Berdasarkan perkembangannya saat ini, menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63KEPM.PAN72003, terdapat
dua pola penyelenggaraan pelayanan terpadu yang meliputi: 1
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Atap Pola penyelenggaraan pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan
dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa
pintu. Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatuatapkan.
2 Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang memiliki berbagai jenis pelayanan yang memiliki
keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu adalah: “Kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai
ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat”.
Pola Pelayanan Terpadu Satu Pintu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang semakin diperkuat dengan disahkannya Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP pelayanan perizinan dilakukan
dengan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan yang dipusatkan pada satu tempat. Pelayanan Terpadu Satu Pintu juga bercirikan adanya lembaga
khusus yang memiliki kewenangan tertentu untuk memberikan pelayanan, baik itu pelayanan perizinan maupun non-perizinan yang mekanisme
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan hingga dengan tahap terbitnya dokumen dilaksanakan pada satu tempat.
F .
Kerangka Pikir
Kualitas pelayanan merupakan hal yang penting untuk menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk
mengenai organisasi publik karena ketidakpuasan publik terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan.
Dalam hal ini, Badan Penanaman Modal dan Perizinan BPMP Kota Bandar Lampung merupakan salah satu organisasi pemerintah yang menyelenggarakan
aktivitas pelayanan publik di sektor pelayanan perizinan. Peneliti ingin meninjau proses pelayanan perizinan dengan lima dimensi dan indikator
konsep kualitas pelayanan publik, yakni: 1. Untuk dimensi Tangibel Berwujud Fisik, terdiri atas indikator:
a. Fasilitas sarana dan prasarana pelayanan
b. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan
c. Kebersihan tempat pelayanan
d. Penampilan petugasaparatur dalam melayani pelanggan
e. Kemudahan memperoleh akses layanan
2. Untuk dimensi Reliability Kehandalan, terdiri atas indikator: a.
Kemampuan petugas menyampaikan pelayanan secara jelas b.
Keahlian petugas dalam memberikan pelayanan c.
Ketepatan waktu pelayanan dan kedisiplinan pegawai d.
Tanggungjawab petugas dalam memberikan pelayanan
3. Untuk dimensi Responsiveness ResponKetanggapan, terdiri atas
indikator: a.
Merespon setiap pelangganpemohon yang ingin mendapatkan pelayanan
b. Kecermatan dan ketepatan waktu petugas dalam melayani pelanggan
c. Petugas membantu pelanggan memeroleh informasi dan merespon
keluhan pelanggan 4. Untuk dimensi Assurance Jaminan, terdiri atas indikator:
a. Jaminan kemudahan prosedur pelayanan
b. Jaminan kemudahan persyaratan pelayanan
c. Jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
d. Jaminan kepastian waktu penyelesaian pelayanan
5. Untuk dimensi Emphaty Empati, terdiri atas indikator: a.
Petugas melayani dengan sikap ramah b.
Petugas melayani dengan sikap sopan santun c.
Petugas melayani dengan tidak diskriminatif membeda-bedakan
Penelitian ini menitikberatkan pada “Kualitas Pelayanan Perizinan Melalui Sistem One Stop Service pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota
Bandar Lampung” dalam mewujudkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang optimal.
G. Bagan Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran yang digunakan secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 2 . Bagan Kerangka Pikir
Kualitas Pelayanan Perizinan melaui Sistem One Stop Service
pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan BPMP Kota
Bandar Lampung
5 Dimensi Pengukuran Kualitas Pelayanan SERVQUAL menurut
Zeithaml, meliputi: 1. Tangible Berwujud Fisik
2. Realibility Kehandalan 3. Responsiveness Ketanggapan
4. Assurance Jaminan 5. Emphaty Empati
Sangat Berkualitas
Berkualitas Cukup
Berkualitas Tidak
Berkualitas Sangat Tidak
Berkualitas
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kombinasi Mixed Methods. Menurut Johnson dan Cristensen dalam Sugiyono
2013:404, memberikan definisi tentang metode penelitian kombinasi Mixed Methods sebagai berikut:
“Research that involve the mixing of quantitative and qualitative approach. Penelitian yang menggabungkan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif ”. Selanjutnya Creswell 2009 dalam Sugiyono,
2013:404 memberikan definisi mengenai Mixed Methods Research adalah: “is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative
quantitative form of research. It involves philosophical assumption the use of quantitative and qualitative approaches, and the mixing of both
approached in a study
”. Metode penelitian kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup
landasan filosofis, penggunaan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dan mengombinasikan kedua pendek
atan dalam penelitian”.
Creswell 2009 dalam Sugiyono 2013:407 membagi metode kombinasi menjadi dua model utama yaitu model sequential kombinasi berurutan yang
meliputi sequential explanatory kuantitatif-kualitatif dan sequential exploratory kualitatif-kuantitatif, dan model concurrent kombinasi
campuran yang meliputi concurrent embedded campuran tidak berimbang dan concurrent triangulation campuran berimbang. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk menggunakan metode penelitian dengan model Sequential Explanatory kombinasi berurutan dari kuantitatif ke kualitatif.
Menurut Creswell 2009 dalam Sugiyono 2013:411 menyatakan bahwa: “explanatory strategy in mixed methods research is characterized by the
collection and analysis of quantitative data in a first phase followed by the collection and analysis of initial qualitative data in a second phase that build
on the result of initial quantitative result ”.
Metode penelitian kombinasi model Sequential Explanatory merupakan metode penelitian kombinasi yang menggunakkan pengumpulan data dan
analisis kualitatif pada tahap pertama dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke dua, guna memperkuat hasil penelitian
kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama. Model penelitian sequential explanatory urutan pembuktian kuantitatif-kualitatif ditunjukkan pada
gambar 3 sebagai berikut:
Connecting
QUANTITATIVE QUALITATIVE
KESIMPULAN
Sumber: Sugiyono 2013:38
Gambar 3. Metode Penelitian Kombinasi Sequential Explanatory Urutan
Pembuktian Kuantitatif-Kualitatif QUAN
Data Collection
QUAN
Data Analysis
QUAL
Data Collection
QUAL
Data Analysis
Interpretation of Entire
Analysis
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono 2013:119 menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah
pengguna jasa pelayanan perizinan pada BPMP Kota Bandar Lampung, beserta karakteristiksifat yang menjadi latar belakang responden yang meliputi tingkat
umur, pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan. Sementara itu, pengertian sampel menurut Sugiyono 2013:120 yakni,
“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, peneliti memilih untuk menggunakan Quota Sampling sampel kuota. Menurut Sujarweni 2012:15
sampel kuota yaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.
Mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga, penentuan sampel dalam penelitian ini peneliti tentukan sebesar 50 responden. Pemilihan sampel
tersebut didasari oleh pendapat Roscoe dalam Sugiyono 2013:133 yang menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara
30 sampai dengan 500. Pada penelitian kualitatifnya, peneliti menggunakan teknik purposive sampling
sampel bertujuan. Menurut Sugiyono 2008 dalam Fuad 2014:58, purposive sampling yaitu informan-informan yang peneliti tentukan merupakan