Iris biru Iris coklat Filter Median Binerisasi

Sekarang ini sebagai akibat perkawinan antar ras, terdapat bermacam-macam warna dasar iris. Tidak terdapat warna yang ideal, dengan kata lain tidak terdapat iris dengan warna yang paling baik, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Iris yang jernih mengindikasikan sebagai organ didalam tubuh berfungsi dengan baik. Jika salah satu organ tubuh tidak berfungsi dengan normal, terdapat kemungkinan warna iris akan berubah pada area yang berhubungan dengan bagian tubuh yang bersangkutan. Penjelasan masing-masing warna pada iris mata sebagai berikut:

a. Iris biru

Warna biru dari iris merupakan refleksi cahaya dari jaringan ephitel posterior yang terlihat melalui stromal yang tak berpigmen lapisan otot pada iris. Iris berwarna dasar biru atau abu-abu ditemukan di Nordic, Eropa, dan ras Anglo-saxon. Warna ini mengindikasikan mudahnya terserang kondisi ‘asam’ seperti arthritic, rheumatic, asma, dan penyakit bisul ulcer. Pada umumnya mereka mempunyai sel darah yang lebih kecil, dan kecenderungan cold extremities , ginjal yang lemah dan penyempitan pembuluh limfe.

b. Iris coklat

Pada iris yang berwarna coklat, sel pigmen dari stromal memberikan warna pada mata. Warna coklat ditentukan oleh konsentrasi sel pigmen dalam mata. Warna dasar iris coklat ditemukan di Asia, Afrika, India, dan ras Semit. Hal ini menunjukkan sel darah yang lebih tebal, dan kecenderungan pada penyakit pencernaan, dan kerusakan sistem saraf. Iris yang berwarna coklat umumnya menunjukkan tekstur berpasir.

c. Iris campuran

Iris campuran merupakan hasil pencampuran antara warna biru dan coklat. Terdapat berbagai macam variasi antara biru dan coklat. Warna iris campuran mempunyai dasar genetik biru, dan orang yang memiliki warna iris ini rawan terhadap kondisi ‘asam’ dan keracunan. Orang dengan iris campuran memerlukan pemeliharaan tubuh secara khusus, terutama pada pencernaan dan sistem saraf, dengan kebiasaan hidup yang teratur. Selain warna dasar iris, seringkali kita temukan ada warna lain dalam iris. Hal ini menunjukkan adanya disfungsi dari organ di dalam tubuh yang letaknya ditunjukkan oleh letak warna lain tersebut di dalam iris. Warna lain ini antara lain putih, kuning, orange, coklat, merah, dan hitam.

2.2.4 Iris Mata Sebagai Sistem Biometrik

Iris merupakan bagian mata yang berbentuk bulat yang terletak di antara lensa mata dan kornea. Iris memiliki lingkaran lubang tepat di tengan yang merupakan tempat dari pupil mata. Iris berfungsi untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke pupil. Rata-rata diameter iris adalah 12 mm sedangkan diameter pupil berubah- ubah dari 10-80 diameter iris. Iris terdiri dari beberapa lapisan, antara lain : a. Lapisan epitalium: Mengandung sel-sel pigmentasi. b. Lapisan stromal: Mengandung pembuluh darah, sel-sel, pigmen dan kedua buah otot iris. Gambar 2.7 Lapisan-lapisan yang terdapat pada Iris Kerapatan dari sel-sel pigmen yang terdapat pada lapisan stromal inilah yang menentukan warna iris. Lapisan teratas membagi iris menjadi dua bagian yaitu bagian luar dan bagian dalam yang dekat pupil. Kedua bagian ini dipisahkan dengan collarette yang tampak seperti bagian zig-zag pada foto iris. Keunikan dari iris itu sendiri adalah setiap manusia memiliki corak iris yang berbeda-beda. Karena iris manusia tidak tergantung dari genetika genetic independence. Manusia kembar identik sekalipun memiliki corak iris yang berbeda. Hal ini yang menjadi ide dasar dari sistem pengenalan iris [Just another WordPress.com webblog. March,5 2008]. Penelitian para ahli menyimpulkan bahwa pola iris mata tiap individu berbeda, sangat stabil tidak berubah untuk jangka waktu yang lama dan terlindungi oleh kornea dan aqueous humor. Pada kasus anak kembar, meskipun kesamaan fitur genetika, tetapi iris mata mereka berbeda bahkan antara iris pada mata kiri dan kanan.

1. Kelebihan Teknologi Pengenalan Iris Mata

Teknologi biometrik pengenalan iris mata memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: a. Iris memiliki tingkat penerimaan kesalahan yang sangat kecil, karena itu iris dapat menjadi alat biometrik aplikasi identifikasi yang baik. b. Proses identifikasi dilakukan tanpa adanya kontak fisik dan ketidaknyamanan dapat diatasi. c. Vendor-vendor komersial yang berpengaruh mengklaim bahwa penggunaan teknologi ini tidak membutuhkan biaya pelatihan yang tinggi.

2. Kekurangan Teknologi Pengenalan Iris Mata

Teknologi biometrik pengenalan iris mata memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut: a. Karena bentuk iris yang kecil, sehingga untuk mendapatkan pola iris dibutuhkan kerjasama dan pengertian pengguna. b. Penggunaan kacamata atau lensa kontak dapat mempengarui hasil identifikasi, sehingga pengguna harus melepasnya. c. Sebagian orang ada yang kehilangan kedua atau salah satu bola matanya, sementara sebagian yang lain memiliki tingkat kontrol yang motorik otot mata yang rendah padahal ini sangat dibutuhkan dalam identifikasi iris mata.

2.2.5 Tahapan Umum Sistem Biometrik Iris Mata

Gambar 2.8 Proses umum sistem biometrik iris mata 1. Pre-processing: pada tahap ini, langkah pertama adalah untuk menentukan lokasi pupil. Kemudian iris dicirikan dengan menggunakan berbagai teknik seperti membuka penuh iris untuk koordinat polar, dan membuat penyesuaian untuk pencahayaan, skala dan rotasi variasi. 2. Pendeteksian iris: tahap ini melibatkan lokasi tepi luar iris dan memisahkanya dari sisa bagian mata. Data yang mewakili bagian iris, disebut pola iris. Pola iris berisi semua data penting yang dibutuhkan untuk membuat suatu yang positif untuk identifikasi. 3. Membuat kode iris: membuat template atau kode iris dalam bentuk biner dengan nilai 1 dan 0, yang kemudian akan disimpan dalam database untuk menciptakan data resmi individu. Selain itu kode iris juga untuk melekukan pengujian database identifikasi dan verifikasi yang dibuat. 4. Perbandingan: tahap ini melakukan indentifikasi atau verifikasi dengan membandingkan kode iris yang disimpan didalam database. Pada tahap ini menghitung perbedaan antara kode iris yang diproses dan disimpan. Terdapat beberapa teknik pemisahan ciri, diantaranya adalah deteksi garis, deteksi tepi, blok, moment, histogram, co-occurrence, nilai Eigen dan vektor Eigen , spectrum fourier, alihragam wavelet, dimensi fractal, dan metode simpul proyeksi. Untuk mempelajari berbagai macam metrika untuk mencocokkan dua vektor cirri, dapat digunakan metode, Euclide Distance, City Block Manhattan Distance , Chebyshev Distance, Minkowski Distance , Canberra Distance, Bray Curtis Distance. Angular Separation, Correlation Coefficient , Hamming Distance, dan Dynamic Time Warping DTW . Metrika pencocokan digunakan untuk menentukan tingkat kesamaan similarity degree atau ketidaksamaan dissimilarity degree dua vektor ciri. Tingkat kesamaan berupa suatu skor dan berdasarkan skor tersebut dua vektor akan dikatakan mirip atau tidak. Pada sistem biometrik, skor tersebut digunakan untuk mengenali mengklasifikasi suatu vektor cirri apakah sah atau tidak sah, dengan membandingkanya dengan suatu nilai ambang Threshold value. 5. Keputusan: tahap ini adalah tahap akhir dalam proses identifikasi iris. Tahap ini membuat keputusan berdasarkan perbandingan yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini terdapat dua nilai, yaitu TERIDENTIFIKASI atau DITOLAK. Pada penulisan skripsi ini, penulis meneliti dengan memfokuskan pada satu poin dari lima poin. satu langkah untuk biometrik iris mata tersebut adalah pre- prossesing atau lokalisasi iris mata. Tahap pre-processing atau lokalisasi iris mata sangat penting untuk keberhasilan proses-proses selanjutnya.

2.2.6 Beberapa Metode Sistem Biometrik Iris Mata

Terdapat beberapa metode dalam sistem pengenalan biometrika iris mata, diantaranya adalah:

2.2.6.1 Metode Daugman 1. Akuisisi Citra

Sistem Daugman ini, pengambilan data dapat dilakukan dengan sebuah kamera video, lensa, framegrabber, dan sebuah monitor tampilan yang dihubungkan ke sebuah komputer workstation. Dalam penelitian ini, pengambilan database telah diasumsikan tersedia di Opthamology Assosiaties of Connecticus. Jumlah citra mata yang diambil sebanyak 592 iris yang berasal dari 323 orang yang berbeda masing-masing orang sekitar 3 citra iris dengan ukuran 480x640 monokrom 8 bitspiksel.

2. Segmentasi

Pada proses segmentasi, metode Daugman melalui beberapa tahapan yaitu proses pengenalan citra, proses deteksi tepi, dan proses pendeteksian batas radius pupil dan iris. Bentuk iris yang berupa lingkaran, untuk menentukan lokasinya dibutuhkan rumus integrasi dan diferensiasi. Proses ini dilakukan dengan memperbesar rekayasa pengaburan gambar parsial, dan menambahkan batas radius r, dari integral kontur gambar yang dinormalisasi sepanjang busur radius dan pusat iris. Dibawah ini rumus integrasi dan deferensiasi: ds y x r r y x r r G y x r ∫ ∂ ∂ , , 2 , 1 , , max π σ …...…..…… 1 Dimana menandakan perkalian dan G σ r adalah fungsi smoothing atau penghalusan seperti Gaussian skala σ. Lengkap operator behaves berlaku sebagai ujung detector circular, kabur pada skala σ yang telah ditetapkan oleh intensitas pencarian untuk maksimum garis integral turunan dengan peningkatan berturut-turut di radius halus skala analisis melalui tiga parameter ruang pusat dan radius koordinat x , y , r mendefinisikan garis integrasi. Proses pendeteksian batas dalam ini mirip dengan prose sebelumnya, hanya menggunakan jangkauan pencarian batas yang lebih kecil.

3. Ekstraksi Ciri

Setelah proses segmentasi dilakukan, untuk menentukan ekstraksi ciri suatu citra iris digunakan metode filter Gabor 2-D. Property matematis yang digunakan memiliki kemampuan menyediakan informasi resolusi tinggi tentang orientasi dan isi frekuensi spasial dari struktur gambar. Dengan memperoleh koefisian yang dibutuhkan untuk fungsi kompleks ini akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk merepresentasikan iris dengan transformasi Gabor.

4. Pencocokan

Pencocokan dilakukan dengan jarak hamming Hamming Distance yang cocok untuk pencocokan vektor biner. Hasil pencocokan adalah skor yang akan menentukan hasil pengenalan citra.

2.2.6.2 Metode Wildes 1. Akuisisi citra

Terdapat 3 sub komponen antara lain: 1. Penengkapan fisik: untuk menangkap gambar mata digunakan kamera putih Silicon intensified SIT dengan tingkat pencahayaan rendah digabung dengan penangkap frame standar DASMFGM Analog dengan resolusi 512x480 piksel. 2. Iluminasi: untuk pencahayaan yang merata tanpa mengurangi kenyamanan pengguna, digunakan sebuah array cahaya 8.5 watt lampu quartzhalogen diarahkan pada iris. Pencahayaan merata dapat dicapai dengan meletakkan filter panel difusi antara iris dengan kamera. 3. Peletakan Posisi: menggunakan proses otomatis yang diarahkan oleh self positioning operator . Tujuanya untuk memberikan batasan pada tiga derajat kebebeasan mata yang akan digambarkan dengan menempatkan mata ditengah array sensor pada fokus lensa. Hal ini bias dicapai dengan menggunakan kontur segi empat dan membuat operator memposisikan mata dengan mengatur ukuran dan jarak relatif [Wildes,1997].

2. Segmentasi

Terdapat 2 langkah yang akan dilakukan dalam segmentasi. Yang pertama adalah informasi intensitas gambar di rubah menjadi biner edge-map, kedua adalah edge point memberikan nilai-nilai parameter garis tertentu. Dibawah ini adalah rumus untuk mencari nilai intensitas threshold magnitude: , , y x I y x G ∇ ………………………………………………... 2 Dimana, y x ∂ ∂ ∂ ∂ ≡ ∇ , sehingga: 2 2 2 2 2 2 1 , σ πσ y y x x y x G − + − − = …………………... 3 Rumus diatas adalah dua dimensi Gaussian dengan pusat x0,y0 dan standar deviasi σ yang digunakan untuk menghaluskan gambar untuk memilih ruang skala tepi gambar.

3. Ekstraksi Ciri

Menurut Wildes, untuk ekstraksi ciri dari citra iris dapat menggunakan metode Transformasi Hough. Dengan melakukan segmentasi kita dapat menentukan lokasi iris melalui lokasi komponennya atau dengan batas luar dan batas dalam iris limbic, papillary , dan kelopak mata. Dengan Tranformasi Hough, kita dapat menentukan parameter-parameter lingkaran dari pupil.

4. Pencocokan

Pencocokan ciri iris dapat dilakukan dengan menggunakan bandpass decomposition yang berasal dari Laplacian Filter Gaussian. Berikut adalah rumus untuk filter tersebut: 2 2 2 2 2 2 1 2 1 σ σ πσ p e p − − − ⎟⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ………………………………………………… 4 Proses penyeleksian yang sebenarnya adalah berdasarkan pita dengan lebar oktaf yang dihunting pada empat resolusi yang berbeda sesuai dengan piramid laplace. Subsampling pada pita frekuensi rendah memungkinkan kecepatan proses tinggi dan penggunaan penyimpanan data yang efektif. Sedangkan untuk mencapai tingkat korespondensi yang presisi antar struktur, digunakan teknik registrasi image area- based . Fungsi ini memaksimalkan kemiripan nilai piksel antara gambar input dan data gambar. Atas dasar hasil penelitian diatas itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem pengenalan biometrik iris mata khususnya pre-processing dan lokalisasi pupil dan iris mata.

2.3 PRE-PROCESSING DAN

LOKALISASI Secara umum pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif ciri atau sifat dari objek. Pola sendiri merupakan suatu entitas yang terdefinisi dan dapat di identifikasi dan diberi nama. Iris mata adalah suatu contoh pola.pola bias merupakan kumpulan hasil pengukuran atau pemantauan dan bias dinyatakan dalam notasi vector atau matrik. Pre-processing adalah transformasi input data mentah untuk membantu kemampuan komputasional dan pencari ciri serta untuk memperbaiki kualitas citra. Kualitas ciri yang dihasilkan pada proses pemisahan ciri sangat tergantung pada hasil pre-processing . Secara luas, ciri adalah semua hasil pengukuran yang bisa diperoleh. Ciri juga bisa menggambarkan karakteristik objek yang dipantau. Contoh dari ciri level rendah adalah intensitas sinyal. Contoh dari ciri numeric adalah berat. Ciri bisa diperoleh dengan mengaplikasikan algoritma pencari ciri pada data masukan. Ciri dapat dinyatakan dengan variable kontinu, diskret atau diskrte-biner. Diskret-biner dapat digunakan untuk menyatakan ada tidaknya suatu ciri tertentu. Ciri yang baik memiliki syarat sebagai berikut: 1 mudah dalam komputasi; 2 memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi; dan 3 besarnya data dapat diperkecil tanpa menghilangkan informasi yang penting. Ciri disusun sebagai vektor ciri berdimensi d, dilambangkan dengan x, yang menghasilkan ruang ukur multidimensional atau ruang ciri feature space. Contoh vektor ciri adalah suatu citra grayscale 2D, berukur 512x512 piksel, yang dengan menggunakan teknik pemisahan ciri bisa diubah menjadi ciri 1D berdimensi 144. Berbagai teknik pre-processing, diantaranya adalah: sistem ruang warna, grayscale keabuan, thresholding pengambangan, normalisasi intensitas, histogram equalization equalisasi histogram, contrast stretching peregangan kontras, tapis gaussian dan normalisasi kemiringan. Berikut ini adalah konsep-konsep dasar yang dibutuhkan untuk melakukan pre-processing atau lokalisasi objek citra dijital:

2.3.1 Citra Dijital

Istilah citra yang digunakan dalam bidang pengolahan citra dapat diartikan sebagai suatu fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi. Pemrosesan citra dengan komputer dijital, membutuhkan citra dijital sebagai masukanya. Citra dijital adalah citra kontinu yangn diubah dalam bentuk diskrit, baik koordinat ruang maupun intensitas cahayanya. Pengolahan dijitalisasi terdiri dari dua proses, yaitu pencuplikan sampling posisi, dan kuantisasi intensitas. Citra dijital dapat dinyatakan dalam matrik dua dimensi fx,y dimana ‘x’ dan ‘y’ merupakan koordinat piksel dalam matrik dan ‘f’ merupakan derajat intensitas piksel tersebut. Citra dijital berbentuk matrik dengan ukuran M x N akan tersusun sebagai berikut: ……. 5 f0,0 f0,01 f0,2 … f0,N-1 f1,0 f1,1 f1,2 … f1,N-1 fx,y = f2,0 f2,1 f2,2 … f2,N-1 . . . . . . . . . . fM-1,0 fM-1,1 fM-1,2 … fM-1,N-1 Suatu citra fx,y dalam fungsi matematis dapat dituliskan sebagai berikut: ≤ x ≤ M-1 ≤ y ≤ N-1 ≤ fx,y ≤ G-1 Dimana: M = banyaknya baris pada array citra N = banyaknya kolom pada array citra G = banyaknya skala keabuan grayscale Interval 0,G disebut skala keabuan grayscale. Besar G tergantung pada proses dijitalisasinya. Biasanya keabuan 0 nol menyatakan intensitas hitam dan G menyatakan intensitas putih. Untuk citra 8 bit, nilai G sama dengan 2 8 = 256 warna derajat keabuan. Jika kita memperhatikan citra dijital secara seksama, kita dapat melihat titik- titik tersebut merupakan satuan terkecil dari suatu citra dijital disebut sebagai ”picture element ”, “piksel”, piksel, atau “pel”. Jumlah piksel per satuan panjang akan menentukan resolusi citra tersebut. Makin banyak piksel yang mewakili suatu citra, maka makin tinggi nilai resolusinya dan makin halus gambarnya. Pada sistem dengan tampilan citra dijital yang dirancang dengan baik beresolusi tinggi, titik-titik kecil tersebut tidak teramati oleh kita yang melihat secara normal. Untuk menyederhanakan perhitungan, semua citra pada laporan ini akan diolah kedalam bentuk derajat keabuan grayscale, dimana pada citra berwarna dipersentasikan dengan nilai yang sama pada ketiga komponen RGB-nya, penyederhanaan ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi pengolahan citra.

2.3.1.1 Image Processing

Image Processing adalah suatu metode yang digunakan untuk memproses atau memanipulasi gambar dalam bentuk 2 dimensi Gonzales, 2002. Image processing dapat juga dikatakan segala operasi untuk memperbaiki, menganalisa, atau mengubah gambar. Konsep dasar pemrosesan atau objek pada gambar menggunakan image processing diambil dari kemampuan indera penglihatan manusia yang selanjutnya di hubungkan dengan kemampuan otak manusia. Dalam sejarahnya, image processing telah diaplikasikan dalam berbagai bentuk, dengan tingkat kesuksesan cukup besar. Seperti berbagai cabang ilmu lainya, image processing menyangkut pula berbagai gabungan cabang-cabang ilmu, diantaranya adalah optic, elektronik, matematika, fotografi, dan teknologi computer. Pada umumnya, objektivitas dari image processing adalah mentransformasikan atau menganalisa suatu gambar sehingga informasi baru tentang gambar dibuat lebih jelas. Ada empat klasifikasi dasar dalam image processing yaitu point, area, geometric , dan frame. 1. Point memproses nilai piksel suatu gambar berdasarkan nilai atau posisi dari piksel tersebut. Contoh dari proses point adalah adding, substracting, contrast stretching dan lainya. 2. Area memproses nilai piksel suatu gambar berdasarkan nilai piksel tersebut beserta nilai piksel sekelilingnya. Contoh dari proses area adalah convolusion, blurring, sharpening , dan filtering. 3. Geometric digunakan untuk mengubah posisi dari piksel. Contoh dari proses geometric adalah scalling, rotation, dan mirroring. 4. Frame memproses nilai piksel suatu gambar berdasarkan operasi dari 2 buah gambar atau lebih. Contoh dari proses frame adalah addition, substraction , dan andor. Selain itu masih ada 3 tipe image processing yaitu: 1. Low-level process: proses-proses yang berhubungan dengan operasi primitive seperti image pre-processing untuk mengurang noise, menambah kontras dan menajamkan gambar. Pada low-level process, input dan output-nya berupa gambar. 2. Mid-level process: proses-proses yang berhubungan dengan tugas-tugas seperti segmentasi gambar membagi gambar menjadi objek-objek, pengenalan recognition suatu objek individu. Pada Mid-level process, input pada umumnya berupa gambar tetapi output-nya berupa atribut yang dihasilkan dari proses yang dilakukan gambar tersebut seperti garis, garis countour , dan objek-objek individu. 3. High-level process: proses-proses yang berhubungan dengan hasil dari Mid-level process.

2.3.1.2 Dasar Pengolahan Citra Dijital

Pengolahan citra image processing merupakan proses mengolah piksel- piksel dalam citra dijital untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukanya pengolahan citra pada citra dijital antara lain: 1. Untuk mendapatkan citra asli dari suatu citra yang sudah buruk karena pengaruh derau. Proses pengolahan bertujuan mendapatkan citra yang diperkirakan medekati citra sesungguhnya. 2. Untuk memperoleh citra dengan karakteristik tertentu dan cocok secara visual yang dibutuhkan untuk tahap yang lebih lanjut dalam pemrosesan analisis citra. Dalam proses akuisisi, citra yang akan diolah ditranformasikan dalam suatu representasi numerik. Pada proses selanjutnya representasi numerik yang akan diolah secara dijital oleh komputer. Pengolahan citra pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis kegiatan, yaitu: 1. Memperbaiki kualitas citra sesuai kebutuhan 2. Mengolah informasi yang terdapat pada citra Bidang aplikasi yang kedua ini sangat erat kaitanya dengan komputer aided analisis yang umumnya bertujuan untuk mengolah suatu objek citra dengan cara mengektrasi informasi penting yang terdapat di dalamnya. Dari informasi tersebut dapat dilakukan proses analisis dan klasifikasi secara cepat memanfaatkan algoritma perhitungan komputer. Dari pengolahan citra diharapkan terbentuk suatu sistem yang dapat memproses citra masukan hingga citra tersebut dapat dikenali cirinya. Pengenalan ciri inilah yang sering diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi yang dibahas pada laporan ini adalah aplikasi di bidang kedokteran, yaitu untuk aplikasi analisis prediagnosis melalui penampakan citra iris mata dengan metoda iridiologi. Dalam citra dijital terdapat enam operasi pengolahan citra, antara lain: 1. Perbaikan kualitas citra image enhacement 2. Pemugaran citra image restoration 3. Pemampatan citra image compression 4. Segmentasi citra image segmentation 5. Pengorakan citra image analysis 6. Rekontruksi citra image recontruction

1. Perbaikan Citra image enhacement

Pada hakikatnya semua operasi dalam pengolahan citra bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra untuk suatu keperluan tertentu. Perbaikan citra bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan memanipulasi parameter-parameter citra. Operasi perbaikan citra: a. Perbaikan kontras gelapterang. b. Perbaikan tepian objek edge enhacement. c. Penajaman sharpening. d. Pemberian warna semu pseudocoloring. e. Penapisan citra noise filtering.

2. Pemugaran citra image restoration

Pemugaran citra bertujuan untuk menghilangkan cacat pada citra. Perbedaan dengan perbaikan citra adalah degradasi citra diketahui. Operasi pemugaran citra: a. Penghilangan kesamaran deblurring b. Penghilangan derau noise

3. Pemampatan cita image compression

Pemampatan citra bertujuan untuk merepresentasikan dalam bentuk lebih kompak, sehingga keperluan memori lebih sedikit namun dengan tetap mempertahankan kualitas gambar misal dari BMP menjadi JPG.

4. Segmentasi citra image segmentation

Segmentasi citra merupakan suatu proses pengelompokkan citra menjadi beberapa region berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertianya, segmentasi memiliki tujuan menemukan karakteristik khusus yang dimiliki oleh citra. Oleh karena itu, segmentasi sangat diperlukan pada proses pengenalan pola. Semakin baik kualitas segmentasi maka semakin baik pula kualitas pengenalan polanya. Secara umum ada beberapa pendekatan yang banyak digunakan dalam proses segmentasi, antara lain: 1. Tehnik threshold, yaitu pengelompokan citra sesuai dengan distribusi properti piksel penyusun citra. 2. Tehnik region-based, yaitu pengelompokan citra kedalam region-region tertentu secara langsung berdasar persamaan karakteristik suatu area citranya. 3. Tehnik edge-based methods, yaitu pengelompokkan citra kedalam wilayah berbeda yang terpisahkan karena adanya perbedaan perubahan warna tepid an warna dasar citra yang mendadak.

5. Pengorakan citra image analysis

Tujuan pengorakan citra adalah menghitung besaran kuantitatif dari citra untuk menghasilkan deskripsinya. Diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Operasi-perasi dari pengorakan citra antara lain: a. Pendeteksian tepi objek edge detection b. Ekstraksi batas boundary c. Representasi daerah region

6. Rekontruksi citra image recontruction

Rekontruksi citra bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil proyeksi.

2.3.2 Filter

Pemfilteran adalah sebuah cara untuk memodifikasi atau memperbaiki citra. Sebagai contoh, kita dapat memfilterkan sebuah citra untuk memperkuat fitur tertentu atau menghapus fitur yang lain [Marvin Ch. Wijaya dan Agus Prijono, 2007]. Filter juga termasuk dari operasi neighborhood ketetanggaan, yaitu nilai dari piksel yang diberikan pada citra keluaran ditentukan dengan menerapkan suatu algoritma pada sekumpulan piksel yang berkorespondensi pada citra masukan. Terdapat beberapa operasi pemfilteran, tetapi pada penulisan skripsi ini operasi pemfilteran yang dipakai adalah filter median. Filter median adalah yang paling efektif untuk menghilangkan derau noise. Filter median sangat bermanfaat untuk menghilangkan outlier, yaitu nilai-nilai piksel yang ekstrim. Filter median menggunakan sliding neigborhoods untuk memproses suatu citra, yaitu suatu operasi dimana filter ini akan menentukan nilai masing- masing piksel keluaran dengan memeriksa tetangga m x n disekitar piksel masukan yang bersangkutan. Filtering median mengatur nilai-nilai piksel dalam satu tetangga dan memilih nilai tengah atau median sebagai hasil. Di dalam filter median terdapat rumus persamaan sebagai berikut: Yn=medX n-k ,X n-k ,....,X n ,....X n+k ………………………….. 6 Dmana, x1 = x2 =…= xp p ≥K+1 Sedangkan dalam Matlab, fungsi-fungsi yang sering digunakan dalam filter median adalah filter2, fspecial dan medfilt2. dimana fungsi fspecial adalah dapat menghasilkan sebuah filter perata-rata, fungsi filter2 adalah untukf filter linear dua dimensi. filter2 menghasilkan hasil yang sama dengan conv2, hanya mempunyai perbedaan pada computational molecule sebagai argument masukan dan bukan menggunakan convolution kernel. Operasi yang dilakukan oleh filter2 disebut dengan korelasi. Jika k adalahsebuah convolution kernel, h adalah computational molecule dan A adalah matrik dari citra, maka kedua perintah dibawah ini menghasilkan hasil yang sama: B = conv2a,k,’same’; B = filter2h,A,’same’; Fungsi fspecial menghasilkan beberapa macam filter predefined dalam bentuk computational molecules . Setelah menghasilkan sebuah filter fungsi fspecial, kita dapat menerapkanya secara langsung pada citra. Satu filter fspecial dapat menghasilkan sebuah filter perata-rata. Tipe filter ini menghitung nilai keluaran dari sebuah piksel keluaran dengan merata-ratakan nilai piksel tetangganya sekelilingnya. Ukuran default dari filter perata-rata fspecial adalah 3 x 3, tetapi kita dapat merubah ukuranya. Nilai dari setiap elemen adalah 1lengthh:. Sebagai contoh, filter perata-rata berukuran 5 x 5 adalah: ……. 7 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 0.0500 Menerapkan filter tersebut dalam sebuah piksel adalah sama dengan menjumlahkan nilai piksel disekelilingnya yang berukuran 5 x 5 kemudian dibagi dengan 25. hal ini akan memberikan efek smoothing dan membuat blurring pada sebuah citra. Sedangkan fungsi medfilt2 adalah untuk memperhalus citra yang sudah dihilangkan noise -nya yang terdapat pada citra asli

2.3.3 Deteksi Tepi Canny

Pengambilan garis tepi dilakukan untuk memudahkan perhitungan parameter- parameter lingkaran iris nantinya. Tepian citra dapat didefinisikan sebagai piksel yang mengalami perubahan tajam pada skala keabuanya. Tepian akan terlihat sebagai frekuensi tinggi pada spectrum citra, sehingga dapat diekstrak dengan menggunakan filter tertentu dengan meredam bagian frekuensi rendah. Ada beberapa metode deteksi tepi yang dapat digunakan, antara lain: - Metode Canny - Metode Sobel - Metode Robert - Metode Log - Metode Prewitt - Metode Zerocross Dalam penelitian ini digunakan metode Canny, karena memiliki beberapa kelebihan dalam mengekstrak tepian dengan kebebasan pemilihan parameter yang digunakan. Canny edge detector ditemukan oleh Marr dan Hildreth yang meneliti pemodelan persepsi visual manusia. Dalam memodelkan pendeteksian tepi, dia menggunakan ideal step edge, yang direpresentasikan dengan fungsi Sign satu dimensi. Ada beberapa kriteria pendeteksian tepian paling optimum yang dapat dipenuhi oleh algoritma Canny; 1. Mendeteksi dengan baik criteria deteksi Kemampuan untuk meletakkan dan menandai semua tepi yang ada sesuai dengan pemilihan parameter-parameter konvolusi yang dilakukan. Sekaligus juga memberikan fleksibilitas yang sangat tinggi dalam hal menentukan tingkat deteksi ketebalan tepi sesuai yang diinginkan. 2. Melokalisasi dengan baik criteria lokalisasi Dengan metode Canny dimungkinkanya jarak minimum antara tepi yang dideteksi dengan tepi yang asli. 3. Respon yang jelas criteria respon Hanya ada satu respon untuk tiap tepi. Sehingga mudah dideteksi dan tidak menimbulkan kerancuan pada pengolahan citra selanjutnya. Gambar 2.9 Contoh Deteksi Tepi Canny darI Citra Asli

2.4 PENGENALAN TENTANG BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB

Matlab merupakan singkatan dari ‘matrix laboratory’. Pada awalnya Matlab dibuat untuk mempermudah pengembangan perangkat lunak berbasis matrik oleh proyek LINPACK dan EISPACK. Matlab adalah sebuah bahasa pemrograman dengan unjuk kerja tinggi high-performance untuk komputasi teknis, yang mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan pemrograman di dalam lingkungan yang mudah penggunaanya dalam memecahkan persoalan dengan solusinya yang dinyatakan dengan notasi matematika. Penggunaan Matlab antara lain: 1. Matematika dan komputasi. 2. Pengembangan algoritma. 3. Pemodelan, simulasi dan pembuatan ‘prototipe’. 4. Analisa data, explorasi dan visualisasi. 5. grafik untuk sains dan teknik. 6. pengembangan aplikasi, termasuk pembuatan anatarmuka grafis untuk pengguna Graphical User Interface. Fitur-fitur Matlab untuk penyelesaian spesifik disebut ‘toolboxes’. ‘Toolboxes’adalah koleksi komprehensif dari fungsi-fungsi Matlab M-files yang memperlebar lingkungan Matlab dalam menyelesaikan kelas-kelas tertentu dari permasalahan. Beberapa ‘toolbox’ yang tersedia meliputi bidang : pengolahan sinyal, sistem kendali, jaringan syaraf neural network, logika ‘fuzzy’, wavelet, simulasi dan lain sebagainya.

2.4.1 Fungsi Matlab Untuk Pengolahan Citra Dijital

Sistem MATLAB terdiri dari 5 lima bagian utama: 1. Bahasa pemrograman Matlab. Bagian ini adalah bahasa pemrograman tingkat tinggi yang menggunakan matrikarray dengan pernyataan aliran kendali program, struktur data, masukankeluaran, dan fitur-fitur pemrograman berorientasi objek. 2. Lingkungan kerja Matlab. Bagian ini adalah sekumpulan kelas dan fasilitas Matlab yang digunakan oleh pengguna atau pemrogram. Fasilitas yang dimaksudkan untuk mengelola variable di dalam ruang kerja workspace dan melakukan impor dan ekspor data. Sedangkan kakas yang disediakan untuk pengembangan, pengelolaan, proses ‘debugging’, dan pembuatan profil M-files untuk aplikasi Matlab. 3. Penanganan grafik Bagian ini adalah sistem grafik Matlab, termasuk perintah-perintah program tingkat tinggi untuk visualisasi data dimensi dua dan dimensi tiga, pengolahan citra, animasi, dan presentasi grafik. 4. Pustaka library fungsi matematis Matlab Bagian ini adalah koleksi algoritma komputasi mulai dari fungsi dasar seperti menjumlahkan sum, menentukan nilai sinus sine, kosinus cosine, dan aritmatika bilangan komplek: fungsi-fungsi seperti inverse matrik, nilai eigen matrik, fungsi bessel, dan FFT fast fourier transform. Seperti bahasa pemrograman lainya, Matlab juga menyediakan lingkungan kerja terpadu. Lingkungan terpadu ini terdiri atas beberapa form atau window yang memiliki kegunaan masing-masing, Seperti bahasa pemrograman lainya, Matlab juga menyediakan lingkungan kerja terpadu yang sangat mendukung dalam pembangunan aplikasi. Pada setiap versi Matlab yang terbaru, lingkungan terpadunya akan semakin dilengkapi. Lingkungan terpadu ini terdiri atas beberapa form atau window yang memiliki kegunaan masing-masing, diantaranya dapat terlihat pada Gambar 2.9. Workpace Window Command Window Command History Matlab Editor Window Utama MATLAB Gambar 2.10 Window utama yang terdapat pada MATLAB a. Window Utama Matlab Window ini adalah window induk yang melingkupi seluruh lingkungan kerja Matlab. Tidak ada fungsi utama yang ditawarkan oleh window ini selain sebagai tempat dock-ing bagi form yang lain. b. Workspace Window Window ini berfungsi sebagai navigator bagi pemakai dalam penyediaan informasi mengenai variable yang sedang aktif dalam workspace pada saat pemakaian. Workspace adalah suatu lingkungan abstrak yang menyimpan seluruh variable dan perintah yang pernah digunakan selama penggunaan Matlab berlangsung. c. Matlab Editor Window ini berfungsi untuk membuat skrip program Matlab. Walaupun skrip program dapat dibuat dengan menggunakan berbagai program editor seperti notepad, wordpad, word dan lain-lain. Namun sangat dianjurkan untuk menggunakan Matlab editor ini karena kemampuanya dalam mendeteksi kesalahan pengetikan sintak oleh programmer. Ketika Window utama Matlab muncul. Window Matlab editor tidak akan muncul dengan sendirinya, anda harus memanggilnya dengan cara mengklik pada ikon Create New. d. Command History Window Window ini berfungsi sebagai penyimpan perintah-perintah yang pernah dikerjakan pada suatu workspace. e. Command Window Window ini berfungsi sebagai penerima perintah dari pemakai untuk menjalankan seluruh fungsi-fungsi yang disediakan oleh Matlab pada dasarnya window ini adalah inti dari pemrograman Matlab yang menjadi media utama satu-satunya bagi kita untuk berinteraksi dengan Matlab. 5. API Applicatian Program Interface MATLAB Bagian ini adalah pustaka library untuk menuliskan program dalam bahasa C dan Fortran yang berinteraksi dengan Matlab, termasuk fasilitas untuk memanggil rutin program dari Matlab dynamic linking, memanggil atlab sebagai mesin komputasi computational engine, dan untuk pembacaan serta penulisan MAT-files.

2.4.2 Graphic User interface GUI

Graphic User interface atau yang disingkat GUI pada dasarnya adalah media tampilan grafis sebagai pengganti perintah teks untuk user berinteraksi. Untuk keperluan pemrograman windows, Matlab telah menyediakan komponen-komponen standar, seperti pushbutton, edit, text, combo, checkbox dan lain-lain. Tetapi sebelum dapat menggunakan komponen-komponen tersebut dengan benar, kita harus memahami konsep Pemrograman Berbasisi Objek PBO. Dalam konteks pemrograman Matlab sendiri, setiap objek tersebut memiliki hierarki objek yang dijabarkan dalam konsep i. Maksud dari diagram pada Gambar 2.10 adalah setiap objek yang akan digunakan harus diposisikan pada objek parent-nya. Misalnya pushbutton harus diletakkan pada objek figure sebagai parent-nya. Screen Figure Uicontrol Uimenu Axes • Pushbutton • Edit • Text • Chechbox • Frame • Listbox • Radiobutton P arent Children Gambar 2.11 Diagram Parent-Children Pada umumnya objek yang paling sering digunakan dalam pemrograman Matlab adalah sebagai berikut: 1. Objek Figure adalah objek tertinggi yang dapat kita gunakan dalam pemrograman Window. 2. Objek Uicontrol adalah objek yang paling kita butuhkan untuk berinteraksi dengan program. Uincontrol berisi komponen-komponen yang kita butuhkan untuk mendesain form untuk media interaksi objek. 3. Objek Uimenu pada dasarnya mirip dengan uincontrol khususnya pada komponen pushbutton. Contoh dari objek Uimenu biasa terdapat pada aplikasi Window di pojok kiri atas terdapat daftar menu yang dapat digunakan dengan cara meng-klik pada menu yang disorot. 4. Objek Axes dalam pemrograman Matlab sangat penting untuk melakukan visualisasi data, tanpa menggunakan objek axes, kita tidak dapat menampilkan hasil eksekusi fungsi plot, mesh, contour, dan lain-lain, karena objek axes adalah medianya. 5. Properti Callback sebagai media interaksi agar objek-objek yang kita buat dapat digunakan untuk mengerjakan perintah-perintah pemrograman sebagaimana mestinya, ada media yang disediakan disetiap objek untuk itu. Medianya adalah melalui property callback. Dimana nilai property callback akan dieksekusi sebagai program Matlab ketika objek pemiliknya dikenai sesuatu pada pushbutton misalnya diklik. 6. Interaksi Antar Objek Visual Fungsi Get dan Set mengambil nilai property dari satu objek dan menggunakanya untuk mengisi property pada objek lain, itulah hakekat pemrograman Window.

2.4.3 Fungsi Matlab Untuk Melokalisasi Objek

Metode yang dikembangkan untuk pemisahan Iris mata dilakukan dengan 3 tahap, antara lain:

a. Filter Median

Dalam filter median terdapat beberapa fungsi yang digunakan antara lain. 1. Filter2 berfungsi untuk menghasilkan hasil yang sama dengan fungsi konvolusi. 2. Fspecial berfungsi untuk menghitung nilai keluaran dari sebuah piksel keluaran dengan merata-ratakan nilai dari piksel disekelilingnya. 3. Medfilt2 berfungsi untuk meperluas gambar yang sudah dihilangkan nois-nya.

b. Binerisasi

Data sekunder dari Casia Iris Database version 1.0 sudah bertipe citra grayscale atau indeks. Citra bertipe grayscal tersebut dirubah menjadi citra biner dengan threshold nilai derajat keabuan 128. Hasil dari proses ini adalah bentuk iris mata yang berwarna hitam piksel 1 proses ini bisa disebut juga tahap segmentasi yang memisahkan pupil dan iris yang diinginkan dengan bagian lain mata yang tidak dibutuhkan secara global. Fungsi-fungsi MATLAB yang digunakan antara lain: 1. Imread berfungsi untuk memanggil dan menampilkan citra asli fungsi MATLAB. Contoh penggunaan fungsi Imread pada Matlab adalah: RGB = imreadiris_mata.jpg; 2. Imbw berfungsi untuk mengkonversi suatu gambaran biner yang didasarkan pada nilai threshold. 3. Edge berfungsi untuk merubah nilai intensitas. Sintaks edge dengan menggunakan deteksi Canny berikut: BW = edgeI,Canny BW = edgeI,Canny,thresh BW = edgeI,Canny,thresh,sigma [BW,threshold] = edgeI,Canny,...

c. Pencarian daerah objek yang dilokalisasi