataannya masih banyak keluarga muslim, yang melihat perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, sedang menurut Islam

2

Wawancara Pribadi dengan Abidah El Khalieqy melalui email di „elkhaliey@yahoo.com‟,pada tanggal 26 Juni 2009

3

Wawancara Pribadi dengan Abidah El Khalieqy melalui email di „elkhaliey@yahoo.com‟,pada tanggal 26 Juni 2009


(55)

perempuan pun bisa berbuat banyak untuk beramal selama tidak melanggar Qur'an dan hadits. Maka perlu diinformasi beberapa contoh permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dilingkungan masyarakat. Oleh sebab itu lahirlah novel Perempuan Berkalung Sorban yang kemudian alur ceritanya di filmkan sebagai bentuk media alternatif pemberdayaan perempuan.

Kesesuaian antara realita yang masih banyak terjadi di masyarakat (terutama yang dialami oleh kaum wanita) dengan konsep dasar pembuatan novel dan film Perempuan Berkalung Sorban melahirkan suatu visi, yaitu memberikan atau menyampaikan permasalahan hak-hak perempuan di lingkungan internal umat Islam. Visi ini berusaha diaktualisasikan dalam film yang mengangkat tentang peran dan hak perempuan Islam yang divisualisasikan dalam film Perempuan berkalung sorban.4

Adapun misi dalam novel dan film Perempuan Berkalung Sorban

berkaitan erat dengan visinya yaitu memberikan atau menyampaikan permasalahan hak-hak perempuan di lingkungan internal umat Islam. perlu disampaikan masalah-masalah yang dihadapi, bahwa akan banyak tantangan persoalan yang harus diatasi, seperti yg digambarkan pada novel dan film

Perempuan Berkalung Sorban. Misi novel dan film Perempuan Berkalung Sorban merupakan implementasi dari visi dan konsep dasar pembuatan novel dan film Perempuan Berkalung Sorban.

Misi dari novel dan film Perempuan Berkalung Sorban adalah menjadikan cerita Perempuan Berkalung Sorban sebagai media inovatif dalam

4

Siti Muthiah, Skripsi Analisis Isi Pesan Dakwah Pada Film Perempuan Berkalung Sorban 105051001951, (Wawancara Pribadi dengan Bustal Nawawi: Jakarta, 05 Februari 2010).


(56)

menangani perjuangan hak-hak perempuan. Karena pada saat ini perjuangan terhadap hak-hak perempuan Islam belum pernah diangkat melalui media cetak dan media visual secara bersamaan, yang mana kita ketahui bahwa kini novel dan film merupakan media yang sangat populer di masyarakat.

C. Sinopsis Novel Perempuan Berkalung Sorban

Dalam novel ini pada bagian pertama diceritakan mulai dari masa kecil tokoh utama yakni Annisa, anak dari ibu yang bernama Hajjah Mutmainnah, dan ayahnya yang bernama Kyai Haji Hanan Abdul Malik pendiri pesantren Tambak beras, Tebuireng (Bahrul Ulum) di daerah Jombang Jawa Timur, selain itu Anissa memiliki dua kakak laki-laki yang bernama Rizal dan Wildan. Selain itu juga memiliki paman yang bernama lek Khudori (sapaan Anisa pada pamannya).

Pada bagian kedua disampaikan bahwa Anisa ini dari sejak kecil sudah mulai kelihatan akan kebandelannya terhadap orang tuanya, selain itu Anisa juga seringkali memberontak akan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya, sehingga Nisa ini sering mengadu segala keganjalan atau ketidaksukaannya terhadap sesuatu pasti ia sampaikan kepada lek Khudori, karena hanya lek Khudori yang peduli akan nasib-nasib perempuan, selain itu lek Khudori juga sangat mendukung akan kesetaraan gender antara laki-laki dengan perempuan sebatas dalam koridor syariah.

Selanjutnya dalam bagian ketiga diceritakan pula kisah Anisa dalam mempertaruhkan masa remaja untuk bersenang-senang, dan mencari hal-hal


(57)

yang baru harus tertunda bahkan tidak mengalaminya karena pada saat nisa masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama atau Tsanawiyah (istilah dalam pondok), Nisa harus menikah dengan seorang Sarjana Hukum yang bernama Syamsudin, anak seorang kyai ternama yang memiliki harta yang melimpah, dan Samsudin ini adalah pewaris lima hektar tanah dan satu hektar kebun kelengkeng.

Meskipun Nisa menikah dengan seorang yang terpelajar dan kaya serta anak seorang kyai, tetapi Nisa tidak merasakan keindahan pernikahan tersebut, hal yang dirasakan Nisa tidak lain adalah penganiayaan dan pemerkosaan belaka, Nisa merasa seperti dijadikan sebagai budaknya dan hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu syahwatnya belaka.

Pada bagian keempat dikisahkan bahwa Nisa selalu menceritakan penderitannya tersebut kepada lek Khudori (pamannya yang saat itu sedang melanjutkan studinya S2 di Kairo, Mesir) melalui surat. Kemudian pernikahan Nisa ini semakin hari semakin berantakan, karena kebejatan suaminya. Akhirnya Nisa pun dipoligami dengan seorang janda yang bernama Kalsum, dan memiliki anak satu yang bernama Fadilah (anak hasil hubungan gelap/sebelum menikah). Setelah sekian lama kehidupan rumah tangga ini, semakin rumit dan Samsudin pun tidak tahan tinggal dirumah akhirnya dia pun sering keluar malam dan menginap dirumah seorang janda yang genit yang berjualan jamu di daerah Samsudin tinggal. Beberapa waktu kemudian pamannya Nisa yang bernama lek Khudori itu telah selesai menjalankan


(1)

10. Menurut pandangan Mbak Ida Pesan-pesan apa yang dibawakan film Perempuan Berkalung Sorban?

Film PBS itu bukan karya saya, tapi karya Hanung Bramantyo. Seni film

memiliki hukum dan konvensi-konvensi sendiri yang berbeda dengan karya sastra.

Memang masih ada kaitan pesan antara novel dan filmnya. Salah satu pesan utamanya ialah agar perempuan mampu berkata, “tubuhku adalah milikkku, tak seorangpun yang bisa menguasainya, walau itu suamiku sendiri”. Pesan penting lainya, untuk melakukan perubahan, perempuan harus memiliki ilmu, memiliki

pengetahuan agama dan budaya. Untuk mencapai semua itu, kaum perempuan

harus berani membangun sikap mandiri, tegar dan teguh dalam berjuang di muka

bumi ini.

12. Usai menyaksikan film tersebut, efek apa yang diharapkan terhadap penonton laki-laki dan perempuan?

Bahwa laki-laki dan perempuan, suami dan istri, muslim dan muslimah itu

memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Sehingga tidak seorang pun di

antara makhluk Tuhan itu yang memiliki kuasa untuk melecehkan, saling

menindas dan merendahkan antara satu dengan lainnya.

13. Kapan Anda mulai menaruh perhatian serius bagi dunia perempuan dalam karya? Kenapa?

Sejak saya kuliah di Yogya, aktif dalam berbagai kegiatan diskusi dan

advokasi masalah-masalah perempuan. Dari aktivitas itu, banyak peristiwa dan

fakta diskriminasi terhadap perempuan yang tersimpan dalam memori saya.


(2)

menyadarinya, lalu banyak pengamat sastra juga melihatnya seperti itu, semakin

yakinlah saya untuk terus menggali, menemukan dan menawarkan alternatif

pemikiran tentang masalah perempuan, isu gender dan hak-hak reproduksi melalui

karya sastra.

14. Selain menorehkan dalam karya tulis dan kemudian difilmkan, apalagi yang Anda lakukan dalam pencerdasan kaum perempuan?

Sebagai sastrawan, tugas saya hanya menulis dan berkarya. Pengarang

juga manusia biasa, tidak mungkin mampu melakukan banyak hal dalam waktu

bersamaan. Menulis itu sebuah pekerjaan yang berat, menyerap energi yang lebih

dari pekerjaan fisik maupun aktivitas sehari-hari. Selain menulis novel, saya juga

menulis puisi, cerita pendek dan esei. Semua itu saya yakini sebagai bagian tak

terpisahkan dalam upaya pencerdasan perempuan. Kalau saya boleh bertanya,

adakah aktivis sosial, aktivis LSM perempuan, pekerja sosial, yang masih

memiliki kesempatan untuk menulis seperti saya, atau melahirkan karya sastra?

16. Terkait dengan film yang diluncurkan, bagaimana Anda memaknai sorban bagi perempuan?

Baik di novel maupun dalam film, kata “sorban” lebih dimaknai sebagai simbol kemuliaan, martabat dan kehormatan yang melekat pada lelaki muslim. Di

Indonesia, sorban selalu dipakai oleh para kiai, haji dan ustadz, hingga Annisa,

tokoh utama dalam kisah tersebut, berusaha mendekonstruksi dan merebut makna

sorban itu untuk dikalungkan di leher perempuan, seorang nyai, hajjah dan

ustadzah. Bahwa pada dasarnya, manusia itu makhluk androgin, yang memiliki


(3)

Maka, ketika Annisa berhasil merebut sorban itu, ia pun tidak kemudian

menggunakannya sebagai lambang kuasa bagi perempuan atas laki-laki. Dalam

adegan terakhir film PBS, sorban itu dilepas dari leher Annisa dan dibiarkan jatuh


(4)

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : ABIDAH EL KHALIEQY Tempat/Tgl lahir : Jombang, 01 Maret 1965

Alamat Asal : Desa Menturo, Kec. Sumobito, Kab. Jombang, Jawa Timur

Alamat Sekarang : Gg. Menur No. 60 Nayan Maguwoharjo Yogyakarta 55281

Menikah : Pada hari Ibu, 22 Desember 1992. Pekerjaan : Pengarang / Writers

Nama Suami : Hamdy Salad (penyair, pekerja teater dan dosen)

Anak kandung : Jauhara Nadvi Azzadine (Zadin, 15 th); Geffarine Firdaws

(Geffa, 13 th); Zahida Aine Hawwa (Ain, 8 th.)

Nama Ayah : H. Abdul Khalieq (almarhum, adik dari neneknya Emha Ainun Najib / Cak Nun).

Nama Ibu : Hj. Misnawati Kamal (almarhum) Saudara kandung : Nomor 4 dari 7 saudara.

Nama Fam : Bani Abdul Qadir

SEKOLAH

 Madrasah Ibtidaiyah ( tamat 1977/1978)

 Pesantren Putri Modern PERSIS, Bangil, Pasuruan (tamat 1983/1984).

 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Klaten (1984/1985)

 Fakultas Syariah IAIN (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Pidana Perdata Islam (tamat 1990) dengan skripsi “Komoditas Nilai Fisik Perempuan dalam Perspektif Hukum Islam”.


(5)

AKTIVITAS

 Study dan Apresiasi Sastra Yogyakarta (1985-1989)

 Teater Eska sejak tahun 1987.

 Forum Pengadilan Puisi Yogyakarta (1986-1988).

 Kelompok Diskusi Perempuan Internasional (1988-1989).

 Asian Pacific Forum on Women, Law and Development (1989).

 Baca puisi di Taman Ismail Marzuki Jakarta (1994 dan 2000).

ASEAN Writers Conference, Manila, Philipina (1995).

 Pendamping Kreatif Majlis Sastra Asia Tenggara (1997).

 Baca puisi di Sekretariat ASEAN (1998).

 Konferensi Perempuan Islam se Asia-Pasifik dan Timur Tengah (1999)

 Apresiasi Sastra Keliling Indonesia, Yayasan Indonesia dan Ford Fondation (2000-2005).

 Narasumber Pertemuan Sastrawan Melayu -Nusantara (2005).

 Narasumber Sastra dan Agama, di Kedutaan Kanada (2007)

 International Literary Biennale (2007).

 Jakarta Internationale Literary Festival (2008)

PRESTASI

 Juara Penulisan Tingkat Tsanawiyah Pesantren (1979/80)

 Juara Penulisan Puisi Remaja Se-Jawa (1984).

 Memperoleh Penghargaan Seni dari Pemerintah Propinsi DIY (1998).

 Pemenang Lomba Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2003).

 Dinobatkan sebagai tokoh “10 Anak Zaman Menerobos Batas”, Majalah

As-Syir‟ah (2004).

 Memperoleh IKAPI dan Balai Bahasa Award (2008).

 Memperoleh Adab Award dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2009)


(6)

BUKU YANG SUDAH TERBIT:

 Ibuku Laut Berkobar (puisi, 1997)

 Menari Di Atas Gunting (cerita pendek, 2001)

 Perempuan Berkalung Sorban (novel, 2001)

 Atas Singgasana (novel, 2002)

 Geni Jora (novel, 2004)

 Mahabbah Rindu (novel, 2007)

 Nirzona (novel, 2008)

 Mikraj Odyssey (cerita pendek, 2009).

BUKU ANTOLOGI BERSAMA :

 Ibuku Laut Berkobar (puisi, 1997)

 Menari Di Atas Gunting (cerita pendek, 2001)

 Perempuan Berkalung Sorban (novel, 2001)

 Atas Singgasana (novel, 2002)

 Geni Jora (novel, 2004)

 Mahabbah Rindu (novel, 2007)

 Nirzona (novel, 2008)