Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

(1)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

PERBANDINGAN TOTAL PADATAN TERSUSPENSI DAN

KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGIS (KOB) PADA ANALISIS

AIR LIMBAH KELAPA SAWIT DI PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT (PPKS)

KARYA ILMIAH

OLEH

ARIZTA

NIM : 062401017

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

PERBANDINGAN TOTAL PADATAN TERSUSPENSI DAN

KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGIS (KOB) PADA ANALISIS

AIR LIMBAH KELAPA SAWIT DI PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT (PPKS)

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Ahli Madya

ARIZTA

NIM : 062401017

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

PERSETUJUAN

Judul : PERBANDINGAN TOTAL PADATAN

TERSUSPENSI DAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGIS (KOB) PADA ANALISIS AIR LIMBAH KELAPA SAWIT DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ARIZTA Nomor Induk Mahasiswa : 062401017

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di, Medan, Juni 2009

Disetujui oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS Drs. Chairuddin, MSc NIP . 131 459 466 NIP . 131 653 992


(4)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

PERNYATAAN

PERBANDINGAN TOTAL PADATAN TERSUSPENSI DAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGIS (KOB) PADA ANALISIS AIR LIMBAH KELAPA SAWIT DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

ARIZTA 062401017


(5)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan. Karya Ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan D3 Kimia Analis FMIPA USU.

Ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya Penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta H. Imran Harahap dan Ibunda tercinta Hj. Yushayati yang telah banyak memberi bantuan, do’a dan dukungan moriil serta materiil selama menuntut ilmu sampai terselesainya Karya Ilmiah ini. Serta kakak – kakakku, buat kak Aidha yang banyak menasehatiku walau aku tak tahu apa isi nasehatnya, kak Dini yang membantu mentransletkan abstrakku, keponakanku Falah yang lucu, nenek, dan nini yang banyak kasih ceramah buat saya.

Dengan sepenuh kasih Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Drs. Chairuddin, MSc selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi panduan dan membimbing Penulis untuk menyempurnakan Karya Ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua, Sekretaris dan Staf Pengajar Departemen Kimia. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak Drs. Eka Nuryanto, MSi selaku manager laboratorium, serta staf pekerja di laboratorium pelayanan tempat saya melakukan PKL di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman – teman Kimia Analis stambuk 2006 yang telah menemani penulis dalam setiap kegiatan selama 3 tahun ini, teman – teman angkatan X SMAN 1 Matauli yang banyak menyemangatiku dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini, serta orang – orang yang membantuku selama ini yang aku sendiri tidak mengetahui namanya. Seluruh teman yang mendo’akanku dengan ikhlas yang tidak mungkin aku sebutkan satu persatu aku mengucapkan banyak terima kasih.


(6)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Namun, penulis menyadari bahwa dalam Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima segala saran dan juga kritikan yang membangun untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juni 2009 Penulis,


(7)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

ABSTRAK

Komposisi utama dari air limbah kelapa sawit adalah bahan – bahan organik terutama seperti minyak dan serat dari TBS (Tandan Buah Segar) adalah parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air limbah kelapa sawit meliputi parameter organik seperti Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) dan parameter fisika seperti Total Padatan Tersuspensi. Total Padatan Tersuspensi dengan metode gravimetri dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) ditentukan dengan metode Winkler pada temperatur 20ºC dengan masa inkubasi selama 5 hari . Tingginya kadar Total Padatan Tersuspensi juga diikuti dengan tingginya kadar Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB). Dalam penelitian ini diperoleh perbandingan Total Padatan Tersuspensi dengan Kebutuhan Oksigen Biologis dari air limbah kelapa sawit adalah 66,93.


(8)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

THE COMPARISON TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) AND BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD) 0F WASTE WATER PALM TREES ANALYZE ON PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS).

ABSTRACT

The first component from waste water of palm tree is organic material, such as oil and fiber from TBS is parameter using to show waste water of palm tree consist of organic parameter such as (BOD) Biology Oxygen Demand and physic parameter like (TSS) Total Suspended Solid. (TSS) Total Suspended Solid using the method of gravimetric and BOD (Biology Oxygen Demand) using by Winkler Method on 20oC temperature with 5 days incubate. The value of high of (TSS) Total Suspended Solid followed by the value of high of (BOD) Biology Oxygen Demand. In this research are got the compare of (TSS) Total Suspended Solid by (BOD) Biology Oxygen Demand are 66,93.


(9)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 3

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Air 5

2.1.1. Pencemaran Air 5

2.1.2. Jenis Pencemaran Air 6

2.2. Limbah 8

2.3. Limbah Kelapa Sawit 8

2.3.1. Limbah Cair Kelapa Sawit 9

2.3.2. Sumber Limbah Cair 9

2.4. Analisis Limbah Cair 11

2.4.1. Analisis Total Padatan Tersuspensi 12 2.4.2. Analisis KOB 13

BAB 3 BAHAN DAN METODE 16

3.1. Alat dan Bahan 16

3.1.1. Alat Analisis Total Padatan Tersuspensi 16 3.1.2. Bahan Analisis Total Padatan Tersuspensi 16

3.1.3. Alat Analisis KOB 16

3.1.4. Bahan Analisis KOB 17

3.2. Prosedur Analisis 17

3.2.1. Persiapan Pereaksi Analisis KOB 17 3.2.2. Prosedur Analisis Total Padatan Tersuspensi 18

3.2.3. Prosedur Analisis KOB 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1. Hasil Analisis Total Padatan Tersuspensi 20

4.1.1. Data Analisis Total Padatan Tersuspensi 20 4.1.2. Perhitungan Total Padatan Tersuspensi 20

4.2. Hasil Analisis KOB 22

4.2.1. Data Analisis Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) 22

4.2.2. Perhitungan KOB 22

4.3. Data Perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan KOB 24


(10)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 26

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27


(11)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestrik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air.

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang digunakan (air limbah industri) tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus diolah tanpa menyebabkan pencemaran air lingkungan.

Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen


(12)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.

Parameter Organik

Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima akan semakin tinggi.

Beban BOD yang ditimbulkan pada limbah cair kira – kira 80 gram/orang/hari. Volume dan kekuatan limbah cair dari sekolah, kantor, pabrik, dan bangunan perdagangan bergantung pada jumlah operasi dan fasilitas makan yang tersedia.

Dari uraian tersebut, maka perlu dilakukan analisa BOD, karena BOD merupakan suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses – proses mikrobiologis yang benar – benar terjadi di dalam air.

Karakteristik Fisik

Total suspended solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam

cairan limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi.


(13)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Padatan tersuspensi merupakan padatan dengan ukuran lebih besar dari 1 milimikron dapat mengendap sendiri tanpa bantuan zat tambahan (koagulan) meskipun dalam waktu agak lama.

Padatan koloidal merupakan padatan dengan ukuran antara 1 milimikron sampai 1 mikron tidak dapat mengendap tanpa bantuan koagulan. Kekeruhan air buangan antara lain disebabkan adanya pertikel – partikel koloidal.

Analisis KOB pada umumnya memakan waktu yang lama, biasanya dilakukan masa inkubasi selama 5 hari dari masa itu barulah dapat kadar KOB nya. Sedangkan pada analisis Total Padatan Tersuspensi diperlukan waktu yang singkat sehingga tidak memakan waktu yang lama telah dapat kadar Total Padatan Tersuspensi nya. Disini dengan menganalisis Total Padatan Trsuspensi maka kita sudah dapat memperkirakan kadar KOB pada contoh air limbah kelapa sawit. Karena semakin tinggi kadar Total Padatan Tersuspensi maka semakin tinggi pula nilai KOB dan sebaliknya.

1.2. Permasalahan

Yang menjadi permasalahan dalam penenlitian ini adalah berapakah perbandingan nilai Total Padatan Tersuspensi dengan Kebutuhan Oksigen Biologis.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) dari air limbah kelapa sawit.


(14)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

1.4. Manfaat

Memberikan informasi tentang perbandingan Total Padatan Tersuspensi dengan Kebutuhan Oksigen Biologis serta mengetahui kadar Total Padatan Tersuspensi dan Kebutuhan Oksigen Bilogis pada air limbah kelapa sawit.


(15)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).

2.1.1. Pencemaran Air

Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam – macam sehingga dengan mudah dapat tercemar.

Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan.


(16)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

2.1.2. Jenis Pencemaran Air

Pencemaran air terdiri dari bermacam – macam jenis. Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan berturut – turut sebagai berikut :

a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya.

b. Pencemaran Air oleh Bahan Inorganik Nutrisi Tanaman

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga menguntungkan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pecemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen.

c. Limbah Organik Menyebabkan kurangnya Oksigen Terlarut

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama – kelamaan okesigen yang terlarut dalam air sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut hanya spesies organisme tertentu saja yang dapat hidup.


(17)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

d. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik

Bahan kimia inorganik seerti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif). e. Pencemaran Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme lainnya.

f. Sedimen dan Bahan Tersuspensi

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik dan organik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air.

g. Substansi Radioaktif

Radioaktif yang terlarut dalam air akan dapat mengalami “amplifikasi biologi” (kadarnya berlipat). Radiasi yang terionisasi dari isotop tersebut dapat menyebabkan mutasi DNA pada makhluk hidup sehingga mengakibatkan gangguan reproduksi, kanker, dan kerusakan genetik (Darmono, 2001).


(18)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

2.2. Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah

(id.wikipedia.org/wiki/Limbah - 20k -).

2.3. Limbah Kelapa Sawit

Limbah dari industri kelapa sawit meliputi padatan, cair dan gas. Pasir atau tanah dari perkebunan, tandan buah, ampas, kulit kering batok/cangkang serta lumpur dari kolam pengolah limbah cair merupakan bentuk limbah padatan.

Limbah PKS banyak mengandung senyawa anorganik dan organik. Senyawa organik lebih mudah mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik. Bahan – bahan organik dapat dirombak oleh bakteri, baik secara anaerobik maupun secara aerobik. (Pahan, 2006).


(19)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

2.3.1. Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan, hampir 0,1% dari limbah cair ini berupa benda – benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan anorganik. Pelimbahan itu banyak berbeda dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota yang lain disebabkan oleh perbedaan – perbedaan yang nyata dalam kebiasaan – kebiasaan masyarakat yang

berbeda – beda, sifat makanan mereka dan pemakaian air per kapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar – benar sama. Pelimbahan pada kota – kota non-industri kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni. (Mahida, 1984).

Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air kondesat, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau claybath dan sebagainya. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi (Naibaho, 1998).

2.3.2. Sumber Limbah Cair

Sebagaimana telah dikemukakan, limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources).

1. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis diantaranya adalah:


(20)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

a. Aktivitas Bidang Rumah Tangga

Sangat banyak aktivitas bidang rumah tangga yang menghasilkan limbah cair antara lain mencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet dan sebagainya.

b. Aktivitas Bidang Perkantoran

Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan kegiatan pelayanan masyarakat. Limbah cair dari sumber ini biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin yang

menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastefel), aktivitas pencucian peralatan dan sebagainya. c. Aktivitas Bidang Perdagangan

Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair, yaitu pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di restoran, penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan dan sebagainya. d. Aktivitas Bidang Perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga bervariasi. Variasi kegiatan bidang perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah/diproses, jenis bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proses produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan, serta kebijakan manajemen industri.


(21)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air untuk mengairi lahan pertanian. Peristiwa pengayaan nutrient yang berlebihan pada badan air yang dikenal dengan istilah euthrofikasi merupakan salah satu akibat dari pencemaran limbah cair pertanian.

f. Aktivitas Bidang Pelayanan Jasa

Karakteristik limbah cair dari kegiatan pertanian, perdagangan dan pelayanan jasa secara umum mempunyai kesamaan. Limbah cair kegiatan ini dimasukkan kedalam kelompok limbah cair domestik.

2. Aktivitas Alam

Hujan marupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke dalam tanah (± 30%) dan sebagian besar lainnya (± 70%) akan mengaliri permukaan tanah menuju sungai, telaga atau tempat lain yang lebih rendah.

Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan saluran air hujan (storm water) teraliri dalam jumlah yang melibihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar itu, air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem saluran limbah cair (Soeparman, 2001).

2.4. Analisis Limbah Cair

(Menurut dan Ponghis, 1975), berbagai analisa kualitas limbah cair yang penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen


(22)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Demand = BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD), pH (Soeparman, 2001).

2.4.1. Analisis Total Padatan Tersuspensi

Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel – partikel tersebut.

Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat – zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganis.

Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganis. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya.

Prinsip Total Suspended Solid yaitu: sampel disaring dengan filter kertas; filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan pada 105ºC selama 2 jam.

Dalam analisis Total Suspended Solid (TSS) sangat diperlukan ketelitian, bilamana sampel mengandung zat tersuspensi tinggi, maka penyimpanan baku yang relatif adalah 5 sampai 20%. Bilamana sampel mengandung zat tersuspensi yang tidak dapat mengendap yaitu tersebar secara merata dalam larutan, maka


(23)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

penyimpanan baku relatif hanya 2 sampai 5% atau kurang lebih 4 mg/l, tergantung pada kepekaan timbangan.

Cara pengambilan sampel juga sangat diperhatikan. Sampel yang dianalisa harus representatif yaitu dengan cara pengambilannya yang benar, sampel harus dikocok terlebih dahulu, sehingga zat – zat yang terkandung di dalamnya tersebar secara merata dan homogen.

Analisis gravimetri adalah penentuan kuantitatif berdasarkan bobot, proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawaan tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk yang semurni mungkin.

Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila diendapkan, dipisahkan dengan menyaringnya dan ditimbang (Alaerts, 1987).

2.4.2. Analisis KOB

Proses pemusnahan bahan – bahan organik secara alamiah pada umumnya lebih mudah daripada bahan – bahan anorganis maupun bahan – bahan synthesis lainnya. Pemusnahan bahan – bahan organis tersebut tidak dapat dipisahkan sama sekali dengan masalah kehadiran/tidaknya unsur – unsur oksigen. Ini nantinya dihubungkan dengan masalah kebutuhan oksigen mikroorganisme Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) untuk pembusukan maupun tersedianya oksigen (Dissolved Oxygen = D.O) untuk kehidupan organisme itu sendiri dalam sistem air (aquatic life).


(24)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Yang disebut dengan KOB adalah sejumlah oksigen dalam sistem air yang dibutuhkan oleh bakteria aerobik untuk menetralisir/menstabilkan bahan – bahan sampah (organik) dalam air melalui proses oksidasi biologis (biological oxydation) secara dekomposisi aerobik. KOB biasanya dihitung dalam kebutuhan 5 hari pada temperatur 20 derajat (Ryadi, 1984).

Uji KOB adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.

Mikroorganisme dapat mengoksidasi baik senyawa – senyawa yang mengandung karbon dan senyawa – senyawa nitrogen. Bila konsentrasi organisme nitrifikasi yang terdapat dalam botol KOB rendah, akan terdapat periode pesiapan (lag) sebelum organisme ini terdapat dalam jumlah cukup banyak untuk memperlihatkan kebutuhan nitrogen yang nyata.

Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji KOB, 2 – 3 mg menunjukkan bahwa limbah yang berkekuatan tinggi, seperti kebanyakan limbah pengolahan pangan dan limbah hewan, harus diencerkan terlebih dahulu sebelum analisis. Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam sehingga menurunkan ketepatan uji KOB standard yang diperkirakan mempunyai ketepatan ± 20 persen.

Air buangan domestik yang mengandung limbah industri mempunyai KOB kira – kira 200 ppm. Limbah pengelolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali lebih dari 1000 ppm (Jenie, 1993).


(25)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati. Penggunaan oksigen disebut KOB, dan dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu dan sinar matahari. Pengukuran KOB dilakukan melalui cara distandardisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap, pada temperatur tertentu dan pada periode waktu terbatas.

Pengukuran KOB pada dasarnya dilakukan dengan menempatkan sampel pada botol 300 ml diinkubasi pada temperatur 20ºC selama lima hari. Perbedaan konsentrasi DO pada akhir dan semula dihitung. Selain untuk memperkirakan pengaruh konsentrasi adanya mikroorganisme diadakan dilusi dan penambahan mikroorganisme (Sutrisno, 2006).

Pemeriksaan KOB didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut:

CnHaObNc + (n + ) 4 3 2 4

c b a

− O2 → nCO2 + )

2 3 2

(ac H2O + cNH3 Zat organis oksigen bakteri

Atas dasar reaksi yang memerlukan kira – kira 2 hari di mana 50% reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan KOB dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis.

Reaksi biolgis pada tes KOB dilakukan pada temperatur inkubasi 20ºC dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap KOB205(angka 20


(26)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

berarti temperatur dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi). Demikian, jumlah zat organis yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organis tersebut

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat Analisis Total Padatan Tersuspensi 1. Neraca Analitik

2. Pipet volume 25 mL 3. Oven

4. Kertas Saring GF/A 5. Desikator

6. Penjepit 7. Cawan Petri 8. Pompa Vakum 9. Bal pipet

3.1.2. Bahan Analisis Total Padatan Tersuspensi 1. Contoh


(27)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

3.1.3. Alat Analisis KOB

1. Inkubator dengan kisaran suhu 10ºC - 50ºC dan telah distabilkan pada suhu 20ºC pada saat pengujian

2. Botol Winkler 300 mL 3. Buret 50 mL

4. Pipet volume 1 mL 5. Bal pipet

6. Pipet volume 2 mL

3.1.4. Bahan Analisis KOB 1. H2SO4 (98%)

2. Larutan MnSO4

3. Larutan Natrium-iodida-azide 4. Larutan Amylum

5. Larutan Natrium tiosulfat 0,0125 N 6. Air Pengencer (air sintesis)

7. Larutan FeCl3 8. Larutan CaCl3 9. Larutan MgSO4 10. Larutan buffer Fosfat

3.2. Prosedur Analisis


(28)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

a. Larutan MnSO4

Dilarutkan 480 g MnSO4.4H2O dengan air destilasi sampai 1 liter. b. Larutan natrium-iodida-azide

Dilarutkan 500 g NaOH + 135 g KI dengan air destilasi sampai 1 liter.

Kemudian ditambahkan 10,00 g natrium azide (NaN3) yang telah dilarutkan didalam 40 mL air destilasi.

c. Larutan amylum

Dilarutkan 5,00 g amylum dengan air destilasi panas sampai 1 liter. Diendapkan 1 malam, diambil bagian yang jernih dan ditambah 1,25 g asam salisilat.

d. Larutan natrium tiosulfat 0,0125 N

Dilarutkan 63,00 g Na2S2O3.5H2O dengan air destilasi sampai 1 liter, kemudian 50 mL dari larutan tersebut diencerkan dengan air destilasi sampai 1 liter.

e. Air pengencer (air sintesis)

Ditambahkan masing-masing 1 mL larutan FeCl3, 1 mL larutan CaCl2, 1 mL larutan MgSO4 dan 1 mL larutan buffer fosfat kedalam 1 liter air destilasi. f. Larutan FeCl3

Dilarutkan 0,25 g FeCl3.6H2O dengan air destilasi sampai 1 liter. g. Larutan CaCl2

Dilarutkan 11,00 g CaCl2 dengan air destilasi sampai 1 liter. h. Larutan MgSO4

Dilarutkan 10,00 g MgSO4.7H2O dengan air destilasi sampai 1 liter. i. Larutan buffer fosfat

Dilarutkan 34,00 g KH2PO4 dengan 500 mL air destilasi, ditambah 175 mL NaOH 1 N dan 1,50 g (NH4)2SO4 dan dipenuhkan sampai 1 liter.

3.2.2. Prosedur Analisis Total Padatan Tersuspensi

Disaring 25 mL contoh dengan pompa vakum yang sudah dipasang kertas saringnya. Kertas saring yang digunakan harus diketahui beratnya (A). Kertas saring


(29)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

yang berisi padatannya dikeringkan di dalam oven selama 2 jam pada suhu 105°C. Didinginkan selama ± 30 menit,kemudian ditimbang (B)

3.2.3. Prosedur Analisis KOB

Dimasukkan 1 mL contoh ke dalam botol Winkler yang telah berisi air pengencer dan botol dipenuhkan dengan air pengencer sampai 300 mL kemudian ditutup dan dikocok. Dibuatkan juga untuk blankonya. Masing-masing contoh dibuat 2 perlakuan, yang pertama diinkubasi selama 5 hari di dalam inkubator pada ± 20ºC. Untuk yang kedua langsung ditambah 2 ml MnSO4 dan 2 mL Na-iodida-azide. Botol ditutup rapat dan dikocok, didiamkan sampai semua endapan mengendap, kemudian sebagian yang jernihnya dibuang dan ditambahkan 2 mL larutan H2SO4 pekat, kemudian dikocok sampai semua larut. Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,0125 N hingga larutan berwarna kuning, ditambahkan 1 mL larutan amylum dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang.Untuk contoh yang diinkubasi setelah 5 hari diberi perlakuan yang sama.


(30)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Total Padatan Tersuspensi

Hasil analisis kadar Total Padatan Tersuspensi pada limbah kelapa sawit Laboratorium pelayanan PPKS selama empat minggu adalah sebagai berikut :

4.1.1. Data Analisis Total Padatan Tersuspensi No

Sampel

Berat Kertas Saring (gr)

Volume Contoh (mL)

Pengenceran Berat kertas saring +

Contoh kering (gr)

Total padatan melayang

(mg/L)

3 0,0910 25 100 0,0939 11.600

4 0,0910 25 50 0,0938 5.600

5 0,0916 25 50 0,0929 2.600

6 0,0912 25 10 0,0927 600

7 0,0911 25 10 0,0925 560

4.1.2. Perhitungan Total Padatan Tersuspensi:

Total padatan melayang (mg/L) = ( B – A ) x 1. 000. 000 x Pengenceran Volume Contoh (mL)

Dimana : A = Berat kertas saring (gr)


(31)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Total padatan melayang 3 (mg/L) =

(

)

25 100 000 . 000 . 1 0910 , 0 0939 ,

0 − x x

= 25 100 000 . 000 . 1 0029 ,

0 x x

= 11.600 25

000 . 290

= mg / L

Total padatan melayang 4 (mg/L) =

25 50 000 . 000 . 1 ) 0910 , 0 0938 , 0

( − x x

= 25 50 000 . 000 . 1 0028 ,

0 x x

= 5.600 25

000 . 140

= mg / L

Total padatan melayang 5 (mg/L) =

25 50 000 . 000 . 1 ) 0916 , 0 0929 , 0

( − x x

= 25 50 000 . 000 . 1 0013 ,

0 x x

= 2.600

25 000 . 65

= mg / L

Total padatan melayang 6 (mg/L) =

25 10 000 . 000 . 1 ) 0912 , 0 0927 , 0

( − x x

= 25 10 000 . 000 . 1 0015 ,

0 x x

= 600 25

000 . 15

= mg / L

Total padatan melayang 7 (mg/L) =

25 10 000 . 000 . 1 ) 0911 , 0 0925 , 0

( − x x

= 25 10 000 . 000 . 1 0014 ,


(32)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

= 560 25

000 . 14

= mg / L

4.2. Hasil Analisis Kebutuhan Oksigen B iologis (KOB)

Hasil analisis kadar KOB pada limbah kelapa sawit Laboratorium pelayanan PPKS selama empat minggu adalah sebagai berikut :

4.2.1. Data Analisis Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) No

Sampel

Volume Contoh (mL) Volume Titran untuk

Bo, Co (mL)

Volume titran untuk

B5, C5 (mL)

KOB (mg/L)

Blanko 1 13,6 12,8 -

3 1 14,5 11,7 201,342

4 1 14,4 11,7 95,637

5 1 14,3 12,7 40,268

6 1 14,2 12,6 8,053

7 1 14,0 12,5 7,046

4.2.2. Perhitungan KOB:

KOB (mg / L) = (Vol titrasi (Co – C5) x fp) – Vol titrasi (Bo – B5) x fp) x 300

Volume kehilangan alkali

Co = Contoh yang tidak diinkubasi

C5 = Contoh yang diinkubasi selama 5 hari


(33)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

B5 = Blanko yang diinkubasi selama 5 hari

fp = Faktor pengenceran

KOB 3 (mg / L) =

298 300 ) 100 ) 8 , 12 6 , 13 ( ) 100 ) 7 , 11 5 , 14

( − x − − x x

=

298 300 80

280− x

= 201,342 298

000 . 60

= mg / L

KOB 4 (mg / L) =

298 300 ) 50 ) 8 , 12 6 , 13 ( ) 50 ) 7 , 11 4 , 14

( − x − − x x

=

298 300 40

135− x

= 95,637 298

500 . 28

= mg / L

KOB 5 (mg / L) =

298 300 ) 50 ) 8 , 12 6 , 13 ( ) 50 ) 7 , 12 3 , 14

( − x − − x x

=

298 300 40

80− x

= 40,268 298

000 . 12

= mg / L

KOB 6 (mg/L) =

298 300 ) 10 ) 8 , 12 6 , 13 ( ) 10 ) 6 , 12 2 , 14

( − x − − x x

=

298 300 8 16− x

= 8,053 298

400 . 2


(34)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

KOB 7 (mg/L) =

298 300 ) 10 ) 8 , 12 6 , 13 ( ) 10 ) 5 , 12 0 , 14

( − x − − x x

=

298 300 8 15− x

= 10 7,046 298

100 . 2

=

x mg / L

4.3. Data Perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan KOB Sampel TSS (mg/L) KOB (mg/L) TSS/KOB

3 11.600 201,342 57,61

4 5.600 95,637 58,55

5 2.600 40,268 64,56

6 600 8,053 74,50

7 560 7,046 0,794

Jumlah 334,69

Rata-rata 66,93

Standar Deviasi 18,29

4.4. Pembahasan

Dalam proses pengendalian dan pengoperasian limbah cair yang perlu diperhatikan adalah pengolahannya yang betul – betul dipantau agar pertumbuhan


(35)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

dan pembiakan mikroorganisme yang dibiarkan hidup dan bekerja secara optimal untuk merombak senyawa – senyawa organik yang terlarut, sehingga pengolahan limbahnya maksimal, serta diperlukan ketelitian dalam penimbangan bobot sampel untuk mendapatkan unsur dalam bentuk yang semurni mungkin.

Pemeriksaan Total Padatan Tersuspensi dan KOB diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri yang komposisinya berupa bahan – bahan organik.Total Padatan Tersuspensi, menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh Total Padatan Tersuspensi lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan Total Padatan. Semakin tinggi Total Padatan Tersuspensi, maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi. Total Padatan Tersuspensi pada air limbah kelapa sawit terdiri atas serat juga cangkang dari kelapa sawit serta bahan – bahan organik yang tersuspensi yang terbawa dalam bak penampungan. Sedangkan pemeriksaan KOB didasarkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan dari proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan ammonia. KOB, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai KOB air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima akan semakin tinggi.

Dari hasil Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang diperoleh ketika menganalisis limbah kelapa sawit di Laboratorium Pelayanan PPKS maka didapatkan nilai Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang berbeda – beda. Ini disebabkan perbedaan dari pengambilan sampel di bak penampungan limbah yang berbeda pula, semakin besar nomor sampel maka kepekatan limbah semakin berkurang dan nilai Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang dihasilkan juga berbeda – beda. Semakin besar nilai Total Padatan Tersuspensi yang didapat maka nilai KOB akan semakin besar pula dan sebaliknya, semakin kecil nilai Total Padatan Tersuspensi yang didapat maka nilai KOB akan semakin kecil pula.

Perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan KOB diperoleh nilai 66,93. Dari hasil yang didapatkan ini maka kita dapat memperkirakan nilai KOB tanpa


(36)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

menganalisisnya terlebih dahulu ini disebabkan nilai Total Padatan Tersuspensi yang tinggi maka nilai KOB juga semakin tinggi.

Dalam penentuan KOB untuk air limbah kelapa sawit di pengaruhi oleh faktor pengenceran. Penentuan faktor pengenceran sangat sulit dilakukan. Bila dilaboratorium faktor pengenceran ditentukan dengan cara mengetahui COD terlebih dahulu. Faktor pengenceran COD inilah yang di buat untuk menentukan faktor pengenceran untuk KOB. Dengan pengenceran perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) dapat diperkirakan nilai KOB sehingga kesalahan dalam pengenceran KOB dapat dihindari sehingga bisa digunakan dengan layak.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis limbah kelapa sawit di Laboratorium Pelayanan PPKS maka nilai perbandingan Total Padatan Tersuspensi dengan KOB adalah : 66,93

5.2. Saran

1. Sebaiknya kertas saring pada analisa Total Padatan Tersuspensi dibilas terlebih dahulu, agar tidak ada debu yang melekat pada kertas saring yang dapat mempengaruhi nilai Total Padatan Tersuspensi.


(37)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

2. Sebaiknya pada analisis KOB dilakukan sesegera mungkin setelah sampel diambil, karena proses biologis terus berlangsung yang dapat mempengaruhi nilai KOB.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Jenie, B. S. L dan Rahayu, W. P. 1993. Penggunaan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.


(38)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Mahida, U. N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Penerbit Rajawali.

Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda.

Soeparman dan Soeparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Buku Kedokteran.

Sutrisno, T. C. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Keenam. Jakarta: Rineka Cipta.


(39)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.


(40)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Lampiran – 1: Baku Mutu Limbah Industri

Karakteristik limbah cair dari kegiatan industri kelapa sawit (Satria, 1999)

Parameter Mg/L Parameter Baku mutu

maks

Beban pencemaran maks

pH 4.1 pH 6-9 -

TS 46.185

TSS 21170 TSS 250 0.63

COD 34720 COD 350 0.88

BOD 21280 BOD5 100 0.25

Minyak dan lemak

3100 Minyak dan

lemak

25 0.0631

NH4.N 13 Total N 50 0.125

TKN 41


(1)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

dan pembiakan mikroorganisme yang dibiarkan hidup dan bekerja secara optimal untuk merombak senyawa – senyawa organik yang terlarut, sehingga pengolahan limbahnya maksimal, serta diperlukan ketelitian dalam penimbangan bobot sampel untuk mendapatkan unsur dalam bentuk yang semurni mungkin.

Pemeriksaan Total Padatan Tersuspensi dan KOB diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri yang komposisinya berupa bahan – bahan organik.Total Padatan Tersuspensi, menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh Total Padatan Tersuspensi lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan Total Padatan. Semakin tinggi Total Padatan Tersuspensi, maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi. Total Padatan Tersuspensi pada air limbah kelapa sawit terdiri atas serat juga cangkang dari kelapa sawit serta bahan – bahan organik yang tersuspensi yang terbawa dalam bak penampungan. Sedangkan pemeriksaan KOB didasarkan atas dasar reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air dan dari proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan ammonia. KOB, kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai KOB air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima akan semakin tinggi.

Dari hasil Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang diperoleh ketika menganalisis limbah kelapa sawit di Laboratorium Pelayanan PPKS maka didapatkan nilai Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang berbeda – beda. Ini disebabkan perbedaan dari pengambilan sampel di bak penampungan limbah yang berbeda pula, semakin besar nomor sampel maka kepekatan limbah semakin berkurang dan nilai Total Padatan Tersuspensi dan KOB yang dihasilkan juga berbeda – beda. Semakin besar nilai Total Padatan Tersuspensi yang didapat maka nilai KOB akan semakin besar pula dan sebaliknya, semakin kecil nilai Total Padatan Tersuspensi yang didapat maka nilai KOB akan semakin kecil pula.

Perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan KOB diperoleh nilai 66,93. Dari hasil yang didapatkan ini maka kita dapat memperkirakan nilai KOB tanpa


(2)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

menganalisisnya terlebih dahulu ini disebabkan nilai Total Padatan Tersuspensi yang tinggi maka nilai KOB juga semakin tinggi.

Dalam penentuan KOB untuk air limbah kelapa sawit di pengaruhi oleh faktor pengenceran. Penentuan faktor pengenceran sangat sulit dilakukan. Bila dilaboratorium faktor pengenceran ditentukan dengan cara mengetahui COD terlebih dahulu. Faktor pengenceran COD inilah yang di buat untuk menentukan faktor pengenceran untuk KOB. Dengan pengenceran perbandingan Total Padatan Tersuspensi dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) dapat diperkirakan nilai KOB sehingga kesalahan dalam pengenceran KOB dapat dihindari sehingga bisa digunakan dengan layak.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis limbah kelapa sawit di Laboratorium Pelayanan PPKS maka nilai perbandingan Total Padatan Tersuspensi dengan KOB adalah : 66,93

5.2. Saran

1. Sebaiknya kertas saring pada analisa Total Padatan Tersuspensi dibilas terlebih dahulu, agar tidak ada debu yang melekat pada kertas saring yang dapat mempengaruhi nilai Total Padatan Tersuspensi.


(3)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

2. Sebaiknya pada analisis KOB dilakukan sesegera mungkin setelah sampel diambil, karena proses biologis terus berlangsung yang dapat mempengaruhi nilai KOB.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Jenie, B. S. L dan Rahayu, W. P. 1993. Penggunaan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.


(4)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Mahida, U. N. 1986. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta: Penerbit Rajawali.

Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Ryadi, S. 1984. Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda.

Soeparman dan Soeparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Buku Kedokteran.

Sutrisno, T. C. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Keenam. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.


(6)

Arizta : Perbandingan Total Padatan Tersuspensi Dan Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Pada Analisis Air Limbah Kelapa Sawit Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2009.

Lampiran – 1: Baku Mutu Limbah Industri

Karakteristik limbah cair dari kegiatan industri kelapa sawit (Satria, 1999)

Parameter Mg/L Parameter Baku mutu

maks

Beban pencemaran maks

pH 4.1 pH 6-9 -

TS 46.185

TSS 21170 TSS 250 0.63

COD 34720 COD 350 0.88

BOD 21280 BOD5 100 0.25

Minyak dan lemak

3100 Minyak dan

lemak

25 0.0631

NH4.N 13 Total N 50 0.125

TKN 41