pada tanaman jagung walaupun pada stadia permulaan akan menurunkan hasil jagung. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil jagung yang optimal, unsur hara
nitrogen di dalam tanah harus cukup tersedia. Salah satu cara untuk menambahkan unsur nitrogen di dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian
pupuk yang mengandung unsur nitrogen. Pupuk urea merupakan pupuk kimia yang paling banyak digunakan karena mengandung unsur nitrogen yang tinggi
sebesar 46. Tanaman jagung pada umumnya membutuhkan pupuk urea sebanyak 200-300 kg
ureaha untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil jagung yang baik. Namun pupuk urea yang dapat diserap tanaman berkisar antara 22-65. Selain itu
ketersediaan unsur N di dalam tanah sangat sedikit dan tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman jagung tersebut, karena sifat nitrogen yang mudah hilang
melalui pencucian dan penguapan. Selain dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea, pada penelitian ini jagung
ditumpangsarikan dengan kacang tanah. Jagung merupakan tanaman C
4
yang agak terhadap kekeringan, mampu beradaptasi dengan baik pada intensitas cahaya
matahari yang cukup tinggi, fotorespirasi dan transpirasi rendah serta membutuhkan unsur nitrogen yang tinggi, sedangkan kacang tanah merupakan
tanaman C
3
yang memiliki laju fotosintesis lebih rendah dibandingkan tanaman C
4
dan pada akarnya terdapat bintil akar sehingga mampu memfiksasi nitrogen N
2
dari udara melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Dimana hasil fiksasi tersebut berupa unsur nitrogen yang dapat digunakan oleh tanaman jagung
untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan adanya tumpangsari jagung dan kacang
tanah, diharapkan pemberian pupuk urea dapat ditekan seefisien mungkin, karena tanaman kacang tanah mampu menyumbangkan nitrogen yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman jagung. Selain mampu menyumbangkan unsur hara nitrogen, pada pola penanaman
tumpangsari dengan mengatur pola tanam akan meningkatkan komponen- komponen hasil jagung yakni berupa laju pengisian biji dan indeks panen serta
meningkatkan produktivitas lahan. Sehingga diharapkan penanaman jagung pada sistem pola tanam tumpangsari dengan kacang tanah disertai pemberian pupuk
urea yang efisien akan meningkatkan hasil jagung dan efisiensi pemanfaatan lahan.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat diajukan hipotesis bahwa terdapat efisiensi pemupukan urea dan pemanfaatan lahan dalam
meningkatkan hasil jagung pada sistem tumpangsari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laju Pengisian Biji
Laju pengisian biji merupakan laju pertambahan bobot biji tanaman jagung per satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji
dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 12 MST dan 14 MST dengan cara mengurangi bobot biji 14 MST dikurang dengan bobot biji 12 MST kemudian
dibagi dengan lamanya masa pengisian biji antara 12 MST sampai 14 MST Prakoso, 2012.
Menurut Munier-Jolain dan Ney 1998 yang dikutip oleh Sutoro, Dewi, dan
Setyowati 2008, laju pengisian biji yang tinggi dan berlangsung relatif lama akan menghasilkan bobot biji yang tinggi selama biji sebagai sink dapat
menampung hasil asimilat. Sebaliknya, bila sink cukup banyak tetapi hasil asimilat rendah mengakibatkan kehampaan biji. Selama masa pengisian biji, laju
pertumbuhan biji dipengaruhi oleh konsentrasi CO
2
dan intensitas cahaya, namun lamanya periode pengisian biji tidak berhubungan dengan konsentrasi N biji pada
saat masak. Laju pengisian biji konstan selama periode pengisian biji meskipun ketersediaan asimilat dimodifikasi. Keragaman laju pengisian biji bergantung
pada kondisi pertumbuhan di antara periode pembungaan hingga awal fase pengisian biji.
Menurut Mustafavi dan Ross 1990 yang dikutip oleh Bustamam 2004, berat akhir biji adalah fungsi dari perkalian laju pengisian biji dengan lama pengisian
biji efektif, artinya semakin rendah laju pengisian biji akan memperpanjang lama pengisian biji efektif. Hal yang sesuai juga dinyatakan oleh Bustamam 2004
yang mengemukakan terdapat korelasi positif yang nyata antara laju pengisian biji dengan bobot akhir biji. Artinya, semakin tinggi laju pengisian biji maka semakin
berat pulalah bobot akhir per biji. Menurut Sembiring 2007, laju pengisian biji dapat dihitung dengan membagi
berat biji tiap tongkol dengan selisih umur panen dan keluar rambut, sedangkan menurut Sutoro 2009, laju pengisian biji yang dihitung dengan bobot biji pada
saat panen dibagi dengan selisih umur panen dan umur berbunga betina silking, laju pengisian biji memiliki pengaruh tidak langsung terhadap bobot biji
.
2.2 Indeks Panen
Indeks panen menggambarkan perbandingan antara bobot bahan kering hasil panen biologi dan hasil panen ekonomi dan sangat bergantung pada besarnya
translokasi fotosintat. Semakin tinggi nilai indeks panen berarti semakin besar hasil biji yang dihasilkan. Pemberian pupuk hayati maupun pupuk hijau sampai
dosis tertentu meningkatkan indeks panen karena dapat meningkatkan hasil ekonomi berupa bobot biji Rahni, 2012. Peningkatan hasil panen berupa biji
terutama disebabkan oleh peningkatan indeks panen. Dengan kata lain, tanaman yang tidak lagi memproduksi bobot kering total, tetapi lebih banyak membagi
bobot keringnya ke hasil panen.